Anda di halaman 1dari 5

43

Sintesis Polimer Konduktif sebagai Bahan Baku


untuk Perangkat Penyimpan Energi Listrik

Berlian Sitorus 1), Veinardi Suendo 2) dan Ferdinand Hidayat 3)


1)
Jurusan Kimia, Fakultas MIPA Universitas Tanjungpura
Jl. Ahmad Yani – Pontianak – 78124
e-mail: berlian.sitorus@gmail.com
2)
Departemen Kimia, Institut Teknologi Bandung
Jl. Ganesha 10 – Bandung – 40132

Abstract– Penggunaan material anorganik menjadi bersifat organik. Akan tetapi polimer konduktif memiliki
sebuah masalah ketika baterai tidak dapat diolah secara keterbatasan dalam hal konduktivitas yang relatif rendah
alamiah, efisiensinya yang rendah dan biaya produksi sehingga perlu dilakukan proses doping untuk
yang tinggi. Solusi alternatif pembuatan baterai adalah meningkatkan konduktivitasnya.
dengan menggunakan material organik berupa polimer
Pada penelitian [3] dilaporkan bahwa nilai hambatan
konduktif sebagai bahan baku. Polimer konduktif dapat
pada polianilina (PANI) yang didoping satu kali adalah
secara luas diproduksi dengan biaya yang relatif lebih
sebesar 1240 Ω/cm2. Nilai hambatan mengalami
murah, dan bersifat organik. Akan tetapi polimer
penurunan saat polianilina didoping dua kali menjadi
konduktif memiliki keterbatasan dalam hal konduktivitas
108 Ω/cm2. Hal tersebut menunjukkan bahwa proses
yang relatif rendah sehingga perlu dilakukan proses
doping dapat menurunkan nilai hambatan polianilina.
doping untuk meningkatkan konduktivitasnya. Pada
penelitian ini dilakukan sintesis untuk menghasilkan 2. Teori Dasar
polimer konduktif yang merupakan perpaduan 2.1 Konduktivitas Material Polimer
polianilina dan selulosa dengan dua metoda perlakuan
Sifat elektronik suatu bahan dapat ditentukan
yang berbeda yakni menggunakan sonik dan tanpa
sonik. Dari hasil analisis terhadap frekuensi, hambatan berdasarkan struktur elektroniknya. Pada suatu senyawa
maupun konduktifitas terhadap polimer yang dihasilkan logam, terjadi overlap antara orbital-orbital sejenis
dengan atom berlainan untuk membentuk orbital
dari kedua perlakuan disimpulkan bahwa polimer yang
molekul. Proses ini akan membuat rapatan struktur yang
dihasilkan dengan menggunakan sonik akan
tinggi pada logam, sehingga elektron dapat dengan
menghasilkan polimer dengan sifat konduktifitas yang
mudah mengalir secara terus-menerus pada logam. Pada
lebih baik yakni 1,02x10-4dibandingkan 1,79x10-5tanpa
sonik. Nilai hambatan. logam, celah pita antara HOMO dan LUMO mendekati
nol, sehingga dengan medan listrik yang kecil sekalipun,
elektron akan terdistribusi dengan mudah. Hal ini
Kata kunci- Polimer konduktif, konduktifitas, sonik
membuat sifat logam menjadi lebih konduktor. Pada
1. Pendahuluan material semikonduktor, celah pita antara HOMO dan
LUMO lebih besar dibandingkan dengan logam. Aliran
Krisis energi yang merupakan salah satu isu elektron akan lebih mudah mengalir bila terjadi
permasalahan global yang terjadi dewasa ini telah peningkatan temperatur pada material semikonduktor.
memunculkan alternatif pengembangan perangkat Hal ini dikarenakan energi kalor akan memaksa elektron
penyimpan energi yang terbarukan. Salah satu perangkat dari HOMO menuju orbital LUMO, sehingga elektron
penyimpan energi yang menjadi fokus pengembangan dapat mengalir. Gambar 1 oleh [2] memperlihatkan
adalah baterai. Pengembangan baterai masih terfokus bahwa material isolator memiliki celah pita paling lebar
pada material berbasis anorganik seperti baterai Ni, Ni- dibandingkan dengan semikonduktor dan konduktor.
Cd, dan Li-ion. Penggunaan material anorganik menjadi Perbedaan jarak yang relatif jauh antara orbital HOMO
sebuah masalah ketika baterai tidak dapat diolah secara dan LUMO, memperkecil kemungkinan perpindahan
alamiah, efisiensinya yang rendah dan biaya produksi elektron. Perpindahan elektron membutuhkan energi
yang tinggi. Solusi alternatif pembuatan baterai adalah yang sangat tinggi, sehingga material seperti ini lebih
dengan menggunakan material organik berupa polimer digolongkan sebagai isolator.
konduktif sebagai bahan baku [1]. Pada polimer konduktif, perpindahan elektron dari
Pengembangan baterai dari bahan organik menjadi orbital HOMO menuju LUMO, dibantu oleh suatu atom
pilihan alternatif sejak publikasi nobel oleh [2]. Polimer dopan. Berdasarkan jenis atom dopannya,
konduktif seperti polianilina, poliasetilena, polipirole, semikonduktor terbagi menjadi semikonduktor tipe p
merupakan polimer organik yang memiliki kemampuan dan tipe n. Semikonduktor tipe n terjadi pada suatu
menghantarkan arus listrik dengan sistem konjugasi material dengan memiliki banyak elektron sehingga
ikatan rangkap. Polimer konduktif dapat secara luas atom dopan berada dekat dengan orbital LUMO,
diproduksi dengan biaya yang relatif lebih murah, dan sedangkan pada semikonduktor tipe p terjadi pada

