Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
tersusunnya LAPORAN PENDAHULUAN ini. Laporan ini merupakan
Laporan Ke-Satu dari pekerjaan “FS Pelabuhan Kawasan Tanjung
Sebayur Kec. Singkep Barat”. LAPORAN PENDAHULUAN ini merupakan
laporan yang menjelaskan tentang :
1. BAB 1 PENDAHULUAN
3. BAB 3 METODOLOGI
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL..........................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... ix
LAPORAN PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................1
1.2.1 Maksud...............................................................................................2
1.2.2 Tujuan..................................................................................................2
1.3 Sasaran.............................................................................................................3
2.1 Pelabuhan........................................................................................................6
3.2.2 Kependudukan..............................................................................54
3.2.3 Sarana...............................................................................................56
LAPORAN PENDAHULUAN
3.2.3.1 Sarana Pendidikan.........................................................56
3.2.3.2 Sarana Kesehatan..........................................................57
3.2.3.3 Sarana Peribadatan.......................................................59
3.2.4 Prasarana.........................................................................................60
LAPORAN PENDAHULUAN
4.4.1 Analisis Pengembangan Wilayah...........................................97
LAPORAN PENDAHULUAN
BAB 5 RENCANA KERJA DAN JADWAL PELAKSANAAN..................148
LAPORAN PENDAHULUAN
1.2.1 Maksud
Adapun maksud dari pekerjaan ini adalah melaksanakan FS
Pelabuhan Kawasan Tanjung Sebayur Kec. Singkep Barat (1 Pek) yang saat
ini belum terdapat nya dermaga/pelabuhan yang layak di gunakan oleh
masyarakat setempat dan memungsikan kegiatan bongkar muat barang
dalam jumlah kecil untuk kegiatan perekonomian masyarakat setempat.
1.2.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pekerjaan ini adalah melakukan pembangunan
ini tentu untuk memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat yang
akan bepergian atau menuju daerah sekitar Kabupaten Lingga, pelayanan
ini dikatakan baik jika sarana pelayanan juga baik, maka dilakukanlah FS
Pelabuhan Kawasan Tanjung Sebayur Kec. Singkep Barat (1 Pek).
1.3 Sasaran
2.1 Pelabuhan
1. Faktor Teknis
Tinjauan Topografi Geologi
Keadaan topografi pantai dan bawah laut merupakan
pertimbangan penting dalam proses pembangunan pelabuhan
lebih lanjut. Faktor ini harus memungkinkan untuk
pengembangan di masa mendatang. Daerah daratan harus
cukup luas untuk membangun suatu fasilitas pelabuhan seperti
dermaga, jalan raya, gudang, rel kereta api dan juga daerah
industri. Apabila daerah daratan sempit maka pantai harus
cukup luas dan dangkal untuk memungkinkan perluasan
daratan dengan melakukan pengerukan/reklamasi pantai. Jika
topografi dasar laut tidak memenuhi syarat untuk didirikan
bangunan diatasnya sebab struktur tanah terlalu
lunak/berlumpur seperti daerah rawa, maka di tanah harus
direkayasa dengan menggunakan teknik- teknik tertentu seperti
penimbunan batu dan pasir, penanaman tiang tiang dan matras
bambu serta teknik injeksi uap panas untuk mengeraskan tanah.
Bangunan pelabuhan sangat erat kaitannya dengan karakteristik
tanah yang menjadi pemecahan utama masalah fondasi dan
stabilitas bangunan. Karakteristik dan struktur tanah sebagai
pendukung bangunan keseluruhan banyak ditentukan pada
kekuatan tanah tersebut dan di ukur sebagai tekanan tanah
yang diijinkan. Jadi intensitas pembebanan maksimum
peritungan harus pada:
Tinjauan Sedimentasi.
Pelabuhan harus dirancang sedemikian rupa sehingga
sedimentasi yang terjadi sekecil mungkin, bahkan kalau bisa
tidak ada. Karenanya perlu peninjauan masalah sedimentasi
dalam perencanaan pelabuhan.
1. Aspek Hukum
Wilayahnya ini terdiri dari 604 buah pulau besar dan kecil. Tidak
kurang dari 86buah diantaranya sudah dihuni, sedangkan sisanya 518
buah walaupun belum berpenghuni sebagiannya sudah dimanfaatkan
untuk berbagai aktifitas kegiatan pertanian, khususnya pada usaha
perkebunan.
