Anda di halaman 1dari 7

Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kekambuhan pada Pasien

Skizofrenia di Poli Rawat Jalan RSJD Dr. Arif Zainudin Surakarta

Yeni Nur Rahmayanti1


1
Dosen Sarjana Keperawatan STIKes Mitra Husada Karanganyar,
E-mail: yeninur2004@gmail.com, 085728575771

Abstrak
Dukungan keluarga bagi penderita skizofrenia merupakan faktor pendukung dalam proses
kesembuhan. Penderita skizofrenia yang mendapatkan dukungan dari keluarganya, akan merasa
diterima dan dihargai sehingga dapat meminimalkan kejadian kekambuhan pada penderita. Tujuan
penelitian ini adalah untuk melihat hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kekamuhan pada
pasien skizofrenia di RSJD Dr. Arif Zainudin Surakarta. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif
non-eksperimen dengan rancangan deskriptif korelasional dan pendekatan Cross Sectional. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah Insidental Sampling, dengan sampel sebanyak 75 orang.
Metode analisa menggunakan uji statistik chi-square, analisa univariate didapatkan nilai p = 0.000 (p
< 0.05) maka disimpulkan ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kekambuhan pada
pasien skizofrenia. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kekambuhan pada pasien
skizofrenia. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan bagi keluarga penderita
skizofrenia agar mengoptimalkan dukungan yang diberi pada penderita.
Kata kunci: Dukungan Keluarga, Kekambuhan, Skizofrenia

The Correlation between Family Support and Relapse in Schizophrenia Patient at


Polyclinic of RSJD of Dr. Arif Zainudin Surakarta

Abstract
Family support for schizophrenia patient is a supporting factor in the process of healing.
Schizophrenia patient gets family support can minimize their relapse because they feel accepted and
appreciated. This study aims to see the correlation between family support and relapse level of the
schizophrenia patient in psychiatric hospital (RSJD) of Dr. Arif Zainudin Surakarta. This research
employs quantitative non-experiment method using descriptive correlational design and cross sectional
approach. Incidental sampling technique was used to take as many as 75 respondents. Chi Square
statistics test was used to analyze the data. The bivariate analysis with p = 0.00 (p < 0.005) shows
that there is a significant correlation between family support and relapse in schizophrenia patient. This
research is expected to be an additional knowledge of a schizophrenia family aims in increasing their
support to the patient.
Keywords: Family Support, Relapse, Schizophrenia

LATAR BELAKANG Pandangan masyarakat yang buruk kepada orang


Kesehatan jiwa termasuk masalah kesehatan dengan gangguan jiwa mengakibatkan penderita
yang penting untuk diperhatikan dan ditangani. merasa dikucilkan dan tidak mendapat perlakuan

