Anda di halaman 1dari 16

TUGAS TERSTRUKTUR DOSEN PENGAMPU

SEJARAH DAKWAH MUSFICHIN, MA.

Tentang :

“ DAKWAH PADA MASA KHULAFAUR RASYIDIN”


Disusun Oleh :

Bayu Anggara Saputra (190104010129)


Muhammad Rizky Maulana (190104010128)
Nor Aini Sabrina (190104010013)
Nuriana (190104010019)
Salman Ar-rasyid (190104010120)

KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
“Dakwah pada masa Khulafaur Rasyidin” dalam mata kuliah Sejarah Dakwah ini
dengan tepat waktu.
Sholawat beserta salam tidak lupa pula kami haturkan keharibaan junjungan
kita, sang juru selamat, Baginda Nabi Besar Muhammad SAW yang telah
membawa kita dari jalan yang gelap gulita menuju jalan yang terang benderang.
Dalam proses penyelesaian makalah ini tentunya tidak terlepas dari bimbingan
dan juga bantuan dari berbagai pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per
satu.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah kami. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan juga saran dari
pembaca guna membangun untuk penulisan makalah yang selanjutnya.
Kami ucapkan terima kasih dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini
dan dapat bermanfaat bagi kita semua.

Banjarmasin, 20 September 2019

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul.......................................................................................................i
Kata Pengantar.......................................................................................................ii
Daftar Isi................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................1.
C. Tujuan Masalah.........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
1. Dakwah Pada Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq............................................2
2. Dakwah Pada Masa Umar bin Khattab......................................................5
3. Dakwah Pada Masa Utsman bin Affan......................................................8
4. Dakwah Pada Masa Ali bin Abi Thalib.....................................................10
5. Ciri Dakwah Pada Masa Khulafaur Rosyidin……………………………11
BAB III PENUTUP
Kesimpulan.......................................................................................................12
Saran…………………………………………………………………………..12
Daftar Pustaka...................................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Setelah Rasulullah SAW wafat, amanat dakwah berpindah kepada para
sahabat. Islam tidak mati dengan meninggalnya Rasulullah SAW. Karena
sebelum meninggalnya beliau telah meninggalkan kader-kader yang tangguh dan
siap mengusung ajaran Islam. Para sahabat mengarahkan segenap potensi mereka
baik tenaga, harta, bahkan jiwa mereka dalam menyebarkan Islam dalam bentuk
perluasan wilayah dalam sejarah Islam.
Ada empat khalifah awal yang disebut dengan Khulafa’u al-rasyidin
(khalifah-khalifah yang mendapat petunjuk). Mereka berempat adalah para
sahabat terdekat dan kerabat Rasul. Mereka adalah Abu Bakar, Umar bin Khattab,
Usman bin ‘Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Abu Bakar menempati urutan pertama.
Ciri khas khulafa’ur al-rasyidin adalah teladan kehidupan Nabi SAW. masih
berpengaruh besar pada sikap dan perilaku pemimpin muslim. Dalam menghadapi
kesulitan negara, khalifah tidak pernah bertindak sendiri, selalu mengutamakan
musyawarah (demokratis). Mereka dipilih secara musyawarah. Mereka juga
tinggal di Madinah, yang juga menjadi pusat pemerintahan mereka, kecuali Ali
bin Abi Thalib yangyang memilih Kufah di Iraq sebagai Ibu kota
pemerintahannya. Setelah periode ini kekhalifahan diwariskan secara turun
temurun.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.       Bagaimana dakwah pada masa Abu Bakar Ash- Shidiq ?
2.      Bagaimana dakwah pada masa Umar bin Khattab ?
3.       Bagaimana dakwah pada masa Utsman bin Affan ?
4.      Bagaimana dakwah pada masa Ali bin Abi Thalib ?
5. Bagaiman ciri dakwah pada masa khulafaur rasyidin ?