2% 6% Lingga
17% Lingga Timur
2% 5% Lingga Utara
2% Singkep
Singkep Pesisir
8% Singkep Selatan
8%
Singkep Barat
Senayang
Selayar
Ketang Bidare
14% Temiang Pesisir
18% Kepulauan Posek
Bakung Serumpun
6%
7% 4%
3.1.2.1 Topografi
Jika dilihat dari topografinya, sebagian besar daerah di Kabupaten
Lingga adalah berbukit-bukit. Berdasarkan data dari Badan Pertanahan
Nasional (BPN), terdapat 73.947 ha yang berupa daerah berbukit-bukit,
sementara daerah datarnya hanya sekitar 11.015 ha. Pada dasarnya,
wilayah Kebupaten Lingga memiliki kemiringan yang ideal untuk
dikembangkan sebagai kawasan perkotaan, karena hampir mencapai 65 %,
wilayah Kabupaten Lingga berada dalam kemiringan 0-2 %, disusul oleh
wilayah dengan kemiringan di atas 40 % yaitu mencapai hampir 17 %.
No Tinggi (m
Kecamatan
dpl)
1. Singkep Barat 0 - 415
2. Singkep 0 - 519
3. Lingga 0 – 1.272
4, Lingga Utara 0 - 800
10. Kecamatan Senayang 0 – 200
Sumber : Lingga dalam Angka, 2020
1. Dataran
Merupakan daerah dataran aluvial sungai dengan kemiringan
lereng medan antara 0-5% (0-30), ketinggian wilayah antara 18-
45 meter di atas permukaan laut. Pada daerah yang termasuk
dalam satuan morfologi ini mempunyai tingkat erosi sangat
rendah. Penyebaran satuan ini adalah di bagian timur daerah
pemetaan, yaitu sekitar Kecamatan Senayang, Kecamatan
Lingga Utara, dan sebagian di Kecamatan Singkep Barat.
2. Perbukitan berelief halus
Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan
bergelombang halus dengan kemiringan lereng medan 5-15%
(3-80), ketinggian wilayah antara 45-144 meter di atas
permukaan laut. Pada daerah yang termasuk ke dalam satuan
morfologi ini mempunyai tingkat erosi rendah. Penyebaran
satuan ini antara lain menempati daerah sebagian di Kecamatan
Singkep Barat dan Kecamatan Singkep.
3. Perbukitan berelief sedang
Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan
bergelombang sedang dengan kemiringan lereng medan 15-
30% (8-170) dengan ketinggian wilayah 150-400 meter di atas
permukaan laut. Pada daerah yang termasuk dalam satuan
morfologi ini mempunyai tingkat erosi rendah sampai
menengah. Penyebaran satuan ini antara lain di daerah sekitar
sebagian di Kecamatan Singkep Barat dan Kecamatan Singkep
serta sebagian di Kecamatan Lingga.
4. Perbukitan berelief agak kasar
Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan
bergelombang agak kasar dengan kemiringan lereng 30-50%
(17-270), dengan ketinggian wilayah 200-550 meter di atas
permukaan laut. Pada daerah yang termasuk dalam satuan
morfologi ini mempunyai tingkat erosi menengah. Penyebaran
satuan ini antara lain di daerah sekitar Kecamatan Singkep, dan
sebagian kesil terdapat di Kecamatan Singkep Barat, Kecamatan
Lingga dan Kecamatan Lingga Utara.
5. Perbukitan berelief kasar
Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan
bergelombang kasar dengan kemiringan lereng 50-70% (27-
360), dengan ketinggian wilayah 225-644 meter di atas
permukaan laut. Pada daerah yang termasuk dalam satuan
morfologi ini mempunyai tingkat erosi tinggi. Penyebaran
satuan ini antara lain sebagian besar di Kecamatan Lingga dan
sebagian kecil di Kecamatan Lingga Utara serta sebagian kecil di
sekitar Kecamatan Singkep.
6. Perbukitan berelief sangat kasar sampai hampir tegak
Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan
bergelombang sangat kasar dengan kemiringan lereng lebih
besar dari 70% (>360), dengan ketinggian wilayah 262-815
meter di atas permukaan laut. Pada daerah yang termasuk
dalam satuan morfologi ini mempunyai tingkat erosi sangat
tinggi, terutama erosi vertikalnya. Penyebaran satuan ini antara
lain terdapat di sekitar di Kecamatan Lingga dan sebagian kecil
di Kecamatan Lingga Utara serta sebagian kecil di sekitar
Kecamatan Singkep.
