Ricca Anggraeni
Fakultas Hukum, Universitas Pancasila
Jln. Srengseng Sawah, Jakarta Selatan, 12640
riccaanggraeni@univpancasila.ac.id
Abstract
As the basic rule of state governance, the Constitution of the Republic of Indonesia 1945
contains the legal norm that is the basis for the establishment of an operational platform for the
objectives and idealsof Indonesian can be achieved. In other words, the legal norm contained in
the basic articles of law is a stake for the Indonesian regulatory system. The crucial role of the
Constitution, is not possible for the legislation to rely on the legacy ratio to be disconnected from
understanding the meaning of the legal norm of the Constitution itself. Just case, in practice
political compromise tends to be the main focus for pouring the legal norm. This is to enter the
problem for the misconceptualation of the Indonesian legislation system.
Keywords: Constitution; Political Compromise; Legislation; System of Legislation
Abstrak
Sebagai aturan dasar atau pokok penyelenggaraan negara, tentu Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 memuat norma hukum yang menjadi dasar bagi pembentukan
landasan operasional agar tujuan dan cita hukum negara Indonesia dapat tercapai. Dengan kata
lain, norma hukum yang terkandung dalam pasal-pasal Undang-Undang Dasar menjadi tiang
pancang bagi sistem peraturan perundang-undangan di Indonesia. Peran Undang-Undang Dasar
yang krusial, sangat tidak memungkinkan bagi pembentuk Undang-Undang atau peraturan
perundang-undangan untuk mengandalkan ratio legis yang terputus dari pemahaman makna
knstruksi norma hukum Undang-Undang Dasar itu sendiri. Hanya saja, dalam praktiknya
kompromi politik cenderung menjadi tumpuan utama untuk menuangkan norma hukum dalam
Undang-Undang Dasar di Undang-Undang. Inilah yang diyakini sebagai pembuka pintu masalah
bagi miskonsepsinya sistem peraturan perundang-undangan di Indonesia.
Keywords: Undang-Undang Dasar; Kompromi Politik; Undang-Undang; Sistem Peraturan
Perundang-Undangan
283
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 48 No.3, Juli 2019, Halaman 283-293 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
284
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 48 No.3, Juli 2019, Halaman 283-293 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
bahkan pendidikan tinggi hukum (Mahfud Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Md, 2012). Tahun 1945. Mengingat, Undang-Undang
Salah satunya yang menentukan sistem Dasar lah yang menduduki puncak hierarki
hukum nasional ialah isi peraturan. Isi dari jenis norma hukum peraturan perundang-
peraturan atau substansi peraturan perundang- undangan di Indonesia.
undangan inilah yang menyusun berbagai Dikarenakan itulah, sekali lagi dinyatakan
peraturan perundang-undangan sebagai suatu bahwa Undang-Undang Dasar memiliki peran
sistem. Di dalam pembentukan peraturan sentral di dalam penyelenggaraan negara.
perundang-undangan untuk konteks Indonesia Undang-Undang Dasar sebagai pijakan
harus mengikuti cara atau prosedur yang telah dibentuknya seluruh norma hukum peraturan
ditetapkan oleh peraturan perundang- perundang-undangan di Indonesia, yang
undangan. Selain itu, sebagai konsekuensi dari menjadi landasan operasional bahkan landasan
negara yang “telah diposisikan” teknis pengambilan kebijakan. Oleh karena
mengkonsepkan hukum sebagai norma, aliran itu, sangat tidak memungkinkan bagi
positivisme hukum atau legisme mendarah pembentuk Undang-Undang atau peraturan
daging dalam sistem hukum di Indonesia. perundang-undangan untuk mengandalkan
Oleh karena itu pula, ajaran hukum sebagai ratio legis yang terputus dari pemahaman
kehendak yang dikemukakan oleh John Austin makna konstruksi norma hukum Undang-
dan teori hukum murni yang dikemukakan Undang Dasar itu sendiri, karena itu yang
oleh Hans Kelsen sangat dimaknai dalam harus mengalir ke seluruh norma hukum di
penyusunan sistem perundang-undangan di dalam sistem peraturan perundang-undangan
Indonesia. di Indonesia.
