Anda di halaman 1dari 19

STANDARD PROCEDUR OPERATING (SPO)

PENGOPERASIAN ALAT FISIOTERAPI


BAGIAN FISIOTERAPI RSUD PROV SULAWESI BARAT
NO. DOKUMENTASI NO. REVISI HALAMAN

TANGGAL TERBIT DITETAPKAN OLEH DIREKTUR

dr. Hj. Indahwati Nursyamsi, M.Kes


NIP. 19680306 200212 2 002

1. Pengoperasian Alat Fisioterapi


A. Pengertian
Pengoperasian Alat Fisioterapi adalah langkah-langkah yang harus dilakukan dalam
Pengoperasian Alat Fisioterapi
B. Tujuan
1. Kelancaran pemeriksaan
2. Hasil pemeriksaan sesuai dengan criteria evaluasi
C. Kebijakan
Fisioterapis mengoperasikan alat-alat fisioterapi
D. Prosedur
1. Persiapan pasien
2. Pastikan semua komponen alat kering dan bersih
3. Pastikan alat terhubung dengan line voltage dari UPS (Unit Power Supply)
a. Pemakaian alat disesuaikan dengan dosis FITT (Frekuensi, Intensitas, Teknik,
Time)
E. Unit terkait
Fisioterapi
F. Dokumen
-

528
STANDARD PROCEDUR OPERATING (SPO)
INFRA RED RAYS
BAGIAN FISIOTERAPI RSUD PROV SULAWESI BARAT
NO. DOKUMENTASI NO. REVISI HALAMAN

TANGGAL TERBIT DITETAPKAN OLEH DIREKTUR

dr. Hj. Indahwati Nursyamsi, M.Kes


NIP. 19680306 200212 2 002

2. Infra Red Rays


A. Pengertian
Infra Red Raysadalah suatu alat terapi dengan menggunakan sinar infra merah
yang efeknya panas yang dikontrol secara manual tingkat kepanasannya.

B. Tujuan
Kelancaran penanganan dengan penggunaan Infrared dengan benar sesuai prosedur

C. Kebijakan
a. Indikasi
1. Nyeri otot, sendi dan jaringan lunak sekitar sendi. Mis: nyeri punggung bawah,
nyeri leher, nyeri punggung atas, nyeri sendi tangan, sendi lutut, dsb.
2. Kekakuan sendi atau keterbatasan gerak sendi karena berbagai sebab.
3. Ketegangan otot atau spasme otot.
4. Peradangan kronik yang disertai dengan pembengkakan.
5. Penyembuhan luka di kulit

b. Kontraindikasi
1. Kelainan perdarahan.
2. Kelainan pembuluh darah vena atau peradangan pembuluh darah, seperti
thrombophlebitis.
3. Gangguan sensoris berupa rasa raba maupun terhadap suhu.

529
4. Gangguan mental.
5. Tumor ganas atau kanker.
6. Penggunaan Infra Red pada mata.
7. Trauma atau peradangan akut.
8.  Kehamilan
9. Gangguan sirkulasi darah.
10. Gangguan regulasi suhu tubuh.
11. Bengkak atau edema.
12. Kelainan jantung.
13. Adanya metal di dalam tubuh.
14. Luka terbuka
15. Pada kulit yang sudah diolesi obat-obat topikal atau obat gosok
16. Kerusakan saraf

D. Prosedur
a. Persiapan alat
1. Bersihkan dan rapikan semua peralatan yang akan digunakan baik sebelum dan
sesudah digunakan pasien.
2. Pastikan infrared berfungsi dengan baik dan siap dioperasikan, sehingga tidak
membahayakan pasien dan terapist.
3. Masukan stop kontak dalam posisi yang benar.

b. Persiapan penderita
1. Panggil penderita dengan ramah dan sopan, serta masukan ke tempat terapi
sesuai kondisi dan diagnosa.
2. Lakukan pemeriksaan ulang untuk memastikan keluhan yang dialami penderita
dengan teliti dan cermat.
3. Sebelum pemberian terapi, pasien terlebih dahulu diberikan penjelasan
mengenai cara kerja alat, indkasi dan kontra indikasinya.
c. Operasional Infrared
Lampu di arahkan pada daerah yang di terapi, jarak 30-45 cm, dengan lama
waktu pemberian terapi 15 menit, dan monitoring keluhan pasien selama penggunaan
alat.