3.1.2.2 Geologi
Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Lingga pada umumnya
adalah podsolik merah kuning, litosol, dan organosol. Adapun lapisan
tanahnya berstruktur remah sampai gumpal. Sedangkan lapisan bawahnya
berselaput liat dan teguh. Sementara untuk jenis batu-batuannya, batuan
Pluton Asam (Acid Pluton) yang berupa batuan sejenis granit tersebar pada
kawasan Gunung Daik di bagian barat Pulau Lingga, selain itu terdapat
juga batuan endapan dari Zaman Prateseiser yang tersebar di seluruh
Pulau Lingga.
3.1.2.3 Hidrologi
Pada umumnya sungai–sungai yang terdapat di Kabupaten Lingga
yang berbukit-bukit, sehingga sangat banyak ditutupi oleh vegetasi hutan.
Kedalaman dari permukaan air pada kawasan datar berkisar 2-3 meter.
Sedangkan pada tempat yang berbukit-bukit antara 3 - 7 meter.
3.1.2.4 Klimatologi
Kabupaten Lingga mempunyai iklim tropis dan basah dengan
variasi curah hujan rata-rata 146,4 mm sepanjang tahun 2014. Setiap
bulannya curah hujan cenderung bervariasi. Sementara pada bulan
desember merupakan bulan dengan curah hujan paling banyak.
3.1.3 Kependudukan
Jenis Kelamin R
a
J
si
u
o
m
L J
l
a e
a
No ki Pere n
Kecamatan h
- mpu is
T
L an K
o
a el
t
ki a
a
m
l
i
n
1. Singkep 7. 7.069 1 1
Barat 6 4 0
8 . 8,
Jenis Kelamin J R
L u a
a m si
No ki Pere l o
Kecamatan
- mpu a J
L an h e
a T n
ki o is
7 t7 K7
5 4
6
1. 1.642 3 1
7 . 0
Kepulauan
2. 2 3 4,
Posek
2 6 8
4 7
1 12.09 2 1
2. 6 4 0
3 . 1,
3. Singkep
2 4 9
8 2 2
4
1. 1.256 2 1
3 . 0
Singkep
4. 5 6 8,
Selatan
9 1 2
5 0
2. 2.384 4 1
4 . 0
Singkep
5. 8 8 4,
Pesisir
7 7 3
1 2
5 5 719 1 1
9 1 0
6. Lingga 3 6 6,
5 5 1
4 1
Jenis Kelamin J R
L u a
a m si
No ki Pere l o
Kecamatan
- mpu a J
L an h e
a T n
ki o is
1. 1.707 t3 K1
8 . 0
7. Selayar 5 5 8,
0 5 3
7 8
2. 1.901 3 1
0 . 0
Lingga
8. 7 9 9,
Timur
3 7 0
4 5
6. 5.536 1 1
0 1 0
Lingga 1 . 8,
9.
Utara 7 5 6
5 9
3
3. 3.189 6 1
4 . 0
10. Senayang 2 6 7,
1 1 2
0 8
4. 3.788 7 1
1 . 0
Bakung
11. 6 9 9,
Serumpun
1 4 8
9 5
12. Temiang 1. 1.822 3 1
Pesisir 9 . 0
8 8 8,
Jenis Kelamin J R
L u a
a m si
No ki Pere l o
Kecamatan
- mpu a J
L an h e
a T n
ki o is
1 t0 K7
3 3
2. 2.009 4 1
2 . 1
Katang
13. 4 2 1,
Bidare
7 5 8
6 5
Jumlah 5 50.3 1 1
3. 12 0 0
6 3 6
0 . ,
7 9 5
1 5
9
Sumber : Kabupaten Lingga dalam Angka, 2020
Luas Wilayah
3.2.2 Kependudukan
Berdasarkan pada data Badan Pusat Statistik Kecamatan Singkep
Barat Tahun 2019, jumlah penduduk di Kecamatan Singkep Barat adalah
14.129 jiwa dengan jumlah penduduk terbesar terdapat di Desa Marok Tua
dengan 2.257 jiwa dan jumlah penduduk terkecil terdapat di Desa Jagoh
dengan 673 jiwa. Kepadatan penduduk di Kecamatan Singkep Barat tahun
2018 mencapai 43 jiwa/km2. Kepadatan Penduduk di 12 desa/kelurahan
cukup beragam dengan kepadatan penduduk tertinggi terletak di Desa
Jagoh dengan kepadatan sebesar 142 jiwa/km2 dan terendah di Desa
Marok Tua sebesar 16 jiwa/Km2.
