Anda di halaman 1dari 183

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KADAR GULA

DARAH SEWAKTU PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2

DI PUSKESMAS AIR PUTIH SAMARINDA

PROPOSAL PENELITIAN

DISUSUN OLEH
Annisa Anggraini (17111024110015)
Dwi Cahyo Ismidiyanto (17111024110034)
Dwi Rahayu (17111024110035)
Melati (17111024110061)
Reni Anggraeni (17111024110095)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
2020

i
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KADAR GULA

DARAH SEWAKTU PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2

DI PUSKESMAS AIR PUTIH SAMARINDA

PROPOSAL PENELITIAN

DISUSUN OLEH
Annisa Anggraini (17111024110015)
Dwi Cahyo Ismidiyanto (17111024110034)
Dwi Rahayu (17111024110035)
Melati (17111024110061)
Reni Anggraeni (17111024110095)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
2020

ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Dwi Cahyo Ismidiyanto

NIM : 17111024110134

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Judul Penelitian : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kadar Gula

Darah Sewaktu Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2

Di Puskesmas Air Putih Samarinda.

Menyatakan bahwa penelitian yang kelompok kami tulis ini benar bena

r hasil karya kelompok kami sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulis

an atau pikiran orang lain yang kelompok kami akui sebagai tulisan atau pemi

kiran kami sendiri.

Apabila dikemudian hari didapatkan bukti bahwa terdapat plagiat dala

m penelitian ini, maka kelompok kami bersedia menerima sanksi sesuai kete

ntuan perundang-undangan (Permendiknas No 17, tahun 2010).

Samarinda, 10 Juni 2020

iii
NIM : 17111024110134

iv
v
MOTTO

Orang yang menuntut ilmu bearti menuntut rahmat ; orang


yang menuntut ilmu bearti menjalankan rukun Islam dan
Pahala yang diberikan kepada sama dengan para Nabi”.

( HR. Dailani dari Anas r.a )

vi
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Seraya mengucap Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kepa

da Allah Subhanahu Wa Ta'ala atas berkat dan rahmat-Nya lah sehingga ka

mi dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul “Faktor-Faktor

Yang Berhubungan Dengan Kadar Gula Darah Sewaktu Pada Pasien Diabet

es Mellitus Tipe 2 Di Puskesmas Air Putih Samarinda” tepat pada waktunya.

Proposal penelitian ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu per

syaratan untuk menyelesaikan pendidikan program Strata I Ilmu Keperawata

n di Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur tahun 2020.

Selama proses pembuatan proposal penelitian ini, penulis banyak me

mperoleh bantuan, pembelajaran, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh kar

ena itu, pada kesempatan ini kami hendak menyampaikan terima kasih kepa

da semua pihak yang senantiasa memberikan dukungan moril maupun mater

ial yang tak ternilai harganya. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya k

ami tujukan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Bambang Setiaji, M.S. Selaku Rektor Universitas Muh

ammadiyah Kalimantan Timur.

vii
2. Bapak Ghozali MH, M.Kes. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan da

n Farmasi Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur.

3. Ibu Ns. Dwi Rahmah Fitriani, S.Kep., M.Kep., selaku Ketua Program St

udi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur.

4. Dr. Hj. Nunung Herlina, S.Kp., M.Pd selaku dosen pembimbing yang te

lah mendidik dan memberikan bimbingan selama masa proses pengaj

uan judul hingga terselesaikannya proposal penelitian ini.

5. Ibu Ns.Milkhatun., M.Kep., selaku koordinator mata ajar Metodologi Pe

nelitian Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah

Kalimantan Timur.

6. Ibu dan Bapak serta Adikku yang telah memberikan doa, dorongan da

n semangat selama penyusunan proposal penelitian hingga selesai.

7. Terima kasih kepada seluruh tim penelitian yaitu Annisa Anggraini, Dw

i Cahyo Ismidiyanto, Dwi Rahayu, Melati, Reni Anggraeni yang selalu

bekerjasama dan saling mendukung dalam menyelesaikan proposal p

enelitian ini. Semoga perjuangan kita dalam penelitian selalu dipermud

ah dan dilancarkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala hingga laporan h

asil nanti. Aamiin.

8. Dan terima kasih kepada semua pihak yang memberikan bantuan, kas

ih sayang, dan perhatiannya kepada penulis yang saya tidak dapat se

butkan satu persatu.

viii
Meskipun telah berusaha menyelesaikan proposal penelitian ini sebaik

mungkin, penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini masih ada kekuran

gan dalam penyusunannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan

saran yang membangun dari seluruh pihak guna menyempurnakan segala ke

kurangan dalam penyusunan proposal penelitian ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga proposal penelitian ini berguna b

agi para pembaca dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.

Samarinda, Juni 2020

Penulis

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.........................................................................................i
HALAMAN JUDUL............................................................................................ii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN............................................iii
HALAMAN PERSETUJUAN...............................................................................iv
MOTTO............................................................................................................v
KATA PENGANTAR..........................................................................................vi
DAFTAR ISI.......................................................................................................ix
DAFTAR TABEL................................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A. Latar Belakanag........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................... 7
C. Tujuam Penelitian.................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian.................................................................................. 8
E. Keaslian Penelitian................................................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 15
A. Telaah Pustaka......................................................................................... 15
B. Penelitian Terkait..................................................................................... 100
C. Kerangka Teori Penelitian........................................................................ 103
D. Kerangka Konsep penelitian.................................................................... 105
E. Hipotesis Konsep Penelitian.................................................................... 106
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................... 109

x
A. Rancangan Penelitian................................................................................. 109
B. Subjek Penelitian........................................................................................ 109
C. Waktu dan Tempat Penelitian.................................................................... 113
D. Identifikasi Variabel Penelitian................................................................... 114
E. Definisi Operasional.................................................................................... 114
F. Metode Pengumpulan Data........................................................................ 119
G. Instrumen Penelitian.................................................................................. 120
H. Uji Validitas dan Realibilitas....................................................................... 123
I. Analisa Data................................................................................................. 126
J. Etika Penelitian............................................................................................ 131
K. Jadwak Penelitian....................................................................................... 134
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 135
LAMPIRAN....................................................................................................... 145

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kerangka Teori Penelitian....................................................103

Tabel 2.2 Kerangka Konsep Penelitian................................................106

Tabel 3.1 Definisi Operasional.............................................................114

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian..................................................................134

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Biodata Peneliti

Lampiran 2 : lembar Persetujuan Responden

Lampiran 3 : Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 4 : Lembar Informed Concent

Lampiran 5 : Lembar Kuesioner Penelitian

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit kronis adalah kondisi medis atau masalah kesehatan y

ang berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan

penatalaksanaan jangka panjang. Perubahan gaya hidup yang pasif, m

engkonsumsi makanan tinggi lemak, kolesterol, merokok dan stres yan

g tinggi, dilaporkan meningkatkan insiden penyakit kronis (Smeltzer & B

are, 2002). Salah satu penyakit yang dikategorikan sebagai penyakit kr

onis adalah diabetes mellitus (DM).

Diabetes adalah penyakit kronis serius yang terjadi karena pankrea

s tidak menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur gula darah at

au glukosa), atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan ins

ulin yang dihasilkannya. Diabetes adalah masalah kesehatan masyarakat

yang penting, menjadi salah satu prioritas dari empat penyakit tidak menul

ar yang menjadi target tindak lanjut oleh para pemimpin dunia. Jumlah ka

sus dan prevalensi diabetes terus meningkat selama beberapa dekade te

rakhir. (WHO Global Report, 2018).

Menurut WHO 2018, diabetes mellitus menyebabkan 1,5 juta kem

atian dengan adanya gula darah yang lebih tinggi dari batas maksimum m

1
engakibatkan peningkatan sebesar 2,2 juta. Empat puluh tiga persen (43

%) dari 3,7 juta kematian ini terjadi sebelum usia 70 tahun akibat glukosa

darah yang tinggi. World Health Organization (WHO) bahkan memperkira

kan penyakit diabetes mellitus akan menimpa 21,3 juta penduduk Indones

ia pada tahun 2030.

Data yang diperoleh dari International Diabetes Federation (IDF) 20

19 menyebutkan bahwa penderita diabetes mellitus usia 20-79 tahun pa

da tahun 2019 prevalensi jumlah penderita diabetes mellitus sebesar 463

juta penderita dan pada tahun 2045 diperkirakan akan meningkat sampai

700 juta penderita diabetes mellitus. Prevalensi global dari 10 besar deng

an gangguan toleransi glukosa pada orang dewasa (20-79 tahun) dengan

diabetes mellitus pada tahun 2019 negara Indonesia menempati pringkat

ke tujuh dengan penderita diabetes mellitus sebanyak 11 juta setelah Cin

a, India, Amerika Serikat. Pakistan, Brazil, dan Mexico.

Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, prev

alensi penyakit diabetes mellitus (DM) di Indonesia mengalami kenaikan d

alam lima tahun terakhir dari 6,9% menjadi 8,5%. Karena itu dibutuhkan p

enanganan khusus dan tidak sama antara penderita DM. Sedangkan prev

alensi DM semua umur di Indonesia sedikit lebih rendah dibandingkan pre

valensi DM pada usia ≥15 tahun, prevalensi DM berdasarkan diagnosis do

kter dan usia ≥ 15 tahun yang tertinggi adalah DKI Jakarta sebesar 3,4%

2
dan terendah di NTT sebesar 0,9%, dan Kalimantan timur menduduki pos

isi kedua bersama provinsi Sulawesi Utara yaitu sebesar 3,1%.

Data dari Dinas Kesehatan Kota Samarinda jumlah penderita diabe

tes mellitus pada tahun pada tahun 2017 sebanyak 1152 kasus dan pada

7 bulan pertama ditahun 2018 sebanyak 364 kasus dengan kasus terbany

ak penderita usai 20-70 tahun.

Diabetes mellitus tipe 2 adalah jenis diabetes yang paling umum, te

rhitung sekitar 90% dari semua kasus diabetes. Umumnya ditandai oleh r

esistensi insulin, dimana tubuh tidak sepenuhnya menanggapi insulin. Kar

ena insulin tidak dapat bekerja dengan baik, kadar glukosa darah terus m

eningkat, melepaskan lebih banyak insulin. Untuk beberapa orang dengan

diabetes mellitus tipe 2 ini pada akhirnya dapat menguras pankreas, yang

mengakibatkan tubuh memproduksi lebih sedikit insulin, menyebabkan ka

dar gula darah tidak terkendali menjadi lebih tinggi (Hiperglikemia).

Terkendalinya kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus ti

pe 2 dapat berhubungan oleh banyak faktor, seperti faktor keturunan, obe

sitas, perubahan gaya hidup, pola makan, aktivitas fisik, perokok, stres, tin

gkat pengetahuan tentang penyakit dan kepatuhan terhadap pengobatan

yang dijalani (Derek. Dkk, 2017).

Pola makan yang salah akan menyebabkan kadar gula darah pada

3
penderita diabetes mellitus tipe 2 meningkat, sehingga faktor diet atau pe

rencanaan makan sangat penting dalam pengendalian kadar gula dara

h. Pola makan yang baik menjadi komponen utama keberhasilan penatala

ksanaan diabetes mellitus. Perencanaan pola makan yang dimaksud sepe

rti mengatur jumlah kalori dan karbohidrat agar dapat membantu pasien di

abetes mellitus dalam menjaga glukosa darah, lemak dan tekanan darah

(Dafriana, 2017).

Aktivitas fisik juga dapat mengendalikan kadar gula darah karena

dapat menormalkan glukosa darah dan lipid darah, meningkatkan kerja in

sulin, menurunkan berat badan, mengurangi resiko penyakit kardiovask

uler. Aktivitas fisik yang baik dilakukan seperti rutin bersepeda atau melak

ukan jalan santai 3-4 hari dalam seminggu dengan durasi 20 menit setiap

harinya dan mengurangi aktivitas fisik yang hanya duduk supaya kadar gu

la darah tetap terkontrol (Nuryati, 2017).

Untuk menjaga kadar gula darah tetap terkendali, pasien diabete

s mellitus tipe 2 juga harus memiliki pengetahuan mengenai penyakitny

a. Kunaryanti, dkk (2018) menyatakan bahwa pengetahuan seseorang er

at dengan perilakunya, tingkat pengetahuan dapat mempengaruhi terkend

alinya proses perkembangan penyakit, termasuk mengetahui adanya kom

plikasi penyakit.

Pengetahuan yang harus dimiliki pasien diabetes mellitus adalah

4
pasien memahami penyakit diabetes mellitus, tanda dan gejala dari dia

betes. Tanda dan gejala hiperglikemia atau hipoglikemia, tahu komplika

si , tahu cara pengobatan diabetes Melitus, pemakaian obat-obatan dia

betes Melitus, paham akan manfaat latihan fisik dan dapat melakukan l

atihan fisik dengan benar dalam upaya pengendalian kadar gula darah.

Kepatuhan minum obat antidiabetes pada penderita diabetes mellit

us tipe 2 sangat berpengaruh terhadap terkendalinya kadar gula darah, ka

rena menjaga agar gula darah tetap pada batas normal. Jika tingkat kepat

uhan minum obat sedang maka dapat meningkatkan kadar gula darah, da

n sebaliknya jika kepatuhan minum obat tinggi akan mampu menjaga kad

ar gula dalam darah tetap normal sehingga mempercepat penyembuhan p

enyakit diabetes mellitus tipe 2 (Bulu, dkk 2019).

Tingkat stres yang buruk juga bisa berpengaruh terhadap terkendal

inya kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2, karena tingkat

stres dapat menstimulus organ endokrin untuk mengeluarkan ephinefrin y

ang bertugas dalam melepaskan sejumlah besar kadar glukosa dalam dar

ah (Adam, dkk 2019).

Penderita diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Air putih Samarind

a, tercatat bahwa jumlah kunjungan pasien diabetes mellitus yang berobat

pada tahun 2017 sebanyak 1,061 pasien dengan data 562 jiwa merupaka

n penderita lama dan 499 jiwa merupakan pasien baru.

5
Terjadinya pertambahan pasien baru mencapai hampir 100% dari d

ata pasien diabetes mellitus yang telah tercatat sebelumnya. Dengan men

getahui faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan diabetes mellitus tip

e 2, dan berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya yang meliputi dap

at dilakukan upaya pencegahan. Oleh karena itu, diperlukan penelitian unt

uk mengetahui faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian dia

betes mellitus tipe 2.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk me

ngetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kadar gula darah pada pasien

diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Air Putih Samarinda.

6
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah adalah

“Apakah faktor-faktor yang berhubungan dengan kadar gula darah sewakt

u pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Air Putih Samarind

a?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan kadar gul

a darah sewaktu pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Ai

r Putih Samarinda.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik responden pasien diabetes mellitus ti

pe 2 di Puskesmas Air Putih Samarinda.

b. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan pasien diabetes mellitus tipe

2 di Puskesmas Air Putih Samarinda

c. Mengidentifikasi kepatuhan minum obat pasien diabetes mellitus ti

pe 2 di Puskesmas Air Putih Samarinda.

d. Mengidentifikasi gaya hidup pasien diabetes mellitus tipe 2 di Pusk

esmas Air Putih Samarinda.

e. Mengidentifikasi aktivitas fisik pasien diabetes mellitus tipe 2 di Pu

7
skesmas Air Putih Samarinda.

f. Mengidentifikasi pola makan pasien diabetes mellitus tipe 2 di Pus

kesmas Air Putih Samarinda.

g. Mengidentifikasi tingkat stress pasien diabetes mellitus tipe 2 di Pu

skesmas Air Putih Samarinda.

h. Mengidentifikasi kadar gula darah sewaktu pasien diabetes mellitu

s tipe 2 di Puskesmas Air Putih Samarinda.

i. Menganalisa hubungan tingkat pengetahuan, kepatuhan minum o

bat, gaya hidup, aktivitas fisik, pola makan, dan tingkat stress deng

an kadar gula darah sewaktu pasien diabetes mellitus tipe 2 di Pus

kesmas Air Putih Samarinda.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi para penderita diabetes mellitus

Hasil dari penelitian dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi

pasien diabetes mellitus tipe 2 untuk pengendalian kadar gula darah

sewaktu.

2. Manfaat bagi Puskesmas

Hasil penelitian dapat menjadi masukan penting bagi para petugas ke

sehatan yang ada di Puskesmas baik dokter atau perawat bahwa unt

uk mengendalikan kadar gula darah sewaktu pasien diabetes mellitus

tipe 2 tidak hanya dengan farmakologis tetapi juga dengan terapi no

n-farmakologis.

8
3. Manfaat bagi institusi pendidikan

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran untuk

mahasiswa menambah wawasan mengenai faktor-faktor yang berhub

ungan dengan kadar gula darah sewaktu pasien diabetes mellitus tip

e 2.

4. Manfaat bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan penelitian selanjutn

ya yang berkaitan dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan ka

dar gula darah sewaktu pasien diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas

Air Putih Samarinda.

5. Manfaat Teoritis

a. Manfaat Keilmuan

Hasil penelitian dapat memberikan gambaran mengenai faktor-fa

ktor yang berhubungan dengan kadar gula darah sewaktu pasien

diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Air Putih Samarinda sehing

ga dapat menambah wawasan dan pengetahuan.

b. Manfaat Metodologi

Hasil penelitian dapat menambah wawasan jumlah penelitian me

ngenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kadargula darah s

ewaktu pasien diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Air Putih Sa

marinda.

9
E. Keaslian Penelitian

1. Penelitian yang dilakukan Boku , Edy (2019) tentang Faktor-Faktor Y

ang Berhubungan Terhadap Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabe

tes Melitus Tipe 2 Di Rs Pku Muhammadiyah Yogyakarta Penelitian i

ni merupakan penelitian kuantitatif, metode deskriptif korelasi, denga

n pendekatan waktu cross sectional. Metode sampling menggunakan

tehnik purposive sampling. Instrumen menggunakan Timbangan BB,

microtoise Blood Glucose test dan kuesioner, analisis data dengan sk

ala ordinal menggunakan kendall tau dan data dengan skala interval

yaitu Person correlation.

Perbedaan penelitian yang dilakukan saat ini yaitu dengan mengguna

kan analisis data univariat dan bivariate (Chi Square) dan menggunak

an instrument kuisioner dan lembar observasi kadar gula darah sewa

ktu.

2. Penelitian yang dilakukan Hasanah dan Helma (2019) tentang Fakto

r-Faktor yang Mempengaruhi Meningkatnya Kadar Gula Darah Pasie

n di Klinik Fanisa Kota Pariaman dengan Menggunakan Analisis Fakt

or. Penelitian ini menggunakan data primer dengan kuesioner. Tujua

n penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempeng

aruhi peningkatan kadar gula darah pasien di klinik Fanisa kota Parim

an. Pada penelitian ini variabel yang digunakan adalah umur, indeks

10
masa tubuh, asupan makanan, kepatuhan minum obat. Perbedaan p

enelitian yang dilakukan saat ini yaitu populasi yang digunakan adala

h pasien yang terdiagnosa diabetes mellitus tipe 2 yang menjalani ra

wat jalan di Puskesmas Air Putih Samarinda dan pada variabel indep

enden yang diteliti adalah kepatuhan minum obat, tingkat pengetahua

n, pola makan, stres, aktivitas fisik dan gaya hidup.

3. Penelitian yang dilakukan Rudi dan Hendrikus (2016) tentang Faktor

Risiko Yang Mempengaruhi Kadar Gula Darah Puasa Pada Penggun

a Layanan Laboratorium, penelitian ini merupakan penelitian kuantitat

if dengan rancangan cross sectional, sampel penelitian ini mengguna

kan sampling insidential sebanyak 178 responden. Pengumpulan dat

a dengan wawancara dan kuesioner dengan analisis univariat dan biv

ariate.

Perbedaan penelitan yang dilakukan saat ini yaitu teknik sampling ya

ng digunakan adalah nonprobalbility sampling dengan teknik purposi

ve sampling.

4. Penelitian yang dilakukan Nurul, Rita, dan Ani (2017) tentang

Hubungan pengetahuan Diabetes Melitus dengan Gaya hidup Pasien

Diabetes Melitus di RS. Tingkat II Dr.Soepraoen Malang, Penelitian

ini menggunakan desain penelitian Non Eksperimen dengan metode

pendekatan cross sectional, sampel penelitian ini menggunakan

sampel sebanyak 30 responden. Pengumpulan data dengan uji

11
statistik spearman rank.

Perbedaan penelitan yang dilakukan saat ini yaitu teknik sampling ya

ng digunakan adalah nonprobalbility sampling dengan teknik purposi

ve sampling dan saat ini penelitian ini menggunakan analisis data uni

variat dan bivariate.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Putri Dafriani (2017) tentang

Hubungan Pola Makan dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian

Diabetes Mellitus di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. Rasidin

Padang, penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik dengan

pendeketan cros sectional, sampel penelitian ini menggunakan

sampel sebanyak 93 responden. Pengumpulan data menggunakan

kuesioner dan kejadian DM diukur menggunakan diagnosa medis.

Perbedaan penelitian yang dilakukan saat ini yaitu teknik sampling

yang digunakan adalah nonprobalbility sampling dengan teknik

purposive sampling.

6. Penelitian ini dilakukan Laila dan Merryana (2017) tentang Hubungan

Aktivitas Fisik dengan Kadar Gula Darah Puasa Penderita Diabetes M

elitus Tipe 2 di Puskesmas Mulyorejo Surabaya. Penelitian ini mengg

unakan desian cross sectional dengan sampel penelitian sebanyak 62

orang. Pengumpulan data dengan dengan panduan wawancara terstr

uktur dan IPAQ. Pengambilan sampel darah dengan metode spektrof

otometer yang dilakukan oleh analis medis laboratorium Puskesmas

12
Mulyorejo. Analisis dilakukan dengan uji statistik Spearman’s Rho.

Perbedaan penelitian ini dipilih secara acak yaitu dengan menggunak

an teknik simple random sampling.

7. Penelitian yang dilakukan oleh Rusnoto dkk (2018) dengan judul Hub

ungan Tingkat Kepatuhan Minum Obat Dengan Kadar Glukosa Darah

pada pasien Diabetes Mellitus Di Klinik Anisah Demak, merupakan pe

nelitian kuantitatif survei analitik dengan desain survei crossectional d

engan pengumpulan sampel dengan total sampling. Pada penelitian i

ni terdapat tingkat kepatuhan minum obat sebagai variabel independe

n dan kadar glukosa darah sebagai variabel dependen.

Perbedaaan dengan penelitian yang dilakukan saat ini yaitu merupak

an penelitian kuantitatif dengan pendekatan yang digunakan adalah c

ross sectional study dan menggunakan tehnik pengumpulan sampel p

urposive sampling.

8. Penelitian yang dilakukan oleh Muhasidah (2017) tentang Hubungan

Tingkat Pengetahuan, Sikap Dan Pola Makan Dengan Kadar Gula Da

rah Penderita Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Sudian

g Kota Makasar, pada penelitian ini merupakan penelitian anlitik kuan

titatif menggunakan desain cross sectional dengan populasi penderit

a DM sebanyak 142 orang dengan teknik pengambilan sampel purpo

sive sampling.

