Anda di halaman 1dari 15

MID TEST

NEURODERMATITIS SIRKUMSKRIPTA
Mid Testt ini dibuat untuk melengkapi persyaratan mengikuti kepaniteraan klinik
senior (KKS) di bagian ilmu kedokteran kulit dan kelamin di RSUD Dr.RM.Djoelham Binjai

Disusun oleh :
ANDHIKA WAHYU PRATAMA
102119023

PEMBIMBING
dr. Hj. Hervina, Sp.KK, FINDSV, MKM

DEPARTEMEN / SMF ILMU PENYAKIT KULIT & KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS BATAM
RSUD DR R.M DJOELHAM BINJAI
SUMATERA UTARA
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan bimbingannya sehingga referat ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya. Referat ini disusun dalam rangka memenuhi tugas dalam Kepanitraan
Klinik Departemen Kulit dan Kelamin di RSUD DR.RM Djoelham Binjai.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya


atas bantuan dari pembimbing kami yaitu dr. Hj.Hervina, Sp.KK, FINSDV, MKM.
Berupa bimbinganmya yang sangat membantu penulis dalam menyelesaikan referat
ini berjudul “Neurodermatitis Sirkumskripta”

Penulis berharap referat ini dapat bermanfaat dalam menambah pengathuan


tentang Neurodermatitis Sirkumskripta. Dengan menyadari masih banyaknya
kekurangan dalam penyusunan ini. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun.

Binjai, 25 September 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB I............................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..............................................................................................1
BAB II...........................................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................2
2.1. Definisi...........................................................................................................2
2.2. Etiologi...........................................................................................................2
2.3. Epidemiologi..................................................................................................2
2.4. Faktor Resiko................................................................................................3
2.5. Diagnosis........................................................................................................3
2.5.1. Anamnesis...............................................................................................3
2.5.2. Pemeriksaan Fisik..................................................................................3
2.5.3. Pemeriksaan Penunjang........................................................................4
2.6. Patogenesis.....................................................................................................5
2.7. Patofisiologi...................................................................................................5
2.8. Diagnosa Banding.........................................................................................6
2.9. Penatalaksanaan...........................................................................................6
2.10. Komunikasi Dan Edukasi.............................................................................7
2.11. Komplikasi.....................................................................................................7
2.12 Prognosis........................................................................................................8
2.13 Profesionalisme.............................................................................................8

iii
BAB III.........................................................................................................................9
KESIMPULAN............................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................10

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LatarBelakang
Neurodermatitis sirkumskripta merupakan suatu peradangan kulit kronik
yang sangat gatal berupa penebalan kulit dan likenifikasi berbentuk sirkumskrip,
akibat garukan atau gosokan berulang. (PERDOSKI, 2017)
Penyebab pasti dari munculnya neurodermatitis masih belum diketahui
sampai saat ini, namun kondisi ini diduga berkembang saat terjadi reaksi saraf
yang berlebihan terhadap beberapa kondisi, seperti pakaian yang ketat atau
gigitan serangga. Pemicu rasa gatal lainnya pada kasus neurodermatitis antara
lain cedera pada saraf, kulit kering, keringat, cuaca panas, serta aliran darah yang
kurang baik. Pada kasus tertentu, neurodermatitis juga berhubungan dengan
kondisi kulit lainnya, seperti eksim, psoriasis, atau reaksi alergi. (Windaswara,
2018)
Neurodermatitis telah diperkirakan terjadi pada sekitar 12% populasi,
prevalensi tertinggi biasanya pada usia dewasa pertengahan hingga akhir dan
sering mencapai puncaknya pada usia 30-50 tahun, kemungkinan karena
peningkatan stress yang signifikan pada saat ini dalam kehidupan seseorang.
Gangguan ini lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan pria dengan
perbandingan 2:1 dan lebih banyak menyerang orang Asia. (Charifa, 2019)
Neurodermatitis ditemukan pada daerah kulit yang mudah digaruk. Area
kulit yang terlokalisir gatal secara spontan, menyebabkan siklus gatal dan
garukan. Gatal memicu gesekan yang menghasilkan lesi, tetapi patofisiologi yang
mendasarinya tidak diketahui secara pasti.(Charifa, 2019)