530
E. Unit Terkait
Fisioterapi

F. Dokumen
-

531
STANDARD PROCEDUR OPERATING (SPO)
TRAKSI
BAGIAN FISIOTERAPI RSUD PROV SULAWESI BARAT
NO. DOKUMENTASI NO. REVISI HALAMAN

TANGGAL TERBIT DITETAPKAN OLEH DIREKTUR

dr. Hj. Indahwati Nursyamsi, M.Kes


NIP. 19680306 200212 2 002

3. Traksi
A. Pengertian
Traksi adalah Suatu alat dengan tenaga mekanik ataupun manual dengan cara
kerja yaitu dengan cara memisahkan atau melonggarkan sendi dan jaringan lunak.

B. Tujuan
Kelancaran penanganan dengan penggunaan Alat Traksi dengan benar sesuai prosedur

C. Kebijakan
1. Indikasi
a. HNP Ringan
b. Spasme otot punggung bawah
c. Nyeri punggung bawah
d. Gangguan atau distraksi sendi facet yang menekan saraf spinalis
e. Mengulur jaringan lunak, panjang otot, dan fleksibilitas dengan tarikan 25% berat
badan.
f. Mencegah hiperlordosis lumbal
2. Kontraindikasi
a. kondisi trauma akut atau inflamasi
b. hipermobilitas atau instabilitas
c. hipertensi yang tidak terkontrol
d. fraktur

532
e. osteoporosis
f. spondilosis
g. selama proses terapi keluhan nyeri bertambah sehingga dalam pengaplikasian
traksi lumbal terapis harus selalu melakukan monitoring.

D. Prosedur
1. Persiapan pasien
a. Tidak ada aksesoris yang digunakan pasien yang menghambat penggunaan
traksi. Dianjurkan untuk menimbang terlebih dahulu
b. Penentuan alat
c. Menggunakan traksi elektrik dengan perangkat semi computer digital.
d. Posisi pasien
e. Posisi yang umum adalah tidur terlantang dalam sedikit paha fleksi 85 derajat
dan eksorotasi 10-15 derajat serta lutut dalam keadaan fleksi 85-90 derajat
f. Alat pengikat
g. Menggunakan alat pengikat punggung berupa sabuk (pelvic belt) yang diikatkan
di atas krista iliaka dan dihubungkan ke mesin traksi serta fiksasi pada tubuh
bagian atas untuk menghindari bagian atas untuk tertariknya tubuh ke bawah
akibat tarikan lumbal.
2. Pengoperasian Alat
a. Atur waktu traksi 15 menit, dengan lama tarikan sekitar 30-60 detik, waktu rehat
10 detik, dengan beban tarikan 25-30% berat badan.

E. Unit Terkait
Fisioterapi

F. Dokumen
-

533
STANDARD PROCEDUR OPERATING (SPO)
ALAT TENS
BAGIAN FISIOTERAPI RSUD PROV SULAWESI BARAT
NO. DOKUMENTASI NO. REVISI HALAMAN

TANGGAL TERBIT DITETAPKAN OLEH DIREKTUR

dr. Hj. Indahwati Nursyamsi, M.Kes


NIP. 19680306 200212 2 002

4. TENS (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation)


A. Pengertian
TENS (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation) merupakan salah satu alat
elektroterapi frekuensi rendah dan stimulasi frekuensi tinggi untuk merangsang saraf
dengan tujuan mengurangi rasa sakit.

B. Tujuan
Sebagai petunjuk bagi Fisioterapis untuk memberikan pelayanan Fisioterapi dengan
modalitas TENS

C. Kebijakan
1. Indikasi
a. Keluhan nyeri (misal: Otot, tendon, ligament, kapsul sendi dan saraf)
b. Hypertonus
c. Kelemahan otot
2. Kontra Indikasi
a. Demam
b. Tumor
c. Tuberkulosis
Dengan pertimbangan:
a. Peradangan lokal
b. Thrombosis

534
c. Kehamilan
d. Pacemaker
e. Metal yang dipasang dalam tubuh (Bila pasien merasa tidak
nyaman).

