Anda di halaman 1dari 50

MODUL KULIAH

ILMU BAHAN III


(LOGAM)

DOSEN PENGAMPU
DRS. INDRA FAUZI, M.T

PROGRAM STUDI D3
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI MEDAN
2020

1
GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN
MATA KULIAH ILMU BAHAN LOGAM

1. PENDAHULUAN :
- Pembagian Logam
- Sifat umum logam
- Pembagian Bijih Logam
- Produksi logam

2. STRUKTUR LOGAM
- Defenisi atom
- Ikatan kimia
- Struktur Kristal Logam
- Proses Pertumbuhan Kristal
- Paduan Logam
- Deformasi Logam

3. LOGAM BESI
- Pengertian besi
- Bahan asal besi
- Jenis bijih besi
- Klasifikasi besi dan baja
- Proses Pembuatan baja

4. PENGUJIAN LOGAM
- Tujuan pengujian
- Percobaan static
- Percobaan teknologi
- Percobaan dinamik

2
5. KOROSI
- Pengertian korosi
- Pencegahan korosi
- Baja tahan karat
- Baja tahan cuaca

6. PENGGUNAAN LOGAM BESI DALAM TEKNIK SIPIL


- Baja karbon
- Baja penguat ( tulangan )
- Jaringan kawat baja las
- Baja prategang

7. LOGAM BUKAN BESI ( ALUMINIUM )

8. LAS

3
BAB I
PENDAHULUAN

Ilmu Logam adalah suatu pengetahuan tentang logam yang menjelaskan


tentang sifat, struktur, pembuatan, pengerjaan dan penggunaan dari
logam dan paduannya.

Dalam ilmu logam, jenis-jenis logam dikelompokan menjadi 4 kelompok,


yaitu:
1. Logam berat (besi, nikel, chrom, tembaga,timah hitam, timah putih dan
seng).
2. Logam ringan (aluminium, magnesium, titanium, kalsium, kalium,
natrium dan barium)
3. Logam mulia (emas, perak, dan platina).
4. Logam tahan api (wolfram, titanium, sirkonium dan molybdenum).

1.1. Jenis logam berdasarkan bahan dasar yang membentuknya dibagi


menjadi 2 kelompok, yaitu :

1. Logam besi (ferrous) yaitu, suatu logam paduan yang terdiri dari
campuran unsur karbon dengan besi, atau logam yang elemen utamanya
mengandung besi, Contoh logam besi adalah , besi cor, besi tempa dan
baja.

2. Logam bukan besi, (non ferrous) yaitu logam yang elemen utamanya
bukan besi. Contohnya tembaga, timah, aluminium dan lain-lain.

Dalam mendapatkan konstruksi yang paling menguntungkan, maka yang


harus diperhatikan yaitu pemakaian bahan bangunan. Kalau logam kita
gunakan sebagai bahan konstruksi harus punya sifat-sifat sebagai berikut :
1. kekuatan tarik tinggi
2. dapat dibuat pelat
3. dapat dibuat potongan dan kawat serta mudah dilas

4
1.2. Sifat Logam
Sifat umum dari logam antara lain :
1. pengantar listrik yang tinggi
2. pengantar panas yang tinggi

Pengetahuan yang mendalam tentang sifat logam didapatkan dari hasil-hasil


percobaan tetang berbagai macam pembebanan, meliputi arah pembebanan,
besar pembebanan, waktu pembebanan, pembebanan statis, pembebanan
dinamis, pembebanan gabungan/ berualang-ulang/ fatique.

1. Sifat Mekanis adalah kemampuan dan kekakuan logam menerima beban


yang dikenakan kepadanya secara statis, dinamis atau berulang-ulang
dengan suhu tertentu. Contoh kekenyalan, kekuatan, keuletan, liat,
kegetasan, keausan dan kekuatan tekan.
2. Sifat Fisika, adalah bagaimana keadaan logam apabila mengalami
peristiwa fisika, contoh titik cair, titik didih dan hambat arus listrik dll.
3. Sifat Kimia, adalah bagaimana bahan tersebut mampu menahan adanya
zat kimia, contoh ketahanan terhadap korosi.
4. Sifat Teknologis adalah kemampuan suatu bahan logam dalam proses
pengerjaan secara teknis, contoh kemampuan las, kemampuan
penempaan.

Dalam hubungannya dengan sifat mekanis suatu logam dapat dibedakan


dalam berbagai keadaan beban sebagai berikut:

1. Sifat mekanis pembebanan tarik, bila suatu logam menerima beban tarik
maka logam tersebut akan mengalami perubahan bentuk dan ukuran
akibat beban yang dikenakan. Jika setelah beban dihilangkan maka
perubahan bentuk dan ukuran kembali seperti kondisi awal sebelum
pembebanan. Maka perubahan tersebut termasuk deformasi elastis Jika
perubahan bentuk dan ukurannya tetap maka disebut deformasi plastis.

2. Sifat mekanis pebebanan beban dinamis, kekuatan menerima beban


bolak balik serta kemampuan untuk menahannya bahan tersebut
dikatakan tahan patah (ulet). Beban bolak balik tertinggi yang mampu
ditahan disebut tegangan patah/batas kelelahan. Patahan liat ciri
patahannya berserat halus berbentuk lancip/mangkuk. Patahan getas
cirinya patahan rata dan bersetat kasar.

5
3. Sifat mekanis pembebanan kejut yaitu beban pukul atau beban yang
diterima secara tiba-tiba.

4. Sifat mekanis untuk kekerasan bahan yaitu kemampuan untuk menahan


goresan.
5. Sifat mekanis terhadap beban geser dan puntiran, yaitu pembebanan
yang terjadi pada tempat yang berlainan dengan arah yang berlawanan.

6. Sifat mekanis pada peredaman yaitu kemampuan menahan getaran.

7. Sifat mekanis terhadap perubahan bentuk, yaitu kemampuan bahan


untuk berubah bentuk dalam suhu tertentu. Logam yang tidak plastis
pada suhu tinggi disebut getas panas. Jika terjadi pada suhu normal
disebut getas dingin.

8. Sifat penjalaran, yaitu pertambahan panjang secara terus menerus pada


beban konstan.

9. Sifat penekanan, yaitu kemampuan untuk menerima tekanan.

Logam yang sering dipakai dalam teknik sipil adalah baja. Kelemahan dari
baja adalah : Tidak tahan korosi (karat), baik oleh keadaan-keadaan lembab
maupun oleh udara sekeliling, walaupun telah dikembangkan baja tahan
cuaca.

Dalam bahasa sehari-hari pengertian tentang besi dan baja sering tertukar,
sebutan besi hampir selalu tidak pernah dipakai untuk menyatakan barang
yang ada unsur Ferrumnya, pada hal besi murni hampir tidak pernah
dipakai. Biasanya selalu ada campuran karbon dan unsur-unsur lain. Unsur
karbon ( C ) sangat mempengaruhi perilaku dari besi.