Perbedaan penelitian yang dilakukan saat ini dilakukan di Puskesmas

13
Air Putih Samarinda. Variabel independen pada penelitian saat ini m

eliputi tingkat pengetahuan, kepatuhan minum obat, stres, pola maka

n, aktivitas fisik dan gaya hidup.

9. Penelitian yang dilakukan oleh Ikhwan, Eka Astuti, Misriani (2018) de

ngan judul Hubungan Kadar Gula Darah Dengan Tingkat Stres Pada

Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di Puskesmas Anggeraja Kabupat

en Enrekang. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan d

esain penelitian deskriptif analitik menggunakan pendekatan cross se

ctionl study, teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampl

ing dengan jumlah sampel 32 orang. Penelitian ini menggunakan uji c

hi square.

Perbedaan penelitian yang dilakukan saat ini di Puskesmas Air Putih

Samarinda. Variabel independen pada penelitian saat ini meliputi tin

gkat pengetahuan, kepatuhan minum obat, stres, pola makan, aktivita

s fisik dan gaya hidup.

14
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Konsep Diabetes Melliitus

a. Definisi Diabetes Mellitus Tipe 2

Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit gangguan metabolisme

yang biasanya ditandai dengan meningkatnya kadar gula darah dal

am tubuh dan biasa disebut dengan kondisi hiperglikemia, kondisi i

ni biasa disebabkan oleh penurnan produksi insulin akibat tergangg

unya fungsi sel beta di dalam pankreas sehingga berkurangnya res

pon insulin di dalam tubuh (ADA, 2018). DM sering disebut sebaga

i penyakit the silent killer karena gejala yang ada sepertimudah lap

ar, mudah haus dan sering kencing disadari saat penderita mulai m

erasakan keluhan (Isnaini dan Ratnasari, 2018).

Diabetes Mellitus merupakan penyakit kronis akibat tubuh tidak

dapat memproduksi hormone insulin secara adekuat yang disebab

kan oleh terganggunya fungsi sel beta pankreas atau fungsi insulin

(resistensi insulin) sehingga menyebabkan glukosa dalam darah m

eningkat (Kemenkes RI, 2018).

Diabetes mellitus adalah suatu penyakit gangguan metabolisme

kronis akibatnya terjadi peningkatan glukosa darah (hiperglikemia),

15
yang disebabkan tidak seimbangnya suplai dan kebutuhan dalam

memfasilitasi masuknya glukosa dalam sel untuk dapat digunakan

metabolisme dan pertumbuhan sel. Berkurang atau tidak adanya in

sulin menyebabkan glukosa tertahan di dalam darah, dan sel kekur

angan glukosa yang dibutuhkan untuk kelangsungan dan tetap berf

ungsi (Izzati & Nirmala, 2015).

b. Penyebab

1). Genetik

Genetik dapat mempengaruhi sel beta dalam kemampuannya

mengenali sekretoris insulin. Hasil penelitian menunjukkan bah

wa umur, riwayat keluarga, aktivitas fisik, tekanan darah, stress

dan kolestrol berhubungan dengan diabetes mellitus (Trisnawati

& Setyorogo, 2012).

2). Usia

Usia diatas 30 tahun beresiko terkena diabetes mellitus tipe II, k

arena disebabkan oleh penurunan anatomis, fisiologis, biokimia.

Dimana perubahan dimulai dari tingkat sel, selanjutnya tingkat j

aringan dan berakhir pada tingkat organ yang berpengaruh terh

adap homeostatis (Damayanti, 2015).

3). Jenis kelamin

Menurut Soegondo dan Amtira (2015) perempuan lebih banyak

16
mengidap penyakit diabetes mellitus disbanding laki-laki, ini dis

ebabkan adanya perbedaan dalam beraktivitas dan gaya hidup

sehari-hari yang sangat berpengaruh terhadap terjadinya penya

kit. Dan perempuan memiliki peluang meningkatnya indeks mas

a tubuh yang besar.

4). Berat Badan

Soegondo dalam Amtiria (2015) menjelaskan bahwa obesitas m

enyebabkan berkurangnya respon sel beta pankreas terhadap p

eningkatan kadar gula darah. Sehingga orang yang diabetes be

resiko 7,14 kali terkena diabetes mellitus tipe II daripada orang

yang tidak obesitas (Trisnawati & Setyorogo, 2012).

5). Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik yang kurang dapat menjadi faktor penyebab reten

si insulin pada diabetes mellitus tipe II menurut Soegondo dala

m Amitiria (2015).

6). Pola Makan

Kadar gula darah yang buruk di dalam tubuh dapat diakibatkan

oleh pola makan yang kurang baik. Karena dalam keadaan nor

mal glukosa akan mengalir dalam darah yang akan diatur oleh i

nsulin dari pankreas, untuk mengontrol cara pembentukan dan

penyimpanan glukosa (Damayanti, 2015).

7). Stres

17
Penelitian dari Labindjang, Kadir, & Salamanja (2015) menyatak

an stress adalah factor sangat penting mempengaruhi penderita

diabetes mellitus, hormone stress yang diproduksi secara berle

bih dapat meningkatkan kadar gula darah. Saat rileks dapat me

ngembalikan kondisi hormone stress dan tubuh akan mengguna

kan insulin secara efektif.

c. Manifestasi Diabetes Mellitus

Menurut Strayer & Schub (2010) dalam Arifin (2011) sebagai beriku

t:

1). Poliuria

Kadar gula darah yang meningkat menyebabkan diuresis osmot

ic sehingga urine akan dikeluarkan dalam jumlah banyak oleh gi

njal.

2). Polidipsi

Dehidrasi yang disebabkan oleh terlalu banyaknya glukosa yan

g dikeluarkan oleh ginjal memalui urine sehingga menimbulkan

rasa haus dan mulut kering sebagai kompensasi penderita akan

banyak minum.

3). Polifagi

Insulin terganggu mengakibatkan glukosa tidak dapat dipecah d

engan sempurna sehingga sel-sel tubuh tidak mendapat nutrisi

18
dan tidak dapat membentuk energy. Akibatnya tubuh akan menj

adi tidak bertenaga. Sel-sel yang kurang nutrisi tadi akan mensti

mulus otak mengeluarkan alarm rasa lapar untuk meningkatkan

asupan makanan, sehingga muncul rasa ingin makan yang berl

ebih.

4). Penurunan Berat Badan

Akibat dari insulin yang tidak dapat memecah glukosa menjadi

energy, maka terjadi pemecahan asam amino di dalam otot unt

uk menjadi energy sehingga cadangan protein otot akan berkur

ang, inilah yang mengakibatkan berat badan menurun.

d. Patofisiologi Diabetes Mellitus

Proses pencernaan makanan manusia dimulai dari mulut yang

kemudian diteruskan ke lambung dan berakhir di usus. Di dalam pe

ncernaan makanan yang masuk tadi akan dipecah, karbohidrat dip

ecah menjadi glukosa, protein dipecah menjadi asam amino, dan le

mak menjadi asam lemak. Kemudian zat makanan akan diserap us

us dan masuk ke pembuluh darah lalu diedarkan ke seluruh tubuh

sebagai bahan bakar bagi organ-oragan yang ada di dalam tubuh.

Dimana zat tersebut harus masuk terlebih dahulu kedalam sel untu

v diolah. Glukosa dari makanan tersebut akan dibakar melalui pros

es kimia di dalam sel hingga menjadi energy.untuk tubuh, yang ma

19
na proses ini disebut dengan metabolisme. Insulin berperan pentin

g dalam proses metabolisme karena bertugas untuk memasukan gl

ukosa kedalam sel. Insulin merupakan hormone yang disekresikan

oleh sel beta di pankreas. Dalam keadaan yang normal kadar insuli

n akan cukup dan sensitif, reseptor insulin akan menangkap insulin

yang berada pada permukaan sel otot, lalu membuka pintu masuk

sel untuk masuknya glukosa yang akan diubah menjadi energy, se

hingga kadar gula darah dalam tubuh menjadi normal.

Pada penderita diabetes, insulin berada pada jumlah yang sedik

it atau mengalami gangguan hormone insulin (resistensi insulin), w

alaupun insulin dan reseptor insulin ada namun pintu sel tidak akan

terbuka yang menyebabkan glukosa tidak dapat masuk ke dalam s

el tersebut untuk dipecah menjadi energi, akibatnya glukosa akan

menumpuk di dalam darah dan menyebabkan hiperglikemia (Soeg

ondo et al, 2009).

e. Kriteria Diagnosis DM

Menurut PERKENI (2015), sebagai berikut :

1). Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dL, dimana pada

saat puasa tidak ada asupan kalori minimal 8 jam.

2). Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dL, dilakukan 2 jam sete

lah Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO), dengan beban glukosa

20
75 gr.

3). Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dL disertai kelu

han klasik.

4). Pemeriksaan HbA1c ≥6,5% dengan metode yang terstandarisas

i oleh National Glycohaemoglobin Standarization (NGSP).

f. Penatalaksanaan DM

Menurut PERKENI (2015), terdapat 4 pilar penatalaksanaan diabet

es mellitus tipe II yaitu :

1). Edukasi

Edukasi yang diberikan berupa pemahaman penyakit, pengend

alian penyakit, komplikasi yang akan terjadi, monitoring gula dar

ah, perawatan mandiri bagi penyandang DM. Edukasi ini dapat

dilakukan dengan penyuluhan kesehatan diberbagai pelayanan

kesehatan. Edukasi pencegahan yang dilakukan meliputi primer

seperti penyuluhan dilakukan kepada masyarakat yang belum t

erkena DM, pencegahan skunder seperti pencegahan dengan s

creening awal untuk mengobati DM, dan pencegahan tersier yai

tu penyuluhan yang dilakukan untuk masyarakat yang sudah ter

kena DM.

2). Terapi Nutrisi

Pola makan yang terkontrol akan sehat dan seimbang dapat me

21
ngendalikan asupan glukosa yang masuk ke tubuh, sehingga b

eban kerja insulin berkurang. Pengtaturan pola makan meliputi

3J (Jadwal, Jenis, dan Jumlah). Dengan standar yang dianjurka

n adalah makanan dengan karbohidrat 60-70% total asupan en

ergy, lemak 20-25% total asupan energi, protein 10-15% total a

supan energi, natrium <2300 mg/hari dan serat 20-35 gr/hari. B

erikut rumus Indeks Massa Tubuh (IMT) untuk menentukan stat

us gizi :

IMT = BB (Kg) / TB (m2)

Klasifikasi IMT :

BB kurang : <18,5

BB normal : 18-22,9

BB lebih : >23,0

(WHO dalam PERKENI 2015)

Tabel Pola Jadwal Makan Pengidap DM

Waktu Jadwal Makan


Pukul 07.00 Makan Pagi
Pukul 10.00 Makan Selingan I
Pukul 13.00 Makan Siang
Pukul 16.00 Makan Selingan II
Pukul 19.00 Makan Malam

22
Pukul 22.00 Makan Selingan III
(Sugianto, 2016)

Tabel Proporsi Kalori Pengidap DM

Presentase Kalori Jadwal Makan


20% bagian kalori/hari Makan Pagi
10% bagian kalori/hari Makan Selingan I
30% bagian kalori/hari Makan Siang
10% bagian kalori/hari Makan Selingan II
20% bagian kalori/hari Makan Malam
10% bagian kalori/hari Makan Selingan III
(Sugianto, 2016)

3). Aktivitas Fisik

Seperti kegiatan dan latihan jasmani. Kegiatan jasmani sehari-har

i seperti mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan aktivitas saat

bekerja. Latihan jasmani seperti jalan kaki , bersepeda. Olahraga

dilakukan 3-5 kali selama 30 menit dalam seminggu atau sesuai k

emampuan dan umur penderitan DM. Sebelum latihan jasmani ha

rus dilakukan pemeriksaan kadar gula dahulu, selain membuat ba

dan jadi bugar latihan jasmani juga dapat memperbaiki sensitifitas

insulin untuk mengendalikan kadar gula dalam tubuh.

4). Terapi farmakologis

Terapi ini dilakukan bersamaan dengan pengaturan pola makan d

an latihan jasmani (melakukan gaya hidup sehat). Terapi farmako

logis sendiri terdiri dari obat oral dan berbentuk suntikan.

23
2. Konsep Kadar Gula Darah

a. Pengertian kadar gula darah

Glukosa darah merupakan kadar gula yang terdapat dala

m darah yang terbentuk dari karbohidrat dari kandungan yang t

erdapat didalam makanan dan disimpan sebagai glikogen di ha

ti dan otot rangka. Kadar gula darah adalah terjadi peningkatan

setelah makan dan terjai penurunan di waktu pagi hari saat ban

gun tidur. Seseorang dikatakan hipoglikemi apabila keadaan gl

ukosa darah dalam keadaan jauh di bawah nilai normal, sedan

gkan seseorang dikatakan hiperglikemi adalah keadaan diman

a mengalami peningkatan kadar gula darah di atas normal (Ru

di, 2013).

b. Faktor yang mempengaruhi pengendalian kadar gula darah

Penderita diabetes mellitus yang tidak menjalakan penge

ndalian gula darah dengan baik berakibat pada ketidakstabilan

glukosa darah, dengan kata lain akan terjadi peningkatan atau

penurunan kadar glukosa darah menjadi tidak stabil. Dampak l

ebih lanjut dari tidak melakukan pengendalian adalah penderita

dapat mengalami syok hipoglikemi yaitu dimana keadaan gula

darah dibawah 60mg/dl atau menyebabkan hiperglikemi denga

24
n gula darah diatas 60mg/dl.

Pasien diabetes mellitus harus berusaha menjaga kadar

glukosa darah dalam batas normal, dan untuk melakukan hal in

i mereka perlu menjaga keseimbangan diantaranya jumlah gluk

osa yang masuk harus seimbang dengan glukosa yang hilang.

Faktor faktor yang dapat mempengaruhi kadar gula darah yaitu

diit, aktifitas fisik, kepatuahn minum obat dan pengetahuan (De

wi, 2014).

c. Pemeriksaan kadar gula darah

Menurut Perkeni 2015 Pemeriksaan kadar gulah antara lain, ya

itu:

1) Pemeriksaan glukosa darah sewaktu

Dilakukan setiap waktu pada pasien dalam keadaan tan

pa puasa. Spesimen dapat berupa serum, plasma, atau

darah kapilar. Pemeriksaan glukosa darah sewaktu plas

ma dapat digunakan untuk pemeriksaan penyaring dan

memastikan diagnosis DM, sedangkan periksaan gula d

arah yang berasal dari darah kapilar hanya untuk pemer

iksaan penyaring. Tes ini mengukur glukosa darah yang

diambil kapan saja tanpa memperhatikan waktu makan.

25
Kriteria KGDS di kategorikan menjadi 2, GDS terkontrol

(GDS≤135 mg/dL) dan tidak terkontrol (GDS>135 mg/d

L)( Rasmussen et al., 2014 ).

2) Pemeriksaan gula darah puasa

Tes yang dilakukan dengan mengambil darah pasi

en yang sebelumnya telah diminta untuk melakukan puasa

Hal ini dapat menghindari adanya peningkatan gula darah

lewat makanan yang dikonsumsi dan akan mempengaruhi

hasil tes. Pasien diabetes mellitus yang akan menjalani tes

dilakukan puasa selama 8-14 jam sebelum melakukan tes.

Menurut fahmiyah dan latra (2016), Glukosa darah puasa

dikategorikan menjadi 2, yaitu GDP terkendali (GDP<126

mg/dl) dan GDP tidak terkendali (GDP ≥ 126 mg/dl).

3) Pemeriksaan gula darah 2 jam sesudah makan

Pemeriksaan ini dilakukan dengan melakukan tes

glukosa 2 jam dihitung setelah pasien makan. Pada pemeri

ksaan ini memiliki kendala karena sulit dilakukan pengawa

san pasien untuk tidak makan dan minum selama 2 jam se

telah makan. Selain itu makan yang dikonsumsi baik dari j

enisnya maupun jumlahnya tidak dapat di tetapkan secara

baku,

26
4) Pemeriksaan HbA1c

HbA1C merupakan suatu pemeriksaan status gula

darah dalam jangka panjang dan sangat akurat terhadap s

emua tipe Diabetes Mellitus. Nillai HbA1C menjadi indikato

r untuk mengetahui kadar gula darah seseorang dalam kea

daan terkendali atau tidak.

3. Konsep Pola Makan

a. Pengertian

Pola makan merupakan cara atau usaha dalam

mengatur jumlah makan dan jenis makanan dengan

menggunakan berbagai macam gambaran informasi, seperti

mempertahankan kesehatan, mencegah atau membantu

kesembuhan penyakit, dan status nutrisi (Depkes, RI 2009).

Pola makan merupakan karakteristik dari kegiatan yang b

erulang dari setiap individu atau setiap orang akan makan untu

k memenuhi kebutuhan makanan nya. Terdapat 3 komponen d

i dalam pola makan : jenis makanan, frekuensi makan, jumlah

makan (Suliatyoningsih, 2011).

b. Komponen pola makan

Secara umum, ada 3 komponen pola makan :

27
1. Jenis makan

Jenis makan merupakan bahan makan yang bera

gam ketika dimakan, dicerna, dan diserap dapat mengha

silkan susunan menu sehat dan seimbang. Jenis makana

n yang dikonsumsi harus bervariasi dan mengandung ba

nyak nutrisi yang bermanfaat bagi tubuh seperti karbohid

rat, protein, lemak, vitamin, dan mineral (Oetoro, 2018).

2. Jumlah porsi makan

Jumlah makanan yang sehat harus disesuaikan d

engan ukuran yang dikonsumsi. Untuk berat badan ideal,

tidak perlu menambahkan ataupun mengurangi porsi ma

kan cukup dengan yang sedang-sedang saja. Untuk bera

t badan yang lebih gemuk, harus mengurangi porsi maka

n sehat dalam setiap kali makan (Oetoro, 2018).

3. Frekuensi makan

Frekuensi makan merupakan jumlah makan dalam

setiap harinya. Secara alamiah makanan yang masuk di

dalam tubuh akan diproses dengan organ-organ pencern

aan mulai dari mulut hingga usus halus (Oetoro, 2018).

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola makan

Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi terbentu

28
knya pola makan adalah faktor ekonomi, faktor agama, faktor s

osial budaya, faktor lingkungan, dan faktor pendidikan (Sulisty

oningsih, 2011).

1. Faktor ekonomi

Faktor ekonomi menurun dapat menyebabkan penuruna

n kualitas makan masyarakat dengan membeli bahan makan se

adanya ataupun seperlunya saja. Jika pendapatan ekonomi ting

gi, masyarakat akan lebih mengutamakan selera dari pada aspe

k gizi, kecenderungan mengkonsumsi makanan impor.

2. Faktor agama

Di dalam agama memiliki aturan-aturan pola makan yang

baik dan benar, seperti bagaimana cara makan, bagaimana pen

golahannya, persiapan makan, dan penyajiannya.

3. Faktor sosial budaya

Pantangan dalam mengkonsumsi makanan dapat dipeng

aruhi oleh faktor sosial budaya, di dalam kepercayaan budaya a

dat berbagai daerah memiliki kebiasaan pola makan dengan car

a tersendiri.

29
4. Faktor lingkungan

Di dalam lingkungan keluarga, melalui media promosi, el

ektronik, dan media cetak, dapat mempengaruhi pembentukan

perilaku makan sehingga dapat berpengaruh juga dalam pola m

akannya.

5. Faktor pendidikan

Salah satu pengetahuan yang dipelajari akan berpengaruh te

rhadap pemilihan bahan makanan yang akan dikonsumsi, juga

pengetahuan tentang gizi.

d. Hubungan pola makan dengan kadar gula darah

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan Juriansi Sarci

Magiantang, dkk, 2015. Melakukan penelitian dengan membagi

dua pola makan, pola makan sering dan pola makan jarang,

dengan 4 kategori jenis makanan yaitu karbohidrat, lemak, protein,

dan serat. Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa

adanya hubungan pola makan dengan peningkatan kadar gula

darah yang memicu terjadinya diabetes melitus tipe 2. Sebanyak

10 (12,3%) responden menderita diabetes mengkonsumsi

karbohidrat secara sering, sedangkan 19 (23,5%) responden tidak

sering mengkonsumsi karbohidrat. Dari uji statistik mendapatkan

nilai probabilitas sebesar 0,04 memiliki arti pada α 0,05 terdapat

hubungan signifikan antara konsumsi karbohidrat dengan

30
penderita diabetes melitus.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti

selama penelitian berlangsung didapatkan bahwa kebiasaan

masyarakta Lobbo dan Lobbo 1, jenis makanannya tidak begitu

beragam. Seperti karbohidrat, masyarakat menjadikan beras

sebagai bahan pokok utama dan jarang mengkonsumsi

karbohidrat lainnya seperti umbi-umbian. Masyarakat juga sering

mengkonsumsi minuman dan minuman manis, seperti kopi atau

teh juga kue manis atau roti sebagai pendamping teh atau kopi

setiap harinya. Pemakaian gula pasir 2-3 sendok dalam setiap

satu gelas kopi atau teh yang diminum sehari-hari.

Makanan atau minuman manis mengandung gula pasir

(sukrosa), sukrosa memiliki spontanitas tidak memerlukan

metabolisme lagi di dalam tubuh, sehingga dapat langsung masuk

ke aliran darah. Oleh sebab itu, kebiasaan mengkonsumsi

makanan atau minuman manis dapat meningkatkan kadar gula

dalam darah (Marewa, 2015).

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Enggar Fitria Nur

Susanti, 2019. Melakukan penelitian dengan dua pola makan yaitu

pola makan baik dan pola makan kurang baik. Dari hasil penelitian

31
yang didapatkan mayoritas responden sebanyak 54 orang (60,7%)

responden memiliki pola makan kurang baik. Hasil penelitian ini

didukung oleh penelitian Dolongseda, dkk 2017, bahwa pasien

penderita DM tipe 2 cenderung memiliki pola makan tidak baik.

Seseorang yang memiliki pola makan kurang baik berpotensi

memiliki kadar gula darah tidak terkontrol lebih besar.

Dalam penelitian Verawati (2014), mengatakan bahwa

seseorang yang memiliki pola makan tidak teratur akan memiliki

resiko tinggi gula darah dibandingkan seseorang yang memiliki

pola makan teratur.

Dalam penelitian Putri Dafriani (2017), dari hasil penelitiannya

didapatkan sebanyak 27 responden (51,9%) memiliki pola makan

yang kurang baik, menyebabkan kejadian DM akan lebih tinggi

dibandingkan dengan 12 responden (29,3%) memiliki pola makan

yang baik. Dari hasil uji statistik didapatkan bahwa adanya

hubungan pola makan dengan kejadian DM tipe 2 dengan p=0,047

(p value<0,05).

Makanan yang mengandung kadar glikemik tinggi dapat

meningkatkan resiko seseorang menderita DM, penderita DM

disarankan untuk melakukan diet indeks glikemik akan tetapi harus

32
tetap berhati-hati dengan bahan makanan yang memiliki banyak

kandungan lemak (Yulianto, 2014).

e. Alat ukur pola makan

Kuesioner pola makan menggunakan kuesioner kepatuhan dalam

menjalankan pola diet diabetes mellitus. Kuisoner ini berisi 25 item

pertanyaan tentang jenis makanan, jumlah makanan, dan jadwal

makan penderita diabetes. Menggunakan pilihan jawaban tidak

pernah, kadang-kadang, sering, dan selalu atau terus menerus.

