Anda di halaman 1dari 12

Faktor-Faktor Disain Rumah … (Arief S., Rumiati R. Tobing, Tri Harso K.

FAKTOR-FAKTOR DISAIN RUMAH SUSUN YANG BERPENGARUH


TERHADAP KENYAMANAN TERMAL
The Influence of Design Factors Toward the Thermal Comfort in Flats
1Arief Sabaruddin, 2Rumiati R. Tobing, 3Tri Harso Karyono
1 Pusat Litbang Permukiman, Badan Litbang Kementerian Pekerjaan Umum
Jl. Panyaungan, Cileunyi Wetan - Kabupaten Bandung 40393
E-mail : ars@puskim.pu.go.id
2 Pengajar Fakultas Teknik Arsitektur Universitas Parahyangan

Jl. Ciumbuleuit No. 94 Bandung


E-mail : limtob@indo.net.id
3 Pengajar Fakultas Arsitektur Universitas Tarumanegara dan Peneliti BPPT

E-mail : t_karyono@yahoo.com
Diterima : 12 Januari 2012 ; Disetujui : 26 Maret 2012

Abstrak
Isu kenaikkan muka air laut akibat pemanasan global, telah menjadi topik yang menarik pada abad ini,
namun belum banyak yang dapat digali antara keterkaitan disain bangunan yang menjadi faktor pemicu
terbentuknya emisi CO2 tersebut. Penelitian ini merupakan kajian terhadap faktor-faktor disain bangunan
yang berpengaruh terhadap kenyamanan visual yang berpengaruh pada besarnya penambahan emisi CO 2,
pada studi kasus rumah susun di Kota Bandung. Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kuantitatif dengan menggunakan metoda statistik faktorial disain. Faktor-faktor yang digali
merupakan bentuk pola perlakuan disain, yang meliputi; orientasi bangunan, tipe bangunan serta posisi unit
hunian. Dari hasil analisis terbukti bahwa faktor-faktor disain yang mempengaruhi kenyamanan termal dan
berpeluang menghasilkan emisi CO2 adalah orientasi bangunan dan tipe bangunan. Hasil penelitian ini
diharapkan menjadi bahan masukan kriteria disain bangunan rendah emisi CO2, pada tahap operasional.
Kata Kunci : Emisi CO2, disain, orientasi, tipe bangunan, posisi unit hunian

Abstract
The issue of sea rise due to global warming has become a topic of interest in this century, but not many
people can be developed between entanglement design buildings into factors trigger the establishment of CO2
emissions. This research is the study of factors designs of buildings that affect the comfort visual effect on CO2
emissions, the amount of additional in case study flats in the city of Bandung. The method used in this study is
quantitative research using statistics method factorial design. A factor excavated is a pattern treatment
design, which includes orientation; building, type of building and the position unit occupancy. The analysis
proven that design factors affecting comfort thermal and could produce CO2 emissions are equivalent
orientation buildings and type of the building. The results of this research are expected to be material input
design criteria of low CO2 emissions, at the operational stage.
Keyword : CO2 emission, design, orientation, building tipe, dwelling unit position

PENDAHULUAN Menurut data terakhir dari Intergovermental Panel


Latar Belakang on Climate Change (IPCC), dalam dekade 100 tahun
Emisi CO2 merupakan penambahan gas CO2 di ke belakang sejak 1880 sampai dengan 1980,
atmospher yang memiliki jumlah dengan intensitas temperatur bumi telah meningkat 20C, yang
yang sangat tinggi, melampaui jumlah ideal yaitu merupakan dampak dari efek gas rumah kaca [6].
10% - 20% [5]. Tingginya gas CO2 di atmospher Hal tersebut menyebabkan terjadinya proses
dapat mengakibatkan lapisan atmospher tertutup pencairan es di kutub utara dan selatan, bahkan
oleh gas CO2 yang sangat tebal, sehingga dapat juga es yang berada di pegunungan yang amat
menahan dan mengembalikan radiasi dan panas tinggi, seperti pada kasus pegunungan Kilimanjaro
matahari ke permukaan bumi. Proses tersebut Afrika dan Puncak Jaya Papua puncak gunung-
dinyatakan sebagai proses efek gas rumah kaca esnya sudah mengalami pengurangan volume es
(GRK) [4]. akibat mencair, selanjutnya air tersebut berkumpul

76
Jurnal Permukiman Vol. 7 No. 2 Agustus 2012 : 76-87

di laut yang mengakibatkan terjadi kenaikkan akan memberikan manfaat yang dapat dirasakan
muka air laut (sea level rise). baik oleh pengguna saat ini maupun generasi
mendatang. Bagaimana konsep pembangunan yang
Kenaikkan muka air laut yang disebabkan oleh
berkelanjutan (sustainable development), dengan
mencairnya cadangan air, diperkirakan dapat
melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim
menenggelamkan pulau-pulau kecil dan
melalui pendekatan disain bangunan, sebagai
permukiman yang berada di sepanjang pantai.
upaya mitigasi terhadap perubahan iklim (dan
Padahal sebagaimana diketahui, bahwa 70%
pemanasan global).
penduduk dunia tinggal di kawasan pantai. Hal
tersebut menunjukkan bahwa dampak kenaikkan Bangunan sebagai wujud arsitektur keberadaan-
permukaan air laut akan mengganggu lebih dari nya tidak dapat dilepaskan dan sumber daya alam,
setengahnya penduduk dunia. Begitu juga dengan sebagai tempat yang memungkinkan bangunan
Indonesia, karena sebagian besar penduduknya tersebut ada dan berfungsi. Wujud arsitektur
tinggal di kawasan pantai, dan Indonesia memiliki dibentuk dari sumber daya alam, begitu juga
pantai yang sangat panjang. Kondisi tersebut dapat setelah bangunan terwujud bangunan dapat
mengakibatkan terjadi bencana kemanusiaan, berfungsi bila disuplai oleh sejumlah sumber daya
seperti kelaparan, kemiskinan dan gangguan alam. Suplai sejumlah sumber daya alam memiliki
kesehatan. keterkaitan dengan disain bangunan itu sendiri.
Faktor-faktor disain apa yang mempengaruhi
Perubahan iklim saat ini sudah sangat
kenyamanan dan berdampak pada besar-kecil-nya
menghawatirkan, dimana karbon dioksida
emisi CO2 ?
merupakan gas utama penyebab pemanasan
global. Kondisi iklim yang tidak menentu pada Pada kajian ini sampel penelitian dilakukan pada
akhir-akhir ini merupakan salah satu gejalanya, bangunan gedung dengan fungsi hunian, yakni
banjir dan kekeringan silih berganti, hal tersebut rumah susun. Tiga jenis rumah susun yang dikaji,
mengakibatkan pada perubahan ekosistem laut, yakni rumah susun Cigugur Tengah Cimahi
hutan dan daratan, yang akan berpengaruh pada (Tower), rumah susun Industri Dalam mewakili
kesehatan manusia. Data pada tahun 1994, 83% tipa Block Double Loaded (BDL), dan Rumah Susun
peningkatan radiasi gas rumah kaca disebabkan Sarijadi mewakili tipe Block Single Loaded (BSL).
oleh CO2, lainnya 15% CH4 dan sisanya N2O dan CO
Tujuan
[1]. Jumlah emisi terbesar di Indonesia disebabkan
Melihat seberapa kuat pengaruh dari faktor-faktor
oleh eksploitasi hutan dan konversi lahan (74%),
disain (posisi unit hunian; orientasi; dan tipe
diikuti konsumsi energi (23%) dan proses industri
bangunan) terhadap faktor kenyamanan termal.
(3%). Menurut Massachusetts Institute of
Technology kandungan CO2 di alam mencapai 3,64 Manfaat
triliun ton, mengalami peningkatan 800 ton setiap Manfaat diketahuinya faktor-faktor disain yang
detiknya, dan 30% emisi CO2 dihasilkan oleh mempengaruhi kenyamanan adalah sebagai bahan
bangunan [7]. masukan kriteria disain dan rancang bangun
rumah susun rendah emisi CO2.
Dampak dari eksploitasi sumber daya alam berupa
sampah/polutan, yang salah satunya adalah emisi Kajian Pustaka
CO2 yang berasal dari dampak pembakaran dalam Bangunan merupakan tempat dimana manusia
memproduksi energi maupun proses melakukan aktivitas kehidupan dan kehidupannya.
industrialisasi. Demikian juga sampah domestik Melalui sebuah disain bangunan yang baik,
yang telah menghasilkan gas methan (CH4), yang manusia dapat melakukan kegiatannya dengan
memiliki daya rusak terhadap pemanasan global baik. Kondisi bangunan baik bilamana manusia
20 – 30 kali dibandingkan dengan gas CO2[4]. merasakan nyaman dalam melakukan kegiatannya
di dalam bangunan tersebut, rasa nyaman yang
Kondisi tersebut, harus segera disikapi oleh tercipta merupakan konsekuensi dari disain, tanpa
berbagai sektor dan disiplin ilmu, termasuk harus banyak dibantu oleh peralatan pengatur
disiplin ilmu arsitektur (melalui disain bangunan). kenyamanan.
Bahwa sejauh mana peran disain dapat
berkontribusi dalam persoalan global, hal-hal apa Bangunan menurut Undang-undang Bangunan
saja yang perlu diperhatikan dalam proses dan Gedung Nomor 28 Tahun 2002 terdiri dari
aspek disain, agar dalam proses dan bangunan umum dan bangunan perumahan.
penyelenggaraan bangunan, mampu menjaga Sebagian besar emisi CO2 dihasilkan dari kegiatan
keseimbangan alam. Apa yang kita bangun saat ini