Kadar karbon dipakai untuk membedakan antara besi tuang dan baja :
1. besi dengan kadar karbon > 2 % dinamakan besi tuang
2. besi dengan kadar karbon < 2 % dinamakan baja

6
1.3. Pembagian Biji Logam
Bijih logam dibagi dalam enam klasifikasi :

1. logam-logam murni, terdiri dari logam mulia, yaitu logam yang tidak
dapat mengalami oksida, misalnya : Au ; Pt ; Ag ; Hg. Logam –
logam ½ mulia yaitu logam yang agak sukar teroksidasi, misal tembaga
(Cu). Oksida adalah reaksi suatu unsur dengan oksigen, sebagai contoh
: Cu + O 2 CuO2 .
2. oksida-oksida logam adalah sumber biji yang paling penting. Yang
termasuk dalam jenis ini adalah logam besi, aluminium dan lain-
lain, sebagai contoh : Al2 O3 ; Fe O; Fe2 O3
3. Sulfida-sulfida meliputi bijih besi, tembaga, timah, seng , nikel,
contoh : CuS.
4. Karbonat, terdiri dari bijih besi, tembaga, timah, seng.
5. Clorida, meliputi bijih magnesium
6. Silikat-silikat, meliputi bijih tembaga, seng

1.4 Produksi Logam


Pengerjaan yang diperlukan untuk menghasilkan sebagian besar bahan
logam adalah :

1. Penggalian Bijih
Untuk penggalian bijih dipergunakan dua metode :
a. penambangan / penggalian terbuka
b. penambangan tertutup ( penambangan di bawah tanah )
Bijih logam yang diperoleh dari penambangan, biasanya masih
bercampur dengan bahan-bahan ikutan lainnya seperti batu dan tanah liat
dan masih berbentuk bongkahan-bongkahan yang tidah sama besar.

2. Pengerjaan Bijih-bijih
Bahan yang diperoleh dari penambangan, masih berbentuk bongkahan-
bongkahan terlebih dulu dikerjakan dengan cara : Pemecahan Bijih-bijih
Pada proses ini bijih dihancurkan dan sebagian besar berupa kotoran
yang terdapat pada bijihnya, dibuang dengan menggunakan metode
pemisahan media berat.

a. Pengayakan bijih-bijih

7
Bijih-bijih yang sudah dipecah, kemudian dipisahkan menurut ukuran
butirnya dengan melakukan pengayakan.

b. Pembenahan Bijih-bijih
Bijih-bijih diproses dengan tidak merubah sifat-sifat kimia atau sifat
fisik dari bijih tersebut, tujuannya untuk memisahkan bijih-bijih dari
bahan-bahan ikutan/kotoran. Pekerjaan ini dapat dilakukan dengan
cara :

1. bijih – bijih yang berharga dipilih/disortir, biasanya dilakukan


pada permukaan yang datar atau conveyor sortir.
2. Berdasarkan perbedaan kekerasan/kerapuhan.
3. Berdasarkan sifat gesekan, yaitu bijih-bijih diluncurkan pada
bidang miring sehingga bahan-bahan yang ringan akan meluncur
lebih cepat.
4. Pemisahan secara elektrostatik, yaitu pemisahan bijih-bijih
berdasarkan konduktivitas listriknya dan sifat-sifat kelistrikan.
5. Pemisahan secara magnetis, yaitu berdasarkan perbedaan sifat
magnetiknya.
6. Pemisahan berdasarkan grafitasi, yaitu bijih-bijih dibedakan
berdasarkan kecepatan tenggelam atau jatuhnya bijih-bijih
tersebut dalam suatu cairan atau udara.
7. Pemisahan dengan menggunakan media berat, yaitu bijih-bijih
yang mengapung dan tenggelam tergantung pada masa jenis bijih
dan masa jenis medium yang digunakan. Media yang digunakan
yaitu berupa cairan organik atau larutan-larutan.
8. Penggabungan bijih-bijih yang sudah membentuk bubuk dengan
bantuan peniupan udara pada bijih-bijih tersebut.

3. Pemerosesan Bijih-bijih
Pemerosesan bijih-bijih ( ekstraksi logam ), yaitu proses pemisahan
logam murni atau senyawanya dari bijih-bijihnya. Proses pemisahan ini
secara umum dibagi atas :

a. Pyrometallurgi
Pyrometallurgi yaitu pemisahan logam dilakukan dengan cara
menaikan temperatur bijih-bijih. Bijih-bijih dipanaskan sampai
tempertur tertentu sehingga mencair (meleleh). Bahan yang sudah
melebur tersebut, akan terpisah dengan sendirinya dari bahan – bahan

8
lain, ini terjadi karena perbedaan berat jenis dari bahan-bahan yang
terdapat pada bijih-bijih tersebut.
b. Hydrometallurgi
Hydrometallurgi yaitu bijih-bijih dimasukkan kedalam larutan asam
atau basa yang sesuai dengan jenis logam yang terdapat pada bijih-
bijih yang dikerjakan. Logam atau senyawanya dipisahkan dari
larutan dengan cara elektrolisa atau dengan cara pengendapan. Proses
pemisahan seperti ini biasanya dilakukan untuk logam-logam ringan
seperti : Al ; Mg ; Na ; K ; Ca dan lain-lain.

9
BAB II
STRUKTUR LOGAM

2.1 Defenisi Atom

Atom dari unsur-unsur kimia terdiri dari inti atom ( proton dan netron,
proton bermuatan positif dan netron yang netral ), dan elektron yang
mengelilingi inti yang bermuatan negatif pada lintasan-lintasan atau
lapisan-lapisan atau kulit-kulit tertentu. Kulit pertama akan penuh dengan
isi dua elektron, sedangkan kulit terluar akan penuh jika berisi delapan
elektron (maksimum).

Konfigurasi elektron, setiap kulit (orbital ), terdiri atas sub kulit yaitu : S ; P
; D; F Jumlah elektron dalam tiap-tiap sub kulit :
S = 2 elektron
P = 6 elektron
D = 10 elektron
F = 14 elektron

Cara mencari dengan aturan :

1 S atau 1 S

2 S 2P 2 S 2 P

3 S 3P 3 D 3 S 3P 3D

4 S 4 P 4D 4F 4 S 4P 4D 4F

5 S 5 P 5 D 5F 5 S 5P 5D 5F

6 S 6P 6 D 6 S 6P 6 D

10
7 S 7 P 7 S 7 P

Contoh :

11 22,98 = 23
1
Na
( Natrium )

Nomor masa = 23 ( = jumlah proton + Netron )


Berat Atom = 11 = nomor atom ( = jumlah elektron yang mengelilingi
inti )
Jumlah proton = jumlah elektron

23

Na : 1S2 ; 2S2 2P6 ; 3S1 Golongan 1 A


11
2 8 1

35

Cl : 1S2 ; 2S2 2P6 ; 3S2 3P5 Golongan 7 A


17
2 8 7

Golongan = jumlah elektron dikulit terluar


Golongan A = golongan pertama mengisi sub. sel S dan P
Golongan B = golongan pertama yang mengisi sub. sel D
Periode = jumlah kulit

Cr : 1S2 ; 2S2 2P6 ; 3S2 3P6 ; 4S2 3D4 Gol = 6 B


24 2 8 8 6

11
2.2 Senyawa Kimia atau Ikatan Kimia

Yaitu suatu bentuk penggabungan dari atom-atom sehingga membentuk


suatu senyawa yang stabil, Ikatan kimia dikenal :

1. Ikatan ion atau elektrovalen

Ion berasal dari bahasa Yunani yang berarti berjalan, jadi ikatan ion
ialah berpindahnya elektron-elektron valensi dari kulit terluar suatu atom
ke kulit terluar atom yang lain.