Skor tertinggi pada skala ini adalah 4 dan skor terendah adalah 1.

Pertanyaan positif terdapat pada nomor (1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10,

11, 12, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, dan 25), apabila pilihan jawaban

selalu diberi nilai 4, sering diberi nilai 3, kadang-kadang diberi nilai

2, dan tidak pernah diberi nilai 1. Pertanyaan negatif terdapat pada

nomor (6, 13, 14, 15, 23, dan 24), apabila pilihan jawaban selalu

diberi nilai 1, sering diberi nilai 2, kadang-kadang diberi nilai 3, dan

tidak pernah diberi nila 4. Pertanyaan sudah dimodifikasi dengan

penelitian sebelumnya oleh Nurul Haflah, 2005 dan Hays. Dengan

beberapa pilihan jawaban, tidak pernah, kadang-kadang, sering,

terus-menerus. Dikatakan skor tertinggi jika nilai = 100% dan

dikatakan skor rendah jika nilai = 25%. Jika hasil ukur terkontrol

maka skor ada di antara 63-100%. Jika hasil ukur tidak terkontrol

maka skor ada diantara 25-62%, Zulfan Haris (2014) dalam Gulo (

33
2018).

1. Kuesioner pola diet penderita diabetes mellitus

a. Jenis makanan penderita diabetes mellitus

No Pernyataan TP KK S SL

.
1. Saya mengikuti diet diabetes

mellitus dengan memperhatikan

jenis makanan yang boleh saya

konsumsi.
2. Saya berkonsultasi dengan

dokter atau perawat tentang

diabetes mellitus dan diet yang

sedang saya jalani.


3. Saya menghindari makanan

yang berlemak seperti santan,

margarin (mentega).
4. Saya menggunakan pemanis

yang khusus buat penderita

diabetes untuk menggantikan

gula.
5. Saya termotivasi untuk menjalani

diet diabetes, karena keluarga

34
mau memasakkan makanan

yang sesuai dengan diet saya.


6. Saya masih suka mengkonsumsi

kue-kue yang manis.


7. Saya perlu diingatkan oleh

keluarga saya tentang jenis

makanan yang boleh atau tidak

boleh untuk dikonsumsi.


8. Saya mengkonsumsi sayur-

sayuran sebagai saran yang

dianjurkan oleh dokter atau

perawat.
9. Saya mengkonsumsi buah-

buahan sesuai dengan diet yang

saya jalani.
10. Jika saya minum teh atau kopi,

saya menggunakan gula khusus

penderita diabetes untuk

menggantikan gula.

2. Jumlah makanan penderita diabetes mellitus

No Pernyataan TP KK S SL

35
11. Saya membatasi makan makanan

yang mengandung kolestrol seperti

daging, hati, otak, dan seafood.


12. Saya makan cemilan sebanyak 3

kali.
13. Saya lupa pada diet saya, jika

menghadiri pesta dengan makan

makanan sesuka hati.


14. Bila saya lapar, saya akan makan

sampai saya merasa kenyang.


15. Saya merasa terbebani, karena

harus memperhatikan porsi makan

setiap akan memakan sesuatu.


16. Saya membatasi mengkonsumsi

makanan yang mengandung lemak.

3. Jadwal makan penderita diabetes mellitus

No Pernyataan TP KK S SL

.
17. Saya bisa menjalani diet dan dapat

mengubah kebiasaan saya dalam

makan.
18. Saya merasa yakin dengan diet yang

saya jalani akan bermanfaat buat

kesehatan saya.

36
19. Saya memakan cemilan setelah

makan pagi, makan siang, dan

makan malam.
20. Saya perlu diingatkan keluarga saya

tentang jadwal makan yang harus

dipatuhi selama menjalankan diet.


21. Selang waktu antara saya makan

pagi, makan siang, makan malam,

dan selingan adalah 3 jam sekali.


22. Saya menyusun daftar jenis

makanan yang sesuai dengan diet

dan mengikuti daftar tersebut jika

akan makan.
23. Saya ikut makan masakan keluarga

walaupun bertentangan dengan diet

saya.
24. Saya merasa tertekan karena harus

dapat menahan selera makan

karena diet yang saya jalani.


25. Saya mengontrol kadar gula darah

sesuai instruksi dokter.

Petunjuk pengisian :

Pasien diharapkan untuk menjawab setiap pertanyaan dengan

memberikan tanda check list (√) pada tempat yang sudah

37
disediakan, setiap satu pertanyaan diisi dengan satu jawaban.

Keterangan :

TP : tidak pernah

KK : kadang-kadang

S : sering

SL : selalu

4. Konsep Aktivitas Fisik

a. Pengertian Aktivitas Fisik

Menurut (ADA, 2017) aktivitas fisik adalah istilah umum y

ang mencangkup semua gerakan yang meningkatkan penggun

aan energi. Menurut (WHO, 2016) aktivitas fisik adalah gerak tu

buh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengelu

aran energy termasuk aktivitas yang dilakukan saat bekerja, ber

main, melakukan pekerjaan rumah tangga, berpergian, dan terli

bat dalam kegiatan rekreasi.

Aktivitas fisik adalah suatu bentuk tubuh yang dilakukan

dengan otot rangka yang merupakan bentuk pengeluaran tenag

a (yang dinyatakan dengan kilo-kalori) seperti saat melakukan s

uara pekerjaan, waktu senggang dan aktivitas sehari-hari lainny

a (Adi Sapoetra, 2005).

38
b. Jenis-jenis aktivitas fisik

Aktivitas fisik dapat digolongkan menjadi tiga tingkatan, s

ebagai berikut:

1) Kegiatan ringan: tidak perlu bergerak banyak dan biasan

ya tidak menyebabkan perubahan dalam pernapasan dan keta

hanan (endurance). Contoh: membersihkan rumah, menonton

TV, belajar dirumah, main computer.

2) Kegiatan sedang: memerlukan tenaga intens atau terus

menerus, gerakan otot yang berirama atau kelenturan (flexibilit

y). Contoh: berlari kecil, berenang, bersepeda.

3) Kegiatan berat: biasanya berhubungan dengan olahraga

dan memerlukan kekuatan (strength), membuat berkeringat. C

ontohnya: bermain sepak bola, berlari cepat, aerobik.

c. Faktor yang mempengaruhi aktivitas fisik

Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas fisik

bagi remaja yang mengalami obesitas atau kelebihan berat bad

an, sebagai berikut:

1) Umur

Biasanya aktivitas fisik seseorang meningkat sam

39
pai mencapai maksimal pada usia 25-30 tahun, lalu akan

terjadi penurunan fungsi dari seluruh tubuh, kira-kira seb

anya 0,8-1% per tahun, tetapi jika sering berolahraga pe

nurunan ini dapat dikurangi hingga separuhnya.

2) Jenis Kelamin

Sampai pubertas biasanya aktivitas fisik remaja pe

rempuan dan laki-laki hamper sama, tetapi setelah masa

pubertas remaja laki-laki biasanya lebih aktif dari pada re

maja perempuan.

3) Pola Makan

Makanan menjadi salah satu faktor yang mempen

garuhi aktivitas fisik, karena jika jumlah makanan dalam

porsi yang banyak, maka tubuh akan mudah lelah, dan ti

dak ingin melakukan kegiatan seperti olahraga atau akti

vitas lainnya. Kandungan yang ada didalam makanan ya

ng berlemak juga dapat mempengaruhi tubuh untuk mela

kukan olahraga atau aktivitas fisik, sebaiknya makanan y

ang ingin dikonsumsi dipertimbangkan kandungan giziny

a supaya tubuh tidak mengalami kelebihan energy tapi ti

dak dapat dikeluarkan secara maksimal.

4) Penyakit/kelainan pada tubuh

Dapat berpengaruh pada kapasitas jantung paru,

40
postur tubuh, obesitas, hemoglobin/sel darah dan serat o

tot. Bila ada kelainan didalam tubuh seperti diatas maka

akan mempengaruhi aktivitas fisik yang akan dilakukan.

Contohnya saat kekurangan sel darah merah, maka oran

g tersebut tidak diperbolehkan untuk melakukan olahraga

berat. Obesitas juga dapat menjadikan penghambat dala

m melakukan aktivitas fisik. (Karim dalam Sari, 2012)

d. Manfaat aktivitas fisik

Seorang membutuhkan aktivitas fisik karena adda

keuntungan baginya untuk mereka dalam waktu jangan p

anjang terutama bagi mereka yang sedang dalam masa

pertumubuhan. Antara lain:

1) Dapat membantu manjaga otot dan sendi tetap kuat

2) Dapat membantu meningkatkan mood atau suasana hati

3) Dapat membantu menurunkan kecemasan, stress dan se

presi (factor yang berkontribusi pada penambahan berat

badan).

4) Dapat membantu membuat tidur menajdi lebih baik

5) Dapat menurunkan resiko penyakit jantung, stroke, tekan

an darah tinggi, dan diabetrs mellitus

6) Dapat melancarkan sirkulasi darah

41
7) Dapat meningkatkan fungsi organ-organ vital seperti jant

ung dan paru-paru

8) Dapat mengurangi kanker yang terkait dengan kelebihan

berat badan atau obesitas

e. Hubungan aktivitas fisik dengan diabetes mellitus

Aktivitas fisik yang rendah dan cenderung melakukan akti

vitas fisik sedentari menjadi salah satu faktor penyebab diabete

s melitus. Berlama-lama duduk didepan tv dan bermalas-malas

an adalah salah satu contohnya. Pada penderita diabetes mellit

us yang memiliki aktivitas rendah dapat menjadi salah satu fakt

or tidak terkontrolnya kadar gula darah puasanya. Aktivitas fisik

yang rendah dan cenderung sedentari dapat menyebabkan fakt

or resiko independen untuk penyakit kronis dan diestimasikan k

emungkinan terjadinya kematian global. Jika kadar gula darah p

uasa tidak terkontrol dapat menyebabkan resiko penyakit sepert

i hipertensi, penyakit jantung coroner dan gagal ginjal.

Aktivitas fisik sendiri secara langsung berhubungan deng

an kecepatan pemulihan galu darah otot (Barnes, 2012). Saat s

eseorang melakukan aktivtas fisik, maka otot menggunakan glu

kosa yang tersimpan sehingga glukosa akan berkurang. Pada s

aat itu untuk mengisi kekurangan tersebut otot biasanya menga

42
mbil glukosa didalam darah sehingga glukosa dalam darah men

urun yang mana hal tersebut dapat meningkatkan control gula d

arah.

Dolongseda et al (2017) pernah melakukan penelitian da

n menunjukan jika 93,3% responden penderita diabetes mellitus

di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Pancaran Kasih Manado m

emilki aktivitas fisik rendah dengan kadar gula darah tinggi. Ber

dasarkan hasil uji statistik menunjukan jika aktivitas fisik berhub

ungan dengan kadar gula darah.

Dengan melakukan aktivitas fisik seseorang dapat meng

ontrol kadar gula darah. Saat melakukan aktivitas fisik glukosa

didalam tubuh akan diubah menjadi energy, dan insulin akan m

engalami peningkatan sehingga kadar gula dalam darah akan

menurun. Pada orang yang jarang melakukan aktivitas fisik sep

erti olahraga, zat makanan yang masuk kedalam tubuh tidak da

pat dibakar melainkan ditimbun dalam bentuk lemak dan gula. J

ika insulin tidak dapat merubah glukosa menjadi sumber energy

maka akan terjadi diabetes mellitus. (Trisnawati & Setyorogo, 2

013).

f. Alat Ukur Aktivitas Fisik

Tingkat aktivitas fisik diukur dengan kuesioner IPAQ (Inte

43
rnational Physical Activity Questionnaire) short version yang tela

h diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Widuri (2013).

Alat ukur ini terdiri dari 7 item soal yang mengukur tentang aktivi

tas fisik berat, aktivitas fisik sedang, dan aktivitas ringan pada s

eseorang dalam satu minggu terakhir. Masing-masing item terdi

ri pertanyaan terbuka. Data yang diperoleh dari kuesioner ini da

pat dilaporkan sebagai pengukuran berkelanjutan dengan satua

n MET (Metabolic Equivalents of Task) MET-menit (hasil kali M

ET dengan jumlah menit yang digunakan untuk beraktivitas fisi

k). Aktivitas fisik dapat digolongkan menjadi tiga tingkatan seba

gai berikut:

1) Kegiatan ringan : hanya memerlukan sedikit tenaga dan bias

anya tidak menyebabkan perubahan dalam pernapasan atau

ketahanan (endurance). Contoh : berjalan kaki, menyapu lan

tai, mencuci baju/piring, duduk, nonton TV, membaca koran.

Aktivitas ringan jika tidak melakukan aktivitas fisik tingkat se

dang-berat <10 menit/hari atau <600METs-min/minggu.

2) Kegiatan sedang: membutuhkan kekuatan fisik yang sedang,

gerakan otot yang berirama atau kelenturan (flexibility). Cont

oh: berlari kecil, tenis meja, berenang, bersepeda, jalan cepa

t. Aktivitas sedang terdiri dari 3 kategori:

44
 ≥3 hari melakukan aktivitas fisik berat >20 menit/hari

 ≥5 hari melakukan aktivitas sedang/berjalan >30 meni

t/hari

 ≥5 hari kombinasi berjalan intensitas sedang, aktivitas

berat minimal>600 METs-min/minggu.

3) Kegiatan berat: biasanya berhubungan dengan olahraga dan

membutuhkan kekuatan (strength), membuat berkeringat. C

ontoh : berlari, bersepeda cepat, aerobik, bela diri ( misal kar

ate, taekwondo, pencak silat ) dan outbond. Aktivitas berat

(2 kategori) :

 Aktivitas berat >3 hari dan dijumlahkan >1500 METs-

min/minggu.

 ≥7 hari berjalan kombinasi dengan aktivitas sedang/b

erat dan total METs >3000 METs-min/minggu

Kuesioner ini telah diuji validitas dan reabilitas di 14 temp

at dari 12 negara. Nilai validitas dan reabilitas kuesioner ini adal

ah 0,30 dan 0,80 sehingga dapat digunakan untuk menilai preva

lensi patisipasi aktivitas fisik dalam suatu populasi orang dewas

a (Craig et al., 2003; IPAQ, 2015).

g. Kuersioner IPAQ

45
1. Selama 7 hari terakhir, berapa hari anda melakukan aktivitas

berat, seperti lari, mengangkat barangbarang yang berat >2

0 kg, bersepeda cepat, aerobik, atau lainnya?

_____ Hari per minggu

_____ Tidak melakukan aktivitas fisik > Melompat ke perta

nyaan 3

2. Berapa banyak waktu yang biasanya anda habiskan untuk

melakukan aktivitas fisik dalam satu hari tersebut?

_____ Jam per hari

_____ menit per hari

_____ Tidak tahu/ Tidak yakin

3. Selama 7 hari terakhir, berapa hari anda melakukan aktivitas

fisik sedang seperti, jogging, bersepeda, bercocok tanam, m

enyapu halaman, mengepel, mencuci baju dan olahraga teni

s ? Tidak termasuk berjalan. _____ Hari per minggu

_____ Tidak Ada kegiatan fisik sedang > Melompat ke

pertanyaan singkat 5

4. Berapa banyak waktu yang anda biasakan untuk melaku

kan aktivitas fisik sedang pada satu hari?

_____ Jam per hari

_____ menit per hari

_____ Tidak tahu/Tidak yakin

46
5. Selama 7 hari terakhir, berapa hari anda berjalan selam

a sekurang-kurangnya 10 menit dalam 1 hari? (Ini terma

suk di kantor dan di rumah, berjalan untuk perjalanan da

ri satu tempat ke tempat lain, dan berjalan kaki yang dila

kukan semata-mata untuk rekreasi, olahraga atau bersa

ntai)

_____ Hari per minggu

_____ tidak berjalan > Melompat ke pertanyaan 7

6. Berapa jumlah total waktu yang anda habiskan untuk ber

jalan kaki dalam satu hari?

_____ Jam per hari

_____ menit per hari

_____ tidak tahu/Tidak yakin

7. Selama 7 hari terakhir, berapa banyak waktu yang anda

habiskan untuk duduk pada hari Minggu? (Termasuk wa

ktu yang dihabiskan untuk duduk di meja, mengunjungi t

eman, membaca, duduk atau berbaring sambil menonto

n televisi)

_____ Jam per hari

_____ menit per hari

_____ tidak tahu/Tidak yakin

47
5. Konsep Tingkat Pengetahuan

a. Pengertian Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2012) Pengetahuan merupakan s

uatu hasil dari keingintahuan seseorang yang timbul melalui pr

oses sensori salah satunya pada mata dan telinga terhadap su

atu objek tertentu yang dipengaruhi oleh intensitas persepsi ter

hadap suatu objek. Pengetahuan merupakan domain penting d

alam membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan merupaka

n fator yang penting dalam terbentuknya suatu perilaku yang te

rbuka (Donsu, 2017).

b. Factor – factor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2012), faktor-faktor yang mempengaruhi

tingkat pengetahuan adalah:

1) Faktor pendidikan

Pendidikan berkaitan erat dengan pengetahuan yang dim

ana pendidikan merupakan sebuah hal yang diperlukan dal

am pemngembangan diri setiap manusia. Pengetahuan dap

at diperoleh seseorang dari informasi yang didapat dari seki

tar, contohnya bisa melalui individu,kelompok, buku, bahka

n media social. Semakin tinggi tinggi tingkat pengetahuan s

eseorang , maka dapat semakin mudah dalam menerima se

rta mengembangkan pengetahuan dan teknologi yang sema

48
kin hari semakin maju, sebaliknya tingkat pendidikan yang k

urang akan menghambat perkembangan dan sikap seseora

ng terhadap sesuatu hal yang baru.

2) Faktor pengalaman

Pengalaman adalah sesuatu peristiwa yang dilalui seseo

rang dimasa lalu yang pernah dialami seseorang dalam beri

nteraksi dengan lingkungan.Pengetahuan seseorang dapat

dilihat dari pengalaman sebelumnya yang membuat seseor

ang dapat berpikir dan mengambil kesimpulan dimana kesi

mpulan tersebut dapat diambil sebagai pengetahuan yang b

aru. Pengalaman menghasilakn sebuah pemahaman yang

berbeda antar satu orang dengan orang lainnya, sehingga p

engalaman memiliki kaitan dengan pengetahuan. Seseoran

g yang memiliki banyak pengalaman maka akan menambah

nernagai pengetahuan.

3) Usia

Umur dapat diartikan sebagai usia seseorang yang terhit

ung sejak mulai dilahirkan sampai beberapatahun bahkan s

ampai akhir hidupnya. Semakin cukup dan bertambah usia

seseorang tingkat kematangan dalam berfikir dan bekerja a

kan semakin matang.

4) Minat

49
Minat merupakan suatu bentuk keinginan dan ketertarika

n seseorang terhadap sesuatu. Minat dapat menjadikan ses

eorang tertarik untuk mencoba hal baru yang nantinya akan

menjadi pengetahuan yang dimiliki lebih mendalam.

c. Tingkat pengetahuan

Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif mempunyai

enam tingkatan menurut Notoatmodjo, (2003) dalam wawan &

Dewi, (2010) yaitu:

1) Tahu(know)

Tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling

rendah. Tahu dapat diartikan sebagai mengingat kembali ter

hadap suatu bahan materi yang telah diterima dan dipelajari

sebelumya.Orang dapat dikatakan tahu dapat dilihat dari pe

mahaman terhadap suatu materi yang dapat diukur dengan

bagaimana dapat menyebutkan, menyatakan dan sebagain

ya.

2) Memahami (comprehension)

Memahami dapat diartikan sebagai suatu kemampuan m

enginterprestasikan secara benar tentang obyek yang

diketahui serta dapat menjelaskan materi tentang obyek ter

sebut dengan benar.

50
3) Aplikasi (aplication)

Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan dalam men

ggunakan materi yang telah dipelajari sebelumnya pada kon

disi nyata.

4) Analisis (analysis)

Analisis dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjabarkan materi ke dalam komponen-komponen, tetapi

masih di dalam suatu struktur organisasidan masih ada

kaitannya antara satu dengan yang lain.

5) Sintesis(synthesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan dalam meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah

suatu bentuk kemampuan menyusun formulasi baru dari

formulasi-formulasi yang telah ada sebelumnya.

6) Evaluasi(evaluation)

Evaluasi diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan

penilaian terhadap materi suatu obyek tersebut. Penilaian-

penilaian yang dilakukan didasarkan pada suatu kriteria

yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria

51
yang telah ada.

d. Kriteria pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan seseorang dapat

diinterpretasikan sebagai berikut:

1) Baik, apabila subyek menjawab benar 76%-100% dari

seluruh pertanyaan yang ada

2) Cukup, apabila subyek menjawab benar 56%-75% dari

seluruh pertanyaan yang ada

3) Kurang, bila subyek menjawab benar <56% dari seluruh

pertanyaan yang ada.

e. Hubungan tingkat pengetahuan dengan kadar gula darah

Notoatmodjo (2010) mengatakan bahwa pengetahuan ad

alah faktor internal dalam membentuk perilaku seseorang. Agar

pengetahuan masyarakat tentang factor resiko kejadian kestabi

lan gula darah tetap terjaga, maka diperlukan pengetahuan ya

ng baik dan luas mengenai faktor resiko kestabilan kadar gula

darah pasien Diabetes mellitus.

Naziarti, dkk ( 2018) menyatakan pengetahuan yang baik

mengenai penyakitnya akan memperngaruhi tatalaksana peng

obatan dengan baik, mencegah terjadinya komplikasi serta gul

a darah dapat dikontrol, sedangkan tingkat pengetahuan yang r

endah akan mempengaruhi pola makan sehingga mengakibatk

52
an kenaikan kadar glukosa darah.

Tingkat pengetahuan yang rendah mengenai penyakit di

abetes mellitus, misalnya tentang pola makan yang salah yaitu t

erlalu banyak mengkonsumsi makanan makanan yang mengan

dung glukosa. Sebagian pasien dengan diabetes mellitus masih

banyak yang mengkonsumsi nasi putih secara berlebihan deng

an konsumsi serat yang kurang, sehingga kadar glukosa darah

mengalami kenaikan. dapat menyebabkan peningkatan kadar gl

ukosa dalam darah.

Penderita DM perlu pengetahuan yang cukup tentang me

ngkonsumsi bahan makanan yang yang mengandung kandung

an serat yang tinggi. Serat makanan mempunyai indeks glikem

ik yang rendah sehingga dapat memperpanjang pengosongan l

ambung yang diperlukan bagi tubuh guna mengotrol kadar gula

darah( almatsier 2006).

Cara menjaga agar kadar gula darah tetap terkontrol pad

a pasien diabetes mellitus Tipe II seharusnya dapat mengotrol

pola makan seimbang, melakukan aktifitas fisik, mengatur gaya

hidup, mengontrol emosi serta patuh pada pengobatan yang dil

akukan. Berdasarkan hal tersebut peran tingkat pengetahuan s

angat penting dalam dalam menentukan perilakunya. Pengeta

huan penderita Diabetes mellitus tipe 2 memberikan peluang b

53
agi perawat dalam memberikan edukasi terhadap penderita Dia

betes mellitus.

Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan dan perilaku

pencegahan penyakit serta kurangnya pengetahuan tentang pe

nyakit yang diderita akan mengakibatkan tidak terkendalinya pr

oses penyebaran penyakit, termasuk ketidaktahuan terhadapa

komplikasi yang akan dihadapi, ini dapat menjadi salah satu fac

tor yang beresiko terhadap kadar gula darah sehingga dapat be

rdampak pada penderita diabetes mellitus.

f. Cara mengukur Tingkat pengetahuan

Diabetes knowledge questionnaire-24 (DKQ-24) merupak

an kuesioner pengetahuan pasien tentang diabetes mellitus, y

ang awalnya terdiri dari 60 pertanyaan yang kemudian dimodifi

kasi menjadi 24 pertanyaan. Pertanyaan DKQ tentang pengerti

an, tanda gejala, faktor resiko, komplikasi dan penatalaksanaa

n mengenai penyakit diabetes mellitus. Semua pertanyaan DK

Q-24 dijawab dengan jawaban Ya, atau tidak. Setiap pertanyaa

n ditulis dalam bahasa yang sederhana dan mudah dipahami ol

eh pasien. Kuesioner DKQ-24 telah teruji validitasnya serta rea

bilitasnya pada penderita diabetes mellitus tipe II di Yogyakarta

oleh Agrimon (2014).

No Pertanyaan Ya Tidak

54
1. Makan terlalu banyak gula dan makanan manis lainnya
merupakan penyebab diabetes
2. Penyebab umum diabetes adalah kurangnya insulin
yang efektif dalam tubuh.
3. Diabetes disebabkan karena kegagalan ginjal dalam
mencegah gula masuk ke dalam kencing.
4. Ginjal memproduksi insulin.
5. Pada diabetes yang tidak diobati, jumlah gula dalam
darah biasanya meningkat.
6. Jika saya menderita diabetes, anak-anak saya
berpeluang lebih besar menderita diabetes juga.
7. Diabetes dapat disembuhkan.
8. Kadar gula darah puasa 210 adalah terlampau tinggi.
9. Cara terbaik memeriksa diabetes adalah dengan tes
kencing.
10. Olahraga teratur akan meningkatkan kebutuhan atas
insulin atau obat diabetes lainnya.
11. Ada dua jenis utama diabetes: Tipe 1 ( tergantung pada
insulin) Tipe 2 ( tidak tergaantung pada insulin).
12. Insulin bekerja karena makan terlalu banyak.
13. Obat lebih penting daripada diet dan olahraga untuk
mengendalikan diabetes.
14. Diabetes sering menyebabkan peredaran darah yang
tidak baik.
15. Luka dan lecet pada penderita diabetes sembuhnya
lebih lama.
16. Penederita harus berhati hati saat memotong kuku kaki.
17 Penderita diabetes harus membersihkan luka dengan
yodium ( betadine) dan alcohol.
18 Cara memasak makanan sama pentingnya dengan
makanan yang dimakanan oleh penderita diabetes.
19 Diabetes dapat merusak ginjal.
20 Diabetes dapat menyebabkan mati rasa pada tangan,
jari-jari dan kaki.
21 Gemetaran dan berkeringat merupakan tanda tingginya
kadar gula darah.
22 Sering kencing dan haus merupakan tanda rendahnya
kadar gula darah.

55
23 Kaos kaki yang ketat boleh dipakai oleh penderita
diabetes.
24 Diet diabetes sebagai besar terdiri dari makanan
makanan khusus.
(Agrimon, 2014)

6. Konsep Kepatuhan Minum Obat

a. Pengertian

Menurut koizer (2010) kepatuhan adalah perilaku individ

u yang meliputi minum obat memenuhi diet atau melakukan per

ubahan gaya hidup sesuai anjuran terapi yang dilakukan dan k

esehatan. Tingkat kepatuhan dimulai dari tindakan memperhati

kan setiap anjuran yang diberikan hingga mematuhi anjuran se

suai rencana.

Kepatuhan merupakan tingkat perilaku individu yang dida

sari pada intruksi atau petunjuk yang diberikan dalam bentuk te

rapi ataupun yang ditentukan baik diit, latihan, pengobatan atau

menepati kontrol kesehatan (Stanley, 2007), sedangkan menur

ut sacket dan niven (2000), kepatuhan adalah sejauh mana per

ilaku pasien seuai dengan ketentuan yang diberikan oleh profe

ssional kesehatan.

Menurut carpenito (2000) kepatuhan adalah tingkat sese

orang dalam melaksanakan sesuatu aturan tertentu yang dicer

minkan dalam suatu perilaku yang disarankan. Keberhasilan tid

56
ak hanya meliputi tentang ketetapan dosis, ketepatan pemilihan

obat, tetapi juga didasari oleh kepatuhan dalam pengobatan set

iap individu (Anna ,2011).

Secara umum tingkat kepatuhan pada setiap individu da

pat dilihat dengan persentase obat yang diminum serta waktu

minum obat dalam jangka waktu tertentu (Obsterberg & blasch

ke, 2005).

Kepatuhan pengobatan adalah suatu kesesuaian diri indi

vidu terhadap anjuran atas medikasi yang telah diresepkan ses

uai dengan waktu, dosis dan frekuensinya.Kepatuhan merupak

an salah satu factor penentu keberhasilan terapi pasien disamp

ing factor lainnya seperti pemilihan diit, melakukan aktivitas fisi

k, serta pemberian edukasi. Kepatuhan perawatan diabetes me

llitus dalam hal ini penderita harus melakukan program seperti

menerapkan gaya hidup sehat, mengotrol pengobatan secara r

utin serta taat pada aturan pengobatan oral yang diresepkan.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan

Faktor yang mempengaruhi kepatuhan adalah sebagai beri

kut ( kozier, 2010) :

1) Motivasi klien untuk sembuh

2) Tingkat perubahan gaya hidup

57
3) Warisan budaya tertentu yang membuat kepatuhan sulit dil

akukan.

4) Tingkat kepuasan dan kualitas pelayanan kesehatan

5) Factor individu/keluarga : citra tubuh yang positif, komunik

asi, harapan kelurga untuk keberhasilan

6) Keyakinanan bahwa terapi akan membantu atau tidak me

mbantu

7) Kesulitan memahami prilaku khusus

8) Nilai upaya mengurangi ancaman penyakit.

58
Menurut (niven 2002) yang mempengaruhi kepatuhan antara lai

n:

1) Factor lingkungan dan social

Membangun dukungan social dari keluarga dan teman te

man terdekat, kelompok pendukung dapat di tingkatkan seba

gai upaya membantu kepatuhan terhadap program pengobat

an.Selain membangun dukungan social, lingkungan juga me

njadi factor yang mempengaruhi kepatuhan. Lingkungan yan

g harmonis dan positif akan membawa dampak yang positif j

uga bagi program pengobatan.

2) Interaksi petugas kesehatan dengan klien

Membangun dan meningkatkan interaksi yang baik antar

a petugas kesehatan dengan klien merupakan suatu hal pen

ting dalam memberikan pengaruh dalam kepatuhan.Suatu p

enjelasan mengenai penyakit dan bagaimana pengobatan d

apat meningkatkan kepatuhan setiap individu, selain itu kuali

tas pelayanan yang diberikan peyugas kesehatan juga menj

adi peran penting.

3) Persepsi

Seseorang akan patuh apabila sesuatu ancaman yang di

rasakan semakin serius, sedangkan seseorang yang menga

baikan kesehatan atau pengobatannya jika suatu keyakinan

59
akan pentingnya menjaga kesehatannya dan mematuhi prog

ram pengobatannya rendah

c. Indikator patuh dalam pengobatan

Menurut Niven (2007), tingkat kepatuhan pasien dalam m

enjalani pengobatan sesuai aturan antara lain sebagai berikut:

1) Disiplin dalam minum obat

Meminum obat yang telah diresepkan oleh dokter denga

n teratur sesuai dengan resep yang telah dibuat dan tidak di

campur dengan obat lain tanpa resep dokter terkait.

2) Diet sesuai anjuran dokter

Mengkonsumsi bahan makanan rendah gula dan memilih

bahan makanan yang menngandung karbohidrat yang ama

n merupakan kunci keberhasilan diet pasien diabetes mellitu

s. Mengurangi kandungan makanan yang mengandung lem

ak tinggi dan banyak mengkonsumsi makanan berserat dap

at menurunkan resiko kenaikan berat badan yang akan men

yebabkan peningkatnya kadar gula dalam darah.

3) Mengontrol kadar gula darah

Kontrol secara rutin dan teratur oleh penderita diabetes

mellitus terhadap kadar gula darah untuk mengetahui apak

60
ah gula darah masih dalam jangkauan batas normal. Dapat

dilakukan dengan alat bantu lembar uji (test strip) baik untuk

darah maupun urine, yang bertujuan untuk mengetahui ada

tidaknya glukosa dalam darah.

d. Factor –faktor yang mempengaruhi ketidakpatuahan

Menurut Niven (2002), faktor-faktor yang mempengaruhi ket

idakpatuhan seseorang dibagi menjadi 4 bagian, yaitu:

1) Pemahaman tentang instruksi

Tidak seorangpun dapat mematuhi instruksi ataupu

n arahan, apabila salah paham tentang instruksi yang dibe

rikan . menurut Niven (2002) menemukan bahwa lebih dari

60% yang diwawancarai setelah bertemu dokter salah men

gerti tentang instruksi yang diberikan kepada mereka, hal i

ni disebabkan penggunaan bahasa medis yang susah dim

engerti oleh mereka.

2) Kualitas interaksi

Kualitas interkasi antara petugas profisional kesehat

an dan pasien merupakan bagian yang penting dalam men

entukan derajat kepatuhan. Kurangnya empat dan tidak m

emperolah kejelasan mengenai penyakitnya dapat mengur

angi kualitas interaksi. Pentingnya keterampilan interperso

61
nal dalam memacu kepatuhan terhadap pengobatan.

3) Isolasi sosial dan keluarga.

Keluarga dapat menjadi salah satu faktor yang sang

at berpengaruh. Peran kelurga terhadap Pasien dalam me

nentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dap

at menentukan tentang program pengobatan yang dapat m

ereka terima dapat mengembangkan kebiasaan kesehatan

4) Keyakinan, sikap dan kepribadian

Keyakinan inidividu terkait kesehatan berguna untuk

memperkirakan adanya suatu ketidakpatuhan. Individu ya

ng tidak patuh adalah orang yang mengalami depresi akib

at dari kecemasan yang berlebih, memiliki ego yang lebih l

emah dan yang kehidupan sosialnya lebih memusatkan pe

rhatian pada diri sendiri.

e. Derajad Tingkat ketidakpatuhan

Ada beberapa factor yang mempengaruhi ketiakpatuhan, an

tara lain:

1) Kompleksitas prosedur pengobatan.

2) Lamanya waktu pasien harus mematuhi nasehat dokter.

3) Derajat perubahan gaya hidup.

62
4) Apakah penyakit benar benar mematikan.

5) Keparahan penyakit dari persepsi pasien.

f. Beberapa cara mengurangi ketidakpatuhan

Dinicola dan dimatteo dalam niven (2002), mengusulkan b

eberapa cara untuk mengatasi ketidakpatuhan pasien antara lai

n:

1) Mengembangkan tujuan dari kepatuhan.

2) Perilaku sehat, kebiasaan perilaku sehat harus tetap dipert

ahankan bukan hanya mengubah perilaku sebelumnya.

3) Dukungan social dan anggota keluarga serta sahabat dapat

membangun motivasi dari segi ekonomi dan waktu dapat m

enciptakan kepatuhan dala program pengobatan.

g. Hubungan kepatuhan minum obat terhadap kadar gula darah

Kepatuahan minum obat adalah sejauh mana perilaku pa

sien mengikuti instruksi tertentu yang berkaitan dengan keseha

tan serta mengarah pada tujuan terapeutik yang telah ditentuka

n bersama saran medis dan petugas kesehatan.

Penilaian kepatuhan dilakukan menggunakan skala Moru

sky yang terdapat 8 pertanyaan , dimana bebrapa penilaian keti

dakpatuhan disebabkan karena lupa minum obat, menghentika

63
n pengobatan atau mengurangi dosis tanpa persetujuan dokter

dan pasien merasa keadaannya telah membaik (morisky et al.,

2008).

Perilaku keteraturan konsumsi obat menjadi salah satu u

paya dalam pemgendalian glukosa dan menghindari komplikas

i, apabila penderita Diabetes mellitus tidak patuh maka akan be

rakibat buruk pada kondisi penyakit yang dideritany( Tohari, dk

k 2015).

Penelitian yang dilakukan sebelumnya terdapat hubunga

n antara kepatuhan dengan kadar gula darah sewaktu dimana

artinya orang yang patuh terhadap minum obat akan mengalam

i kadar gula darah normal sebanyak 4 kali lebih tinggi dibanding

kan dengan orang yang tiadak patuh (Almiani, hendri 2019).

Mekanisme kerja obat adalah dengan merangasang kele

njar oankreas dalam meningkatkan insulin dan menurunkan glu

kosa dan menghambat penguraian karbohidrat sehingga meng

urangi absorbs glukosa dan merangsang reseptor insulin (Perk

eni, 2011).

h. Cara Mengukur Kepatuhan

Terdapat dua metode yang bisa digunakan untuk mengukur ke

patuhan yaitu:

64
1) Metode langsung

Pengukuran kepatuhan dengan metode langsung dapat

dilakukan dengan observasi pengobatan secara langsung,

mengukur konsentrasi obat dan metabolitnya dalam darah a

tau urin serta mengukur biologic marker yang ditambahkan

pada formulasi obat. Kelemahan metode ini adalah biayany

a yang mahal, memberatkan tenaga kesehatan dan rentan t

erhadap penolakan pasien (Osterberg dan Blaschke, 2005.

2) Metode tidak langsung

Metode tidak langsung dapat dilakukan dengan menanya

kan pasien tentang cara pasien menggunakan obat, menilai

respon klinik, melakukan perhitungan obat (pill count), menil

ai angka refilling prescriptions, mengumpulkan kuesioner pa

sien, menggunakan electronic medication monitor, menilai k

epatuhan pasien anak dengan menanyakan kepada orang t

ua (Osterberg dan Blaschke, 2005).

Salah satu metode pengukuran kepatuhan secara tidak l

angsung adalahdengan menggunakan kuesioner. Metode in

i dinilai cukup sederhana, murah dalam pelaksanaannya. Ku

esioner yang dibuat oleh Morisky yaitu Morisky Medication

Adherence Scale ( MMAS-8) adalah kuesioner yang telah te

65
rvalidasi untuk menilai kepatuhan minum obat jangka panja

ng dan pada penyakit kronis salah satunya yaitu diabetes

mellitus, dengan delapan item yang berisi pernyataan-perny

ataan yang menunjukkan frekuensi kelupaan dalam minum

obat, kesengajaan berhenti minum obat tanpa sepengetahu

an dokter, dan kemampuan untuk mengendalikan dirinya un

tuk tetap minum obat (Morisky et al., 2008).

Pengukuran skor Morisky scale 8-items untuk pertanyaan

1 sampai 8, kalau jawaban ya bernilai 0, jika tidak bernilai 1,

kecuali pertanyaan nomor 5 jawaban ya bernilai 1 dan tidak

bernilai 0. Berikut adalah tabel 8 quesioner Morisky Medicati

on Adherence Scale (MMAS):

JAWABAN
NO PERTANYAAN
YA TIDAK
1. Apakah anda kadang – kadang lupa minum obat
Orang terkadang tidak sempat minum obat bukan

2. karena lupa. Selama 2 pekan terakhir ini pernahkah

anda dengan sengaja tidak menggunakan obat anda?


3. Pernahkah anda mengurangi atau berhenti

menggunakan obat atau minuman obat tanpa

memberitahu dokter anda karena anda merasa kondisi

66
anda tambah parah ketika menggunakan obat atau

meminum obat tersebut?


Ketika anda berpergian atau meninggalkan rumah,

4. apakah anda kadang-kadang lupa membawa obat

anda?
Apakah anda menggunakan obat anda atau meminum
5.
obat anda kemarin?
Ketika anda merasa sedikit sehat, apakah anda
6.
kadang berhenti menggunakan obat?
Meminum obat setiap hari merupakan hal yang tidak

menyenangkan bagi sebagian orang. Apakah anda


7.
merasa terganggu dengan kewajiban anda terhadap

pengobatan yang anda harus jalani?


Apakah bapak / ibu sering mengalami kesulitan
8.
mengingat seluruh obat yang harus dikonsumsi?
( Morisky, et al., 2008; Krousel Wood, et al., 2009; Morisky and Dimatteo, 2011) dalam rosyd

a L. (2015).

7. Konsep Gaya Hidup

a. Pengertian

Gaya hidup sehat adalah segala upaya untuk menerapkan keb

iasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan m

enghindari kebiasaan yang buruk yang dapat mengganggu kes

ehatan. (Kemenkes RI,1997).

67
Gaya Hidup adalah pola hidup seseorang didunia yang diekspr

esikan dalam aktivitas,minat dan opininya. Gaya hidup menunj

ukkan keseluruhan diri seseorang dalam berinteraksi dengan li

ngkungan. Gaya hidup menggambarkan seluruh pola seseora

ng dalam beraksi dan berinterkasi di dunia (Kotler,Keller,2012).

Pengertian Gaya hidup adalah penggambaran dengan kegiata

n,minat dan opini dari seseorang. Gaya hidup seseorang biasa

nya tidak permanen dan cepat berubah. Seseorang mungkin d

engan cepat mengganti model dan merk pakaiannya karena m

enyesuaikan dengan perubahan hidunya. (Sumarwan,2011)

b. Jenis-Jenis Gaya Hidup

Menurut Kotler, Bowen, Makens (1999) dan Sutisna (200

3) VALS (Value And Life Style) ini dapat definisi nilai yang dida

sarkan atas :

1. Actualizer

Mempunyai pendapatan yang paling tinggi dan harga diri

yang tinggi. Citra adalah sesuatu yang penting bagi mereka,

bukan karena status tetapi sebagai perluasan dari selera, ke

bebasan, dan karakter mereka. Mereka mempunyai minat y

ang amat luas, sukses, aktif, terbuka untuk perubahan, dan

cendrung untuk membeli barang yang paling baik menurut

68
mereka.

2. Fulfilleds

Berpendapatan tinggi tetapi termasuk konsumen yang pr

aktis berorientasi pada nilai, dewasa, bertanggung jawab, m

empunyai pendidikan tinggi dalam bidang profesional. Mere

ka memusatkan kegiatan senggang di rumah, tetapi terbuka

pada gagasan baru dan perubahan. Mereka memperhatikan

fungsi dan tahan lama dalam barang yang mereka beli.

3. Believers

Keputusan mengkonsumsi individu yang disominasi deng

an prinsip. Agak kurang kaya namun pendapatan lebih dari

cukup, mereka lebih tradisional dari pada fulfilleds. Mereka

hidup terpusat pada keluarga, kelompok, negara, dan pergi

ke tempat peribadatan. Mereka menghargai peraturan, men

yukai produk-produk umum dan merek yang telah mapan.

4. Achiever

Keputusan mengkonsumsi individu yang didominasi oleh

status. Orang yang berfokus pada karir dan keluarga, hubun

gan sosial formal, menghindari perubahan berlebihan, beny

ak kerja kurang rekreasi. Mereka menyukai produk dan jasa

terkenal yang memamerkan kesuksesan mereka.

69
5. Striver

Keputusan mengkonsumsi individu didominasi oleh statu

s. Orang dengan nilai-nilai serupa dengan Achiever (orang y

ang berhasil) tetapi sumber ekonomi, sosial, dan psikologisn

ya lebih sedikit. Minat sempit, mudah bosan, ingin diakui kel

ompok. Gaya amat penting bagi mereka ketika mereka beru

saha keras untuk meniru konsumen dalam kelompok lain ya

ng lebih banyak sumber dayanya.

6. Struggler

Orang dengan penghasilan rendah dan terlalu sedikit su

mber dayanya yang sedikit untuk diikutkan pada orientasi ko

nsumen. Pada kelompok ini indidunya memiliki minat terbat

as, kegiatan terbatas, cari rasa aman, koservatif dan tradisio

nal, memegang agama. Mereka cenderung menjadi konsum

en yang setia pada merek.

7. Experiencer

Keputusan mengkonsumsi individu yang didominasi oleh

tindakan. Senang akan hal-hal yang baru, aneh dan berisiko,

energik, antusias, senang olah raga, sosialisasi udara luar,

peduli tentang citra, tidak sama dengan konformis, kagum k

ekayaan, kekuasaan, ketenaran, tidak peduli politik.

70
8. Maker

Keputusan mengkonsumsi individu didominasi oleh tinda

kan suka menikmati alam dan kegiatan fisik. Pada kelompok

ini mereka suka mempengaruhi lingkungannya melalui peng

alaman dan kegunaan dari suatu produk. Mereka tidak terke

san dengan kepemilikan materi yang tidak mempunyai kegu

naan dan fungsional karena mereka hanya tertarik pada pro

duk yang memiliki kegunaan.

c. Indikator dan pengukuran Gaya Hidup

Menurut Sunarto, terdapat 3 Indikator gaya hidup seseor

ang, yaitu sebagai berikut (Mandey,2009)

1. Kegiatan ( Activity) Adalah apa yang dikerjakan konsumen,p

roduk apa yang dibeli atau digunakan, kegiatan apa yang dil

akukan untuk mengisi waktu luang. Walaupun kegiatan ini bi

asanya dapat diamati, alasan untuk tindakan tersebut jarang

dapat diukur secara langsung

2. Minat (Interest) Adalah objek peristiwa,atau topik dalam ting

kat kegairahan yang menyertai perhatian khusus maupun te

rus-menerus kepadanya. Interest dapat berupa kesukaan,ke

gemaran dan prioritas dalam hidup konsumen tersebut. Min

at merupakan apa yang konsumen anggap menarik untuk m

71
eluangkan dan mengeluarkan uang. Minat merupakan faktor

pribadi konsumen dalam mempengaruhi proses pengambila

n keputusan.

3. Opini (Opinion) adalah pandangan dan perasaan konsumen

dalam menanggapi isu-isu global, lokal oral ekonomi dan so

sial. Opini digunakan untuk mendeskripsikan penafsiran, har

apan dan evaluasi, seperti kepercayaan mengenai maksud

orang lain, antisipasi sehubungan dengan peristiwa masa d

atang dan penimbangan konsekuensi yang memberi ganjar

an atau menghukum dari jalannya tindakan alternatif

d. Faktor-Faktor Yang memperngaruhi Gaya Hidup

a. Faktor Internal

Yang mempengaruhi gaya hidup yaitu, sikap,pengalaman,

dan pengamatan, kepribadian,konsep diri,otif dan persepsi

(Nugraheni,2003).

1. Sikap

Sikap berarti suatu keadaan jiwa dan keadaan pikir yang

dipersiapkan untuk memberikan tanggapan terhadap suatu

objek yang diorganisasi melalui pengalaman dan

memperngaruhi secara langsung pada perilaku. Keadaan jiwa

tersebut sangat dipengaruhi oleh tradisi, kebiasaan,

72
kebudayaan dan lingkungan sosialnya.