77
Faktor-Faktor Disain Rumah … (Arief S., Rumiati R. Tobing, Tri Harso K.)

domestik 27% [3], sehingga upaya menurunkan Compact City dengan rumah bersusun merupakan
emisi CO2 sangat efektif bila dilakukan pada solusi yang tidak dapat dihindarkan. Meskipun
bangunan perumahan. Emisi CO2 yang dipengaruhi keberadaan rumah bersusun belum terlalu
oleh disain secara langsung adalah aspek signifikan jumlahnya, akan tetapi bila melihat pada
kenyamanan termal, dimana untuk mendapatkan laju pertumbuhan penduduk perkotaan, maka
rasa nyaman pada suatu bangunan dapat dilakukan peluang emisi CO2 akan cukup besar.
dengan pendekatan aktif dan pasif disain. Sebuah
Mengacu pada komposisi penduduk berdasarkan
disain yang baik bila kenyamanan tersebut dicapai
penghasilan, maka masyarakat yang
melalui pendekatan disain pasif (passive design)
berpenghasilan menengah dan berpenghasilan
bukan disain aktif (active design).
rendah merupakan golongan terbesar, yaitu 70%
Pendekatan aktif disain pada sebuah bangunan dari penduduk Indonesia. Maka rumah susun
adalah upaya mendapatkan rasa nyaman dengan dengan peruntukan golongan ini memiliki peluang
memanfaatkan peralatan pengatur kenyamanan besar dalam menghasilkan emisi CO2. Upaya
mekanik (artifisial), seperti Air Conditioner (AC) pencegahan melalui pendekatan rancang bangun
atau kipas angin. Pendekatan tersebut berpotensi arsitektur perumahan, diharapkan menjadi
menghasilkan emisi CO2. Hal tersebut dikarenakan langkah kongkret untuk menurunkan emisi CO2
berbagai jenis peralatan tersebut digerakkan oleh pada lingkup arsitektur.
energi listrik. Besarnya konsumsi energi memiliki
Dari beberapa latar belakang tersebut di atas, maka
korelasi dengan besarnya emisi CO2.
ditentukan objek penelitiannya adalah pada disain
Pendekatan disain secara pasif merupakan domain rumah susun sederhana dengan subjek penelitian
disiplin ilmu arsitektur, dimana peran ordering pada aspek kenyamanan termal yang berpengaruh
principle salah-satunya adalah keseimbangan, pada penambahan emisi CO2 dengan lokus
menjadi fokus dalam sebuah proses rancang- perkotaan yakni Kota Bandung. Penelitian ini
bangunan. Sedangkan pendekatan disain secara ditujukan untuk menggali sejauhmana pengaruh
aktif dilakukan bilamana iklim mikro tidak disain terhadap kenyamanan termal dan
memiliki kualitas udara yang baik, maka berpeluang menambah emisi CO2 yang
pemanfaatan peralatan (instrument) untuk mengakibatkan terjadinya pemanasan global.
mengkondisikan keadaan bangunan yang lebih
Orientasi Unit Hunian
baik dapat dipilih. Sebagai gambaran, ketika
Orientasi adalah arah hadap bangunan
sebuah bangunan berada pada kawasan dengan
berdasarkan arah matahari, pada pengertian lain
pencemaran udara yang sangat tinggi, maka
orientasi juga dapat diartikan sebagai posisi
sirkulasi udara alamiah pada bangunan tidak
bangunan pada muka bumi yang mengakibatkan
diizinkan. Maka penggunaan alat pengatur udara
terbentuknya pola iklim tertentu yang diterima
(Air Conditioner) dapat digunakan pada konteks
oleh bangunan. Orientasi dalam kajian ini lebih
tempat tersebut.
diarahkan pada arah hadap bangunan berdasarkan
Laju pertumbuhan penduduk diperkotaan di mata-angin.
Indonesia rata-rata mencapai 1,82%, dengan laju
Orientasi bangunan pada konteks rumah susun,
pertumbuhan tertinggi adalah Kota Bekasi dengan
dapat diartikan arah garis tegak lurus terhadap
3,99%. Kota Bandung sebagai lokus penelitian
sumbu memanjang bangunan, sehingga sebagian
merupakan kota metropolitan dengan tingkat
besar bidang bangunan menghadap pada arah
kepadatan 137 jiwa/ha. Diprediksikan pada akhir
mata angin. Arah hadap posisi unit hunian adalah
tahun 2010 [11], 50% jumlah penduduk Indonesia
arah hadap unit hunian berdasarkan letak pintu
bertempat tinggal di perkotaan. Laju pertumbuhan
masuk utama terhadap koridor dari bangunan
penduduk di perkotaan meningkat lebih pesat
rumah susun. Sehingga titik pengamatan pada unit
dibandingkan dengan perdesaan, sehingga trend-
hunian ditentukan pada ruang utama yang
nya, sebagian besar penduduk Indonesia akan
berdekatan dengan pintu masuk.
tinggal di perkotaan. Rumah merupakan
kebutuhan dasar manusia setelah sandang dan Konsekuensi dari orientasi adalah pada sistem
pangan, sehingga jumlah penduduk yang pencahayaan alami. Bangunan dengan orientasi
terkonsentrasi di perkotaan tersebut akan barat-timur berpeluang mendapat cahaya matahari
membutuhkan perumahan yang cukup besar. langsung, yang mengakibatkan ruangan teradiasi
oleh cahaya matahari langsung. Bangunan dengan
Harga lahan yang semakin tinggi dan semakin
arah hadap utara-selatan berpeluang sedikit
terbatas ketersediaannya, menuntut pendekatan
memasukkan radiasi matahari secara langsung,

