NIM : 061711535040
Kelas : Banyuwangi
MA : IKK 1
Tugas I
1. Jelaskan tentang terjadinya pressure/refleks Ferguson
2. Jelaskan tentang stadium/ fase-fase kelahiran pada hewan ternak
3. Jelaskan endokrinologi kelahiran pada ternak
4. Jelaskan proses kelahiran pada berbagai hewan
5. Jelaskan tentang fisiologi puerpureum.
6. Pada fetus yang mati dalam uterus sebelum fase pertama kelahiran, biasanya fetus sulit
dkeluarkan secara spontan oleh induknya. Jelaskan mengapa ?
Jawaban:
1. Pressure/refleks Ferguson yakni ketika terjadi refleksi serviks maka vagina akan refleks
meluas sehingga menyebabkan kontraksi perut dan mendorong fetus keluar (Umiarti, .
Refleks Ferguson mneyebabkan kontraksi myometrium menjadi semakin kuat akibat
sundulan dari moncong dan ekstremitas anterior fetus akan meranwagsang sekresi
hormon oksitosin dari hipofisa posterior.
3. Pada saat melahirkan lubang serviks akan membuka karena pengaruh hormonal oleh
hormon relaksin sehingga mengakibatkan relaksasi, dan secara mekanik akibat ada
dorongan uterus yang berisi fetus ke aboral sehingga mengakibatkan pembukaan serviks
sedemikian besar sesuai dengan diameter fetus.
5. Puerperium adalah waktu yang diperlukan dari organ genitalia untuk kembali seperti
sebelum terjadi kebuntingan. Perubahan ini dipengaruhi kadar hormon-hormon endokrin
beberapa saat setelah melahirkan. Hampir semua hormon yang berkadar tinggi pada saat
kebuntingan menurun dengan drastis mencapai kadar basal setelah 24 jam kelahiran.
Hormon progesteron dan estrogen yang diproduksi selain oleh korpus luteum juga oleh
plasenta maternal tampak menurun dengan drastis akibat regresi CL dan regresi plasenta
maternal. Tetapi oksitoksin menurun belakangan setelah kedua hormon tersebut lebih
dulu, karena masih dibutuhkan oleh uterus untuk mengeluarkan plasenta, peristaltik
uterus untuk mengadakan involusi, pengeluaran lochia, vasokonstriksi pembuluh darah
endometrium dan menstimulir keluarnya air susu (milk let down). Sebaliknya secara
dramatis terjadi peningkatan hormon glucocorticoid, mineralocorticoid, insulin dan
prolaktin (PRL) untuk produksi air susu. Pada sapi dengan produksi air susu tinggi juga
akan mengakibatkan kadar PRL lebih tinggi dari pada sapi yang memproduksi air susu
sedikit.
6. Kedudukan fetus di dalam uterus mempengaruhi proses kelahiran. Pada fetus yang mati
dalam uterus sebelum fase pertama kelahiran, biasanya fetus sulit dikeluarkan secara
spontan oleh induknya. Biasanya fetus hidup dan normal dengan situs longitudinal
anterior akan menyebabkan terbukanya lumen serviks lebih intens, hal ini karena
moncong dan ekstremitas anterior fetus akan mengadakan sundulan-sundulan terhadap
lumen serviks yang menstimulasi lumen serviks menjadi terbuka. Akan tetapi apabila
fetus mati, maka tidak akan terjadi sundulan dari moncong dan ekstremitas anterior
fetus sehingga tidak akan merangsang sekresi hormon oksitosin dari hipofisa posterior
dan tidak terjadi kontraksi myometrium atau tidak terjadi proses pressure /refleks
ferguson. Kontraksi myometrium yang tidak terjadi juga tidak adanya hormon
PGF2alpha dari plasenta maternal dan oleh pengaruh hormon estrogen maka akan susah
mendorong fetus untuk meluncur keluar yang biasanya diawali dengan pecah dan
keluarnya cairan amnion (air ketuban) sehingga dibutuhkan pertongan manusia untuk
mengeluarkan fetus yang mati.
Tugas II
1. Jelaskan prinsip dasar induksi kelahiran pada berbagai hewan ternak.
2. Sebutkan indikasi induksi kelahiran pada berbagai hewan ternak
3. Sebutkan obat-obat dan aplikasinya untuk induksi kelahiran pada berbagai hewan ternak.
Jawaban:
1. Prinsip dasar induksi kelahiran:
- Induksi kelahiran pada kuda dipakai untuk melakukan induksi pada stadium I kelahiran dan
stadium II kelahiran. Kuda yang akan dilakukan induksi partus harus dihindari adanya efek
samping distokia, di samping itu terminasi kebuntingan akhir menjelang kelahiran sudah
nampak jelas seperti: ambing sudah membesar, panjang masa kebuntingan normal, umur
fetus dalam kandungan sudah cukup dan serviks sudah oedematus dan relaksasi.
- Pada sapi, induksi kelahiran yang dikerjakan lebih dini akan dapat membunuh fetus, juga
sering menimbulkan retensi plasenta (retensi secundinarum). Kasus retensi plasenta akan
berkurang bila induksi kelahiran dilakukan mendekati waktu kelahiran alamiah (secara
fisiologis).
- Pada peternakan babi, induksi kelahiran bila digunakan akan dapat meningkatkan
produktivitas. Induksi kelahiran dilakukan sekurang-kurangnya pada umur kebuntingan 112
hari. Pada babi yang pure breed dengan rata-rata masa kebuntingan (gestation period) 114
hari, induksi tidak dilakukan kurang dari dua hari dari rata-rata masa kebuntingan, sehingga
akan didapatkan anak babi yang banyak berdaya hidup lama.
