Taid
Jurusa/prodi : Fisika/S1 Pendidikan IPA
Semester/kelas: II/A
Mata Kuliah : Filsafat IPA
Ringkasan
A. Manusia Makhluk Berfikir, Kelebihan Manusia Dibanding Makhluk
Lain dengan Adanya Akal, Sifat Ingin Tahu dan Berfikir.
1. Manusia Makhluk yang Berfikir
Manusia mempunyai ciri istimewa, yaitu kemampuan berpikir yang ada
dalam satu struktur dengan perasaan dan kehendaknya (sehingga sering disebut
sebagai makhluk yang berkesadaran). Aristoteles memberikan identitas sebagai
animal rationale.
Kesadaran adalah landasan untuk nalar atau berpikir. Apa yang dipikirkan oleh
manusia? Manusia memikirkan segala sesuatu, baik yang dapat diindera maupun
yang tidak dapat diindera. Segala sesuatu yang dapat diindera manusia disebut
pengalaman atau experience, sedangkan segala sesuatu yang tak dapat diindera
oleh manusi disebut dunia metafisika (meta = beyond, metafisika = beyond
experience. Berpikir tentang experience disebut berpikir empirikal, dan berpikir
tentang dunia metafisika disebut berpikir transcendental.
Berpikir adalah olah otak untuk mengetahui sesuatu yang belum diketahui.
Dengan demikian, berpikir mestinya menghasilkan tahu tentang sesuatu, yang jika
diakui secara umum menjadi pengetahuan. Proses mengetahui sesuatu itu
membutuhkan waktu berpikir, prosesnya dapat berlangsung cepat atau lambat
tergantung pada kerumitannya.
Cara berpikir untuk mengetahui sesuatu itu adalah dengan mengurai atau
merangkai sesuatu yangmenghasilkan,pengertian,danpengetahuan,baru Otak
manusia terdiri dari 2 belahan, kiri (left hemisphere) dan kanan (right hemisphere)
yang disambung oleh segumpal serabut yang disebut corpuss callosum. Belahan
otak kiri terutama berfungsi untuk berpikir rasional, analitis, berurutan, linier,
saintifik seperti membaca, bahasa dan berhitung. Sedangkan belahan otak kanan
berfungsi untuk mengembangkan imajinasi dan kreativitas. Kedua belahan otak
tersebut memiliki fungsi, tugas, dan respons berbeda dan
harus,dalam,keseimbangan.
Dalam proses menuangkan pikiran, manusia berusaha mengatur segala fakta dan
hasil pemikiran dengan cara sedemikian rupa sehingga cara kerja alami otak
dilibatkan dari awal, dengan harapan bahwa akan lebih mudah mengingat dan
menarik kembali informasi di kemudian hari. Sayangnya, sistem pendidikan
modern memiliki kecenderungan untuk memilih keterampilan-keterampilan “otak
kiri” yaitu matematika, bahasa, dan ilmu pengetahuan dari pada seni, musik, dan
pengajaran keterampilan berpikir, terutama keterampilanberpikirsecarakreatif.
Apa yang dipikirkan manusia terpusat pada diri sendiri: asal mulanya,
keberadaan, dan tujuan akhir hidupnya. Pengenalan manusia terhadap segala
sesuatu di diawali secara represif: makanan, minuman, pakaian, dan lain-lain.
Selanjutnya dikenal pula orang tua, saudara, dan orang lain dalam hubungan yang
semakin jauh. Berkat perkembangan alam pikiran dan kesadarannya, manusia
mulai mengenal makna masing-masing secara kritis. Kemudian kedudukan,
fungsi dan keterkaitan antara satu dengan yang lain, yang membuat esensi dan
eksistensi setiap hal menjadi semakin jelas. Pengenalan manusia kemudian
berkembang menjadi semakin kreatif. Kreativitas ini memungkinkan manusia
membuat makanan, minuman, pakaian, dan lain-lain, dengan memanfaatkan
sumber daya alam sekitamya,
Selanjutnya dengan pemikirannya yang kritis dan kreatif manusia memikirkan
dirinya sendiri, yaitu hakikatnya sebagai manusia. Hakikat manusia adalah
makhluk Tuhan yang eksis dalam diri-pribadinya yang otonom, berjiwa-raga, dan
berada dalam sifat hakikatnya sebagai makhluk individu yang memasyarakat).