Melalui ajaran hukum sebagai kehendak Pembukaan dan pasal-pasal dalam batang
dan teori hukum murni Hans Kelsen, peraturan tubuh Undang-Undang Dasar Negara
perundang-undangan di Indonesia dibentuk. Republik Indonesia Tahun 1945, itulah yang
Jadi, pijakan dibentuknya norma hukum dalam dikonkretisasikan serta dioperasionalkan
peraturan perundang-undangan di Indonesia melalui undang-undang dan peraturan
ialah berdasarkan kehendak dari penguasa, pelaksana serta peraturan otonom. Seharusnya,
yang dalam hal ini diartikan sebagai di dalam pembentukan norma hukum Undang-
lembaga/badan atau pejabat yang memiliki Undang tidak bisa tidak mengembangkan nilai
kewenangan. Selain itu, juga berpijak pada lain selain nilai-nilai yang terkandung di
ajarannya Hans Kelsen, bahwa pembentukan dalam Undang-Undang Dasar, sehingga
norma hukum itu bersumber dan berdasar undang-undang yang dibentuk sebagai
pada norma yang yang lebih tinggi, demikian panduan penyelenggaraan negara konsistensi,
seterusnya sampai pada suatu norma yang koherensi dan korespondensi dengan Undang-
tidak dapat ditelusuri lebih lanjut dan bersifat Undang Dasar Negara Republik Indonesia
hipotetis dan fiktif yaitu norma dasar atau Tahun 1945.
Grundnorm (Indrati, 2007). Hanya saja dalam praktiknya, kompromi
Artinya, apabila mengikuti ketentuan politik di kalangan pembentuk Undang-
Pasal 7 Undang-Undang Nomor 12 Tahun Undang sebagai cerminan dari kehendak
2011 tentang Pembentukan Peraturan penguasa atau lembaga/badan atau pejabat
Perundang-undangan yang mengatur tentang yang memiliki kewenangan cenderung
jenis dan hierarki peraturan perundang- menjadi tumpuan utama untuk menuangkan
undangan di Indonesia, maka yang menjadi norma hukum dalam Undang-Undang Dasar di
dasar atau sumber pembentukan seluruh Undang-Undang. Inilah yang diyakini sebagai
norma hukum di Indonesia ialah Undang- pembuka pintu masalah bagi miskonsepsinya
285
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 48 No.3, Juli 2019, Halaman 283-293 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
286
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 48 No.3, Juli 2019, Halaman 283-293 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
287
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 48 No.3, Juli 2019, Halaman 283-293 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
pernah dijumpai pemakaian istilah hak asasi Itulah sebab, konstitusi atau Undang-Undang
manusia, tetap hak dan kewajiban warga Dasar menjadi tiang pancang bagi
negara. Setelah perubahan Undang-Undang penyelenggaraan negara yang sangat
Dasar, pengaturan mengenai HAM mempengaruhi konstelasi sistem
dicantumkan dalam satu bab tersendiri ketatanegaraan suatu negara.
yaitu dalam Bab XA yang terdiri dari 10 pasal
yaitu dari Pasal 28A sampai dengan Pasal 2. Sistem Hukum Nasional Kaitannya
28J. Rumusan HAM dalam perubahan Dengan Sistem Peraturan Perundang-
Undang-Undang Dasarsangat lengkap yang Undangan Di Indonesia
mencakup seluruh aspek HAM secara Berbicara sistem hukum nasional tidak
universal sebagaimana yang tercantum dalam bisa jauh dari berbagai sub sistem yang saling
Universal Declaration of Human Rights. Perlu mempengaruhi dan terkait sehingga
juga dipahami bahwa HAM yang diatur dalam membentuk satu kesatuan yang utuh dan
perubahan Undang-Undang Dasar Negara teratur (Atmadja, 1984). Sebagai suatu sistem
Republik Indonesia Tahun 1945 tidak ada yang mengalir dalam negara bertradisi civil
yang bersifat mutlak dan tanpa batas, termasuk law, tidak dapat dipungkiri bahwa yang
HAM yang termuat dalam Pasal 28I ayat (1) menjadi sub sistem paling berpengaruh ialah
Undang-Undang Dasar Negara Republik norma hukum yang tertulis dalam suatu
Indonesia Tahun 1945, meskipunhak itu peraturan perundang-undangan. Mengingat,
dikategorikan sebagai hak yang tidak dapat karena memang sumber hukum utama di
dikurangi dalam keadaan apapun (non negara bertradisi civil law ialah Undang-
derogable rights) yang meliputi hak untuk Undang (aturan formal).
