Anda di halaman 1dari 10

PROSPEK PANAS BUMI DI DAERAH DANAU RANAU, LAMPUNG

DAN SUMATERA SELATAN

Oleh
Carta Wijaya, Dimas Putra Suendra, M. Kevin Putra Bintara S., Raynaldo A. Pratama

ABSTRAK
Daerah panas bumi Danau Ranau berada pada koordinat UTM 380000 – 392000 mE dan
9462000 - 9449200 mN, dengan luas daratan sekitar 127 km2 dan termasuk ke dalam dua
propinsi, yaitu di Kecamatan Sukau, Lampung Barat, Provinsi Lampung dan Kecamatan
Banding Agung, Oku Selatan, Propinsi Sumatera Selatan. Gejala panas bumi di daerah ini
ditunjukkan dengan munculnya mata air panas di sebelah tenggara Danau Ranau atau di
sebelah barat dan utara kaki Gunung Seminung. Data geofisika mendeteksi adanya zona
tahanan jenis rendah pada kedalaman 600 m di bawah permukaan (100 m di bawah
permukaan laut) sedangkan ketebalan batuan penudung tidak dapat diperkirakan secara pasti.
Diperkirakan batuan penudung berada pada kedalaman 100m di bawah permukaan laut pada
batuan lava tua dan reservoir pada batuan Formasi Kikim yang berada di bawah vulkanik tua
(Formasi Hulu Simpang) dengan komposisi sedimen tufaan yang memiliki sifat porous
dengan permeabilitas tinggi. Sistim panas bumi diperkirakan pada batuan ubahan berupa zona
argilik sebagai batuan penudung. Pada tahun 2009, telah dilakukan survei magnetotelurik
(MT) di daerah ini dengan tujuan untuk mengetahui keadaan bawah permukaan dan lebih
menegaskan keprospekan (letak, delineasi, dan kedalaman) dari sistem panas bumi di daerah
ini.Pengukuran MT dilakukan pada 35 titik ukur yang tersebar membentuk 6 lintasan dengan
jarak antar titik ukur sekitar 1000 meter. Hasil dari pengukuran MT memperlihatkan bahwa
daerah prospek panas bumi Danau Ranau berada di sebelah utara dan barat laut Gunung
Seminung dengan luas sekitar 24 km2 yang ditunjukkan oleh sebaran tahanan jenis semu
rendah. Batuan penudung dari sitem panas bumi di daerah ini ditunjukkan oleh tahanan jenis
rendah <20 Ohm-m yang berada pada kedalaman antara 200 – 800 meter dengan ketebalan
500 – 1500 meter, sedangkan reservoirnya diperkirakan berada pada kedalaman di atas 1000
meter. Reservoir panas bumi diperkirakan berada di bawah lapisan penudung yang secara
umum berada pada kedalaman diatas 1000 meter. Daerah panas bumi Danau Ranau terbagi
menjadi tiga satuan morfologi yaitu : Satuan morfologi vulkanik tua, satuan morfologi
vulkanik muda, pedataran alluvial.
Pendahuluan

Daerah panas bumi Danau Ranau terletak dalam dua provinsi, yaitu Provinsi Lampung dan
Sumatera Selatan. Sekitar 70% luas daerah penyelidikan berada di Kecamatan Sukau,
Lampung Barat, Propinsi Lampung dan 30% termasuk dalam Kecamatan Banding Agung,
OKU Selatan, Propinsi Sumatera Selatan. Secara administratif berada pada koordinat UTM
380000 – 392000 mE dan 9462000 - 9449200 mN, dengan luas area daratan sekitar 127 km2.
Tujuan penyelidikan ini adalah untuk mengetahui potensi panas bumi di daerah ini dengan
disiplin ilmu kebumian terpadu yaitu geologi, geokimia dan geofisika, dengan harapan nilai
potensi daerah panas bumi Danau Ranau bisa diketahui. Daerah penyelidikan merupakan
daerah yang subur dan melimpah airnya dengan curah hujan cukup tinggi. Kondisi lahan pada
umumnya merupakan daerah dengan pepohonan yang lebat, terutama disekitar gunung
Seminung, Sulung, dan Talang Bijak. Kebutuhan listrik di dua daerah ini masih dipenuhi
dengan listrik tenaga diesel yang hanya cukup untuk memenuhi kelistrikan di sekitar
perkotaan. Kelistrikan belum mencapai sampai pelosok-pelosok desa, rumah-rumah
penduduk masih menggunakan mesin generator dengan bahan bakar diesel untuk penerangan
(Kusuma, D.S.,, 2005).