Contohnya: garam dapur ( NaCl ), yaitu ikatan Natrium dan Clorida


melalui perpindahan elektron dari atom Na ke atom Cl,
untuk membentuk Na + dan Cl –
Kulit terluar dari atom Na adalah 1 dan kulit terluar atom Cl adalah 7,
ikatan atom Na dengan atom Cl supaya dia stabil, Na cendrung
memberikan 1 elektron pada Cl dari pada mengambil 7. Atom Cl
cendrung mengambil 1 dari pada membuang 7. Perpindahan elektron
dengan cara demikian menghasilkan atom pemberi bermuatan positif dan
atom penerima bersifat negatif dan dengan gaya elektrostatik antara
kedua atom yang bermuatan tersebut dihasilkan ikatan. Jenis ikatan
demikian memungkinkan pembentukan melekul yang besar atau kristal.

2. Ikatan Covalen
Pada ikatan ini kedua atom saling memberikan elektron-elektronnya
untuk digunakan bersama dalam kulit valensinya, sehingga tercapai
keadaan yang stabil seperti gas mulia. Contoh :

CO2 C = 6 2 4
O = 8 2 6

Ikatan atom O dengan atom C, melalui pemakaian bersama elektron.


Ikatan Covalen sangat kuat, tetapi jumlah atom yang dapat saling
berdekatan terbatas, hal ini mencegah gerakan relatif atom-atom tanpa
pecah, dan membuat senyawa yang mempunyai ikatan covalen keras dan
rapuh.
12
2.3 Struktur Kristal Logam
Logam padat terdiri dari kumpulan kristal atau butiran-butiran, dimana
atom tersusun dalam bentuk geometris tiga dimensi yang disebut dengan “
Kisi-kisi Ruang “, hal ini biasanya diamati dengan menggunakan suatu alat
yaitu Kerangka Unit Sel , yang jika berulang kali diamati pada beberapa
arah akan menghasilkan kisi-kisi ruang.

Kristal yang timbul pada suatu logam mempunyai tiga macam bentuk :

1. Kubus berpusat di sisi ( muka ) atau “ Fase Centered Cubic “ yang


disingkat dengan FCC.

Yaitu : atom- atom terletak disetiap titik sudut


kubus dan dipusat permukaan kubus

Contoh logamnya : Ag ; Cu ; Ca ; Sr ; Al
; Pb dan sebagainya

2. Kubus berpusat badan ( dalam ) atau Body Centered Cubic yang


disingkat : BCC

Yaitu memiliki atom pada setiap sudut dan


satu buah di pusant kubus

Contoh logam : Li ; K ; Ba ; dan.


sebagainya

3. Hexagonal rapat atau Close Pocket Hexagonal yang disingkat dengan


CPH
Yaitu atom terletak pada setiap sudut unit sel
pada pusat bidang atas dan bidang bawah dan
terdapat juga 3 atom yang menyelip diantara ke
dua hexagonal. Contoh logam : Be ; Mg ; Zn
dan sebagainya.

13
2.4 Proses Pertumbuhan Kristal

Kristal mulai terbentuk ketika logam cair mulai membeku, pembekuan


kristal diawali dari terjadinya inti kristal, proses ini disebut proses “
Kristalisasi “ . Misal logam dengan kristal FCC. 14 atom menyusun diri
membentuk inti dan selanjutnya berkembang membentuk cabang-cabang
yang disebut Dendrit.

Gambar :
Pada umumnya dalam proses kristalisasi
timbul banyak inti dan tiap inti
berkembang membentuk cabang-cabang
dan menyentuk dendrit-dendrit lain,
permukaan sentuh/singgungnya ini
disebut bulir. Bila logam didinginkan
secara berlahan-lahan, maka bulir yang
terjadi besar-besar, hal ini disebabkan
oleh keleluasaan denrit untuk
berkembang. Akibatnya lengan-lengan
dendrit menjadi gemuk.

2.5 Paduan Logam ( alloy)


Paduan logam   adalah pencampuran dari dua jenis logam atau lebih untuk
mendapatkan sifat fisik mekanik listrik dan visual yang lebih baik. Jadi
paduan digunakan untuk memperbaiki sifat-sifat unsur susunannya.
Contoh: Baja tahan karat merupakan pencampuran dari baja (Fe) dan krom
(Cr), Kuningan adalah paduan logam tembaga dan logam seng dengan
kadar tembaga antara 60-96 % berat, sedangkan perunggu adalah campuran
tembaga dengan unsur kimia lain, biasanya dengan timah, walaupun bisa
juga dengan unsur-unsur lain seperti fosfor, mangan, alumunium, atau
silikon. Perunggu bersifat keras dan digunakan secara luas dalam industri.
Perunggu sangat penting pada masa lampau, bahkan pernah suatu masa
disebut sebagai Zaman Perunggu.

14
Terjadinya paduan dibagi dua macam :

1. Paduan cair ( persenyawaan logam )


Yaitu persenyawaan logam dengan lagam terjadi pada temperatur
tertentu membentuk kristal bersama-sama, pemcampuran kristal ini
dapat terjadi sewaktu pendinginan dari cair ke beku atau sebaliknya.
2. Paduan padat
Yaitu dua buah logam dapat membentuk paduan dengan jalan, logam
yang satu larut pada logam yangl lainnya. Pada garis besarnya larutan
padat ini terdiri dari dua macam yaitu :
a. larutan padat substitusi, dimana atom-atom yang larut menggantikan
atom-atom pelarut.
b. larutan padat intertial yang disebut juga larutan sela antara, dimana
atom-atom yang larut menempati ruangan / sela-sela antara atom-
atom pelarut.

2.6 Deformasi Logam

Deformasi adalah perubahan ukuran / bentuk logam karena adanya gaya


luar yang diberikan. Proses deformasi terjadi dengan tahap-tahap sebagai
berikut :

1. Deformasi elastic
Yaitu deformasi yang segera hilang setelah gaya luar yang
mengenainya ditiadakan.

Tanpa beban Tarik Tekan

Gambar : 2.03 Pembenan pada deformasi elastis

15
Pada deformasi elastis regangan yang terjadi sebanding dengan
bebannya. Perbandingan ini disebut modulus elastisitas Young.

2. Deformasi Plastis

Yaitu deformasi suatu benda yang tidak dapat kembali kekeadaan


semula, walaupun beban dihilangkan. Ini disebabkan tergelincirnya
bidang-bidang atom yang satu dengan yang lainnya yang
diakibatkan tegangan geser yang dikenakan, atau dapat juga
disebabkan pecahnya ikatan atom-atomnya.
Bidang yang bergelincir tersebut disebut “ Bidang Gelincir “.
Gelincir tidak terjadi pada semua bidang yang sejajar dengan
bidang gelincir, tetapi terjadi pada bidang-bidang ruang yang relatif
luas, hal ini akan memperbesar daerah gelincir.

F
A
N
S

sbx
0

Gambar 2.04 Tegangan Gerser…..