hidup, hak untuk tidak disiksa, hak Berpijak dari deskripsi tersebut, di dalam
kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak pembentukan sub-sub sistem yang saling
beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak mempengaruhi di dalam sistem hukum
untuk diakui sebagai pribadi di hadapan nasional, tidak boleh mangkir dari Pancasila
hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas yang menjadi Staatsfundamentalnorm (norma
dasar yang berlaku surut (Handayani, 2014). dasar) di dalam konsep negara Indonesia. Hal
Dengan demikian, konstitusi atau ini penting, agar penyusunan sistem hukum
Undang-Undang Dasar sebagai bagiannya nasional menjadi searah dengan cita dan jiwa
merupakan aturan tertinggi menurut tata bangsa Indonesia. Dengan demikian,
urutan atau hierarki peraturan perundang- pembangunan hukum nasional pun akan
undangan yang diajarkan oleh Kelsen dan memainkan perannya untuk mencapai tujuan
Nawiasky. Isinya yang mengatur tentang negara, seperti yang sudah dirumuskan dalam
jaminan hak asasi manusia, ditetapkannya Undang-Undang Dasar Negara Republik
susunan ketatanegaraan negara dan pembagian Indonesia Tahun 1945.
dan pembatasan tugas ketatanegaraan Menggunakan pendapatnya Lawrence M.
membuat Undang-Undang Dasar berfungsi Friedmann mengenai sistem hukum,aturan
sebagai aturan yang mengatur jalannya hukum merupakan salah satu dari tiga unsur
organisasi negara. Oleh karena itu, apapun sistem hukum lainnya yaitu struktur dan
yang dimuat dalam Undang-Undang Dasar budaya (Yuliandri, 2013). Aturan hukum atau
sangat mempengaruhi kerangka kerja dari legal substance dalam pemahamannya Satjipto
lembaga atau badan penyelenggara kekuasaan Rahardjo ialah “produk” dari sistem hukum itu
negara yang menjadi landasan untuk sendiri yang diwujudkan dalam norma-norma
menjalankan kewenangan dalam hukum yang tertuang dalam peraturan dan
penyelenggaraan negara (Suhardjana, 2010). putusan hakim. Bahkan doktrin pun dapat
288
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 48 No.3, Juli 2019, Halaman 283-293 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
dikategorikan sebagai legal substance dalam interaksi dan negosiasi antar berbagai
pemahamannya Satjipto Rahardjo (Rahardjo, kelompok masyarakat. Akibatnya hukum akan
1980). Agak mirip dengan yang dikatakan terisolasi dari konteks sosial-politiknya, jika
oleh Satjipto Rahardjo mengenai substansi pendekatannya hanya doktrinal. Ketika hukum
hukum yaitu yang diungkapkan oleh Laica terisolasi, maka hukum tidak bisa mengatasi
Marzuki, bahwa “substansi hukum merupakan berbagai masalah sosial politik (Danardono,
seperangkat kaidah hukum yang lazim disebut 2015).