Sarana Kesehatan
No. Desa / Kelurahan
RS Puskesmas Pustu Posyandu Polindes
1. Desa Marok Tua - - 1 2 1
2. Desa Sungai
- - 1 1 1
Buluh
3. Desa Kuala Raya - - 1 1 1
4. Desa Bakong - - 1 2 1
5. Desa Sungai
- - - 2 1
Harapan
6. Desa Jagoh - - 1 1 -
7. Desa Sungai Raya - - - 2 -
8. Desa Bukit Belah - - - 1 1
9. Desa Tanjung Irat - - - 2 1
10. Desa Langkap - - - 1 1
11. Desa Tinjul - - - 1 1
12. Kelurahan Raya 1 - 3 -
Jumlah - 1 5 19 9
Sumber : Kecamatan Singkep Barat dalam Angka, 2019
Berdasarkan pada data Kecamatan dalam Angka 2019,
ketersediaan sarana kesehatan di Kecamatan tercatat sebanyak 1 unit
Puskesmas, 5 unit Pustu, 19 unit Posyandu, dan 9 unit Polindes.
Ketersediaan sarana kesehatan di Kecamatan Singkep Barat ini terbilang
belum memadai dan lengkap serta persebaran sarana yang tidak merata di
setiap Desa. Masih adanya desa yang belum memiliki sarana kesehatan.
3.2.4 Prasarana
1. Aspal 32,55
2. Tidak Diaspal 7,01
3. Lainnya 79,41
Sumber : Kecamatan Singkep Barat dalam Angka, 2019
3.2.4.2 Jaringan Listrik
Listrik merupakan salah satu kebutuhan vital bagi pembangunan
dan kesejahteraan masyarakat dan ternyata dari tahun ke tahun produksi
serta jangkauan pelayanannya telah menunjukkan perkembangan yang
cukup berarti. Jumlah pelanggan listrik PLN yang terdaftar dikecamatan
Singkep Barat 2017 ada sebanyak 2 530 pelanggan. Nilai ini meningkat jika
dibandingkan tahun lalu yang berjumlah 2 230 pelanggan. Selain
memanfaatkan jaringan listrik PLN, masyarakat di Kecamatan Singkep
Barat juga menggunakan listrik Non PLN. Jumlah keluarga yang
menggunakan fasilitas listrik PLN di Singkep Barat adalah sebanyak 3.478
keluarga. Sementara itu, keluarga yang menggunakan listrik non PLN
sebanyak 289 keluarga.
Jumlah
No. Desa/Kelurahan Air Bersih
Pelanggan
1. Desa Marok Tua Tidak Ada -
2. Desa Sungai Buluh Tidak Ada -
3. Desa Kuala Raya Ada 338
4. Desa Bakong Tidak Ada -
5. Desa Sungai Harapan Ada 402
6. Desa Jagoh Ada 105
7. Desa Sungai Raya Ada 254
8. Desa Bukit Belah Ada 108
9. Desa Tanjung Irat Tidak Ada -
10. Desa Langkap Tidak Ada -
11. Desa Tinjul Tidak Ada -
12. Kelurahan Raya Ada 336
Jumlah - 1.543
Sumber : Kecamatan Singkep Barat dalam Angka, 2019
3.2.5 Gambaran Umum Pelabuhan Kecamatan Singkep Barat
Sebagai daerah yang termasuk dalam wilayah Kepulauan Riau,
transportasi laut di Kecamatan Singkep Barat mempunyai peran yang
sangat penting untuk melakukan mobilitas orang, barang maupun jasa.
Pelabuhan merupakan terminal utama bagi koleksi dan distribusi barang
dan jasa, dan merupakan komponen utama untuk menentukan
pertumbuhan dan perkembangan ekonomi suatu daerah. Adanya
pelabuhan akan mempunyai peran penting dalam melayani pelayaran
lokal maupun regional dalam meningkatkan hubungan perdagangan. Di
Kecamatan Singkep Barat terdapat 12 pelabuhan laut yaitu, Pelabuhan
Bakong, Pelabuhan Cukas, Pelabuhan Jagoh, Pelabuhan Langkap,
Pelabuhan Marok Tua, Pelabuhan Pengambil, Pelabuhan Pulau Mas,
Pelabuhan Pulau Nuje, Pelabuhan Ro-ro, Pelabuhan Suak Tangon,
Pelabuhan Jagoh Tahap II, dan Pelabuhan Bakong tahap II.