58 STETHOSCOPE VOL. 1 NO. 1 - JUNI 2020 ISSN 2722-8118 (Printed)


yang seimbang seperti yang lainnya. Kesehatan penderita (Rekam Medis RSJD Dr. Arif Zainudin
jiwa merupakan suatu kondisi dimana seorang Surakarta, 2017).
individu dapat berkembang secara fisik, mental, Berdasarkan hasil studi pendahuluan di RSJD
spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut Dr. Arif Zainudin Surakarta didapatkan data
menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi jumlah pasien skizofrenia yang baru sebanyak
tekanan, dapat bekerja secara produktif, 277 orang dengan gangguan skizofrenia,
dan mampu memberikan kontribusi untuk dengan rincian 205 diantaranya adalah laki-
komunitasnya (Kemenkes RI, 2014). Gangguan laki dan sebanyak 72 terdiri dari perempuan.
jiwa dibagi menjadi beberapa macam, salah Berdasarkan beberapa wawancara yang
satunya yaitu skizofrenia, skizofrenia adalah dilakukan saat studi pendahuluan, tidak semua
suatu bentuk psikosa fungsional dengan gangguan penderita skizofrenia mendapat dukungan tinggi
utama pada proses pikir serta disharmoni dari keluarganya, ada yang sampai dijauhi oleh
(keretakan, perpecahan) antara proses pikir, afek keluarganya. Berdasarkan latar belakang diatas,
atau emosi, kemauan dan psikomotor disertai maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang
distorsi kenyataan, terutama karena waham dan Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat
halusinasi, asosiasi terbagi-bagi sehingga timbul Kekambuhan pada Pasien Skizofrenia di Poli
inkoherensi (Direja, 2011). Rawat Jalan RSJD Dr. Arif Zainudin Surakarta.
Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu Skizofrenia adalah suatu penyakit yang
permasalahan kesehatan yang signifikan di mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya
dunia, termasuk di Indonesia, data Kementrian pikiran, persepsi, emosi, gerakan, perilaku yang
Kesehatan menunjukkan sekitar 14 juta orang aneh dan terganggu (Videbeck, Sheila L. 2008).
di Indonesia yang berusia 15 tahun ke atas Pendapat lain dari Direja (2011) skizofrenia
mengalami gejala depresi dan gangguan adalah suatu bentuk psikosa fungsional dengan
kejiwaan. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa gangguan utama pada proses pikir serta
berat seperti skizofrenia mencapai 400.000 disharmoni (keretakan, perpecahan) antara proses
orang atau sebanyak 1,7% per 1.000 penduduk pikir, afek atau emosi, kemauan, dan psikomotor
(Kemenkes, 2017). disertai distorsi kenyataan, terutama karena
Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi waham dan halusinasi, asosiasi terbagi-bagi
yang menempati urutan ke lima dengan gangguan sehingga timbul inkoherensi (pikiran atau kata-
jiwa terbanyak, jumlah penderita gangguan kata yang secara umum tidak dapat dipahami).
jiwa dari data Dinas Kesehatan Jawa Tengah Skizofrenia dapat disebabkan oleh beberapa
menyebutkan jumlah gangguan jiwa pada 2013 faktor yang saling berkombinasi, seperti yang
adalah 121.962 penderita sedangkan tahun 2014 diterangkan oleh teori Diathesis-Stress Model
jumlahnya meningkat menjadi 260.247 penderita untuk menjelaskan penyebab skizofrenia. Teori
dan pada tahun 2015 bertambah menjadi 317.504 Diathesis-Stress Model dijelaskan dalam dua
penderita (Kemenkes RI, 2016). Data dari RSJD model, yaitu: Diathesis Model, yang menyatakan
Dr. Arif Zainudin Surakarta jumlah penderita bahwa penyebab skizofrenia adalah faktor genetik
gangguan jiwa pada tiga tahun terakhir cukup sebagai predisposisi biologis, seperti: kerusakan
tinggi, jumlah pasien skizofrenia pada tahun struktur otak, ketidakmampuan menerima dan
2014 tercatat sebanyak 1.719 penderita pada mengorganisasikan informasi yang kompleks
tahun 2015 menjadi 1.728 penderita kemudian dan kekacauan sistem regulasi neurotransmitter.
pada tahun 2016 sebanyak 2.478 penderita, dan
Perjalanan klinis skizofrenia menurut
pada tahun 2017 didapatkan data sebanyak 3.039
Nantingkaseh (2007) dibagi dalam 3 fase yakni