Jurnal ELKHA Vol.3, No.1, Maret 2011


44

material dengan kondisi sedikit elektron sehingga atom sehingga hasil yang dimunculkan akan menjadi lebih
dopan berada dekat dengan orbital HOMO. akurat. Prinsip dasar metode ini adalah pengukuran
impedansi sel pada rentang frekuensi tertentu, yang
dianalisis dengan model sirkuit elektronik khusus bagi
sistem untuk menentukan nilai-nilai parameter pada
sirkuit sel tersebut. Nilai impedansi terdiri dari nilai real
dan nilai imajiner. Bagian real menyatakan resistansi
bahan dan bagian imajiner menyatakan kapasitansi dari
bahan. Konfigurasi kedua nilai tersebut pada suatu
sirkuit dapat diketahui setelah dilakukan pengukuran
dan analisis bentuk kurva impedansi.
Hasil yang ditampilkan pada EIS adalah nilai sudut
dan nilai hambatan. Nilai tersebut kemudian dikonversi
menjadi nilai hambatan real dan nilai hambatan
Gambar 1. Perbedaan celah pita konduktor, semi konduktor imaginer. Melalui hasil pengolahan EIS, dapat diketahui
dan isolator konduktivitas sampel dari konversi hambatan real
menggunakan persamaan :
2.2 Polimer Konduktif
1 l
Beberapa jenis polimer memiliki daya hantar listrik  x ...................... (1)
yang mirip dengan daya hantar listrik senyawa logam. R A
Polimer dengan potensial konduktivitas menjadi dimana:
penelitian setelah adanya publikasi oleh [2] yang σ : konduktivitas (S/cm)
memaparkan tentang pengembangan senyawa-senyawa R : resistansi real (Ω)
organik yang dapat menghantarkan arus listrik seperti l : jarak antar elektroda / ketebalan smapel (cm)
sifat logam. Contoh polimer yang dapat menghantarkan A : luas permukaan sampel (cm2)
arus listrik antara lain adalah polipirole, poliasetilena, Hubungan antara frekuensi pengukuran terhadap
dan polianilina. Prinsip kerja polimer konduktif adalah konduktivitas material secara umum dapat dijelaskan
karena adanya karena ikatan rangkap terkonjugasi pada dengan persamaan :
suatu rantai polimer. Sehingga atom karbon mengikat E = h. f ............................... (2)
atom karbon lain dengan ikatan tunggal dan ganda E : energi
secara bergantian (berselang-seling) yang dapat h : konstanta planck
mempengaruhi sifat konduktif pada polimer f : frekuensi
terkonjugasi. Penambahan senyawa kimia berupa doping Berdasarkan persamaan tersebut, terlihat bahwa semakin
akan merubah kerapatan elektron pada ikatan π atau π * besar nilai frekuensi, maka energi yang dipancarkan
polimer terkonjugasi sehingga terjadi perubahan akan semakin besar. Hal ini mempengaruhi nilai
konduktifitas polimer dari semikonduktif menjadi resistansi dan konduktivitas, dimana :
konduktif. E = V2. t . R-1 ............................... (3)
Dewasa ini, polimer konduktif menjadi fokus yang V : Tegangan (V)
mulai dikembangkan dalam skala laboratorium, dengan t : waktu (s)
polimerisasi pirole dan anilina pada larutan elektrolit [1- R : hambatan (Ω)
4]. Polianilina merupakan polimer konduktif dengan tipe Kenaikan frekuensi akan meningkatkan energi kinetik
p yang mana pada kondisi normal akan memiliki jumlah spesi pada material sehingga terjadi transfer muatan
hole yang lebih banyak dibandingkan dengan elektron. yang tinggi pada daerah antar muka. Kondisi ini
Hal ini akan menyebabkan dominasi hole sebagai menjelaskan terjadinya aliran elektron dari kondisi
pembawa muatan, sehingga konduktivitas sampel dapat HOMO menuju kondisi LUMO semakin besar.
diintrepretasi sebagai konduktivitas hole. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar
Polimer konduktif menjadi salah satu alternatif yang frekuensi yang diberikan kepada material, maka akan
dapat digunakan untuk mengatasi masalah penyimpanan meningkatkan aliran muatan atau nilai konduktivitas
energi listrik, karena sifatnya yang ringan, fleksibel, material tersebut.
murah dan gampang untuk diproduksi. Selain itu 2.4 Swelling dan Sonik
penggunaan polimer yang berasal dari alam merupakan
salah satu solusi untuk menggunakan material yang Swelling atau pengembangan selulosa merupakan suatu
ramah lingkungan. metode yang digunakan untuk mendapatkan serat
selulosa yang teregenerasi, delignifikasi selulosa dan
2.3 Pengukuran Konduktivitas Polimer modifikasi selulosa pada kondisi fase reaksi homogen
Pengukuran konduktivitas sampel material pada maupun heterogen. Pada selulosa yang sudah mengalami
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode pengembangan umumnya akan terjadi perubahan
EIS (Electrochemical Impedance System). Penggunaan supramolekul pada strukturnya [5].
EIS dimaksudkan untuk menghindari terjadinya Sifat kristalin alami pada material menyebabkan
penumpukan pembawa muatan pada salah satu elektroda material tersebut memiliki tingkat kelarutan yang rendah