Gaya F diuraikan menjadi :


* Gaya ON bidang yang diarsir
* Gaya OS bidang yang diarsir
Sedangkan bidang yang diarsir membentuk sudut  dengan sb x
A
Luas bidang yang diarsir =
Cos 
Dimana A = penampang lintang selinder
F
Gaya OS = F Sin , Tegangan (  ) =
A

16
F Sin 
Tegangan geser pada arah Os =
A / Cos 

F Sin . Cos  2
= x
A 2
F 2 Sin . Cos 
=
2A

F Sin 2 .
=
2A

Harga Sin 2 . Maksimum = 1 , Untuk 2 .= 90 o

F
Maka harga tegangan geser yang sebenarnya =
2A
yang berarah  = 90 /2 = 45 dengan arah gaya yang dikenakan.
o o

Jadi gelincir akan terjadi pada bidang yang berarah mendekati 45 o

17
BAB III
LOGAM BESI

3.1 Pengertian Besi

Salah satu logam yang paling penting dalam segala lapangan teknik ialah
besi ( Fe ). Sebutan besi dapat berarti :
1. Besi murni, menurut cara kimia ( Fe ), berat jenisnya = 7,876. Titik
o
lelehnya sekitar 1525 C
2. Besi teknik, berat jenisnya rata-rata = 7,85

Besi teknik selalu bercampur dengan unsur-unsur lain seperti : Zat


arang/karbon (C), Silikon (SI), Manggan ( Mn ), Fospor (P), Belerang
( S ), dan Tembaga ( CU). Besi teknik terbagi atas :

1. Besi mentah, tidak dapat ditempa, kadar zat arangnya lebih dari
3,5 %
2. Besi tuang( cast iron), tidak dapat ditempa , kadar zat arangnya 1,7
sampai 3,5 %
3. Baja, dapat ditempa , kadar zat arangnya dibawah 1,7 %

Sifat dari besi teknik tertuma ditentukan oleh kadar zat arangnya. Orang
menemukan besi masih bersenyawa dengan bahan lain seperti kapur, asam
arang, belerang, Pospor. Persenyawaan semacam ini dinamakan bijih besi
dan jika bijih besi ini mengandung cukup besi (sekurang-kurangnya = 30
% - 40 % ), maka bijih besi ini dipakai untuk pengolahan besi.

3.2 Bahan Asal Besi

Bijih besi merupakan bahan baku dalam pembuatan besi yang dapat berupa
senyawa oksida, karbonat dan sulfida serta bercampur dengan unsur lain
misalnnya silikon. Bahan dasar besi mentah ialah bijih besi sebagai bahan
utama yang jumlah persentase besinya haruslah sebesar mungkin. Besinya
merupakan besi oksida ( Fe2 O3 dan Fe2 O4 ) atau besi karbonat (FeCO3)
yang dinamakan batu besi spat.

Bijih besi diolah dalam dapur tinggi untuk menghasilkan besi kasar (besi
mentah). Besi kasar adalah bahan baku untuk pembuatan besi cor

18
(cast iron), besi tempa (wrought iiron) dan baja ( steel ). Ketiga macam
bahan ini banyak dipakai dalam bidang teknik.
Bahan-bahan yang dimasukkan kedalam dapur tinggi dalam pembuatan besi
kasar adalah :

1. bijih besi (bahan utama)


2. batu bara (dalam bentuk kokas )
3. batu kapur

Batu bara dalam bentuk kokas sebagai bahan bakar. Kokas dibuat dari batu
bara dengan jalan menyuling kering batu bara itu dalam perusahaan kokas.
Bagian-bagian yang terdiri dari gas, ter dan air dikeluarkan dari batu bara
oleh suatu proses pemanasan, yang tinggal adalah terutama zat arang ( C )
dan abu. Batu bara biasa tidak dipakai di dalam dapur tinggi sebagai bahan
bakar karena tekanan yang besar dari isi dapur menyebabkan batu bara
menjadi serbuk sehingga dapur menjadi tersumbat.

Batu kapur (CaO) sebagai bahan tambah digunakan sebagai bahan pengikat
dan mempersatukan abu kokas dan unsur-unsur yang tidak diinginkan /
batu-batu ikutan yang asam (SiO2) hingga menjadi terak yang dengan
mudah dapat dipisahkan dari besi mentah yang menjadi cair. Kalau batu
ikutannya basa maka dipakai bahan tambah yang asam , misalnya Fluurit
Calsium ( Ca FO2 ).

Prosesnya, udara panas dihembuskan untuk mempercepat pembakaran


kokas, sehingga suhu naik dapat mereduksi besi menjadi cair, batu kapur
bersatu dengan kotoran dari bijih besi membentuk terak. Udara panas
diperoleh dengan memanaskan udara dingin di dalam dapur Cowper. Dapur
tersebut menghasilkan udara panas dengan temperatur sekitar 800 – 900o C.

3.3 Jenis Bijih Besi

Bijih besi yang digunakan sebagai bahan mentah dalam memproduksi besi
kasar dapat dibagi , yaitu :

1. Bijih besi oksida


Bijih besi ini mengandung oksida dan terdiri dari jenis-jenis sebagai
berikut :

19
a. Bijih Besi Magnet
Bijih besi magnet mengandung mineral magnetik (Fe3O4) dan
merupakan magnetik berwarna coklat serta mengandung kadar besi
sekitar 56 %.

b. Bijih Besi Hermatif


Bijih besi hermatif mengandung mineral hermatif ( Fe2O3), berwarna
sawo matang dan mengandung kadar besi sekitar 40 % sampai 65 %.

c. Bijih Besi Hidrat


Bijih besi hidrat terdiri dari batu besi cokelat atau limonit ( 2Fe 2O3,
3H2O) dan batu besi sawo matang (Fe2O3, H2O) yang mengandung
kadar besi sekitar 20 % - 55 %.

d. Bijih Besi Karbonat


Bijih besi karbonat adalah bijih besi yang berbentuk pasir,
berupa mineral siderit ( FeCO3) yang mengandung kadar besi sekitar
30 %.

2. Bijih besi dapat pula dikelompokan berdasarkan persentase pospor ( P )


yang terkandung di dalamnya. Unsur pospor kurang dapat direduksi
dalam proses dapur tinggi sehingga berakibat buruk pada sifat besi
kasar. Bijih besi tersebut dapat dikelompokan sebagai berikut :

a. Bijih besi yang mengandung pospor dalam persentase rendah di atas


sekitar 0,04 %, tetapi bijih besi ini mengandung silikon yang relatif
tinggi.(besi kasar kelabu)
b. Bijih besi yang mengandung unsur pospor relatif tinggi di atas
2,25 %, tetapi mengandung unsur silikon yang relatif rendah. (Besi
kasar putih)

Bijih besi kemudian diolah didalam dapur tinggi menjadi besi mentah
atau besi kasar. Dapur tinggi mempunyai konstruksi yang cukup besar,
dinding luar terbuat dari baja dan bagian dalam dilapisi batu tahan api
yang mampu menahan temperature tinggi.