STETHOSCOPE VOL. 1 NO. 1 - JUNI 2020 ISSN 2722-8118 (Printed) 59


Fase prodromal adalah fase timbul gejala non kelompok orang yang tidak perlu terkait darah,
spesifik yang lamanya bervariasi sebelum onset perkawinan, atau adopsi yang hidup bersama
psikotik menjadi jelas. Gejala tersebut meliputi dalam suatu rumah tangga di suatu hunian.
hendaya atau gangguan atau penurunan fungsi Fungsi pokok keluarga yaitu afektif,
pekerjaan, sosial, penggunaan waktu luang dan sosialisasi, ekonomi, Perawatan Kesehatan
perawatan diri. Fase aktif adalah gejala psikotik Kane dalam Friedman (2010) mendefinisikan
menjadi jelas seperti tingkah laku katatonik, dukungan keluarga sebagai proses hubungan
inkoherensi, waham, halusinasi disertai gangguan antara keluarga dengan lingkungan yang
afek. Biasanya penderita datang berobat pada fase terjadi dalam semua tahap kehidupan.
ini dan fase residual adalah gejala yang terjadi Dukungan keluarga membuat keluarga mampu
pada fase ini sama dengan gejala fase prodromal berfungsi untuk meningkatkan kesehatan dan
dengan gejala psikotik yang jelas berkurang. adaptasi (Friedman, 2010). Pasien skizofrenia
Gejala-gejala skizofrenia menurut Boeree harus diterima dengan baik oleh pihak keluarga.
(2013) dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu gejala Karena pasien skizoferia sebenarnya tidak
positif (positive symptoms) seperti delusi/ dapat menerima emosi yang berlebihan dari
waham, halusinasi, merasa ada seseorang orang lain (Durand, et al., 2007).
yang ingin melawannya, mencoba mencelakai, Kaplan dalam Friedman (2010) dan House
Kekacauan alam pikir yang dapat dilihat dari isi dalam Setiadi (2008), komponen-komponen
pembicaraannya dan merasa dirinya orang besar, dukungan keluarga terdiri dari dukungan
merasa serba mampu, sedangkan gejala negatif informasi, dukungan emosional atau afeksional,
(negative symptoms) meliputi alam perasaan fasilitas, finansial.
(afek) tumpul dan mendatar, gambaran alam
perasaan, menarik diri atau mengasingkan diri
METODE PENELITIAN
dari pergaulan social, kontak emosional tidak
ada, sukar diajak bicara, pendiam, kehilangan Penelitian ini menggunakan metode
dorongan atau kehendak dan tidak ada inisiatif. kuantitatif non–eksperimen, dengan rancangan
Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan deskriptif korelasional dan pendekatan Cross
Jiwa III (Maslim, 2013), membagi skizofrenia Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah
atas beberapa jenis, yaitu skizofrenia paranoid, seluruh keluarga pasien skizofrenia yang sedang
afektif. Hebefrenik, katatonik, tak terinci, menjalani rawat jalan di Poliklinik Rumah Sakit
residual dan simplek. Jiwa Dr. Arif Zainudin. Jumlah pasien skizofrenia
Kekambuhan merupakan keadaan muncul yang sedang menjalani rawat jalan di RSJD Dr.
tanda dan gejala yang pernah dialami dan Arif Zainudin adalah 277 pasien skizofrenia.
mengakibatkan pasien harus dirawat kembali Jumlah sampel pasien skizofrenia rawat jalan
(Yosep, 2009). RSJD Dr. Arif Zainudin yang digunakan sebanyak
75 responden. Teknik pengambilan sampel dalam
Beberapa gejala kambuh yang perlu
penelitian ini adalah dengan Insidental Sampling.
diidentifikasi pasien dan keluarga yaitu menjadi
ragu-ragu, tidak ada nafsu makan, sukar Kriteria inklusi sebagai berikut anggota
konsentrasi, depresi, menarik diri, sulit tidur, dan keluarga dari pasien skizofrenia yang mengantar
tidak ada minat (Yosep, 2009). Newman DM. and atau menunggu pasien di rawat jalan RSJD
Grauerholz L.(2002) mendefinisikan keluarga Dr. Arif Zainudin Surakarta, keluarga tinggal
sebagai seseorang atau lebih dengan hubungan satu rumah dengan pasien, pasien skizofrenia
ikatan darah, perkawinan, atau adopsi atau yang sedang menjalani rawat jalan di RSJD Dr.
Arif Zainudin Surakarta dan bersedia menjadi