D. Prosedur
1. Tahap Orientasi
a. Berikan Salam dan Sapa nama Pasien
b. Jelaskan Tujuan dan tindakan yang akan dilakukan. Seperti Program Terapi
yang dilakukan kepada pasien dan waktu yang diperlukan.
c. Tanyakan persetujuan dan kesiapan pasien sebelum tindakan dilakukan
d. Posisikan Pasien dalam keadaan senyaman mungkin (duduk di kursi,
terlentang atau tengkurap di Bed)
e. Pakaian dilepas seperlunya dengan meminta ijin terlebih dahulu
f. Pastikan bagian atau area tubuh yang akan dilakukan terapi bersih dan
kontak langsung dengan kulit
2. Pelaksanaan
a. Panaskan alat sekitar 5 menit
b. Tuang air ke spons elektroda secukupnya
c. Jelaskan rasa yang timbul pada Pasien, jika yang dirasakan sedikit sakit tapi
tidak perih. Jika perih dikhawatirkan luka bakar
d. Pasang elektroda sesuai metode kondisi pasien.
 Pemasangan pad elektroda pada dermatom
 Pemasangan pad elektroda pada segmen sum-sum tulang belakang
(medulla spinalis)
 Pemasangan Pad elektroda pada pleksus
 Pemasangan Pad elektroda pada titik akupuntur/ trigger poin
 Pemasangan Pad elektroda pada atau sekitar nyeri:
o Paint point (atas bawah dari lokasi nyeri)
o Cross (menyilang pada area nyeri)
o Bracker (tepat pada lokasi nyeri)
e. Atur dosis frekuensi dan intensitas (disesuaikan dengan toleransi pasien)
f. Atur timer/waktu sesuai kebutuhan antara 10-15 menit

535
g. Tanyakan kepada pasien apakah dosis yang diberikan sudah nyaman
ataukah ada Nyeri.
3. Mengakhiri Terapi
a. Beritahu kepada Pasien bahwa Terapi sudah selesai jika suara timer alat
berbunyi (berhenti otomatis)
b. Angkat / lepaskan Pad elektroda dari tubuh pasien
c. Tanyakan kepada Pasien rasa setelah diterapi dan periksa kemungkinan
adanya efek samping.
E. Unit Terkait
Fisioterapi

F. Dokumen
-

536
STANDARD PROCEDUR OPERATING (SPO)
ULTRA SOUND
BAGIAN FISIOTERAPI RSUD PROV SULAWESI BARAT
NO. DOKUMENTASI NO. REVISI HALAMAN

TANGGAL TERBIT DITETAPKAN OLEH DIREKTUR

dr. Hj. Indahwati Nursyamsi, M.Kes


NIP. 19680306 200212 2 002

5. US (Ultra Sound)
A. Pengertian
Suatu terapi dengan menggunakan getaran mekanik gelombang suara dengan frekuensi
lebih dari 20.000 Hz. Yang digunakan dalam Fisioterapi adalah 0.5-5 MHz.

B. Efek Ultra Sound


a. Mekanis : Menimbulkan efek Micromassage -> Dilatasi -> Inflamasi
b. Piezoelectric: Perubahan muatan membrane sehingga terjadi proses kimiawi di
jaringan sekitarnya
c. Thermal : Menimbulkan efek panas transduser lebih kecil dimana panas ringan
sampai 5 cm (deep) dan lebih dominan pada continue
d. Biologis :Menyebabkan Vasodilatasi pembuluh darah, meningkatkan sirkulasi
darah -> meningkatkan permeabilitas dan regenerasi jaringan, menimbulkan
rileksasi otot sehingga akan mengurangi nyeri

