Anda di halaman 1dari 16

Nama : Irvan Siswanto

Nim : 181810201054
RESUME
ELEKTRODINAMIKA

7.1 Gaya Gerak Listrik


7.1.1 Hukum Ohm
Jika medan listrik dihasilkan oleh muatan stasioner, medan
magnetnya dihasilkan dengan memindahkan muatan. Jika F / q
adalah gaya per satuan muatan, maka rapat arus J dirumuskan sebagai
J=σ . f ..........................................................................................(7.1)
Faktor σ adalah konstanta empiris dari berbagai material yang disebut
konduktivitas suatu medium. Kebalikan dari σ disebut resistivitas
ρ=1/σ
Gaya menggerakkan muatan untuk menghasilkan arus, pada kasus ini
persamaan 7.1 menjadi :

J=σ .(E+ v x B).........................................................................(7.2)


Kecepatan muatan yang sangat kecil bisa diabaikan, sehingga :
J=σ . E..........................................................................................(7.3)
Persamaan 7.3 disebut Hukum Ohm
Dijelaskan bahwa E=0 diluar konduktor, tetapi jika muatan tidak bergerak
J
(J=0) terlebih untuk konduktor yang baik. E= =0 jika arusnya
σ
mengalir.
Contoh 7.1

Dua logam silinder panjang yang mempunyai sumbu yang sama (radius a
dan b) dibatasi oleh bahan dengan konduktivitas σ (Gambar 7.2). Jika
keduanya memiliki potensian V yang berbeda. Carilah aliran arus dari
satu logam ke logam yang lain pada panjang L ?

Solusi :

1
Gambar 7.2 Logam silinder panjang
Sumber : David J. Griffith
s
Medan antara silinder adalah :
1 λL
E=
⃗ s^
ε 0 2 πsL

1 λ
E=
⃗ s^
ε 0 2 πs

Arusnya :

I =∫ ⃗J ⃗
da


I =∫ σ ⃗
E⃗da


I =σ ∫ ⃗
E⃗da

σ
I= λL
ε0

Potensial antara silinder adalah :


a
E⃗
V =−∫ ⃗ dl
b

b
E⃗
V =∫ ⃗ dl
a

b
1 λ 1
V= ∫ ds
ε0 2 π a s

2
1 λ
V= [ ¿ ( b )−ln ( a ) ]
ε0 2 π

1 λ b
V= ln ln
ε0 2 π a

σ 2 π ε0
I= L .V
ε0 b
ln ln
a
2π σ L
I= V
b
ln ln
a

Berdasarkan contoh diatas, total arus yang mengalir dari satu


elektroda ke elektroda yang lain sebanding dengan perbedaan
potensial diantaranya.
V =I . R ..........................................................................................(7.4)

Persamaan 7.4 merupakan versi Hukum Ohm yang sudah familiar. R disebut
hambatan ; yang merupakan fungsi geometris dari susunan dan
konduktivitas antar elektroda. Hambatan diukur dalam ohm (Ω ¿; volt
per ampere
Untuk arus yang tetap dan konduktivitas yang seragam :
1
∇ . E= ∇ . J =0.............................................................................(7.5)
σ

Jika jarak antara dua blok adalah λ dan percepatan a, waktu yang dibutuhkan
untuk menuju blok adalah :
t=√ ❑
1
Oleh karena itu, v ave = a t= √❑
2
Jika kita mengasumsikan perjalanan dalam jarak λ antara tumbukan ;
λ
t=
v thermal

Oleh karena itu

3
1 aλ
v ave = a t
2 2 vthermal

Jika terdapat n molekul per volume, dan f elektron bebas per molekul
masing-masing nilai q dan massa m, rapat arusnya :
nf qλ nf λ q2
J=n f a v ave = = (
2 v thermal m 2 m v thermal )
E .............................(7.6)

Daya :
P=V . I =¿. I 2 R ...............................................................................(7.7)

Dengan I dalam ampere, dan R dalam ohm, P dalam watt (joule/sekon).