C.    TUJUAN
1.       Untuk mengetahui dakwah pada masa Abu Bakar Ash-Shidiq
2.      Untuk mengetahui dakwah pada masa Umar bin Khattab
3.      Untuk mengetahui dakwah pada masa Utsman bin Affan
4.      Untuk mengetahui dakwah pada masa Ali bin Abi Thalib
5. Untuk mengrtahui ciri dakwah pada masa khulafaur rasyidin

1
BAB II
PEMBAHASAN

1. Dakwah Pada Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq (11-13 H / 632-


634 M)

a. Biografi Singkat Abu Bakar Ash-Shidiq

Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Utsman bin ‘Amir bin ‘Amr bin
Ka’ab bin Sa’id bin Taim bin Murrah Al-Tamimi, yang lebih dikenal dengan
Abd al-Ka’bah di masa Jahiliyah. Lahir di kota Makkah dua tahun beberapa
bulan setelah tahun gajah, berarti beliau lebih muda dua tahun dari Rasulullah
SAW.
Pada masa jahiliyah beliau dikenal sebagai orang yang berakhlak mulia,
pandai bergaul, tidak minum khamar, dan memiliki ilmu tentang nasab dan
berita orang Arab. Setelah Islam tiba, beliau termasuk dalam deretan orang-
orang pertama yang masuk Islam. Beliau memiliki saham besar bagi
perkembangan Islam. Banyak sahabat-sahabat yang masuk Islam karena
beliau, seperti Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf,
Thalhah bin Ubaidillah, dan Sa’ad Abi Waqqash.
Abu Bakar menemani Nabi SAW. Ketika hijrah ke Madinah. Beliau tidak
pernah absen ikut berperang bersama Nabi SAW. Pada masa mudanya beliau
adalah pedagang. Ketika masuk Islam, modal dasar beliau sebesar 40 ribu
dirham. Beliau banyak menginfakkan hartanya untuk kepentingan dakwah,
terutama untuk membebaskan orang-orang tertindas dan budak-budak muslim.
Ketika hijrah, sisa uangnya tinggal 5 ribu dirham, beliau bawa saat berhijrah
dan beliau serahkan pengelolaannya kepada Nabi SAW.
Beliau adalah teman diskusi Nabi SAW. Mertua Nabi SAW. Beliau
meriwayatkan hadits sebanyak 142 hadits. Abu Bakar meninggal dunia pada
bulan Jumadil Akhir tahun ke-13 H, dalam usia 63 tahun.

b. Abu Bakar Menjadi Khalifah

Setelah Rasulullah wafat para sahabat terpencar-pencar, pertama: sahabat


Nabi dari kalangan Anshar telah bergabung dengan Sa’ad Bin Ubadah
dipertemukan Saqifa Bani Sa’idah. Kedua: sahabat dari kalangan muhajirin-
Ali Bin Abi Thalib, Zubair Bin Awwan, dan Thalhah Bin Ubaidillah tinggal di
rumah Siti Fatimah. Ketiga: kalangan Muhajirin selain tiga tokoh tersebut
bergabung dengan Abu Bakar. Sahabat Nabi dari kalangan Ansar yang telah
berkumpul di Saqifa bani Sa’idah telah sepakat untuk mengangkat Sa’ad Bin

2
Ubadah untuk menjadi pemimpin umat islam tanpa dihadiri oleh kalangan
Muhajirin. Tetapi dari suku Aus tidak memberi dukungan kepada Sa’ad Bin
Ubadah. Abu Bakar dan Umar Bin Khattab datang ke Saqafa Bani Sa’idah,
kemudian berpidato dihadapan sahabat Ansar yang sedang bermusyawarah
dengan memberikan tawaran berupa pembagian wewenang agar umat islam
tidak pecah. Akhirnya timbul ketegangan diantara para sahabat Anshar dan
Abu bakar.
Setelah ketegangan mulai mereda, Abu bakar menawarkan Umar Bin
Khattab dan Abu Ubaidah (keduanya dari kalangan Muhajirin) dan
mempersilahkan dari kalangan Ansar untuk membai’at salah satu dari mereka.
Akan tetapi keduanya menolak dan berkata: Engkau (Abu Bakar) adalah
muhajirin yang paling utama, engkau yang menemani Rasulullah saat di Gua
Tsur, dan meggantikan Rasulullah menjadi imam Sholat ketika Rasulullah
berhalangan. Abu Bakar akhirnya diangakat sebagai khalifah setelah melalui
musyawarah di Saqifa Bani Sa’idah.

