Anda di halaman 1dari 20

TUGAS TERSTRUKTUR DOSEN PENGAMPU

SEJARAH DAKWAH MUSFICHIN, M.A.

Tentang :

“SEJARAH DAKWAH MASA NABI MUHAMMAD SAW”

Disusun Oleh :

Akhmad Rizani (190104010126)


Lailatul Mahbubah (190104010021)
Meriyani (190104010105)
Novia Ayu Purwaningsih (190104010104)
Sandi Samudra (190104010146)

KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI
2019/2020
2
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Hamdallah kami haturkan ke hadirat Allah Swt. Yang


Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang mana atas izin dan ridho-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah “Sejarah Dakwah Masa Nabi Muhammad Saw.”
dalam mata kuliah Sejarah Dakwah ini dengan tepat waktu.
Sholawat beserta salam tidak lupa pula kami haturkan keharibaan junjungan
kita, sang juru selamat, Baginda Nabi Besar Muhammad Saw. yang telah
membawa kita dari jalan yang gelap gulita menuju jalan yang terang benderang.
Dalam proses penyelesaian makalah ini tentunya tidak terlepas dari bimbingan
serta bantuan dari berbagai pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah kami. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan juga saran dari
pembaca guna membangun untuk penulisan makalah yang selanjutnya.
Kami ucapkan terimakasih dan semoga Allah Swt. memberkahi makalah ini
dan dapat bermanfaat bagi kita semua.

Banjarmasin, 3 Oktober 2019

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul...........................................................................................................i
Kata Pengantar.........................................................................................................ii
Daftar Isi.................................................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................1
C. Tujuan Masalah............................................................................................1
BAB II : PEMBAHASAN.......................................................................................2
A. Periodisasi Dakwah Nabi Muhammad Saw.................................................2
1. Pada Masa Makkah (Pra Hijrah)............................................................3
2. Pada Masa Madinah (Pasca Hirjrah)......................................................4
B. Kode Etika Dakwah Nabi Muhammad Saw................................................7
C. Keistimewaan Dakwah Nabi Muhammad Saw............................................9
D. Tujuan Dakwah Nabi Muhammad Saw.....................................................11
BAB III : PENUTUP.............................................................................................14
A. Kesimpulan................................................................................................14
B. Saran...........................................................................................................15
Daftar Pustaka........................................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang
benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka
dunia dan akhirat.
Untuk mewujudkan keberhasilan dakwah maka dapat digunakan beragam
metode dan media sebagai penunjang dakwah. Sebagaimana firman Allah Swt.

َ ْ‫سنُ ۚ إِنَّ َربَّ َك ُه َو أَ ْعلَ ُم ِب َمن‬


‫ض َّل‬ َ ‫سنَ ِة ۖ َو َجا ِد ْل ُه ْم ِبالَّتِي ِه َي أَ ْح‬
َ ‫سبِي ِل َربِّ َك ِبا ْل ِح ْك َم ِة َوا ْل َم ْو ِعظَ ِة ا ْل َح‬ َ ‫ا ْد ُع إِلَ ٰى‬
َ‫سبِيلِ ِه ۖ َو ُه َو أَ ْعلَ ُم بِا ْل ُم ْهتَ ِدين‬
َ ْ‫عَن‬

Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesumgguhnya Tuhanmu
Dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya
dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
(QS. An-Nahl : 125)

Nabi Muhammad Saw. dalam menyampaikan dakwah Islam menggunakan


berbagai macam metode antara lain : metode sembunyi-sembunyi, dakwah secara
terang-terangan, politik pemerintah, dan peperangan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana periodisasi dakwah Nabi Muhammad Saw.?
2. Bagaimana kode etika dakwah Nabi Muhammad Saw.?
3. Apa keistimewaan dakwah Nabi Muhammad Saw.?
4. Apa tujuan dakwah Nabi Muhammad Saw.?
C. Tujuan
1. Mengetahui periodisasi dakwah Nabi Muhammad Saw.
2. Mengetahui kode etika dakwah Nabi Muhammad Saw.
3. Mengetahui keistimewaan dakwah Nabi Muhammad Saw.
4. Mengetahui tujuan dakwah Nabi Muhammad Saw.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Periodisasi Dakwah Nabi Muhammad Saw.