dengan peraturan perundang-undangan.” Pembentukan hukum dalam konteks
Tetapi, substansi hukum tidak hanya meliputi peraturan perundang-undangan memegang
pengertian kaidah hukum tertulis tetapi juga peranan penting di dalam pembangunan sistem
kaidah hukum kebiasaan atau tidak tertulis. hukum nasional. Mewujudkan sistem hukum
Rencana Pembangunan Jangka Panjang nasional yang mampu membawa bangsa
Nasional (RPJPN) 2005-2025 pun telah Indonesia mencapai cita dan tujuan negaranya
menyebutkan bahwa sistem hukum nasional diperlukan pembentukan peraturan perundang-
dapat diwujudkan dengan pembangunan undangan yang sesuai dengan nilai-nilai yang
substansi hukum yang sesuai dengan aspirasi terkandung dalam Pancasila sebagai norma
masyarakat dan kebutuhan pembangunan, fundamental negara dan Undang-Undang
penyempurnaan struktur hukum dan pelibatan Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
seluruh komponen masyarakat yang sebagai aturan dasar atau aturan pokok negara.
berkesadaran hokum (Rohi, 2013). Meskipun dalam realitas empiriknya, interaksi
Dengan demikian, seperti telah dan negoisasi untuk mencapai kesepakatan
dinyatakan di awal bahwa dalam civil law dalam menentukan nilai di suatu norma
system, substansi hukum menjadi sub-sub dari hukum dalam peraturan perundang-undangan.
sistem hukum yang menonjol dibandingkan Melihat sub-sub sistem yang mendukung
dengan sub-sub sistem yang lain. dan saling terkait di dalam sistem hukum
Pengembangan aturan hukum dalam peraturan nasional, substansi hukum yang merupakan
perundang-undangan di civil law system salah satu sub sistem dapat diartikan sebagai
menjadi arus utama. Dikarenakan menjadi norma hukum peraturan perundang-undangan.
arus utama, pembentukan peraturan Dengan demikian, sistem hukum nasional
perundang-undangan menjadi pekerjaan yang sangat terkait dengan sistem peraturan
sulit bagi lembaga legislatif di Indonesia. perundang-undangan, karena ini yang
Unger pun memperingatkan tentang membentuk satu kesatuan yang utuh di dalam
pembentukan norma hukum dalam peraturan siklus legal substance peraturan perundang-
perundang-undangan di suatu sistem hukum. undangan di Indonesia. Melalui sistem
Menurut Unger, setiap sistem pembuat hukum peraturan perundang-undangan dapat dilihat
akan mencerminkan nilai-nilai sosial-politik nilai yang hidup dan konsisten dari
tertentu sebagai akibat dari pilihan hukum perwujudan Pancasila dan Undang-Undang
tertentu dalam menentukan metode hukum Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
tertentu. Dengan kata lain pilihan terhadap sebagai upaya untuk mewujudkan cita dan
metode hukum tertentu akan menghasilkan tujuan negara dari bangsa Indonesia.
keputusan hukum yang tertentu pula.
Menurut Unger, hukum tak terpisahkan 3. Ideal Memaknakan Fungsi Undang-
dari politik dan berbagai norma non-hukum Undang Dasar Di Dalam Pembentukan
lainnya. Hukum dibentuk oleh berbagai faktor Undang-Undang
non-hukum seperti kepentingan ekonomi, ras, Seperti yang dinyatakan oleh Mahfud Md,
gender, atau politik dengan mengandaikan bahwa peraturan perundang-undangan
289
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 48 No.3, Juli 2019, Halaman 283-293 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
merupakan dokumen peraturan negara yang mencapai tujuan negara, karena di dalam
berada di bawah Undang-Undang Dasar Undang-Undang Dasar, tidak hanya terdiri
(Mahfud Md, 2010). Ini artinya, termasuk dari pasal-pasal batang tubuh, melainkan juga
Undang-Undang.Dari berbagai jenis peraturan pembukaan yang di dalamnya tertuang tujuan
perundang-undangan, dengan mengingat Pasal dan cita negara, bahkan landasan filosofis
7 dan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 12 negara Indonesia, yaitu Pancasila.