Jurnal ELKHA Vol.3, No.1, Maret 2011


45

pada pelarut konvensional. Penetrasi pelarut ke dalam kemudian dicuci dengan HCl sebanyak 100 ml dan
material memerlukan interaksi molekul yang kuat. dilanjutkan dengan aseton 100 ml. Komposit kemudian
Pengukuran interaksi pelarut dengan selulosa dapat dikeringkan pada suhu 600C selama 3 jam. Sampel
dianalisis melalui pengukuran volume pengembangan. selanjutnya disebut sebagai A.
Interaksi antara selulosa dan pelarut dipengaruhi oleh
3.2 Pembuatan Komposit Tanpa Swelling
volume molar, kelarutan, dan interaksi dipole cairan.
Pada proses pengembangan, pelarut harus masuk ke Sebanyak 0,5 gr sampel selulosa ditambahkan
dalam jaringan serat selulosa. Mekanisme masuknya dengan anilina dengan variasi konsentrasi 0,1 g; 0,2 g;
suatu pelarut ke dalam serat selulosa dapat terjadi dan 0,3 g dan didiamkan selama 1 jam. Selanjutnya
melalui tiga mekanisme. Pertama, aliran bebas pelarut dimasukkan dalam 50 ml HCl dan ditetesi dengan
dibawah tekanan gradien dan kapilaritas material. Ammonium persulfate dengan perbandingan mol
Kedua, pelarut diuapkan masuk ke dalam jaringan terhadap anilina 3:4. Polimerisasi dilakukan selama 150
selulosa. Ketiga, difusi pelarut melalui dinding sel menit kemudian campuran disaring menggunakan
selulosa. corong bunchner. Hasil komposit kemudian dicuci
Proses pengembangan bertujuan sebagai tahap aktivasi dengan HCl sebanyak 100 ml dan dilanjutkan dengan
sampel selulosa yang akan digunakan. Pada proses ini, aseton 100 ml. Komposit kemudian dikeringkan pada
swelling agent akan berpenetrasi ke dalam struktur serat suhu 600C selama 3 jam. Sampel selanjutnya disebut
selulosa yang memiliki banyak ikatan silang antar sebagai B.
struktur. Swelling agent akan membantu pemutusan
3.3 Pengukuran Konduktifitas, Hambatan dan Frekuensi
ikatan hidrogen antar molekul pada selulosa sehingga
terdapat ruang antar struktur yang cukup besar untuk Pada penelitian ini digunakan sinyal gelombang dari
dimasuki oleh molekul anilina. potensial AC dengan amplitudo 1 V dan rentang
Sonokimia merupakan suatu metode sintesis material frekuensi dari 20 kHz hingga 200 MHz. Grafik yang
dengan menggunakan energi ultrasonik (sonik) pada dimunculkan pada hambatan real terhadap hambatan
proses sintesisnya. Ultrasonik dalam bentuk gelombang imaginer menunjukkan grafik semi lingkaran. Perilaku
akan ditransimisikan melewati suatu media ini dapat dihubungkan dengan disperse frekuensi akibat
menggunakan tekanan gelombang dari induksi gerakan dari kekasaran permukaan material.
vibrasi molekul. Pada keadaan tersebut gelombang akan
menyebabkan molekul melakukan bending (penekukan) 4. Hasil dan Pembahasan
dan stretching (perengganggan) stuktur molekul Pada penelitian ini, dilakukan variasi perlakuan