Pelabuhan Pengumpan
1. Pelabuhan Bakong Bakong
Lokal
2. Pelabuhan Cukas Bakong Pelabuhan Lokal
Pelabuhan Pengumpan
3. Pelabuhan Jagoh Jagoh
Lokal
Pelabuhan Pengumpan
4. Pelabuhan Langkap Langkap
Lokal
Pelabuhan Pengumpan
5. Pelabuhan Marok Tua Marok Tua
Lokal
Sungai Pelabuhan Pengumpan
6. Pelabuhan Pengambil
Harapan Lokal
Pelabuhan Pengumpan
7. Pelabuhan Pulau Mas Pulau Nuje
Lokal
8. Pelabuhan Pulau Nuje Pulau Nuje Pelabuhan Pengumpan
No. Pelabuhan Laut Lokasi Kelas/Fungsi
Lokal
9. Pelabuhan Ro-ro Jagoh Pelabuhan Lokal
Pelabuhan Suak Pelabuhan Pengumpan
10. Sungai Buluh
Tangon Lokal
Pelabuhan Jagoh Pelabuhan Lokal
11. Jagoh
Tahap II
Pelabuhan Bakong Pelabuhan Lokal
12. Bakong
Tahap II
Sumber : Kecamatan Singkep Barat dalam Angka, 2019
Gambar 3.14 Peta Lokasi Wilayah Studi FS Pelabuhan Kawasan Tanjung Sebayur Kec. Singkep Barat
Sumber : Hasil Analisis, 2020
LAPORAN PENDAHULUAN
Survey Pendahuluan
1. Survey Awal Lokasi Studi
2. Pengumpulan Data Sekunder
3. Kuisioner
Laporan
Pendahuluan
Materi Diskusi
1. Gambaran Lokasi Pekerjaan
Diskusi I
Survey Lapangan TIDAK 2. Metodologi
Survey Topografi dan Bathimetri 3. Rencana Kerja
YA
Draft Laporan
Akhir
Materi Diskusi
1. Penjelasan Keseluruhan Hasil
Analisis
Diskusi III 2. Rekomendasi Layak/Tidaknya
TIDAK
dibangun Pelabuhan Laut di
YA
wilayah studi.
1. Laporan Akhir
2. Ringkasan Eksekutif
Selesai
LAUT
JALUR SOUNDING
DARAT
B. Pengukuran Kedalaman
Pengukuran kedalaman adalah tahapan yang paling utama dalam
kegiatan pemeruman. Metode yang umum digunakan dalam kegiatan
pengukuran kedalaman adalah metode akustik dengan memanfaatkan
LAPORAN PENDAHULUAN
gelombang suara, sehingga biasa disebut dengan istilah sounding. Alat yang
digunakan adalah alat perum gema yang disebut echosounder, yang
memiliki transducer pengirim dan penerima gelombang. Transducer tersebut
akan menghitung selang waktu antara gelombang dipancarkan dan
diterima kembali, sehingga kedalaman laut (hasil ukuran) pada tempat yang
diperum dapat ditentukan dengan persamaan:
1
du= ×( v⋅Δt )
2
A. Pengamatan Pasut
Pasut laut (ocean tide) didefinisikan sebagai fenomena naik dan
turunnya permukaan air laut yang terjadi secara periodik yang disebabkan
oleh pengaruh gravitasi benda-benda langit terutama bulan dan matahari.
Pengamatan pasut laut bertujuan untuk memperoleh model tinggi muka air
laut yang mewakili lokasi survei dan sekitarnya, dengan cara mengambil
sampel data tinggi muka air laut dengan periode waktu tertentu atau
LAPORAN PENDAHULUAN
biasanya selama minimal 15 hari. Pengamatan pasut yang paling sederhana
dilakukan menggunakan rambu ukur yang biasa disebut palem (pile schaal),
dengan interval waktu pengamatan setiap jam.
Beda tinggi
ukuran
T.P
Elevasi
BM
LW
Nol Peilscaal
S
B. Pengukuran Arus
LAPORAN PENDAHULUAN
Arus adalah pergerakan air laut yang terjadi di dalam permukaan
yang disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah pasut laut.
Pengukuran arus bertujuan untuk memperoleh model perilaku arus, yang
akan digunakan dalam perencanaan pelabuhan. Pengukuran arus dilakukan
dengan cara merekam kecepatan arus beserta arahnya menggunakan alat
Current Meter. Arus yang diukur adalah arus pada kedalaman 0.2 d, 0.6 d,
dan 0.8 d, dimana d adalah kedalaman, dan diamati setiap jam selama 24
jam. Pengukuran arus yang baik dilakukan pada saat keadaan spring tide
dan neap tide, dimana pada saat itulah kecepatan arus yang dipengaruhi
pasut laut dalam kondisi maksimum dan minimum.