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Sebagai negara yang lebih
Perundang-undangan, Undang-Undang mengkonsepkan hukum sebagai norma yang
merupakan jenis peraturan perundang- tertuang dalam bentuknya yang pasti yaitu
undangan yang memiliki kelebihan di atas peraturan perundang-undangan, aliran
peraturan perundang-undangan yang lain. Hal positivisme hukum atau legisme tentu sudah
itu dikarenakan Undang-Undang dibentuk mendarah daging dalam pembentukan sistem
langsung oleh perwakilan rakyat Indonesia hukum di Indonesia. Oleh karena itu, ajaran
yang termanifestasi dalam lembaga Dewan hukum sebagai kehendak yang dikemukakan
Perwakilan Rakyat, dan dalam oleh John Austin dan Stufenttheorie yang
pembentukannya memerlukan persetujuan dikemukakan oleh Hans Kelsen sangat
bersama dari Presiden. dimaknai dalam sistem perundang-undangan
Undang-Undang juga merupakan di Indonesia, sehingga norma hukum yang
pengaturan lebih lanjut dari berbagai lebih tinggi menjadi dasar dan sumber bagi
ketentuan yang terdapat dalam Undang- pembentukan norma hukum di
Undang Dasar. Artinya, Undang-Undang bawahnya.Artinya, norma hukum yang lebih
merupakan landasan operasional yang menjadi rendah hierarkinya mendapatkan aliran dari
penentu bagi pelaksanaan penyelenggaraan norma hukum yang lebih tinggi.
negara dan pedoman bagi perilaku masyarakat Kembali apabila merujuk pada Pasal 7
dalam pergaulan berbangsa dan bernegara. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 yang
Seperti diketahui, Undang-Undang Dasar telah menentukan jenis dan hierarki peraturan
yang merupakan aturan dasar atau aturan perundang- undangan di Indonesia, bahwa
pokok negara berbagai aturan yang Undang-Undang Dasar Negara Republik
membangun sistem ketatanegaraan suatu Indonesia Tahun 1945 yang lebih memiliki
negara. Sebagai aturan dasar atau pokok kekuatan hukum mengikat berdasarkan
negara, pun, Undang-Undang Dasar berisi tingkatannya, dibandingkan dengan peraturan
aturan-aturan umum yang masih merupakan perundang-undangan lain, sehingga dapat
norma hukum tunggal, dan berfungsi sebagai ditemukan jenis peraturan perundang-
landasan bagi pembentukan Undang-Undang undangan yang menjadi sumber aliran, yaitu
dan peraturan lain yang lebih rendah. Undang-Undang Dasar Negara Republik
Undang-Undang Dasar sebagai bagian Indonesia Tahun 1945.
dari hukum dasarnya negara, juga dianggap Aliran yang dimaksud dalam kajian ini
sebagai kerangka kehidupan politik suatu ialah aliran nilai, sehingga nilai yang
negara atau suatu aturan untuk menjalankan terkandung dalam norma hukum yang lebih
suatu organisasi negara. Dengan pemahaman tinggi terkandung pula di dalam norma yang
itu, disadari betul bahwa Undang-Undang lebih rendah. Jika, nilai itu dapat dicapai,
Dasar memiliki peranan sentral di dalam konsekuensi logisnya ialah, tujuan yang
penyelenggaraan negara. Bahkan, Undang- hendak dicapai oleh norma yang lebih tinggi
Undang Dasar menjadi titik pijak bagi politik dapat dicapai pula oleh norma yang lebih
hukum yang akan bertanggung jawab rendah, sehingga antara norma-norma itu
melahirkan sistem hukum nasional untuk tercipta harmonisasi dalam dinamika untuk
290
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 48 No.3, Juli 2019, Halaman 283-293 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
mencapai tujuan bersama, di dalam sebuah non-hukum lainnya. Hukum dibentuk oleh
sistem peraturan perundang-undangan. Setiap berbagai faktor non-hukum seperti
jenis peraturan perundang-undangan, bahu kepentingan ekonomi, ras, gender, atau politik
membahu untuk mewujudkan nilai yang dengan mengandalkan interaksi dan negosiasi
terkandung di dalam Undang-Undang Dasar, antar berbagai kelompok masyarakat.
