Anda di halaman 1dari 8

ASPEK HUKUM KESELAMATAN PENERBANGAN

Agus Pramono
Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro, Semarang
JI. Prof. Sudarto, SH (Tembalang) Semarang
email : ap_300655@yahoo.com

Abstract

Chicago Convention, 1944 is an instrument of international law which is produced by the International
Civil Aviation Organization (/CAO), regulate international civil aviation including aviation safety material
that binds to all /CAO member States. Aircraft is a high-tech product in order to set aviation safety
requirements and regulations are very strict non-negotiable slightest. The regulations are very strict in
the aviation world devoted to creating a safe flight. Realization of aviation safety depends on a variety of
factors related to both quality and disciplined crew, passenger awareness of the importance of aviation
safety (body and protective facilities) and natural factors.

Keywords: Legal Aspects, Salvation, Flight

Abstrak

Konvensi Chicago, 1944 adalah instrument Hukum lnternasional yang dihasilkan oleh Organisasi
Penerbangan Sipil lnternasional (/CAO : International Civil Aviation Organization), mengatur
penerbangan sipil intemasional termasuk di da/amnya materi kese/amatan penerbangan yang
mengikat kepada seluruh Negara anggota /CAO. Pesawat udara merupakan produk teknologi tinggi
dalam rangka kese/amatan penerbangan diatur dengan persyaratan-persyaratan dan regulasi yang
sangat ketat tidak dapat ditawar sekeci/ apapun. Regu/asi yang sangat ketat da/am dunia penerbangan
ditujukan untuk mewujudkan keselamatan penerbangan. Terwujudnya keselarnatan penerbangan
bergantung kepada berbagai faktor baik menyangkut kwalitas dan disiplin awak pesawat, kesadaran
penumpang atas pentingnya keselamatan penerbangan (badan dan fasilitas pelindung) maupun faktor
a/am.

Kata Kunci: Aspek Hukum, Keselamatan, Penerbangan

A. Pendahuluan hitungan menit/jam saja.


Dalam dunia tanpa batas (borderless world) Penemuan teknologi tinggi dalam dunia
seperti kondisi sekarang ini dan sejalan dengan penerbangan sejalan dengan pertumbuhan
kemajuan teknologi penerbangan telah transportasi udara intemasional untuk menjamin
memperlihatkan betapa pergerakan orang dan keselamatan penerbangan, ketertiban dan
barang/jasa menunjukkan kecenderungan yang standarisasi internasional telah menunjukkan
semakin meningkat. Transportasi udara merupakan perkembangan yang pesat dan tidak dapat
"jembatan" yang sangat canggih dalam mendukung ditandingi oleh moda transportasi yang lain.
kemajuan dan mobilitas antar penduduk, bangsa Keselamatan penerbangan adalah suatu
dan negara. Dunia penerbangan yang didukung keadaan terpeliharanya persyaratan dalam
dengan pesatnya teknologi penerbangan telah pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara, badan
menentukan waktu tempuh dari satu titik ke titik lain, udara, angkutan udara, navigasi penerbangan serta
antar negara, antar benua mampu dijelajahi dalam fasilitas pengunjung dan fasilitas umum lainnya.1