C. Tujuan
Sebagai petunjuk bagi Fisioterapis untuk memberikan pelayanan Fisioterapi dengan
modalitas TENS

D. Kebijakan
1. Indikasi
a. Kondisi peradangan dan traumatic sub akut dan kronik

537
b. Adanya jaringan parut (scar tissue) pada kulit
c. Kondisi ketegangan
d. Perlengketan jaringan lunak (Otot, tendon, ligament)
2. Kontra-indikasi
a. Jaringan yang lembut (mata, ovarium, testis, otak)
b. Jaringan yang baru sembuh
c. Jaringan/granulasi baru
d. Kehamilan
e. Pada daerah yang sirkulasi darahnya tidak adekuat
f. Tanda-tanda keganasan
g. Infeksi bakteri spesifik
E. Prosedur
1. Sebelum Terapi
a. Memberikan Penjelasan kepada pasien
b. Menentukan daerah yang akan diterapi
c. Tes sensibilitas
d. Bersihkan dengan alcohol atau sabun
e. Terapi memutuskan metode yang akan digunakan
f. Mengatur posisi senyaman mungkin
g. Rambut yang terlalu lebat sebaiknya dicukur
2. Selama Terapi
a. Terapis menyetel alat yang akan digunakan
b. Alat didekatkan kearah yang akan diterapi
c. Tentukan lama terapi, frekuensi dan intensitas
d. Treatment harus selalu dinamis dan ritmis
3. Sesudah Terapi
a. Terhadap alat : Mesin dimatikan dan semua tombol dalam posisi nol,
bersihkan transduser dengan alcohol 70%dan dilap sampai kering.
b. Terhadap Pasien : Treatment harus subjektif atau objektif.
F. Unit Terkait
Fisioterapi
G. Dokumen
-

538
STANDARD PROCEDUR OPERATING (SPO)
ALAT PARAFIN
BAGIAN FISIOTERAPI RSUD PROV SULAWESI BARAT
NO. DOKUMENTASI NO. REVISI HALAMAN

TANGGAL TERBIT DITETAPKAN OLEH DIREKTUR

dr. Hj. Indahwati Nursyamsi, M.Kes


NIP. 19680306 200212 2 002

6. Parafin Bath
A. Pengertian
Parafin bath adalah suatu alat modalitas fisioterapi dengan menggunakan lilin
sebagai medianya yang dipanaskan dengan suhu tertentu.

B. Tujuan
Kelancaran penanganan dengan penggunaan Parafin Bath dengan benar sesuai
prosedur

C. Kebijakan
1. Indikasi
a. Reduksi nyeri dan spasme otot
b. Efek panas dari parafin dapat digunakan sebelum dilakukan latihan penguluran
otot untk mereduksi nyeri.
c. Spasme otot menimbukan rasa nyeri serta berkurangnya range of motion sendi,
namun hal ini dapat dikurangi dengan memberikan panas sebagai media terapi.
d. Pasca fractur
e. Pasca trauma
f. Sprain dan strain
g. Arthritis kronis
2. Kontraindikasi
a. Gangguan sensibilitas.

539
b. Luka terbuka.
Parafin tidak boleh digunakan pada luka terbuka karena dapat menyebabkan
luka bakar pada jaringan yang bersangkutan.

D. Prosedur
1. Metode Deep : mencelupkan kaki/tangan kedalam cairan parafin bath -> terbentuk
permukaan parafin padat dan tipis yang meliputi kulit -> tarik kembali -> ulang 8-10x
-> sampai terbentuk sarung tengan tebal (mengisolasi bagian tubuh terhadap
kehilangan panas) -> bungkus dengan handuk kering untuk mempertahankan panas
-> lama 15-20 menit -> setelah itu sarung tangan parafin dilepas
2. Metode immersion : mencelupkan tangan/kaki secara terus-menerus kedalam cairan
parafin -> terbentuk sarung tangan pada sekitar kulit -> lama 20-30 menit -> lebih
efektif meningkatkan temperatur jaringan tapi resiko luka bakar
3. Metoda breshing : dengan menggunakan kuas -> untuk area yang tidak dijangkau
(pinggang, hip, pada regio yang besar)