medium dengan variasi waktu. Secara umum, frekuensi pada proses sintesis material komposit antara lain proses
ultrasonik berada pada rentang 20kHz-10MHz dan swelling, sonikasi dan jumlah anilina yang ditambahkan.
terbagi menjadi 3 bagian, yaitu ultrasonik frekuensi Perlakuan awal pada sampel selulosa adalah proses
rendah (20 – 100 kHz), ultrasonik frekuensi sedang (100 penggembungan (swelling) sebelum digunakan sebagai
kHz - 2 MHz) dan ultrasonik frekuensi tinggi (2 - 10 matriks material komposit. Selulosa memiliki ikatan
MHz). Frekuensi yang memiliki rentang 20kHz - 2MHz silang antar molekul yang menghalangi suatu molekul
inilah yang digunakan dalam sonokimia. untuk masuk dan berinteraksi dengan selulosa. Oleh
Prinsip dasar sonokimia adalah penggunaan frekuensi karena itu, perlu suatu proses untuk memutuskan ikatan
ultrasonik untuk membentuk gelembung udara pada hidrogen dan mengaktifkan gugus hidroksil pada
cairan yang kemudian gelembung akan pecah secara selulosa sehingga molekul anilina dapat masuk ke dalam
mikroskopik dalam rentang waktu yang singkat. selulosa. Penggembungan serat selulosa dapat dilakukan
Pecahan ini akan memberikan efek tekanan yang tinggi dangan bantuan swelling agent [5].
dan efek kimia. Umumnya energi ultrasonik ini dapat Pada penelitian ini dilakukan variasi proses
digunakan untuk modifikasi senyawa organik maupun perlakuan sonikasi terhadap bahan-bahan. Pada
anorganik seperti proses aglomerasi, difusi, reduksi perlakuan sonikasi, terjadi induksi vibrasi ultrasonik
material dan pemecahan mekanik. pada medium cair sehingga muncul tekanan yang
menyebabkan kecepatan alir cairan ke dalam padatan
3. Metode Penelitian menjadi lebih tinggi. Proses sonikasi akan membuat
3.1 Pembuatan Komposit Dengan Swelling Sonic + penetrasi DMSO lebih mudah untuk memasuki daerah
Asam Sonic antar jaringan selulosa sehingga dengan adanya tahapan
Sebanyak 0,5 gr sampel selulosa di swelling dengan ini, proses penggembungan akan menjadi lebih cepat
dan efisien.
35 ml DMSO selama 1 jam menggunakan ultrasonic
Berdasarkan hasil penelitian [6] yang menggunakan
220W. Campuran kemudian ditambahkan dengan 50 ml
proses sonikasi untuk penetrasi anilina ke dalam matriks
HCl 2M dan disonic selama 1 jam. Selanjutnya
TiO2, anilina dapat masuk ke dalam pori TiO2 dengan
ditambahkan anilina dengan variasi konsentrasi 0,1 g;
0,2 g; 0,3 g dan ditetesi dengan Ammonium persulfate lebih optimal. Hal tesebut menjadi acuan untuk penetrasi
dengan perbandingan mol terhadap anilina 3:4. anilina dan asam menggunakan sonikasi ke dalam
selulosa yang sudah mengalami penggembungan. Tabel
Polimerisasi dilakukan selama 150 menit dengan variasi
1 menunjukkan pengaruh perbedaan konsentrasi anilina
suhu (suhu ruang dan suhu 00C) kemudian campuran
terhadap frekuensi offset dengan dua perlakuan yang
disaring menggunakan corong bunchner. Hasil komposit