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi
Neurodermatitis sirkumskripta merupakan suatu peradangan kulit kronik
yang sangat gatal berupa penebalan kulit dan likenifikasi berbentuk sirkumskrip,
akibat garukan atau gosokan berulang. (PERDOSKI, 2017)
Neurodermatitis sirkumskripta merupakan peradangan kulit kronis, gatal,
sirkumskrip, ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit tampak lebih menojol
(likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu, akibat garukan atau gosokan yang
lengan bagian ekstensor, pubis, vulva, skrotum, perianal, medial tungkai atas,
lutut, lateral tungkai bawah, pergelangan kaki bagian depan, dan punggung kaki.
(Sularsito, 2015)

2. Etiologi
Penyebab pasti dari munculnya neurodermatitis masih belum diketahui
sampai saat ini, namun kondisi ini diduga berkembang saat terjadi reaksi saraf
yang berlebihan terhadap beberapa kondisi, seperti pakaian yang ketat atau
gigitan serangga. Pemicu rasa gatal lainnya pada kasus neurodermatitis antara
lain cedera pada saraf, kulit kering, keringat, cuaca panas, serta aliran darah yang
kurang baik. Pada kasus tertentu, neurodermatitis juga berhubungan dengan
kondisi kulit lainnya, seperti eksim, psoriasis, atau reaksi alergi. (Windaswara,
2018)

3. Epidemiologi

2
Neurodermatitis telah diperkirakan terjadi pada sekitar 12% populasi,
prevalensi tertinggi biasanya pada usia dewasa pertengahan hingga akhir dan
sering mencapai puncaknya pada usia 30-50 tahun, kemungkinan karena
peningkatan stress yang signifikan pada saat ini dalam kehidupan seseorang.
Gangguan ini lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan pria dengan
perbandingan 2:1 dan lebih banyak menyerang orang Asia. (Charifa, 2019)

4. Faktor Resiko
Beberapa faktor yang meningkatkan resiko seseorang terkena
neurodermatitis adalah sebagai berikut :

 Gangguan kecemasan, stress dan rasa tertekan bisa memicu rasa gatal
yang berhubungan dengan neurodermatitis.
 Usia & jenis kelamin, wanita lebih beresiko terkena neurodermatitis,
kondisi ini juga cenderung muncul pada penderita yang berusia 30
sampai 50 tahun.
 Riwayat penyakit keluarga, jika ada anggota keluarga penderita
dermatitis, eksim, psoriasis, atau mengalami gangguan kecemasan
maka resiko terkena neurodermatitis lebih besar. (Sari DP, 2017)

5. Diagnosis
1. Anamnesis
Pada anamnesis, pasien dengan neurodermatitis biasanya
menggambarkan plak pruritus yang stabil pada satu area atau lebih.
Pruritus biasaya intermeten, garukan yang dihasilkan memberikan kelegaan
sementara. Eritema juga paling banyak ditemukan pada lesi awal. Parahnya
gatal diperburuk dengan berkeringat, cuaca panas. (PERDOSKI, 2017)

2. Pemeriksaan Fisik

3
 Lokalisasi : Punggung, leher dan ekstremitas, terutama
pergelangan tangan dan kaki, serta bokong. (Perdana, 2018)
 Efloresensi : Papula miliar, likenifikasi dan hiperpigmentasi,
skuama dan kadang-kadang ekskoriasi. (Perdana, 2018)
Akibat garukan terus menerus timbul plak likenifikasi dengan
skuama dan eksoriasi, serta hiperpigmentasi atau hipopigmentasi. Bagian
tengah lesi menebal, kering, dan berskuama, sedangkan bagian tepi
hiperpigmentasi. (PERDOSKI, 2017)

3. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan histopatologi neurodermatitis, didapatkan
gambaran yang bervariasi bergantung pada lokasi dan durasi. Gambaran
akantosis dan hyperkeratosis dengan berbagai derajat sering ditemui.
Ortokeratosis, hipergranulosis dan hiperplasi epidermal menyerupai
gambaran psoriasis juga bisa ditemui. Rete ridges biasanya memanjang.
Terkadang didapatkan spongiosis dan sedikit parakeratosis. Hiperplasia
dapat ditemui pada seluruh komponen epidermis. Pada lapisan dermis
didapatkan penebalan kolagen dengan kumpulan kolagen yang kasar. Pada
lesi yang sangat akantosis dan hyperkeratosis besar dan rete ridges
berbentuk ireguler namun melebar dan memanjang.(Murlistryani, 2018)