78
Jurnal Permukiman Vol. 7 No. 2 Agustus 2012 : 76-87

sehingga penerangan siang hari pada ruangan lebih berarti ilmu yang digunakan dalam
memanfaatkan cahaya langit. pengelompokkan bangunan berdasarkan karakter
fisik tertentu dari bangunan.
Menurut aspek kenyamanan termal dan visual,
akibat dari sinar matahari langsung selain Rumah susun berdasarkan tipologi bangunan
mengakibatkan efek silau juga mengakibatkan dapat diartikan sebagai pengelompokkan
tingginya temperatur dalam ruangan. Bangunan bangunan rumah susun berdasarkan karakteristik
lebih membutuhkan efek pencahayaan yang fisik tertentu. Dalam konteks ini pengelompokkan
bersumber dari cahaya langit, selain kualitas dapat dilakukan melalui pengelompokkan
cahaya yang tidak menyilaukan juga temperatur berdasarkan pola sirkulasi dalam ruangan sebagai
ruang lebih nyaman. sarana penghubung diantara unit-unit hunian,
pengelompokkan didasarkan pada pola orientasi
Besarnya arah cahaya matahari langsung baik yang
dari kelompok unit hunian dalam satu blok rumah
memiliki arah hadap barat-timur maupun utara
susun, pengelompokkan berdasarkan pola susunan
selatan, sepanjang tahunnya senantiasa berbeda.
lantai-lantai bangunan berdasarkan fungsi,
Garis edar matahari terhadap sumbu bumi
pengelompokkan berdasarkan peruntukan atau
sepanjang tahun selalu berubah, dimana pada
target grup penghuni, dan bentuk pengelompokkan
bulan Maret dan bulan September matahari berada
lainnya.
tepat digaris katulistiwa. Kota Bandung yang
berada pada sekitar 90-00” Lintang Selatan posisi Tipe bangunan dalam konteks penelitian ini
matahari tepat berada di Kota Bandung adalah diarahkan pada pengelompokkan berdasarkan pola
sekitar awal bulan Maret dan September. Sehingga sirkulasi, komposisi unit hunian pada satu lantai,
bulan-bulan tersebut adalah saat yang baik untuk dan pengelompokkan berdasarkan homogenitas
mengamati kondisi udara pada unit rumah susun, penghuni dalam arti kesamaan tingkat sosial.
sehingga nilai rata-rata kondisi udara dapat
Berdasarkan pola sirkulasi, terdapat tiga tipe pola
digunakan untuk mengambil kesimpulan dari
sirkulasi yang berfungsi sebagai penghubung
kondisi bangunan dalam waktu satu tahun.
antara unit-unit hunian, yakni pola terpusat,
Tipe Bangunan dimana sirkulasi yang terjadi terkonsentrasi pada
Dalam ilmu tipologi. Tipologi adalah ilmu yang satu titik, kedua pola sirkulasi linier yang terbagi
mempelajari tentang pengelompokkan sebuah lagi menjadi dua pola, yakni pola sirkulasi linier
objek. Tipologi berasal dari bahasa Yunani yang dengan sistem layanan satu sisi (koridor single
terdiri dari “tipo” yang berarti pengelompokkan loaded) dan pola sirkulasi linier dengan layanan
dan “logos” yang berarti ilmu. Tipologi bangunan dua sisi (koridor double loaded).

Pola Terpusat Pola Linier Satu Sisi Layanan Pola Linier Dua Sisi Layanan
Gambar 1 Pengelompokkan Bangunan Rumah Susun Berdasarkan Pola Sirkulasi

Berdasarkan tipe sirkulasi rumah susun dapat linier satu sisi layanan dan rumah susun dengan
dibagi menjadi tiga, yaitu rumah susun dengan sirkulasi linier dua sisi layanan.
sirkulasi memusat, rumah susun dengan sirkulasi

Cluster Linear satu arah Linier dua arah


Gambar 2 Pengelompokkan Bangunan Rumah Susun Berdasarkan Komposisi

Berdasarkan komposisi dari kelompok unit hunian sebuah orientasi, komposisi kedua adalah
pada setiap lantai, terdiri dari tiga tipe, yakni komposisi unit hunian dengan susunan memanjang
kelompok dengan komposisi unit hunian secara linier dengan menghadap pada satu arah
menghadap pada satu titik orientasi membentuk mata angin yang sama, dan komposisi ketiga

79
Faktor-Faktor Disain Rumah … (Arief S., Rumiati R. Tobing, Tri Harso K.)

adalah komposisi unit hunian yang memiliki dua raw material, bahan bangunan tersier dan
arah orientasi serta terdapat unit yang saling dimungkinkan juga perpaduan antara bahan
berhadapan. bangunan raw material dengan sekunder, seperti
conblok yang merupakan produk dari komposisi
Dari dua tipologi di atas, dapat disimpulkan bahwa
raw material seperti pasir dengan semen yang
rumah susun memiliki tiga tipe, yang dapat
merupakan bahan bangunan sekunder.
dinyatakan sebagi rumah susun tipe memusat
dengan sebutan tipe Tower, tipe memanjang linier Dalam proses produksi bahan bangunan
dengan koridor satu sisi layanan yakni tipe Block diperlukan sejumlah peralatan yang digerakkan
Single Loaded, dan tipe memanjang dengan koridor oleh sejumlah energi melalui pembakaran bahan
melayani dua sisi yakni tipe Block Double Loaded. bakar, selain itu juga pada beberapa proses
Antara komposisi dengan pola sirkulasi keduanya pembuatan bahan bangunan terjadi proses
saling menyatu sehingga membentuk satu tipologi. oksidasi.
Posisi Unit Hunian Kepadatan Hunian (Spasial)
Posisi unit hunian adalah letak unit hunian Kenyamanan spasial ditentukan oleh tingkat
terhadap bangunan secara keseluruhan. Posisi unit kepadatan hunian, artinya terdapat kesesuaian
hunian diindikasikan memiliki perbedaan antara luas unit hunian dengan jumlah penghuni,
karakteristik berdasarkan posisi pada arah vertikal menurut Kepmen Kimpraswil Nomor
dan arah horizontal. Pada arah vertikal memiliki 403/KPTS/M/2002, kebutuhan ruang minimal
kecenderungan akan mengalami perbedaan adalam 9 m2 per jiwa [10]. Untuk rata-rata jumlah
pengaruh dari lingkungan luar. Dari aspek angin jiwa dalam sebuah unit hunian sebanyak 4 orang
semakin atas memiliki kecepatan lebih tinggi, maka luas unit hunian yang diperlukan untuk
cahaya semakin atas memiliki peluang semakin keluarga tersebut adalah 36 m2.
rendah gangguan atau pembayangan dari elemen-
elemen lingkungan seperti pohon atau bangunan METODOLOGI
lainnya, suara selain atas semakin jauh dari Metoda yang digunakan adalah factorial design,
sumber kebisingan. dimana tipe, orientasi unit hunian serta posisi unit
Pada arah horizontal, yakni arah memanjang hunian sebagai bentuk perlakuan. Tipe bangunan
sejajar lantai, memiliki peluang perbedaan pada terdiri dari tiga taraf, yakni tipe tower, tipe block
posisi unit hunian yang berada di sisi pojok dengan double loaded, dan tipe block single loaded.
unit hunian yang berada pada posisi tengah. Orientasi unit hunian terdiri dari empat taraf,
Perbedaan kondisi antara posisi pojok dan posisi yaitu; orientasi utara, barat, selatan, dan timur.
tengah adalah pada jumlah sisi yang berinteraksi Posisi unit hunian terdiri dari sembilan taraf, yaitu;
langsung dengan udara luar, yang lebih banyak pada arah vertikal dan horizontal masing-masing
pada sisi pojok, sedangkan sisi tengah justru dibagi menjadi tiga posisi, sehingga total perlakuan
memiliki dua sisi yang berbatasan langsung dengan menjadi sembilan. Ketiga perlakuan tersebut
unit hunian lainnya. dikatagorikan sebagai variabel independen.

