DISUSUNOLEH:
FATIMAH NUR FADILLAH
EZZA ISFI TSANY
FIKA DWI APRILIA
HAMDI MU’ADZ MAHRUS
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulisan makalah “Patofisiologi dan Asuhan Keperawatan Pada
Anak Dengan Meningitis” dapat kami selesaikan.
Shalawat beriring salam semoga dilimpahkan kepada Baginda Rasulullah
SAW, keluarga, para sahabat dan orang-orang yang istiqamah di jalan-Nya hingga
akhir zaman.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata ajar
Keperawatan Anak.Selain itu, agar pembaca dapat memperluas ilmu yang
berkaitan dengan judul makalah, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari
berbagai sumber dan hasil kegiatan yang telah dilakukan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak terkait, terutama
kepada dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengajaran
dalam penyelesaian makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca.Dan kami menyadari masih banyak kekurangan yang mendasar dalam
makalah ini.Oleh karena itu, kami memohon keterbukaan dalam pemberian saran
dan kritik agar lebih baik lagi untuk ke depannya.
Kelompok 4
ii
DAFTAR ISI
COVER.....................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................2
C. Tujuan............................................................................................................2
A. Definisi Meningitis.........................................................................................5
B. Anatomi Fisiologi...........................................................................................7
C. Klasifikasi Meningitis....................................................................................7
D. Etiologi Meningitis.........................................................................................8
E. Patofisiologi Meningitis.................................................................................10
F. Pathway..........................................................................................................10
G. Manifestasi Klinis..........................................................................................13
H. Komplikasi.....................................................................................................13
I. Penatalaksanaan.............................................................................................16
J. Asuhan Keperawatan.....................................................................................
A. Kesimpulan....................................................................................................26
B. Saran...............................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Meningitis neonatal sering merupakan akibat dari sepsis neonatal.
Meningitis neonatal dapat terjadi pada hampir sepertiga kasus sepsis neona-
tal.berdasarkan data penelitian yang telah dilakukan oleh WHO Sebanyak
1,17-2,97 dari 3,5-8,9 kasus sepsis neonatal per 1000 kelahiran berkembang
menjadi meningitis di negara barat dan 2,4-12,7 dari 7,1-38 kasus sepsis
neonatal per 1000 kelahiran berkembang menjadi meningitis di negara
berkembang. Meningitis neonatal dapat juga terjadi pada bayi dengan klinis
sepsis dengan angka kejadian berkisar 38%-50%.Terdapat beberapa faktor
risiko yang mempengaruhi terjadinya meningitis neonatal, yaitu bayi kurang
bulan (usia kehamilan<37 minggu), bayi berat lahir rendah (<2500 g),
ketuban pecah dini, hipoksia, infeksi peripartum (korioamnionitis) (Rachman,
A ,Artana, WD&Sukmawati, M, 2017).
Manifestasi klinis awal antara meningitis neonatal, sepsis neonatal dan
klinis sepsis sangat tidak spesifik dan sulit dibedakan satu dengan yang
lainnya. Akibatnya terjadi ketidaktepatan dalam penatalaksanaan terutama
pada lama pemberian antibiotik empiris yang menyebabkan meningkatnya
morbiditas, mortalitas dan gejala sisa neurologis. Pemeriksaan cairan
serebrospinalis (CSS) melalui pungsi lumbal adalah satu-satunya pemer-
iksaan untuk membantu menegakkan diagnosis meningitis sehingga
pengobatan yang tepat dapat diberikan (Rachman, A ,Artana,
WD&Sukmawati, M, 2017).
Meningitis adalah radang pada meningen (selaput) yang mengelilingi
otak dan medula spinalis (Muttaqin, 2008). Meningitis dapat menyerang
semua kelompok umur, kelompok umur yang paling rawan adalah anak- anak
usia balita dan orang tua (Andareto, 2015). Insidens 90 % dari semua kasus
meningitis bakterial terjadi pada anak yang berusia kurang dari 5 tahun,
insiden puncak terdapat pada rentang usia 6 sampai 12 bulan. Rentang usia
1
dengan angka morbiditas tertinggi adalah dari lahir sampai 4 tahun (Betz &
Sowden, 2009).