7.1.2 Gaya Gerak Listrik


Dalam sebuah rangkaian listrik yang khas. Ketika baterai
dihubungkan dengan sebuah lampu (gambar 7.3), sebuah pertanyaan
membingungkan muncul : kenyataannya arus yang sama disepanjang
loop, mengapa hal ini bisa terjadi ?
Jawabannya adalah jika arusnya tidak sama disepanjang loop
maka muatannya akan menumpuk disuatu tempat.
Ada dua kekuatan yang menggerakkwan muatan q di sekitar
sirkuit: kekuatan sumber pada sumber baterai f dan kekuatan
elektrostatik di kawat
f =f s + E ......................................................................................(7.8)

Gambar 7.3 Rangkaian listrik dengan sumber arus baterai


Sumber : David J. Griffith
Integral garis f disekitar sirkuit :
❑ ❑
ε =∮ f . dl=∮ f s dl......................................................................(7.9)
❑ ❑

Karena ∮ Edl=0untuk medan elektrostatik, tidak mengapa jika

menggunakan f atau f s, ε disebut gaya gerak listrik (emf) pada sirkuit.
Potensial antara terminal (a dan b) dirumuskan sebagai :

4
b b ❑
V =−∫ Edl=∫ f s dl =∮ f s dl...............................................(7.10)
a a ❑
Karena integral garis dari f s, ε bisa diinterpretasikan sebagai usaha per
satuan muatan.

7.1.3 Gerakan emf


. Gambar 7.4 menggambarkan model generator sederhana.
Bagian yang digelapkan merupakan wilayah yang terdapat medan
magnet B, menunjuk ke halaman dan resistor yang dapat berupa bola
lampu. Jika keseluruhan loop ditarik kekanan dengan kecepatan v,
muatan pada bagian ab menunjukkan gaya magnet yang vertika
dengan qvB bergerak disekitar loop. Gaya gerak listriknya
dirumuskan sebagai :

ε =∮ f mag dl=vBh..................................................................(7.11)

Gambar 7.4 Model generator sederhana


Sumber : David J. Griffith
Untuks mengatasi hal tersebut, seseorang harus menarik kawat
menggunakan gaya per satuan unit :
f pull=uB

Usaha persatuan unit dirumuskan:



h
∫ f pull . dl=(uB) cosθ

( )
sinθ =vBh=ε

Ada cara yang menarik untuk mendapatkan gaya gerak listrik yang
dihasilkan dalam loop yang bergak. Biarkan menjadi fluk B melalui
loop :

5

∅ ≡∫ Bda...................................................................................(7.12)

Gambar 7.5 Gaya persatuan unit sebelah kanan


Sumber : David J. Griffith
s
Berdasarkan gambar loop pada gambar 7.4
∅=Bhx

Ketika loop bergerak :


d∅ dx
=Bh =−Bhv
dt dt
Ternyata gaya gerak listrik yang dihasilkan loop mempunyai nilai negatif :
−d ∅
ε= .......................................................................................(7.13)
dt

7.2 Induksi Elektromagnetik

7.2.1 Hukum Faraday

Pada tahun 1831 Michael Faraday melaporkan serangkaian percobaan:


Percobaan 1
Dia menarik sebuah lingkaran kawat ke kanan melalui medan magnet
(gambar 7.6 a). Hasilnya arus mengalir dalam loop.
Percobaan 2 .
Dia memindahkan magnet ke kiri, masih memegangi loop (gambar 7.6 b).
Hasilnya sekali lagi arus mengalir dalam loop.

Percobaan 3
Dengan kedua loop dan magnet diam (gambar 7.6 c), dia mengubah
kekuatan medan (menggunakan elekktomagnet dan memvariasikan
arus didalam koil ). Hasilnya, sekali lagi arus mengalir dalam loop.

6
Gambar 7.6. Percobaan Michel Faraday
Sumber : David J. Griffith
s
Eksperimen pertama merupakan contoh kasus dari gaya gerak listrik
sehingga :
−d ∅
ε=
dt
Tetapi jika loop tidak bergerak, seperti pada Percobaan 2 dan 3 :
muatan stasioner tidak mengalami gaya magnetis. Jika gaya gerak
listrik memiliki laju yang sama dengan laju flux, maka :

d∅
ε =∮ Edl= .............................................................................(7.14)
❑ dt
Maka E berhubungan dengan perubahan B sesuai dengan persamaan :
❑ ❑

∮ Edl=− ∫ ∂∂tB da........................................................................(7.15)