sehingga tujuan dan cita negara akhirnya dapat Apabila di dalam pembentukan Undang-
tercapai. Undang masih didominasi oleh kepentingan
Hal tersebutlah yang menurut Arief tertentu dengan mengandalkan interaksi dan
Hidayat ialah sebagai politik hukum negoisasi untuk mencapai kesepakatan
instrumental atau operasional, sehingga nilai- diantara berbagai kelompok masyarakat, maka
nilai di dalam norma-norma hukum peraturan yang terjadi ialah kemungkinan bertambahnya
perundang-undangan memiliki konsistensi, jumlah pengajuan judicial review atas
koherensi dan korespondensi dengan politik Undang-Undang terhadap Undang-Undang
hukum dasar, dalam hal ini ialah Undang- Dasar ke Mahkamah Konsitusi. Oleh karena
Undang Dasar Negara Republik Indonesia itu, sesungguhnya pekerjaan membentuk
Tahun 1945, dan ideal yaitu Pancasila. Hal ini Undang-Undang bukanlah pekerjaan yang
penting, mengingat –pun yang dinyatakan oleh mudah, karena harus memahami makna yang
Barda Nawawi Arief bahwa Pancasila terkandung di dalam Undang-Undang Dasar,
merupakan landasan filosofis bagi baik di bagian pembukaan dan pasal-pasal
terbentuknya Politik dan Sistem Hukum dalam batang tubuh Undang-Undang Dasar.
Nasional Indonesia, sehingga dalam landasan Membentuk Undang-Undang, artinya
operasionalnya terbangun, terbina dan membuat landasan operasional bagi
terwujud nilai-nilai Pancasila (Arief, 2012). penyelenggaraan kehidupan bernegara,
Dengan kata lain, seluruh sistem peraturan membuat landasan berperilaku bagi seluruh
perundang-undangan di Indonesia harus secara bangsa Indonesia, sehingga diperlukan
konsisten mengimplementasikan nilai-nilai pemahaman yang sangat mendasar mengenai
dalam Undang-Undang Dasar untuk mengatur permasalahan, realitas yang ada atau dihadapi
penyelenggaraan negara dan kehidupan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
masyarakat secara luas (Arief, 2008). Memahami suatu permasalahan atau realitas
Tetapi dalam realitasnya, nilai-nilai itu yang ada pun bukan pekerjaan yang mudah,
belum tentu terbangun dan terwujud dalam diperlukan metode penelitian yang tepat
sistem peraturan perundang-undangan di sehingga membawa pada pilihan penyelesaian
Indonesia, atau dalam bahasa perundang- yang juga tepat untuk permasalahan tersebut.
undangannya ialah sinkronisasi dan Artinya, di dalam pembentukan Undang-
harmonisasi tidak teramu dalam suatu sistem, Undang, akan berbahaya sekali jika,
sehingga nilai yang terkandung antara norma pembentuknya memahami persoalan tidak
yang termuat tidak harmonis dengan nilai secara mendasar karena akan memangkas lagi
yang terkandung dalam Undang-Undang ide dan gagasan yang akan tertuang dalam
Dasar. bahasa teks peraturan perundang-undangan.