Masalah yang pertama timbul dalam Islam sesudah Nabi SAW. wafat
adalah politik, yaitu mengenai pengganti Nabi SAW. sebagai kepala negara
dalam kapasitasnya sebagai kepala negara di Madinah. Abu Bakar
memerintah selama dua setengah tahun, tepatnya dua tahun tiga bulan dua
puluh hari. Masa – masa pemerintahan Abu Bakar sarat dengan amal dan
jihad dan meninggalkan untuk kita buah – buah yang sangat bermanfaat.

Di saat amanah pemerintahan baru saja diembankan kepada beliau, tiba-


tiba Madinah dikejutkan oleh gerakkan yang menggerogoti sistem islam yang
meluas hampir ke seluruh Semenanjung Arabia. Bentuk gerakan itu
diklasifikasi dalam tiga pola.

1. Murtad dari Agama


Mereka adalah orang – orang yang lemah imannya dan masuk Islam
hanya formalitas. Kemungkinan mereka adalah kelompok munafik
pada zaman Nabi SAW. Setiap ada kesempatan menghancurkan kaum
muslimin, mereka melakukan gerakan, sebagaimana yang terjadi pada
Perang Tabuk dan Bani al Musthaliq. Mereka tidak berani terang -
terangan melakukan pemurtadan diri pada masa Nabi SAW. karena
kuatnya Islam saat itu. Peralihan kekuasaan dari Nabi SAW. ke Abu
Bakar mereka anggap saat yang tepat untuk melakukan gerakan ini.

3
2. Gerakan Nabi Palsu
Seperti Musailamah al Kazzab dari Bani Hanifah, al Aswad al ‘Insi
dari Yaman, Thalhah bin Khuwailid dari Bani Asad dan Sajjah dari
bani Tamim. Sebagaimana fenomena ini sudah muncul pada masa
Nabi, tetapi wafatnya Nabi mereka anggap sebagai kesempatan untuk
tampil terang – terangan. Cukup banyak orang yang bergabung dengan
mereka. Di antara isu yang mereka bawa adalah peolakan kekuaaaan di
tangan Quraisy dan isu fanatik kesukuan.

3. Pembangkang Zakat
Kelompok ini berpandangan bahwa zakat itu diberikan kepada Nabi
SAW. Dengan dalil khitab (objek informasi) dalam ayat tentang zakat
dikhususkan kepada Nabi. Oleh sebab itu, setelah Nabi meninggal,
hukum tentang zakat tidak berlaku lagi.

c. Perluasan Wilayah Pada Masa Abu Bakar


Meskipun Abu Bakar r.a tidak banyak melakukan perluasan
daerah kekuasaan, akan tetapi beliau berhasil menaklukkan
beberapa wilayah:
1. Penaklukkan Iraq, seperti Mahdhor, Ullais, Nahrud Dain, Anbar,
dan Ain Tamar oleh Khalid bin Walid (12 H).
2. Penaklukkan Syam oleh Khalid bin Walid (13 H), yang
sebelumnya telah ditekan oleh Khalid bin Sa’id bin Ash.
Dua penaklukan ini adalah penaklukan besar yang terjadi pada
masa Abu Bakar r.a meskipun sebenarnya Syam berhasil ditaklukkan
pada masa awal pemerintahan Umar bin Khattab r.a.