1 Pasal 1 butir 45 Undang-Undang Norn« t Tahun 2009 tentang Penert>angan

601
MMH, Ji/id 42 No. 4 Oktober 2013

Keselamatan penerbangan menempati posisi yang tujuan utama transportasi udara adalah
sangat strategis dan paling utama dalam dunia keselamatan penerbangan (safety first). Di
penerbangan. Penerbangan adalah moda angkutan Indonesia, dalam kurun waktu 10 tahun terakhir ini
yang sesungguhnya paling aman. Namun demikian sejak Juni 1996 sampai dengan Juni 2006 tidak
perlu ditambahkan, bahwa "aman' baru akan di kurang dart 291 kecelakaan pesawat udara yang
dapat dalam hal pengoperasian suatu penerbangan menelan korban tidak kurang dari 798 jiwa
mmematuhi semua peraturan hukum, ketentuan, meninggal, 88 Iuka berat maupun ringan.
dan regulasi yang berlaku.Ada beberapa hal penting Kecelakaan diawali tergelincirnya Mandala Airlines
yang dapat diuraikan di sini untuk memudahkan di Semarang, Uon Air di Makasar, Selaparang dan
pemahaman tentang betapa amannya bepergian Cassa 212 milik Pain, Helikopter milik TN I-AL di lrian
dengan pesawat.2 Jaya, Helikopter milik TNI-AU di Magelang, Garuda
Pertama, yang harus dipahami adalah pesawat Indonesia Nomor Penerbangan 421 di Serenan
itu sendiri. Pesawat dibuat dari satu rancang bangun Klaten, Airbus A-300 di Medan yang menewaskan
yang telah mendapat pengakuan atau pengesahan tidak kurang dari 250 orang, Lion Air MD-82 di Solo,
dari pihak berwenang (approved design). Kemudian Boeing 737 -200 milik Adam Air di Tambolaka,
approved design dibuat dan dilakukan dalam Mandala Airlines di Medan menewaskan 146 jiwa,
rangkaian panjang dari bermacam-macam uji coba, Adam Air di Majene yang menewaskan 102 orang,
termasuk dengan menggunakan wind tunnel Garuda Indonesia di Yogyakarta yang membawa
(terowongan angin). korban 21 orang.3
Kedua, pihak yang menggunakannya dalam Dalam dunia penerbangan, kecelakaan
hal ini operator atau maskapai penerbangan pesawat udara tidak pemah disebabkan oleh faktor
diwajibkan memiliki CoA (certificate of tunggal (single factor). Setiap kecelakaan pesawat
airworthiness) untuk pesawat yang akan udara merupakan akumulasi berbagai faktor (multi
dioperasikannya. Dengan CoA dipastikan pesawat factors). Faktor-faktor tersebut pada prinsipnya
itu conformed to type design (masih dan harus selalu dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok masing-
sesuai dengan kondisi yang telah ditentukan pabrik) masing faktor manusia (human factor), mesin
dan safe for operation (aman untuk dipakai). (machine), lingkungan (invironment) dan
Pesawat, pilot, dan seluruh infrastruktur pengelolaan (management). 4
diharuskan memenuhi persyaratan keamanan Konvensi penerbangan internasional
terbang sebagaimana ditetapkan dalam regulasi (Konvensi Paris 1919, Konvensi Havana 1928 dan
yang dikeluarkan ICAO (International Civil Aviation Konvensi Chicago 1944) yang merupakan konsitusi
Organization). Dengan demikian, penerbangan penerbangan sipil intemasional secara tegas
mengingat sifatnya yang sangat intemasional, maka mengatur keselamatan penerbangan yang
harus tunduk pada hukum internasional. dikeluarkan oleh organisasi penerbangan sipil
Dengan mengacu pada uraian tersebut di intemasional (ICAO).
atas, permasalahan yang diangkat sebagai berikut: Sebagai implementasi Konvensi Chicago 1944
1. Bagaimana pengaturan keselamatan telah dikeluarkan 18 Annexe yang merupakan
penerbangan? rekomendasi bagi seluruh anggota ICAO untuk
2. Bagaimana pelaksanaan operasi penerbangan menjamin keselamatan penerbangan. Dengan
dalam rangka menjamin keselamatan banyaknya peraturan keselamatan penerbangan
penerbangan ? tersebut, dapat disimpulkan betapa besar perhatian
masyarakat intemasional terhadap keselamatan
B. Pembahasan penerbangan. Setiap negara anggota, termasuk
1. Pengaturan Keselamatan Penerbangan Indonesia, mempunyai kewajiban untuk mengikuti
Dalam hukum internasional sebagaimana perubahan (amendemen) yang direkomendasikan
secara eksplisit diatur dalam pasal 44 Konvensi oleh ICAO agar peraturan nasional dari negara
Chicago 1944 secara tegas menyebutkan bahwa tersebut tidak ketinggalan dengan perkembangan
2 Chappy Hakim, 2010, Berdau/at di udara Membangun cttra Penerbangan Nasional, Penerbrt buku Kompas, him 206-207.
3 Data diolah dan Komlte Nasional Keselamatan Transportasi, KNKT, 2006.
4 Martono danAmad Sudiro, 2012, Hukum Udara Nasional dan /ntemaslonal Publik, Jakarta, Rajawali Pers, Nm. 109.