❑ ❑
Ini merupakan Hukum Faraday. Kita bisa mengubahnya ke dalam bentuk
diferensial dengan menggunakan teorema stokes :
−∂ B
∇ xE= ..................................................................................(7.16)
∂t

Perhatikan Hukum faraday dengan aturan yang lama ∮ E . dl=0(atau

diferensial dari∇ xE=0) pada kasus tetap (B konstan) tentu saja itu
bisa terjadi.
Bagaimanapun (untuk alasan apapun) flux magnetik melalui muatan loop,
dan besarnya gaya gerak listrik adalah :
−d ∅
ε= .......................................................................................(7.17)
dt

7.2.2 Induksi Medan Listrik


Hukum Faraday secara umum menyatakan electostatic rule
∇ xE=0 tergantung pada waktu. Divergensi E dinyatakan oleh
1
( )
Hukum gauss ∇ . E= ρ . Jika E adalah medan listrik, diberikan
μ0

7
−∂ B
∇ . E=0 , ∇ xE=
∂t
Secara matematis identik dengan :
∇ . B=0 , ∇ xB=μ 0 J

−∂ B
Faraday-induksi medan magnetik ditentukan oleh , dengan cara yang
∂t
persis sama seperti medan magnetostatik ditentukan oleh μ0 J .
Dengan menggunakan Biot-savart :
∂B
−1
E= ∫
❑ ( )
∂t
xh
dτ=
−1 ∂ Bh .........................................(7.18)

2
4 ❑ r 4 ∂t r 2
Dan jika simetri memungkinkan kita menggunakan semua trik yang terkait

dengan hukum ampere dalam bentuk integral ∮ B . dl=μ0 I enc

dengan mengetahui integral Hukum Faraday sebagai berikut :

∮ Edl= −ddt ∅ ...............................................................................(7.19)



Tingkat perubahan flux magnetik melalui Amperian loop memainkan
peran yang sudah ditugaskan untuk μ0 I enc
Contoh 7.3
Kawat lurus tak berhingga panjangnya memiliki arus yang perlahan berubah
I(t). Tentukan medan listrik yang diinduksi.sebagai fungsi jarak s dari
kawat.

Gambar 7.7 Amperian loop


Sumber : David J. Griffith
Solusi : s
Dalam pendekatan kualitatif, medan magnetnya adalah ( μ0 I /2 πs ¿ ,dan
lingkaran disekitar kawat. Seperti medan B dari selenoid, E bergerak
sejajar dengan sumbu. Berdasarkan Hukum Faraday :

8
❑ ❑
−d
∮ E . dl=E ( so ) l−E ( s ) l= ∫ B .da
dt ❑


−μ0 I dI s 1 −μ I
∮ E . dl= 2 π dt ∫ s ' ds= 2 π0 dI
dt
(lns−ln s0 )
❑ s 0

Sehingga :
μ0 dI
E( s) = [
2 π dt ]
ln ln s+ K ^z ...............................................................(7.20)
Dimana K adalah konstanta. Jika τ adalah waktu yang dibutuhkan untuk
berubah secara substansial, maka perkiraan quastistatik yang harus di
gunakan adalah :
s ≪ cτ..........................................................................................(7.21)

7.2.3 Induktansi
Misalkan anda memiliki dua kawat loop. Jika anda
menjalankan arus konstan I 1disekitar I 2, hal itu akan menghasilkan
medan magnet B1.

Satu fakta penting tentang medan ini ; secara proporsional untuk arus I 1.
Oleh karena itu, sama hal nya dengan flux yang melalui loop 2:

∅ 2=∫ B1 . d a2

∅ 2=M 21 I 1..................................................................................(7.22)
Ada rumus yang dapat digunakan untuk induktansi, yang bisa anda dapatkan
dengan menggunakan flux dalam kaitannya dengan vektor potensial,
dan teorema stokes :

∅ 2=∫ B1 . d a ❑ ❑ ¿
❑ 2=¿ ∫ ( ∇ A 1) . d a2=∮ A1. dl 2
❑ ❑

Ternyata :
μ ❑ ❑ dl . dl
M 21= 0 ∮ ∮ 1 2 ......................................................................(7.23)
4π ❑ ❑ r

M 21=M 12....................................................................................(7.24)