Dengan meninjau kepada objek objek dakwah (mad’u), Imam Ibnu Qayyim
Al-Jauziyah (751 H) membagi periode dakwah Nabi Saw. sebagai berikut :
1. Periode Nubuwwah (kenabian).
2. Periode Indzar (memberikan peringatan disertai ancaman bagi yang tidak
taat) kepada keluarga dekat Nabi Saw.
3. Periode Indzar kepada warga suku Nabi Saw.
4. Periode Indzar kepada seluruh bangsa Arab.
5. Periode Indzar kepada seluruh umat manusia .
Untuk dakwah Nabi Saw., Ibnu Qayyim Al-Jauziyah menggunakan kata
Indzar yang berarti memberikan peringan atau kewaspadaan disertai ancaman bagi
yang tidak menaatinya. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah tidak menjelaskan alasannya
mengapa beliau hanya menggunakan kata Indzar saja untuk dakwah Nabi Saw.,
meskipun tentunya beliau mengetahui bahwa didalam dakwah Nabi Saw. juga
menggunakan pendekatan Tabsyir.
Sementara itu ulama kontemporer dari Fakultas Syariah Universitas
Damascus Syiria, Prof. Dr. Syeikh Muhammad Said Ramadhan Al Buti, dengan
meninjau pendekatan-pendekatan dakwah Nabi Saw., membuat periodisasi
dakwah Nabi Saw. sebagai berikut :
1. Dakwah dengan cara rahasia. Dakwah dengan pendekatan ini berlangsung
selama 3 tahun.
2. Dakwah secara terbuka dengan lisan saja. Dakwah dengan cara ini
berlangsung sampai Nabi Saw. hijrah ke Madinah.
3. Dakwah secara terbuka dengan memerangi orang-orang yang memusuhi
beliau. Dakwah dengan cara ini berlangsung sampai diadaakannya
perjanjian Hudaibiyah dengan orang-orang musyrikin, pada tahun 6 H.
4. Dakwah secara terbuka dengan memerangi orang-orang yang merintangi
dakwah beliau, serta memerangi orang orang musyrikin dan kafir yang
tidak mau masuk Islam. Dakwah dengan cara ini berlangsung sampai
Nabi Saw. wafat, tahun 11 H. Dan pendekatan dakwah yang terakhir ini
adalah pendekatan dakwah yang sudah mapan dimana hal itu tidak
mengalami perubahan lagi.

2
Sementara itu, secara umum masa dakwah Nabi Saw. terbagi menjadi 2
periode, yaitu :

1. Pada Masa Makkah (Pra Hijrah)


Periode dakwah dalam masa Rasulallah Saw. dibagi kedalam zaman Makkah
dan zaman Madinah. Zaman Makkah disebut juga periode Pembinaan Kerajaan
Allah Swt. dalam hati manusia.
Menurut ahli sejarah Amin Said, bahwa dakwah zaman Makkah dibagi kepada
empat periode, yaitu :

a) Periode Rumah Tangga


Periode pertama ini, yang dinamakan periode rumah tangga berlalu tiga
tahun lamanya dimana dalam masa itu Rasulallah Saw. menjalan dakwahnya
dengan diam-diam, hanya dengan memberi pelajaran dan petunjuk;
mengusahakan agar para pengikutnya konsisten atau loyal dan istiqomah
dengan memberi pelajaran baik yang memuaskan.
Dalam periode yang pertama ini, telah masuk Islam isteri Rasulallah Saw.
yaitu Sayyidah Khadijah, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Harisah, dan Abu
Bakar Shiddiq. Dengan dakwah Abu Bakar, maka masuk Islam pulalah
Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi
Waqas, dan Thalhah bin Ubaidillah.

b) Periode Keluarga
Dalam periode ini Allah Swt. menyuruh Rasulullah Saw. menyampaikan
dakwah kepada keluarganya yang terdekat terlebih dahulu dan jangan
menghiraukan ancaman dan penghinaan musyrikin Quraisy.

c) Periode Konfrontasi
Dalam masa periode ini Rasulullah Saw. berdakwah dengan terus terang
tanpa menghiraukan penghinaan dan ancaman. Nabi Saw. keluar menjalankan
dakwahnya ke segala tempat; ke Ka’bah, ke tempat-tempat orang-orang
Quraisy pada musim hari raya, bahkan pada segala kesempatan; mengajak
mereka memeluk agama Allah Swt., agama tauhid. Maka berkembanglah
dakwah Rasulallah Saw. dan banyaklah pengikutnya, sehingga menyebabkan
kaum Quraiys mulai bertindak keras dan kejam.

d) Periode Kekuatan
Pada akhir periode konfrontasi, yaitu dalam tahun kedelapan hijriyah,
masuklah kedalam Islam, Hamzah dan Umar bin Khattab, keduanya adalah
pahlawan-pahlawan Quraisy; sehingga dengan masuknya mereka kedalam
Islam, barisan kaum muslimin menjadi kuat dan masuklah dakwah Islam
kedalam periode kekuatan.

3
Dalam periode ini, kaum muslimin untuk pertama kali melakukan ibadah
shalat dengan terang-terangan dalam Ka’bah, sedangkan sebelum itu mereka
melakukan sholat dengan sembunyi-sembunyi.

2. Pada Masa Madinah (Pasca Hijrah)


Dakwah Islamiyah dalam zaman Madinah disebut juga periode Pembinaan
Kerajaan Allah Swt. dalam masyarakat manusia. Dalam zaman ini, dakwah
Islamiyah telah membentuk dirinya menjadi satu kekuatan nyata yang hebat
sekali, dimana kaum muslimin dibawah pimpinan juru dakwah agung Muhammad
merupakan Ansarullah, tentara Allah Swt., yang melaksanakan dakwah Islamiyah
dalam seluas kata.
Dalam zaman Madinah banyak sekali terjadi peristiwa penting dalam
perjalanan dakwah Islamiyah, di antaranya :