Jurnal ELKHA Vol.3, No.1, Maret 2011


46

berbeda yakni A : swelling + sonikasi sedangkan B : terbentuk sehingga jumlah elektron yang mengalir
dengan melalui tanpa sonikasi. Frekuensi offset semakin besar dan hambatan real menjadi semakin kecil.
merupakan frekuensi pengukuran pada saat nilai
hambatan paling minimum. Pada keadaan tersebut, Tabel 2. Konsentrasi vs Hambatan Offset
konduktivitas material berada pada kondisi optimum. Mol anilina C anilina RA RB
Nilai hambatan real berbanding terbalik dengan nilai
4
konduktivitas. Konduktivitas merupakan ukuran 0,001 0,006667 1,25 x 10 4,45 x 105
kemampuan suatu material untuk menghantarkan arus 0,002 0,013333 8,3 x 102 6 x 103
listrik.
Hasil pengolahan data pada Tabel 1 menunjukkan 0,003 0,02 3,3 x 102 2 x 103
bahwa kenaikan konsentrasi anilina sebanding dengan
kenaikan frekuensi offset. Berdasarkan hasil Nilai hambatan yang menurun dengan baik adalah
pengamatan, terlihat bahwa nilai frekuensi offset kondisi pada perlakuan A yaitu saat selulosa yang sudah di
B adalah lebih optimal dibandingkan dengan kondisi A. swelling mengalami protonasi oleh asam klorida. Hal ini
Nilai tertinggi dengan perlakuan A = 141600 sedangkan menunjukkan nilai konduktivitas maksimum terjadi saat
B = 474300. Keduanya dicapai pada konsentrasi 0,3 mol perlakuan A dengan konsentrasi tertinggi. Penambahan
anilina. Pengaruh protonasi pada selulosa yang sudah asam pada selulosa dapat mengaktivasi selulosa dengan
menggembung meningkatkan jumlah anilina yang memutuskan ikatan hidrogen sehingga anilina dapat
masuk ke dalam struktur selulosa sehingga polianilina masuk dengan mudah ke dalam jaringan selulosa
yang terbentuk mencapai kondisi optimal. Kondisi kemudian berinteraksi dengan asam dan selulosa [7].
tersebut memerlukan frekuensi yang semakin besar Sedangkan pada kondisi B yang tidak mengalami
untuk meningkatkan energi kinetik elektron pada swelling dan sonikasi, memberikan hasil hambatan yang
polianilina. lebih besar dibandingkan dengan kondisi A.
Perbedaan perlakuan menunjukkan bahwa perlakuan
Tabel 1. Konsentrasi vs Frekuensi Offset sonikasi mempengaruhi konduktifitas. Pada perlakuan
A, pengasaman selulosa dengan sonikasi akan membuat
Mol anilina C aniline FA FB
asam terpenetrasi pada setiap bagian selulosa, kemudian
0,001 0,0066667 8934 7096 anilina yang ditambahkan akan berinteraksi lebih baik
0,002 0,0133333 22440 59710