602
Agus Pramono, Aspek Hukum Keselamatan Penerbangan

teknologi penerbangan yang tumbuh dengan pesat. ketentuan yang direkomendasikan oleh ICAO.
Ruang udara telah diatur dalam Undang- Setiap pesawat udara harus terbang di atas jalur-
Undang Penerbangan (Pasal 4 s/d Pasal 9), jalur yang telah ditetapkan baik rute nasional
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang maupun intemasional.8
penerbangan. Menurut Pasal tersebut ruang udara Penumpang juga merupakan salah satu faktor
di Indonesia pada pokoknya diatur bukan untuk penyebab kecelakaan pesawat udara. Setiap
menjamin keselamatan penerbangan, ekonomi penumpang pesawat udara harus mematuhi
nasional, keamanan dan pertahanan nasional. peraturan keselamatan penerbangan. Sebelum
Setiap pesawat udara dilarang terbang di atas penumpang naik pesawat udara (boarding),
wilayah berbahaya (dangerous area), daerah penumpang harus diperiksa melalui alat deteksi
terbatas (restricted area) dan daerah terlarang maupun pemeriksaan badan. Penumpang dilarang
(prohibited area). membawa senjata ke dalam pesawat udara. Senjata
Pesawat udara dilarang terbang di luar jalur- yang dibawa harus diserahkan kepada petugas
jalur (airways) yang telah ditetapkan. Setiap ada perusahaan penerbangan untuk disimpan dalam
hambatan (obstacles) baik sementara maupun yang ruang yang khusus digunakan untuk maksud itu.
bersifat tetap (permanent obstacles) harus Siapapun juga yang naik pesawat udara
diberitahu melalui Aeronautical Information (boarding), awak pesawat udara maupun barang-
Publications (AIP).
5
barang yang akan dikirim harus diperiksa.
Berdasarkan kesepakatan internasional Penumpang harus melewati alat deteksi sekaligus
(Regional Air Navigation Meeting-RAN Meeting) diadakan pemeriksaan badan, sedangkan barang
yang diselenggarakan di Bangkok, wilayah udara di harus diperiksa melaiui alatdeteksi.'
Indonesia dibagi menjadi 4 Flight Information Pesawat udara juga salah satu faktor penyebab
Region (FIR) yakni FIR Jakarta, FIR Bali, FIR Ujung (contribution factor) kecelakaan pesawat udara,
Pandang dan FIR Biak, sekarang 2(dua) FIR untuk karena itu untuk mencegah terjadinya kecelakaan
pengawasan lalu lintas udara yang dapat menjamin pesawat udara, telah diatur persyaratan pembuatan,
keselamatan penerbangan.6 Pembagian menjadi 4 perawatan, pengoperasian maupun penyimpanan
FIR tersebut atas pertimbangan keselamatan pesawat udara sesuai dengan rekomendasi ICAO.
penerbangan (safety consideration), sehingga batas Dalam hukum nasional telah diatur dalam Undang-
FIR tidak sesuai dengan batas kedaulatan negara Undang No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan
(sovereignty) Republik Indonesia, berdasarkan beserta peraturan pelaksanaannya. Menurut
keamanan nasional (national security) sehingga Undang-Undang Penerbangan tersebut
menimbulkan kondisi wilayah udara di atas pulau pembuatan, pengopesian, perawatan dan
Natuna diawasi oleh Singapore. Hal ini sampai pemeliharaan pesawat udara harus memenuhi
sekarang masih menjadi masalah bagi Indonesia persyaratan." Pembuatan, perakitan, termasuk
maupun ICAO. komponen-komponen maupun suku cadang harus
Setiap pesawat udara yang terbang di atas memenuhi persyaratan dan harus diberi serifikat
wilayah Republik Indonesia diberikan pelayanan kelaikan udara.
dan penggunaan fasilitas navigasi penerbangan, Peralatan-peralatan tersebut dapat
tanpa membedakan kebangsaan pesawat udara', digolongkan peralatan yang bersifat no go item
Mereka dapat dikenakan biaya pelayanan dan biaya requirements dan peralatan yang bersifat go item.
penggunaan fasilitas penerbangan. Namun Peralatan no go item merupakan persyaratan mutlak
demikian pembayaran tersebut harus dikembalikan yang harus dipenuhi, apabila hal itu tidak dipenuhi
lagi untuk perawatan dan pemeliharaan fasilitas maka pesawat udara tidak boleh dioperasikan.
tersebut. Pungutan tersebut harus memperhatikan Semua peraturan-peraturan tersebut untuk

