Anda di halaman 1dari 3

Tuhan Yesus, Terima Kasih

untuk Tragedi Ini


Mungkin kisah hidupku tidak seindah cerita tentang Cinderella yang menemukan pangeran
tampannya, atau tidak juga seromantis kisah Romeo dan Juliet yang rela berkorban demi
pasangannya. Namun, ketika aku menyerahkan hidupku ke dalam tangan Tuhan, Dia membuat
perjalanan hidupku indah pada waktunya. Inilah sepenggal kisah perjalanan hidupku yang ingin
kubagikan kepadamu.

Dilahirkan di keluarga Kristen bukan berarti aku menjadi orang Kristen yang sungguh-sungguh.
Sekalipun pada waktu SMP aku memutuskan untuk memberi diri dibaptis, aku belum
sepenuhnya menghidupi iman percayaku. Aku baru mengalami lahir baru seutuhnya saat aku
duduk di bangku kuliah dan belajar untuk aktif melayani Tuhan.

Ketika Tuhan mengizinkan tragedi terjadi di hidupku


Aku pikir setelah aku menerima Tuhan Yesus seutuhnya maka kehidupanku akan bertambah
baik, tetapi kenyataan berkata lain. Aku harus kehilangan ayah yang dipanggil kembali kepada
Tuhan di surga. Kehilangan sosok ayah membuat ekonomi keluarga kami terguncang sehingga
ibu memutuskan untuk bekerja merantau ke luar negeri. Masalah tidak berhenti sampai di situ,
adikku pun terjerat dalam narkoba hingga harus mendekam di penjara.

Saat itu aku sedang menempuh kuliah dan merasa begitu tertekan. Aku tidak tega melihat
keadaan keluargaku yang seperti ini dan aku pun bertanya pada Tuhan, “Kenapa semua ini
terjadi saat aku sudah menyerahkan hidupku untuk-Mu, Tuhan?” Tapi aku bersyukur karena
ibuku tetap tegar. Dia bekerja sekuat tenaga di luar negeri untuk memenuhi seluruh kebutuhan
hidup keluarga kami.

Setelah lulus kuliah aku pun bekerja untuk membantu ibu mencukupi kebutuhan keluarga. Aku
begitu bersemangat untuk bekerja hingga tidak menyadari kalau usiaku ternyata telah menginjak
angka 30 tahun dan aku belum pernah sekalipun berpacaran! Lama-lama aku merasa stres karena
banyak anggota keluarga yang selalu bertanya kepadaku, “Kapan kamu menikah?”

Saat aku mulai mencoba membuka diri untuk siap menjalin relasi, ada seorang temanku yang
mengenalkanku dengan seorang pria. Singkat cerita kami saling berkenalan dan berteman. Tapi
aku sendiri tidak yakin kalau dia adalah orang yang tepat buatku sekalipun kami sama-sama
orang Kristen.
Suatu ketika dia bertanya kepadaku, “Apakah kamu lebih memilih apa kata Tuhan atau kata
hatimu?” Aku pun menjawabnya kalau aku tentu lebih memilih apa kata Tuhan. Aku sendiri pun
tidak tahu apa alasan dia bertanya seperti itu kepadaku. Semenjak saat itu perlahan dia mulai
menghilang dariku dan terakhir kali kulihat dia telah bersama perempuan lain.

Sejujurnya walau saat itu kami masih hanya berstatus teman, tetapi aku merasa sakit hati karena
dia meninggalkanku begitu saja. Ketika aku berdoa dan menangis kepada Tuhan, Roh Kudus
mengingatkanku untuk taat dan berserah.

Sebuah pertemuan tidak terduga


Lambat laun aku mampu menjalani kehidupanku seperti biasa dan tidak terlalu berfokus
memikirkan tentang pasangan hidup. Hingga aku tiba pada suatu kesempatan yang tidak pernah
kuduga sebelumnya.