Jenis Bahan Bangunan Variabel dependen yang didapat dari hasil


Bahan bangunan memiliki sifat fisik yang pengukuran langsung di lapangan meliputi; suhu
memungkinkan memberikan dampak pada (0C), kelembaban (%), angin (m/s) dan intensitas
penghuni yang berbeda, dari aspek kemampuan cahaya (lux). Sampel yang dipilih meliputi rumah
merambatkan termal terdapat bahan bangunan susun Cigugur Tengah merupakan tipe tower,
yang cepat merambatkan pada dari satu sisi ke sisi rumah susun Industri Dalam merupakan tipe block
lain, bahan bangunan yang memiliki kemampuan double loaded, dan rumah susun Sarijadi
cukup lama menyimpan panas dan dingin, juga merupakan tipe block single loaded.
terdapat bahan bangunan yang berpori dan yang Metoda statistik uji perbandingan secara
pejal. Seluruh sifat-sifat bahan bangunan tersebut komprehensif dengan melakukan uji antara
dapat mempengaruhi faktor kenyamanan pada variabel dependen dan variabel independen secara
ruang dalam bangunan. serentak, melalui uji MANOVA. Uji ini untuk
Dari aspek proses produksi bahan bangunan mengetahui apakah terdapat pengaruh dan
tersebut, memiliki beberapa karakteristik, bahan perbedaan diantara variabel independen, yang
bangunan yang merupakan raw material yang dapat mempengaruhi variabel dependen. Variabel
bersumber langsung dari alam, bahan bangunan independen merupakan grup dinyatakan sebagai
sekunder yang merupakan hasil pengolahan dari variabel faktor, yang terdiri dari variabel faktor 1

80
Jurnal Permukiman Vol. 7 No. 2 Agustus 2012 : 76-87

tipe bangunan, faktor 2 orientasi dan faktor 3 sampel 108 sampel, masing-masing rumah susun
lokasi hunian. Variabel dependen terdiri dari terdiri dari 36 sampel.
variabel suhu, variabel kelembaban, variabel angin
Tabel 1 Kompilasi Data Pengukuran
dan variabel cahaya. Std.
N Range Min. Max. Mean
Deviation
Persamaan model linier yang akan diuji dari Suhu 1296 7,20 23,30 30,50 26,9225 1,41100
pengamatan disain acak sempurna, adalah : Kelembaban 1296 51 46 97 67,13 7,191
Kcp. Angin 1296 1,20 0,00 1,20 0,1186 0,22631
Yij = μ + Vi + Hj + VHij + Єk(ij) Cahaya 1296 690,00 60,00 750,00 292,4537 159,931
Dimana : Valid N (listwise) 1296

i = 1, 2, .., v (banyaknya perlakuan pada faktor 1) Setelah melalui proses analisis data dinyatakan
j = 1, 2, .., h (banyaknya perlakuan pada faktor 2) berkarakteristik normal sehingga analisis disain
k = 1, 2, .., n (banyaknya obeservasi untuk setiap
faktorial dapat dilakukan kecuali pada data angin
kombinasi perlakuan)
yang distribusi datanya tidak normal, sedangkan
dengan :
data kelembaban dapat dinyatakan normal. Dari
Yij : variabel respon karena pengaruh bersama
taraf ke I faktor A dan taraf ke j faktor B yang hasil pengujian homogenitas sampel menunjukkan
terdapat pada obeservasi ke K data identik kecuali data angin. Ketiga sampel
μ : efek umum atau efek rata-rata yang lainnya menunjukkan nilai signifikansi di atas 5%,
sebenarnya yang meliputi; data intensitas cahaya nilai
Vi : efek sebenarnya dari taraf ke I Faktor V signifikansi 0,107; suhu 0,989; kelembaban 0,903;
Hj : efek sebenarnya dari taraf ke j Faktor H dan angin 0,000.
VHij : efek sebenarnya dari interaksi antara ke I Rumah Susun Cigugur Tengah
faktor A dan taraf ke j faktor B
Pada setiap posisi unit hunian didefinisikan
Єk(ij) : efek sebenarnya dari unit eksperimen ke k
kedalam dua faktor pelakukan berdasarkan posisi
dalam kombinasi perlakuan (ij)
pada arah vertikal dan posisi pada arah horisontal.
Rumus hipotesa yang akan diuji adalah : Masing-masing faktor terdiri dari tiga (3) level
Hipotesa 1 yaitu; untuk Faktor Vertikal terdiri dari bawah (1),
H01 : Vi = 0 untuk i = 1, 2, …. v (tidak terdapat tengah (2), dan atas (3); untuk Faktor Horisontal
adanya efek Faktor V) terdiri dari kiri (A), tengah (B), dan kanan (C).
H11 : Vi ≠ 0 (terdapat adanya efek Faktor V) Sehingga dapat dinyatakan untuk analisis faktoral
V (vertikal) – H (horizontal) terdiri dari sembilan
Hipotesa 2
sampel.
H02 : Hj = 0 untuk j =1, 2, …. h (tidak terdapat
adanya efek Faktor H) Hasil analisis faktorial V-H Tipe Tower dengan
H12 : Hj ≠ 0 (terdapat adanya efek Faktor H) orientasi utara, dinyatakan bahwa matrik varians-
covarians sama, baik pada posisi hunian vertikal
Hipotesa 3
maupun horizontal, hal ini ditunjukkan pada nilai
H03 : VHij = 0 untuk i = 1, 2, …. v, dan untuk j
signifikansi hasil tes Levene menurut Santoso [8],
= 1, 2, …. H (tidak terdapat adanya efek
dimana kenyamanan visual 0,080 dan kenyamanan
Faktor V dan Faktor H)
termal 0,082. Artinya ketika variabel tersebut
H13 : VHij ≠ 0 (terdapat adanya efek Faktor V
varians-covarians-nya sama. Namun tidak dengan
dan Faktor H)
nilai kecepatan angin dan kelembaban memiliki
nilai signifikansi 0,000, karena nilai signifikansinya
HASIL DAN PEMBAHASAN
dibawah 5%. Walaupun nilai signifikansi pada
Uji Data Box’s M adalah 0,012 kurang dari 5%, menurut
Observasi dilakukan pada tiga rumah susun, Santoso [8] karena Levene test tiga variabel
masing-masing dibagi pada empat kelompok tersebut melebihi 5% maka varians-covarians-nya
observasi berdasarkan orientasi, pada setiap dianggap sama.
orientasi ditentukan sembilan sampel posisi unit
hunian, terdiri dari kiri-atas, kiri tengah, kiri Dengan hipotesa H0 : rata-rata variabel dependen
bawah, tengah atas, tengah-tengah, tengah-bawah, (suhu, kelembaban, angin dan cahaya) dari masing-
kanan-atas, kanan-tengah, dan kanan-bawah. masing posisi (Faktor V dan H) tidak menunjukkan
Masing-masing sampel diakukan 12 kali perbedaan yang disebabkan oleh faktor posisi unit
pengukuran, yang dilakukan setiap jam dari jam hunian horizontal dan vertikal H1 : Rata-rata
07:00 sampai dengan 18:00, sehingga total jumlah variabel dependen (suhu, kelembaban, dan cahaya)
pengukuran (N) 1296 pengukuran. Jumlah unit menunjukkan perbedaan yang jelas pada masing-
masing lokasi unit (faktor Orientasi, Faktor V dan