Persoalan tidak harmonisnya kandungan Penuangan norma hukum dalam peraturan
nilai di dalam suatu peraturan perundang- perundang-undangan, menurut kajian ini tidak
undangan, perlu mengingat yang dinyatakan cukup dianggap selesai jika hanya
oleh Unger, bahwa setiap sistem pembentuk mengandalkan pada teori jenjang norma Hans
hukum akan mencerminkan nilai-nilai sosial- Kelsen secara formalitas. Maksudnya, norma
politik tertentu. Oleh karenanya, hukum tak yang lebih tinggi hanya digunakan sebagai
terpisahkan dari politik dan berbagai norma dasar hukum mengingat saja tanpa memahami
291
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 48 No.3, Juli 2019, Halaman 283-293 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
lebih jauh mengenai nilai atau teks bahasa dari hukum yang lebih tinggi ke norma hukum
pasal-pasal dalam batang tubuh Undang- yang lebih rendah. Efek dominonya yang
Undang Dasar. Terlebih jika hanya diharapkan timbul ialah berkurangnya jumlah
mengandalkan pada negosiasi untuk mencapai pengajuan judicial review atas Undang-
kesepakatan demi kepentingan politik yang Undang terhadap Undang-Undang Dasar di
perlu diakomodasi di dalam pembentukan Mahkamah Konstitusi.Artinya, memang
Undang-Undang. Jika hanya ini yang dibutuhkan pemaknaan secara ideal dari fungsi
dilakukan, maka norma hukum di dalam Undang-Undang Dasar yang sesungguhnya,
Undang-Undang akan collapse dan terisolasi bahkan pendekatan filsafati dapat menjadi
ketika harus menyelesaikan masalah di pilihan untuk dapat memahami makna yang
masyarakat. Ini pun akan berbahaya jika terkandung dalam teks bahasa Undang-
Undang-Undang akan menjadi sumber dan Undang Dasar agar norma hukum yang
dasar bagi pembentukan peraturan pelaksana dituangkan dalam Undang-Undang sebagai
dan peraturan otonom, bahkan sampai ke landasan operasional dapat pula berfungsi
peraturan di tingkat daerah. Oleh karena itu dengan baik sebagai salah satu sub sistem dari
sistem peraturan perundang-undangan yang sistem hukum nasional.
dibentuk tidak mampu mendukung
pembangunan sistem hukum nasional, bahkan C. Simpulan
hanya menyebabkan penumpukan regulasi Seharusnya Batang Tubuh Undang-
yang tidak efektif dan efisien. Undang Dasar tidak hanya difungsikan
Diperlukan pemahaman makna dari suatu sebagai dasar hukum yang hanya dituliskan
teks bahasa Undang-Undang Dasar untuk dalam butir Mengingat di dalam pembentukan
dapat mengadopsi nilai yang terkandung di Undang-Undang, melainkan diperlukan
dalamnya untuk diturunkan ke peraturan pemahaman makna dari suatu teks bahasa
perundang-undangan yang lebih rendah. Undang-Undang Dasar untuk dapat
Misalnya saja, ada yang menawarkan dengan mengadopsi nilai yang terkandung di
menggunakan hermeneutika. Melalui dalamnya untuk diturunkan ke Undang-
hermeneutik, kebenaran menjadi sesuatu yang Undang atau peraturan perundang-undangan
harus ditemukan dan dicari untuk keadilan dan yang lebih rendah. Misalnya saja, ada yang
kemanfaatan hukum, meskipun itu tidak menawarkan dengan menggunakan
pernah final. Hermeneutika dianggap penting, hermeneutika. Pemahaman makna atas fungsi
karena norma dalam konteks Undang-Undang Undang-Undang Dasar sebagai aturan pokok
dianggap sebagai penentu dari nasib manusia yang mengatur tentang penyelenggaraan
di suatu negara. Melalui hermeneutika, negara menjadi penting, karena pekerjaan
pembentuk Undang-Undang dapat sampai ke membentuk Undang-Undang, artinya
perenungan lebih mendasar tentang apa membuat landasan operasional bagi
artinya 'menafsir', apa resiko terjauhnya, dan penyelenggaraan kehidupan bernegara,
faktor apa saja yang perlu diwaspadai di sebagai kelanjutan dari bunyi pasal-pasal
dalamnya (Puspitadewi, 2017). Undang-Undang Dasar.Namun, memahami
Dengan demikian, memfungsikan suatu permasalahan atau realitas yang ada pun
Undang-Undang Dasar sebagai pembangun bukan pekerjaan yang mudah, diperlukan
dari sistem hukum nasional, dalam hal ini metode penelitian yang tepat sehingga
ialah sistem peraturan perundang-undangan membawa pada pilihan penyelesaian yang
Indonesia menjadi penting agar pembentukan juga tepat untuk permasalahan tersebut.