5 Ibid
6 Ibid
7 Lihat Pasal 34, Pasal 41 jo Pasal 271 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan.
8 Martono, 1996, Angkutan Udara di Indonesia, Bandung, Mandar Maju, him. 146.
9 Op. Ci~ hal. 177
10 Lihat Pasal 34 jo Pasal 41 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan.

603
MMH, Ji/kl 42 No. 4 0/dober 2013

mencegah te~adinya kecelakaan pesawat udara. tujuan dengan selamat. Pilot in command
Dalam kaitan ini Priyatna11 menegaskan bahwa mempunyai kekuasaan yang sangat besar.
Konvensi Chicago memiliki tujuan yang fundamental Sebelum tinggal landas kapten penerbang harus
yaitu menempatkan, keselamatan penerbangan mengadakan konsultasi dengan briefing offices,
secara keseluruhan dan khususnya penerbangan mengisi flight plan, memeriksa secara pisik pesawat
udara sipil lntemasional. udara, memeriksa pemuatan barang, mengecek
Pesawat udara yang dioperasikan harus panel-panel dalam ruang kemudi, kordinasi dengan
mempunyai sertifikat kelaikan udara (certificate of awak ruang kemudi lainnya untuk menyiapkan
airworthiness). Hal ini telah diatur secara rinci dalam langkah-langkah yang diperlukan apabila terpaksa
peraturan keselamatan penerbangan Civil Aviation melakukan pendaratan darurat." Tugas-tugas
Safety Regulation (CASR) yang selalu dievaluasi tersebut bagi perusahaan penerbangan yang besar
validitas berlakunya. dilakukan oleh unit-unit tertentu yang ditunjuk sesuai
Salah satu penyebab kecelakaan pesawat dengan organisasi perusahaan penerbangan.
udara lainnya adalah personil penerbangan. Apabila ada indikasi akan melakukan pendaratan
Persyaratan personil penerbangan diatur dalam darurat, kapten penerbang harus memberi instruksi
Annex 1 Konvensi Chicago 1944 yang telah diadop kepada awak kabin agar melakukan langkah-
dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009. langkah yang diperlukan sesuai dengan peraturan
Semua personil penerbangan harus mempunyai keselamatan penerbangan.
keterampilan secara profesional sesuai dengan Meteorologi penerbangan juga berperan
peraturan keselamatan penerbangan (Civil Aviation sebagai penyumbang kecelakaan pesawat udara,
Safety Regulation). karena itu dalam penerbangan disediakan dinas
Semua personil penerbangan harus meterologi penerbangan. Dinas tersebut
mempunyai sertifikat kecakapan (certificate of mempunyai tugas dan kewajiban untuk mengamati,
competency) setelah dididik dan/atau dilatih dan memperkirakan, memberi tahu kepada para
diuji oleh pemerintah. Sertifikat kecakapan petugas operasi penerbangan maupun awak
(certificate of competency) tersebut ditinjau kembali pesawat udara mengenai kondisi cuaca baik arah,
setiap jangka waktu tertentu, misalnya 6 bulan atau kecepatan maupun perubahan angin, tekanan dan
1 tahun tergantung jenis sertifikat kecakapan yang temperatur udara, jenis dan ketinggian awan,
dimaksudkan. Apabila pemegang sertifikat endapan air yang diperlukan untuk operasi
kecakapan tersebut sudah tidak memenuhi penerbangan. 14
persyaratan lagi, maka serifikat kecakapan tidak Sebagaimana disebutkan di muka, betapapun
dapat diperpanjang (Joss of licence). 12 Semua harus canggihnya teknologi penerbangan, tidak dapat
memenuhi persyaratan keselamatan penerbangan, mencegah sama sekali kecelakaan pesawat udara.
demikian pula pakaian yang dipakai oleh awak Usaha manusia hanyalah menekan tingkat
pesawat udara tersebut, desain maupun bahannya kecelakaan, kalau dapat mendekati zero accidents.
harus memenuhi persyaratan keselamatan Salah satu usaha pencegahan adalah mengatur
penerbangan. keselamatan penerbangan15 sejak persiapan tinggal
landas, konsultasi dengan petugas briefing offices,
2. Pelaksanaan Operasi Penerbangan Oalam pengisian flight plan, pemeriksaan pisik pesawat
Rangka Keselamatan Penerbangan udara, cargo handling, keputusan tinggal landas,
Kapten penerbang berfungsi sebagai pimpinan flight clearance, airbone, cruising flight, penentuan
penerbangan mempunyai tugas untuk mengangkut jenis penerbangan VFR (Visual Flight Rules) atau
penumpang beserta barang-barang yang diangkut /FR (Fustrument Hight Rules), menjaga ketertiban
dari bandar udara keberangkatan ke bandar udara dan disiplin dalam pesawat udara, memberi bantuan