81
Faktor-Faktor Disain Rumah … (Arief S., Rumiati R. Tobing, Tri Harso K.)

H, interaksi O-V; O-H; dan H-V). Jika nilai adanya pengaruh orientasi dengan posisi hunian
probabilitas lebih besar dari 5% maka H0 diterima, pada arah vertikal maupun horizontal terhadap
jika nilai signifikansi kurang dari 5% maka H0 nilai suhu, intensitas cahaya dan kelembaban
ditolak. ruang.
Orientasi, memiliki nilai signifikansi sama dengan H0 : Variabel dependen (suhu, kelembaban, angin,
nol (0), menurut Santoso [10] mengacu pada nilai dan cahaya) memiliki varians-covarians yang sama,
Pillai's Trace, Wilks' Lambda, Hotelling's Trace, atau baik pada tingkat orientasi, Faktor V maupun
Roy's Largest Root artinya H0 ditolak sehingga rata- Faktor H. H1 : Variabel dependen (suhu,
rata variabel dependen (suhu, kelembaban, dan kelembaban, angin, dan cahaya) memiliki varians-
cahaya) menunjukkan perbedaan yang jelas pada covarians yang berbeda, baik pada tingkat
setiap orientasi bangunan (utara, selatan, barat, orientasi, Faktor V maupun Faktor H. Karena
dan timur). signifikansi variabel suhu (0,999), RH (0,372), dan
Cahaya (0,05) berada di atas 5%, maka variabel
Faktor H memiliki nilai signifikansi sama dengan
tersebut memiliki varians-kovarians yang sama
nol (0), nilai Pillai's Trace, Wilks' Lambda,
pada tingkat orientasi, Faktor V dan Faktor H.
Hotelling's Trace, maupun Roy's Largest Root
artinya H0 ditolak, sehingga rata-rata variabel Analisis Multivariate Tests menunjukkan, apakah
dependen (suhu, kelembaban, dan cahaya) terdapat perbedaan yang nyata antara output, diuji
menunjukkan perbedaan yang jelas antara masing- melalui hipotesa Ho : Variabel dependen (suhu, RH,
masing lokasi unit pada posisi horizontal. cahaya) secara bersama-sama tidak menunjukkan
perbedaan pada tingkat orientasi/Faktor V/Faktor
Faktor V memiliki nilai signifikansi 0,004, nilai
H. H1 : Variabel dependen (suhu, RH, cahaya) secara
Pillai's Trace dan Wilks' Lambda, dan 0,003
bersama-sama menunjukkan perbedaan pada
menurut Hotelling's Trace, sedangkan nol (0)
tingkat orientasi/Faktor V/Faktor H. ketiga
menurut Roy's Largest Root artinya nilai
variabel menurut hasil tes Multivariate
signifikansi masih di bawah 5%, yang berarti H0 =
menunjukkan nilai signifikansi kurang dari 5%
ditolak, sehingga rata-rata variabel dependen
pada variabel orientasi, variabel Faktor H dan
(suhu, kelembaban, dan cahaya) menunjukkan
variabel Faktor V, maka Ho pada ketiga variabel
perbedaan yang jelas antara masing-masing lokasi
tersebut ditolak, artinya; variabel suhu, RH, dan
unit pada posisi horizontal.
cahaya secara bersama-sama menunjukkan
Hipotesis untuk interaksi variabel, H0 : tidak ada perbedaan yang nyata pada tingkat orientasi.
interaksi antara orientasi dengan posisi unit Dimungkinkan orientasi yang berbeda, posisi unit
hunian (Faktor V atau H); H1 : ada interaksi antara hunian yang berbeda akan memberikan tingkat
orientasi dengan posisi unit hunian (Faktor V atau kenyamanan yang berbeda.
H). pada baris Orientasi*Faktor V maupun
Hipotesis untuk variabel dependen Ho : tidak ada
Orientasi* Faktor H kedua-duanya memiliki nilai
interaksi antara orientasi, dengan faktor lokasi
signifikansi di bawah 5%, yaitu nol (0), maka H0
vertikal, dengan faktor lokasi horizontal, H1 : ada
ditolak. Sehingga dapat disimpulkan adanya
interaksi antara variabel-variabel orientasi, Faktor
interaksi antara orientasi dengan variabel posisi
Hunian vertikal, dengan faktor hunian horizontal.
unit hunian, baik posisi pada arah vertikal maupun
Jika Sig. > 0,05 maka Ho diterima, sebaliknya jika
pada arah horizontal.
Sig. < 0,05 maka Ho ditolak. Mengacu pada nilai
Sedangkan nilai signifikansi antara interaksi Faktor signifikansi lebih besar dari 5% maka H0 diterima,
V*Faktor H memiliki nilai signifikansi jauh di atas artinya tidak ada interaksi antara variabel-variabel
5%, yaitu 0,995, maka dapat disimpulkan bahwa orientasi, Faktor V dan Faktor H. Nilai signifikansi
tidak terjadi interaksi antar posisi unit hunian. dari orientasi * Faktor H, orientasi * Faktor V,
Demikian juga interaksi 3 faktor, yaitu; Faktor H * Faktor V, dan Orientasi * Faktor H *
Orientasi*Faktor V*Faktor H memiliki nilai Faktor V nilainya berada di atas 5% maka H0
signifikansi di atas 5%. diterima, yang menunjukkan tidak ada interaksi
antara variabel orientasi dengan Faktor H dengan
Rumah Susun Industri Dalam
Faktor V. Masing-masing variabel mempengaruhi
Objek studi bangunan rumah susun dengan tipe
variabel suhu, RH dan cahaya secara masing-
Block Double Loaded (BDL) adalah pada rumah
masing.
susun Industri Dalam Blok A, Blok B, dan Blok C.
Tiga variabel menurut uji Levene memenuhi syarat Hal ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya suhu,
(Sig. lebih besar dari 5%) untuk dilakukan analisis kelembaban, dan intensitas cahaya tidak dapat