Undang-Undang tidak menemukan kesia-siaan Artinya, di dalam pembentukan Undang-
dan mampu menurunkan nilai dari norma Undang, pembentuknya harus memahami
persoalan secara mendasar agar mampu
292
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 48 No.3, Juli 2019, Halaman 283-293 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
menuangkan ide dan gagasan dalam bahasa MD. Mahfud. (2010). Perdebatan Hukum
teks peraturan perundang-undangan. Tata Negara Pasca Amandemen
Penuangan norma hukum dalam peraturan Konstitusi. Jakarta: Rajawali Press.
perundang-undangan, menurut kajian ini tidak MD. Mahfud. (2012). Membangun Politik
cukup dianggap selesai jika hanya Hukum, Menegakkan Konstitusi. Jakarta:
mengandalkan pada teori jenjang norma Hans Rajawali Press.
Kelsen secara formalitas. Terlebih jika hanya Puspitadewi, Rachmani. (2017). Penerapan
mengandalkan pada negosiasi untuk mencapai Hermeneutika Di Ranah Hukum.
kesepakatan demi kepentingan politik yang Bandung: Unpar Press.
perlu diakomodasi di dalam pembentukan Rahardjo, Satjipto. (1980). Hukum dan
Undang-Undang. Jika hanya ini yang Masyarakat. Bandung: Angkasa.
dilakukan, maka norma hukum di dalam Rohi, Sofia L. (2013). Implikasi Undang-
Undang-Undang akan terisolasi dan Undang Dasar 1945 Terhadap Sistem
menemukan kesia-siaan serta gagal Perencanaan Pembangunan Nasional.
menurunkan nilai dari norma hukum yang Jurnal Politika. Volume 4. (Nomor 1,
lebih tinggi ke norma hukum yang lebih April), pp. 82-92, p. 82-83.
rendah. Rumokoy, Donald A. (2011). Praktik
Konvensi Ketatanegaraan di Indonesia:
DAFTAR PUSTAKA Kajian Perbandingan di Inggris,
Amerika Serikat, dan Belanda. Jakarta:
Arief, Barda Nawawi. (2008). Kebijakan Media Prima Aksara.
Hukum Pidana. Jakarta: Prenada Media Santoso, M. Agus. (2013). Perkembangan
Group. Konstitusi Indonesia,Jurnal Yustisia,
Arief, Barda Nawawi. (2012). Pembangunan Volume 2. (Nomor 3, September-
Sistem Hukum Nasional (Indonesia). Desember).
Semarang: Pustaka Magister. Sinamo, Nomensen. (2012). Hukum Tata
Danardono, Donny. (2015). Critical Legal Negara: Suatu Kajian Kritis Tentang
Studies: Posisi Teori dan Kritik. Jurnal Kelembagaan Negara. Jakarta: Permata
Ilmiah Hukum Kisi Hukum, pp. 1-6, p. 2- Aksara.
3. Suhardjana, Johannes. (2010). Supremasi
Handayani, Yeni. (2014). Pengaturan Hak Konstitusi Adalah Tujuan Negara.
Asasi Manusia Dalam Konstitusi Jurnal DinamikaHukum. Volume 10.
Indonesia dan Konstitusi Amerika (Nomor 3, September). pp. 257-269, p.
Serikat. Jurnal Rechtvinding Online, 260
Oktober 2014, pp. 1-9, p. 1-4. Yuliandri. (2013). Asas-Asas Pembentukan
Indrati, Maria Farida. (2007). Ilmu Peraturan Perundang-undangan Yang
Perundang-undangan: Jenis, Fungsi dan Baik: Gagasan Pembentukan Undang-
Materi Muatan. Yogyakarta: Kanisius. Undang Berkelanjutan. Jakarta:
Rajawali Press.
293