4
2. Dakwah Pada Masa Umar bin Khattab (11-13 H / 632-634 M)

a. Biografi Singkat Umar bin Khattab


Nama lengkap Umar bin Khattab adalah Umar bin Khattab bin
Nufail bin Abdil ‘Uzza bin Rabah. Beliau berasal dari bani Adi bin
Ka;ab, salah satu rumpun suku Quraisy. Umar dilahirkan 13 tahun
setelah tahun gajah. ketika Nabi SAW. diutus, usia beliau sudah 30
tahun. Awalnya, beliau termasuk orang yang sangat membenci Islam.
Melihat potensi beliau yang sangat besar, beliau termasuk salah seorang
dari dua orang yang dido’akan Nabi SAW. agar masuk dan memperkuat
barisan umat Islam. Beliau masuk Islam pada tahun ke-6 kenaabian.
Pada masa jahiliyah, beliau dikenal dengan kefasihan lidah dan keb
eraniannya, dan setelah masuk Islam, beliau adalah orang yang sangat
berwibawa, kuat, zuhud, adil, penyayang, berilmu, dan sangat
memahami agama. Beliau meriwayatkan hadits dari Nabi SAW.
sebanyak 537 hadits.
Beliau adalah tempat Nabi SAW. dan Abu Bakar meminta
pendapat, beliau adalah pengusul agar Al-Qur’an dikumpulkan. Setelah
Abu Bkar meninggal dunia, para sahabat besar bermusyawarah dan
menetapkan beliau untuk menjadi khalifah dengan gelar ‘amirul
mukminin’.
Dalam masa pemerintahannya, beliau adalah negarawan yang baik,
tegas dan tertib, baik dalam masalah administrasi dan keuangan.
Banyak hal baru yang tercetus dari beliau. Beliau menciptakan strategi
perluasan wilayah dan kebijakan buat negeri yang dibuka Beliau kurang
tidur untuk memikirkan yang terbaik untuk rakyatnya, menegakkan
keadilan, selalu mengedepankan syura’, menindak tegas gubernur yang
menyimpang dari Islam dan melarang mereka untuk menyengsarakan
rakyat. Beliau membuka pos layanan pengadian dirumahnya, dan
mendirikan diwan (semacam departemant) dalam pembagian tugas.
Beliau menunjuk orang yang jelas kebaikannya untuk menduduki
posisi gubernur.
Penanggalan tahun hiriah dimulai sejak pemerintahannya, Dan
beliau tidak menghalalkan uang baitui mal baut kekepentingan pribadi,
kecuali untuk satu pakaian yang sederhana buat musim dingin dan satu
untuk musim panas, satu kuda tunggangan dan untuk kebutuhan makan
harian beliau dengan standar makanan rakyat yang sederhana.
Beliau meninggal pada hari Rabu, tanggal 26 Zulhijah tahun 23
pada usia 63 tahun. Beliau ditusuk oleh Abu Lu’luah al-Majusi saat
menjadi iamm shalat subuh. Pemerintahan beliau berlangsung selama
10 tahun 6 bulan.

5
b. Futuhat Pada Masa Umar

1.  Perluasan Wilayah
 Pada masa Umar Bin Khattab, ekspansi dilakukan secara bertahap.
Dasmaskus ibu kota Syiria jatuh dan dapat dikuasai oleh umat islam
pada tahun 635 M. Setahun kemudian Byzantium dikalahkan oleh
tentara islam. Dari Syiria ekspansi dilanjutkan ke Mesir di bawah
pimpinan Amr Bin ash dan ke Iraq dibawah pimpin Sa’ad Bin Abi
Waqash. Niskandariyah ibu kota Mesir ditaklukkan pada tahun 641 M.
Al-Qadisiyah sebuah kota dekat hijrah di Iraq berhasil dikuasai oleh
tentara islam pada tahun 637 M. Dari Hirah serangan dilanjutkan ke ibu
kota Persia. Al- Madain dan ibu kota itu berhasil dikuasai oleh tentara
islam, pada tahun 641 M. Mosul juga berhasil dikuasai oleh tentara
Islam. Jadi pada zaman Umar Bin Khattab kekuasaan wilayah Islam
meliputi Jazirah Arabia, Palestina, Syria, dan sebagian wilayah Persia
dan Mesir.