Geologi Regional Sumatera

Geologi regional daerah Sumatera merupakan salah satu lajur magmatik yang ada di
Indonesia. Pulau Sumatera terletak di sepanjang tepi baratdaya lempeng Benua Asia “Sunda”
yang bertumbukan dengan lempeng Samudera Hindia sehingga mengalami penunjaman.
Bentuk penunjaman ini secara berkala telah dilepaskan melalui sesar transform yang sejajar
dengan tepian Lempeng (Fitch, 1972) dan terpusat di sepanjang sistem sesar Sumatera yang
membentang sepanjang pulau Sumatera. Batuan tertua di daerah Danau Ranau berupa batuan
vulkanik Formasi Hulu Simpang (Tomh) berumur Tersier. Sistem struktur geologi regional
pulau Sumatera yang diakibatkan oleh aktivitas sesar Sumatera, ini mempunyai arah gerakan
ke arah kanan (dextral). Circular scarf adalah bentang alam yang berupa kawah sisa aktivitas
gunung api, sedangkan bentukan depresi terjadi akibat aktivitas pergerakan sistem sesar
Sumatera, yang membentuk depresi tektonik dan terbanmini, termasuk morfologi Danau
Ranau (Tjia,1977).
Gambar 2.1 Peta Geologi daerah Danau Ranau

Sistim Dan Sumber Panas Bumi Danau Ranau


Sistem panas bumi didaerah ini terdiri dari zona reservoir, zona penudung, zona sirkulasi air
tanah, dan sumber panas. Daerah ini diperkirakan merupakan sistim up flow dari sistim panas
bumi Gunung Seminung. Sumber panas daerah ini berasal dari sisa magma pembentuk
batuan vulkanik Seminung. Kerucut Gunung Seminung merupakan kerucut termuda bila
dibandingkan dengan bentuk tubuh Gunung Kukusan, hal tersebut berdasarkan dari tingkat
erosi yang lebih lama serta relief bergelombang dibandingkan dengan Gunung Seminung.
Produk Gunung Seminung seperti lava dan piroklastik mencerminkan bahwa pembentukan
batuan tersebut bersifat eksplosif dengan energi yang cukup tinggi. Magma naik ke
permukaan diakibatkan oleh gaya endogen dari alam. Sisa erupsi magma menjadi sumber
panas yang memanasi fluida bawah permukaan.
Fluida Reservoir Panas Bumi

Fluida panas bumi yang terbentuk di permukaan dijumpai dalam bentuk air panas yang
terdapat di beberapa lokasi manifestasi. Fluida bawah permukaan yang membentuk sistem
panas bumi daerah Danau Ranau dan sekitarnya memperlihatkan tipe bikarbonat. Keberadaan
fluida bertipe bikarbonat berasal dari magmatic waters (deep waters) yang naik kepermukaan
melalui rekahan-rekahan batuan dengan membawa unsur-unsur volatil, diantaranya CO2. Gas
CO2 bersama unsurunsur volatil lainnya akan berinteraksi dengan air meteorik pada
kedalaman yang relatifdangkal (shallow waters) sehingga membentuk HCO3 yang terlarut.
Dibagian lain terjadi pada mata air panas Lombok-4 dengan suhu permukaan relatif tinggi
(63oC) yang merupakan air panas bertipe bikarbonat-sulfat, walaupun keberadaannya di
daerah immature water, diperkirakan berasal dari fluida panas bawah tanah yang langsung ke
permukaan serta berasosiasi atau mengalami kontak dengan batuan sekitarnya, sehingga
terjadi pengkayaan unsur - unsur kimia tertentu dalam mata air panas. Pendugaan suhu bawah
permukaan di daerah ini menggunakan rumus geotermometer SiO2 (conductive cooling) dan
SiO2 (adiabatic cooling) menunjukkan kisaran temperatur antara 158 – 199°C dan termasuk
ke dalam entalpi sedang (Suhanto, 2007).