20
Di bawah ini digambarkan bentuk dari dapur tinggi

Gambar 3.1 Betuk dari dapur tinggi


3.4 Klasifikasi Besi SI 3B 18/9

1. Besi Mentah atau Besi Kasar


Besi kasar adalah logam campuran besi dan karbon yang mengandung
unsur-unsur campuran lainnya di atas 10 %. Besi tersebut dapat
dikatakan logam murni dari besi tuang yang mempunyai komposisi
sebagai berikut :

a. Unsur karbon ( C )
Unsur karbon yang bercampur di dalam besi kasar sekitar 3 – 4 %.
Unsur karbon yang bercampur di dalam besi akan membentuk
sementit ( Fe3C), sedangkan beberapa karbon lainnya bercampur
dalam bentuk karbon bebas. Proporsi campuran karbon bebas
tergantung pada kecepatan pendinginan dan campuran beberapa
unsur lainnya. Pendinginan akan berlangsung cepat dengan

21
campuran sulfur, cara ini untuk menjaga pencampuran karbon di
dalam besi.

b. Unsur logam lainnya

Penggolongan kelas besi kasar berdasarkan pada sifat kemurniannya,


karena hal itu akan berpengaruh terhadap sifat logam yang dihasilkan
dan mempengaruhi pemilihan sistem pengolahan selanjutnya, kecuali
unsur pospor, jumlah relatif dari unsur campuran lainnya dapat
dikontrol sewaktu masih di dalam dapur tinggi. Adapun persentase
unsur-unsur campuran logam lainnya yaitu sebagai berikut :

1. unsur Silikon ( Si ) sekitar 0,4 – 2,5 %


2. unsur Sulfur ( S ) sekitar 0,02 - 0,2 %
3. unsur Pospor ( P ) sekitar 0,04 – 2,5 %
4. unsur Mangan (Mn) sekitar 0,4 – 2,7 %

Sisa dari persentase unsur campuran karbon dan unsur campuran


logam lainnya di dalam bisi kasar adalah unsur besi (Fe ).

2. Besi Cor
Yaitu besi tuang kasar cair yang dicairkan, mempunyai komposisi yang
sama dengan besi tuang kasar dan tidak dapat ditempa.

3. Besi Tempa
Yaitu besi yang mengandung terak dan sedikit sekali mengandung
karbon dan cepat mengeras bila mengalami pendinginan mendadak,
permukaannya dapat ditempa.

4 Besi Lempengan
Yaitu besi atau baja karbon rendah yang dicampur dengan unsur-unsur
lain seperti : Nikel, Crom, Mangan yang diperoleh melalui pengecoran
dari bentuk lelehannya.

5. Baja

Sering kali masyarakat awam salah kaprah dengan istilah besi dengan baja.
Apakah yang dimaksud dengan baja ? Baja merupakan paduan besi dan
karbon yang dituang dari masa cair yang memiliki komposisi sedemikian

22
hingga pada suhu tertentu ia dapat ditempa dan memiliki Kandungan
karbon ( kadar zat arang dibawah dari 1,7 % ).

Baja sendiri digolongkan menjadi dua golongan yaitu baja bukan paduan
(yang hanya terpadu dengan carbon saja) dan baja paduan yaitu yang
terpadu dengan elemen-elemen lain sesuai dengan kebutuhan dan sifat yang
diinginkan. Elemen paduan yang ditambahkan itu sendiri teridiri dari
mangan, chrome, Nickel, Wolfram, Silisium, dan lainnya.

3.5 Proses Pembuatan Baja

Bahan dasar untuk pembuatan baja ialah besi mentah atau disebut besi kasar
yang dihasilkan dari dapur tinggi. Besi kasar adalah hasil pertama dan
merupakan hasil sementara dari pengolahan bijih-bijih besi menjadi besi
dan belum dapat dipergunakan sebagai bahan konstruksi dan besi tempa,
karena sifatnya rapuh, disamping itu juga unsur-unsur yang bercampur
didalam besi kasar seperti karbon, silikon, pospor masih sangat tinggi.

Proses pembuatan baja adalah untuk menurunkan persentase karbon


dibawah 1,7 %. Tujuan pembuatan baja di dalam dapur baja adalah :
1. mengubah besi kasar menjadi baja;
2. mengerjakan / mencairkan baja-baja rongsokan atau baja bekas.

Proses pembuatan baja dapat dilakukan berdasarkan proses asam dan basa
yang berhubungan dengan sifat kimia yang menghasilkan terak dari lapisan
dapur.

Proses asam digunakan untuk memurnikan besi kasar yang persentase


pospor dan sulfurnya rendah, sedangkan persentase silikonnya tinggi.
Lapisan dapurnya dibangun dari batu silika ( SI O 2 ) dan mempunyai sifat
yang sama dengan terak, sehingga mencegah reaksi antara unsur pospor
dengan lapisan dapur.

Proses basa digunakan untuk memurnikan besi kasar yang kaya pospor dan
sedikit silikon. Unsur pospor hanya dapat dikeluarkan apabila digunakan
sejumlah besar dari batu kapur selama berlangsung proses pemurnian,
sehingga menghasilkan terak. Lapisan dapur harus terbuat dari batu kapur
untuk mencegah reaksi antara lapisan dapur dengan unsur silikon.

23
Dewasa ini telah digunakan beberapa cara modern dalam pembuatan baja.
Ada tiga proses dalam pembuatan baja secara modern, yaitu :

a. Proses menggunakan konvertor


b. Proses Siemens Martin
c. Proses Dapur Listrik

Diagram aliran pembuatan baja ingot baja

Bijih besi Besi kasar batang baja : Baja konstruksi


* Billet = < 25 inc2
* Bloom = > 25 inc2
* Slab =

ditambang diolah pada diolah pada dapur baja : Canai atau


dan diproses dapur tinggi * Konvertor penggilingan
* Siemens Martin
* Dapur Listrik

a) Konvertor

Konvertor terbuat dari pelat baja dengan mulut terbuka ( untuk memasukan
bahan baku dan mengeluarkan cairan logam ) serta dilapisi batu tahan api.
Konvertor diikatkan pada suatu tap yang dapat berputar sehingga konvertor
dapat digerakkan pada posisi vertikal untuk memasukkan dan
mengeluarkan bahan yang diproses dan pada posisi vertikal untuk
memasukan udara selama proses berlangsung.

Konvertor ini dilengkapi dengan pipa yang berlubang kecil ( diameternya


sekitar 15 – 17 mm ) dalam jumlah yang banyak ( sekitar 120 – 150 buah
pipa ) yang terletak pada bagian bawah konvertor. Sewaktu proses
berlangsung udara dihembuskan ke dalam konvertor melalui pipa saluran
dengan tekanan sekitar 1,4 kg / cm2 dan langsung dihembuskan ke cairan
untuk mengoksidasikan unsur yang tidak murni dan karbon. Kandungan
karbon terakhir dioksidasi dengan penambahan besi kasar yang kaya akan

24
mangan, seterusnya baja cair dituangkan ke dalam panci – panci dan
dipadatkan menjadi batang-batang cetakan.