82
Jurnal Permukiman Vol. 7 No. 2 Agustus 2012 : 76-87

ditentukan oleh variabel orientasi dan posisi unit bagian bawah lantai berhubungan dengan ruang
secara bersama-sama, namun dapat ditentukan publik (sarana ruang bersama).
melalui orientasi dan posisi unit hunian secara
Dari tabel tes Levene, menurut Santoso [8] dapat
masing-masing. Baik orientasi, posisi unit hunian
disimpulkan bahwa data suhu dan data
dapat menentukan tinggi rendahnya temperatur,
pencahayaan merupakan data yang homogen,
kelembaban dan intensitas cahaya, namun
karena nilai signifikansi dari variabel kenyamanan
kombinasi dari orientasi dan posisi unit hunian
visual lebih besar dari 5%, yaitu 0,161. Sama
tidak dapat digunakan sebagai penentu tinggi
halnya dengan variabel kenyamanan termal
rendahnya suhu, kelembaban, maupun intensitas
memiliki nilai signifikansi 0,058 lebih besar sedikit
cahaya.
dari 5%. Sedangkan untuk variabel kelembaban
Tabel tests of Between-Subjects Effects menurut dan variabel kecepatan angin nilai signifikansi di
Santoso [10] adalah untuk melihat signifikansi dari bawah 5% artinya kedua data tersebut tidak
masing-masing variabel dependen, apakah ada efek homogen. Untuk variabel angin karena distribusi
yang signifikan dari orientasi, posisi unit hunian data tidak normal, maka data ini tidak digunakan
(Faktor V maupun Faktor H) secara masing-masing dalam analisa mutivarian ini.
terhadap nilai suhu, RH dan pencahayaan. Asumsi
Dari hasil analisis faktorial antara variabel
hipotesis adalah Ho : rata-rata nilai temperatur
Orientasi*Faktor V*Faktor H, menunjukkan bahwa
(suhu); kelembaban (RH); pencahayaan (lux) tidak
nilai signifikansi dari orientasi bangunan memiliki
menunjukkan perbedaan pada kenyamanan visual,
nilai nol (0) yang berarti lebih kecil dari 5%, maka
kenyamanan termal, kenyamanan udara
dapat disimpulkan bahwa variabel orientasi
(kelembaban), H1 : rata-rata nilai temperatur
bangunan berpengaruh secara signifikan terhadap
(suhu); kelembaban (RH); pencahayaan (Lux)
besar kecilnya nilai kenyamanan termal, visual
menunjukkan perbedaan yang jelas pada
maupun udara.
kenyamanan visual, kenyamanan termal,
kenyamanan udara (kelembaban). Jika angka Sig. > Faktor H memiliki nilai signifikansi nol (0) yang
0,05 maka Ho diterima, jika Sig. < 0,05 maka Ho berarti adanya perbedaan suhu, termal dan
ditolak. kelembaban yang disebabkan oleh faktor posisi
unit hunian. Adanya perbedaan yang signifikan
Orientasi dengan nilai signifikansi nol (0) yakni
dari variabel dependen tersebut pada setiap posisi
kurang dari 5%, maka H0 ditolak, artinya H1
unit hunian yang berbeda.
diterima, rata-rata temperatur/ kenyamanan
termal (0,000), kenyamanan udara kelembaban Hal yang sama juga terjadi pada Faktor V memiliki
(0,000), dan kenyamanan visual (0,002) nilai signifikansi nol (0) yang berarti adanya
menunjukkan perbedaan yang jelas pada setiap perbedaan suhu, termal dan kelembaban yang
orientasi yang berbeda (utara-selatan-barat- disebabkan oleh faktor posisi unit hunian. Adanya
timur). perbedaan yang signifikan dari variabel dependen
tersebut pada setiap posisi unit hunian yang
Variabel/Faktor V dan Faktor H dengan nilai
berbeda.
siginfikansi di atas 5%, maka Ho diterima, dengan
demikian rata-rata temperatur/kenyamanan Interaksi antara Orientasi*Faktor H memiliki nilai
termal, kenyamanan udara kelembaban, dan signifikansi dari Pillai's Trace, Wilks' Lambda, dan
kenyamanan visual menunjukkan tidak ada Hotelling's Trace lebih besar dari 5%, yaitu 0,512;
perbedaan pada setiap orientasi yang berbeda 0,513; 0,514 berbeda dengan nilai signifikansi dari
(utara-selatan-barat-timur). Dengan demikian Roy's Largest Root memiliki nilai kurang dari 5%,
variabel Orientasi * Faktor V * Faktor H secara yaitu 0,035. Artinya interaksi Orientasi*Faktor H
bersama-sama tidak dapat digunakan sebagai memiliki pengaruh terhadap perbedaan nilai suhu,
indikator terhadap perbedaan termal, kelembaban intensitas cahaya, maupun kelembaban. Berbeda
maupun intensitas cahaya. dengan tiga metoda sebelumnya yang
menghasilkan nilai signifikansi lebih besar dari 5%
Rumah Susun Sarijadi
yang berarti interaksi Orientasi*Faktor H tidak
Objek studi bangunan single loaded adalah rumah
memiliki perbedaan yang nyata pada variabel suhu,
susun Sarijadi, yang memiliki perbedaan dengan
termal dan kelembaban. Untuk itu, kesimpulan
kasus rumah susun Cigugur Tengah Cimahi, yaitu
diambil berdasarkan metoda dari Roy's Largest
pada lantai dasar berbatasan langsung dengan
Root.
muka tanah, berbeda dengan Cigugur dimana pada

83
Faktor-Faktor Disain Rumah … (Arief S., Rumiati R. Tobing, Tri Harso K.)

Interaksi antara Orientasi*Faktor V bernilai berbeda. Penyimpulan mengacu pada alat analisis
signifikansi nol (0), hal ini menunjukkan bahwa dari Pillai’s Trace, Wilks’ Lambda, Hotelling’s Trace
interaksi antara orientasi dengan posisi unit atau Roy’s Largest Root, dimana bila nilai signifikasi
hunian pada arah vertikal memiliki pengaruh > 5% maka H0 diterima dan bila < 5% maka H0
terhadap besar kecilnya nilai suhu, intensitas ditolak.
cahaya dan kelembaban unit hunian.
Nilai signifikasi dari Faktor_1 (Orientasi)
Memperhatikan nilai signifikansi dari interaksi-
menunjukkan angka kurang dari 5%, hal ini berarti
interaksi selanjutnya yang berada di bawah 5%,
H0 ditolak. Yang berarti keempat sampel Orientasi
menunjukkan bahwa interaksi orientasi dengan
rata-rata vektor sampel dari skor rata-rata adalah
Posisi unit hunian pada arah vertikal, interaksi
berbeda. Faktor_2 (Tipe Bangunan) juga memiliki
antara posisi unit hunian vertikal dengan posisi
nilai signifikansi kurang dari 5%, hal ini
unit hunian horizontal serta interaksi antara
menunjukkan ketiga sampel dari tipe bangunan
ketiganya, yaitu orientasi, posisi unit hunian arah
rata-rata vektor sampel dari skor rata-rata adalah
vertikal dan horizontal memiliki nilai yang berbeda
berbeda. Demikian halnya dengan posisi unit
pada variabel suhu, cahaya dan kelembaban.
hunian memiliki nilai signifikansi kurang dari 5%,
Perbandingan Ketiga Rumah Susun menunjukkan bahwa posisi unit hunian
Analisa faktorial tipe bangunan terhadap orientasi mempengaruhi variabel dependen suhu,
dan posisi unit hunian dilakukan untuk pencahayaan dan kelembaban.
mengetahui sejauh mana masing-masing faktor
Analisa interaksi antara 2 variabel dan 3 variabel,
serta interaksi antara faktor mempengaruhi pada
meliputi interaksi antara variabel Orientasi dengan
variabel dependen (suhu, kelembaban, angin dan
Tipe Bangunan, interaksi antara variabel orientasi
cahaya).
dengan posisi unit hunian dan interaksi antara
Tahap pertama dalam analisis variabel dependen variabel tipe bangunan dengan posisi unit hunian
adalah untuk mengetahui apakah terdapat serta interaksi diantara ketiga variabel secara
perbedaan yang berarti ? Dari efek rata-rata tiap bersama-sama (Orientasi-Tipe Bangunan, dan
taraf serta meneliti secara bersama efek daripada Posisi Unit Hunian), apakah berpengaruh terhadap
beberapa faktor serta kombinasi antara faktor. variabel dependen suhu, pencahayaan, kelembaban
Tiga faktor perlakuan disain meliputi; Faktor_1 dan angin.
adalah orientasi yang dikatagorikan ke dalam;
Hipotesa yang diajukan adalah H0 : tidak ada
orientasi arah utara (1), timur (2), selatan (3) dan
dampak interaksi antara variabel Faktor_1,
barat (2). Faktor_2 meliputi tipe bangunan yang
Faktor_2 dan atau Faktor_3 terhadap variabel
terdiri dari tiga taraf, yakni tipe Tower (1), tipe
dependen Suhu, Kelembaban, Kecepatan Angin dan
BDL (2), dan tipe BSL (3). Serta faktor_3 Posisi Unit
Cahaya. H1 : ada dampak interaksi antara variabel
Hunian.
Faktor_1, Faktor_2 dan atau Faktor_3 terhadap
Dari total 1.296 observasi (N) dapat variabel dependen Suhu, Kelembaban, Kecepatan
dikelompokkan menjadi (1) pengamatan Angin dan Cahaya. Kesimpulan diambil
berdasarkan perlakuan pertama, yakni; Faktor_1 berdasarkan nilai probabilitas, jika nilai
dilakukan pengamatan sebanyak 324 kali dari signifikansi (probabilitas) lebih besar dari 5%
masing-masing objek yang diamati, diambil 9 hasil maka H0 diterima, jika nilai signifikansi kurang dari
pengamatan. (2) pengamatan terhadap perlakuan 5% maka H0 ditolak.
kedua Faktor_2 tipe bangunan, yang dibagi dalam
Interaksi antara Orientasi dan Tipe Bangunan
tiga taraf, dengan masing-masing data observasi
mempengaruhi (berdampak) pada rata-rata nilai
sebanyak 432 pengamatan, dan (3) pengamatan
suhu, kelembaban, angin dan pencahayaan.
terhadap posisi unit hunian yang terdiri dari
Sedangkan interaksi antara Orientasi dan Posisi
sembilan taraf dengan jumlah observasi sebanyak
Unit Hunian tidak berdampak pada nilai rata-rata
144 pengamatan dengan masing-masing 12 kali
suhu, kelembaban, angin dan pencahayaan.
observasi.
Rata-rata nilai dari variabel dependen dipengaruhi
Analisa untuk Orientasi (Faktor_1), Tipe Bangunan
oleh Orientasi dan Tipe secara bersama-sama.
(faktor_2) dan Posisi Unit Hunian (faktor_3) secara
Sedangkan antara Orientasi dengan Posisi Unit
independen, diajukan hipotesis H0 : empat sampel
Hunian tidak berpengaruh terhadap nilai dari
orientasi rata-rata vektor sampel dari skor rata-
variabel dependen. Sehingga dalam proses disain
rata adalah identik, H1 : empat sampel orientasi
rumah susun rendah emisi, aspek yang harus
rata-rata vektor sampel dari skor rata-rata adalah