2. Pengalaman dan pengamatan

Pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan sosial

dalam tingkah laku, pengalaman dapat diperoleh dari semua

tindakannya dimasa lalu dan dapat dipelajari, melalui belajar

orang akan dapat memperoleh pengalaman. Hasil dari

pengalaman sosial akan dapat membentuk pandangan

terhadap suatu objek

3. Kepribadian

Kepribadian adalah konfigurasi karakteristik individu dan

cara berperilakuyang menentukan perbedaan perilaku dari

setiap individu.

4. Konsep diri

Faktor lain yang menentukkan kepribadian individu adalah

konsep diri. Konsep diri sudah menjadi pendekatan yang

dikenal amat luas untuk menggambarkan hubungan antara

konsep diri konsumen dengan image mereka. Bagaiman

individu memandang dirinya akan memperngaruhi minat

terhadap suatu obek. Konsep diri sebagai inti dari pola

kepribadian akan menentukan perilaku individu dalam

menghadapi permasalahan hidupnya, karena konsep diri

merupakan frame of reference yang menjadi awal perilaku

73
5. Motif

Perilaku individu muncul karena adanya motif kebutuhan

untuk merasa aman dan kebutuhan terhadap gengsi

merupakan beberapa contoh tantang motif. Jika motif

seseorang terhadap kebutuhan akan gengsi itu besar makan

akan membentuk gaya hhidup yang cenderung mengarah

kepada gaya hidup hedonis.

6. Persepsi

Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih,

mengatur, dan menginterpretasikan informasi untuk membentuk

suatu gambar yang berarti mengenai dunia.

b. Faktor Eksternal

Adapun faktor eksternal dijelaskan oleh Nugraheni (2003) yang

memperngaruhi gaya hidup adalah sebagai berikut:

a. Kelompok Referensi

Kelompok referensi adalah kelompok yang memberikan

pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan

perilaku seseorang. Kelompo yang memberikan pengaruh

langsung adalah kelompok dimana individu tersebut menjadi

anggotanya dan saling berinteraksim, sedangkan kelompok yang

74
memberi pengaruh tidak langsung adalah kelompok dimana indvidu

tidak menjadi anggota dalam kelompok tersebut. Pengaruh-

pengaruuh tersebut akan menghadapkan individu pada perilaku

dan gaya hidup tertentu.

b. Keluarga

Keluarga memegang peranan terbesar dan terlama dalam

pembentukkan sikap dan perilaku individu. Hal ini karena pola asuh

orang tua akan membentuk kebiasaan anak yang secara tidak

langsung memperngaruhi pola hidupnya.

c. Kelas sosial

Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relatif homogen dan

bertahan lama dalam sebua masyarkata, yang tersusun dalam

sebuah urutan jenjang dan para anggota dalam setoap jenjang itu

memiliki nilai,minat, dan tingkah laku yang sama. Ada 2 unsur

pokok dalam sustem sosial pembagian kelas dalam masyarakay,

yaitu kedudukan ( status ) dan peranan. Kedudukan sosial artinya

tempat seseorang dalam lingkungan pergaulan, gengsi hak-haknya

serta kewajibannya. Kedudukan sosial ini dapat dicapai oleh

seseorang dengan usaha yang sengaja maupun diperoleh karena

kelahiran.peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan.

Apabila individu melaksanakan hak dan kewajibannya dinamis dari

kedudukannya maka ia menjalankan suatu peranan dalam

75
kebudayaan. Kebudayaan yang meliputi pengetahuan,

kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kebiasaan

kebiasaan yang diperoleh individu sebagai anggota masyarakat.

Kebudayaan terdiri dari seseuatu yang dipelajari dari pola-pola

perilaku yang normatif, meliputi ciri-ciri pola pikir, merasakan dan

bertindak.

e. Hubungan gaya hidup dengan kadar Gula darah

Diabetes Melitus (DM) adalah kondisi gangguan metaboli

k yang ditentukan oleh tingkat hiperglikemia. Peningkatan prev

alensi diabetes melitus (DM) di berbagai negara menunjukkan

bahwa diabetes telah menjadi ancaman global untuk masyarak

at di seluruh dunia termasuk Indonesia. Usia paruh baya meru

pakan usia rentan akan terjadinya diabetes melitus, semakin tu

a usia dapat meningkatkan risiko DM. Pengetahuan gizi masya

rakat merupakan dasar untuk mengetahui gaya hidup dan peril

aku di masyarakat. Gaya hidup yang tidak baik akan berdamp

ak pada status gizi lebih yang merupakan faktor yang mempen

garuhi terjadinya DM. Gaya hidup (merokok, aktivitas fisik, olah

raga) dan kebiasaan makan/minum manis serta status gizi terh

adap status gizi pria dan wanita.

Merokok masih merupakan penyebab masalah kesehata

76
n pada saat ini. WHO memperkirakan pada tahun 2020 penya

kit yang berkaitan dengan rokok akan menjadi masalah keseh

atan utama di berbagai negara. Berdasarkan data Global Adult

Tobacco Survey (GATS) Tahun 2010, prevalensi perokok aktif

tertinggi, yaitu 67o/o pada laki-laki dan2,7o/o pada wanita. Mer

okok telah lama diketahui memperburuk prognosis pasien diab

etes. Merokok merupakan faktor risiko utama untuk komplikasi

makovaskular dan mikrovaskular. Radikal bebas dalam rokok

akan memicu penurunan fungsi endotel. Akibat penurunan fun

gsi tersebut, sel-sel inflamasi. trombosit dan LDL akan mudah

melekat ke dinding pembuluh darah sehingga dapat membent

uk plak pada pembuluh darah. Apabila paparan radikal bebas t

erjadi secara terus-menerus akan terjadi kerusakan pembuluh

darah dan ganggrnn sirkulasi. (Barnoya, 2005).

Pada asap rokokjuga terkandung gas CO yang mempun

yai afinitas yang jauh lebih tinggi terhadap Hb dibandingkan O

z. Akibatnya sel-sel tubuh dapat menderita kekurangan Oz. Tu

buh akan melakukan kompensasi melalui mekanisme vasokon

striksi atau spasme. Bila proses spasme berlangsung lama da

n terus menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak. Ke

rusakan pembuluh darah tersebut dapat berakibat pada terha

mbatnya proses penyernbuhan bila terjadi luka dan berisiko ter

77
hadap terjadinya infeksi dan amputasi (Banioya, 2005).

f. Kuesioner tentang kebiasaan merokok

FREKUENSI MEROKOK

1) Apakah anda hampir setiap hari merokok .................

1. Ya

2. Tidak, berapa hari dalam seminggu anda merokok ...............

2) Berapa rata-rata jumlah batang rokok yang anda habiskan dalam


sehari ........... Batang/Hari

3) Jenis rokok yang dikonsumsi

1. Kretek

2. Filter

3. Membuat sendiri

4. Lainnya ...............

4) Sudah berapa lama anda mulai merokok : ........... Tahun

5) Apa alasan anda pertama kali merokok :

1. Iseng

2. Penasaran/Coba-coba

3. Diajak / dipaksa teman

4. Mencontoh orang tua

78
5. Terlihat dewasa/ keren

6. Terlihat seperti idola

7. Lainnya.............

6) Siapa yang pertama kali memperngaruhi untuk merokok :

1. Tidak ada

2. Saudara

3. Orang tua

4. Teman

5. Iklan

6. Lainnya ..............

7) Dimana biasanya anda merokok :

1. Dirumah

2. Ditempat kerja

3. Ditempat teman

4. Ditempat umum

5. Lainnya ..........

8) Biasanya anda mendapatkan rokok dari mana :

1. Orang tua

2. Teman

79
3. Beli sendiri

4. Lainnya .............

9) Keadaan apa yang membuat anda merokok :

1. Saat bosan

2. Saat stress / kesal/ marah

3. Merasa gugup/ hilang ketegangan

4. Saat mulut terasa tidak enak

5. Saat santai/ iseng

6. Saat melihat orang merokok

7. Lainnya .................

KEINGINAN BERHENTI MEROKOK

1) Apakah anda pernah mencoba berhenti merokok :

1. Ya

2. Tidak

2) Kapan anda mencoba berhenti merokok : ............... Tahun


3) Berapa kali anda berusaha berhenti merokok : .............. Tahun
4) Apakah anda sukses dalam berhenti merokok pada saat itu :

1. Ya

2. Tidak

80
5) Berapa lama anda berhenti merokok pada saat itu :
6) Apa cara yang anda gunakan untuk berhenti merokok pada saat itu :

1. Kedokter

2. Permen

3. Obat

4. Lainnya ...................

7) Apakah anda mau berhenti merokok :

1. Ya, karena

2. Tidak

8) Bagaimana tindakan keluarga saat anda merokok :

1. Ditegur

2. Dibiarkan

3. Lainnya ...........

9) Keadaan apa yang anda peroleh dari setelah merokok :

1. Memberikan kenikmatan

2. Memberi rasa percaya diri

3. Membantu melepaskan rasa tertekan oleh masalah

4. Dapat memusatkan konsentrasi

10)Menurut anda, apakah ada dampak merokok terhadap anda :

1. Ya, ada...............

81
2. Tidak

11)Menurut anda, adakah dampak rokok terhadap lingkungan :

1. Ya , ada ...............

2. Tidak

12)Bagaimana pengaruh hasil kadar glukosa anda setelah berhenti merok


ok ?

a. Terkontrol

b. Tidak terkontrol

82
8. Konsep Stres

a. Definisi Stres

Menurut Dilawati (dalam Syahabuddin, 2010) stres merupaka

n sebuah perasaan yang muncul ketika seseorang menerima tekan

an. Tekanan yang datang berbentuk mengekalkan jalinan perhubu

ngan, memenuhi harapan dan pencapaian akademik. Menurut Laz

arus dan Folkman (dalam Evanjeli, 2012) menjelaskan bahwa stres

s adalah kondisi individu yang dipengaruhi oleh lingkungan. Stres d

apat terjadi karena antara tekanan yang datang dengan kemampua

n individu untuk menghadapi tekanan tersebut tidak seimbang. Seh

ingga individu memerlukan energy yang cukup untuk menghadapi s

ituasi tersebut agar tidak mengganggu kesejahteraan mereka.

Menurut Meivy, dkk (2017) stres merupakan sebuah respon tu

buh yang tidak spesifik ketika adanya kebutuhan tubuh yang tergan

ggu, sebuah fenomena universal yang terjadi di dalam kehidupan s

ehari-hari dan tidak dapat dihindari, setiap orang akan mengalamin

ya, stress dapat mengancam keseimbangan fisiologis seseorang.

Menurut Izzati & Nirmala (2015) Stres yang tinggi dapat meng

akibatkan kadar gula darah seseorang semakin meningkat, semaki

n tingginya tingkat stress yang dialami oleh pasien diabetes maka p

83
enyakit diabetes mellitus yang dideritanya pun akan semakin bertm

bah buruk.

Menurut Meivy dkk (2017) menjelakan bahwa stres dan Diabe

tes Mellitus memiliki hubungan yang erat dengan tekanan kehidupa

n dan gaya hidup seseorang yang tidak sehat sangat berpengaruh,

kemajuan teknologi yang begitu pesat dan penyakit yang sedang di

derita dapat menyebabkan kondisi seseorang menurun dan memic

u terjadinya stress.

b. Jenis Stres

Menurut Lumongga (dalam Sukoco, 2014) stress terbagi du

a macam, yaitu :

1). Distress, adalah jenis stress negatif dan dapat mengganggu ata

u merusak kehidupan individu yang mengalaminya.

2). Eustess, adalah jenis stress positif yang dapat membangun ses

eorang yang mengalaminya.

c. Pandangan Stres

1). Stres Sebagai Stimulus

Menurut Horowitz M (Hal 732) (dalam Musradinur, 2016)

stress adalah yang ada di lingkungan. Seseorang dapat mengal

ami stress apabila berada didalam lingkungan tersebut. Contoh

dari lingkungan sekitar yang penuh persaingan dapat menjadi st

84
imulus stress (stressor). Lingkungan yang terjai bencana alam j

uga dapat menjadi stressor.

2). Stress Sebagai Respon

Menurut Ibid dalam Musradinur (2016) stress adalah seb

uah respon reaksi seseorang terhadap stressor. Ada dua komp

onen terkait respon individu terhadap stressor, yaitu : kompone

n psikologis seperti terkejut, cemas, panic, malu, dan sebagainy

a. Dan komponen fisiologis, seperti denyut nadi cepat, mual, mu

lut kering, berkeringat banyak. Kedua respon tersebut disebut st

rain atau ketegangan.

3). Stres Sebagai Interaksi antara Individu Dengan Lingkungan

Stres sebagai proses yang meliputi stressor dan ketegan

gan dengan adanya dimensi hubungan antara individu dengan li

ngkungan. Interaksi manusia dan lingkungan saling mempengar

uhi disebut hubungan transaksional. Dalam konsep ini stress bu

kan hanya dipandang sebagai stimulus maupun respon saja, na

mun juga sebagai proses dimana individu adalah pengantar yan

g aktif dan dapat mempengaruhi stressor melalui prilaku kognitif

dan emosionalnya.

4). Stres Sebgai Hubungan antara Individu dengan Stressor

Menurut Subakti E, P (2008) dalam Musradinur (2016) str

ess tidak hanya terjadi karena faktor-faktor lingkungan, melaink

85
stressor juga dapat berupa factor-faktor yang ada dalam diri indi

vidu, misalnya penyakit jasmani, dan konflik internal. Sehingga

stress lebih tepat dipandang sebagai hubungan antara individu

dengan stressor, baik internal maupun eksternal.

d. Tanda-tanda Stres

Menurut Cary Cooper dan Alison Straw (1995), tanda-tanda stre

ss yaitu :

1). Fisik, yaitu nafas cepat, mulut dan tenggorokan kering, tangan l

embab, otot tegang, merasa panas, sembelit, pencernaan terga

nggu, letih yang tidak beralasan, sakit kepala, dan gelisah.

2). Perilaku, yaitu perasaan bingung, cemas, sedih, jengkel, tidak b

erdaya, salah paham, gelisah, gagal, tidak bersemangat, meras

a tidak menarik, susah konsentrasi.

3). Watak dan kepribadian, yaitu hati-hati yang berlebihan, cepat p

anic, tidak percaya diri, penjengkel.

e. Gejala Stres

Menurut Hardjana (1994) dalam Sukoco A.S.P (2014), gejala str

ess yang dapat timbul sebagai berikut :

1). Gejala fisikal adalah suatu gejala stress yang berkaitan dengan

kondisi serta fungsi fisik dari individu.

86
2). Gejala emosional adalah gejala stress yang berkaitan dengan p

sikis dan mental individu.

3). Gejala intelektual adalah gejala stress yang berkaitan dengan p

ola pikir individu.

4). Gejala interpersonal adalah gejala stress yang berpengaruh ter

hadap hubungan dengan orang lain, di dalam ataupun di luar ru

mah.

f. Klasifikasi Faktor Pemicu Terjadinya Stres

Yusuf (2004) dalam Kartika C, S, D (2015), mengelompokkan fa

ctor pemicu stress kedalam beberapa kelompok sebagai berikut :

1). Stressor Fisik-biologik, seperti penyakit yang sulit sembuh, caca

t fisik atau salah satu anggota tubuh yang tidak berfungsi, wajah

tidak menarik, postur tubuh tidak ideal.

2). Stressor Psikologik, seperti perasaan negatif atau berburuk san

gka, frustasi (kecewa karena gagal mendapatkan sesuatu yang

diinginkan), bermusuhan, cemburu, konflik pribadi, keinginan dil

uar kemampuan.

3). Stressor Sosial, seperti kehidupan keluarga : hubungan dalam k

eluarga yang tidak harmonis, perceraian, perselingkuhan, angg

ota keluarga meninggal, anak yang nakal, sikap dan perlakuan

orangtua yang keras, salah satu anggota keluarga yang mengal

87
ami gangguan jiwa dan ekonomi yang rendah. Kemudian factor

pekerjaan : sulit mencari kerja, dampak PHK, pengangguran. La

lu ada keadaan lingkungan seperti : maraknya kiminalitas, kebut

uhan poko yang mahal, tidak ada fasilitas air bersih, kemarau p

anjang, bising, polusi udara, udara terlalu panas atau dingin, lin

gkungan kotor.

g. Tingkat Stres

Menurut Acdiat (2000) dalam Wahyuni, R. (2014) membedakan

tingkat stress sebagai berikut :

1). Stres Ringan

Stress ini belum mempengaruhi fisik dan mental namun mulai m

embuat sedikit tegang dan was-was. Kondisi ini biasa disertai d

engan semangat kerja yang besar dan penglihatan tajam yang

berlangsung beberapa menit atau jam.

2). Stres Sedang

Mulai muncul keluhan, sulit tidur, bangun pagi tidak segar, perut

tidak nyaman, menyendiri dan tegang. Kondisi ini berlangsung l

ebih lama dari stress ringan mulai dari beberapa jam bahkan be

berapa hari.

3). Stress Berat

Biasa disebut stress kronis yang ditandai dengan kelelahan fisik

88
dan mental, rasa takut meningkat dan cemas, jantung berdebar

kencang, nafas sesak, gemetar¸ loyo bahkan pingsan. Berlangs

ung beberapa minggu hingga beberapa tahun.

h. Tahapan Stres

Menurut Martaniah dkk (1991) dalam kartika C, S, D (2015) beb

erapa tahapan stress sebagai berikut :

1). Stres Tahap I, dapat membuat seseorang bersemangat, penglih

atan tajam, energy meningkat, kepuasan dan kesenangan, gug

up yang mudah diatasi.

2). Stres Tahap II, muncul keluhan seperti mudah letih, tegang, pen

cernaan terganggu.

3). Stress Tahap III, seseorang menjadi sulit tidur, badan lesu dan l

emas akibat dari letih yang berlebihan.

4). Stress Tahap IV dan V, individu yang mengalami tidak ampu me

nghadapi situasi tersebut dan membuat konsentrasi menurun s

erta insomnia.

5). Stress Tahap VI, muncul gejala peningkatan denyut jantung, tre

mor dan pingsan.

i. Hubungan Stres dengan kadar gula darah

Menurut Dalami, Ermawati (2010) berdasarkan hipotesis hubun

89
gan menjelaskan bahwa reaksi fisiologi yang muncul saat stress da

pat mempengaruhi aksis hipotalamus yang kemudian akan menge

ndalikan dua system neuroendokrin yaitu system simpatis dan kort

eks adrenal. Mengaktifkan beberapa organ tubuh, dimana system s

araf simpatis akan memberikan respon terhadap impuls saraf dari h

ipotalamus. Selanjutnya saraf simpatis memberi sinyal medulla adr

enal untuk melepas epinefrin dan norepinefrin ke dalam aliran dara

h. Yang kemudian system kortes drenal akan aktif jika hipotalamus

mengeluarkan CRF (corticotropin releasing factor) zat kimia yang b

ekerja pada kelenjar hipofosis letaknya dibawah hipotalamus. Kele

njar hipofisis tersebut kemudian akan mengeluarkan hormone ACT

H (adrenocorticotropic hormone), dibawa ke korteks adrenal melalu

i aliran darah dan distimulasi untuk melepaskan hormone seperti gl

ukagon untuk merangsang hepar, otot, jaringan lemak mengeluark

an energy yang tersimpan.

Selain untuk mensekresi glukagon, ternyata epinefrin mempuny

ai dampak yang buruk terhadap fungsi insulin dan menghambat tra

nsport glukosa dipicu oleh insulin dalam jaringan perifer. Perubaha

n hormonal yang terjadi akan memicu gluconeogenesis meningkat

dan mengganggu glukosa perifer sehingga menyebabkan hiperglik

emia yang berat (Isselbacher, dkk 2012).

90
j. Tingkat Depresi, Cemas, dan Stres

Tabel 2.8 Tingkat Depresi, Cemas, dan Stres Menurut Lovibond (1

995)

Depresi Cemas Stres


Normal 0-9 0-7 0-14
Ringan 10-13 8-9 15-18
Sedang 14-20 10-14 19-25
Berat 21-27 15-19 26-33
Sangat Berat >28 >20 >34

k. Alat Ukur Stres

Psychology Foundation Australia mengeluarkan Depression An

xiety Stress Scale 42 (DASS 42) yang merupakan 3 alat ukur untuk

mengukur tingkat emosi negative seseorang seperti depresi, cema

s dan stress. Setiap skala DASS berisi 14 item pertanyan. Skala de

presi untuk menilai dysphoria, keputusasaan, devaluasi hidup, sifat

meremehkan diri, kurang minat dan inersia. Skala cemas menilai g

airah otonom, efek otot rangka, cemas situasional, pengalaman su

bjektif dari pengaruh cemas. Skala stress untuk mengukur sulit ber

santai, gugup, gelisah, sensitif mudah marah dan tersinggung, tida

k sabaran. Dengan hasil ukur normal jika skor 0-14, ringan jika skor

15-18, sedang jika skor 19-25, berat jika skor 26-33, sangat berat ji

ka skor >34 (Lovibond & Lovibond, 1995).

Ada 4 pilihan jawaban yang tersedia untuk menjawab setiap per

91
tanyaan :

0 = Tidak ada/tidak pernah

1 = Sesuai yang dialami sampai tingkat tertentu/kadang-kadang

2 = Sering

3 = Sangat sesuai dengan yang dialami/hampir setiap saat

No Aspek Penilaian 0 1 2 3
1. Mudah marah karena hal-hal sepele
2. Merasa mulut kering
3. Tidak dapat melihat hal yang positif

dari suatu kejadian


4. Mengalami gangguan bernafas

(Misalnya : Nafas sesak, sulit bernafas)


5. Merasa sepertinya tidak kuat lagi untuk

melakukan sesuatu
6. Cenderung bereaksi berlebihan

terhadap sesuatu
7. Kelemahan pada anggota tubuh
8. Saya merasa kesulitan

bersantai/relaksasi
9. Cemas yang berlebihan dalam suatu,

namun akan lega jika situasi tersebut

berakhir
10. Merasa pesimis
11. Mudah merasa kesal
12. Merasa bsnyak menghabiskan energi

karena merasa cemas

92
13. Merasa sedih dan depresi
14. Tidak sabaran
15. Kelelahan
16. Kehilangan minat pada banyak hal

(Misal : makan, ambulasi, sosialisasi)


17. Merasa diri tidak layak
18. Mudah tersinggung
19. Berkeringat (Misal : tangan

berkeringat) stimulasi oleh cuaca

maupun latihan fisik


20. Ketakutan tanpa alas an yang jelas
21. Merasa hidup tidak berharga
22. Sulit untuk istirahat
23. Sulit menelan
24. Tidak dapat menikmati hal-hal yang

dilakukan
25. Perubahan kegiatan jantung dan

denyut nadi tanpa stimulasi oleh

latihan fisik
26. Merasa hilang harapan dan putus asa
27. Mudah marah
28. Mudah panic
29. Sulit untuk tenang setelah sesuatu

yang mengganggu
30. Takut diri terhambat oleh tugas-tugas

yang tidak biasa dilakukan


31. Sulit untuk antusias pada banyak hal
32. Sulit mentoleransi gangguan-gangguan

terhadap hal yang dilakukan


33. Keadaan tegang
34. Merasa tak berharga
35. Tidak dapat memaklumi hal apapun

93
yang menghalangi anda untuk

menyelesaikan hal yang sedang

dilakukan
36. Ketakutan
37. Tidak ada harapan untuk masa depan
38. Merasa hidup tidak berarti
39. Mudah gelisah
40. Khawatir dengan situasi saat diri anda

mungkin menjadi panik dan

mempermalukan diri sendiri


41. Tremor
42. Sulit meningkatkan inisiatif dalam

melakukan sesuatu

B. Penelitian Terkait

1. Penelitian yang dilakukan Boku , Edy (2019) tentang Faktor-Fak

tor Yang Berhubungan Terhadap Kadar Gula Darah Pada Pend

erita Diabetes Melitus Tipeii Di Rs Pku Muhammadiyah Yogyak

artaPenelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, metode deskr

iptif korelasi, dengan pendekatan waktu cross sectional. Metode

sampling menggunakan tehnik purposive sampling. Instrumen

menggunakan Timbangan BB, microtoise Blood Glucose test da

n kuesioner, analisis data dengan skala ordinal menggunakan k

endall tau dan data dengan skala interval yaitu Person correlati

on

94
2. Penelitian yang dilakukan Hasanah dan Helma (2019) tentang

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Meningkatnya Kadar Gula D

arah Pasien di Klinik Fanisa Kota Pariaman dengan Menggunak

an Analisis Faktor , Penelitian ini merupakann menggunakan da

ta primer dengan kuesioner. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi peningkatan kada

r gula darah pasien di klinik Fanisa kota Pariman. Pada peneliti

an ini variabel yang digunakan adalah umur, indeks masa tubuh,

asipan makanan, kepatuhan minum obat..