a) Peristiwa hijrah
Peristiwa itu terjadi setelah kaum Quraisy merasa terdesak oleh dakwah
Nabi Muhammad Saw., seperti terdesak kekuatan besar akibat kalimat
kebenaran, yang selanjutnya menandaskan bahwa karena itu mereka
berkomplot untuk membunuh Muuhammad saw yang diputuskan dalam satu
rapat rahasia. Lantas Allah Swt. memberitahukan Muhammad Saw. tentang
komplotan mereka, dan mewahyukan agar Muhammad Saw. hijrah. Maka
hijrahlah dia dengan ditemani oleh sahabatnya Abu Bakar Shiddiq tanpa ada
tentara pengawal dan tanpa ada kekuatan, sedangkan musuhnya banyak
dengan kekuatan yang cukup.
Seluruh kekuatan kafir Quraisy yang diantaranya para pemuda dengan
pedang terhunus mengelilinginya sedangkan Muhammad Saw. tidak punya
apa-apa yang seperti itu datanglah bantuan dari Allah Swt., yaitu tentara yang
tidak dilihat oleh mata manusia, dan akhirnya rencana jahat kaum kafir hancur
gagal total. Tanggal 12 Rabiul Awwal tahun pertama hijriyah (16 September
622 M ) sampailah Rasulallah Saw. di Quba, kira-kira 3 kilometer dari Yasrib,
dimana beliau mendirikan Masjid yang kemudian terkenal dengan Masjid
Quba dibina atas asas taqwa.

b) Jum’at pertama
Tanggal 16 Rabiul Awwal tahun pertama hijriyah (20 September 622 M)
Rasulallah Saw. meninggalkan Quba menuju Yatsrib yang kemudian menjadi
markas besar dakwah Islamiyah dan namanya diubah menjadi Madinah Rasul.
Pada tanggal tersebut bertepatan dengan hari jum’at. Sebelum sampai ke
Yatsrib, pada suatu tempat yang bernama lembah Bani Salim, datanglah waktu
zuhur. Pada waktu itulah, Nabi Muhammad Saw. mendapat perintah untuk
mendirikan sholat jum’at, sebagai sholat jum’at yang pertama dalam Islam.

4
Hal ini sebagai isyarat bahwa telah datang masanya untuk mendirikan daulah
Islamiyah, untuk membangun umat Islam dan masyarakat Islam.

c) Masjid pusat kegiatan


Selesai sholat jum’at pertama, Rasulullah Saw. dan pengikutnya terus
menuju Yatsrib, dimana diperbatasan kota telah dinanti sejumlah penduduk
dan putera puteri remaja, dengan suara merdu melagukan nyanyian selamat
datang.
Setibanya Rasulullah Saw. Di kota Yatsrib pada sore hari Jum’at 16
Rabiul Awwal (20 September 622 M), mulai membangun sebuah Masjid,
sebagai pusat ibadah, pusat pemerintahan, pusat segala kegiatan ummat,
tegasnya untuk menjadi markas besar Daulah Islamiyah yang baru di
proklamirkan.
Pada waktu itu, Dakwah Islamiyah dikatakan benar-benar suara Masjid,
benar-benar suara Allah Swt.

d) Manifesto politik
Setelah proklamasi negara Islam pada 16 Rabiul Awwal tahun pertama
hijriyah dan ibukota negara Yatsrib diubah namanya menjadi Madinah, maka
warga negara dari negara baru itu terdiri dari :
1) Orang-orang Muhajirin, yaitu mereka yang hijrah dari Makkah ke
Madinah karena keyakinan Agamanya.
2) Orang Anshar, yaitu penduduk Madinah asli yang masuk Islam, yang
terdiri dari kaum Khazraj dan kaum Aus.
3) Orang-orang Yahudi yang mendiami Madinah.
4) Dan sedikit orang-orang musyrik Arab yang belum Islam.
Perjanjian yang sangat bersejarah itu menetapkan tugas dan kewajiban
musyrikin Madinah terhadap Daulah Islamiyah. Dokumen politik yang
pertama dibuat Islam itu menggariskan dasar-dasar kehidupan sosial dan
ekonomi serta kehidupan militer bagi segenap penduduk Madinah, baik
Muslimin, Yahudi ataupun Musyrikin. Mengenai kehidupan ekonomi, ini
menentukan keharusan orang kaya membantu dan membantu utang orang
miskin. Mengenai kehidupan sosial dokumen menetapan kewajiban
memelihara kehormatan tetangga, jaminan keselamatan harta dan jiwa bagi
segenap penduduk serta kebebasan beragama bagi penduduk., kepastian
pelaksanaan hukum bagi yang bersalah dan didepan pengadilan tidak ada
perbedaan hukum bagi siapapun.

e) Persaudaraan Muhajirin dan Anshar


Pada masa madinah ini,suatu kampanye dakwah yang sangat penting telah
dilaksanakaan yaitu tumbuhnya persaudaraan islam, ukhuwah Islamiyah,
sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur’an :

5
‫صلِ ُح ْوا فَا َ اِ ْخ َوةٌ ا ْل ُمؤْ ِمنُ ْونَ اِنَّ َما‬ ‫هّٰللا‬
ْ َ‫م َ تَّقُوا َوا اَ َخ َو ْي ُك ْم بَيْن‬iْ ‫نَ ت ُْر َح ُم ْولَ َعلَّ ُك‬

Sesungguhnya orang-orang mukmin bersaudara karena itu,


kembangkanlah suasana damai diantara orang bersaudara itu. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah, semoga kamu mendapat rahmat. (QS.
Al-Hujurat : 10)