60 STETHOSCOPE VOL. 1 NO. 1 - JUNI 2020 ISSN 2722-8118 (Printed)


responden den telah menyetujui lembar informed keluarga dengan kekambuhan skizofrenia
consent. Kriteria ekslusi sebagai berikut anggota di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Ghrasia
keluarga atau pasien gangguan jiwa selain DIY yaitu sebanyak 66 dari 85 responden
skizofrenia. Dan pasien skizofrenia yang tidak memiliki dukungan keluarga yang cukup
ditemani keluarganya saat rawat jalan yaitu sebesar (77,6%).
Keluarga dituntut untuk dapat mem-
HASIL DAN PEMBAHASAN berikan dukungan pada penderita skizofre-
nia, dukungan yang di berikan tidak hanya
A. Dukungan Keluarga
berupa dukungan materiil saja namun juga
Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan dibutuhkan dukungan moril. Dukungan
Dukungan Keluarga moril seperti mengingatkan pasien minum
obat, mengantar pasien ke tempat kontrol,
Dukungan Frekuensi Persentase
keluarga (n) (%) dan memberikan rasa kasih sayang akan
membuat penderita skizofrenia merasa nya-
Baik 56 74,7% man dan kembali di hargai di lingkungan
Cukup 14 18,7% keluarganya, sehingga hal ini akan mem-
Kurang 5 6,7% perbaiki tingkat kesembuhannya
75 100 % Dukungan keluarga sangat penting ter-
Jumlah
hadap pasien gangguan jiwa karena pasien
Berdasarkan tabel 1. bahwa responden gangguan jiwa sangat memerlukan perha-
yang memiliki dukungan keluarga yang tian dari keluarganya. Keluarga merupakan
baik lebih banyak yaitu 56 orang (74,7%), sistem pendukung utama yang memberikan
sedangkan responden dengan kategori perawatan langsung pada setiap keadaan se-
dukungan keluarga cukup yaitu sebanyak hat maupun sakit pasien. Apabila keluarga
14 orang (18,7%), dan responden dengan memahami kebutuhan anggota keluarganya
dukungan keluarga kurang sebanyak 5 orang yang sakit maka keluarga akan memberikan
(6,7%). dukungan untuk melakukan pengobatan. Se-
Hasil penelitian didapatkan sebagian baliknya, apabila keluarga tidak memahami
pasien mendapatkan dukungan keluarga kebutuhan anggota keluarganya yang sakit,
baik yaitu sebanyak 56 responden (74,7%), maka akan memperburuk perjalanan gang-
hal ini didukung oleh teori Keliat dan Irma guan jiwa karena pasien tidak mendapatkan
(2015), tentang keluarga, dimana keluarga perhatian dan dukungan yang semestinya di-
merupakan sistem pendukung utama dalam berikan oleh keluarganya (Yosep, 2009).
memberi perawatan langsung pada setiap
B. Kekambuhan
keadaan pasien baik itu sehat maupun
sakit. Hasil penelitian ini sejalan dengan Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Syafyu Kekambuhan Klien
(2017) yang berjudul dukungan keluarga
Kekambuhan Frekuensi Persentase
dengan kekambuhan pada pasien skizofrenia (n) (%)
yaitu dukungan keluarga tinggi sebanyak
Tdk kambuh 52 69,3%
35 responden (50%). Lain halnya dengan
penelitian yang dilakukan oleh Taufik Y Kambuh 23 30,7%
(2014), yang berjudul hubungan dukungan Jumlah 75 100%

STETHOSCOPE VOL. 1 NO. 1 - JUNI 2020 ISSN 2722-8118 (Printed) 61


Berdasarkan tabel 2. didapatkan data Rumah Sakit Puri Nirmala Yogyakarta yaitu
bahwa sebanyak 52 orang klien (69,3%) kekambuhan skizofrenia dengan kategori
tidak mengalami kekambuhan dan sebanyak jarang sebanyak 20 dari 37 responden
23 orang klien (30,7%) mengalami (54,1%).
kekambuhan.
C. Hubungan dukungan keluarga terhadap
Hasil penelitian didapatkan bahwa dari
kekambuhan
75 responden sebanyak 52 orang (69,3%)
Tabel 3. Hubungan dukungan keluarga
penderita skizofrenia tidak mengalami
terhadap kekambuhan
kekambuhan. Salah satu faktor penyebab
kekambuhan adalah keluarga yang tidak Kekambuhan
Dukungan
tahu cara menangani pasien di rumah. keluarga Tdk
Kambuh Jumlah
P
kambuh
Pasien skizofrenia dalam perawatannya,
n % n % n %
selain obat-obatan keluarga juga harus ikut Baik 49 87,5 7 12,5 56 74.7 0,0
berpartisipasi dalam proses penyembuhan Cukup 2 14,3 12 85,7 14 18.7 00
karena keluarga merupakan pendukung Kurang 1 20 4 80 5 6.7
utama dalam merawat pasien. Penerimaan
yang dilakukan oleh keluarga sangat Jumlah 52 69,3 23 30,7 75 100 0.0
00
berarti besar dalam proses penyembuhan
pasien skizofrenia, sehingga keberhasilan Hasil penelitian menunjukkan bahwa 49
pengobatan tidak hanya tergantung dari orang klien (87,5%) yang memiliki dukungan
medis saja melainkan keluarga ikut terlibat keluarga yang baik dan teratur dalam
dalam proses kesembuhan pasien. Teori minum obat tidak mengalami kekambuhan
dari Erlina (2010), bahwa pasien yang sedangkan 7 orang klien (12,5%) dengan
kambuh membutuhkan waktu lebih lama dukungan keluarga yang baik tetapi tidak
untuk kembali pada kondisi semula dan teratur dalam minum obat mengalami
dengan kekambuhan yang berulang, kondisi kekambuhan. Pada dukungan keluarga yang
penderita bisa semakin memburuk dan sulit cukup didapatkan hasil bahwa sebanyak 12
untuk kembali pada keadaan semula. orang klien (85,7%) mengalami kekambuhan
Kekambuhan pada penderita skizofre- dan 2 orang klien yang lain (14,3%) tidak
nia dapat disebabkan oleh beberapa hal, di- mengalami kekambuhan. Sedangkan pada
antaranya ketidakpatuhan minum obat, obat dukungan keluarga kurang dan tidak teratur
habis, jadwal kontrol yang tidak rutin dan dalam minum obat sebanyak 4 orang klien
kurangnya dukungan keluarga. Dukungan (80%) mengalami kekambuhan dan 1 orang
keluarga yang kurang akan membuat pen- klien (20%) yang teratur dalam minum obat
derita skizofrenia merasa dirinya tidak di walaupun dengan dukungan keluarga yang
hargai di lingkungan keluarganya sehingga kurang tidak mengalami kekambuhan.
hal ini akan memperparah kondisi kesehat- Berdasarkan hasil uji statistik Chi-
annya dan akhirnya akan berpengaruh pada Square diperoleh p = 0,000 berarti p <
kesembuhannya. 0,05 maka Hо ditolak dan Hа diterima,
Hasil penelitian ini sama dengan yang hal ini menunjukkan adanya hubungan
dilakukan oleh Wijayanti (2010) dengan antara dukungan keluarga dengan tingkat
judul hubungan dukungan sosial keluarga kekambuhan pasien skizofrenia di RSJD dr.
dengan kekambuhan pasien skizofrenia di Arif Zainudin Surakarta.