Meningitis dianggap sebagai darurat medis yang perlu di kenali dan di
obati secara dini untuk mencegah kerusakan neurologis. Disorientasi dan
gangguan memori juga sering terjadi saat penyakit berlanjut, pasien dapat
mengalami letargi, tidak responif dan koma. Selain itu kejang juga dapat
terjadi yang merupakan akibat dari area iritabilitas di otak. ICP (Intracranial
Pressure) meningkat akibat perluasan pembengkakan di otak atau
hidrosefalus. Tanda awal peningkatan ICP mencakup penurunan tingkat
kesadaran dan defisit motorik lokal.
Anak dengan meningitis bakteri akut mengalami hilang pendengaran
(0,5-6,9% tipe sensorineural permanen dan 10,5% reversibel) yang banyak
terjadi pada anak yang telah sakit selama 24 jam (Anurogo, 2014). Infeksi
fulminan akut terjadi pada sekitar 10 % pasien meningitis meningokokus
yang memunculkan tanda-tanda septikemia yang berlebihan. Awitan demam
tinggi, lesi purpurik ekstensif (di wajah dan ekstremitas), syok dan tanda
koagulasi intravaskular diseminata (DIC) terjadi secara mendadak, kematian
dapat terjadi dalam beberapa jam setelah awitan infeksi (Brunner & Suddart
2013).
Data World Health Organization (WHO) (2015), melaporkan bahwa
Pada tahun 2014 di Afrika ditemukan 14.317 dugaan kasus meningitis dengan
jumlah kematian sebanyak 1.304 jiwa. Setiap tahun, kasus meningitis bakteri
mempengaruhi lebih dari 400 juta orang yang tinggal di 26 negara (dari
Senegal ke Ethiopia). Lebih dari 900.000 kasus dilaporkan dalam 20 tahun
terakhir (1995-2014). kasus meningitis tersebut mengakibatkan kematian
sebanyak 10%. Sedangkan 10-20% meninggalkan gejala sisa neurologis.
Meningitis penyebab kematian bayi umur 29 hari - 11 bulan dengan urutan
ketiga yaitu (9,3%) setelah diare (31,4%), dan pneumoni (23,8%). Proporsi
meningitis penyebab kematian pada umur 1-4 tahun yaitu (8,8%) dan
merupakan urutan ke-4 setelah Necroticans Entero Colitis (NEC) yaitu
(10,7%) (Balitbangkes 2008).
2
Perawat sangat diperlukan perannya dalam memberikan asuhan kepada
pasien. Mortalitas bergantung pada daya tahan tubuh pasien, cepatnya
mendapat pengobatan, cara pengobatan dan perawatan yang diberikan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Dengan tersusunnya makalah ini diharapkan mahasiswa dapat mengetahui
dan memahami tentang patofisiologi, pemeriksaan fisik dan asuhan
keperawatan pada anak dengan meningitis.
D. Manfaat
1. Bagi Pelayanan
3
BAB II
TELAAH PUSTAKA
A. DEFINISI
4
Penularan kuman dapat terjadi secara kontak langsung
dengan penderita dan droplet infection yaitu terkena percikan
ludah, dahak, ingus, cairan bersin dan cairan tenggorok
penderita. Saluran nafas merupakan port d’entree utama pada
penularan penyakit ini. Bakteri-bakteri ini disebarkan pada orang
lain melalui pertukaran udara dari pernafasan dan sekresi-sekresi
tenggorokan yang ma suk secara hematogen (melalui aliran
darah) ke dalam cairan serebrospinal dan memperbanyak diri
didalamnya sehingga menimbulkan peradangan pada selaput
otak dan otak.
B. Anatomi Fisiologi
Otak manusia mempunyai berat 2% dari berat badan orang
dewasa (3 pon), menerima 20 % curah jantung dan memerlukan
20% pemakaian oksigen tubuh dan sekitar 400 kilokalori energi
setiap harinya. Otak merupakan jaringan yang paling banyak
memakai energi dalam seluruh tubuh manusia dan terutama
berasal dari proses metabolisme oksidasi glukosa (Prince,Wilson,
2006).