84
Jurnal Permukiman Vol. 7 No. 2 Agustus 2012 : 76-87

mendapat perhatian adalah kombinasi antara cenderung dalam satu kelompok adalah tipe Tower
Orientasi dengan Tipe. dan Tipe BSL, dengan nilai signifkansi 0,065.
Mengacu pada nilai signifikansi tersebut, maka
Uji variabel dependen suhu, kelembaban,
tingkat homogenitas antara tipe Tower dan BSL
kecepatan angin dan cahaya, hipotesa H0 =
hampir tidak homogen (kurang kuat).
keempat variabel dependen mempunyai varian-
kovarians yang sama, baik pada arah orientasi, tipe Tabel 3 Pengelompokkan Tipe Bangunan terhadap
bangunan dan posisi unit hunian. Hi = keempat Aspek Kenyamanan Termal
variabel dependen mempunyai matrik varians- Jumlah Kelompok Homogen
Tipe Bangunan
Observasi 1 2
kovarians yang berbeda, baik pada orientasi, tipe
Tower (Cigugur Tengah) 432 26.0736
bangunan maupun posisi unit hunian. Untuk nilai BSL (Sarijadi) 432 27.2836
signifikansi > 0,05 maka H0 diterima dan jika nilai BDL (Industri Dalam) 432 27.4102
signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak. Sig. 1.000 .300

Mengacu pada setiap variabel dependen, maka Dari aspek kenyamanan termal tabel 3.
tidak secara bersama-sama pengaruh setiap faktor berdasarkan tipe bangunan terdapat dua
memiliki nilai pengaruh yang sama. Faktor pengelompokkan tingkat homogenitas, yakni
Orientasi dan Tipe Bangunan mempengaruhi kelompok pertama rumah susun tipe Tower
semua aspek (suhu, kelembaban, angin dan memiliki tingkat kenyamanan lebih baik dengan
cahaya) yang diterima oleh unit hunian. Sedangkan temperatur rata-rata 26,070C. Kelompok homo-
faktor posisi unit hunian berpengaruh hanya pada genitas kedua terdiri dari rumah susun tipe BDL
aspek pencahayaan, artinya setiap posisi yang dan tipe BSL, masing-masing memiliki tingkat
berbeda akan mempengaruhi pada besar kecilnya kenyamanan dengan rata-rata temperatur untuk
kualitas cahaya dalam unit hunian. BSL 27,28 0C dan tipe BDL 27,41 0C. Pada kelompok
kedua tingkat kepercayaan dengan nilai
Interaksi antara orientasi dengan tipe bangunan
signifikansi 0,30 menunjukkan nilai yang tidak
secara signifikan mempengaruh perbedaan
terlalu kuat.
kualitas cahaya, suhu, angin maupun kelembaban,
sedangkan interaksi antara orientasi dengan posisi Rata-rata temperatur pada bangunan rumah susun
unit hunian tidak berdampak pada perbedaan tipe Tower mendekat pada suhu nyaman sesuai
suhu, kelembaban, angin maupun cahaya pada dengan standar kenyamanan termal. Bila ditinjau
setiap unit hunian. dari aspek kenyamanan termal, maka peluang
emisi CO2 pada rumah susun dengan tipe Tower
Sedangkan interaksi antara orientasi dan posisi
lebih kecil dibandingkan dengan rumah susun tipe
unit hunian, hanya berpengaruh pada kualitas
Block.
pencahayaan, terhadap suhu, kelembaban serta
angin tidak memiliki dampak apapun. Demikian Tabel 4 Pengelompokkan Tipe Bangunan terhadap
halnya dengan interaksi antara ketiga faktor Aspek Kenyamanan Udara (Kelembaban)
Orientasi*Tipe Bangunan *Posisi Unit Hunian tidak Jumlah Kelompok Homogen
Tipe Bangunan
Observasi 1 2 3
memberikan dampak pada perbedaan suhu,
BDL (Industri Dalam 432 64,1829
kelembaban, angin maupun kualitas cahaya. Tengah)
Tower (Cigugur 432 68,1227
Tabel 2 Pengelompokkan Tipe Bangunan terhadap Tengah)
Aspek Kenyamanan Visual BSL(Sarijadi) 432 69,0833
Jumlah Kelompok Homogen Sig. 1,000 1,000 1,000
Tipe Bangunan
Observasi 1 2
BDL (Industri Dalam) 432 193.0556 Dari aspek tingkat kelembaban tabel 4 terjadi tiga
Tower (Cigugur Tengah) 432 331.5509 pengelompokkan dari tiga tipe yang diuji, artinya
BSL (Sarijadi) 432 352.7546
Sig. 1.000 .065 masing-masing tipe bangunan memiliki tingkat
kelembaban yang berbeda-beda. Masing-masing
Pengelompokkan tingkat kenyamanan termal dan tipe bangunan berpengaruh terhadap kualitas
visual berdasarkan tipe bangunan menurut kelembaban udara (aspek kelembaban). Dimana
Santoso [8] mengacu pada metoda Tukey HSD tipe BDL memiliki tingkat kelembaban paling
tabel 2. Dari aspek pencahayaan terdapat dua rendah yakni 64,18%, tipe Tower 68,12% dan tipe
kelompok dengan tingkat homogenitas yang tidak BSL 69,08%. Dengan demikian tipe BDL memiliki
terlalu kuat, yakni kelompok dengan intensitas nilai rata-rata kelembaban sesuai dengan tingkat
cahaya rendah terdapat pada bangunan tipe BDL kenyamanan udara.
dan kelompok dengan tingkat pencahayan baik dan