62 STETHOSCOPE VOL. 1 NO. 1 - JUNI 2020 ISSN 2722-8118 (Printed)


Hasil penelitian ini sesuai dengan dapat memberikan dukungan, keluarga
Saputra (2010), yang menyatakan bahwa juga dapat mengingatkan pasien tentang
keluarga merupakan pendukung utama dalam kepatuhan minum obat. Selain itu, dukungan
proses penyembuhan pasien skizofrenia dari lingkungan juga diperlukan sehingga
untuk mencegah terjadinya kekambuhan. penderita skizofrenia merasa dirinya diterima
Pemberian asuhan keperawatan, dukungan dan diakui keberadaannya. Penerimaan
keluarga sangat penting untuk berperan yang baik dari lingkungan, dapat membantu
dalam mencegah terjadinya kekambuhan. pasien skizofrenia menuju kesembuhannya.
Sikap keluarga yang tidak menerima
pasien skizofrenia kembali akan membuat KESIMPULAN
kekambuhan lebih cepat.
Berdasarkan hasil penelitian ini yang
Penelitian yang dilakukan Sebayang
telah dilakukan dapat diambil kesimpulan
(2011), dengan judul penelitian hubungan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara
dukungan sosial keluarga dengan frekuensi
dukungan keluarga dengan tingkat kekambuhan
kekambuhan pasien skizofrenia paranoid di
pasien skizofrenia di RSJD Dr. Arif Zainudin
Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Daerah Propsu
Surakarta dengan p value 0.000. sebesar 74,7%
Medan. Hasil penelitian menunjukkan
responden memberikan dukungan yang baik
bahwa ada hubungan yang signifikan
pada anggota keluarganya yang mengalami
antara dukungan sosial keluarga dengan
gangguan jiwa skizofrenia dan sebesar 87,5%
frekuensi kekambuhan pasien skizofrenia
responden tidak mengalami kekambuhan dengan
paranoid (P = 0,028; ρ = - 0,388). Sejalan
dukungan keluarga yang baik. Jadi semakin baik
dengan penelitian yang dilakukan Wijayanti
dukungan keluarga makan semakin kecil tingkat
(2010) yang berjudul hubungan dukungan
kekambuhan.
sosial keluarga dengan kekambuhan pasien
skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Puri Nirmala
Yogyakarta yaitu dengan menggunakan DAFTAR PUSTAKA
perhitungan korelasi kendall ada hubungan Boeree, C. George. (2013). General Phsychology:
signifikan antara dukungan sosial keluarga Psikologi Kepribadian, Persepsi, Kognisi,
dengan kekambuhan pasien skizofrenia di Emosi, dan PerilakuI. Yogyakarta
Rumah Sakit Jiwa Puri Nirmala Yogyakarta
dengan nilai ρ = (0,017). Direja, Ade Herman Surya. (2011). Buku Asuhan
Keperawatan Jiwa. Jogjakarta: Nuha
Penelitian ini menunjukkan bahwa
Medika.
dukungan keluarga sangat penting dan
utama dalam proses kesembuhan pasien Durand VM, Baerlow DH. (2007). Intisari
gangguan jiwa, keluarga harus memiliki Psikologi Abnormal. Yogyakarta : Pustaka
pengetahuan yang tinggi tentang bagaimana Pelajar.
memberikan dukungan keluarga yang
baik dan benar pada penderita skizofrenia. Erlina, P. (2010). Faktor-Faktor Penyebab
Dukungan keluarga diperlukan agar Kekambuhan Pada Skizofrenia Di
kesembuhan bagi penderita skizofrenia RSJDAtma Huasada Samarinda. Jurnal
dapat tercapai. Keluarga diharapkan mampu Penelitian. Poltekkes Kalimantan Timur.
berperan aktif dalam proses kesembuhan Friedman M. (2010). Buku Ajar Keperawatan
pasien skizofrenia dirumah, selain keluarga Keluarga Riset, Teori, Dan Praktik. Edisi
5. Jakarta : EGC.

