Anda di halaman 1dari 5

DEFINISI

1. SELULOSA
Selulosa merupakan senyawa organik dengan rumus (C6H10O5)n,
sebuah polisakarida yang terdiri dari rantai linier dari beberapa ratus hingga lebih dari
sepuluh ribu ikatan β(1→4) unit D-glukosa.[2][3] Selulosa merupakan komponen struktural
utama dinding sel dari tanaman hijau, banyak bentuk ganggang dan Oomycetes.
Beberapa spesies bakteri mengeluarkan itu untuk membentuk biofilm. Selulosa adalah
senyawa organik yang paling umum di Bumi. Sekitar 33% dari semua materi tanaman
adalah selulosa (isi selulosa dari kapas adalah 90% dan dari kayu adalah 40-50%).
Selulosa tidak dapat dicerna oleh manusia, hanya dapat dicerna oleh hewan yang
memiliki enzim selulase.[4][5]
sumber :
 Crawford, R. L. (1981). Lignin biodegradation and transformation. New York:
John Wiley and Sons. ISBN 0-471-05743-6.
  Updegraff DM (1969). "Semimicro determination of cellulose in biological
materials". Analytical Biochemistry. 32 (3): 420–424. 
 Cellulose. (2008). In Encyclopædia Britannica. Retrieved January 11, 2008, from
Encyclopædia Britannica Online.
 Chemical Composition of Wood
2. HEMISELULOSA
Hemiselulosa merujuk pada polisakarida yang mengisi ruang antara serat-serat
selulosa dalam dinding sel tumbuhan. Secara biokimiawi, hemiselulosa adalah semua
polisakarida yang dapat di ekstraksi dalah larutan basa (alkalis). Namanya berasal dari
anggapan, yang ternyata diketahui tidak benar, bahwa hemiselulosa merupakan senyawa
prekursor (pembentuk) selulosa.

Monomer penyusun hemiselulosa biasanya adalah rantai D-glukosa, ditambah


dengan berbagai bentuk monosakarida yang terikat pada rantai, baik sebagai cabang atau
mata rantai, seperti D-mannosa, D-galaktosa, D-fukosa, dan pentosa-pentosa seperti D-
xilosa dan L-arabinosa.

Komponen utama hemiselulosa pada Dicotyledoneae didominasi oleh xiloglukan,


sementara pada Monocotyledoneae komposisi hemiselulosa lebih bervariasi. Pada
gandum, ia didominasi oleh arabinoksilan, sedangkan pada jelai dan haver didominasi
oleh beta-glukan.

Sumber :

https://id.wikipedia.org/wiki/Hemiselulosa hari, tgl : Kamis, 10 September 2020 pukul :


15.42
3. LIGNIN
Lignin adalah polimer polifenil penyusun dinding sel kayu dengan kadar dan
komposisinya beragam signifikan antar kelompok kayu daun lebar dan daun jarum,
spesies, kayu reaksi, dan antar sel kayu. Guaiasil adalah tipe lignin kayu daun jarum
dengan komposisi utama unit guaiasil dan sedikit unit p-hidroksifenil (Akiyama et al.
2005).
Sumber :
Akiyama T, Goto H, Nawawi DS, Syafii W, Matsumoto Y, Meshitsuka G. 2005.
Erythro/threo ratio of β-O-4 structures as an important structural characteristics of lignin.
Part 4. Variation in the erythro/threo ratio in softwood and hardwood lignins and its
relation to syringyl/guaiacyl ratio. Holzforschung 59:276-281.
4. PEKTIN
Pektin merupakan segolongan polimer heterosakarida yang diperoleh dari dinding sel
tumbuhan darat. Pertama kali diisolasi oleh Henri Braconnot tahun 1825. Wujud pektin
yang diekstrak adalah bubuk putih hingga coklat terang. Pektin banyak dimanfaatkan
pada industri pangan sebagai bahan perekat dan stabilizer (agar tidak terbentuk endapan).

Pektin pada sel tumbuhan merupakan penyusun lamela tengah, lapisan penyusun awal
dinding sel. Sel-sel tertentu, seperti buah, cenderung mengumpulkan lebih banyak pektin.
Pektinlah yang biasanya bertanggung jawab atas sifat "lekat" (Jawa: pliket) apabila
seseorang mengupas buah. Penyusun utama biasanya polimer asam D-galakturonat, yang
terikat dengan α-1,4-glikosidik. Asam galakturonat memiliki gugus karboksil yang dapat
saling berikatan dengan ion Mg2+ atau Ca2+ sehingga berkas-berkas polimer
"berlekatan" satu sama lain. Ini menyebabkan rasa "lengket" pada kulit. Tanpa kehadiran
kedua ion ini, pektin larut dalam air. Garam-garam Mg- atau Ca-pektin dapat membentuk
gel, karena ikatan itu berstruktur amorf (tak berbentuk pasti) yang dapat mengembang
bila molekul air "terjerat" di antara ruang-ruang.
Sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Pektin hari,tgl : Kamis, 10 September 2020 pukul : 16.43