- Pada domba, induksi kelahiran tidak dapat dipakai dan tidak mendapatkan suatu
keuntungan sebab periode efektif untuk melakukan induksi cukup pendek.
2. Indikasi induksi kelahiran
- Pada kuda relaksasi dan dilatasi serviks uteri dapat dievaluasi lewat serviks yang merupakan
salah satu indikasi bisa tidaknya diadakan induksi kelahiran pada kuda. Pada kuda indikasi
induksi kelahiran yaitu pada kasus perpanjangan masa kebuntingan (prolongation pregnancy)
dan tidak pernah dilakukan untuk indikasi percepatan kelahiran.
- Pada babi indikasi induksi kelahiran yaitu produksi yang rendah sehingga induksi dilakukan
untuk meningkatkan produksi
- Indikasi induksi kelahiran pada sapi yakni retensi plasenta/ retensi secundinarum
3. Obat-obat dan aplikasinya untuk induksi kelahiran pada berbagai hewan ternak
a. Sapi
- Short acting corticosteroid. —> Teory Trigger Mechanism.
Dexamethasone, dosis 25 mg per i.m.
Flumethasone dosis 10 mg i.m.
Penyuntikan dilakukan sekitar 2 minggu sebelum terminasi akhir kebuntingan akan dapat
menginduksi 80 – 90% dalam waktu 24 – 72 jam setelah penyuntikan, disertai dengan retensi
plasenta. Tetapi yang lain keluar secara normal.
- Oestradiol 25 mg per i.m.
Pemakaian estrogen untuk induksi biasanya dapat digabungkan dengan oksitoksin, sebab
estrogen saja tidak dapat memberikan kontraksi cukup kuat untuk mendorong fetus dari
uterus tetapi estrogen cukup mampu menghasilkan cairan serviks dan mengadakan dilatasi
akibat kontraksi ritmis uterus. Estrogen juga bisa digabungkan dengan corticosteroid, di mana
gabungan obat ini akan dapat memperpendek onset partus lebih dini dari 72 jam, dan
tampaknya kejadian kasus retensi plasenta menurun.
- Prostaglandin, preparat yang digunakan : Prostaglandin F2α dosis 25 mg per ekor sapi
secara intra muskuler (i.m), Glandin (TAD) dosis 20 mg per ekor i.m, Cloprostenol (ICI)
dosis 500 μg per i.m. d. Dinoprost (Up John) dosis 25 mg per i.m, PGF2α (Fuji) dosis 9 mg
per i.m.
Keberhasilan obat ini melakukan induksi mencapai 90%, dan onset partus akan terjadi dalam
waktu 24 – 72 jam. Perbandingan anak sapi yang hidup sedikit menurun, dan kejadian retensi
plasenta hampir sama dengan pemakaian obat corticosteroid. Gabungan relaksin babi +
PGF2α untuk induksi mendapatkan hasil yang lebih baik dan akan menurunkan jumlah kasus
retensi plasenta.
b. Kuda
Oksitosin (oxytocin) 50 - 150 IU diberikan dengan suntikan dalam otot daging leher
(trapezius). Bila dosis semakin rendah maka waktu onset melahirkan akan semakin panjang.
Dosis 30 IU, onset lahir akan semakin lambat, kurang berbahaya bila langsung diberikan
dengan dosis 150 IU. Dengan dosis 50 – 100 IU, biasanya dalam 15 menit setelah suntikan
kuda sudah menunjukkan persiapan untuk melahirkan, seperti: berkeringat, ekor digerak-
gerakan, gelisah, ada gejala berguling-guling tapi harus dihindari, dan bahkan keluarnya air
susu. Setelah penyuntikan 15-20 menit berlangsung, harus diperiksa lagi pembukaan serviks
uteri dan sekaligus menentukan situs, posisi dan bila ada habitus fetus. Reposisi fetus bila ada
salah letak, usahakan dilakukan pada stadium I kelahiran, bukan pada stadium II kelahiran.
Onset dari penyuntikan 50 – 100 IU oksitosin hingga munculnya fetus antar labia vulva
secara normal memakan waktu 25 - 45 menit. Oksitosin juga dapat dipakai secara intravenus
tetapi harus dilakukan drip 100 – 120 IU oksitosin dalam 1 liter larutan NaCl fisiologis steril
dan diberikan dengan tetes lambat hingga 1 jam. Jangan sekali-kali pakai infus kalsium
borogluconas sebab kuda dengan kadar kalsium yang tinggi sangat peka terhadap jantung
yang mengakibatkan kematian. Paling aman pada kuda walaupun serviks uteri belum buka,
dapat dilakukan dengan syarat umur kebuntingan sudah cukup, ada pembengkakan ambing
dan keluarnya colustrum, maka dapat dilakukan dengan cara :
- Periksa situs dan posisi secara rektal
- Buka serviks uteri secara manual, 1,2,3, dan 4 jari
- Diputar
- Suntik Estrogen atau Oxytocin atau PGF2α
c. Babi
- Prostaglandin F2α 10 mg per i.m. atau cloprostenol 175 μg per i.m.
Obat ini mampu memberikan induksi kelahiran hingga 95% dan onset partus terjadi dalam
waktu 30 jam.
- Oksitosin 30 IU per i.m. setelah 24 jam pemberian PGF2α akan mendapatkan respons lebih
cepat melahirkan.
d. Domba dan Kambing
PGF2α 5 – 20 mg tergantung besarnya spesies kambing dan Cloprostenol 63 – 125 μg per
ekor secara i.m. onset kelahiran terjadi dalam waktu 27 – 55 jam dengan rata-rata 30 – 35
jam.