4
6. Patogenesis
Pruritus memainkan peran sentral dalam timbulnya pola reaksi kulit berupa
likenifikasi. Pruritus timbul akibat adanya pelepasan mediator inflamasi dan
aktivitas enzim proteolitik. Keadaan ini menimbulkan adanya proses inflamasi
kulit, yang menyebabkan pasien sering menggaruk pada lesi yang terbentuk.
Proses inflamasi yang berkepanjangan akan menyebabkan penebalan kulit,
dimana penebalan kulit ini sendiri menimbulkan rasa gatal, sehingga merangsang
penggarukkan yang akan semakin mempertebal kulit. Beberapa jenis kulit lebih
rentan mengalami likenifikasi. Contohnya adalah kulit yang cenderung
ekzematosa, seperti dermatitis atopic dan diathesis atopic. Pruritus dapat muncul
sebagai gejala dari penyakit lain yang mendasari seperti gagal ginjal kronis,
obstruksi saluran empedu, limfoma hodkign, hipertiroidisme, Acquired Immune
Deficiency Syndrom (AIDS), hepatitis B dan C, dermatitis atopic, dermatitis
kontak, serta gigitan serangga. (Sularsito, 2015)

7. Patofisiologi
Neurodermatitis ditemukan pada daerah kulit yang mudah digaruk. Area
kulit yang terlokalisir gatal secara spontan, menyebabkan siklus gatal dan
garukan. Gatal memicu gesekan yang menghasilkan lesi, tetapi patofisiologi yang
mendasarinya tidak diketahui secara pasti. Gangguan emosional, seperti pada

5
pasien dengan kecemasan, depresi, atau gangguan obsesif kompulsif, memainkan
peran kunci dalam memicu sensasi pruritus, yang mengarah ke garukan. Interaksi
yang mungkin antara lesi primer, faktor psikis, dan intensitas pruritus secara
aditif mempengaruhi luas dan keparahan lesi neurodermatitis sirkumskripta.Pada
suatu penelitian didapatkan pasien dengan liken simpleks kronis memiliki tingkat
depresi yang tinggi. Beberapa neurotransmitter mempengaruhi suasana hati,
seperti dopamine, serotonin atau peptide opioid yang mempengaruhi persepsi
melalui spinal pathway. Kecemasan atau obsesi juga berperan dalam proses
patologis dari lesi.(Charifa, 2019)

8. Diagnosa Banding
Ada beberapa penyakit yang menggambarkan keadaan klinik yang mirip
dengan neurodermatitis sirkumskripta, antara lain :
 Tinea Korposis
Tinea korporis adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur
superfisial golongan dermatofita, menyerang daerah kulit tak berambut pada
wajah, badan, lengan, dan tungkai. Tinea korporis dapat mengenai wajah,
anggota gerak atas dan bawah, dada, punggung. Tinea korporis dapat
menyering semua umur dan paling sering menyerang orang dewasa.
(Rinawati, 2016)
 Psoriasis
Psoriasis penyakit yang penyebabnya adalah autoimun, bersifat kronik
dan residif, ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas
dengan skuama yang kasar, berlapis dan transparan. Pada psoriasis terdapat
tanda khas fenomena tetesan lilin dan Auspitz, serta tanda khas yaitu
fenomena Kobner. (Krisnarto, 2016)

9. Penatalaksanaan

6
2.9.1 Non Farmakologi
Tidak ada
2.9.2 Farmakologi
1. Topikal
 Emolien dapat diberikan sebagai kombinasi dengan
kortikosteroid topikal atau pada lesi vulva dapat diberikan
terapi tunggal krim emolien. (PERDOSKI, 2017)
 Kortikosteroid topikal : dapat diberikan kortikosteroid
potensi kuat seperti salep klobetasol propionate 0,05%,
satu sampai dua kali sehari. (PERDOSKI, 2017)
 Calcineurin inhibitor topikal seperti salep takrolimus
0,1%, atau krim pimekrolimus 0,1% dua kali sehari
selama 12 minggu. (PERDOSKI, 2017)
 Preparat antipruritus nonsteroid yaitu : mentol,
pramoxine, dan doxepin. (PERDOSKI, 2017)
2. Sistemik
 Antihistamin Sedatif (PERDOSKI, 2017)
 Antidepresan trisiklik (PERDOSKI, 2017)
3. Tindakan
 Kortikosteroid intralesi (triamsinolon asetonid)