Sebagai langkah pertama dalam usaha pembinaan persaudaraan Islam dan


persatuan atas prinsip agama, maka Rasulullah Saw. mempersaudarakan
antara kaum Muhajirin dengan kaum Anshar, yang berbeda suku dan adat
istiadat. Peristiwa tersebut merupakan suatu kewajiban yang belum pernah
diimpikan oleh manusia sebelum itu. Akhirnya terbentuklah suatu umat yang
benar-benar seperti tubuh yang satu, yang apabila sakit satu anggota
daripadanya, merintihlah seluruh anggota yang lain, karena ikut merasa sakit;
seperti yang diperlihatkanlah oleh kaum Anshar, betapa besarnya cinta
mereka kepada saudara-saudara mereka kaum Muhajirin, sehingga mereka
rela menyerahkan apa saja untuk kepentingan kaum Muhajirin itu.

f) Piagam Madinah
Adapun inti dalam Piagam Madinah adalah sebagai berikut :
1) Kaum Yahudi bersama kaum muslimin wajib turut serta dalam
peperangan.
2) Kaum Yahudi dari Bani Auf diperlakukan sama seperti kaum
muslimin.
3) Kaum Yahudi tetap dengan agama Yahudi mereka, dan demikian pula
dengan kaum muslimin.
4) Semua Kaum Yahudi dari semua suku dan kabilah di Madinah
diberlakukan sama dengan kaum Yahudi Bani Auf.
5) Kaum Yahudi dan muslimin harus saling tolong menolong dalam
memerangi atau menghadapi musuh.
6) Kaum Yahudi dan muslimin harus senantiasa saling berbuat kebajikan
dan saling mengingatkan ketika terjadi penganiayaan atau kezhaliman.
7) Kota Madinah dipertahankan bersama dari serangan pihak luar.
8) Semua penduduk Madinah dijamin keselamatannya kecuali nagi yang
berbuat jahat.

Meskipun antara periode Makkah dan periode Madinah merupakan satu-


kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan, namun suatu hal yang perlu dicatat
disini adalah bahwa periode Madinah yang masanya lebih pendek daripada
periode Makkah itu hasil yang dicapai dalam dakwah jauh lebih gemilang
dibanding dengan periode Makkah. Keberhasilan dakwah ini tentunya tidak dapat

6
dilepaskan dari faktor metode dan pendekatan dakwah yang ditempuh oleh
dakwah Nabi Muhammad Saw.

B. Kode Etika Dakwah Nabi Muhammad Saw.


Secara umum etika dakwah adalah etika Islam itu sendiri, dimana seorang da’i
sebagai seorang muslim dituntut untuk memiliki etika-etika yang terpuji dan
menjauhkan diri dari perilaku-perilaku yang tercela. Namun secara khusus, dalam
dakwah terdapat etika-etika tersendiri seperti dicontohkan Nabi Saw. berikut ini.

1. Tidak Memisahkan antara ucapan dan perbuatan


Dalam menjalankan dakwah, Rasulullah Saw. tidak pernah memisahkan
antara apa yang beliau katakan dengan apa yang beliau kerjakan. Artinya, apa
yang beliau perintahkan beliau mengerjakannya, dan apa yang beliau larang
beliau juga meninggalkannya. “Sholatlah kalian seperti kalian melihat diriku
sholat”. Demikian pula dalam masalah haji beliau bersabda, “Lakukanlah
ibadah haji kalian dengan mencontoh ibadah hajiku”.
Etika dakwah ini merupakan suatu keharusan bagi para dai.Tanpa hal itu
sulit rasanya dakwah mereka dapat berhasil. Allah sendiri mengecam orang-
orang yang hanya pandai berbicara tetapi tidak pernah melakukannya.

‫الَ تَ ْف َعلُ ْونَ َما تَقُ ْولُ ْونَ لِ َم ٰا َمنُ ْوا الَّ ِذيْنَ ٰۤيا َ ُّي َها‬

Hai orang-orang yang beriman,mengapa kalian mengatakan hal-hal yang


kalian tidak melakukannya? (QS.Shaff : 2)

‫تَ ْف َعلُ ْونَ الَ َما تَقُ ْولُ ْوا اَنْ هّٰللا ِ ِع ْن َد َم ْقتًا َكبُ َر‬

Amat besar murka disisi Allah, bahwa kalian mengatakan apa-apa yang
tidak kalian kerjakan. (QS. As-Shaff : 3).

2. Tidak melakukan toleransi agama


Toleransi (tasamuh) memang dianjurkan oleh Islam. Tetapi dalam batas-
batas tertentu dan tidak menyangkut masalah agama (aqidah). Dalam masalah
agama (aqidah), Islam memberikan garis tegas untuk tidak bertoleransi,
kompromi, dan sebagainya.
Seperti saat Nabi Saw. masih tinggal di Makkah, orang musyrik mencoba
mengajak Nabi Saw. untuk melakukan kompromi keagamaan. Mereka
mengajak Nabi Saw untuk mengikuti agama mereka dan menyembah Tuhan
mereka, begitupun sebaliknya. Apabila ternyata agama Nabi Saw yang benar,
maka mereka sudah memperoleh kebenaran itu. Dan apabila ternyata agama
mereka yang benar, maka Nabi Saw. pun telah memperoleh kebenaran itu.
Mengetahui ajakan itu Nabi Saw. berkata, “Saya mohon perlindungan
Allah agar tidak mempersekutukan-Nya dengan yang lain.” Kemudian turun

7
Surah Al-Kafirun, yang intinya orang-orang muslim tidak diperkenankan
menyembah sesembahan orang-orang kafir, dan orang-orang kafir pun tidak
perlu menyembah sesembahan orang-orang muslim.