Prospek Panas Bumi

Manifestasi panas bumi di daerah Danau Ranau terdapat sebanyak sepuluh manifestasi yang
terdiri dari delapan buah kelompok mata air panas dan dua buah zona alterasi. Pemunculan
mata air panas ini seluruhnya berada di pinggir danau yang sebagian besar terdapat pada
lingkungan batuan lava basaltis dan sebagian kecil piroklastik dan breksi laharik.
Berdasarkan hasil pengukuran temperatur di permukaan berkisar antara 37.3°C – 63.7°C
dengan pH netral antara 6.4 – 7.42 dan debit sekitar antara 0.04 – 0.5 l/det. Pada beberapa
lokasi ditemukan sinter karbonat seperti di mata air panas Lombok 4, Talang Kedu, Kota
Batu 1 dan Kota Batu 2. Lokasi mata air panas yang mempunyai temperatur lebih tinggi
terdapat di lokasi Lombok-4, Talang Kedu, Kota Batu-1, dan Kota Batu-2 serta kadang-
kadang muncul gelembung-gelembung gas. Zona alterasi terdapat di sekitar Jagaraga dan
Sulung dengan ketebalanan sekitar 1 m. Zona alterasi ini berupa lava berkomposisi andesitik
dan tufa. Berdasarkan hasil analisis bahwa batuan telah mengalami ubahan menjadi haloysite,
illite, montmorilonit, paragonite, jarosite dan diperkirakan terbentuk pada suhu < 3400C dan
termasuk dalam zona hidrotermal tipe argilik (Aquila. L.G., 1977)
Gambar 5.1 Peta manifestasi daerah panas bumi Danau Ranau

Estimasi Potensi Panas Bumi

Untuk menghitung perkiraan potensi daerah ini dapat dihitung dari nilai suhu bawah
permukaan dan luas daerah aktif yang didapat dari anomali Hg, CO2, serta tahanan jenis
rendah. Metode perhitungan estimasi potensi panas bumi yaitu metode volumetrik. Dengan
beberapa asumsi antara lain tebal reservoir = 2 km, recovery factor = 50%, faktor konversi =
10%, dan lifetime = 30 tahun, maka potensi energi terduga panas bumi dapat dihitung dengan
menggunakan rumus Lump Parameter Dari rumus diatas dan data luas reservoir diambil
berdasarkan peta kompilasi ± 2 km2 (gambar 6.1) temperatur geotermometer 199°C dan
temperatur cut-off 120 °C maka potensi energi di daerah panas bumi Danau Ranau dapat
menghasilkan energi sebanyak ±37 Mwe (Lawless, J., 1995).
Gambar 6.1 Peta kompilasi daerah Danau Ranau

Zona Penudung

Batuan penudung (cap rock) dalam sistem panas bumi Danau Ranau diduga berupa batuan
lava andesit dan juga clay cap yang terbentuk dari batuan ubahan argilik. Clay cap ini
mengisi rongga-rongga dari rekah-rekah di sekeliling struktur/sesar Lombok dan Kedu.
Kondisi ini ditunjukkan dengan adanya nilai tahanan jenis rendah < 20 Ωm pada kedalaman =
600 m di bawah titik ukur A7000 atau sekitar Talang Kedu (gambar 5.2). Ketebalan batuan
penudung tidak dapat diperkirakan secara pasti.

Gambar 7.1 Penampang sebenarnya lintasan A


Survei MT di Danau Ranau

Survei MT di daerah panas bumi Danau Ranau telah dilakukan pada bulan Agustus –
Sepetember 2009. Pengukuran dilakukan pada 35 titik ukur yang tersebar membentuk 6
lintasan dengan jarak antar titik ukur sekitar 1000 meter. Sebaran titik ukur didesain
sedemikian rupa untuk dapat mencakup seluruh daerah prospek. Pengambilan data
MTdilakukan pada sore hingga pagi hari dengan selang waktu rata-rata 13 jam. Data MT ini
kemudian diolah dan disajikan dalam bentuk peta tahanan jenis dan model 2D tahanan jenis.
Pada makalah ini akan dibahas menganai hasil survei MT baik peta tahanan jenis maupun
model 2D dalam TE-TM Mode. Pada kasus ini, TETM Mode memiliki hasil yang lebih baik
karena daerah penyelidikan relatif kompleks baik dari segi struktur maupun sifat fisis batuan
(Johnston, J.M, 1992).