2. Meletakkan prinsip keadilan


Umar Bin Khattab mengirim surat kepada Abu Musa Al-Asy’ari
(Hakim Kufah) yang isinya mengandung prinsip-prinsip perkara di
persidangan dalam lingkungan peradilan. Isi surat surat tersebut adalah:
1) Memutuskan perkara dipengadilan adalah kewajiban yang harus di
kokohkan dan sunah  yang harus diikuti.
2)  Sebelum sebuah perkara di putuskan, ia harus dipahami terlebih
dahulu agar (hakim) dapat bertindak adil.
3) Pihak-pihak yang berperkara harus diperlakukan sama, baik dalam
persidangan maupun dalam menerapkan keputusan, sehingga pejabat
tidak berharap menang dan orang-orang lemah tidak putus asa dalam
memperjuangkan keadilan.
4) Alat bukti di bebankan pada penggugat, sedangkan sumpah di
berikan pada pihak tergugat.
5) Damai sebagai alternative dalam memperseketaan  dibolehkan
selama tidak menghalalkan yang haram dan tidak mengharamkan yang
halal.
6)  Berilah waktu kepada penggugat untuk mengumpulkan alat-alat
bukti dan persengketaan di putuskan harus berdasarkan alat-alat bukti.
7) Hakim harus mengakui kesalahan apabila ternyata dalam
keputusannya terdapat kekeliruan.
8)  Kesaksian seorang muslim dapat diterma kecusli muslim yang
pernah memberikan kesaksian palsu, pernah di jatuhi hukuman.
9)  Seorang hakim di benarkan melakukan analogi dalam memutuskan
perkara apabila perkara yang hendak di selesaikan tidak terdapat dalam
Al-Qur’an dan Hadits.[7]

6
10)  Dalam proses menyelesaikan dan memutuskan perkara, hakim tidak
boleh dalam keadaan marah, berfikiran kacau, jemu, bersikap keras, dan
hendaklah memutuskan perkara dilakukan dengan hati yang tulus
berharap ridho Allah.
Surat Umar Bin Khattab yang berisi  tentang prinsip-prinsip peradilan
merupakan peradaban yang tinggi, karena prinsip peradilan itu masih di
pergunakan hingga sekarang. Meskipun telah dilakukan beberapa
perubahan. Gagasan tentang peradilan ini dapat dijadikan dasar untuk
menjadikan Umar Bin Khattab sebagai bapak peradilan.

c. Memberdayakan Ulama, Gubernur, Para pegawai Untuk


Kepentingan Dakwah
Selama memimpin pemerintahan Umar selalu berusahan untuk
menjadikan dakwah sebagai tujuan utama negara. Segala kebijakan
yang diturunkan mesti sesuai dan mendukung kemajuan dakwah Islam.
Di antara kebijakan Umar yang pertama adalah Umar sering memanggil
para ulama sahabat untuk membicarakan tentang kebijakan yang akan
diambil berkenaan dengan munculnya permasalahan-permasalahan baru
setelah meluasnya daerah yang dikuasai Islam, dan kebijakan yang
kedua memberikan pengarahan kepada para pegawainya tentang nilai-
nilai Islam secara terus-menerus.

7
3. Dakwah pada masa Utsman bin Affan (23 H – 36 H)
Nama lengkapnya Utsman bin Affan bin Ash bin Umayyah bin Abdi
Syams bin Abdi Manaf. Ibunya bernama Arwa bin Kuraiz dari bani Syams. Beliau
dilahirkan di Thaif, 6 tahun setelah tahun gajah. Beliau terkenal pemalu, memiliki
kecerdasan akal, sangat iffah (menjaga kehormatan diri), menjaga silaturrahmi,
takwa, penjaga shalat tahajudnya, menangis saat mengenang negeri akhirat,
tawadu’, mulia, dan dermawan.
Beliau adalah pendagang dengan modal sangat besar sebelum Islam.
Banyak hartanya beliau infakkan buat kepentingan dakwah baik periode Mekkah
maupun setelah di Madinah. Beliau membeli sumber air yang enak di Madinah
(Bi’r rumah) untuk kepentingan kaum muslimin, beliau membeli tanah untuk
perluasan Masjid Nabawi. Ketika Negara membutuhkan biaya besar untuk belanja
pasukan sebanyak 30.000 orang yang akan berangkat ke Tabuk, beliau
mengeluarkan harta yang sangat besar untuk keperluan ini.
Utsman adalah orang yang sangat dekat dengan Rasulullah beliau digelari
Dzun Nurain karena menikah dengan dua anak Rasulullah, yaitu Ruqayyah dan
Ummu Kultsum. Beliau meriwayatkan hadits.
Setelah Rasulullah meninggal, Abu Bakar dan Umar sangat dekat dengan
beliau dan tempat mereka berdua meminta pendapat. Setelah Umar meninggal,
beliau diangkat menjadi khalifah setelah dipilih oleh 6 orang sahabat yang dijamin
Rasulullah masuk surga. Pada masa pemerintahannya, beliau membuat kebijakan
untuk menetapkan Al-Qur’an standar untuk menghindari perpecahan di tubuh
umat.
Sebagian masyarakat membangkang kepemimpinan setelah dihasut oleh
Ibnu Saba’. Kaum munafik berkumpul dan mengepung rumah beliau. Setelah
melakukan negosiasi, mereka memasuki rumah khalifah dan membunuh Utsman
yang saat itu telah berusia 80 tahun. Ketika dibunuh beliau sedang puasa dan
membaca Al- Qur’an. Pembunuhan ini terjadi tahun 36 H dan menjadi mata rantai
perselisihan panjang di tubuh kaum muslimin