3. Tidak mencerca sesembahan lawan


Pada waktu Nabi Saw. masih tinggal di Mekkah, orang-orang musyrikin
mengatakan bahwa Nabi Saw. sering mencerca berhala-berhala sesembahan
mereka. Akhirnya secara emosional mereka mencerca Allah sesembahan Nabi
Saw. Bahkan mereka mengultimatum Nabi Saw. Kata mereka, “Wahai
Muhammad, hanya ada dua pilihan, kamu tetap mencerca tuhan-tuhan kami,
atau kami akan mencerca Tuhanmu.”
Orang-orang muslim pada saat itu juga sering mencerca berhala-berhala
sesembahan orang-orang musyrikin. Akhirnya, karena hal itu menyebabkan
orang-orang musyrikin mencerca Allah, Allah menurunkan ayat yang
berbunyi :

‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬ iِ ِۢ ‫َع َملَ ُه ْم اُ َّم ٍة لِ ُك ِّل َزيَّنَّا َك ٰذلِ َك  ۗ ِع ْل ٍم‬


ُ َ‫سبُّوا ِ د ُْو ِن ِمنْ الَّ ِذيْنَ ت‬
 ۖ  ‫سبُّوا َواَل‬ ُ َ‫ۢب َغ ْي ِر َع ْد ًوا َ يَ ْدع ُْونَ فَي‬

‫يَ ْع َملُ ْونَ نُ ْوا َكا ِب َما فَيُنَبِّئُ ُه ْم َّم ْر ِج ُع ُه ْم َربِّ ِه ْم اِ ٰلى ثُ َّم‬

Dan janganlah kamu memaki sesembahan-sesembahan yang mereka


sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan
melampaui batas tanpa pengetahuan. (QS. Al-An’am : 108)

4. Tidak melakukan diskriminasi


Dalam menjalankan tugas dakwah, Nabi Saw. tidak diperkenankan
melakukan diskriminasi sosial diantara orang-orang yang didakwahi. Beliau
tidak diperkenankan mementingkan orang-orang kelas elite saja, sementara
orang-orang kelas bawah dinomorduakan.
5. Tidak memungut imbalan
Suatu hal yang sangat penting dalam dakwah Nabi Saw. maupun Nabi-
nabi sebelumnya, beliau tidak pernah memungut imbalan dari pihak-pihak
yang didakwahi. Beliau hanya mengharapkan imbalan dari Allah saja.
6. Tidak mengawani pelaku maksiat
Dalam menjalankan dakwah ternyata Nabi Saw. tidak pernah berkawan,
apalagi berkolusi, dengan para pelaku maksiat. Hal ini bukan karena pada
masa Nabi Saw. tidak ada orang yang berbuat maksiat, melainkan begitulah
etika dakwah beliau.
7. Tidak menyampaikan hal-hal yang tidak diketahui
Seorang da’i adalah penyampai ajaran Islam. Sementara ajaran itu berisi
hal-hal tentang halal-haram dan sebagainya. Da’i yang menyampaikan suatu
hukum, sementara ia tidak mengetahui hukum itu, pastilah ia akan

8
menyesatkan orang lain. Ia lebih baik mengatakn tidak tahu atau wallahu
a’lam apabila ia tidak tahu jawaban suatu masalah.

C. Keistimewaan Dakwah Nabi Muhammad SAW


Diantara keistimewaan-keistimewaan dakwah Nabi Saw. itu antara lain :

1. Berasal dari Allah (Rabbaniyah al-Da’wah)


Dakwah yang dibawa Nabi Muhammad Saw. bersumber dari wahyu yang
berasal dari Allah, atau dikenal dengan istilah Rabbaniyah al-Da’wah. Nabi
Saw. sendiri yang diberi tugas untuk menyampaikan da’wah itu juga
berdasarkan perintah Allah. Dalam hal ini, misi-misi dakwah para Nabi
terdahulu juga sama, yaitu berasal dari Allah.
Sebagai konsekoensi keistimewaan “Rabbaniyah” ini, ajaran dakwah
Islam memiliki kelebihan-kelebihan yang tidak dimiliki oleh ajaran-ajaran
yang lain, yaitu :
Pertama, ajaran Islam bersifat sempurna tidak memiliki kekurangan
apapun. Kesempurnaan ini, karena ajaran Islam bersumber dari Allah,
sementara Allah memiliki kesempurnaan yang mutlak, baik dari segi dzat-
Nya, sifat-sifat-Nya, maupun titahnya. Dan hal itu berpengaruh pada aturan-
aturan yang ditetapkan-Nya, baik berupa hukum, akhlak, dan lain-lain.
Kedua, karena ajaran-ajaran Islam itu bersumber dari Allah, maka ia
memiliki kharisma yang luhur sehingga manusia akan cenderung
menghormati dan menaati ajaran-ajaran itu.