LAPORAN PENDAHULUAN
Keterangan :
LAPORAN
Hasil proyeksi akan berbentuk suatu garis PENDAHULUAN
lurus. Model ini
berasumsi bahwa penduduk akan bertambah/berkurang sebesar
jumlah absolut yang sama/tetap (β) pada masa yang akan datang
sesuai dengan kecenderungan yang terjadi pada masa lalu. Ini
berarti bahwa, jika Pt+1 dan Pt adalah jumlah populasi dalam
tahun yang berurutan, Pt+1 – Pt yang adalah perbedaan pertama
yang selalu tetap (konstan). Klosterman (1990), mengacu pada
Pittengar (1976), mengemukakan bahwa model ini hanya
digunakan jika data yang tersedia relatif terbatas, sehingga tidak
memungkinkan untuk menggunakan model lain. Selanjutnya,
Isserman (1977) mengemukakan bahwa model ini hanya dapat
diaplikasikan untuk wilayah kecil dengan pertumbuhan yang
2500
2000
1500
1000
500
2. Model Geometrik
Asumsi dalam model ini adalah penduduk akan
bertambah/berkurang pada suatu tingkat pertumbuhan
(persentase) yang tetap. Misalnya, jika Pt+1 dan Pt adalah jumlah
penduduk dalam tahun yang berurutan, maka penduduk akan
Keterangan:
2000
1500
1000
500
3. Model Eksponensial
Metode eksponensial memiliki
asumsi bahwa persentase
LAPORAN PENDAHULUAN
pertumbuhan penduduk sama setiap hari. Hasil proyeksi
penduduk dengan menggunakan metode eksponensial akan
berbentuk garis lengkung yang lebih terjal daripada garis
lengkung pada metode geometrik.
Metode eksponensial dalam proyeksi penduduk dapat dihitung
dengan menggunakan rumus :
Keterangan :
Pt : Jumlah penduduk tahun ke t (jiwa)
P0 : Jumlah penduduk tahun ke 0 (jiwa)
r : Laju pertumbuhan penduduk (% per tahun)
t : Rentang waktu antara P0 dan Pt (tahun)
2500
2000
1500
1000
500
Pt = P0 * (1 + rt)
Perkembangan Kebutuhan
wilayah Transportasi
REGIONAL TRANSPORT
DEVELOPMENT DEMAND
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Aspek Teknis
Kriteria-kriteria yang termasuk dalam aspek teknis ini adalah sebagai
berikut:
1. Perairan
Kondisi fisik perairan berkaitan dengan keselamatan pelayaran, waktu
tempuh dan navigasi. Kondisi yang menjadi pertimbangan adalah
ketenangan perairan, kedalaman perairan dan basin, sedimentasi,
tanah dasar dan keperluan alat navigasi.LAPORAN PENDAHULUAN
Dalamnya perairan laut menjadi tolak ukur yang penting dalam
penentuan lokasi suatu pelabuhan. Dengan adanya perairan yang
relatif dalam, kapal dengan ukuran besar dapat berlabuh dan
merapat di dermaga sehingga pelabuhan dapat memberikan
pelayanan yang lebih optimal dibandingkan dengan wilayah perairan
yang relatif dangkal. Kedalaman perairan yang dimaksud adalah jarak
ke kedalaman yang diinginkan, makin kecil jarak tersebut makin baik.
Profil topografis (curam/landai) juga diperhitungkan dalam indikator
ini. Kedalaman laut yang terlalu curam maupun yang terlalu landai
mengandung beberapa kendala dalam hubungannya dengan
pelaksanaan konstruksi pelabuhan, selain faktor biaya konstruksi
yang tentu lebih besar.
2. Muara sungai
A. Dermaga
Dermaga berfungsi sebagai tempat membongkar-muat (loading-
unloading) dan berlabuh (berthing). Di pelabuhan modern, biasanya
ketiga fungsi ini dipisahkan sehingga dikenal istilah dermaga bongkar,
dermaga muat, dan dermaga berlabuh. Namun tidak demikian dengan
pelabuhan sederhana yang biasanya kapal datang, membongkar, dan
berangkat menggunakan dermaga yang sama. Berikut ini dasar
pertimbangan dalam perencanaan dermaga.
1) Elevasi Dermaga
Elevasi dermaga dibuat sedemikian rupa sehingga pada saat pasang
tinggi air tidak melimpah ke permukaan dermaga. Penentuan
elevasi lantai dermaga sesuai dengan kondisi
LAPORANpasang surut yaitu:
PENDAHULUAN
E = HHWL + 1/2H + F
dimana:
HHWL = higest high water level = elevasi pasut tertinggi.
H = tinggi gelombang.
F = free board = tinggi jagaan (biasanya diambil = 0.5 m).