Gambar 3.2 Bentuk dari Konvertor

Sesuai dengan pemakaian lapisan batu tahan api dan unsur-unsur yang
terbanyak antara pospor dan silikon di dalam besi kasar, maka konvertor
dibagi 2 macam :

1. Konvertor Bessemer ( proses Bessemer )

Pertama-tama ditemukan oleh orang Inggris bernama Bessemer di tahun


1855. Lapisan konvertor Bessemer dibuat dari kuarsa asam ( Si O2 )
yaitu suatu oksida asam, sehingga proses ini disebut proses asam
Berdasarkan lapisan batu tahan apinya, maka konvertor Bessemer hanya
mengolah besi kasar kelabu yang mengandung unsur silikon 1,5 – 2 %

25
dan unsur pospor paling banyak 0,1 %. Ini disebabkan pospor tidak akan
menjadi terak apabila tidak diikat dengan batu kapur (Ca O ), sedangkan
apabila batu kapur ditambahkan kedalam konvertor dia akan bereaksi
dengan lapisan batu tahan apinya yang terbuat dari ( SiO 2). Reaksi
tersebut akan membahayakan atau menghabiskan lapisan dalam
konvertor. Besi kasar kelabu warnanya kelabu tua
( kehitaman ). Dalam proses ini bahan baku dimasukkan dan
dikeluarkan sewaktu konvertor dalam posisi horizontal
o
( kemiringannya sekitar 30 ). Sementara itu udara dihembuskan dalam
posisi vertikal atau disebut juga kedudukan proses.

2. Konvertor Thomas ( proses Thomas ).

Lapisan bagian dalam dari konvertor Thomas terbuat dari batu tahan api
basa atau disebut juga Dolomit yang terdiri dari calsium carbonat dan
magnesium carbonat (CaCO3 + Mg CO3 ). Proses ini disebut juga proses
basa, jadi berdasarkan lapisan batu tahan apinya maka konvertor
Thomas hanya mengolah besi kasar putih yang kaya dengan
pospor ( 1,7 – 2 % ) dan mengandung unsur silikon rendah
( sekitar 0,6 – 0,8 %). Besi kasar putih warnanya putih keperak-
perakan, sifat lebih getas dan keras. Dalam proses ini makin sedikit
unsur silikonnya makin baik hasilnya. Proses oksidasi yang terjadi pada
unsur-unsur di dalam besi kasar menghasilkan oksida yang akan
dijadikan terak dengan jalan menambahkan batu kapur ke dalam
konvertor. Selanjutnya terak cair dikeluarkan dari dalam konvertor,
diikuti dengan penuangan baja cair kedalam panci-panci tuangan
kemudian dipadatkan manjadi bantangan baja.

b). Tungku Terbuka ( proses Siemens Martin )

Proses ini digunakan untuk menghasilkan baja yang mengandung karbon


sedang dan rendah dengan cara proses asam atau basa sesuai dengan sifat
lapisan dapurnya. Proses ini berlangsung di dalam dapur tungku terbuka
yang mempunyai kapasitas 150 – 300 ton. Bahan bakarnya gas yang
dihasilkan dengan pembakaran kokas di atas tungku atau bahan bakar
minyak.

Dalam proses ini dapur diisi dengan besi kasar dan baja bekas, kemudian
dicairkan sehingga beberapa unsur campuran terbentuk menjadi terak di

26
atas permukaan cairan besi atau serbuk besi yang berguna untuk mereduksi
karbon, maka lubang pengeluaran dapat dibuka dan cairan dituangkan ke
dalam panci-panci tuangan, terak mengapung di atas panci-panci dan dapat
dituangkan kedalam panci terak, sedangkan baja cair yang dibawahnya
dituangkan kedalam cetakan melalui bagian bawah panci.

Gambar : 3.3 Tungku Pusat Terbuka

c) Tungku Listrik (proses Dapur Listrik ).

Baja dicairkan dengan pertolongan arus listrik. Dapur listrik ini dapat
melakukan proses pembuatan baja dengan bahan 100 % dari baja bekas
atau besi rongsokkan. Dapur ini mempunyai kapasitas 25 – 100 ton dan
dilengkapi dengan tiga buah elektroda karbon yang dipasang pada bagian
atas atau atap dapur, disetel secara otomatis untuk menghasilkan busur
nyala yang secara langsung memanaskan dan mencairkan logam.

Dapur ini dapat mengolah dengan proses asam atau basa sesuai dengan
lapisan batu tahan apinya dan bahan yang dimasukkan ke dalam dapur

27
( besi kasar ), termasuk logam bekas yang terlebih dulu diketahui
komposisinya.

Keuntungan dapur listrik :


1. dapat mencapai suhu tinggi dalam waktu singkat dan suhunya mudah
diatur
2. listrik adalah sumber kalori yang bersih dan tidak mempengaruhi
susunan besi
3. kerugian karena penguapan hampir tidak ada.

Gambar : 3.4 Dapur Listrik

Dari ketiga macam proses tersebut di atas, proses selanjutnya setelah


keluar dari tungku –tungku pembakaran , dituang kedalam cetakkan-
cetakkan. Cetakan kemudian didinginkan. Setelah dingin baja dikeluarkan
dan batangan dipanaskan ulang pada suhu seragam yang cukup tinggi untuk
penggilingan / canai / pengerolan.

Bentuk batangan tersebut dibagi :

1. Billet

28
Yaitu baja rol atau baja tempa setengah jadi yang akan dirol atau
ditempa lagi, biasanya berbentuk penampang segi empat dengan luas
penampang lebih kecil dari 25 inc2
2. Blooms
Yaitu baja rol atau baja tempa setengah jadi yang akan dirol atau
ditempa lagi, biasanya berbentuk penampang segi empat dengan luas
penampang lebih besar dari 25 inc2
Billet dan Blooms digunakan pada pabrik kawat yaitu menghasilkan “
kawat, batang kawat dan besi beton “

3. Slaab
Yaitu baja rol atau baja tempa setengah jadi yang akan dirol atau
ditempa lagi, biasanya berbentuk penampang persegi panjang dengan
lebar tidak lebih dari 2 X tebalnya. Slab biasanya digunakan untuk
pembuatan plat-plat baja dan pipa-pipa baja yang besar.

Jadi slab, Billet dan Blooms dibawa ketempat penggilingan atau istilahnya
di canai.

Contoh Canai :

a. Untuk membuat baja picak (plat ) digunakan canai- dua atau canai trio

Gambar. 3.5 canai duo dan canai trio

Pelat-pelat ini dipergunakan sebagai pelat lantai, untuk menjaga agar


sisi samping baja pijak menjadi keras dan lurus kita dapat
mempergunakan apa yang disebut canai tertutup. Canai ini adalah yang
menjaga agar lebar benda kerja memperoleh ukuran yang tetap,

29
b. Canai profil
Untuk mencanai penampang bulat, segi enam, bujur sangkar dan lain-
lain penampang, begitu juga untuk pembuatan profil kita pergunakan
canai profil.

Gambar. 3.6 Canai Profil

c. Canai Uiversal
Terdiri dari empat rol canai, tebal flensa dan badan profil pada canai ini
dapat disetel dengan merubah jarak antara rol-rol canai.