11 Prlyatna Abdurrasytd, 2008, Beberapa Bentuk Hulcum Sebagai Pengantar Mftnuju Indonesia Emas 2020, Jakarta, Fikahati Aneska bekerjasama dengan Badan
Art>itrase NasJOnal Indonesia, him. 136.
12 Pasal 58 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan.
13 Chappy Haklm, Op. Crt, him. 214.
14 LlhatAnnex 3 Konvensl Chicago, 1944 beserta manualnya
15 LlhatBabXJJJ yang mengaturKeselamatan Penerbangan, Undang-UndangNomor 1 Tahtsn 2009tentang Penerbangan.

604
Agus Pramono. Aspek Hukum Keselamatan Penerbangan

terhadap pesawat udara lain yang menghadapi membantu pengisian flight plan, loading.
bahaya, pencarian dan pertolongan (SAR) dan Sebelum mengisi flight plan, pilot in command
terminasi penerbangan harus sesuai dengan Civil harus mengadakan konsultasi dengan petugas
Aviation Safety Regulation (CASR). briefing office Konsultasi tersebut biasanya
Pilot in command berfungsi sebagai pimpinan dilakukan oleh dinas operasi penerbangan, namun
penerbangan bertugas dan bertanggung jawab demikian pilot in command tetap bertanggung
menjamin keselamatan penumpang, awak pesawat jawab. Konsultasi tersebut dimaksudkan untuk
udara, pesawat udara maupun barang-barang yang memperoleh segala informasi yang diperlukan
diangkut.16 dalam penerbangan, khususnya kondisi cuaca yang
Setiap perusahaan penerbangan wajib dilaporkan oleh dmas meteorologi penerbanqan."
membentuk unit operasi penerbangan yang Hal tersebut untuk memperkecil tingkat kecelakaan
bertugas membantu pilot in command untuk pesawat udara dan meningkatkan keselamatan
11
persiapan tinggal landas (take off). Selama cruising penerbangan, di bandar udara tujuan (aerodrome
flight, pilot in command harus menentukan jenis destination), bandar udara cadangan (alternate
penerbangan kasat mata (visual flight rules-VFR) aerodrome).
atau penerbangan instrumen (instrument flight Pilot in command juga harus mengetahui
rules- IFR). temperatur udara, karena temperatur udara juga
Pada tahap persiapan tinggal landas pilot in akan berpengaruh pada kinerja mesin pesawat
command mempunyai tugas dan kewajiban udara, terutama sekali pada saat take off, sehingga
mengadakan konsultasi dengan briefing office, pilot in command dapat mengendalikan kinerja
mengisi flight plan, mengawasi embarkasi mesin pesawat udara dengan baik.21 Keadaan
penumpang (passengers handling), mengecek tersebut dapat mengakibatkan pesawat udara
pemuatan barang ke dalam pesawat udara (cargo overshoot dan tergelincir karena roda pesawat
handling), menyiapkan pesawat udara (pre-flight udara tidak sepenuhnya menyentuh landas-pacu.
check), mengadakan Cockpit Resource Oemikian pula kabut yang merupakan titik-titik air
Management (CRM), minta persetujuan tinggal (kristal dan es) juga menyulitkan Pilot in command
landas (flight clearance)." Tugas-tugas tersebut pada tahap tinggal landas dan pendaratan.
bagi perusahaan penerbangan yang besar biasanya Setelah pilot in command memperoleh semua
dilakukan oleh unit-unit tertentu sesuai dengan informasi yang diperlukan, segera membuat flight
organisasi perusahaan, tetapi bagi perusahaan plan . Flight plan tersebut berisikan semua informasi
penerbangan yang kecil semuanya dilakukan oleh yang diperlukan oleh pengawas lalu lintas udara.
pilot in command. Menurut rekomendasi ICAO, flight plan harus
Berdasarkan rekomendasi (ICAO) yang berisikan antara lain; identifikasi pesawat udara (call
dijabarkan lebih lanjut dalam CASR, setiap sign), jenis penerbangan yang akan dilakukan
perusahaan penerbangan harus mempunyai flight apakah VFR atau IFR, status penerbangannya,
operation officer. Petugas tersebut mempunyai nomor dan tipe pesawat udara, peralatan
fungsi menyiapkan keberangkatan pesawat udara telekomunikasi yang digunakan lnstrumen Landing
dan membantu pilot in command dalam penyiapan System (/LS) atau Microwave Landing System
tinggal landas pesawat udara." Berdasarkan fungsi (MLS), alatnavigasi penerbanqan."
tersebut petugas operasi penerbangan mempunyai Setelah mengisi flight plan dan sebelum
tugas memberangkatkan atau menunda memutuskan akan tetap take off atau membatalkan
penerbangan, menyiapkan dokumen penerbangan, flight plan, pilot in command harus melakukan
dokumen pesawat udara maupun awak pesawat pemeriksaan pesawat udara secara pisik untuk
udara, membantu untuk memperoleh flight approval meyakinkan bahwa segala sesuatunya telah sesuai