dengan selulosa terasamkan. Polimerisasi polianilina
berlangsung dengan optimal pada setiap bagian selulosa,
0,003 0,02 141600 474300 sehingga menghasilkan konduktifitas yang lebih baik.
Sedangkan pada perlakuan B, tanpa pengasaman dan
Berdasarkan hasil percobaan, terlihat bahwa pada tanpa sonikasi menjangkau setiap bagian selulosa
setiap kondisi perlakuan terdapat kenaikan nilai sehingga anilina hanya berada pada beberapa bagian
frekuensi kritis terhadap konsentrasi. Peningkatan selulosa yang terasamkan. Pengaruh ini hanya akan
konsentrasi anilina akan meningkatkan jumlah membentuk polianilina pada selulosa yang terasamkan.
polianilina yang terbentuk, sehingga memerlukan Hal ini membuktikan bahwa perlakuan sonikasi
frekuensi yang semakin besar untuk mengeksitasi dapat membantu molekul asam untuk terpenetrasi
elektron dari kondisi HOMO menuju kondisi LUMO. dengan baik pada molekul selulosa sehingga
Hal ini akan meningkatkan konduktivitas masing- polimerisasi anilina akan menghasilkan polianilina yang
masing bahan. optimal dan konduktifitas yang lebih tinggi.
Pengaruh frekuensi offset yang berbeda pada 1,20E-04
konsentrasi yang sama tersebut dapat diakibatkan
adanya pengaruh DMSO sebagai swelling agent pada 1,00E-04 A B
larutan. Keberadaan senyawa lain pada proses 8,00E-05
konduktifitas

polimerisasi akan menurunkan kristalinitas bahkan


jumlah yield yang didapatkan. Kondisi tersebut 6,00E-05
menyebabkan frekuensi yang dibutuhkan untuk
4,00E-05
menentukan nilai kapasitansi polianilina tidak lebih
besar dibandingkan dengan perlakuan tanpa DMSO. 2,00E-05
Secara umum kapasitansi material meningkat sebanding
0,00E+00
dengan konsentrasi anilina yang ditambahkan. 0 0,005 0,01 0,015 0,02 0,025
Pengaruh antara konsentrasi terhadap R offset konsentrasi
digambarkan pada Tabel 2. R offset merupakan
hambatan real pada material. Pada kondisi tersebut Gambar 2. Grafik perubahan konduktivitas Vs konsentrasi
hambatan mulai mengalami penurunan hambatan secara dengan 2 perlakuan (A & B)
drastis. Saat hambatan paling menurun, konduktivitas
material akan meningkat hingga kondisi maksimum. Pada hasil penelitian terlihat kenaikan konsentrasi
Kenaikan konsentrasi anilina berbanding terbalik anilina sebanding dengan konduktifitas sampel. Nilai
terhadap hambatan realnya. Peningkatan konsentrasi Semakin banyak anilina yang ditambahkan, maka
anilina akan meningkatkan jumlah polianilina yang