E. Unit Terkait
Fisioterapi

F. Dokumen
-

540
STANDARD PROCEDUR OPERATING (SPO)
SWD (SHORT WAVE DIATHERMI)
BAGIAN FISIOTERAPI RSUD PROV SULAWESI BARAT
NO. DOKUMENTASI NO. REVISI HALAMAN

TANGGAL TERBIT DITETAPKAN OLEH DIREKTUR

dr. Hj. Indahwati Nursyamsi, M.Kes


NIP. 19680306 200212 2 002

7. SWD (Short Wave Diathermi)


A. Pengertian
Short Wave Diathermi adalah modalitas terapi yang menghasilkan energy
elektromagnetik dengan arus bolak-balik frekuensi tinggi. Frekuensi yang sering
digunakan pada SWD untuk tujuan pengobatan adalah frekuensi 27,12 MHz dengan
panjang gelombang 11 meter.

B. Tujuan
Kelancaran penanganan dengan penggunaan SWD dengan benar sesuai prosedur

C. Kebijakan
1. Indikasi
Indikasi SWD baik continuous SWD maupun pulsed SWD adalah kondisi-kondisi
sub-akut dan kronik pada gangguan neuromuskuloskeletal.

2. Kontra-indikasi
Pemasangan besi pada tulang, Tumor, kanker, pacemaker pada jantung,
Tuberkulosis pada sendi, RA pada sendi, Kondisi Menstruasi dan kehamilan, region
mata (Softlens) dan testis.
Pada gangguan akut Neuromuskuloskeletal merupakan kontraindikasi dari
continuous SWD tetapi bagi pulsed SWD bisa diberikan dengan pulsasi yang
rendah.

D. Prosedur

541
1. Persiapan Alat
a. Bersihkan dan rapikan semua peralatan yang akan digunakan baik sebelum dan
sesudah digunakan pasien.
b. Pastikan semua peralatan mesin maupun electrode yang ada berfungsi dengan
baik dan siap dioperasikan sehingga tidak membahayakan pasien dan therapist.
c. Masukkan stop kontak dalam posisi yang benar
d. Tekan tombol ON
e. Sebelum mesin digunakan lakukanlah pemanasan ± 10 menit
2. Persiapan Penderita
a. Panggil penderita dengan ramah dan sopan serta masukkan ketempat terapi
sesuai kondisi dan diagnose
b. Lakukan pemeriksaan ulang untuk memastikan keluhan yang dialami penderita
dengan teliti dan cermat
c. Sebelum pemberian Terapi, Pasien terlebih dahulu diberikan penjelasan
mengenai cara kerja alat, indikasi dan kontra-indikasinya.
d. Daerah yang akan diterapi dibebaskan dari pakaian dan logam.
3. Pelaksanaan Terapi
a. Pilih Posisi Pasien serileks mungkin, baik posisi duduk atau tidur
b. Minta kepada pasien membebaskan pakaian pada daerah yang akan diterapi
c. Beri penjelasan setiap melakukan tindakan Fisioterapi seperti apa yang akan
dirasakan oleh penderita
d. Dalam pelaksanaan terapi utamakan prinsip aman, nyaman, dan keselamatan
pasien.
4. Operasional SWD
Elektroda ditempatkan pada daerah yang diterapi , inensitas subthermal dengan
lama waktu pemberian terapi 15 menit dan frekuensi selama 6 kali.

E. Unit Terkait
Fisioterapi

F. Dokumen
-

542
STANDARD PROCEDUR OPERATING (SPO)
MWD (MICRO WAVE DIATHERMI)
BAGIAN FISIOTERAPI RSUD PROV SULAWESI BARAT
NO. DOKUMENTASI NO. REVISI HALAMAN

TANGGAL TERBIT DITETAPKAN OLEH DIREKTUR

dr. Hj. Indahwati Nursyamsi, M.Kes


NIP. 19680306 200212 2 002

8. MWD (Micro Wave Diathermi)


A. Pengertian
MWD (Micro Wave Diathermi) merupakan suatu alat sebagai pengobatan yang
menggunakan stressor fisis berupa energy elektromagnetik yang dihasilkan oleh arus
bolak-balik berfrekuensi 2450 MHz dengan panjang gelombang 12.25 cm.