16 Mar1onodanAgus Pramono. 2013, Hukum Uda/8 Perdata/ntemaSKX1aldan NaSJOnal, Jakarta, Raja Grafindo Persada. him. 194
17 Annex 6 Part I Konvensi Chicago. 1994.
18 Paul Stephen Dempsey, 2008. Air Law McGill U111versity Montreal. Canada, him. 171
19 Pasal 6 Annex 6 Port I Konvenst Chicago 1944
20 Loe. C·•
21 lbtd
22 Pasal 233 1 2 1. A '1'E!X 2 Konvensi Chicago 1944

605
MMH, Ji/id 42 No. 4 Oktober 2013

dengan peraturan perundang-undangan yang canggih sangat membantu hubungan antara pilot in
berlaku. Pemeriksaan pesawat udara secara pisik command dengan pengawas lalu lintas udara di
tersebut biasanya dilakukan oleh lines maintenance darat dan memaksa kapten penerbang tidak hanya
yang mempunyai fungsi untuk menyiapkan pesawat mampu mengemudikan pesawat udara, tetapi juga
udara sebelum tinggal landas (pre-flight check). harus mampu dan menguasai teknologi
Berdasarkan fungsi tersebut, lines maintenance penerbangan tersebut. Kapten penerbang sebagai
mempunyai tugas untuk turn around check, master after the God atau the King after closing the
pemeriksaan kabin dan ruang kemudi (cockpit).23 doo~ mempunyai tugas utama menyelamatkan
Seorang penerbang yang ditunjuk oleh penumpang, awak pesawat udara, pesawat udara
perusahaan penerbangan sebagai pilot in command maupun barang-barang yang diangkut, namun
memperoleh kepercayaan untuk memimpin demikian kekuasaan yang begitu luas kadang-
penerbangan dari bandar udara keberangkatan kadang dibatasi dengan perkembangan teknologi itu
(departure aerodrome) sampai bandar udara tujuan sendiri, misalnya kapten penerbang tidak banyak
(aerodrome destination) dengan selamat. Dalam dapat berbuat seperti penggunaan Microvave
kaitan ini pilot in command sebelum tinggal landas Landing System (MLS).
harus mengevaluasi semua kondisi cuaca, pesawat Pilot in command bebas menentukan jenis
udara beserta peralatannya serta kesiapan mental penerbangan VFR adalah penerbangan kasat mata,
semua awak pesawat udara untuk menjamin sedangkan Instrument Flight Rules (IFR) adalah
keselamatan penerbangan. Di samping tugas-tugas penerbangan yang menggunakan instrument26.
yang dibantu oleh unit-unit kerja sebagaimana Namun demikian kebebasan penentuan jenis
diuraikan di muka, pilot in command secara penerbangan tersebut tetap harus memperhatikan