Pemaharnan tentang hakikat pribadi ini membuat manusia sadar akan adanya
berbagai persoalan hidup yang justru bersumber dari kebutuhan dan kepentingan
yang dituntut pemenuhannya bagi setiap unsur hakikat pribadinya itu. Kemudian
ia sadar akan perlunya pemecahan segala masalah tersebut demi tercapainya
tujuan hidupnya. Pemikiran yang konkret-fungsional bermakna bahwa dalam
pemikiran itu terkandung suatu terobosan baru, yaitu adanya kreativitas
penciptaan teknologi yang sedemikian rupa sehingga orang tidak harus mengikuti
hukum alam
Penalaran merupakan suatu konsep yang paling umum menunjuk pada salah satu
proses pemikiran untuk sampai pada kesimpulan sebagai pernyataan baru dari
beberapa pernyataan lain yang telah diketahui. Penalaran merupakan suatu proses
berpikir yang membuahkan pengetahuan. Dalam pernyataan itu terdiri atas
pengertian sebagai unsurnya yang antara pengertian satu dengan yang lain ada
batas-batas tertentu untuk menghindarkan kekaburan arti.
Dalam proses pemikiran ini perlu dipelajari terlebih dahulu unsure-unsur dari
penalaran yang pada umumnya bertitik tolak pada materi yang dibicarakan. Unsur
disini bukanlah merupakan bagian-bagian yang menyusun suatu penalaran, tetapi
merupakan hal-hal sebagi prinsip yang harus diketahui terlebih dahulu, karena
penalaran adalah suatu proses yang sifatnya dinamis, tergantung pada pangkal
pikirnya.
Dasar penalaran yang kedudukannya sebagai bagian langsung dari bentuk
penalaran adalah pernyataan, karena pernyataan inilah yang digunakan dalam
pengolahan dan perbandingan. Kalimat ada yang bermakna dan ada pula yang
tidak bermakna, selanjutnya kalimat yang bermakna dibedakan menjadi lima
jenis, yaitu kalimat berita, kalimat pertanyaan, kalimat perintah, kalimat seru, dan
kalimat harapan. Di antara jenis kalimat ini yang digunakan dalam logika adalah
kalimat berita, karena kalimat berita dapat dinilai benar atau salah, sedangkan
jenis-jenis kelimat yang lain tidak dapat dinilai benar atau salah.
Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang
berupa pengetahuan. Manusi pada hakekatnya merupakan makhluk yang berpikir,
merasa, bersikap dan bertindak. Sikap dan tindakannya bersumber pada
pengetahuan yang didapatkan lewat kegiatan maerasa dan berpikir. Penalaran
menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berpikir dan bukan
dengan perasaan. Meskipun seperti yang dikatakan Pascal bahwa hatipun
mempunyai logika tersendiri, dan perlu kita sadari bahwa tidak semua kegiatan
berpikir menyandarkan diri pada penalaran. Jadi penalaran merupakan kegiatan
berpikir yang mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran.
Sumber Referensi
Achmad M, Manusia dan kebenaran masalah pokok Filsafat. Surabaya: usaha
nasional.
Arsyad M,N, Ilmuwan muslim sepanjang sejarah. Bandung: mizan.1995
Bakhtiar,A,filasafat ilmu,Jakarta: bulan bintang.2004
Srihendrawaty, manusia makhluk berfikir.malang:gramedia.2013
Sukring, perbedaan manusia dengan makhluk lainnya. Jakarta: press university
Indonesia.2012