2. Komprehensif (Syumuliyah al-Da’wah)


Dakwah Islam yang dibawa Nabi Saw. mencakup seluruh aspek kehidupan
manusia. Tidak ada suatu gerak dan langkah manusia, baik secara
perseorangan maupun kelompok, yang tidak ada aturannya dalam Islam.
Secara global aturan atau hukum yang ada dalam ajaran Islam terbagi
menjadi tiga :
a) Aturan yang berkaitan dengan akidah, yaitu hal hal yang wajib di Imani
oleh seorang mukallaf (dewasa dan berakal), seperti rukun iman.
b) Aturan yang berkaitan dengan akhlak, yaitu sifat perilaku terpuji yang
harus dimiliki seseorang, atau sifat perilaku tercela yang harus
ditinggalkan oleh seseorang.
c) Aturan yang berkaitan dengan perbuatan, yaitu perbuatan, ucapan,
perjanjian, dan lain-lain yang dilakukan oleh seorang mukallaf baik
secara pribadi maupun kelompok. Aturan aturan yang berkaitan dengan
perbuatan secara garis besar terbagi menjadi dua. Pertama, ibadah yaitu
pengaturan hubungan anatara manusia dengan Allah. Dan yang kedua,
muamalah yaitu pengaturan hubungan antara manusia dengan
sesamanya, baik perorangan maupun kelompok.

9
3. Universal (‘Alamiyah al-Da’wah)
Berbeda dengan misi misi dakwah yang dibawa para Nabi terdahulu, misi
dakwah yang dibawa Nabi Muhammad Saw. bersifat universal. Ia tidak
mengenal batas batas waktu, tempat, dan etnis; melainkan berlaku untuk
sepanjang zaman, disemua belahan bumi, dan semua umat manusia didunia.
Dalam hal ini Al-Quran menegaskan :

‫س ْل ٰن َكا َ َو َم ۤا‬
َ ‫س لِّلنَّا فَّةً َكٓا اِالَ ْر‬ ِ ‫س النَّا اَ ْكثَ َر َّو ٰلـ ِكنَّ َّونَ ِذ ْي ًرا َب‬
ِ ‫ش ْي ًرا‬ ِ ‫يَ ْعلَ ُم ْونَ اَل‬

Dan kami tidak mengutus kamu melainkan kepada ummat manusia


seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi
peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui. (QS. Saba : 28)

‫س النَّا ُّي َها ٰۤيا َ قُ ْل‬ ‫هّٰللا‬


ْ ‫ت ُم ْل ُك لَ ٗه ٭لَّ ِذ‬
ُ ‫ي َج ِم ْي ًعا اِلَ ْي ُك ْم ِ َر‬
ُ ‫س ْو ُل اِنِّ ْي‬ ِ ‫ُه َواِاَّل   اِ ٰلهَ اَل ۤ   ْۚر‬
ِ ‫ضاْل َ َوا السَّمٰ ٰو‬

‫س ْولِ ِه هّٰلل ِ بِا ِمنُ ْوا  فَ ٰا   َۖويُ ِميْتُ يُ ْح ٖي‬ ‫هّٰلل‬
ْ ‫لَ َعلَّ ُك ْم تَّبِ ُع ْوهُ َوا َو َكلِمٰ تِ ٖه ِ بِا يُؤْ ِمنُ الَّ ِذ‬
ُ ‫ي ِّم ِّي ااْل ُ النَّبِ ِّي َو َر‬

َ‫تَ ْهتَد ُْون‬

Katakanlah (Muhammad), Wahai manusia! Sesungguhnya aku ini utusan


Allah bagi kamu semua, Yang memiliki kerajaan langit dan bumi; tidak
ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan
mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, (yaitu)
Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-
Nya (kitab-kitab-Nya). Ikutilah dia, agar kamu mendapat petunjuk. (QS.
Al-A’raf : 158)

Dan dakwah para nabi terdahulu hanyalah untuk kaumnya sendiri, dan
hanya berlaku pada masa itu saja. Misalnya Nabi Nuh as, beliau hanya diutus
kepada kaum-Nya saja.

‫هّٰللا‬
َ ‫تَتَّقُ ْونَ  اَفَاَل ۗ  َغ ْي ُرهٗ ا ِ ٰل ٍه ِّمنْ لَـ ُك ْم َما َ وا ا ْعبُ ُد ٰيقَ ْو ِم َل فَقَا قَ ْو ِم ٖه اِ ٰلى نُ ْو ًحا اَ ْر‬
‫س ْلنَا َولَقَ ْد‬

Dan sesungguhnya kami telah mengutud nuh kepda kaumnya, lalu ia


berkata,” Hai kaum-Ku sembahlah oleh kamu Allah, (karena) sekali-kali
tidak ada Tuhan bagimu selain Dia. Maka mengapa kamu tidak bertaqwa
(kepada-Nya)? ( QS. Al-Mu’minun : 23)

Universalisme ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. itu


memiliki dua dimensi, yaitu universal dalam arti ia berlaku untuk setiap
tempat tanpa mengenal batas –batas etnis, dan universal dalam arti ia berlaku
untuk setiap waktu tanpa adanya pembatasan.

