Anda di halaman 1dari 5

Secara lebih detail, kecerdasan ini meliputi sikap (menikmati, menghormati), penghargaan

(reward, hukuman), nilai (moral, sosial), dan emosi (sedih, senang). Pembentukan karakter
diri dan sikap cocok diajarkan sejak masa anak‐anak. Hal ini bisa dilakukan oleh orang
tua di rumah maupun guru di sekolah. Diiringi dengan berkembangnya kecerdasan
kognitif, anak juga perlu dilatih mengembangkan afektif. Anak tidak hanya didorong
untuk pintar, tetapi juga aktif, bertingkah laku baik, berakhlak mulia, dan sebagainya.
Kenyataan yang ada, kecenderungan Sekolah Dasar di Indonesia belum mengeksplorasi kecerdasan
afektif secara maksimal, yakni hanya 10% di dalam kurikulum pendidikan. Kecilnya angka tersebut
memberikan paradigma bahwa afektif kurang mendukung sistem pembelajaran. Meskipun Pemerintah
telah melakukan revisi kurikulum mulai tahun 1947 hingga 2013 dengan berbagai penambahan sesuai
dengan kebutuhan dan perkembangan IPTEK[7], penambahan aspek afektif ke dalam evaluasi hasil
belajar baru dipraktikkan tahun 2004 yang terkenal dengan istilah “Kurikulum Berbasis Kompetensi”
atau KBK.

Ditinjau dari perubahannya, KBK tidak lagi berorientasi pada proses belajar, tetapi lebih ke arah
kompetensi yang mencakup perpaduan pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan nilai. Perpaduan tersebut
direfleksikan dalam proses kognitif (berpikir) dan psikomotorik (bertindak). Kompetensi tidak hanya
mengembangkan knowledge, tetapi juga understanding, skill, value, attitude, dan interest (Anonim,
2011:102). Selain aspek Toto Haryadi, Aripin, Melatih Kecerdasan Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik
Anak... 39‐50 43 knowledge dan skill di atas, semuanya termasuk dalam wilayah afektif. Sama halnya
dengan kognitif, afektif juga memiliki ranah sebagaimana telah dirumuskan oleh Mager, Gronlund, dan
Bloom dalam Harsanto (2007: 98‐99) yaitu sebagai berikut:

Tabel 2. Domain afektif beserta contoh penerapannya

Domain Deskripsi Implementasi dalam


pembelajaran
Penerimaan Kepekaan diri terhadap fenomena dan stimuli guna Bertanya, memilih, senang
memberikan perhatian terkontrol mendengarkan‐membaca‐
mengerjakan
Responsif Menunjukkan perhatian secara aktif, ingin dan puas Menaati aturan, mengerjakan
merespon    tugas, merenungkan

Menghayati Termotivasi dan berkomitmen untuk bertindak Mengapresiasi, menghargai,


nilai sesuai nilai yang dianut bersimpati
Mengorgani Mengorganisasi, memantapkan, dan berusaha Mendukung penegakan disiplin
sasi menemukan hubungan antara satu nilai dengan nilai nasional
lain
Karakterisasi Menentukan kepribadian dan tingkah laku sesuai Membulatkan tekad untuk
dengan nilai dengan sistem nilai yang dimiliki atau dianut melaksanakan perintah Allah,
(satu atau menguatkan diri untuk terus
kompleks) hidup disiplin

Kartwohl & Bloom (Dimyati & Mudjiono, 1994; Syambasri Munaf, 2001) membagi ranah afektif
menjadi 5 kategori yaitu :

♦ Receiving/Attending/Penerimaan Kategori ini merupakan tingkat afektif yang terendah yang meliputi
penerimaan masalah, situasi, gejala, nilai dan keyakinan secara pasif.Penerimaan adalah semacam
kepekaan dalam menerima rangsanagn atau stimulasi dari luar yang datang pada diri peserta didik. Hal ini
dapat dicontohkan dengan sikap peserta didik ketika mendengarkan penjelasan pendidik dengan seksama
dimana mereka bersedia menerima nilai-nilai yang diajarkan kepada mereka danmereka memiliki
kemauan untuk menggabungkan diri atau mengidentifikasi diri dengan nilai itu. 4 Kata kerja operasional
yang dapat dipakai dalam kategori ini adalah : memilih, mempertanyakan, mengikuti, memberi,
menganut, mematuhi, dan meminati.

♦ Responding/Menanggapi Kategori ini berkenaan dengan jawaban dan kesenangan menanggapi atau
merealisasikan sesuatu yang sesuai dengan nilai-nilai yang dianut masyarakat. Atau dapat pula dikatakan
bahwa menanggapi adalah suatu sikap yang menunjukkan adanya partisipasi aktif untuk
mengikutsertakan dirinya dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu
cara. Hal ini dapat dicontohkan dengan menyerahkan laporan tugas tepat pada waktunya. Kata kerja
operasional yang dapat dipakai dalam kategori ini adalah : menjawab, membantu, mengajukan,
mengompromi, menyenangi, menyambut, mendukung, menyetujui, menampilkan, melaporkan, memilih,
mengatakan, memilah, dan menolak.

♦ Valuing/Penilaian Kategori ini berkenaan dengan memberikan nilai, penghargaan dan kepercayaan
terhadap suatu gejala atau stimulus tertentu. Peserta didik tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan
akan tetapi berkemampuan pula untuk menilai fenomena itu baik atau buruk. Hal ini dapat dicontohkan
dengan bersikap jujur dalam kegiatan belajar mengajar serta bertanggungjawab terhadap segala hal
selama proses pembelajaran. Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam kategori ini adalah :
mengasumsikan, meyakini, melengkapi, meyakinkan, memperjelas, memprakarsai, mengundang,
menggabungkan, mengusulkan, menekankan, dan menyumbang.