MACAM-MACAM STRUKTUR

1. SELULOSA
Menurut Nuringtyas (2010), dengan berdasarkan derajat polimerisasi serta kelarutan di
dalam senyawa natrium hidroksida (NaOH), ini terdapat 3 (tiga) jenis selulosa
diantaranya sebagai berikut :
a. Selulosa α (Alpha Cellulose)
Selulosa α ini merupakan jenis selulosa berantai panjang, tidak larut di dalam larutan
NaOH 17,5% atau larutan basa kuat dengan derajat polimerisasi 600 – 1500. Selulosa
α ini dipakai sebagai penduga serta atau penentu tingkat kemurnian selulosa. Selulosa
α ini merupakan kualitas selulosa yang paling tinggi (murni).

Selulosa α > 92 % ini mencukupi/memenuhi syarat untukdigunakan yaitu sebagai


bahan baku utama di dalam pembuatan bahan peledak dan/atau juga propelan ,
sedangkan untuk selulosa yang kualitas dibawahnya itu digunakan yakni sebagai
bahan baku pada industri kertas dan juga industri kain. Semakin tinggi kadar alfa
selulosa itu, maka semakin baik juga mutu bahannya.

b. Selulosa ß (Betha Cellulose)


Selulosa ß ini merupakan jenis selulosa berantai pendek, larut di dalam larutan NaOH
17,5% atau basa kuat dengan derajat polimerisasi 15-90, ini dapat/bisa mengendap
bila dinetralkan.

c. Selulosa γ (Gamma cellulose)


Selulosa γ ini ialah Selulosa yang sama dengan selulosa ß, namun ini derajat
polimerisasinya kurang dari 15.
d. Struktur secara umum
Selulosa memiliki struktur yang unik karena kecenderungannya membentuk ikatan
hidrogen yang kuat. Ikatan hidrogen intramolekular terbentuk antara:
Model fibril struktur supramolekul
selulosa
Dengan adanya ikatan hidrogen serta gaya van der Waals yang terbentuk, maka
struktur selulosa dapat tersusun secara teratur dan membentuk daerah kristalin. Di
samping itu, juga terbentuk rangkaian struktur yang tidak tersusun secara teratur yang
akan membentuk daerah nonkristalin atau amorf. Semakin tinggi packing density-nya
maka selulosa akan berbentuk kristal, sedangkan semakin rendah packing density
maka selulosa akan berbentuk amorf.

Derajat kristalinitas selulosa dipengaruhi oleh sumber dan perlakuan yang diberikan.
Rantai-rantai selulosa akan bergabung menjadi satu kesatuan membentuk mikrofibril,
bagian kristalin akan bergabung dengan bagian nonkristalin. Mikrofibril-mikrofibril
akan bergabung membentuk fibril, selanjutnya gabungan fibril akan membentuk
serat.
Sumber :
Nuringtyas, Tri Rini. 2010. Karbohidrat. Yogyakarta: Gajah MadaUniversity Press.
https://www.kajianpustaka.com/2018/10/struktur-jenis-sifat-dan-sumber-
selulosa.html hari, tgl : Kamis, 10 September 2020 pukul : 23.10
2. HEMISELULOSA
Hemiselulosa terdiri atas unit D-glukosa, D-galaktosa,D-manosa, D-xylosa, dan L-
arabinosa yang terbentuk bersamaan dalam kombinasi dan ikatan glikosilik yang
bermacam-macam. Hemiselulosa terdapat bersama-sama dengan selulosa dalam struktur
daun dan kayu dari semua bagian tanaman dan juga dalam biji tanaman tertentu.
Hemiselulosa yang terhidrolisis akan menghasilkan heksosa, pentosa dan asam uronat.
Hemiselulosa dihidrolisa oleh jasad renik dalam saluran pencernaan dengan enzim
hemiselulase, hasil akhir fermentasinya adalah VFA.

Jumlah hemiselulosa biasanya antara 15-30% dari berat kering bahan lignoselulosa.
Hemiselulosa mengikat lembaran serat selulosa membentuk mikrofibril yang
meningkatkan stabilitas dinding sel. Hemiselulosa juga berikatan silang dengan lignin
membentuk jaringan kompleks dan memberikan struktur yang kuat. Hemiselulosa
berfungsi sebagai perekat dan dapat mempercepat terjadinya pembentukan serat.

Sumber :
https://hasanxch.blogspot.com/2016/09/pengertian-hemiselulosa.html hari, tgl : Kamis,
10 September 2020 pukul : 23.15
http://en.wikipedia.org/wiki/Hemicellulose hari, tgl : Kamis, 10 September 2020 pukul :
23.14

Anda mungkin juga menyukai