langsung juga mengadakan cockpit resource rekomendasi ICAO. Menurut rekomendasi ICAO,
management (CRM) dengan cockpit crew lainnya penerbangan VFR harus memenuhi persyaratan
untuk menentukan langkah-langkah apa yang harus jarak pandang secara vertikal maupun horizontal ke
diambil." Dalam hal suatu saat panel-panel dalam depan maupun ke belakang minimum sama dengan
ruang kemudi (cockpit) mengindikasikan instrumen dengan atau lebih tinggi dari persyaratan yang
yang bersangkutan tidak bekerja dengan baik, maka direkomendasikan oleh ICA0.21
dilakukan pengecekan kepada semua instrumen Konvensi Tokyo 1963 mengatur kewenangan
baik yang bersifat no go item requirements maupun pilot in command. Sebagai pimpinan penerbangan
go item. pilot in command mempunyai kewenangan
Setelah semua persiapan tinggal landas kepolisian untuk menjamin ketertiban dan disiplin
selesai, pilot in command menghubungi pengawas dalam pesawat udara. Apabila terjadi pelanggaran
lalu lintas udara (ATC) untuk memperoleh flight hukum dalam pesawat udara, pilot in command
clearance. dapat mencegah dan menghalangi tindakan
Setelah pilot in command memperoleh flight melawan hukum tersebut. Dengan kewenangan
clearance, pilot in command melakukan airbone dan tersebut pilot in command bebas dari gugatan
melakukan cruising flight. Pada saat airbone akan perdata sebagaimana diatur dalam Konvensi Tokyo
mendarat, untuk memperoleh informasi yang harus 1963. Hal tersebut untuk menjamin ketertiban dan
diketahui, antara lain kondisi cuaca baik jenis, disiplin dalam pesawat udara dijamin demi
ketinggian, kecepatan dan lokasi awan, temperatur keselamatan penerbangan.
dan tekanan udara, arah dan kecepatan angin, Pilot in command berhak melarang semua
kepadatan lalu lintas udara, ketinggian pergerakan setiap penumpang dari satu tempat
penerbangan pesawat udara lainnya, berita bahaya duduk ke tempat duduk lain yang akan mengganggu
(alerting services). ketertiban dan disiplin dalam pesawat udara,
Perkembangan teknologi penerbangan yang
23 Loe.Cit
24 Artlcle 30 of the Chicago Convention, 1944
25 Penerbang dituntut memDiki kec:erdasan dengan nilal tertentu dan memUiki lingkat ketrampilan bnggi, mental yang kuat serta moral yang balk. Dlkubp dari
Chapoy HakJm, 2010 Berdaulat di Udara Membangun Crtra Penetbangan Nasional, him. 18
26 Llhat Pasal 4.3.5Annex6 Kolwensl Chicago 1944.
27 Ibid