Jurnal ELKHA Vol.3, No.1, Maret 2011


47

jumlah polianilina yang terbentuk akan semakin banyak Biography


dan meningkatkan konduktifitas polimer.
Berlian Sitorus lahir di Barus, Indonesia, 10 Oktober 1974.
4. Kesimpulan Memperoleh gelar Sarjana Sains dari Institut Teknologi
Bandung, Indonesia, 1998, M.Si dari Institut Teknologi
1. Semakin besar konsentrasi anilina yang ditambahkan,
Bandung, Indonesia, 2001 bidang ilmu Kimia Fisika Material
maka konduktifitas semakin besar.
dan M.Sc dari Universiteit Gent, Belgia, 2006. Sejak tahun
2. Perlakuan sonikasi akan meningkatkan konduktifitas 2002 menjadi dosen di Jurusan Kimia Fakultas MIPA,
polimer. Universitas Tanjungpura. Bidang penelitian saat ini adalah
kimia fisika material dan lingkungan.
Referensi
Veinardi Suendo lahir di Jakarta, Indonesia, 7 November
[1] Nystrom G., Razaq, A.; Strømme, M.; Nyholm, L.and
Mihranyan, 2009. Ultrafast All-Polymer Paper-Based
1975. Memperoleh gelar Sarjana Sains dari Institut Teknologi
Batteries. Nano Letters. Vol 9, No.10 3635-3639, 2009. Bandung, Indonesia, 1998, M. Eng dari teknik material di Tokyo
Institute of Technology hingga Dr. (doktor) dalam bidang
[2] Heeger, A. Conductive polymers , The Nobel Prize in fisika di Ecole Polytechnique, Perancis. Sejak tahun 1999
Chemistry, 2000. menjadi dosen di Jurusan Kimia Fakultas MIPA, di Institut
[3] Li J., Xueren Qian., Wang LiJuan., dan An, XianHui. XPS Teknologi Bandung. Bidang penelitian saat ini adalah kimia
Characterization and Percolation Behavior of Polyaniline- fisika material.
Coated Conductive Paper. Bioresource Technology, 2010.
Ferdinand Hidayat lahir di Pontianak, Indonesia, 2 Februari
[4] Nystrom, G., Razaq, A., Strømme, M., Nyholm, dan L. 1990. Mahasiswa S1 Universitas Tanjungpura jurusan Kimia
Mihranyan. A Nanocellulose Polypyrrole Composite Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura. Bidang penelitian
Based on Microfibrillated Cellulose from Wood. J. Phys. saat ini adalah kimia fisika material.
Chem. B, 114, 4178–4182, 2010.
[5] Ludmila C. Fidale, Naiara Ruiz, Thomas Heinze, Omar A
and El Seoud. Cellulose Swelling by Aprotic and Protic
Solvents: What are the similarities and Differences?
Macromol. Chem. Phys. 209, 1240–1254, 2008.
[6] Baig S, Farooq R, and Rehman F. Sonochemistry and its
industrial applications. World Applied Sciences Journal.
10(8) : 936 – 944, 2010.
[7] Mo, Z., Zhao, Z., Chen, H., Niu, G., Shi, H., 2009,
Heterogeneous preparation of cellulose–polyaniline
conductive composites with cellulose activated by acids
and its electrical properties, Carbohydrate Polymers,
75:660–664, 2009.

Jurnal ELKHA Vol.3, No.1, Maret 2011

Anda mungkin juga menyukai