SEBARAN TAHANAN JENIS SEMU

Sebaran tahanan jenis semu yang disajikan dalam makalah ini adalah sebaran tahanan jenis
semu dengan perioda 0,1 detik dan 1 detik. Gambar 5 menunjukkan peta sebaran tahanan
jenis semu perioda 0,1 detik. Nilai tahanan jenis semu pada perioda ini cenderung didominasi
oleh tahanan jenis semu sedang, sedangkan nilai tahanan jenis semu rendah hanya terlihat
setempatsetempat yaitu di bagian puncak Gunung Seminung dan di sebelah timur laut
Gunung Seminung. Peta sebaran tahanan jenis semu perioda 1 detik diperlihatkan oleh
Gambar 6. Nilai tahanan jenis semu pada perioda ini cenderung lebih variatif dari tahanan
jenis semu rendah sampai tahanan jenis semu tinggi. Pola sebaran nilai tahanan jenis semu
pada perioda ini cenderung mengecil ke sebelah utara dimana di bagian selatan didominasi
oleh tahanan jenis semu tinggi, sedangkan di bagian utara didominasi oleh tahanan jenis semu
rendah. Sebaran tahanan jenis semu rendah yang biasanya berasosiasi dengan aktivitas
hidrotermal terlihat membentuk pola melidah dari puncak Gunung Seminung ke arah timur
laut dan membentuk pola yang membuka di bagian utara ke arah danau (Anderson E., Crosby
D., and Ussher G, 2000).
Diskusi

Dari hasil bahasan diatas mendapatkan gambaran bahwa parameter struktur panas bumi dan
karakteristik fisik dan kimia panas bumi terperangkap pada rekahan-rekahan dan kekar-kekar
pengaruh proses tektonik dan pembentukan gunungapi, bersuhu antara 158 – 199°C dan
termasuk dalam klasifikasi reservoir temperatur sedang. Terletak dibawah Desa Talang
Kedu, Heni Arong dan Cukuh Baru, berada pada kedalaman 600m di bawah permukaan (100
m dibawah permukaan laut) pada batuan lava tua (Formasi Hulu Simpang) dengan nilai
tahanan jenis 125 – 550 Ohm-m (gambar 8.1) dan tebal 170 – 400 m. Total luas daerah
prospek ± 2 km2 dan sumber daya panas bumi diperkirakan potensi panas berkisar ± 37
Mwe. Dengan adanya potensi yang tersedia bias untuk dimanfaatkan sebagai sumber daya
energi sebagai energi alternatif untuk listrik dengan skala kecil dan dapat pula dimanfaatkan
secara langsung seperti pemanasan, pengeringan, dan sterilisasi media tanaman. Energi panas
bumi di daerah ini mempunyai beberapa peluang untuk dikembangkan, diantaranya adalah ;
a) Penghematan pengeluaran dana untuk pembelian bahan bakar minyak bumi atau
batubara.
b) Kebutuhan energi cukup besar terutama untuk tenaga listrik pelosok pedesaan yang
belum tercapai oleh jaringan PLTD dari kedua daerah tersebut.
c) Lokasi panas bumi dapat dijangkau dengan kendaraan roda empat, dapat dikembangkan
secara terpadu dengan potensi wisata danau maupun gunungapi dan tersedia cukup sarana
air untuk kegiatan ekplorasi maupun eksploitasi, serta cukup tersedia tenaga kerja.
Beberapa faktor yang bisa menjadi kendala dalam pengembangan panas bumi di daerah ini
antara lain :
1. Medan terjal ini juga berpeluang terjadi bencana tanah longsor
2. Lokasi prospek terdapat di perbatasan Propinsi Lampung dan Sumatera Selatan, hal ini
bisa berpeluang timbulnya sengketa (rawan sengketa) Birokrasi yang bertele-tele di
daerah bias membuat para pengembang tidak tertarik untuk menanam modal.
Daerah prospek panas bumi biasanya berasosiasi dengan tahanan jenis rendah. Dari hasil
survei MT terlihat bahwa tahanan jenis semu rendah yang diperkirakan berasosiasi dengan
daerah prospek panas bumi tersebar di sebelah utara dan barat laut Gunung Seminung.
Berdasarkan hasil survei MT tersebut, luas daerah prospek panas bumi diperkirakan sekitar
24 km2. Dari hasil pemodelan tahanan jenis 2D terlihat adanya sebaran tahanan jenis rendah
<20 Ohm-m di masing-masing lintasan. Tahanan jenis rendah ini diperkirakan berasosiasi
dengan lapisan penudung (clay cap) yang terbentuk akibat adanya alterasi hidrotermal.
Lapisan penudung ini berada pada kedalaman antara 200 – 800 meter dengan ketebalan
cukup bervariasi dari 500 – 1500 meter. Reservoir panas bumi diperkirakan berada di bawah
lapisan penudung yang pada model tahanan jenis 2D ditunjukkan oleh tahanan jenis yang
lebih besar yaitu Antara 25 – 100 Ohm-m. Tahanan jenis ini berada pada kedalaman lebih
dari 1000 meter.

