2.1.1. Pendekatan Teknologi untuk Pengelolaan Dampak Tahap Pra Konstruksi
2.1.1.1. KegiatanPembebasan Lahan 2.1.1.1.1..Dampak penting yang dikelola: Terjadinya spekulasi tanah dan penurunan mata pencaharian Dampak penurunan pendapatan penduduk , spekulasi harga tanah dan keresahan masyarakat terjadi pada kegiatan pembebasan lahan. Dampak yang dihasilkan oleh kegiatan pembebasan lahan berdampak pada sekitar 7.009 jiwa, atau sekitar 2.347 KK, dimana sekitar 77% atau sekitar 5.397 jiwa berprofesi sebagai petani, dan lahan yang dibebaskan memiliki luasan sebesar 2.017 Ha dan sekitar 97% atau sekitar 1.956 Ha merupakan lahan produktif baik itu pesawahan, perkebunan, dan hutan produktif. Hal ini yang akan menimbulkan penurunan pendapatan masyarakat yang biasanya bercocok tanam harus terhenti karena pembebasan lahan dan konstruksi proyek bendungan matenggeng. Dan harus mewaspadai spekulasi harga tanah, akan ada kemungkinan harga tanah didaerah sekitar proyek akan melonjak dari segi harga. Komponen penting untuk menanggulangi penurunan pendapatan masyarakat terkena dampak adalah dengan dilakukannya relokasi ketempat yang produktif, kompensasi yang setimpal, dan juga dengan melakukan pemberdayaan masyarakat tentang perekonomian, baik itu pelatihan peternakan, pertanian, atau berwirausaha untuk meningkatkan kembali pendapatan dan produktifitas masyarakat terkena dampak proyek bendungan matenggeng. Pendekatan teknologi yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan kajian kelayakan ekonomi, kelayakan teknis, dan juga kelayak lingkungan hidup di lokasi relokasi yang nantinya akan dipilih. 2.1.2. Pendekatan Teknologi untuk Pengelolaan Dampak Tahap konstruksi 2.1.2.1. Mobilisasi Tenaga Kerja Konstruksi 2.1.2.1.2. Dampak penting yang dikelola : Konflik Sosial Konflik sosial diakibatkan oleh aktivitas mobilisasi tenaga kerja. Dari aktivitas mobilisasi tenaga kerja akan dilakukan penerimaan tenaga kerja, dimana sekitar 311 jiwa masyarakat sekitar dipekerjakan dari 501 pekerja proyek. Hal ini akan menimbulkan konflik sosial didalam masyarakat terkena dampak itu sendiri karena masyarakat usia kerjanya mencapai 2.658 jiwa, ini berarti hanya sekitar ±11 % yang terserap oleh proyek ini. Hal ini yang akan menimbulkan konflik sosial dan kecemburuan sosial antara masyarakat yang bekerja di proyek dan masyarakat yang tidak bekerja diproyek ditambah masyarakat pasti membutuhkan tambahan pendapatan karena terhentinya aktivitas perekonomian selama proses pembebasan lahan sebelum adanya relokasi atau ganti rugi. Berikut adalah data komposisi pekerja yang bekerja untuk proyek bendungan matenggeng. Tabel.... jumlah komposisi tenaga kerja konstruksi
Tabel... Jumlah penduduk berdasar jenis pekerjaan
2.1.2.1.2. Dampak penting yang dikelola : Keresahan Masyarakat
Keresahan masyarakat diakibatkan oleh aktivitas mobilisasi tenaga kerja. Dari aktivitas mobilisasi tenaga kerja akan dilakukan penerimaan tenaga kerja, dimana sekitar 311 jiwa masyarakat sekitar dipekerjakan dari 501 pekerja proyek. Yang akan menimbulkan keresahan adalah tenaga kerja yang bekerja untuk proyek bendungan matenggeng hany menjadi pekerja kasar, sedangkan untuk posisi strategis seperti project manager ataupun staff administrasi dan lainnya diisi oleh pekerja non lokal yang bergelas S1 ataupun D3 dan sudah melakukan kerjasama sebelumnya dengan pemrakarsa, hal ini yang tidak dimiliki pekerja lokal, dimana rata-rata adalah lulusan SD-SMP hal ini yang dikhawatirkan akan menimbulkan keresahan masyarakat karena ketimpangan posisi dipekerjaan. Kompisisi tenaga kerja proyek dapat dilihat (tabel......). Untuk menanggulangi ini diperlukan pendekatan yang bersifat dialog ataupun dengan pemahamanan agar masyarakat bisa menerima dan tidak terjadi masalah yang dapat menimbulkan masalah untuk proyek bendungan matenggeng. 2.1.3. Pendekatan Teknologi untuk Pengelolaan Dampak Tahap Operasional 2.1.3.1. Pengisian awal waduk 2.1.3.1.1.Dampak penting yang dikelola: Keresahan masyarakat Keresahan masyarakat yang terjadi akibat dari terputusnya aksesbilitas masyarakat sekitar proyek bendungan matenggeng. Dampak negatif ini muncul karena setelah dilakukannya pengisian awal waduk akan memutus jalur lintas antara desa bingkeng dan desa bolang, yang biasanya melewati daerah yang tergenang, hal ini akan menimbulkan keresahan dimana aksesbilitas masyarakat akan menjadi lebih sulit dan tidak bebas seperti sebelum terjadi pengisian waduk dan proyek bendungan matenggeng. Disamping itu juga keresahan masyarakat adalah ketakutan aktivitas mereka menjadi terhenti akibat penggenang waduk ini dan akan mengubah persepsi masyarakat terhadap proyek pembuatan bendungan matenggeng ini. Akses yang terputus meliputi juga fasilitas aksesibiltas masyarakat, berupa 7,5 km jalan raya dan 3 buah jembatan. Ruas jalan yang terputus adalah sebagai berikut: • Sebagian Jalan Raya Desa Bingkeng sepanjang 2, 25 km dan satu buah jembatan yang bernama Jembatan Cibeet (atau Jembatan Aria),dengan lebar 80 meter yang tergenang,danakan memutus hubungan antara: • Desa Bingkeng bagian selatan dengan Desa Bolang • Desa Bingkeng bagian utara dengan Desa Dayeuhluhur• Desa Bingkeng dengan Desa Datar • Sebagian Jalan Raya Bolang-Kadupandak sepanjang 2,25 km dan satu buah jembatan dengan nama Jembatan Cijolang,dengan lebar 80 meter yang tergenang,danakan memutus hubungan antara Desa Bolang dengan Desa Kadupandak • Sebagian Jalan Raya Kadupandak–Kaso 3,00 km,dan satu buah jembatan yang bernama Jembatan Kaso, dengan lebar 80 meter, dan akanmemutus hubungan antara: • Desa Bingkeng dengan Desa Kaso • Desa Kadupandak dengan Desa Kaso • Desa Kadupandak dengan Desa Bingkeng • Sebagian Jalan Raya Kadupandak–Kaso (pada ruas Dusun Cibogo Landeuh-Mekarjaya- Kaso), menuju ke Kecamatan Tambaksari yang tergenang, danakan memutus hubungan antara Dusun Cibogo Landeuh-Mekarjaya menuju ke Kecamatan Tambaksari. Untuk menanggulangi masalah aksesbilitas masyarakat ini diperlukan pendekatan teknologi yaitu dengan membangun fasilitas yang hilang sebagai pengganti, salah satunya akses jalan dari lokasi relokasi ke daerah sekitarnya agar aktivitas masyarakat tidak terganggu.