3. Penelitian yang dilakukan rudi dan hendrikus (2016) tentang Fa

ktor Risiko Yang Mempengaruhi Kadar Gula Darah Puasa Pada

Pengguna Layanan Laboratorium, Penelitian ini merupakan pen

elitian kuantitatif dengan rancangan cross sectional, sampel pen

elitian ini menggunakan sampling insidential sebanyak 178 resp

onden. Pengumpulan data dengan wawancara dan kuesioner d

engan analisis univariat dan bivariate.

4. Penelitian yang dilakukan Nurul, Rita, dan Ani (2017) tentang

Hubungan pengetahuan Diabetes Melitus dengan Gaya hidup

Pasien Diabetes Melitus di RS. Tingkat II Dr.Soepraoen Malang,

Penelitian ini menggunakan desain penelitian Non Eksperimen

dengan metode pendekatan Cross Sectional, Sample penelitian

ini menggunakan sampel sebanyak 30 responden.

95
Pengumpulan data dengan uji statistik spearman rank.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Putri Dafriani (2017) tentang

Hubungan Pola Makan dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian

Diabetes Mellitus di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. Rasidin

Padang, penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik

dengan pendeketan cros sectional, sampel penelitian ini

menggunakan sampel sebanyak 93 responden. Pengumpulan

data menggunakan kuesioner dan kejadian DM diukur

menggunakan diagnosa medis.

6. Penelitian yang dilakukan oleh Rusnoto dkk 2018 dengan judul

Hubungan Tingkat Kepatuhan Minum Obat Dengan Kadar

Glukosa Darah pada pasien Diabetes Mellitus Di Klinik Anisah

Demak, merupakan penelitian kuantitatif survey analitik dengan

desain survey crossectional dengan pengumpulan sampel

dengan total sampling. Pada penelitian ini terdapat tingkat

kepatuhan minum obat sebagai variabel independen dan kadar

glukosa darah sebagai variabel dependen.

7. Penelitian yang dilakukan oleh Musidah dkk (2017), tentang

hubungan tingkat pengetahuan, sikap dan pola makan dengan

kadar gula darah penderita diabetes mellitus di wilayah kerja

puskesmas sudiang kota makasar, pada penelitian ini

merupakan penelitian anlitik kuantitatif menggunakan desain

96
cross sectional dengan populasi penderita DM sebanyak 142

orang dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling.

C. Kerangka Teori Penelitian

Menurut Notoatmodjo (2012) kerangka teori merupakan suatu mod

el yang menjelaskan bagaimana hubungan suatu teori dengan fact

or-faktor penting yang diketahui dalam penelitian. Kerangka teori p

ada penelitian ini adalah hubungan pengetahuan, kepatuhan minu

m obat, gaya hidup, aktivitas fisik, pola makan, dan stress dengan

kadar gula darah sewaktu pada pasien diabetes mellitus tipe II.

97
Gambar 2.1 Kerangka Teori

Diabetes Mellitus merupakan penyakit kronis akibat tubuh tidak dapat mempro
duksi hormone insulin secara adekuat yang disebabkan oleh terganggunya fun
gsi sel beta pancreas atau fungsi insulin (resistensi insulin) sehingga menyeba
bkan glukosa dalam darah meningkat. (Kemenkes RI, 2018)

Manifestasi klinis : Penyebab :


1. Poliuri 1. Genetik
Diabetes Mellitus
2. Polidipsi Tipe II 2. Usia
3. Polifagi 3. Jenis kelamin
4. Penurunan BB 4. Berat Badan
Strayer & Schub (2010) 5. Aktivitas Fisik
4 Pilar Penatalaksaknaan Di
dalam Arifin (2011) 6. Pola Makan
abetes Mellitus
1. Edukasi 7. Stres

2. Aktivitas Fisik (Trisnawati & Setyor

3. Terapi Farmakologi ogo, 2012)


Glukosa Darah
4. Diet
1. HBA1c
(Konsensus Perkeni, 2015)
2. GDS

98
D. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konseptual penelitian merupakan suatu hubungan atau kaita

n antara konsep yang satu dengan yang lainnya dari masalah yang sedan

g diteliti. Ini berguna untuk menghubungkan dan menjelaskan secara deta

il mengenai topik yang akan dibahas. Dimana kerangka ini berasal dari ko

nsep ilmu atau teori yang digunakan sebagai penelitian yang didapatkan p

ada bab tinjauan pustaka atau bisa disebut dengan ringkasan dari tinjaua

n pustaka yang dihubungkan dengan garis sesuai variabel yang akan ditel

iti (Setiawan dan Prasetyo, 2015).

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

1. Pengetahuan
2. Kepatuhan minum obat
3. Gaya hidup Kadar Gula
4. Aktivitas fisik Darah Sewaktu
5. Pola makan
6. Stress

Kerangka konsep pada penelitian ini akan menghubungkan ant

99
ara variable dependen dan variabel independen yaitu faktor-faktor ya

ng berhubungan dengan kadar gula darah sewaktu pada pasien Diabet

es Melitus yang meliputi faktor tingkat pengetahuan, pola makan, akti

vitas atau latihan fisik, kepatuhan minum obat, gaya hidup serta stres

s. Sedangkan variabel dependen pada penelitian ini adalah kadar gul

a darah sewaktu pasien Diabetes Melitus tipe II.

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan suatu jawaban sementara dari rumusan mas

alah yang ada di penelitian (Nursalam, 2017). Berdasarkan bentuk rumus

nya, hipotesis digolongkan menjadi dua yakni, pertama hipotesa alternati

ve (Ha) yaitu terdapat hubungan antara variabel independen dengan vari

abel dependen, hipotesa yang kedua adalah hipotesa nol (Ho) dimana tid

ak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.

Berdasarkan kerangka konsep diatas maka hipotesis penelitian ini

antara lain adalah:

1. Ha : Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan denga

n kadar gula darah sewaktu pada pasien diabetes mellitus tipe II

di Puskesmas Air Putih Samarinda.

Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan

dengan kadar gula darah sewaktu pada pasien diabetes mellitus

tipe II di Puskesmas Air Putih Samarinda.

100
2. Ha : Ada hubungan yang signifikan antara kepatuhan minum obat den

gan kadar gula darah sewaktu pada pasien diabetes mellitus tipe

II di Puskesmas Air Putih Samarinda.

Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara kepatuhan minum oba

t dengan kadar gula darah sewaktu pada pasien diabetes mellitu

s tipe II di Puskesmas Air Putih Samarinda.

3. Ha : Ada hubungan yang signifikan antara gaya hidup dengan kadar g

ula darah sewaktu pada pasien diabetes mellitus tipe II di Puskes

mas Air Putih Samarinda.

Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara gaya hidup dengan ka

dar gula darah sewaktu pada pasien diabetes mellitus tipe II di Pu

skesmas Air Putih Samarinda.

4. Ha : Ada hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan kadar

gula darah sewaktu pada pasien diabetes mellitus tipe II di Puske

smas Air Putih Samarinda.

Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan

kadar gula darah sewaktu pada pasien diabetes mellitus tipe II di

Puskesmas Air Putih Samarinda.

5. Ha : Ada hubungan yang signifikan antara pola makan dengan kadar g

ula darah sewaktu pada pasien diabetes mellitus tipe II di Puskes

mas Air Putih Samarinda.

Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara pola makan dengan k

101
adar gula darah sewaktu pada pasien diabetes mellitus tipe II di P

uskesmas Air Putih Samarinda.

6. Ha : Ada hubungan yang signifikan antara stress dengan kadar gula d

arah sewaktu pada pasien diabetes mellitus tipe II di Puskesmas

Air Putih Samarinda.

Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara stress dengan kadar g

ula darah sewaktu pada pasien diabetes mellitus tipe II di Puskes

mas Air Putih Samarinda.

102
BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian merupakan hasil akhir dari suatu tahap k

eputusan yang dibuat oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana s

uatu penelitian bisa diterapkan (Nursalam, 2008). Penelitian ini merup

akan penelitian kuantitatif dengan Jenis penelitian deskriptif korelasi, y

aitu survei atau penelitian yang mencoba menemukan ada atau tidakn

ya hubungan dan bila ada, seberapa eratnya hubungan serta berarti at

au tidaknya hubungan (Arikunto, 2010) . Pendekatan yang digunakan

adalah cross sectional study, yaitu rancangan penelitian yang melakuk

an pengukuran atau pengamatan secara bersamaan pada individu di s

uatu populasi dengan mempelajari prevalensi, distribusi maupun hubu

ngan penyebab suatu masalah kesehatan (Hidayat, 2015)

B. Subjek Penelitian

1. Populasi

Menurut Notoatmodjo (2012) Populasi adalah keseluruhan dari sua

tu variabel atau suatu objek penelitian yang menyangkut masalah

yang diteliti. Populasi pada penelitian ini adalah pasien yang terdi

103
agnosa Diabetes Mellitus Tipe II di wilayah kerja Puskesmas Air P

utih Samarinda pada tahun 2020.

2. Sampel

Menurut Notoatmodjo (2012) sampel adalah sebagian yang dia

mbil dari keseluruhan objek yang diteliti atau objek yang mewakili s

eluruh populasi. Sampel adalah sebagian dari populasi terjangkau

yang dapat dipergunakan sebagai objek penelitian melalui samplin

g. Pengambilan sampling dalam penelitian ini sendiri menggunaka

n metode purposive Sampling yaitu teknik pengambilan sampel su

mber dengan memperhatikan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 20

15).

Dalam penelitian ini pengambilan sampel menggunakan rumus

dari Slovin yaitu :

N
n=
1+ N ( d 2)

Keterangan :

n = Besar sampel minimal

N = Jumlah populasi

d = Tingkat kepercayaan ditetapkan 10% = 0,1

104
Berdasarkan rumus diatas dari jumlah sampel dalam populasi b

erjumlah 1,061, dengan (d) = tingkat kepercayaan 10% = 0,1. Maka

dapat dihitung besar sampel dalam penelitian ini adalah :

N
n= 2
1+ N ( d )

1,061
n= 2
1+1,061(0,1 )

1,061
n=
1+1,061(0,01)

1,061
n=
1+10,61

1,061
n=
11,61

n=91

Maka dalam penelitian ini besar sampel yang akan diambil berju

mlah 91 orang.

Dalam penelitian ini juga menggunakan koreksi atau penambah

an sampel berdasarkan prediksi sample drop out, dengan perhitun

gan sebagai berikut :

n
n '=
1−f

91
n'=
1−0,1

105
91
n'=
0,9

n' =101

Keterangan :

n’ = Besar sampel setelah dikoreksi

n = Besar sampel berdasarkan estimasi sebelumnya = 91

f = Prediksi presentase sampel drop out yaitu 10% = 0,1

Agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari populasi maka

sebelum dilakukan pengambilan perlu ditentukan kriteria inklusi da

n eksklusi. kriteria Inklusi dan kriteria eksklusi penelitian ini yaitu :

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria yang diperlukan oleh setiap an

ggota populasi yang dapat di ambil sebagai sampel (Notoatmod

jo, 2012). Kriterianya antara lain:

1) Bersedia menjadi responden pada penelitian ini

2) Berumur > 20 tahun

3) Pasien dengan penyakit Diabetes Militus Tipe 2

4) Pasien dengan obat oral antidiabetes

5) Pasien tidak dalam kondisi gawat darurat

6) Pernah melakukan pemeriksaan kadar gula darah sewaktu

106
saat penelitian atau 1 bulan terakhir

7) Tinggal di wilayah kerja Puskesmas Air Putih Samarinda.

b. Kriteria eksklusi

Kriteria ekslusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan s

ubjek yang tidak memenuhi kriteria inklusi dari studi karena ber

bagai sebab antara lain terdapat keadaan atau penyakit yang m

engganggu pengukuran maupun interpretasi hasil, terdapat kea

daan yang mengganggu kemampuan pelaksanaan, hambatan e

tis, dan subjek menolak berpartisipasi (Nursalam, 2008).

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :

1) Pasien yang mengundurkan diri sebelum kegiatan selesai.

2) Tidak mampu mendengar dan berkomunikasi verbal / non v

erbal dengan baik.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu penelitian

Waktu penelitian ini terdiri dari persiapan dari bulan Maret 2020 sa

mpai Juni 2020, dimulai dari pengumpulan data sampai penyusuna

n proposal penelitian.

2. Tempat penelitian

Tempat penelitian akan dilakukan di Puskesmas Air Putih

Samarinda.

107
D. Identifikasi variabel Penelitian

Menurut Setiadi (2007), variabel penelitian adalah karakteristi

k yang diamati yang mempunyai variasi nilai dan merupakan operas

ionalisasi dari suatu konsep agar dapat diteliti secara empiris atau di

tentukan tingkatannya.

Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yan

g mempengaruhi variabel dependen. Sedangkan variabel dependen

atau variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi

akibat dari variabel independen (Hidayat, 2015). Pada judul penelitia

n dibagi menjadi dua variable anatara lain:

1. Variabel independen meliputi pola makan, aktifitas fisik,

kepatuhan minum obat, stress, tingkat pengetahuan dan gaya

hidup.

2. Variabel dependen meliputi kadar gula darah sewaktu.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan karakteristik yang diamati ( diuk

ur) dari suatu yang didefinisikan. Karakteristik yang diukur yang menja

di sebuah definisi operasional yang memungkinkan peneliti dalam mel

akukan observasi secara tepat terhadap suatu objek yang kemudian

dapat diulang kembali oleh peneliti lain (Nursalam, 2017).

108
Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variable Definisi Cara ukur Hasil ukur Skala ukur


Variabel Independen
Pola makan Pola makan adalah Mengajukan Dikatakan skor Ordinal

karakteristik dari pertanyan melalui tertinggi jika nilai =

kegiatan yang kuesioner kepatuhan 100% dan dikatakan

berulang dari setiap dalam menjalankan skor rendah jika nilai

individu atau setiap pola diet diabetes = 25%.

orang akan makan melitus Jika hasil ukur

untuk memenuhi terkontrol maka skor

kebutuhan makanan ada di antara 63-

nya. 100%.

Jika hasil ukur tidak

terkontrol maka skor

ada diantara 25-62%.

(depkes RI 2009)
Aktivitas fisik aktivitas fisik adalah Mengajukan Dikatakan rendah jika Ordinal

gerak tubuh yang pertanyaan melalui skor <600 MET-

dihasilkan oleh otot kuesioner menit/minggu

rangka yang International Physical Dikatakan sedang

memerlukan Activity Quistionnare jika skor 600-2999

pengeluaran energy (IPAQ) MET-menit/minggu

termasuk aktivitas Dikatakan tinggi jika

yang dilakukan saat skor ≥3000 MET-

bekerja, bermain, menit/minggu

melakukan pekerjaan ( Marcelia, 2014)

rumah tangga,

109
berpergian, dan

terlibat dalam

kegiatan rekreasi.

Tingkat Pengetahuan Mengajukan Baik jika jawaban Ordinal

pengetahuan merupakan faktor pertanyaan melalui bebar > 76-100%

yang penting dalam kuesioner Cukup jika jawaban

terbentuknya suatu DKQ 24 benar 56-75%

perilaku yang terbuka Ya = 1 Kurang jika jawan

Tidak= 0 benar 0-56%

Notoatmodjo, (2010)
Kepatuhan Kepatuhan Mengajukan 8 kepatuhan tinggi, Ordinal

minum obat pengobatan adalah pertanyaan melalui 6-8 kepatuhan

suatu kesesuaian diri kuesioner sedang,

individu terhadap Kuesioner Morisky 8 < 6 kepatuhan

anjuran atas Butir soal 1, 2, 3, 4 , rendah

medikasi yang telah 6, 7, 8 ( Morisky, et al.,

diresepkan sesuai Ya= 0 2008; Krousel Wood,

dengan waktu, dosis Tidak = 1 et al., 2009; Morisky

dan frekuensinya Butir soal 5 and Dimatteo, 2011)

Ya = 1 dalam rosyda L.

Tidak= 1 (2015).

Stress Stress adalah kondisi Mengajukan Normal jika skor 0-14 Ordinal

individu yang pertanyan melalui Ringan jika skor 15-

dipengaruhi oleh kuesioner 18

lingkungan. Stres Depression Anxiety Sedang jika skor 19-

110
dapat terjadi karena Stress Scale (DASS) 25

antara tekanan yang 24 berisi 14 item Berat jika skor 26-33

datang dengan pertanyaan. Sangat Berat jika

kemampuan individu 0 : Tidak ada/tidak skor >34

untuk menghadapi pernah lovibond & lovibond

tekanan tersebut 1 : Sesuai yang (1995)

tidak seimbang. dialami sampai

tingkat

tertentu/kadang-

kadang

2 : Sering

3 : Sangat sesuai

dengan yang

dialami/hamper

setiap saat
Gaya Hidup Gaya hidup adalah Mengajukan Perokok ringan Ordinal

gambaran tingkah pertanyan melalui (mengonsumsi 1-10

laku pola dan cara Kuesioner kebiasaan batang/ hari )

hidup yang merokok Perokok sedang

ditunjukkan (mengonsumsi 11-20

bagaimana aktivitas batang/ hari )

seseorang,minat dan Perokok berat

ketertarikan serta (mengonsumsi lebih

apa yang mereka dari 20 batang/ hari )

pikirkan tentang diri sweeting (dalam

mereka sendiri Alamsyah, 2009)

111
sehingga

membedakan

statusnya dari orang

lain dan lingkungan

melalui lambang

sosial yang mereka

miliki.
Variabel Dependen
Kadar Gula Pemeriksaan glukosa Melakukan Kriteria KGDS di Ordinal

Darah Sewaktu plasma sewaktu pemeriksaan gula kategorikan

≥200 mg/dL disertai darah dengan alat menjadi 2, GDS

keluhan klasik. Accu-Chek Active terkontrol

(GDS≤135 mg/dL)

dan tidak terkontrol

(GDS>135 mg/dL)

( Rasmussen et al.,

2014 ).

F. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan dal

am pengumpulan data pada suatu penelitian yang aka dilakukan (Hida

yat, 2015). Metode pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan de

ngan cara pengumpulan data primer dan data sekunder sebagai berik

112
ut :

1. Data Primer

Cara pengumpulan data primer dikumpulkan secara langsung den

gan mengukur kadar glukosa darah sewaktu pada pasien Diabetes

mellitus tipe II serta dengan menggunakan kuesioner Pola Makan,

Aktifitas Fisik, Kepatuhan Minum Obat, Stress, Pengetahuan, dan

Gaya Hidup.

2. Data Sekunder

Cara pengumpulan data sekunder dengan melihat data pasien yan

g ada di Puskesmas Air Putih Samarinda sebagai data penunjang

dari data primer untuk keperluan penelitian.

G. Instrumen Penelitian

Menurut Notoatmodjo (2012) Instrument penelitian adalah alat-a

lat yang akan digunakan untuk pengumpulan data. Dalam penelitian ini

menggunakan Instrument sebagai berikut :

1. Alat ukur gula darah Accu-Chek Active yang digunakan untuk

mengukur gula darah pasien Diabetes Militus Tipe 2 di Puskesmas

Air Putih Samarinda, dan dikategorikan menjadi 2, GDS terkontro

l (GDS≤135 mg/dL) dan tidak terkontrol (GDS>135 mg/dL)

2. Kuesioner karakteristik umum digunakan untuk mengetahui data d

emografi pada penderita diabetes mellitus yang terdiri dari usia, je

113
nis kelamin, pendidikan terakhir , pekerjaan, riwayat DM, lama

menderita Diabetes mellitus

3. Kuesioner Psychology Foundation Australia mengeluarkan Depres

sion Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42) yang merupakan 3 alat uk

ur untuk mengukur tingkat emosi negative seseorang seperti depre

si, cemas dan stress. Setiap skala DASS berisi 14 item pertanyaan

Skala depresi untuk menilai dysphoria, keputusasaan, devaluasi h

idup, sifat meremehkan diri, kurang minat dan inersia. Skala cema

s menilai gairah otonom, efek otot rangka, cemas situasional, peng

alaman subjektif dari pengaruh cemas. Skala stress untuk menguk

ur sulit bersantai, gugup, gelisah, sensitif mudah marah dan tersin

ggung, tidak sabaran. Dengan hasil ukur normal jika skor 0-14, rin

gan jika skor 15-18, sedang jika skor 19-25, berat jika skor 26-33,

sangat Berat jika skor >34.

4. Kuesioner tingkat pengetahuan diabetes mellitus yaitu Diabetes Kn

owlegde Questionnaire (DQK-24), kuesione ini dirancang untuk me

mperoleh informasi tentang pengetahuan umum diabetes para res

ponden, yaitu penyebab, jenis jenis, keterampilan pengendalian da

n komplikasi diabetes. Dengan hasil ukur Baik jika jawaban benar

> 76-100%, Cukup jika jawaban benar 56-75%, Kurang jika jaw

aban benar 0-56%

5. Kuesioner untuk kepatuhan minum obat yaitu Morisky Medication

114
Adherence Scale (MMAS-8), kuesioner ini terdiri dari 8-item perta

nyaan yang dapat menunjukan kepatuhan pasien terhadap terapi p

engobatan, dengan hasil ukur 8 kepatuhan tinggi, 6-8 kepatuhan s

edang, < 6 kepatuhan rendah.

6. Kuesioner aktivitas fisik yaitu menggunakan International Physical

Activity Questionnaire (IPAQ), dengan hasil ukur dikatakan rendah

jika skor <600 MET-menit/minggu, sedang jika skor 600-2999 ME

T-menit/minggu, tinggi jika skor ≥3000 MET-menit/minggu.

7. Kuesioner gaya hidup menggunakan kuisioner pendekatan

FagerStrom Nicotine Dependence dan SF36v2. terdapat 36

pertanyaan yang mengarah pada 8 peninjauan 8 aspek kesehatan.

8 aspek tersebut dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar, yaitu

status fisik dan status kesehatan jiwa.