10. Komunikasi Dan Edukasi


Pemberian edukasi lebih bertujuan untuk menjadikan penderita lebih percaya
diri dan meningkatkan kualitas hidup dalam hal psikis. Manajemen edukasi pada
neurodermatitis meliputi :
a. Hindari semua faktor pencetus yang bisa memperberat penyakit
b. Mengurangi garukan pada lesi.

7
c. Identifikasi riwayat psikologis yang ada sehingga pasien dapat mengurangi
stress yang dialaminya
d. Kuku sebaiknya pendek

11. Komplikasi
Neurodermatitis Sirkumskripta dapat menyebabkan terjadinya beberapa
komplikasi :
-Perubahan warna kulit
-Bekas luka yang permanen. (NIH, 2016)

2.12 Prognosis
Prognosis neurodermatitis sirkumskripta biasanya dapat membaik dengan
pengobatan, tetapi beberapa kasus dapat menjadi persisten terutama pada
genetalia. (Charifa, 2019)

2.13 Profesionalisme
a. Membantu mengontrol kesembuhan pasien dengan pemberian dosis yang
adekuat, dan penjelasan tata cara pengobatan dengan benar.
b. Kontrol ulang, bila keluhan tidak membaik bisa di rujuk ke dokter spesialis
kulit dan kelamin untuk dilakukan terapi lebih lanjut.

8
BAB III

KESIMPULAN

Neurodermatitis sirkumskripta didapatkan gambaran plak pruritus, akibat


garukan yang terus menerus timbul plak likenifikasi dengan skuama dan
hiperpigmentasi. Pada pemeriksaan histopatologi didapatkan gambaran ortokeratosis dan
hipergranulasi. Terapi pada neurodermatitis dapat diberikan kortikosteroid topical
seperti salep klobetasol propionate. Neurodermatitis sirkumskripta perlu diedukasi
dengan baik agar sejalan dengan penatalaksanaan yang diberikan, prognosis pada
kasus ini biasanya membaik dengan pengobatan.

9
DAFTAR PUSTAKA
1. Charifa, A. (2019). Lichen Simplex Chronicus Pathophysiology
Histopathology Treatment/Management Enhancing Healthcare Team
Outcomes Questions.
2. Krisnarto, E. (2016). Faktor Prediktor Kualitas Hidup Pasien Psoriasis : Studi
Cross Sectional. Jurnal Unimus, 49, 43–51.
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/kedokteran/article/view/2584/2434
3. Murlistryani, S. (2018). Intisari Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin.
4. NIH. (2016). MedlinePlus. Lichen Simplex Chronicus.
5. Perdana. (2018). Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi 2.
6. PERDOSKI. (2017). Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin
Indonesia (PERDOSKI). Journal of Organic Chemistry, 74(8), 23–25.
https://doi.org/10.1021/jo900140t
7. Rinawati, P. (2016). Penatalaksanaan Kutaneus Liken Planus Rekuren pada
Pasien dengan Faktor Resiko Stres Management of Recurrent Cutaneus
Lichen Planus in Patient with Risk Factor For Stress. J Medula Unila, 6.
8. Sari DP. (2017). Profil Penderita Liken Simpleks Kronikus Di Puskesmas

10
Padang Pasir Kota Padang Tahun 2017. December, 50–58.
9. Sularsito, S. A. (2015). Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. In FK UI (Edisi ke-
7).
10. Windaswara, R. (2018). ANALISIS TINGKATSTRESBERDASARKAN USIA,
PEKERJAAN DAN RIWAYAT ATOPIK TERHADAP KEJADIAN LIKEN
SIMPLEKS KRONIK DI RSUD Dr. ADHYATMA TUGUREJO SEMARANG.
20–34.

11

Anda mungkin juga menyukai