5
Gambar 2.1. Anatomi selaput otak (Prince, Wilson, 2006)
a. Durameter
Durameter merupakan tempat yang tidak kenyal yang
membungkus otak, sumsum tulang belakang, cairan serebrospinal
dan pembuluh darah. Durameter terbagi lagi atas durameter
bagian luar yang disebut selaput tulang tengkorak (periosteum)
dan durameter bagian dalam (meningeal) meliputi permukaan
tengkorak untuk membentuk falks serebrum, tentorium serebelum
dan diafragma sella.
6
b. Arakhnoid
C. Klasifikasi
a. Meningitis serosa
7
Ditandai dengan jumlah sel dan protein yang meninggi
disertai cairan serebrospinal yang jernih. Penyebab yang
paling sering dijumpai adalah kuman Tuberculosis dan virus.
b. Meningitis purulenta
Meningitis purulenta atau meningitis bakteri adalah
meningitis yang bersifat akut dan menghasilkan eksudat
berupa pus serta bukan disebabkan oleh bakteri spesifik
maupun virus. Meningitis Meningococcus merupakan
meningitis purulenta yang paling sering terjadi.
D. Etiologi
8
dan Streptococcus Pneumococcus, dan pada usia dewasa (>20
E. Patofisiologi
9
kepala dengan fraktur terbuka atau komplikasi bedah otak. Invasi
sistem ventrikulus.
terdapat makrofag.
10
F. Pathway
G. Manifestasi Klinis
11
Meningitis karena virus ditandai dengan cairan
palatum, uvula, tonsil, dan lidah dan pada tahap lanjut timbul
nyeri punggung.
12
biasanya dimulai dengan gangguan saluran pernafasan bagian
gejala ringan dan nampak seperti gejala infeksi biasa. Pada anak-
13
sampai koma. Pada stadium ini penderita dapat meninggal dunia
sebagaimana mestinya.
H. Komplikasi
I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan apabila anak mengalami
meningitis adalah:
14
Intervensi keperawatan awal yang harus diberikan saat anak
datang dengan keluhan kejang
10) Jika mungkin tempatkan pasien miring pada salah satu sisi
dengan kepala fleksi ke depan , yang memungkinkan lidah
15
jatuh dan memudahkan pengeluaran saliva dan mucus. Jika
disediakan penghisap, gunakan jika perlu untuk
membersihkan secret. (Brunner and Suddarth, 2002:2203)
2) Pemakaian obat-obatan
- Dexamethason
16
Diberikan dosis 0,5 mg/kg.bb./hari intravena atau
intramuscular. Dosis diturunkan pelan-pelan bila
setelah beberapa hari pasien menunjukkan
perbaikan
- Manitol
- Gliserol
- Glukosa 20%
3) Pengobatan suportif
J. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
17
Pengkajian yang dilakukan pada klien adalah :
1) Data diri
2) Keluhan utama
Dalam hal ini yang dikaji meliputi riwayat prenatal, natal dan
post natal. Riwayat prenatal perlu diketahui penyakit apa saja
yang pernah diderita oleh ibu terutama penyakit infeksi.
Riwayat natal perlu diketahui apakah bayi lahir dalam usia
kehamilan aterm atau tidak karena mempengaruhi sistem
kekebalan terhadap penyakit pada anak. Trauma persalinan
juga mempengaruhi timbulnya penyakit contohnya aspirasi
ketuban untuk anak. Riwayat post natal diperlukan untuk
mengetahui keadaan anak setelah lahir contohnya BBLR.
4) Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
Umumnya terjadi penurunan kesadaran, nadi 100-140
x/mnt, suhu 37-39°C, pernafasan 20-40 x/mnt teratur.
18
menutup, teraba lunak dan cembung, tidak tegang.
Lingkar kepala 36 cm.
- Reaksi cahaya +/+, mata nampak anemi, ikterus tidak
ada, tidak terdapat sub kunjungtival bleeding.
- Telinga tidak ada serumen.
- Hidung tidak terdapat pernafasan cuping hidung.
- Mulut bersih, tidak terdapat moniliasis.
- Leher tidak terdapat pembesaran kelenjar, tidak ada
kaku kuduk.