KESIMPULAN

Hasil survei menunjukkan bahwa prospek panas bumi Danau Ranau berada di sebelah utara
dan barat laut Gunung Seminung yang ditunjukkan oleh sebaran tahanan jenis semu rendah
dengan luas sekitar 24 km2. Berdasarkan model tahanan jenis 2D, batuan penudung dari
system panas bumi di daerah ini berada pada kedalaman antara 200 – 800 meter dengan
ketebalan antara 500 – 1500 meter. Reservoir panas bumi diperkirakan berada di bawah
lapisan penudung yang secara umum berada pada kedalaman diatas 1000 meter.
 Daerah panas bumi Danau Ranau terbagi menjadi tiga satuan morfologi yaitu : Satuan
morfologi vulkanik tua, satuan morfologi vulkanik muda, pedataran alluvial.
 Stratigrafi daerah penyelidikan dikelompokkan menjadi dua belas satuan batuan
 Struktur secara garis besar ada beberapa struktur antara lain berupa : sesar-sesar normal
yang berarah baratlaut-tenggara,
 Daerah prospek panas bumi Danau Ranau dan sekitarnya seluas ± 2 km2 serta sumber
daya panas bumi terduga diperkirakan berkisar ±.37 Mwe.
 Keberadaan daerah prospek pertama terletak di sekitar Talang Gedung dan Talang
Waiwangi yang termasuk ke dalam wilayah pemerintahan Kabupaten OKU Selatan,
Sumatera Selatan.
 Daerah prospek kedua berada di sekitar Talang Kedu termasuk wilayah desa Lombok,
kecamatan Sukau, kabupaten Lampung Barat, Propinsi Lampung.

Ucapan Terima kasih

Kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Muh. Sarkowi, S.Si.,M.Si. yang telah

membimbing penulis sehingga penulis dapat menyusun paper ini.


DAFTAR PUSTAKA

Aquila. L.G.,1977: Magnetic and Gravity surveys Suriagao Geothermal Field, The
COMVOL letter, v.IV, No 5 & 6

Anderson E., Crosby D., and Ussher G (2000). Bull-Eye – Simple Resistivity Imaging to
Reliably Locate the Geothermal Reservoir. Proceeding World Geothermal Congress 2000.

Johnston, J.M., Pellerin, L., dan Hohmann, G.W. 1992. Evaluation of Electromagnetic
Methods for Geothermal Reservoir Detection. Geothermal Resources Council Transactions,
Vol. 16. pp 241 – 245.

Kusuma, D.S., dkk. 2005. Prospek Panas Bumi di Daerah Danau Ranau, Lampung dan
Sumatera Selatan. Proceeding Kolokium Hasil Lapangan – DIM 2005.

Lawless, J., 1995. Guidebook: An Introduction to Geothermal System. Short course. Unocal
Ltd. Jakarta.

Suhanto, E. dan Kasbani. 2007. Deliniation of Prospest Area and Reservoir Structures of
Jaboi Geothermal Area as Mapped from Resistivity. Proceedings Joint Convention Bali
2007.

Anda mungkin juga menyukai