Suatu ketika di awal bulan Maret 2015 aku sedang berbelanja di sebuah supermarket dan
bertemu dengan seorang teman SMA yang sudah 12 tahun tidak bertemu. Dulu kami tidak saling
mengenal dan yang aku tahu kalau temanku itu adalah anak yang populer di sekolah karena dia
adalah ketua OSIS dan setahuku dia juga disukai banyak teman-teman perempuan.

Aku pikir pertemuan itu hanya sebatas pertemuan biasa, tetapi di bulan Juli 2015 kami mulai
lebih sering mengobrol. Kami berusaha saling mengenal satu sama lain hingga aku pun
mengetahui kalau temanku itu sudah menjadi orang Kristen yang lahir baru. Saat kami sudah
menjadi teman akrab, di bulan Oktober 2015 kami memutuskan untuk berpacaran. Kami pun
meminta bimbingan dari kakak rohani di gereja untuk membimbing hubungan ini.

Kami berkomitmen untuk menjunjung tinggi kekudusan dalam hubungan kami. Kami hanya
berpegangan tangan kalau diperlukan. Kami juga saling menguatkan, saling mengisi, saling
menegur kalau kami salah. Bagiku kekudusan itu sangat penting. Aku memiliki komitmen kalau
ciuman pertamaku nanti adalah ketika kami berada di altar gereja dalam pemberkatan pernikahan
kami.

Saat ini kami berdua melayani kaum muda di gereja kami berjemaat. Kami mengajarkan adik-
adik kami untuk menjaga kekudusan dan menggunakan masa muda mereka untuk melayani
Tuhan yang adalah Raja segala raja. Di samping bekerja dan melayani, saat ini kami juga sedang
mempersiapkan untuk memasuki perjalanan baru dalam hidup kami berdua. Ya, kami akan
menikah di bulan Oktober 2017 nanti. Kami percaya Tuhan yang mempertemukan kami berdua,
Dia juga yang akan menyiapkan semuanya.
Rancangan Tuhan adalah yang terbaik
Setiap peristiwa yang terjadi di dalam hidupku, entah itu baik ataupun buruk semuanya ditenun
oleh Tuhan menjadi sesuatu yang indah. Tragedi yang terjadi di masa awal aku mengikut Tuhan
itu membawaku pada suatu dilema, apakah aku mau tetap berserah kepada Tuhan dan menata
hidupku atau menyesali keadaan dan mencari pelarian lain.

Lambat laun Tuhan mulai memulihkan keluargaku. Secara ekonomi perlahan kami bisa lepas
dari jerat hutang dan adikku yang dulu pernah terlibat narkoba pun kita sudah terbebas dari
segala jenis kecanduan. Aku telah merasakan pengalaman kalau pertolongan Tuhan tidak pernah
terlambat dan aku tidak pernah menyesal karena menyerahkan hidupku kepada-Nya.

Pengalaman hidup yang telah kualami itu mengingatkanku bahwa setiap kita dilahirkan di dunia
ini untuk memenuhi tujuan Tuhan. Tapi, seringkali kita menjauh dari tujuan itu karena kita
“bingung” dengan urusan sendiri. Kita khawatir dengan banyak hal. Makan apa hari ini? Kerja di
mana nanti? Kapankah pasangan hidup itu ditemukan? Dan banyak kekhawatiran lain.

Lewat kesaksian ini aku ingin mendorong teman-teman agar tidak pernah ragu memberikan masa
muda kita kepada Tuhan. Kita tidak perlu khawatir tentang siapa yang menjadi pasangan hidup
kita ataupun bagaimana masa depan kita kelak. Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan menjamin
hidup kita. Apapun yang kita letakkan di bawah kaki-Nya tidak pernah sia-sia.

“Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal
penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya.” (2 Timotius 2:4)

Tugas :

Ringkaskan isi cerita tersebut minimal 1 paragraf

Anda mungkin juga menyukai