2) Struktur Dermaga
Dermaga didesain sedemikian rupa sehingga mampu menahan
gaya tumbuk kapal (gaya lateral), mampu menahan beban aktivitas
dan peralatan bongkar muat (beban vertikal.
3) Panjang Dermaga
4) Lebar Apron
Lebar apron adalah jarak antara tepi luar dermaga dengan tepi
gedung yang merupakan tempat untuk menempatkan barang atau
kargo sementara sebelum ke gudang. Lokasi dermaga bongkar dan
muat berada di satu tempat (tempat yang sama). Ukuran dermaga
ditentukan berdasarkan kebutuhan dermaga yang paling besar
LAPORAN PENDAHULUAN
antara kegiatan bongkar dan muat.
dimana:
Ots = kebutuhan area penumpukan.
Tts = jumlah bongkar muat barang per tahun yang melalui area
penumpukan.
tav = waktu tunggu kargo rata-rata (hari).
ρ = berat jenis kargo rata-rata.
h = tinggi penumpukan rata-rata.
f1 = faktor pengali yang mengakomodasi kebutuhan area untuk
lalulintas alat.
f2 = faktor pengali untuk area penumpukan barang khusus, barang
LAPORAN PENDAHULUAN
rusak, dan sebagainya.
mts = Tingkat okupasi rata-rata area penumpukan.
C. Areal Parkir
Parkir merupakan tempat pemberhentian kendaraan untuk jangka
waktu yang lama atau sebentar sesuai dengan kebutuhan. Lokasi
parkir diusahakan sedekat mungkin dengan tujuan perjalanan dan
tidak menyebabkan konflik pada ruas jalan di lokasi parkir tersebut.
Areal parkir disediakan antara lain untuk:
Truk yang sedang menunggu proses bongkar muat
A. Alur Pelayaran
Alur pelayaran adalah bagian perairan pelabuhan yang berfungsi
LAPORAN
sebagai jalan masuk atau keluar bagi kapal-kapal PENDAHULUAN
yang berlabuh. Dasar
pertimbangan dalam perencanaan alur pelayaran yakni :
Navigasi yang mudah dan aman untuk memberikan kemudahan
bagi kapal-kapal yang melakukan gerak manuver.
Karakteristik kapal yang akan dilayani (panjang, lebar, sarat).
Mode operasional alur pelayaran: satu arah atau dua arah.
Batimetri alur pelayaran (kondisi dasar sungai/laut, jaringan pipa,
kabel bawah laut, dan lain-lain).
Kondisi hydro-oceanografi: arus, gelombang, pasang surut.
Kondisi meteorologi, terutama kecepatan dan arah angin.
Tingkat pelayanan yang disyaratkan: kapal dapat melayari alur
pelayaran setiap saat atau hanya pada saat laut pasang.
Kondisi geoteknik dasar alur pelayaran.
dimana:
A = luas areal alur
W = 5B
B = lebar kapal maksimum
L = panjang alur pemanduan danpenundaan
B. Kolam Pelabuhan
Kolam pelabuhan adalah lokasi perairan tempat kapal berlabuh, mengisi
perbekalan, atau melakukan aktivitas bongkar-muat. Secara fungsional
batas-batas kolam pelabuhan sulit ditentukan dengan tepat, tetapi secara
teknis kolam pelabuhan dibatasi oleh daratan, pemecah gelombang,
dermaga, atau batas administrasi pelabuhan.
Berikut ini dasar-dasar pertimbangan perencanaan kolam pelabuhan.
D = d + ½H + S + C
dimana:
D = kedalaman kolam pelabuhan pada saat surut terendah.
d = draft kapal terbesar yang direncanakan akan menggunakan
pelabuhan tersebut pada saat muatan penuh.
H = tinggi gelombang rencana dalam kolam pelabuhan.
S = squat = pertambahan draft kapal akibat ayunan vertikal ketika
kapal memasuki perairandangkal.
D > 2 Loa
Dimana :
D = diameter putar turning basin.
Loa = panjang kapal maksimum.