B. Tujuan
Kelancaran penanganan dengan penggunaan MWD dengan benar sesuai prosedur

C. Kebijakan
1. Indikasi:
a. Nyeri, Hipertonus dan Gangguan vaskularisasi
b. Gangguan konduktivitas dan threshold jaringan saraf
c. Penyembuhan luka pada jaringan lunak
d. Kontraktur jaringan lemak
2. Kontraindikasi:
Pemakaian implant Pacemaker, adanya logam dalam jaringan dan permukaan
jaringan, gangguan pembuluh darah, gangguan sensibilitas, pendarahan, CA
dengan metaphase, jaringan yang banyak cairan dan malignant tumor serta
thrombosis vena.

D. Prosedur

543
1. Persiapan Alat
a. Bersihkan dan rapikan semua peralatan yang akan digunakan baik sebelum dan
sesudah digunakan pasien.
b. Pastikan semua peralatan mesin maupun electrode yang ada berfungsi dengan
baik dan siap dioperasikan sehingga tidak membahayakan pasien dan therapist.
c. Masukkan stop kontak dalam posisi yang benar
d. Tekan tombol ON
e. Sebelum mesin digunakan lakukanlah pemanasan ± 10 menit
2. Persiapan Penderita
a. Panggil penderita dengan ramah dan sopan serta masukkan ketempat terapi
sesuai kondisi dan diagnose
b. Lakukan pemeriksaan ulang untuk memastikan keluhan yang dialami penderita
dengan teliti dan cermat
c. Sebelum pemberian Terapi, Pasien terlebih dahulu diberikan penjelasan
mengenai cara kerja alat, indikasi dan kontra-indikasinya.
d. Daerah yang akan diterapi dibebaskan dari pakaian dan logam.
3. Pelaksanaan Terapi
a. Pilih Posisi Pasien serileks mungkin, baik posisi duduk atau tidur
b. Minta kepada pasien membebaskan pakaian pada daerah yang akan diterapi
c. Beri penjelasan setiap melakukan tindakan Fisioterapi seperti apa yang akan
dirasakan oleh penderita
d. Dalam pelaksanaan terapi utamakan prinsip aman, nyaman, dan keselamatan
pasien.
4. Operasional MWD
Elektroda ditempatkan pada daerah yang diterapi , inensitas subthermal dengan
lama waktu pemberian terapi 15 menit dan frekuensi selama 6 kali.

E. Unit Terkait
Fisioterapi

F. Dokumen
-

544
STANDARD PROCEDUR OPERATING (SPO)
TREADMILL
BAGIAN FISIOTERAPI RSUD PROV SULAWESI BARAT
NO. DOKUMENTASI NO. REVISI HALAMAN

TANGGAL TERBIT DITETAPKAN OLEH DIREKTUR

dr. Hj. Indahwati Nursyamsi, M.Kes


NIP. 19680306 200212 2 002

9. Treadmill
A. Pengertian
Treadmill adalah Salah satu alat fittness yang digunakan Fisioterapi dalam
bentuk pelatihan,Misal pasien stroke adalah dimaksudkan untuk meningkatkan
kecepatan berjalan.

B. Tujuan
1. Menambah kekuatan dan meningkatkan gerak
2. Meningkatkan koordinasi tindakan berulang-ulang melatih otak
3. Meningkatkan gerak langkah dan sitem kardiovaskular

C. Kebijakan
1. Indikasi
a. Kebugaran
b. Endurance
2. Kontra indikasi
a. Kardiovaskular
b. Hipertensi

D. Prosedur
1. Memberikan penjelasan kepada pasien
2. Memasang alat pengaman pada pasien

545
3. Meyetel alat dosis yang digunakan
4. Tentukan lama terapi
5. Setelah terapi selesai, mesin dimatikan dan semua tombol dalam posisi nol.
6. Pasien diistirahatkan sejenak.

E. Unit Terkait
Fisioterapi

F. Dokumen
-

546

Anda mungkin juga menyukai