Abdomen
Ekstremitas
Reflek
19
Pada saat dikaji refleks menghisap klien +, refleks
babinsky +
Gambar opistotonus :
20
Cara pemeriksaan : Pasien berbaring terlentang
kemudian gerakan antreofleksi leher secara pasif. Positif
bila disusul secar reflektorik oleh gerakan fleksi pada
kedua tungkai sendi lutut dan panggul.
21
Cara pemeriksaan : dilakukan penekana pada simfisis
pubis. Positif bila disusul gerakan reflektorik fleksi pada
kedua tungkai di sendi lutut dan panggul.
5) Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
22
- Pada Meningitis Serosa terdapat tekanan yang bervariasi,
cairan jernih, sel darah putih meningkat, glukosa dan
protein normal, kultur (-).
- Pada Meningitis Purulenta terdapat tekanan meningkat,
cairan keruh, jumlah sel darah putih dan protein
meningkat, glukosa menurun, kultur (+) beberapa jenis
bakteri.
Pemeriksaan darah
Pemeriksaan Radiologis
23
2) Bersihan Jalan Napas tidak Efektif berhubungan dengan
penumpukan sekret pada jalan nafas. (D.0001)
c. Intervensi keperawatan
Diagnosa Tujuan Intervensi
Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
(D.0077) keperawatan selama ….x24 1) Kaji karakteristik nyeri,
jam diharapkan nyeri dapat letak, durasi, kualitas dan
berkurang. kuantitas nyeri.
2) Berikan pengetahuan
Dengan kriteria hasil : mengenai nyeri pada
pasien.
1) Mengetahui faktor 3) Evaluasi pengalaman nyeri
penyebab pasien.
2) Mengetahui 4) Awasi faktor lingkungan
peningkatan nyeri yang dapat menyebabkan
3) Gunakan cara nyeri.
pencegahan Gunakan 5) Ajarkan teknik relaksasi
cara non analgetik pada pasien
Gunakan obat 6) Kompres dingin (es) pada
analgetik Kenali nyeri kepala dan kain dingin
untuk perawatan pada mata
professional Gunakan 7) Berikan obat analgesic
sumber yang tersedia
4) Catat control nyeri
5) Pasien dapat tidur
dengan tenang
6) Memverbalisasikan
penurunan rasa sakit.
24
Efektif kedalaman, dan usaha
Respiratory status: airway respirasi
(D.0001) patency (status pernapasan: 2) Perhatikan gerakan dada,
kepatenan jalan napas) amati simetris, penggunaan
1) Frekuensi pernapasan otot aksesori, retraksi otot
dalam batas normal supraclavicular dan
(16-20x/mnt) interkostal
2) Irama pernapasn 3) Monitor suara napas
normal tambahan
3) Kedalaman 4) Monitor pola napas :
pernapasan normal bradypnea, tachypnea,
4) Klien mampu hyperventilasi, napas
mengeluarkan sputum kussmaul, napas cheyne-
secara efektif stokes, apnea, napas biot’s
5) Tidak ada akumulasi dan pola ataxic
sputum Airway suctioning
5) Putuskan kapan
dibutuhkan oral dan/atau
trakea suction
6) Auskultasi sura nafas
sebelum dan sesudah
suction
Informasikan kepada
keluarga mengenai
tindakan suction
7) Gunakan universal
precaution, sarung tangan,
goggle, masker sesuai
kebutuhan
8) Gunakan alat disposible
steril setiap melakukan
tindakan suction trakea
9) Pilihlah selang suction
dengan ukuran setengah
dari diameter endotrakeal,
trakheostomy, atau saluran
nafas pasien
10)Gunakan aliran rendah
untuk menghilangkan
sekret (80-100 mmHg pada
dewasa)
11)Monitor status oksigen
pasien (SaO2 dan SvO2)
dan status hemodinamik
(MAP dan irama jantung)
sebelum, saat, dan setelah
suction
12)Lakukan suction pada
oropharing setelah selesai
suction pada trakea
25
Hipertermi Setelah dilakukan tindakan Regulasi suhu
(D.0130) keperawatan selama ….x24
1) Monitor suhu tiap 2 jam
jam suhu dapat kembali
sekali.
normal.
2) Monitor tekanan darah.
3) Auskultasi bunyi paru.
Dengan kriteria hasil :
4) Monitor perubahan warna
kulit pada diri pasien.