R = L + 6D +30
No Nilai Bobot
Kriteria Sub Kriteria Parameter
. Parameter (Max)
kategori kecil
Termasuk dalam zona
Kerawanan 50
kategori sedang
Konstruksi
Termasuk dalam zona
0
kategori tinggi
Sudah ada aktivitas
kepelabuhanan eksisting
100
menggunakan tambatan dan
Aktivitas rede transport
kepelabuhanan Sudah ada aktivitas 5%
eksisting kepelabuhanan eksisting 50
menggunakan tambatan
Belum ada aktivitas
0
kepelabuhanan eksisting
Sub Total IV 15%
Lebar dan kedalaman alur
pelayaran cukup dan tidak
ada rintangan navigasi (areal 100
LAPORAN PENDAHULUAN
MIGAS, ranjau, kabel laut,
kapal karam)
Lebar dan kedalaman alur
Alur Pelayaran 7%
pelayaran cukup tetapi ada
rintangan navigasi (areal 50
MIGAS, ranjau, kabel laut,
kapal karam)
Keselamatan Lebar dan kedalaman alur
5 0
Pelayaran pelayaran tidak cukup
Tersedia SBNP, jumlah
cukup, dan berfungsi dengan
100
baik (dibutuhkan 5 unit
SBNP)
Kebutuhan Tersedia SBNP, jumlah
cukup, tetapi tidak berfungsi 3%
SBNP 75
dengan baik (dibutuhkan 6-
10 unit SBNP)
Tersedia SBNP, jumlah tidak
50
cukup/tidak berfungsi
Kela Passing
Status Kelayakan Keterangan
s Grade
Prioritas untuk
Sangat layak dibangun dan
A > 90 dilanjutkan ke studi
prioritas utama
berikutnya
Dapat dilanjutkan ke
B Layak dibangun 80 - 89
studi berikutnya
C Kurang layak dibangun 60 - 79 dapat dilanjutkan
3. Analisis EIRR
Analisis EIRR digunakan untuk mengetahuiLAPORAN
persentasePENDAHULUAN
keuntungan dari
suatu proyek pada setiap tahun. Perhitungan EIRR adalah:
Keterangan:
i1 : Tingkat bunga pada NPV positif
i2 : Tingkat bunga pada NPV negatif
4) Benefit total
Benefit total merupakan jumlah seluruh benefit yang diterima oleh
masyarakat dan wilayah secara umum. Nilai benefit total adalah hasil
penjumlahan antara benefit langsung, benefit tidak langsung, dan
LAPORAN PENDAHULUAN
benefit sosial.
LAPORAN PENDAHULUAN
B. Keanekaragaman
Pengolahan data keanekaragaman menggunakan indeks Shannon
Wiener (Krebs, 1972), yaitu:
H=∑(pi.log2 pi)
Keterangan :
Pi : ni/Ni
H : Indeks keanekaragaman
Pi : Proporsi jumlah individu spesies ke-i terhadap jumlah individu
total (n/N)
N : Jumlah total individu semua spesies
S : Jumlah taksa.
C. Keseragaman
Untuk mengetahui penyebaran individu setiap genus dan apakah ada
genus yang mendominasi populasi, maka digunakan indeks
keseragaman, yaitu dengan cara membandingkan keanekaragaman
dengan nilai maksimumnya sebagai berikut:
Keterangan:
E : Indeks Keseragaman
H : Indeks keanekaragaman
LAPORAN PENDAHULUAN
H : log2 S = 3,3219 log S
S : Jumlah taksa
D. Dominansi
Metode indeks dominansi Simpson digunakan untuk mengetahui adanya
spesies jenis tertentu yang mendominasi habitat tertentu dengan rumus:
Keterangan:
D : Indeks dominasi
Ni : Jumlah Individu spesies ke-i
N : Jumlah total individu
S : Jumlah taksa
Yit × 100 %
r= −100 %
Yi(t−1)
Tahun PDRB
2015 3.043,43
2016 3.284,25
LAPORAN PENDAHULUAN
Pola pergerakan barang dapat dilihat dari asal tujuan barang. Dalam
perhitungannya digunakan matriks asal tujuan (MAT) barang. Dari matriks
tersebut dapat diketahui pergerakan barang dari setiap lokasi ke lokasi
lainnya. Analisis dengan MAT selanjutnya dapat menunjukkan aliran barang
dan desire line pergerakan barang dari setiap tempat.
Rencana kerja ini berisi tahapan pelaksanaan pekerjaan yang terdiri dari
tahap pendahuluan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. Secara umum
tahapan pelaksanaan pekerjaan ini adalah sebagai berikut :Tabel 5
LAPORAN PENDAHULUAN
.20 Rencana Pekerjaan FS Pelabuhan Kawasan Tanjung Sebayur
Kecamatan Singkep Barat
Bulan Ke-
N
Uraian Pekerjaan I II III
o
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
A. Tahap Persiapan
B. Tahap Pengumpulan Data
1. Data Sekunder
a Data Kependudukan
b Potensi Produksi Wilayah
c Dokumen RPJMD
d Data RTRW
e Data Tatrawil, Tatralok
f Data Kepelabuhanan
g Data Hydro-Oceanografi
h Dokumen perencanaan
sebelumnya
LAPORAN PENDAHULUAN