♦ Organization/Organisasi/Mengelola Kategori ini meliputi konseptualisasi nilai-nilai menjadi sistem


nilai, serta pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimiliki. Hal ini dapat dicontohkan dengan
kemampuan menimbang akibat positif dan negatif dari suatu kemajuan sains terhadap kehidupan
manusia. Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam kategori ini adalah : menganut, mengubah,
menata, mengklasifikasikan, mengombinasi, mempertahankan, membangun, membentuk pendapat,
memadukan, mengelola, menegosiasikan, dan merembuk.

♦ Characterization/Karakteristik Kategori ini berkenaan dengan keterpaduan semua sistem nilai yang
telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Proses internalisais
nilai menempati urutan tertinggi dalam hierarki nilai. Hal ini dicontohkan dengan bersedianya mengubah
pendapat jika ada bukti yang tidak mendukung pendapatnya. 5 Kata kerja operasional yang dapat dipakai
dalam kategori ini adalah : mengubah perilaku, berakhlak mulia, mempengaruhi, mendengarkan,
mengkualifikasi, melayani, menunjukkan, membuktikan dan memecahkan

B. Afektif

Ranah afeksi adalah materi yang berdasarkan segala sesuatu yang berkaitan dengan emosi seperti penghargaan,

nilai, perasaan, semangat, minat, dan sikap terhadap sesuatu hal. Pada ranah afeksi, Bloom menyusun

pembagian kategorinya dengan David Krathwol yaitu:


 Penerimaan ( Receiving/Attending)

Mengacu kepada kemampuan untuk memperhatikan dan merespon stimulasi yang tepat, juga kemampuan

untuk menunjukkan atensi atau penghargaan terhadap orang lain. Dalam domain atau ranah afektif,

penerimaan merupakan hasil belajar yang paling rendah. Contohnya, mendengarkan pendapat orang lain.

 Responsif (Responsive)

Domain ini berada satu tingkat di atas penerimaan, dan ini akan terlihat ketika siswa menjadi terlibat dan

tertarik terhadap suatu materi. Anak memiliki kemampuan berpartisipasi aktif dalam suatu pembelajaran dan

selalu memiliki motivasi untuk bereaksi dan mengambil tindakan. Contoh, ikut berpartisipasi dalam diskusi

kelas mengenai suatu pelajaran.

 Penilaian (Value)

Domain ini mengacu pada pentingnya nilai atau keterikatan diri terhadap sesuatu, seperti penerimaan,

penolakan atau tidak menyatakan pendapat. Juga kemampuan untuk menyatakan mana hal yang baik dan yang
kurang baik dari suatu kegiatan atau kejadian dan mengekspresikannya ke dalam perilaku. Contoh,

mengusulkan kegiatan kelompok untuk suatu materi pelajaran.

 Organisasi (Organization)

Tujuan dari ranah organisasi adalah penyatuan nilai, sikap yang berbeda yang membuat anak lebih konsisten

dan membentuk sistem nilai internalnya sendiri, dan menyelesaikan konflik yang timbul diantaranya. Juga

mengharmonisasikan berbagai perbedaan nilai yang ada dan menyelaraskan berbagai perbedaan.

 Karakterisasi (Characterization)

Acuan domain ini adalah karakter seseorang dan daya hidupnya. Kesemua hal ini akan tercermin dalam sebuah

tingkah laku yang ada hubungannya dengan keteraturan pribadi, sosial, dan emosi. Nilai – nilai telah

berkembang sehingga tingkah laku lebih mudah untuk diperkirakan.

Kemampuanbelajar yang relevan dengan berbagai jenis tingkatan afektif tersebut, antara lain sebagai
berikut:

1. Berlatih memberikan respons atau reaksi terhadap nilai-nilai yang dihadapkan kepadanya.

2. Berlatih menikmati atau menerima nilai, norma, serta objek yang mempunyai nilai etika dan estetika.

3. Berlatih menilai ditinjau dari segi baik buruknya, adil tidak adil, indah tidak indah terhadap objek
studi.

4. Berlatih menerapkan atau mempraktikkan nilai, norma, etika, dan estetika dalam perilaku kehidupan
sehari-hari.

Secara keseluruhan, siswa dapat mencapai berbagai tingkatant-tingkatan dari kompetensi afektif dalam
kaitannya dengan pengalaman belajar adalah seperti megamati dan menirukan contoh atau model
seseorang yang menjadi panutan, melakukan kunjungan terhadap objek studi yang sekiranya dapat
memupuk pertumbuhan nilai, berbuat atau berpartisipasi aktif sesuai dengan tuntunan nilai yang dipelajari
dan sebagainya.

Article  in  ANDHARUPA Jurnal Desain Komunikasi Visual & Multimedia · August 2015 MELATIH
KECERDASAN KOGNITIF, AFEKTIF, DAN PSIKOMOTORIK ANAK SEKOLAH DASAR MELALUI PERANCANGAN
GAME SIMULASI “WARUNGKU”    Toto Haryadi1 , Aripin2 1,2 Program Studi Desain Komunikasi Visual
Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Dian Nuswantoro
Haryadi, Toto. 2015. MELATIH KECERDASAN KOGNITIF, AFEKTIF, DAN PSIKOMOTORIK ANAK SEKOLAH
DASAR MELALUI PERANCANGAN GAME SIMULASI “WARUNGKU”. Jurnal Desain Komunikasi Visual &
Multimedia

Anda mungkin juga menyukai