5) Monitor adanya sianosis
1) Suhu tubuh dalam
pada pasien.
rentang normal
6) Monitor kelembaban kulit
2) Tidak menunjukkan pasien.
sakit kepala
3) Tidak menunjukkan
nyeri otot
7) Berkeringat ketika
panas
9) Pernapasan normal
26
normal (120 mmHg) monitor respon klien
2) Tekanan darah terhadap posisi tersebut.
diastolik normal (80 3) Monitor status respirasi
mmHg) (pola, ritme, dan
3) Tidak ada sakit kepala kedalaman respirasi; PO2,
4) Tidak ada agitasi PCO2, PH, dan level
5) Tidak ada syncope bikarbonat)
6) Tidak ada muntah 4) Monitor nilai lab untuk
perubahan dalam
Seizure Control oksigenasi
7) Pasien tidak Oxygen Therapy
mengalami kejang 5) Pertahankan kepatenan
8) Lingkungan sekitar jalan nafas.
pasien dalam keadaan 6) Monitor aliran oksigen.
aman Vital Signs Monitoring
7) Monitor tanda-tanda vital
8) Ukur tekanan darah setelah
klien mendapatkan
medikasi/terapi.
Seizure management
9) Monitor secara langsung
mata dan kepala selama
kejang
10) Monitor status neurologik
11) Monitor TTV
12) Dokumentasikan informasi
tentang kejadian kejang
neurologi pasien
13) Berikan antikonvulsan
Phenytoin 3x100 mg/IV
dan neuroprotektor
Citicolin 3x250 mg/IV
Seizure Precaution
14) Hindarkan barang-barang
yang berbahaya dari
sekitar pasien
15) Jaga ikatan di samping
tempat tidur
16) Pasang tiang pengaman
17) Gunakan paddle pada sisi
tempat tidur
27
dan membran mukosa setiap hari
1) Elastisitas kulit dapat 3) Hilangkan kelembaban
dipertahankan berlebih pada kulit, hasil
2) Integritas kulit utuh dari pengeluaran keringat,
compremised) drainase pada luka,
inkontinensia alvi dan
3) Tidak ada lesi kulit
inkontinensia urine
4) Tidak ada eritema 4) Berikan barier
eritema perlindungan seperti krim
atau bahan penyerap
seperi pad.
5) Inspeksi kulit di sekitar
tulang yang menonjol dan
tekanan lain ketika
reposisi dilakukan kurang
dalam sehari.
6) Jaga tempat tidur tetap
bersih, kering dan tidak
mengkerut.
7) Hindari penggunaan air
panas ketika mandi dan
gunakan sabun yang
lembut.
8) Pastikan klien
mendapatkan intidake
yang adekuat seperti
cairan, protein, vitamin B,
vitamin C, dan kalori.
BAB III
PENUTUP
28
A. Kesimpulan
Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang
yang mengenai piameter (lapisan dalam selaput otak) dan
arakhnoid serta dalam derajat yang lebih ringan mengenai
jaringan otak dan medula spinalis yang superfisial.
Meningitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri, riketsia,
jamur, cacing dan protozoa. Penyebab paling sering adalah
virus dan bakteri. Meningitis yang disebabkan oleh bakteri
berakibat lebih fatal dibandingkan meningitis penyebab lain
karena mekanisme kerusakan dan gangguan otak yang
disebabkan oleh bakteri maupun produk bakteri lebih berat.
B. Saran
1. Bagi Pelayanan
Petugas kesehatan diharapkan dapat memberikan asuhan
keperawatan yang prima serta edukasi yang sesuai dengan
ilmu terupdate meningitis.
2. Bagi Pendidikan
Pembaca dapat menambah ilmu dan melakukan studi
banding mengenai menignitis pada anak dengan jurnal
nasional maupun internasional.
Daftar Pustaka
29
Lestari, R., & Putra, A. E. (2017). Jurnal makah kedokteran Andalas. Sumatra:
Fakultas Kedokteran Andalas.
http://scholar.unand.ac.id/16970/2/bab%20I%20pendahuluan.pdf
http://repository.ump.ac.id/2411/3/PIPIT%20ERLIN%20KUSLECHA
%20BAB%20II.pdf
30