Gambar. 3.7 Canai Universal


d. Menarik Kawat
Yaitu menarik batang kawat bulat melalui batu tarik menjadi kawat,
dengan menggunakan penampang bulat yang bergaris tengah kurang
dari 5 mm

30
Gambar. 3.8 Menarik Kawat
e. Pabrikasi pipa ada 2
1. Pipa tanpa kampuh
Dipergunakan dua canai berbentuk tong, dan sebuah batang penusuk

Gambar. 3.9 Pipa Tanpa Kampuh


2. Pipa berkampuh
Yaitu dipergunakan baja pita, pertama-tama baja pita dengan
sejumlah canai dibentuk menjadi pipa terbuka, selanjutnya dilas dan
ulat las yang terjadi diketam. Cara lain, baja pita sebelum
pembentukan dipanaskan dalam oven, kemudian dibentuk dan dilas
menurut cara las tekan.
Kesimpulan :

Baja pita membentuk mengelas


dingin hambat mengetam
ulat las
membentuk mengelas
panas tekan
31
32
Baja telah banyak digunakan sebagai bahan konstruksi bangunan dalam berbagai bentuk dan ukuran menyesuaikan kekuatan yang dibutuhkan.
proses pembuatan baja dapat dilakukan dengan beberapa cara yang masing-masing mempunyai kelebihan dan kekuran tersendiri, namun apapun
sistem yang digunakan tentunya berharap untuk mendapatkan bahan bangunan baja terbaik. tiga inti dalam memilih bahan bangunan yaitu

Indah,Kuat,Murah. berikut ini uraianya 

Proses pembuatan baja dapat dilakukan dengan cara :

1. Proses Bessemer.

2. Proses Thomas.

3. Proses Martin.

Contoh Gambar penampang profil baha I beam, ukuran lengkapnya dapat dilihat pada tabel baja.

Penjelasan tentang tiga cara pembuatan baja tersebut dapat dilihat pada artikel yang secara khusus membahasnya secara detail. Lalu
mana yang paling baik diantara cara pembuatan baja tersebut bessemer atau thomas? berikut ini Perbandingan/perbedaan antara proses Martin
dan Bessemer:

Proses pembuatan baja baja sistem bessemer

 Harus diambil dari besi kasar yang lebih murni, terutama yang tidak terlalu tinggi fosfornya.

 Baja yang dihasilkan mengandung Kadar fosfor rendah.

 Baja mengandung sedikit oksigen.

 Tidak ada proses tiupan tambahan.

Proses Pembuatan baja sistem Thomas

Keuntungan :

-Besi kasar yang kurang bersih dapat dikerjakan.

-Fosfor dapat dihilangkan, tapi bila ada hanya sebagian fosfor yang dalam prakteknya tidak menimbulkan gangguan.

-Menghasilkan produk tambahan berupa pupuk.

-Prosesnya lebih mudah dibandingkan dengan proses Bessemer.

Kerugian :

-Baja mengandung lebih banyak oksigen

– Besi yang hilang lebih banyak dibandingkan proses Bessemer (11 “ 13 %).

Penggunaan baja sebagai bahan bangunan misalnya pada jembatan rangka baja, kolom struktur gedung dan lainya, sebelum menggunakan bahan
bangunan ini harus dilakukan perhitungan struktur terlebih dahulu agar bisa dipilih jenis profil dan ukuran yang sesuai kebutuhan sehingga
mendapatkan struktur bangunan yang kuat dan murah. untuk melakukan perhitungan ini diperlukan tabel baja yang bisa dilihat diartikel khusus

download tabel baja untuk mengetahui berat profil per m serta dimensi masing-masing bentuk   , selalau ada perkembangan teknologi dalam
struktur baja sebagai hasil inovasi dan kreatiitas oleh karena itu bagi yang sudah pengalaman dalam bidang struktur baja dapat menambahkan

melalui form dibawah atau form kirim artikel untuk diterbitkan secara tersendiri 

33
1. Berat jenis BJ besi = 7850 kg/m3

2. Membeli Baja Ringan

3. Baja Ringan Carport dan Kanopi

4. Cara menghitung berat Kg profil Baja

5. Tutorial perhitungan struktur baja

6. Penyebab bangunan baja roboh

7. Tabel berat besi

8. berat baja per m3

9. Keuntungan kerugian memakai besi tulangan konvensional dan wiremesh

10. Attic Dan Rangka Atap Baja Ringan

11. Menjamurnya Baja Ringan

12. Dynabolt untuk Pelat Kaki

13. Sejarah Baja dan Baja Ringan

14. Menghitung berat besi tanpa tabel

15. KAYU DAN BAJA RINGAN

16. Cara menghitung konversi besi tulangan ke Wire Mesh

17. contoh perhitungan struktur Bangunan

18. Cara Mengitung jumlah besi balok beton bertulang

19. Ukuran besi wiremesh m

34
เทคนิ คการติดตั้ง_ Segment_โครงการรถไฟฟ้า_ small.flv

35
36
GENTENG METAL
PRIMAROOF JOGJA
CV. AGNA ASTABAJA Distributor genteng metal kualitas PRIMA merk
PRIMAROOF. CV. AGNA ASTABAJA Melayani penjualan genteng metal Merk
PRIMAROOF Untuk Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (Sleman, Kota Jogja,
Kulon Progo, Gunung Kidul, Bantul), Jawa Tenggah (Magelang, Temanggung,
Wonosobo, Banjar Negara, Kebumen, Purworejo, Klaten, Boyolali, Solo
(Surakarta), Karanganyar, Sukoharjo, Sragen, Salatiga)
 Beranda
 Referensi Proyek
 Cara Pemesanan
 Hubungi Kami
 ONDULINE JOGJA
 ONDUVILLA JOGJA
Kamis, 12 Juni 2014
genteng

CV. AGNA ASTABAJA 


Jl. Purboyo Krandon Warak Lor Sumberadi Mlati
Sleman
(depan Kantor Badan Pusat Statistik Kab.
Sleman)
Tlp.  081328810888
Pin BB. 24DBB07E

37
Genteng Metal Primaroof Jogjakarta 
KUAT, RINGAN, ANTIBOCOR, TAHAN LAMA &
EKONOMIS 
 Ketebelan Genteng metal Jogja PRIMAROOF
(BMT) 0,25mm; 0,30mm; 0,35mm

VARIAN GENTENG METAL JOGJA PRIMAROOF


*(klik gambar untuk melihat lebih besar)

AKSESORIS GENTENG METAL JOGJA PRIMAROOF


*(klik gambar untuk melihat lebih besar)

38
SPESIFIKASI GENTENG METAL JOGJA PRIMAROOF
*(klik gambar untuk melihat lebih besar)

TEKNIS PEMASANGAN GENTENG METAL JOGJA PRIMAROOF


*(klik gambar untuk melihat lebih besar)

39
KOMPOSISI BAHAN GENTENG METAL JOGJA PRIMAROOF
*(klik gambar untuk melihat lebih besar)

40
Diposkan oleh Agung Juniarto di 20.24 
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

Baik kita lanjut deh ke area bahan yang digunakan dalam pembuatan baja ringan

Bahan dasar baja ringan adalah Carbon Steel, Carbon Steel adalah baja yang terdiri
dari elemen-elemen yang persentase maksimum selain bajanya adalah sbb :

a. 1,70% Carbon
b. 1,65% Manganese
c. 0,60% Silicon
d. 0,60% Copper

Saya coba tulis pengertian masing-masing bahannya ya...

a. Carbon adalah Unsur kimia dengan nomor atom 6, tingkat oksidasi 4,2


b. Manganese adalah Unsur kimia dengan nomor atom 25, tingkat oksidasi 7,6423

NB : Carbon dan Manganese adalah bahan pokok untuk meninggikan tegangan


(strength)  dari baja murni. Penambahan persentase Carbon akan mempertinggi Yield

41
Stress tetapi mengurangi daktilitas. Baja ringan adalah Baja High Tensile G-550
(Minimum Yeild Strength 5500 kg/m2) dengan standar bahan ASTM A792, JIS G3302,
SGC 570.