8. Kuesioner pola makan menggunakan kuesioner kepatuhan dalam

menjalankan pola diet diabetes mellitus. Kuisoner ini berisi 25 item

pertanyaan tentang jenis makanan, jumlah makanan, dan jadwal

makan penderita diabetes. Pertanyaan sudah dimodifikasi dengan

penelitian sebelumnya oleh Nurul Haflah, 2005 dan Hays. Dengan

beberapa pilihan jawaban, tidak pernah, kadang-kadang, sering,

terus-menerus. Dikatakan skor tertinggi jika nilai = 100% dan

dikatakan skor rendah jika nilai = 25%. Jika hasil ukur terkontrol

maka skor ada di antara 63-100%. Jika hasil ukur tidak terkontrol

115
maka skor ada diantara 25-62%.

9. Lembar observasi yang digunakan berupa daftar hadir dan hasil pe

ngukuran kadar gula darah sewaktu pasien diabetes mellitus tipe 2

di Puskesmas Air Putih Samarinda.

H. Uji Validitas dan Realibilitas

Menurut Hidayat (2015) Instrument yang digunakan pada dasarnya

ada dua kategori instrument yaitu sudah baku/ sudah ada (tanpa mem

buat sendiri) dan istrumen yang belum baku (dengan menyusun sendir

i).

Uji validitas merupakan suatu proses untuk mendapatkan indeks ya

ng mempresentasikan jika instrumen tersebut benar mengukur apa ya

ng memang seharusnya diukur (Notoatmodjo, 2012).

Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan b

ila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dala

m waktu yang berlainan (Nursalam, 2017). Pada penelitian ini, kuesio

ner yang digunakan sudah baku sehingga tidak dilakukan uji validitas

dan reabilitas sebagaimana mestinya. Menurut sugiyono (2015) Kuesi

oner dapat dikatakan reliabel dengan menggunakan rumus koefisien r

eliabilitas metode Alpha ( Cronbach’s), yaitu apabila nilai Cronbach Alp

ha > 0,7 maka alat ukur instrument dikatakan reliabel, sedangkan nila

i Cronbach Alpha < 0,7 maka alat ukur instrument dikatakan tidak relia

116
bel. Kuesioner yang digunakan antara lain:

1. Kuesioner untuk tingkat stress yaitu DASS 42 yang terdiri dari 14 it

em pertanyaan, telah di uji validitas oleh Dinamik (2011) dan didap

atkan nilai signifikan < α (0,05) artinya Ho ditolak dan instrument di

nyatakan valid. Dan Dinamik (2011) juga telah melakukan uji reabil

itas pada instrument ini dengan menggunakan formula Cronbach

Alpha didapatkan nilai α = 0,8806, sehingga kuesioner dinyatakan

reliable.

2. Kuesioner untuk kepatuhan minum obat yaitu Morisky Medication

Adherence Scale (MMAS-8) yang telah diuji validitas dan reabilitas

dan dikatakan reliable oleh Rosyda, L, (2015). Nilai koefisien reabil

itas Cronbach Alpha dengan nilai 0,787, sehingga kuesioner dinyat

akan reliable (Morisky I, et al 2008: Krousel Wood et al, 2009: Mori

sky and Dimatteo, 2011 dalam Rosyda, L, 2015).

3. Kuesioner tingkat pengetahuan diabetes mellitus yaitu Diabetes Kn

owlegde Questionnaire (DQK-24) yang telah di uji validitas dan rea

bilitas dan dikembangkan oleh Agrimon (2014) Di Yogyakarta tahu

n 2014 dengan nilai Cronbach Alpha adalah 0,723, sehingga kuesi

oner tersebut dinyatakan reliable. 1=Ya, 0=Tidak/Tidak Tahu.

4. Kuesioner aktivitas fisik yaitu Internasional Physical Activity Questi

onnaire (IPAQ) teridir dari 7 pertanyaan yang telah di uji validitas n

117
ya oleh Fahad (2013), dikatakan valid karena diperoleh nilai r hitung s

ebesar 0,30 yang artinya nilai r hitung ˃r tabel . Dan uji reabilitias berdasa

rkan instrument IPAQ dikatakan reliable karena nilai Cronbach Alp

ha adalah 0,8.

5. Kuesioner Gaya Hidup kuesioner pendekatan FagerStrom Nicotine

Dependence dan SF36v2. terdapat 36 pertanyaan yang mengarah

pada 8 peninjauan 8 aspek kesehatan. Dan uji reabilitas berdasark

an instrument SF36V2 dikatakan reliable nilai Cronbach Alpha adal

ah 0,787, sehingga kuesioner dinyatakan reliable.

6. Kuesioner Pola Makan yaitu kuisoner kepatuhan menjalankan pola

diet diabetes melitus. Terdiri dari 25 item pertanyaan yang sudah

dimodifikasi, dan sudah di uji validitas oleh dosen departemen

komunitas. Uji realibilitas dilakukan menggunakan rumus Cronbac

h Alpha dibantu dengan teknik komputerisasi, didapatkan nilai

sebesar 0,841 dan dinyatakan reliabel karena nilai alpha > 0,70

(Djemari, 2004) dalam (Zulfan Haris, 2013).

I. Analisa Data

Analisa data merupakan cara mengolah data agar dapat di inter

118
prestasikan menjadi sebuah informasi yang sebelumnya data harus di

oleh terlebih dahulu. Dalam proses pengolahan data terdapat langkah-

langkah yang dilakukan, diantaranya sebagai berikut:

1. Editing

Editing merupakan salah satu cara dalam memeriksa kembali keb

enaran data yang telah diperoleh.

2. Coding

Coding merupakan pemberian kode terhadap data yang terdiri dari

beberapa kategori yang dilakukan dalam menganalisis data mengg

unakan computer.

3. Data entry

Data entry merupakan kegiatan memasukan data yang ada kedala

m sebuah table yang kemudian membuat distribusi frekuensi sede

rhana atau dengan membuat tabel kontingensi.

4. Teknik analisis

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Analisis univariat

Analisa univariat adalah analisis yang dilakukan pada dua at

au lebih variabel yang hanya memiliki satu variabel terikat

(Oktavia, 2015). Analisa univariat dilakukan untuk melihat di

stribusi frekuensi dan proporsi dari faktor Tingkat Pengetahu

an, Kepatuhan Minum Obat, Gaya Hidup, Aktivitas Fisik, Pola

119
Makan dan Stress .

Rumus yang digunakan sebagai berikut :

F
P= X 100 %
∑n
Keterangan :

P = Presentase

F = Frekuensi

∑n = Jumlah total responden

3. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah sebuah distribusi yang menunjukkan

sebaran data seimbang dimana sebagian besar data ad

a pada nilai tengah. Dalam peneliian ini menggunakan uj

i Kolmogorov-Smirnov untuk menentukan titik potong (cu

t of point) dengan kriteria pengujian sebagai berikut :

a). Jika p value < α = data tersebut distribusi tidak norm

al.

b). Jika p value > α = data tersebut distribusi normal.

2) Mean

120
Suatu teknik penjelasan kelompok dengan nilai rata-rata

dari kelompok tersebut. Rata-rata ini didapatkan dengan

cara menjumlahkan data seluruh individu yang ada pada

kelompok tersebut, lalu dibagi dengan jumlah individu ya

ng ada pada kelompok. Seperti berikut ini :

~
X=
∑x
n

Keterangan :
~ = Mean (Rata-rata)
X

∑ x = Wakil data

n = Jumlah data

3) Median atau nilai tengah

Median atau nilai tengah merupakan suatu teknik penjel

asan kelompok yang berdasarkan nilai tengah dari kelo

mpok data yang mana telah disusun urutannya dari terke

cil hingga terbesar, atau sebaliknya (Notoatmodjo, 2012).

a). Jika jumlah data adalah ganjil (n = ganjil) (x = Wakil

data ), maka mediannya merupakan data paling teng

ah.

121
n
Me = x
2

b). Jika jumlah data adalah genap (n = genap), maka m

ediannya merupakan hasil data dari pembagian dua

data paling tengah.

n 2
x + xn+
Me = 2 2
2

b. Analisi Bivariate

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat adanya hubungan at

au korelasi antara dua variable penelitian (Notoatmodjo, 201

2). Uji yang digunakan pada penelitian ini adalah uji Chi Squa

re jika memenuhi syrat,untuk melihat apakah ada hubungan y

ang bermakna antara tingkat Pengetahuan, Kepatuhan minum

obat, Gaya hidup, Aktivitas fisik, Pola makan dan Stress denga

n kadar gula darah sewaktu pada pasien Diabetes Melitus tip

e II.

2 ∑ (0−E)2
X =
E

Keterangan :

X2 = Statistik Chi Square

0 = Observasi

122
E = Hasil yang diharapkan

Syarat Uji Chi Square :

 Tidak ada cell dengan nilai frekuensi kenyataan atau di

sebut juga Actual Count (F0) sebesar 0 (Nol).

 Apabila bentuk tabel kontingensi 2 X 2, maka tidak bol

eh ada 1 cell saja yang memiliki frekuensi harapan ata

u disebut juga expected count (“Fh”) kurang dari 5.

 Apabila bentuk tabel lebih dari 2 x 2, misak 2 x 3, maka

jumlah cell dengan frekuensi harapan yang kurang dari

5 tidak boleh lebih dari 20%.

Setelah didapatkan hasil X2 dihitung, selanjutnya hitung nilai

X2 tabel dengan derajat uji kebebasan :

df = (b-1) (k-1)

Keterangan :

Df = Degree of freedom

b = Jumlah baris

k = Jumlah kolom

Tingkat kemaknaan uji statistik Chi Square adalah α=0,05 (H

123
astono, dkk, 2010). Adapun keputusan uji statistic tersebut, se

bagai berikut :

1) Jika nilai (p<0,05), maka Ho ditolak artinya ada hubungan

antara variabel bebas dengan variabel terkait,

2) Jika nilai (p>0,05), maka Ho diterima artinya tidak ada hu

bungan antara variabel bebas dengan variabel terkait.

J. Etika Penelitian

Etika dalam penelitian menunjukan pada prinsip-prinsip etis yan

g diterapkan dalam kegiatan penelitianb yang dibedakan menjadi ti

ga bagian, yaitu prinsip manfaat, prinsip menghargai hak hak subje

k, dan prinsip keadilan (Nursalam, 2013).

1. Informed consent

Merupakan sebuah penetapan antara peneliti dengan responde

n dengan cara memberikan lembar persetujuan sebelum penelitian

dilakukan dengan tujuan supaya responden paham maksud dan tu

juan dari penelitian.

2. Anonymity

Anonymity merupakan etika penelitian dengan tidak memberika

n nama responden pada lembar alat ukur dan hanya diberikan kod

e pada lembar pengumpulan data saat waktu publikasi hasil peneli

124
tian.

3. Confidentiality

Merupakan etika penelitian dalam menjamin kerahasiaan dan h

asil penelitian baik informasi maupun masalah lainnya. Kerahasiaa

n ini telah dijamin kerahasiaannya oleh peneliti dan hanya kelompo

k data yang akan dilaporkan pada hasil penelitian.

125
K. Jalannya Penelitian

1. Tahap persiapan

a. Mengajukan judul proposal penelitian melalui koordinator mata

ajar Metodologi Penelitian lalu dikonsulkan ke Dosen Pembimbi

ng pada bulan Maret 2020.

b. Menyusun proposal penelitian terdiri dari bab 1, 2 dan 3 berdas

arkan literatur dari berbagai sumber, studi pendahuluan, dan pe

nelitian sebelumnya yang terkait dengan judul proposal penelitia

n.

c. Ujian proposal penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2020 se

telah penyusunan materi proposal penelitian disetujui untuk ujia

n oleh pembimbing proposal penelitian.

2. Tahap pengumpulan data

a. Mengurus perizinan penelitian dan melampirkan judul proposal

penelitian yang akan ditujukan ke tempat penelitian yaitu di pusk

esmas Air Putih Samarinda

b. Setelah mendapatkan izin penelitian ini akan diawali dengan stu

di pendahuluan pada untuk mendapatkan data yang dijadikan s

ebuah latar belakang.

126
L. Jadwal Penelitian

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian

NO Kegiatan Februari Maret April Mei Juni


1. Pengajuan Judul
2. Persetujuan Judul
3. Mengurus Perizinan
4. Studi Pendahuluan
5. Penyusunan Proposal
6. Pengambilan Data
7. Pengolahan Data
8. Sidang Proposal

127
DAFTAR PUSTAKA

Abill Rudi, H. N. K. (2017) ‘Faktor Risiko Yangmempengaruhi Kadar Gula Da

rah Puasa Pada Pengguna Layanan Laboratorium Risk Factors Tha

t Affect Fasting Blood Sugar Levels In Users Of Laboratory’, Wawas

an Kesehatan, 3, Pp. 33–39.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Agrimon, O. H. (2014) ‘Exploring The Feasibility Of Implementing Self-Manag

ement And Patient Empowerment Through A Structured Diabetes E

ducation Programme In Yogyakarta City Indonesia: A Pilot Cluster R

andomised Controlled Trial’, Clinical Medicine In Family Medicine, (J

uly). 105–106.

Almatsier, S. (2006). Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta: Gramedia Pustaka U

tama, Hlm 137-138.

Anna, M. (2011). Analisis Kepatuhan Penggunaan Obat Hipoglikemik Oral Da

n Pengaruhnya Terhadap Gula Darah Penderita Diabetes Mellitus Ti

pe 2 Instalasi Rawat Jalan Rsud Dr. Moewardi Surakarta. (Skripsi. U

niversitas Muhammadiyah Surakarta).

Aprillia Boku, E. S. (2019) ‘Faktor-Faktor Yang Berhubungan Terhadap Kadar

Gula Darah Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe Ii Di Di Rs Pku M

128
uhammadiyah Yogyakarta’, Kesehatan, Pp. 4–16.

Bulu, A., Wahyuni, T. D. And Sutriningsih, A. (2019) ‘Hubungan Antara Tingk

at Kepatuhan Minum Obat Dengan Kadar Gula Darah Pada Pasien

Diabetes Melitus Tipe Ii’, Nursing News, 4(1), Pp. 181–189.

Carpenito. (2000). Survey Keluarga Sadar Gizi. Jakarta: Ecg

Cooper, Cary dan Straw, Alison. (1995). Stres Manajemen Yang Sukses Dala

m Sepekan. Jakarta : Kesaint Blanc.

Dalami, Ermawati. (2010). Konsep Dsar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakart

a: Trans Info Media.

Departemen Kesehatan Ri. Riset Kesehatan Dasar 2007. Jakarta: Badan Pe

nelitian Dan Pengembangan Kesehatan Depkes Ri; 2008.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Profil Kesehatan. Jakarta:

Direktorat Gizi Masyarakat.

Derek, M.I, Rottie, J.V, Kallo, V. (2017) ‘Hubungan Tingkat Stres Dengan Kad

ar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe Ii Di Rumah Sakit

Pancaran Kasih Gmim Manado’, E-Journal Keperawatan, 5(1), P. 2.

Dewi, R. K. (2014). Diabetes Bukan Untuk Ditakuti Tetap Sehat Dengan Peng

aturan Pola Makan Bagi Penderita Diabetes Tipe 2. Jakarta: Fmedia.

Dinas Kesehatan Kota Kalimantan Timur. (2017). Profil Kesehatan Kalimanta

129
n Timur. Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur. Samarinda.

Donsu,J,D,T. (2017). Psikologi Keperawatan. (Cetakan I) Yogyakarta: Pustak

a Baru Press.

Fahmiyah, I. And Latra, I. (2016) ‘Faktor Yang Memengaruhi Kadar Gula Dar

ah Puasa Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Poli Diabetes Rsud Dr.

Soetomo Surabaya Menggunakan Regresi Probit Biner’, Jurnal Sain

s Dan Seni Its, 5(2), Pp. 456–461.

Farah Khamsatul Hasanah, H. (2019) ‘Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Me

ningkatnya Kadar Gula Darah Pasien Di Klinik Fanisa Kota Pariama

n Dengan Menggunakan Analisis Faktor’, Unpjomath, 2(3), Pp. 14–1

9.

Gulo (2018). Kuesioner Pola Diet Penderita Diabetes Melitus Dalam Melaksa

nakan Diet . :https://id.scribd.com/document/382842918Kuesioner-P

ola-Diet-Penderita-Diabetes-Melitus-Dalam-Melaksanakan-Diet. Di u

nggah 29 juni 2018

Hidayat, A. A. A.(2017). Metodologi Penelitian Keperawatan dan Kesehatan.

Jakarta: Selemba Medika.

Hechavarría, Rodney; López, G. (2013) ‘FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUB

UNGAN DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PENDERITA DIAB

ETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD K.R.M.T WONGSONEGORO SE

130
MARANG’, Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), pp.

1689–1699. doi: 10.1017/CBO9781107415324.004.

International Diabetes Federation (2019). Idf Diabetes Atlas Ninth Edition. Int

ernational Diabetes Federation.

Isselbacher, dkk. (2012). Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Volume 5 Edisi

13. (Terjemahan). Jakarta : EGC.

Kartika, C.D. (2015). Hubungan Atara Kecerdasan Emosi Dengan Stres Akad

emik Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Sur

akarta [Naskah Publikasi]. Surakarta : Universitas Muhammadiyah S

urakarta.

Kaunang, W. P., LFG Langi, F. and Kesehatan Masyarakat Universitas Sam

Ratulangi Manado ABSTRAK, F. (2018) ‘Hubungan Aktivitas Fisik d

engan Kejadian Diabetes Melitus pada Pasien Rawat Jalan di Ruma

h Sakit Umum Daerah Kota Bitung’, Jurnal KESMAS, 7(5).

Kementerian Kesehatan Ri Badan Penelitian Dan Pengembangan (2018) ‘Ha

sil Utama Riset Kesehatan Dasar’, Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia, Pp. 1–100. Available At: Http://Www.Depkes.Go.Id/Reso

urces/Download/Info-Terkini/Hasil-Riskesdas-2018.Pdf.

Kozier. Erb, Berman. Snyder. (2010). Buku Ajar Fondamental Keperawatan :

Konsep, Proses & Praktik, Volume : 1, Edisi : 7, Egc : Jakarta.

131
Kunaryanti, Andriyani, A. And Wulandari, R. (2018) ‘Hubungan Tingkat Penge

tahuan Tentang Diabetes Mellitus Dengan Perilaku Mengontrol Gula

Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Rawat Jalan Di Rsud Dr. Moe

wardi Surakarta’, J Kesehatan, 11(1), Pp. 49–56.

Lovibond, S. H., & Lovibond, P. F. (1995). Manual For The Depession Anxiety

Stress Scales (2nd ed). Sydne: Psychology Foundation.

Meivy, dkk. (2017). Hubungan Tingkat Stres Dengan Kadar Gula Darah Pada

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Rumah Sakit Pancaran Kasih GI

MM Manado.

Morisky, D.E., Ang, A., Krousel-Wood, M., Ward, H.J., 2008. Predictive V

alidity Of Medication Adherence Measure In An Outpatient Settin

g, Journal Of Clinical Hypertension, Vol. 10, No. 5, P 348-354

Morisky, D.E., Dimatteo, M.R., 2011. Improving The Measurment Of Self-

Reported Medication Nonadherence: Final Response. Journal Of

Clinical Epidemiology, Vol. 64, P 258-263

Morisky, D. E. & Muntner, P., 2009, New Medication Adherence Scale Ver

sus Pharmacy Fill Rates In Senior With Hypertension. American

Journal Of Managed Care, 15 (1): 59-66.

Muhasidah, D. (2017) ‘Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap Dan Pola Mak

an Dengan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus Di

132
Wilayah Kerja Puskesmas Sudiang Kota Makassar’, Jurnal Media K

eperawatan : Politeknik Kesehatan Makassar, 08(02), Pp. 23–30.

Nazriati, E., Pratiwi, D. And Restuastuti, T. (2018) ‘Pengetahuan Pasien Diab

etes Melitus Tipe 2 Dan Hubungannya Dengan Kepatuhan Minum O

bat Di Puskesmas Mandau Kabupaten Bengkalis’, Majalah Kedokte

ran Andalas, 41(2), P. 59.

Niven, N. (2000). Psikologi Kesehatan Dan Pengantar Untuk Perawat Da

n Profesional Kesehatan Lain. Jakarta: Egc.

. (2002). Psikologi Kesehatan Dan Pengantar Untuk Perawat D

an Profesional Kesehatan Lain. Jakarta: Egc.

. (2007). Psikologi Kesehatan. Jakarta: Gusindo.

Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

. (2014). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

. (2012). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Ci

pta.

. (2012). Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rine

ka Cipta

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Ilmu keperawatan. Jak

arta : Salemba Medika.

133
. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Prakt

is. Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.

. (2013). Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik Kepera

watan Profesional. Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.

Nurayati, L. and Adriani, M. (2017) ‘Hubungan Aktifitas Fisik dengan Kadar G

ula Darah Puasa Penderita Diabetes Melitus Tipe 2’, Amerta Nutritio

n, 1(2), p. 80. doi: 10.20473/amnt.v1i2.6229.

Oktavia, Nova.(2015). Sistematika Penulisan Karya Ilmiah.Yogyakarta : Deep

ublish.

Osterberg, L. & Blasckhe, T., (2005). Adherence To Medication. The New

England Journal Of Medicine, Vol. 353, No. 5, P 487-497.

Ramandini F. (2018). Gambaran Tingkat Stres Mahasiswa Baru Terhadap Pe

ndidikan Diploma III Keperawatan Di Universitas Muhammadiyah Ka

limantan Timur [Karya Tulis Ilmiah]. Samarinda : Universitas Muham

madiyah Kalimantan Timur.

Rasmussen, J. B. Et Al. (2014) ‘Random Blood Glucose May Be Used To Ass

ess Long-Term Glycaemic Control Among Patients With Type 2 Dia

betes Mellitus In A Rural African Clinical Setting’, Tropical Medicine

134
And International Health, 19(12), Pp. 1515–1519. Doi: 10.1111/Tmi.

12391.

Rosyida Et Al. (2015) ‘Kepatuhan Pasien Pada Penggunaan Obat Antidiabete

s Dengan Meode Pill-Count Dan Mmas-8 Di Puskesmas Kedurus S

urabaya’, Jurnal Farmasi Komunitas, 2(2), Pp. 36–41.

Sacket Dan Niven. (2000). Buku Ajar Ilmu Gizi. Gizi Dalam Daur Kehidupan.

Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta: Ecg.

Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Grah

a Ilmu.

Stanley, M. (2007). Buku Ajaran Keperawatan Gerontik (Gerontological Nursi

ng: Ahealth Promotion/Protection Apporoach) Edisi2. Jakarta:Egc

Smeltzer, S.C. (2002). Buku Ajaran Keperawatan Medical Bedah Brunner & S

uddarth. (Vol 2). Jakarta: Egc.

Subagiyo, R. A. (2018) ‘Hubungan Tingkat Kepatuhan Minum Obat Dengan K

adar Glukosa Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Di Klinik Anisah

Demak’, The 7th University Research Colloqium, Pp. 508–514.

Sugiyono. (2015). Metologi Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D. Bandun

g : Alfabeta.

Sukoco, A.S. 2014. Hubungan Sense of Humor Dengan Stres Pada Mahasis

135
wa Baru Fakultas Psikologi. Jurnal Ilmiah Mahasiswa. Universitas S

urabaya.