STETHOSCOPE VOL. 1 NO. 1 - JUNI 2020 ISSN 2722-8118 (Printed) 63


Irma Wahyuningrum, Anjas Surtingingrum Sebayang, S, M. (2011). Hubungan Dukungan
and Ulfa Nurulita. (2015) “Hubungan Sosial Keluarga dengan Frekuensi
Dukungan Keluarga Dengan Durasi Kekambuhan Pasien Skizofrenia Paranoid
Kekambuhan Paisen Skizofrenia Di di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Daerah
Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Propsu Medan.
Gondohutomo Semarang”.
Setiadi. (2008). Konsep & Keperawatan
Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. (2010). Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sinopsis Psikiatri Jilid Satu. Tangerang:
Syafyu F. (2017). Dukungan Keluarga dengan
Binarupa Aksara, pp: 699 - 743.
Kekambuhan pada Pasien Skizofrenia.
Kemenkes RI, 2014. Undang Undang No 18 Ta- Sumbar: Balitbang Sumatera Barat.
hun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa http://
Taufik Y. (2014). Hubungan Dukungan Keluarga
binfar.kemkes.go.id/ ?wpdact=process&di
dengan Tingkat Kekambuhan pada Pasien
d=MjAxlmhvdGxpbms
Skizofrenia di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa
Kemenkes RI, 2016. http://www.depkes. Grhasia DIY. Naskah Publikasi.
go.id/article/print/16100700005/peran-
Videbeck, Sheila L. (2008). Buku Ajar
keluarga-dukung-kesehatan-jiwa-
keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
masyarakat.html. Diakses pada 24
november 2018. Wijayanti, L. (2010). Hubungan Dukungan Sosial
Keluarga Dengan Kekambuhan Paisen
Maslim R. (2013). Diagnosis Gangguan Jiwa
Skizofrenia di Rumah Sakit Puri Nirmala
Rujukan Ringkas PPGDJ – III dan DSM
Yogyakarta. Skripsi Tidak Dipublikasikan.
– V. Cetakan 2 – Bagian Ilmu Kedokteran
Yogyakarta: STIKes Aisyah Yogyakarta
Jiwa Fakultas Kedokteran Unika Atma
Jaya. Jakarta: PT Nuh Jaya. Yosep I. (2009). Keperawatan Jiwa. Bandung:
PT Refika Aditama.
Nantingkaseh L. (2007). Skizofrenia Dan
Gangguan Psikotik Lainnya, Proseding
Simposium Sehari Kesehatan Jiwa Dalm
Rangka Menyambut Hari Kesehatan Jiwa
Sedunia. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia
Cabang Jakarta.

Neuwman DM and Grauerholz L. (2002).


Sociology Of Families. Edisi ke 2.
California: Pine Forge Press.

Saputra, N. (2010). Hubungan Dukungan Ke-


luarga dengan Kekambuhan Pasien
Skizofrenia Di Poliklinik Rumah Sakit
Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara-
Medan.http;//respitory.usu.ac.id/han-
dle/123456789/20130.pdf. Diakses pada 5
Mei 2019.

64 STETHOSCOPE VOL. 1 NO. 1 - JUNI 2020 ISSN 2722-8118 (Printed)

Anda mungkin juga menyukai