b. Metode Dakwah Utsman bin Affan

Metode dakwah beliau dapat dilihat dari pidato beliau di hadapan publik
setelah beliau di baiat menjadi khalifah ketiga.
Isi pidato beliau memberikan gambaran kepada kita metode dakwah
tersebut, diantaranya :
1. Berdakwah dengan melaksanakan tugas kekhalifahan yang diamanahkan
secara maksimal.
2. Meneruskan dakwah para pendahulunya, Rasulullah, Abu Bakar, dan
Umar.
3. Berdakwah dalam bingkai Al-Qur’an dan As Sunah.

8
4. Mengikuti tradisi baik yang sudah ada.
5. Tidak mendahulukan hukuman dalam mendidik rakyat.
6. Mengajak rakyat agar hidup zuhud.
7. Pidato yang berisi program kerja tersebut beliau wujudkan dalam masa –
masa pemerintahan beliau.

C. Futuhat Pada Masa Utsman bin Affan

Pada masa Utsman, pihak Romawi mencoba untuk melanggar perjanjian


damai dengan Amr bin Ash di Iskandariyyah dan berusaha melakukan
penyerangan ke kawasan ini. ‘Amr bergerak ke sana untuk menghentikan
penghianatan.
Pada masa Utsman perluasan wilayah meliputi kawasan :
a. Barat Afrika
Pasukan dipimpin oleh Abdullah bin Sa’ad bin Abi Sarh.
b. Negeri – negeri di seberang sungai.
- Pasukan Islam melewati sungai Jihun dan menguasai
Balkh, Herat, Kabul, Afghanistan, dan Ghznah, serta negeri
– negeri Turkistan.
- Futuhat juga berlanjut ke ‘Ammuriyyah, Adzerbaian, negeri
terujung Armenia dan sebagian negeri Thabaristan, selatan
laut Qazwin.
- Dakwah juga memasuki kawasan Nubah dan Sudan
( Negeri – negeri di selatan Mesir).
c. Cyprus
Kaum muslimin dengan menggunakan armada
lautnya mampu melakukan perlawanan di medan air.
Karena kemampuan tersebut, kaum muslimin dapat
menguasai kepulauan Cyprus tahun 28 H di bawah
komando Mu’awiyah bin Abi Sufyan. Semula kepulauan
Cyprus dan sekitarnya dikenal dengan samudera Romawi,
tetapi sejak Cyprus dan kepulauan sekitarnya ditaklukkan,
lautan tersebut dikenal dengan lautan Islam.