10
4. Mengenal balasan amal (Jazaiyah al-Da’wah)
Dakwah islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw tidak sekedar
merupakan nasihat dan bimbingan tentang norma dan nilai keluhuran tanpa
adanya balasan bagi pelakunya. Memang, ia berisi nasihat dan bimbingan,
tetapi ia juga sekalian mengarkan adanya balasan, yaitu berupa pahala bagi
yang mematuhi nasihat itu, dan siksa bagi yang tidak mematuhinya.
Sistem balasan islam pada dasarnya hanya berlaku diakhirat, artinya
balasan itu akan diterima pelakunya diakhirat nanti. Namun tatanan kehidupan
di dunia menghendaki adanya pencegahan terhadap pelanggaran, sehingga
hak-hak warga masyarakat terlindungi. Tanpa hal itu sistem kehidupan
masyarakat akan stabil. Karena itu, disamping mengajarkan adanya balasan di
akhirat, Islam juga mengajarkan adanya balasan didunia, baik balasan itu
bersifat moral maupun material.
Misalnya, seorang yang membunuh orang lain dengan, diakhirat ia
diancam dengan hukuman siksa dineraka, sementara di dunia diancam dengan
hukuman qishas (hukuman yang semisal dengan perbuatannya) disamping
hukuman moral dari masyarakat.

5. Moderat ( I’tidaliyah al-Da’wah)


Keistimewaan dakwah Islam selanjutnya adalah ia bersifat moderat Islam
mendorong manusia agar mencapai tingkat kesempurnaan, tetapi pada saat
yang sama ia juga tidak menutup mata terhadap karakteristik dan realitas
manusia. Islam melarang pemnganutnya untuk bersikap berlebih lebihan
dalam beragama namun ia juga melarang sikap semena-mena sehingga
persyaratan minimal pun tidak terpenuhi.

D. Tujuan Dakwah Nabi Muhammad Saw.


1. Mencapai keseimbangan antara material dan spiritual
Dakwah Islam adalah menolak dengan secara tegas pendirian orang yang
tidak mempercayai adanya hari kebangkitan. Mereka berkata, “Tidaklah yang
membinasakan kita melainkan masa.” Dakwah Islam yang mempercayai
adanya kehidupan selain dari kehidupan yang ada ini, yang mendorong kepada
individu dan kelompok untuk bekerja. Karena pada hari akhirat nanti setiap
orang akan menerima balasan dari usahanya, baik perbuatan yang baik
maupun yang jahat. Firman Allah Swt. :

ْ‫يَ َرة َخ ْي ًرا َذ َّر ٍة َل ِم ْثقَا يَّ ْع َم ْل فَ َمن‬

Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia


akan melihat (balasan)nya . (QS. Az-Zalzalah : 7)

11
ْ‫يَ َرة ًّرا َذ َّر ٍة َل ِم ْثقَا يَّ ْع َم ْل َو َمن‬

Dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia


akan melihat (balasan)nya. (QS. Az-Zalzalah : 8)

Dakwah Islam tidak melarang manusia menuntut kemewahan dunia dan


menikmati kelezatan hidup ini asal saja tidak berlebihan, karena itu
diperbolehkan memiliki perhiasan yang sederhana. Firman Allah Swt. :

‫س ِج ٍد ُك ِّل ِع ْن َد ِز ْينَتَ ُك ْم ُخ ُذ ْوا ٰا َد َم ٰيبَنِ ۤ ْي‬ ْ ‫س ِرفُ ْوا َواَل‬


ْ ‫ش َربُ ْوا َوا َّو ُكلُ ْوا َم‬ ْ ‫اِنَّهُ الَيُ ِح ُّب ا ْل ُم‬
ْ ُ‫س ِرفِيْنَ  ۚت‬

Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah disetiap (memasuki)


masjid, makan dan minumlah tetapi jangan berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.
(QS. Al-A’raf : 31)

2. Jihad fisabilillah
Setiap ajakan dan seruan kejalan yang baru, tentunya harus diiringi dengan
jihad lisan dan perbuatan. Orang quraisytelah menyatakan perang terhadap
Rasulullah pada saat beliau memulai dakwahnya dengan cara terbuka, beliau
mengajak manusia menerima Islam dan meninggalkan kepercayan lama.
Perang dingin terus berlangsung dari kaum musyrikin terhadap Rasulullah dan
para sahabat, sampai orang quraisy merencanakan membunuh Rasulullah,
karena beliau direncanakan akan dibunuh, beliau berangkap berhijrah ke kota
Madinah demi menyelamatkan agama dan mencari tempat yang baru,
sehingga beliau mendapatkan kesempatan menyampaikan dakwah ditengah
umat manusia dan ditengah umat berbagai agama, agar menerima dan
menghormati dakwahnya. Waktu masih berada di Mekkah beliau mendapat
kesempatan dan juga belum diizinkan menyatakan perang terhadap kaum
musyrikin. Karena jumlah umat Islam masih sedikit dan mereka belum lagi
memiliki perlengkapan, baik untuk mempertahankan diri atau untuk
menyerang. Karena musuh berada dihadapan mereka dan tersebar disekeliling
mereka, yang selalu mengintip gerak gerik mereka dan mengetahui jumlah
mereka dan tempat tinggal mereka. Karena dakwah pada saat itu harus
dilaksanakan dengan baik yang dapat meyakinkan orang terhadap kebenaran
agama Islam.
Kemudian dakwah berpindah ke arena yang lebih luas lagi ialah dengan
mempergunakan kekerasan dan peperangan, ini sesudah dakwah berakar kuat
dalam jiwa para pemeluk Islam di tempat yang baru ialah kota Yasrib. Pada
waktu itulah diizinkan kaum muslimin mengangkat senjata baik dalam
mengamankan dakwah atau mempertahankan diri.