Misalkan anda memvariasikan arus pada loop 1. Flux yang melalui loop 2
akan bervariasi pula, dan hukum Faraday mengatakan perubahan flux
ini akan menginduksi sebuah gaya gerak listrik di loop 2 :

9
−d ∅2 dI 1
ε 0= =−M ....................................................................(7.25)
dl dt
Satu lagi, medan proporsional dengan arus :
∅=LI ............................................................................................7.26)
Jika arus digunakan, induksi gaya gerak listrik pada loop adalah :
dI
ε =−L ......................................................................................(7.27)
dt
Total flux adalah N , jadi induktansi diri (Persamaan 7.26) adalah :
μ N2h b
L= 0

ln ln
a() ..........................................................................(7.28)

7.2.4 Energi dalam Medan Magnet


Usaha yang dilakukan per unit muatan terhadap gaya gerak
listrik dalam satu perjalanan mengelilingi sirkuit adalah E, bukan
merupakan usaha yang dilakukan gaya gerak listrik. Jumlah arus
persatuan waktu yang melewati kabel adalah I. Jadi total usaha yang
dilakukan persatuan waktu adalah :
dW dI
=−εI=LI
dt dt
Jika dimulai dengan arus nol dan membangunnya sampai nilai akhir, usaha
yang dilakukan adalah :
1 2
W = LI ....................................................................................(7.30)
2
Disamping itu :
❑ ❑
1 1
W = I ∮ A .dl= ∮ ( A . I ) dl.....................................................(7.31)
2 ❑ 2❑

Dalam bentuk ini, secara umum volume arus nya sudah jelas :

1
W = ∫ ( A . J ) dτ .......................................................................(7.32)
2 v
Akan tetapi, kita bisa melakukan lebih baik lagi dan menjelaskan W dalam
medan magnet : Hukum Ampere ∇ xB=μ0 J ,dengan mengeliminasi J
:

1
W= ∫ A (∇ xB)dτ .................................................................(7.33)
2 μ0 ❑
Integral bagian derivatif dari B ke A; secara khusus, aturan produk 6
menyatakan :
∇ . ( AxB )=B . ( ∇ xA )− A .(∇ xB)

Jadi

10
A . ( ∇ xB ) =B . B−∇ .( AxB)

Jadi konsekuensinya :
❑ ❑
1
W= ∫
2 μ0 ❑ [
B 2
dτ−∫ ∇ . ( AxB ) dτ

]
❑ ❑
1
W=
2 μ0 [ v ❑ ]
∫ B2 dτ−∮ ( AxB ) da ..............................................(7.34)

Dimana S adalah permukaan yang membatasi volume.


Sekarang, gunakan persamaan 7.32 untuk seluruh volume yang ditempati
arus. Akan tetapi, daerah manapun yang lebih besar dari ini akan
sama< karena J bernilai 0 diluar sana. Pada persamaan 7.34 semakin
besar daerah yang kita pilih semakin besar kontribusi dari integral
volume, dan oleh karena itu yang lebih kecil adalah integral
permukaan. Secara khusus, jika kita mengintegrasikan semua ruang,
maka integral permukaan akan menjadi nol , dan kita dapatkan :

1
W= ∫ B2 dτ .............................................................(7.35)
2 μ0 all space

7.3 Persamaan Maxwell


7.3.1 Listrik Dinamis sebelum Maxwell
Sejauh ini, kita telah menemukan beberapa hukum berikut
dalam menentukan divergensi dan curl medan listrik dan magnet :
1
(i) ∇ . E= ρ (Hukum Gauss)
ε0

(ii)∇ . B=0 (Hukum Gaus tentang kemagnetan)


−∂ B
(iii)∇ xE= (Hukum Faraday)
∂t

(iii)∇ xB=μ0 J (Hukum Ampere)

Persamaan ini merepresentasikan teori elektromagnetik di pertengahan abad


ke 19, ketika Maxwell memulai karyanya. Persamaan maxwell tidak
ditulis langsung dalam bentuknya yang lengkap dalam bentuk
persamaan pada masa itu. Hai itu, ada hubungannya dengan peraturan

11
lama bahwa divergensi dan curl selalu nol. Jika anda menerapkan
divergensi pada persamaan (iii), maka didapatkan :
−∂ B −∂
∇ . ( ∇ xE )=∇
∂t
= (
∂t )
( ∇ . B)