4. Dakwah Pada Masa Ali bin Abi Thalib (36 H – 40 H)

9
a. Biografi singkat Ali bin Abi Thalib
Nama lengkapnya Ali bin Abi Thalib bin Abdi Al Muttalib
bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushay. Ali adalah anak paman
Rasulullah. Ibunya bernama Fathimah binti Asad bin Hisyam.
Beliau dilahirkan sebelum Rasulullah diutus, dan masuk Islam
ketika berumur 5 tahun. Ada yang mengatakan umur 8 tahun.
Ali dikenal sebagai pemberani, orator, dan sastrawan.
Dalam masalah qadha, beliau adalah pakarnya. Beliau memiliki
keimanan yang kuat, pemahaman Islam yang baik dan memiliki,
kemampuan untuk mempengaruhi khalayak seperti masuk
Islamnya Hamadhan seluruhnya di tangan beliau dalam satu hari.
Beliau tidak pernah absen dalam seluruh peperangan
bersama Rasulullah kecuali perang Tabuk. Diperang Badar beliau
membawa bendera kaum muslimin. Saat itu umur beliau 20 tahun.
Ketika Rasulullah meninggal dunia, kaum anshar
mengadakan pertemuan Saqifah membahas tentang siapa yang
paling layak memimpin kaum muslimin sepeninggal Rasulullah.
Setelah melalui pembicaraan panjang, akhirnya mereka
menetapkan Abu Bakar sebagai khalifah. Hari berikutnya
dilakukan pembaiatan massal di Masjid Nabawi. Ada riwayat yang
mengatakan bahwa Ali ikut dalam bai’at. Tetapi ada yang
mengatakan bahwa Ali baru mebaiat Abu Bakar 6 bulan setelah
beliau dilantik.
Ketika Umar menjadi khalifah, Ali adalah seorang sahabat
yang selalu dimintai pendapatnya. Ketika masa Utsman dan
berusaha menjadi penengah saat terjadi fitnah. Setelah Utsman
meninggal dunia, khalifah dipegang oleh Ali. Penduduk Madinah
sepakat menujuk beliau meskipun beliau sendiri tidak menyenangi
posisi itu. Beliau mau ditunjuk jadi khalifah karena ingin
mencegah terjadinya fitnah yang besar.
Setelah menjadi khalifah, beliau sibuk menghadapi orang –
orang yang tidak setuju dengan pemerintahannya. Terjadilah
Perang Jamal, Siffin, dan Nahrawan. Banyak hukum yang dapat
diambil pelajaran dari perang saudara yang terjadi pada zaman li
bin Abi Thalif, di antaranya memperlakukan tawanan dengan baik
dan melepaskannya setelah perang atau membuat perjanjian untuk
tidak kembali berperang, tidak membagi - bagi harta musuh
sebagai ganimah kecuali senjata dan kendaraan yang mereka pakai
saat perang, tidak boleh menjadikan wanita dari pihak yang kalah
perang sebagai tawanan atau budak, tidak mengharamkan kepada
para menetang akan haknya untuk menerima harta fa’i atau untuk
shalat di masjid dan tidak boleh memulai perang untuk mereka

10
Ali meninggal dunia ditangan Abdurrahman bin Muljam Al
Khariji di Kuffah pada fajar tanggal 21 Ramadhan tahun 40 H
dalam usia 58 tahun.

b. Futuhat Pada Masa Ali bin Abi Thalib


Pada masa Ali bin Abi Thalib, Futuhat islamiyah terhenti
karena kaum muslimin sedang menghadapi masalah internal yag
cukup pelik.

5.Ciri Dakwah Pada masa Khulafaur Rosyidin

Adapun yang dapat diketahui ciri-ciri dakwah pada masa Khulafaur


Rasyidin sebagai berikut:
1. Kader-kader terbaik Rosulullah telah memimpin pemerintahan Islam selama
tiga puluh tahun. Kekuatan iman yang ada didada mereka menciptakan motivasi
yang kuat untuk melakukan aktivitas dakwah keluar Jazirah Arabia. Motif dakwah
tersebut membuat kaum muslim tidak pernah lelah melakukan perjalanan panjang
membuka negeri demi negeri untuk menyiarkan Islam. Aktivitas tersebut didalam
sejarah Islam dikenal sebagai Futuhat Islamiyah.
2. Sarana terbesar dakwah pada masa ini (kurang dari 30 tahun) adalah
pemerintahan dan kekuasaan. Lewat media pemerintahan para khalifah
menentukan kebijakan dan strategi dakwah baik untuk masyarakat Islam ataupun
diluar masyarakat Islam.
3. Kesibukan kaum muslim membuka wilayah dakwah baru tidak membuat
mereka lupa memelihara dan mengembangkan pemikiran Islam.