606
Agus Pramono, Aspek Hukum Keselamatan Penerbangan

bahkan pilot in command berhak melucuti senjata maka bandar udara harus dilengkapi dengan
para penumpang yang dicurigai atau cukup alasan landas-pacu dan gedung terminal serta fasilitas
akan mengancam keselamatan penumpang penunjang lainnya sesuai rekomendasi Annex 14
28
lainnya. Konvensi Chicago 1944. Semua bandar udara di
Selama penerbangan berlangsung, pilot in Indonesia pada umumnya dibangun sesuai dengan
command juga mempunyai kewajiban untuk rekomendasi Annex 14 Konvensi Chicago 1944,
memberi bantuan terhadap pesawat udara yang kecuali bandar udara di lrian Jaya." Pada umumnya
menghadapi bahaya." landas-pacu bandar udara di Indonesia cenderung
Di samping memberi bantuan kepada pesawat mudah basah dan licin, semacam berlapis
udara yang menghadapi bahaya, pilot in command (hydroplaning) film terutama pada saat musim hujan
juga mempunyai kewajiban membantu pencarian a tau pan ca roba peralihan yang membahayakan.
dan pertolongan pesawat udara yang mengalami
kecelakaan. Pilot in command yang pertama kali C. Simpulan
melihat kecelakaan pesawat udara tidak dapat Dengan memperhatikan bahasan di muka,
menghubungi SAR atau unit lalu lintas udara, wajib maka simpulan yang dapat dikemukakan, sebagai
memberi tahu kepada semua pesawat udara lain berikut:
sampai waktu pilot in command menyerahkan Pertama, bahwa keselamatan penerbangan
kepada pilot in command pesawat udara yang dapat merupakan prioritas utama sebagaimana telah
komunikasi lebih baik." secara ketat diatur dalam Konvensi Penerbangan
Menurut Annex 2, pilot in comman<f' Sipil lnternasional dan Peraturan Hukum Nasional
mempunyai tugas membuat laporan berakhimya Indonesia. Untuk mewujudkan keselamatan
penerbangan. Menjelang pendaratan pilot in penerbangan dalam kondisi penerbangan yang
command wajib memberi tahu kepada penumpang tertib, selamat aman dan nyaman perlu didukung
bahwa pesawat udara akan mendarat dan seluruh pemangku kepentingan penerbangan.
menginstruksikan kepada awak pesawat udara agar Kedua, bahwa operasionalisasi dan atau
penumpang menegakkan kursi, tidak boleh dikamar penyelenggaraan penerbangan yang anda!
kecil, matikan rokok, kencangkan ikat pinggang, merupakan kebutuhan masyarakat luas dalam
lipat meja didepan kursi, matikan api rokok, karena rangka memperlancar mobilitas perpindahan
pada saat itulah kemungkinan kecelakaan akan orang/barang dan jasa dengan mengutamakan
terjadi. keselamatan penerbangan telah didukung
Data menunjukkan bahwa kecelakaan pesawat peraturan hukum yang ketat baik secara
udara 100 persen terjadi di bandar udara dan lntemasional maupun Nasional.
sekitarnya, terutama pada saat tinggal landas dan
mendarat. Pada saat tinggal landas kemungkinan DAFTAR PUSTAKA
kecelakaan mencapai 13-19 persen, karena itu pada
saat mencapai cruising flight selayaknya Dempsey, Paul Stephen, 2008, Air Law, Montrean
penumpang bersyukur alhamdulillah, sedangkan Canada: McGill University
pada saat mendarat diawali saat ancangan Hakim, Chappy, 2010, Berdaulat di Udara
(approach) kemungkinan kecelakaan 81-87 Membangun Citra Penerbangan
persen". Mengingat kecelakaan cukup banyak di Nasional, Jakarta, Penerbit Buku Kompas
bandar udara dan sekitamya, maka dikeluarkan Martono, 1996, Angkatan Udara di Indonesia,
peraturan tentang batas-batas operasi keselamatan Bandung : Mandar Maju
penerbangan. Martono dan Sidiro, Ahmad 2012, Hukum Udara
Mengingat risiko yang ada di bandar udara, Nasional dan lnternasional Publik, Jakarta

28 Pasal 6 Ayat(1) Konvensi Tokyo 1963


29 Konvens1 Brussel 1938, Pans 1919. Havana 1928 dan Chicago 1944.
30 Llhal Annex 12 Konvens1 ChlCago 1944
31 Annex 2 Konvensi Ch·cago 1944
32 Martono, Op, C1~ him 147
33 Ibid

607
MMH, Ji/id 42 No. 4 Oktober 2013

: Rajawali Pers
Martono dan Pramono, Agus, 2013, Hukum Udara
Perdata, lnternasional dan Nasional,
Jakarta : Rajawali Pers
Priyatna, Abdurrasyid, 2008 Beberapa bentuk
Hukum sebagai Pengantar Menuju
Indonesia Emas 2020, Jakarta: Fikihati
Aneska bekerjasama dengan Badan
Arbitrase Nasional Indonesia
Konvensi Penerbangan lntemasional (Konvensi
Paris, 1919, Konvensi Havana, 1928,
Konverensi Brussel, 1938, Konvensi
Chicago, 1944, KonvensiTokyo, 1963).
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang
Penerbangan.
Laporan tahunan KNKT, 2006

608

Anda mungkin juga menyukai