Untuk melindungi material baja mutu tinggi dari korosi, harus diberikan lapisan pelinung
(coating) secara memadai. Berbagai metode untuk memberikan lapisan pelindung guna
mencegah korosi pada baja mutu tinggi telah dikembangkan. Jenis coating pada baja
ingan yang beredar di pasaran:

a. Galvanized
b. Galvalume, atau sering juga di sebut sebagai Zincalume dan ZAM ( Dikembangkan
sejak tahun 1985, menggunakan lapisan pelindung yang terdiri dari 96% zinc, 6%
alumunium, dan 3% magnesium.)

mulai pusing ya? tenang jangan pusing... selanjutkan kita akan coba untuk bahas
tentang baja ringan dengan bahasa lebih santai dan asik. tapi saya ijin pamit dulu ya :)
CATEGORIES:

42
GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN
MATA KULIAH ILMU BAHAN LOGAM

7. PENDAHULUAN :
- Pembagian Logam
- Sifat umum logam
- Pembagian Bijih Logam
- Produksi logam

8. STRUKTUR LOGAM
- Defenisi atom
- Ikatan kimia
- Struktur Kristal Logam
- Proses Pertumbuhan Kristal
- Paduan Logam
- Deformasi Logam

9. LOGAM BESI
- Pengertian besi
- Bahan asal besi
- Jenis bijih besi
- Klasifikasi besi dan baja
- Proses Pembuatan baja

10. PENGUJIAN LOGAM


- Tujuan pengujian
- Percobaan static
- Percobaan teknologi
- Percobaan dinamik

43
11. KOROSI
- Pengertian korosi
- Pencegahan korosi
- Baja tahan karat
- Baja tahan cuaca

12. PENGGUNAAN LOGAM BESI DALAM TEKNIK SIPIL


- Baja karbon
- Baja penguat ( tulangan )
- Jaringan kawat baja las
- Baja prategang

7. LOGAM BUKAN BESI ( ALUMINIUM )

8. LAS

44
GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN

1. Pendahuluan
1.1 Jenis Logam
1.2. Sifat Logam
1.3. Pembagian Bijih Logam.
1.4. Produksi Logam

2. STRUKTUR LOGAM
2.1 Definisi Atom
2.2. Senyawa Kimia
2.3. Struktur Kristal Logam
2.4. Proses Pertumbuhan Kristal
2.5. Paduan Logam
2.6. Deformasi Logam

3 LOGAM BESI
3.1. Pengertian Besi
3.2 Bahan Asal Besi
3.3. Jenis Bijih Besi
3.4. Klasifikasi Besi
3.5. Baja
3.6. Proses Pembuatan Baja

4. PENGUJIAN LOGAM
4.1 Tujuan Pengujian Logam
4.2 Percobaan Statik
4.3 Percobaan Teknologi

5. TEST I

6. KOROSI
5.1 Pengertian Korosi
5.2 Pencegahan Korosi
5.3 Baja Tahan Karat
5.4 Baja Tahan Cuaca
45
7. PENGGUNAAN LOGAM BESI DALAM T TEKNIK SIPIL
6.1 Baja
6.2 Baja Karbon
6.3 Baja Penguat (tulangan) Beton
6.4 Jaringan Kawat Baja Las (Wire Mess)
6.5 Baja Prategang

8. ALUMINIUM
7.1. Keutungan dan Kelemahan Aluminium
7.2 Pemakaian Aluminium Dalam Industri Bangunan
7.3 Bahan Dasar Pembuatan Aluminium
7.4 Metode Proses Pemurnian Aluminium

9. PENYAMBUNGAN LOGAM
8.1 Macam Penyambungan Logam
8.2 Sambungan Las
8.3 Proses Pengelasan

46
MODUL KULIAH

ILMU BAHAN III


(LOGAM)

DOSEN PENGAMPU
DRS. INDRA FAUZI, M.T

PROGRAM STUDI
TEKNIK SIPIL

JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI MEDAN
2020

47
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL…………………………………………… i
KATA PENGANTAR ………………………………………... ii
DAFTAR ISI ………………………………………………….. iii
BAB I PENDAHULUAN ……..…………………………… 1
1.1 Jenis Logam ……………………………………. 1
1.2. Sifat Logam….. ………………………………….. 1
1.3. Pembagian Bijih Logam..………………………… 3
1.4. Produksi Logam………………………………….. 4

BAB II STRUKTUR LOGAM………………………………… 6


2.1 Definisi Atom…………………………………….. 6
2.2. Senyawa Kimia…………………………………… 8
2.3. Struktur Kristal Logam…………………………… 9
2.4. Proses Pertumbuhan Krista……………………….. 10
2.5. Paduan Logam…………………………………….. 10
2.6. Deformasi Logam…………………………………. 11

BAB III LOGAM BESI……………………………................... 14


3.1. Pengertian Besi……………………………………. 14
3.2 Bahan Asal Besi…………………………………… 14
3.3. Jenis Bijih Besi …………………………………… 15
3.4. Klasifikasi Besi……………………………………. 17
3.5. Baja……………………………………………….. 19
3.6. Proses Pembuatan Baja……………………………. 19

BAB IV PENGUJIAN LOGAM…… ………………………… 29


4.1 Tujuan Pengujian Logam………………………….. 29
4.2 Percobaan Statik…………………………………… 29
4.3 Percobaan Teknologi……………………………… 41

48
BAB V KOROSI…………………… ………………………… 44
5.1 Pengertian Korosi…………………………………. 44
5.2 Pencegahan Korosi…………………………………… 48
5.3 Baja Tahan Karat……………………………………. 58
5.4 Baja Tahan Cuaca…………………………………… 59

BAB VI PENGGUNAAN LOGAM BESI DALAM T TEKNIK


SIPIL……………………………………………………. 61
6.1 Baja…………………………………………………… 61
6.2 Baja Karbon………………………………………….. 61
6.3 Baja Penguat (tulangan) Beton………………………. 65
6.4 Jaringan Kawat Baja Las (Wire Mess)………………. 72
6.5 Baja Prategang……………………………………….. 73

BAB VI ALUMINIUM…………………………………………… 75
7.1. Keutungan dan Kelemahan Aluminium……………… 75
7.2 Pemakaian Aluminium Dalam Industri Bangunan…… 75
7.3 Bahan Dasar Pembuatan Aluminium…………………. 76
7.4 Metode Proses Pemurnian Aluminium……………….. 76

BAB VIII PENYAMBUNGAN LOGAM……………………… 78


8.1 Macam Penyambungan Logam……………………… 78
8.2 Sambungan Las……………………………………… 78
8.3 Proses Pengelasan……………………………………. 79

DAFTAR PUSTAKA

49
50

Anda mungkin juga menyukai