Diantara gerakan yang paling menonjol khulafaur rasyidin adalah sebagai


berikut:
1. Menjaga keutuhan Al-Qur’an al-karim dan mengumpulkan dalam bentuk
mushaf pada masa Abu Bakar
2. Memberlakukan mushaf standar pada masa Utsman Bin Affan.
3. Keseriusan mereka mencari dan mengajarkan ilmu dan memerangi
kebodohan berislam para penduduk negeri. Oleh sebab itu, para sahabat pada
masa Usman dikirim ke berbagai pelosok untuk menyiarkan Islam. Mereka
mengajarkan Islam dan sunnah rasul kepada banyak penduduk negeri.
4. Islam pada masa awal tidak mengenal pemisahan antara dakwah dan negara,
antara da’i dengan panglima, tidak dikenal orang yang berprofesi khusus sebagai
da’i. Para khalifah adalah penguasa, imam sholat, mengadili orang yang
berselisih, da’i dan juga pangllima perang. Da’i pada masa awal tidak dipahami
sebagaimana pemahaman saat ini.
BAB III
PENUTUP

11
A. Kesimpulan

Khulafaur Rasyidin menurut bahasa artinya para pemimpin yang mendapatkan


petunjuk dari Allah SWT. Sedangkan menurut istilah yaitu para khalifah
(pemimpin umat Islam) yang melanjutkan kepemimpinan Rasulullah SAW
sebagai kepala negara (pemerintah) setelah Rasulullah SAW wafat.

Pengangkatan seorang pemimpin atas dasar musyawarah yang dilakukan


secara demokratis sesudah wafatnya Nabi inilah yang disebut Khulafaur Rasyidin.
Jumlahnya ada 4 orang, yaitu:

Abu Bakar as Shiddiq ( 11 – 13 H = 632 – 634 M )


Umar bin Khatab ( 13 – 23 H= 634 – 644 M)
Usman bin Affan (23 – 35 H = 644 – 656 M)
Ali bin Abu Thalib ( 35 – 40 H = 656 – 661 M)

Sesudah Ali bin Abu Thalib, para pemimpin umat Islam (khalifah) tidak
termasuk Khulafaur Rasyidin karena mereka merubah sistem dari pemilihan
secara demokratis menjadi kerajaan, yaitu kepemimpinan didasarkan atas dasar
keturunan seperti halnya dalam sistem kerajaan.

Dengan wafatnya khalifah Ali, maka masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin


telah selesai karena sesudah itu pemerintahan Islam dipegang oleh khalifah
Muawiyah bin Abu Sufyan secara turun-temurun, sehingga disebut Daulat / Bani
Umayyah.

B. Saran

Kami selaku penyusun menyadari masih jauh dari sempurna dan tentunya
banyak sekali kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Hal ini disebabkan
karena masih terbatasnya kemampuan kami.

Oleh karena itu, kami selaku pembuat makalah ini sangat mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun. Kami juga mengharapkan makalah ini sangat
bermanfaat untuk kami khususnya dan pembaca pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

12
Ilaihi, Wahyu dan Harjani Hefni. 2007. Pengantar Studi Islam. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.

Nafissah. 2017. Sejarah dakwah pada masa khulafaur rasyidin.


http://rofiqotunnafissah23.blogspot.com/2017/05/sejarah-dakwah-pada-
masa-khulafaur.html (03 Mei 2017).

Haris Hariyadi, Mohammad. 2012. Perluasan wilayah Islam dan kemajuannya


(Khulafaur Roshidin – Abbasiyah).
https://sejahar.wordpress.com/2012/12/11/perluasan-wilayah-islam-dan-
kemajuannya-khulafaur-roshidin-abbasiyah/ (11 Desember 2012).

13

Anda mungkin juga menyukai