Anda di halaman 1dari 2

Surabaya -- Presiden pertama Republik Indonesia, Ir.

Soekarno pernah menyampaikan ''Beri aku seribu


orang tua niscaya akan ku cabut semeru dari akarnya, beri aku sepuluh pemuda niscaya akan ku
guncang dunia''.

Dari apa yang disampaikan oleh Ir. Soekarno terbesit sebuah pertanyaan mengapa harus pemuda?
Pemuda sendiri merupakan satu identitas potensial sebagai penerus cita-cita perjuangan bangsa karena
pemuda memiliki inovasi, kreatifitas dan semangat yang tidak dimiliki oleh generasi lain. Untuk itu,
peran penting pemuda sangat dibutuhkan sebagai pelopor perjuangan berbangsa dan bernegara demi
eksistensi dan kemajuan bangsa Indonesia.

Di suatu daerah, disuatu negara, maupun di dunia kemajuan dan kemerdekaan suatu negara tak pernah
luput dari peran pemuda. Karena pemudalah yang paling bersemangat dan paling ambisius untuk
memperjuangakan perubahan dan kemajuan dalam setiap sektor kehidupan masyarakat termasuk pada
sektor perikanan, karena sektor perikanan merupakan sektor kekayaan sumberdaya alam yang penting
disetiap negara khususnya Indonesia. Namun pada kenyataannya pemanfaatan sektor peikanan
belumlah maksimal, dengan kata lain sumberdaya kelautan dan perikanan yang tersedia dan telah
diberikan Tuhan ini belum dimanfaatkan dengan baik bagi pembangunan ekonomi bangsa dan negara.

Namun fenomena yang terjadi saat ini, kurangnya minat para pemuda untuk terjun dalam dunia
perikanan menjadi sesuatu yang perlu diperhatikan. Di Indonesia minat generasi muda untuk bekerja
pada usaha perikanan cenderung semakin berkurang, paling tidak dinilai dari kurangnya minat pemuda
yang masuk sekolah kedinasan (kejuruan) perikanan. Bila dilihat dari alumni sekolah kejuruan perikanan,
hanya sedikit yang ingin benar turun ke laut sebagai pembudidaya ikan. Tersedianya peluang kerja dan
usaha di sektor lain adalah alasan kaum muda menurun minatnya pada pekerjaan sebagai pembudidaya
ikan.

Para pemuda saat ini umunya berfikir bahwa perikanan adalah sebuah ladang pekerjaan yang hina,
melelakan, membosankan dan untuk mendapatkan hasil yang memuaskan mereka harus bekerja mati --
matian dan menggu lama untuk memanennya. Tentu saja hal ini akan berimbas pada sektor ketahanan
pangan Indonesia. Selain itu kontribusi sektor perikanan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di
Indonesia lebih kecil dibanding negara lain. Penyebab dari ini semua tidak lain karena membuayanya
pandangan bahwa pembudidaya ikan adalah pekerjaan kelas bawah, disamping masih sempitnya
kesadaran dan pemahaman potensi perikanan.
Hal diatas sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Adhyaksa yang meraih gelar doktor teknologi
kelautan dan perikanan dari IPB , bahwa porsi sektor kelautan dan perikanan terhadap PDB Indonesia
hanya 15 persen pada 2004. Sementara itu di China mencapai 48 persen dan Korsel 54 persen. Padahal
potensi di Indonesia sangat besar. Salah satu penyebab kurang berkembangnya sektor kelautan dan
perikanan, adalah makin sedikitnya nelayan yang berusia muda. Karena kesan buruk terhadap sektor
perikanan yang digambarkan dengan tiga `D` yakni `Dangerous` (berbahaya), `Dirty` (kotor) dan
`Desperate` (menyedihkan).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Adhyaksa di Sukabumi, Jabar, banyak pemuda yang lebih senang
menjadi tukang ojek dibandingkan nelayan. Sekolah kejuruan perikanan juga kurang diminati. Padahal
sektor kelautan dan perikanan bukan lah masa lalu tapi merupakan masa depan Indonesia. Untuk
meningkatkan peran pemuda di sektor kelautan diperlukan kebijakan publik yang mampu menarik
pemuda. Adhyaksa juga mengingatkan, sekitar 70 persen dari wilayah Indonesia adalah lautan sehingga
memerlukan banyak generasi muda untuk menggarapnya.

Peran pemuda dalam perikanan diharapkan mampu menciptakan sistem atau konsep -- konsep baru
dalam dunia perikanan dan kelautan, ataupun menciptakan teknologi baru sehingga mampu
memaksimalkan produktivitas meskipun dengan lahan yang seminimum mungkin dan juga
memanfaatkan potensi laut Indonesia deengan sebaik mungkin.

Anda mungkin juga menyukai