85
Faktor-Faktor Disain Rumah … (Arief S., Rumiati R. Tobing, Tri Harso K.)

Kualitas pergerakan udara dari aspek kecepatan Sedangkan tipe BDL memiliki karakteristik yang
angin, meskipun data kecepatan angin terdistribusi jauh berbeda dengan tipe Tower dan BSL.
tidak normal, namun kondisi unit hunian pada
setiap tipe dapat digambarkan seperti pada tabel 5.
yakni terjadi tiga pengelompokkan dengan tingkat
kenyamanan berada pada tipe Tower dan tipe BDL,
dengan nilai-rata berada pada range tingkat
kenyamanan di bawah nilai standar.
Tabel 5 Pengelompokkan Tipe Bangunan terhadap
Aspek Kenyamanan Udara Angin
Jumlah Kelompok Homogen
Tipe Bangunan
Observasi 1 2 3
BDL (Industri Dalam) 432 .00165
Tower (Cigugur Tengah) 432 .11321
BSL (Sarijadi) 432 .24086
Sig. 1.000 1.000 1.000
Grafik 4 Pola Distribusi Suhu Berdasarkan Tipe dan Orientasi
Berdasarkan tipe dan orientasi dari aspek
kenyamanan visual bangunan rumah susun dengan Dari grafik 2. aspek termal tidak terdapat
tipe BDL, rata-rata intensitas pencahayaan berada perbedaan pola ditribusi rata-rata suhu pada
pada range standar kenyamanan visual, yakni berbagai orientasi untuk setiap tipe yang berbeda.
antara 120 lux s.d. 250 lux. Perilaku intensitas Bangunan dengan orientasi utara-selatan
cahaya pada tipe BDL terhadap orientasi memiliki cenderung memiliki kualitas suhu lebih rendah
pola yang berbeda dengan tipe Block, baik tipe dibandingkan dengan orientasi barat-timur.
Tower maupun tipe BSL. Pada tipe BDL arah utara- Perbedaan terdapat pada tipe, dimana tipe Tower
selatan memiliki rata-rata intensitas yang lebih memiliki nilai rata-rata lebih rendah di bawah rata-
tinggi (di atas) dan intensitas pada arah barat- rata suhu tipe Block.
timur cenderung menurun atau di bawah. Dari aspek pengelompokkan tipe Tower berada
Pola pada tipe Block justru berbanding terbalik pada kelompok yang terpisah dengan tipe Block,
dibandingkan dengan tipe BDL, pada arah utara- dimana tipe Block baik tipe BDL maupun tipe BSL
selatan kualitas cahaya berada pada nilai rata-rata memiliki karakteristik dan pola distribusi rata-rata
rendah (di bawah), sedangkan pada arah orientasi temperatur yang sama.
barat-timur nilai rata-rata intensitas cahaya berada
pada tertinggi. Hal ini menunjukkan dampak dari
tipe akan mempengaruhi pola penerangan pada
unit hunian bangunan rumah susun. Dari aspek
kualitas cahaya tipe Tower dan BSL juga memiliki
nilai jauh di atas rata-rata bangunan tipe BDL.

Grafik 5 Pola Distribusi Kelembaban Berdasarkan Tipe dan


Orientasi

Pada grafik 3. aspek kelembaban unit hunian pada


berbagai tipe bangunan terdapat perbedaan pada
ketiga tipe berdasarkan arah orientasi yang
berbeda. Secara keseluruhan tipe BDL memiliki
Grafik 3 Pola Distribusi Cahaya Berdasarkan Tipe dan Orientasi kualitas kelembaban lebih rendah dari tipe Tower
maupun tipe BSL, kecuali pada unit hunian tipe
Dari grafik 1. aspek pencahayaan berdasarkan
BDL dengan arah orientasi selatan memiliki nilai
orientasi antara tipe Tower dengan tipe BSL berada
pada kelompok homogenitas yang sama.

86
Jurnal Permukiman Vol. 7 No. 2 Agustus 2012 : 76-87

tinggi mendekati rata-rata nilai tertinggi dari Faktor tipe, orientasi dan posisi unit hunian
kelembaban pada tipe bangunan BSL. merupakan faktor yang berpengaruh terhadap
disain dengan bobot 13,2%, dimana 90,9%
Secara pola distribusi tipe BDL memiliki kesamaan
dipengaruhi oleh tipe bangunan, 8,3% oleh
pola dengan tipe Tower dimana arah utara-selatan
orientasi dan 0,075% oleh posisi unit hunian.
memiliki nilai rata-rata lebih tinggi dibandingkan
Sehingga faktor dominan yang berpengaruh
dengan arah orientasi barat-timur. Namun pada
terhadap kenyamanan termal pada rumah susun
tipe BDL dengan arah timur nilai kelembaban naik
adalah, Tipe Bangunan, selanjutnya Orientasi
melampaui nilai kelembaban rata-rata tipe Tower,
Bangunan serta interaksi antara Orientasi*Tipe
sedangkan arah orientasi barat-timur serta arah
Bangunan. Sedangkan posisi unit hunian hampir
utara pada bangunan BDL berada jauh di bawah
tidak berpengaruh besar terhadap kenyamanan.
tipe Tower.
Pola berbeda terjadi pada tipe BSL, yakni DAFTAR PUSTAKA
berbanding terbalik dengan tipe Tower maupun ________, 2005, Status Lingkungan Hidup Indonesia
tipe BDL, dimana arah utara-selatan memiliki nilai 2005, Kementerian Negara Lingkungan Hidup,
rata-rata kelembaban lebih rendah dibandingkan RI.
dengan arah barat-timur. Dengan demikian dari Baker, S., 2006, Sustainable Development,
aspek kelembaban unit hunian berdasarkan Routledge Taylor and Francis Group, London
orientasi dan tipe bangunan, maka terdapat tiga and New York.
pengelompokkan, atau ketiga tipe masing-masing Edwards, B., and Turrent, D., 2000, Sustainable
memberikan dampak yang berbeda terhadap aspek Housing, Principles and Practice, E & FN SPON,
kelembaban bangunan. Taylor and Francis Group, London and New
York.
KESIMPULAN Fatiah, A. A., 2008, Global Warming, Sebuah Isyarat
Pada rumah susun Cigugur Tengah, Industri Dalam, Dekatnya Akhir Zaman dan Kehancuran
dan Sarijadi bahwa variabel dependen suhu, Dunia, Granada Mediatama, Jawa Tengah.
variabel kelembaban, dan variabel cahaya IPCC, 2003, Progress Report on the Establishment
dipengaruhi oleh orientasi dan posisi unit hunian, of a Database on GHG Emission Factor,
serta dipengaruhi oleh adanya interaksi antara http://www.ipcc.com
orientasi dengan posisi baik pada arah vertikal IPCC, Mangino, J., Mareckova, K., et al. 2010,
maupun arah horizontal. Establishment of the Intergovernmental Panel
on Climate Change (IPCC) Emission Factor
Orientasi bangunan memberikan pengaruh yang
Database, http://www.ipcc.com
kuat terhadap nilai kenyamanan termal, sehingga
Karyono, T.H., 2010, Green Architecture, Pengantar
akan mempengaruhi besar-kecilnya nilai emisi CO2
Pemahaman Arsitektur Hijau di Indonesia,
pada tahap operasional bangunan. Bangunan
Rajawali Pers, Jakarta.
dengan orientasi utara-selatan memiliki tingkat
Santoso, S., 2010, Statistik Multivariate, Konsep
kenyamanan lebih baik, sehingga nilai emisi CO2
dan Aplikasi dengan SPSS, Elex Media
rata-rata lebih rendah dibandingkan dengan emisi
Komputindo.
CO2 bangunan dengan orientasi barat-timur.
Vale, Brenda & Vale, Robert., 1991, Green
Pengaruh orientasi cukup signifikan pada Architecture, Design for an Energy-Conscious
bangunan tipe Block, baik rumah susun Industri Future, A Bulfinch Book, Little, Brown and
Dalam (Doubel Loaded) maupun rumah susun Company, London.
Sarijadi (Single Loaded). Berbeda dengan rumah ___________ 2002, Pedoman Teknis Rumah Sederhana
susun Cigugur Tengah (tipe Tower) orientasi Sehat, Kepmen Kimpraswil Nomor
bangunan nyaris tidak memiliki perbedaan tingkat 403/KPTS/M/2002.
kenyamanan ada setiap arah orientasi, sehingga ___________ 2010, Data Kependudukan, Badan Pusat
nilai emisi CO2-nya pada berbagai orientasi akan Statistik Indonesia.
relatif sama.

87

Anda mungkin juga menyukai