Sulistyoningsih. 2011. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Grah

a Ilmu.

Tohari, Cahyati, Zainafree. (2015). Hubungan Modifikasi Gaya Hidup Dan Ke

patuhan Konsumsi Obat Anti Diabetic Dengan Kadar Glukosa Darah

Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Rs Qim Batang. Http://J

ournal.Unnes.Ac.Id/Sju/Index.Php/Ujph.

Verawati, R.R. (2014). Pola Makan Berhubungan dengan Kadar Gula Darah

Pasien Diabetes Mellitus di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah. Fak

ultas Ilmu Kesehatan : UMS.

Wawan A Dan M Dewi. (2010). Teori Dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap,

Dan Perilaku Manusia Dilengkapi Contoh Kuisioner. Yogyakarta: Nu

ha Medika.

World Health Organization. (2018). Diabetes. Diakses 30 November 2018 Da

ri Https://Www.Who.Int/News-Room/Fact-Sheets/Detail/Diabetes

Yulianto, S. 2014. Makanan Berbahaya Untuk Diabetes. Jakarta : Rineka Cipt

a.

Zulfan Haris (2014). Pola Diet Penderita Diabetes Melitus di Desa Pusong Ko

136
ta Lhoksauwe. Skripsi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera

Utara.

137
LAMPIRAN

138
Lampiran 1

BIODATA PENELITI

A. Data Pribadi

Nama : Dwi Cahyo Ismidiyanto

Tempat, tanggal lahir : Loa Janan, 28 November 1997

Alamat asal : Jl.Soekarno Hatta , Ds.Purwajaya Dsn


Mekar Jaya Km.5

Alamat di Samarinda : Jl.Soekarno Hatta , Ds.Purwajaya Dsn


Mekar Jaya Km.5

B. Riwayat Pendidikan

Pendidikan Formal

 Tamat SD : Tahun 2010 SDN 004 Loa Janan


 Tamat SMP : Tahun 2013 SMPN 3 Loa Janan
 Tamat SMA : Tahun 2016 SMAN 7 Samarinda

139
BIODATA PENELITI

C. Data Pribadi

Nama : Dwi Rahayu

Tempat, tanggal lahir : Rangan Barat II, 11 Juli 1999

Alamat asal : Ds. Kendarom Kec. Kuaro Kab. Paser


Kalimantan Timur.

Alamat di Samarinda : JL. Juanda 8, gg. Mangga 1, No. 12, Samari


nda ulu.

D. Riwayat Pendidikan

Pendidikan Formal

 Tamat SD : Tahun 2011 di SD N 20 Kuaro


 Tamat SMP : Tahun 2014 di SMP N 04 Kuaro
 Tamat SMA : Tahun 2017 di SMA N 01 Kuaro

140
BIODATA PENELITI

E. Data Pribadi

Nama : Reni Anggraeni

Tempat, tanggal lahir : Kutai Kartanegara, 31 Juli 1999

Alamat asal : Jl. Samarinda-Bontang KM.49, RT.02, Ds.


Suka Damai, Kec. Muara Badak, Kab.
Kutai Kartanegara.

Alamat di Samarinda : Jl. Juanda 8, Gg. Belimbing 5, RT.08, No. 1


2, Kel. Air Hitam, Kec. Samarinda Ulu.

F. Riwayat Pendidikan

Pendidikan Formal

 Tamat SD : Tahun 2011 di SDN 021 Muara Badak


 Tamat SMP : Tahun 2014 di SMPN 03 Muara Badak
 Tamat SMA : Tahun 2017 di SMKN 10 Samarinda

141
BIODATA PENELITI

G. Data Pribadi

Nama : Melati

Tempat, tanggal lahir : Palaran, 15 April 1999

Alamat asal : Jalan widyagama Rt. 32 No. 73 Kel. Rawa


Makmur Kec. Palaran Kota Samarinda

Alamat di Samarinda : Jalan widyagama Rt. 32 No. 73 Kel. Rawa


Makmur Kec. Palaran Kota Samarinda

H. Riwayat Pendidikan

Pendidikan Formal

 Tamat SD : Tahun 2011 di SDN 003 Samarinda


 Tamat SMP : Tahun 2014 di MTs. Nurul Islam
 Tamat SMA : Tahun 2017 di SMK Farmasi Samarinda

142
BIODATA PENELITI

I. Data Pribadi

Nama : Annisa Anggraini

Tempat, tanggal lahir : Tenggarong, 8 April 1999

Alamat asal : Jl. Inpres no. 01 dusun Sukodono rt. 005


desa Sumber Sari kecamatan Loa Kulu

Alamat di Samarinda :-

J. Riwayat Pendidikan

Pendidikan Formal

 Tamat SD : Tahun 2011 tamat SDN 018 Loa Kulu


 Tamat SMP : Tahun 2014 tamat SMPN 4 Loa Kulu
 Tamat SMA : Tahun 2017 tamat SMAN 1 Loa Kulu

143
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Saya yang bertandatangan dibawah ini:

Nama :

Alamat :

Setelah mendapat penjelasan, saya bersedia berpartisipasi sebagai re

sponden penelitian dengan judul Faktor-faktor yang berhubungan dengan de

ngan kadar gula darah sewaktu pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di Puske

smas Air Putih Samarinda. Saya mengerti bahwa penelitian ini tidak akan ber

akibat negatif pada saya dan segala informasi yang saya berikan dijamin kera

hasiaannya karena itu jawaban yang saya berikan adalah sebenar-benarnya.

Berdasarkan semua penjelasan diatas, maka dengan ini saya menyataka

n dengan sukarela bersedia menjadi responden dan berpartisipasi aktif dalam

penelitian ini.

Samarinda, 15 Maret 2020

Responden

144
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Saudara/i yang saya hormati,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Dwi Cahyo Ismidiyanto

Nim :17111024110034

Saya adalah mahasiswa program studi Ilmu Keperawatan Universitas

Muhammadiyah Kalimantan Timur yang melakukan penelitian “Faktor-Faktor

Yang Berhubungan Dengan Kadar Gula Darah Sewaktu Pada Pasien Diabet

es Mellitus Tipe 2 Di Puskesmas Air Putih Samarinda”. Penelitian ini bertujua

n untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kadar Gula D

arah Sewaktu Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2. Dengan ini saya mengh

arapkan kesediaan saudara/i untuk turut berpartisipasi dalam penelitian ini de

ngan menandatangani lembar persetujuan, bersedia untuk mengisi kuesioner

yang telah disediakan.

Setiap pertanyaan yang saudara/i berikan mohon diisi sesuai dengan k

ondisi atau keadaan yang sebenarnya. Pernyataan yang saudara/i berikan dij

amin kerahasiaannya dan hanya akan digunakan untuk penelitian.

Demikian saya sampaikan, atas perhatian dan partisipasi saudara/i se

mua dalam membantu kelancaran penelitian ini, saya ucapkan terima kasih

145
Samarinda12 Juni 2020

Peneliti,

Dwi Cahyo Ismidiyanto

146
KUESIONER PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DENGAN KADAR G

ULA DARAH SEWAKTU PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2

DI PUSKESMAS AIR PUTIH SAMARINDA

No Responden :

Inisial Nama :

Usia :

Alamat :

Petunjuk Pengisian

1. Bacalah dengan cermat dan teliti setiap item pernyataan dibawah ini

2. Pilih salah satu jawaban yang paling sesuai dengan memberikan tanda (√) pada k

otak yang ada disebelah kanan pernyataan

3. Anda tidak perlu mencantumkan nama lengkap untuk menjaga kerahasiaan jawa

ban yang diberikan

4. Jawablah Pertanyaan tersebut dengan jujur dan sesuai dengan keadaan diri anda

5. Dimohon TIDAK mengosongkan jawaban pada setiap pertanyaan

147
A. Kuesioner Data Demogafi

Petunjuk Pengisian :

1). Bacalah dengan teliti pertanyaan terlebih dahulu

2). Isilah dengan singkat jawaban pertanyaan dibawah ini

Data Responden :

1. Nama :

2. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

3. Umur : tahun

4. Alamat :

5. Pendidikan : SD SMP SMA Sarjana

6. Pekerjaan : Wirausaha IRT Karyawan

Pensiunan Buruh Lainnya :

……………

7. Penghasilan :

8. Memilik riwayat DM : YA Tidak

9. Lama Menderita DM : bulan/tahun

148
B. Kuesioner Pengetahuan

Petunjuk Pengisian :

Berikan tanda (√) pada jawaban yang anda pilih

Ya : Jika menurut anda benar

Tidak : Jika menurut anda salah

No Pertanyaan Ya Tidak
1. Makan terlalu banyak gula dan makanan manis

lainnya merupakan penyebab diabetes


2. Penyebab umum diabetes adalah kurangnya

insulin yang efektif dalam tubuh.


3. Diabetes disebabkan karena kegagalan ginjal

dalam mencegah gula masuk ke dalam kencing.


4. Ginjal memproduksi insulin.
5. Pada diabetes yang tidak diobati, jumlah gula

dalam darah biasanya meningkat.


6. Jika saya menderita diabetes, anak-anak saya

berpeluang lebih besar menderita diabetes juga.


7. Diabetes dapat disembuhkan.
8. Kadar gula darah puasa 210 adalah terlampau

tinggi.
9. Cara terbaik memeriksa diabetes adalah dengan

tes kencing.
10. Olahraga teratur akan meningkatkan kebutuhan

atas insulin atau obat diabetes lainnya.


11. Ada dua jenis utama diabetes: Tipe 1 ( tergantung

pada insulin) Tipe 2 ( tidak tergaantung pada

insulin).

149
12. Insulin bekerja karena makan terlalu banyak.
13. Obat lebih penting daripada diet dan olahraga

untuk mengendalikan diabetes.


14. Diabetes sering menyebabkan peredaran darah

yang tidak baik.


15. Luka dan lecet pada penderita diabetes

sembuhnya lebih lama.


16. Penederita harus berhati hati saat memotong kuku

kaki.
17 Penderita diabetes harus membersihkan luka

dengan yodium ( betadine) dan alcohol.


18 Cara memasak makanan sama pentingnya dengan

makanan yang dimakanan oleh penderita diabetes.


19 Diabetes dapat merusak ginjal.
20 Diabetes dapat menyebabkan mati rasa pada

tangan, jari-jari dan kaki.


21 Gemetaran dan berkeringat merupakan tanda

tingginya kadar gula darah.


22 Sering kencing dan haus merupakan tanda

rendahnya kadar gula darah.


23 Kaos kaki yang ketat boleh dipakai oleh penderita

diabetes.
24 Diet diabetes sebagai besar terdiri dari makanan

makanan khusus.

150
C. Kuesioner Pola Makan

Petunjuk pengisian :

Responden diharapkan untuk menjawab setiap pertanyaan dengan

memberikan tanda check list (√) pada tempat yang sudah disediakan,

setiap satu pertanyaan diisi dengan satu jawaban.

Keterangan :

TP : tidak pernah

KK : kadang-kadang

S : sering

SL : selalu

1. Jenis Makanan Penderita Diabetes Mellitus

No. Pernyataan TP KK S SL
1. Saya mengikuti diet diabetes mellitus

dengan memperhatikan jenis makanan

yang boleh saya konsumsi.


2. Saya berkonsultasi dengan dokter atau

perawat tentang diabetes mellitus dan diet

yang sedang saya jalani.


3. Saya menghindari makanan yang

berlemak seperti santan, margarin

(mentega).
4. Saya menggunakan pemanis yang khusus

151
buat penderita diabetes untuk

menggantikan gula.
5. Saya termotivasi untuk menjalani diet

diabetes, karena keluarga mau

memasakkan makanan yang sesuai

dengan diet saya.


6. Saya masih suka mengkonsumsi kue-kue

yang manis.
7. Saya perlu diingatkan oleh keluarga saya

tentang jenis makanan yang boleh atau

tidak boleh untuk dikonsumsi.


8. Saya mengkonsumsi sayur-sayuran

sebagai saran yang dianjurkan oleh dokter

atau perawat.
9. Saya mengkonsumsi buah-buahan sesuai

dengan diet yang saya jalani.


10. Jika saya minum teh atau kopi, saya

menggunakan gula khusus penderita

diabetes untuk menggantikan gula.

2. Jumlah Makanan Penderita Diabetes Mellitus

No. Pernyataan TP KK S SL
11. Saya membatasi makan makanan yang

mengandung kolestrol seperti daging, hati,

152
otak, dan seafood.
12. Saya makan cemilan sebanyak 3 kali.
13. Saya lupa pada diet saya, jika menghadiri

pesta dengan makan makanan sesuka

hati.
14. Bila saya lapar, saya akan makan sampai

saya merasa kenyang.


15. Saya merasa terbebani, karena harus

memperhatikan porsi makan setiap akan

memakan sesuatu.
16. Saya membatasi mengkonsumsi makanan

yang mengandung lemak.

3. Jadwal Makan Penderita Diabetes Mellitus

No. Pernyataan TP KK S SL
17. Saya bisa menjalani diet dan dapat

mengubah kebiasaan saya dalam makan.


18. Saya merasa yakin dengan diet yang saya

jalani akan bermanfaat buat kesehatan

saya.
19. Saya memakan cemilan setelah makan

pagi, makan siang, dan makan malam.


20. Saya perlu diingatkan keluarga saya

153
tentang jadwal makan yang harus dipatuhi

selama menjalankan diet.


21. Selang waktu antara saya makan pagi,

makan siang, makan malam, dan selingan

adalah 3 jam sekali.


22. Saya menyusun daftar jenis makanan

yang sesuai dengan diet dan mengikuti

daftar tersebut jika akan makan.


23. Saya ikut makan masakan keluarga

walaupun bertentangan dengan diet saya.


24. Saya merasa tertekan karena harus dapat

menahan selera makan karena diet yang

saya jalani.
25. Saya mengontrol kadar gula darah sesuai

instruksi dokter.

D. Kuesioner Aktivitas Fisik

1. Selama 7 hari terakhir, berapa hari anda melakukan aktivitas berat, se

perti lari, mengangkat barangbarang yang berat >20 kg, bersepeda ce

pat, aerobik, atau lainnya?

_____ Hari per minggu

_____ Tidak melakukan aktivitas fisik > Melompat ke pertanyaan 3

2. Berapa banyak waktu yang biasanya anda habiskan untuk melakukan

154
aktivitas fisik dalam satu hari tersebut?

_____ Jam per hari

_____ menit per hari

_____ Tidak tahu/ Tidak yakin

3. Selama 7 hari terakhir, berapa hari anda melakukan aktivitas fisik seda

ng seperti, jogging, bersepeda, bercocok tanam, menyapu halaman, m

engepel, mencuci baju dan olahraga tenis ? Tidak termasuk berjalan.

_____ Hari per minggu

_____ Tidak Ada kegiatan fisik sedang > Melompat ke pertanyaan si

ngkat 5

4. Berapa banyak waktu yang anda biasakan untuk melakukan aktivitas fi

sik sedang pada satu hari?

_____ Jam per hari

_____ menit per hari

_____ Tidak tahu/Tidak yakin

5. Selama 7 hari terakhir, berapa hari anda berjalan selama sekurang-kur

angnya 10 menit dalam 1 hari? (Ini termasuk di kantor dan di rumah, b

erjalan untuk perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, dan berjalan

kaki yang dilakukan semata-mata untuk rekreasi, olahraga atau bersan

tai)

_____ Hari per minggu

_____ tidak berjalan > Melompat ke pertanyaan 7

155
6. Berapa jumlah total waktu yang anda habiskan untuk berjalan kaki dal

am satu hari?

_____ Jam per hari

_____ menit per hari

_____ tidak tahu/Tidak yakin

7. Selama 7 hari terakhir, berapa banyak waktu yang anda habiskan untu

k duduk pada hari Minggu? (Termasuk waktu yang dihabiskan untuk d

uduk di meja, mengunjungi teman, membaca, duduk atau berbaring sa

mbil menonton televisi)

_____ Jam per hari

_____ menit per hari

_____ tidak tahu/Tidak yakin

E. Kuesioner Kepatuhan Minum Obat

Petunjuk Pengisian :

Berikan tanda (√) pada jawaban yang anda pilih

Ya : Jika menurut anda benar

Tidak : Jika menurut anda salah

JAWABAN
NO PERTANYAAN
YA TIDAK

156
1. Apakah anda kadang – kadang lupa minum obat
Orang terkadang tidak sempat minum obat bukan

2. karena lupa. Selama 2 pekan terakhir ini pernahkah

anda dengan sengaja tidak menggunakan obat anda?


Pernahkah anda mengurangi atau berhenti

menggunakan obat atau minuman obat tanpa

3. memberitahu dokter anda karena anda merasa kondisi

anda tambah parah ketika menggunakan obat atau

meminum obat tersebut?


Ketika anda berpergian atau meninggalkan rumah,

4. apakah anda kadang-kadang lupa membawa obat

anda?
Apakah anda menggunakan obat anda atau meminum
5.
obat anda kemarin?
Ketika anda merasa sedikit sehat, apakah anda
6.
kadang berhenti menggunakan obat?
Meminum obat setiap hari merupakan hal yang tidak

menyenangkan bagi sebagian orang. Apakah anda


7.
merasa terganggu dengan kewajiban anda terhadap

pengobatan yang anda harus jalani?


Apakah bapak / ibu sering mengalami kesulitan
8.
mengingat seluruh obat yang harus dikonsumsi?

F. Kuesioner Gaya Hidup Merokok

157
FREKUENSI MEROKOK

1. Apakah anda hampir setiap hari merokok .................

8. Ya

9. Tidak, berapa hari dalam seminggu anda merokok ...............

2. Berapa rata-rata jumlah batang rokok yang anda habiskan dalam

sehari ........... Batang/Hari

3. Jenis rokok yang dikonsumsi

2. Kretek

3. Filter

4. Membuat sendiri

5. Lainnya ...............

4. Sudah berapa lama anda mulai merokok : ........... Tahun

5. Apa alasan anda pertama kali merokok :

a. Iseng

b. Penasaran/Coba-coba

c. Diajak / dipaksa teman

d. Mencontoh orang tua

e. Terlihat dewasa/ keren

f. Terlihat seperti idola

g. Lainnya.............

6. Siapa yang pertama kali memperngaruhi untuk merokok :

a. Tidak ada

158
b. Saudara

c. Orang tua

d. Teman

e. Iklan

f. Lainnya ..............

7. Dimana biasanya anda merokok :

a. Dirumah

b. Ditempat kerja

c. Ditempat teman

d. Ditempat umum

e. Lainnya ..........

8. Biasanya anda mendapatkan rokok dari mana :

f. Orang tua

g. Teman

h. Beli sendiri

i. Lainnya .............

9. Keadaan apa yang membuat anda merokok :

a. Saat bosan

b. Saat stress / kesal/ marah

c. Merasa gugup/ hilang ketegangan

d. Saat mulut terasa tidak enak

e. Saat santai/ iseng

159
f. Saat melihat orang merokok

g. Lainnya .................

KEINGINAN BERHENTI MEROKOK

1. Apakah anda pernah mencoba berhenti merokok :

a. Ya

b. Tidak

2. Kapan anda mencoba berhenti merokok : ............... Tahun

3. Berapa kali anda berusaha berhenti merokok : .............. Tahun

4. Apakah anda sukses dalam berhenti merokok pada saat itu :

a. Ya

b. Tidak

5. Berapa lama anda berhenti merokok pada saat itu :

6. Apa cara yang anda gunakan untuk berhenti merokok pada saat itu :

a. Kedokter

b. Permen

c. Obat

d. Lainnya ...................

7. Apakah anda mau berhenti merokok :

a. Ya, karena

b. Tidak

160
8. Bagaimana tindakan keluarga saat anda merokok :

a. Ditegur

b. Dibiarkan

c. Lainnya ...........

9. Keadaan apa yang anda peroleh dari setelah merokok :

a. Memberikan kenikmatan

b. Memberi rasa percaya diri

c. Membantu melepaskan rasa tertekan oleh masalah

d. Dapat memusatkan konsentrasi

10. Menurut anda, apakah ada dampak merokok terhadap anda :

a. Ya, ada...............

b. Tidak

11. Menurut anda, adakah dampak rokok terhadap lingkungan :

a. Ya , ada ...............

b. Tidak

12. Bagaimana pengaruh hasil kadar glukosa anda setelah berhenti meroko

k?

a. Terkontrol

b. Tidak terkontrol

161
G. Kuesioner Stres

Petunjuk pengisian :

Responden diharapkan untuk menjawab setiap pertanyaan dengan

memberikan tanda check list (√) pada tempat yang sudah disediakan,

setiap satu pertanyaan diisi dengan satu jawaban.

Ada 4 pilihan jawaban yang tersedia untuk menjawab setiap pertanyaan :

0 = Tidak ada/tidak pernah

1 = Sesuai yang dialami sampai tingkat tertentu/kadang-kadang

2 = Sering

3 = Sangat sesuai dengan yang dialami/hampir setiap saat

No Aspek Penilaian 0 1 2 3
1. Mudah marah karena hal-hal sepele
2. Merasa mulut kering
3. Tidak dapat melihat hal yang positif dari

suatu kejadian
4. Mengalami gangguan bernafas

(Misalnya : Nafas sesak, sulit bernafas)


5. Merasa sepertinya tidak kuat lagi untuk

melakukan sesuatu
6. Cenderung bereaksi berlebihan terhadap

sesuatu
7. Kelemahan pada anggota tubuh
8. Saya merasa kesulitan bersantai/relaksasi
9. Cemas yang berlebihan dalam suatu,

namun akan lega jika situasi tersebut

162
berakhir
10. Merasa pesimis
11. Mudah merasa kesal
12. Merasa bsnyak menghabiskan energi

karena merasa cemas


13. Merasa sedih dan depresi
14. Tidak sabaran
15. Kelelahan
16. Kehilangan minat pada banyak hal

(Misal : makan, ambulasi, sosialisasi)


17. Merasa diri tidak layak
18. Mudah tersinggung
19. Berkeringat (Misal : tangan berkeringat)

stimulasi oleh cuaca maupun latihan fisik


20. Ketakutan tanpa alas an yang jelas
21. Merasa hidup tidak berharga
22. Sulit untuk istirahat
23. Sulit menelan
24. Tidak dapat menikmati hal-hal yang

dilakukan
25. Perubahan kegiatan jantung dan denyut

nadi tanpa stimulasi oleh latihan fisik


26. Merasa hilang harapan dan putus asa
27. Mudah marah
28. Mudah panic
29. Sulit untuk tenang setelah sesuatu yang

mengganggu
30. Takut diri terhambat oleh tugas-tugas yang

tidak biasa dilakukan


31. Sulit untuk antusias pada banyak hal
32. Sulit mentoleransi gangguan-gangguan

terhadap hal yang dilakukan


33. Keadaan tegang
34. Merasa tak berharga

163
35. Tidak dapat memaklumi hal apapun yang

menghalangi anda untuk menyelesaikan hal

yang sedang dilakukan


36. Ketakutan
37. Tidak ada harapan untuk masa depan
38. Merasa hidup tidak berarti
39. Mudah gelisah
40. Khawatir dengan situasi saat diri anda

mungkin menjadi panik dan

mempermalukan diri sendiri


41. Tremor
42. Sulit meningkatkan inisiatif dalam

melakukan sesuatu

164
165
166
167
168
169
170

Anda mungkin juga menyukai