12
3. Pembentukan umat yang bersatu padu
Mungkin ingatan kita masih segar tentang tujuan dakwah Islam dan yang
menjadi inti ajaran Islam yang menjadi dustur dan aktivitas dakwah nya ialah
membentuk suatu umat yang bersatu padu serta kuat. Mungkin kita masih ingat
dalam uraian yang terdahulu bahwa bangsa Arab sangat fanatik terhadap suku
dan kefanatikan ini nampak kelihatan sampai Rasulullah dibangkitkan. Orang
Quraisy bersatu padu menantang Bani Hasyim dan Abdul Muthollib dengan
mengadakan pemboikotan. Orang Quraisy tidak akan mengawini keturunan
Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthollib dan tidak akan berjual beli sengan
mereka. Orang Quraisy terus memboikot selama 3 tahun lamanya. Sehingga
memaksa Rasulullah dan keluarganya keluar kota Makkah ke salah sebuah
lembah dan mereka seluruhnya hidup menderita. Namun dengan kekuatan
Iman dan akidah itulah mereka dapat mendobrak persekutuan ini yang
menyebabkan pemboikotan dibatalkan, pemboikotan yang telah disepakati oleh
seluruh suku Arab. Karena itu dakwah hendaknya mempergunakan dan
mengarahkan semangat ini, mengganti kefanatikan kepada suku berganti
dengan fanatik kepada agama. Tidak ada pilihan lain selain dari pengikut cara
ini, karena dengan mematikan kecenderungan dan menghentikan sikap
manusia akan menimbulkan bencana yang lebih fatal sebagaimana yang
dibicarakan oleh ahli ilmu jiwa pada abad modern ini ialah dengan cara
mengalihkan instink yang baik tanpa menghentikan dan mematikan suatu
insting.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah (751 H) membagi periode dakwah Nabi Saw.
sebagai berikut :
1. Periode Nubuwwah (kenabian).
2. Periode Indzar (memberikan peringatan disertai ancaman bagi yang tidak
taat) kepada keluarga dekat Nabi Saw.
3. Periode Indzar kepada warga suku Nabi Saw.
4. Periode Indzar kepada seluruh bangsa Arab.
5. Periode Indzar kepada seluruh umat manusia.
Sementara itu, secara umum masa dakwah Nabi Saw. terbagi menjadi 2
periode, yaitu :
1. Pada masa Makkah (Pra Hijrah)
2. Pada masa Madinah (Pasca Hijrah)

Secara umum etika dakwah adalah etika Islam itu sendiri, dimana seorang da’i
sebagai seorang muslim dituntut untuk memiliki etika-etika yang terpuji dan
menjauhkan diri dari perilaku-perilaku yang tercela. Namun secara khusus, dalam
dakwah terdapat etika-etika tersendiri seperti dicontohkan Nabi Saw. berikut ini.
1. Tidak memisahkan antara ucapan dan perbuatan.
2. Tidak melakukan toleransi agama.
3. Tidak mencerca sesembahan lawan.
4. Tidak melakukan diskriminasi.
5. Tidak memungut imbalan.
6. Tidak mengawani pelaku maksiat.
7. Tidak menyampaikan hal-hal yang tidak diketahui.

Diantara keistimewaan-keistimewaan dakwah Nabi Saw. itu antara lain :


1. Berasal dari Allah (Rabbaniyah al-Da,wah)
2. Komprehensif (Syumuliyah al-Da’wah)
3. Universal (‘Alamiyah al-Da’wah)
4. Mengenal balasan amal (Jaza’iyah al-Da’wah)
5. Moderat (I’tadaliyah al-Da’wah)

Diantara tujuan dakwah Nabi Muhammad Saw. antara lain :


1. Mencapai keseimbangan antara material dan spiritual
2. Jihad fisabilillah
3. Pembentukan umat yang bersatu padu

14
B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami buat. Kami sadar masih banyak
kekurangan dalam makah ini. Kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca. Semoga masalah ini bisa bermanfaat begi semuanya
terutama bagi kami.

15
Daftar Pustaka

Atha, Mustafa, Muhamad. 1982. Sejarah Dakwah Islam. Surabaya : PT Bina


Ilmu
Saputra, Wahidin. 2011. Pengantar Ilmu Dakwah. Jakarta : PT Rajagrafindo
Persada
Yaqub, Mustafa, Ali. 2000. Sejarah dan Metodologi Dakwah Nabi. Pasar
Baru : PT Pustaka Firdaus
Ula, Miftachul. Ulfa, Maria. Tuanaya, Husein, Muhammad. 2014. Buku Siswa
Sejarah Kebudayaan Islam. Kementerian Agama Republik Indonesia

16

Anda mungkin juga menyukai