Anda di halaman 1dari 3

5.

3 Gambaran Umum Kondisi Perekonomian Wilayah

5.3.1 Ekonomi Wilayah Provinsi Riau

1. Pertumbuhan ekonomi

Pada tahun 2019, Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Riau yang dinilai atas dasar
harga berlaku sebesar 765.198,30 miliar rupiah dan dinilai atas dasar harga konstan sebesar
495.845,91 miliar rupiah. Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau sebesar 2,84 persen,
meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 2,37 persen. Peranan terbesar terhadap
pembentukan PDRB Provinsi Riau atas dasar harga berlaku dihasilkan oleh lapangan usaha
Industri Pengolahan yakni sebesar 25,46 persen, diikuti lapangan usaha Pertambangan dan
Penggalian, dan Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan masing-masing sebesar 24,23 persen dan
23,18 persen. Walaupun demikian, lapangan usaha Pertambangan dan Penggalian selalu
mengalami pertumbuhan negatif selama beberapa tahun terakhir. Hal ini diakibatkan produksi
minyak di Riau yang terus mengalami penurunan, dibarengi dengan ketidakpastian harga minyak
di pasar internasional. Secara spasial, Kabupaten Bengkalis merupakan kabupaten dengan
kontribusi PDRB terbesar terhadap jumlah PDRB seluruh kabupaten/kota di Provinsi Riau
sebesar 18,51 persen, diikuti oleh Kota Pekanbaru dan Kabupaten Siak masingmasing
berkontribusi sebesar 15,48 persen dan 10,75 persen. Kabupaten/kota yang sebagian besar
perekonomiannya masih ditopang oleh lapangan usaha Pertambangan dan Penggalian, masih
tertahan dalam upaya percepatan perekonomiannya. Bahkan, Kabupaten Bengkalis masih
mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi di tahun 2019, yakni sebesar -1,86 persen. Begitu
pula dengan Kabupaten Siak dan Rokan Hilir yang angka pertumbuhan ekonominya kurang
mengesankan dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya.
KABUPATEN BENGKALIS
Sektor Ekonomi
2015 2016 2017 2018 2019

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 7.440.747,70 7.712.296,90 8.113.972,40 8.558.422,90 9.026.258,40

52.329.818,0 48.890.117,6 46.359.347,2 43.139.465,4


Pertambangan dan Penggalian 55844533,4 0 0 0 0
11.099.978,3 11.849.773,2 13.024.989,2 13.296.376,6 14.101.079,8
Industri Pengolahan 0 0 0 0 0
Pengadaan Listrik dan Gas 13.887,10 16.306,60 17.100,20 18.012,90 18.489,70
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang 10.408,40 10.559,60 11.563,40 11.636,80 11.907,30
Konstruksi 1.925.919,40 2.037.913,90 2.179.100,90 2.307.267,00 2.437.250,60
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda
4.003.197,30 4.212.214,90 4.465.445,60 4.733.871,90 4.975.957,90
Motor
Transportasi dan Pergudangan 204.186,60 210.267,10 227.306,30 231.407,30 240.602,30
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 170.817,70 175.193,90 182.856,90 191.349,80 195.660,00
Informasi dan Komunikasi 305.156,40 320.250,30 337.634,60 356.390,20 388.237,70
Jasa Keuangan dan Asuransi 215.770,90 235.010,10 229.893,90 235.570,90 236.046,70
Real Estate 225.155,80 228.475,30 236.064,60 247.099,20 262.657,80
Jasa Perusahaan 2.608,30 2.766,10 3.015,30 3.284,90 3.393,30
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial
799.409,30 800.802,00 808.558,10 816.482,00 846.224,80
Wajib
Jasa Pendidikan 194.915,90 199.766,10 207.247,70 225.729,10 238.624,10
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 58.434,60 59.743,00 63.218,20 67.292,90 71.928,20
Jasa lainnya 161.547,40 176.834,60 191.697,70 209.235,80 229.088,10
Produk Domestik Regional Bruto 82.676.674,3 80577991,6 79189782,4 77868777,4 76422872,1
Struktur ekonomi suatu wilayah sangat ditentukan oleh besarnya peranan lapangan-
lapangan usaha ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa. Nilai tambah yang terbentuk dari
masing-masing lapangan usaha menggambarkan struktur ekonomi dalam wilayah tersebut.
Untuk melihat keterbandingan struktur ekonomi kabupaten/kota, berikut disajikan ulasan
mengenai distribusi persentase PDRB kabupaten/kota atas dasar harga berlaku tahun 2017-2019
yang dikelompokkan menjadi tiga kegiatan ekonomi utama yakni kegiatan ekonomi primer,
sekunder, dan tersier. Kegiatan ekonomi primer mencakup lapangan usaha pertanian (kategori A)
dan pertambangan dan penggalian (kategori B). Sementara kegiatan ekonomi sekunder meliputi
lapangan usaha industri pengolahan (kategori C), listrik dan gas (kategori D), pengadaan air dan
pengelolaan sampah (kategori E), dan konstruksi (kategori F). Selanjutnya kegiatan ekonomi
tersier meliputi lapangan usaha perdagangan (kategori G), angkutan (kategori H), penyediaan
akomodasi dan makan-minum (kategori I), informasi dan komunikasi (kategori J), jasa keuangan
(sektor K), real estate (kategori L), jasa perusahaan (kategori M dan N), administrasi
pemerintahan, dsb. (kategori O), jasa pendidikan (kategori P), jasa kesehatan (kategori Q), dan
jasa lainnya (kategori R,S,T dan U). Pada tahun 2017-2019, sebagian besar kabupaten/kota di
Provinsi Riau perekonomiannya digerakkan oleh kegiatan ekonomi primer. Kondisi ini terjadi di
Kabupaten Kuantan Singingi, Indragiri Hilir, Kampar, Rokan Hulu, Bengkalis, Rokan Hilir, dan
Kepulauan Meranti.

Sementara itu, kabupaten/kota yang perekonomiannya didominasi lebih 50 persen pada


sektor sekunder, diantaranya: Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Siak, Kota Pekanbaru, dan Kota
Dumai (52,55%; 57,16%; 49,64% dan 53,63%). Sedangkan Kabupaten Indragiri Hulu, peran
kegiatan ekonomi sekunder dalam perekonomiannya sebesar 43,92 persen. Besarnya peranan
kegiatan ekonomi sekunder dalam menggerakkan roda perekonomian mengindikasikan bahwa
lapangan usaha industri pengolahan mampu menggerakkan perekonomian di wilayah tersebut.
Oleh karena itu, untuk menjaga kesinambungan kinerja lapangan usaha industri pengolahan
harus senantiasa didukung oleh kemudahan akan ketersediaan bahan baku dan infrastruktur yang
memadai. Sementara itu, kegiatan ekonomi tersier yang merupakan representasi lapangan usaha
jasa-jasa, ternyata juga berperan cukup signifikan di Kota Pekanbaru. Hal ini erat kaitannya
dengan Kota Pekanbaru sebagai ibukota provinsi sekaligus pusat perekonomian di Provinsi Riau.
Pada tahun 2019, peran sektor tersier pada ekonomi Pekanbaru mencapai 48,80 persen, tertinggi
se-Provinsi Riau.

Anda mungkin juga menyukai