Sisi kiri adalah nol karena divergensi curl adalah nol; sisi kanan adalah nol
berdasarkan persamaan (ii). Tapi bila anda melakukan hal yang sama
pada persamaan (iv), anda akan mendapatkan masalah:
∇ ( ∇ xE ) =μ0 (∇ . J ).......................................................................(7.36)
Ada cara lain untuk melihat bahwa hukum ampere pasti gagal karena arus
tidak stabil. Misalkan kita sedang dalam proses mengisi kapasitor
(gambar 7.10) dalam bentuk integral Hukum ampere berbunyi :

∮ B . dl=μ0 I enc

7.3.2 Bagaimana Menyelesaikan Hukum Ampere


Masalahnya adalah sisi kanan persamaan 7.36, yang seharusnya adalah nol,
tapi tidak. Menerapkan persamaan kontinuitas 5.29 dan hukum Gauss
dapat ditulis :
−∂ ρ −∂ ∂E
∇ .J= = ϵ 0 ( ∇ . E ) =−∇ (ϵ 0 )
∂t ∂t ∂t

Jika kita menggabungkan ϵ 0 ( ∂∂Et ) dengan J, pada hukum Ampere tepat


untuk menghilangkan divergensi extra :
∂E
∇ xB=μ0 J + μ0 ε 0 ...................................................................(7.37)
∂t
Perubahan tidak mengubah apapun, sejauh menyangkut magnestostatik ; kita
tetap mempunyai ∇ xB=μ0 J .
Selain mengoreksi hukum Ampere, maxwell memiliki daya tarik estetik
tertentu ; sama seperti medan magnet yang berubah menginduksi
medan listrik.
Maxwell menyebut ini sebagai perubahan arus :
∂E
J d =ε 0 ......................................................................................(7.38)
∂t
Sekarang mari kita lihat bagaimana perpindahan arus memecahkan masalah
pengisian kapasitor. Jika pelat kapasitor sangat berdekatan, medan
listrik diantaranya adalah :
1 1 Q
E= σ =
ϵ0 ϵ0 A

12
Dimana Q adalah muatan pada bidang dan A adalah areanya. Demikian,
antara bidang :
∂E 1 dQ 1
= = I
∂t ϵ 0 A A ϵ 0 A

Sekarang mari lihat persamaan 7.37, pada integral :


❑ ❑

∮ B . dl=μ0 I enc + μ0 ε 0 ∫ ∂∂Et da...............................................(7.39)


( )
❑ ❑

7.3.3 Persamaan Maxwell


Pada bagian sebelumnya kita menyelesaikan persamaan maxwell :
1
(i) ∇ . E= ρ (Hukum Gauss) (7.40)
ε0
(ii)∇ . B=0 (Hukum Gaus tentang kemagnetan)
−∂ B
(iii)∇ xE= (Hukum Faraday)
∂t
∂E
(iii)∇ xB=μ0 J + μ0 ε 0 (Hukum Ampere setelah koreksi)
∂t
Sesuai dengan rumus gaya :
F=q (E+ vxB)..........................................................................(7.41)
Ini meringkas keseluruhan isi teori elektrodinamika klasik. Bahkan
persamaan kontinuitas :
−∂ ρ
∇ .J= ....................................................................................(7.42)
∂t

Persamaan Maxwell

Secara logis dapat ditulis :


1
(i) ∇ . E= ρ
ε0
(ii) ∇ . B=0
∂B
(iii) ∇ xE + =0 (7.43)
∂t
∂E
(iv) ∇ xB−μ0 ε 0 =μ0 J
∂t

7.3.4 Muatan Magnetik


Ada cara lain untuk menuliskan persamaan Maxwell, dimana
ρ dan J dihilangkan :
−∂ B
∇ . E=0 , ∇ xE=
∂t

13
∂E
∇ . B=0 , ∇ xB=μ 0 ε 0
∂t

Jika kita menggantikan E dengan B, dan B dengan μ0 ε 0 E , pasangan pertama


persamaan menjadi kedua, dan sebaliknya.
Kita dapatkan :
1
(i) ∇ . E= ρ e
ε0
(ii) ∇ . B=¿ μ0 ρm
∂B
(iii) ∇ xE=−μ 0 J m − (7.44)
∂t
∂E
(iv) ∇ xB=μ0 ε 0
∂t
ρm mewakili densitas magnetik muatan dan ρe densitas listrik muatan ; J m
merupakan arus dari muatan magnetik, dan J e merupakan arus dari
muatan listrik. Kedua muatan dirumuskan :
−∂ ρ m −∂ ρe
∇ . Jm= dan ∇ . J e = ..................................................(7.45)
∂t ∂t
Yang pertama mengikuti penerapan divergensi pada (iii), yang terakhir
menggunakan divergensi dari (iv).
Persamaan Maxwell mengemukakan adanya muatan magnetik. Sejauh yang
kami tau ρm bernilai 0 dan begitu juga J m , B tidak sejajar dengan E ;
ada sumber stasioner untuk E akan tetapi tidak ada untuk B.

7.3.5 Persamaan Maxwell dalam Materi


Persamaan Maxwell pada (7.40) merupakan bentuk yang
lengkap dan benar. Kita telah belajar dari kasus statis bahwa sebuah
polarisasi listrik menghasilkan rapat muatan :
ρb =−∇ . P...................................................................................(7.47)
Persamaan 4.12, demikian juga polarisasi magnetik menghasilkan M pada
arus yang terikat.
J b =∇ xM ......................................................................................(7.48)
Karena itu, rapat arusnya :
∂P
J P=¿ ..........................................................................................(7.49)
∂t

ρ=ρf + ρb=ρ f −∇ . P .............................................................(7.50)


Dan rapat arus menjadi tiga bagian :

14
∂P
J=J f + J b + J P=J f +∇ xM +¿ ..............................................(7.51)
∂t
Hukum Gauss dapat ditulis :
1
∇ . E= ( ρf −∇ . P)
ϵ0
Atau :
∇ . D=ρf ......................................................................................(7.52)
Seperti dalam kasus statis :
D=ϵ 0 E+ P.................................................................................(7.53)
Sementara itu :
∂P ∂E
(
∇ xB=μ0 J f + ∇ x M +
∂t )+ μ0 ϵ 0
∂t
Atau :
∂D
∇ xH =J f + .............................................................................(7.54)
∂t
Dimana seperti sebelumnya
1
H= B−M .............................................................................(7.55)
μ0

Hukum Faraday dan ∇ . B=0tidak terpengaruh oleh pemisahan


muatan dan arus kebagian yang bebas dan terikat, persamaan
Maxwell dapat ditulis :
(i) ∇ . D=ρf
(ii) ∇ . B=0
−∂ B
(iii) ∇ xE= (7.56)
∂t
∂D
(iv) ∇ xH =J f + .
∂t

Keduanya E dan D, B dan H harus dilengkapi, oleh karena itu


hubungan konstitutif yang tepat memberikan istilah B dan H dari E
dan B. Ini bergantung pada sifat materialnya, untuk media linier :
P=ϵ 0 xE dan M =X m H ..............................................................(7.57)
Jadi :
1
D=ϵE , dan H= B....................................................................(7.58)
μ
Dimana ϵ ≡ ϵ 0 ( 1+ X e ) dan μ ≡ μ0 ( 1+ X m ) . Anda akan ingat bahwa D
disebut perpindahan listrik; itulah sebabnya persamaan kedua dalam
persamaan ampere/ Maxwell pada persamaan (iv) disebut
perpindahan arus. Dalam konteks ini :

15
∂D
Jd= ..........................................................................................(7.59)
∂t

7.3.6 Kondisi Batas


Bentuk eksplisit dari diskontinuitas ini dapat disimpulkan
dari persamaan Maxwell dalam bentuk integral :

(i)∮ D . da=Q f enc


s

(ii)∮ B . da=0
s

❑ ❑
−d
(iii)∮ E . dl= ∮ B . da
P dt S
❑ ❑
d
(iv)∮ H . dl=I f enc + ∮ D . da
P dt S

Mengaplikasikan (i) pada kotak tipis Gaussian yang hanya sedikit


membebani bahan diantara kedua sisi batas, kita dapatkan :
D 1 .a−D 2 . a=σ f a

16

Anda mungkin juga menyukai