(FORMAT)
Sutmin pailaha
--------------------------
................................ NIM :1801052
MEKANISME PENULISAN
KATA PENGANTAR :
DAFTAR ISI :
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
C. Manfaat Penulisan
DAFTAR PUSTAKA :
LAMPIRAN : Dokumentasi Pelaksanaan
KATA PENGANTAR
Pertama-tama saya panjatkan Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat
dan karunia_Nya saya diberikan kesehatan dan kesempatan sehinnga bisa meyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya.Tak lupa saya mengucapkan banyak terimakasih kepada berbagai pihak yang
telah membantu dalam penulisan makalah ini yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu sehingga
makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.Di dalam makalah ini saya menyadari banyak
terdapat kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan agar
menjadikan makalah ini lebih baik lagi. kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca dan khususnya pada diri saya sendiri.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar …………………………………………………….……..
Daftar isi………………………………………………..……………….......
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………..
A.Latar Belakang………………………………………………………...
B.Tujuan Penulisan……………………………………………………..
C.Manfaat Penulisan…………………………………………………..
A. Latar Belakang
Tekanan darah tinggi/hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi peningkatan tekanan
darah secara kronis (jangka waktu lama). Penyakit ini adalah salah stu jenis penyakit yang sangat
berbahaya.
Penderita hipertensi di dunia saat ini diperkirakan mencapai lebih dari 800 juta orang. Sebanyak 10-30
% dari jumlah penduduk dewasa hampir di setiap Negara. Berdasarkan data Lancet (dalam McMarthy,
2010), jumlah penderita hipertensi di seluruh dunia terus meningkat. Di India, penderita hipertensi
mencapai 60,4 juta orang pada tahun 2002 dan diperkirakan 107,3 juta orang pada tahun 2025. Di
China, 98,5 juta orang dan bakal jadi 151,7 juta orang pada tahun 2025. Di bagian lain di Asia, tercatat
38,4 juta penderita hipertensi pada tahun 2000 dan diperkirakan menjadi 67,4 juta orang tahun 2025. Di
Indonesia, mencapai 17-21% dari populasi penduduk dan kebanyakan tidak terdeteksi.(wir-
nursing.blogspot.com/2011/04/antara-kopi-rokok-dan-tekanan-darah.html) Di Indonesia banyaknya
penderita Hipertensi diperkirakan 15 juta orang tetapi hanya 4% yang merupakan hipertensi terkontrol.
Prevalensi 6-15% pada orang dewasa, 50% diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi
sehingga mereka cenderung untuk menjadi hipertensi berat karena tidak menghindari dan tidak
mengetahui factor risikonya, dan 90% merupakan hipertensi esensial.
B.Tujuan Penulisan
1.Untuk mengetahui definisi dari hipertensi
2. Untuk mengetahui tanda dan gejala hipertensi
3. Untuk mengetahui klasifikasi hipertensi
4. Untuk mengetahui patofisiologi hipertensi
5. Untuk mengetahui diagnosis hipertensi
7. Untuk mengetahui komplikasi hipertensi
8. Untuk mengetahui cara pencegahan hipertensi
9. Untuk mengetahui pengobatan hipertensi
C.Manfaat Penulisan
Manfaat teoritis:
Sebagai bahan pustaka yang dapat memberikan gambaran tingkat pengetahuan tentang hipertensi di masyarakat.
Manfaat praktis:
a.Bagi penulis
Sebagiai pengalaman langsung dalam pembuatan laporan asuhan keperawatan,khususnya mengenai pengetahuan
tentang hipertensi
b.Bagi masyarakat
Hasil laporan ini di harapkan dapat memberikan pengetahuan masyarakat tentang hipertensi
c.Bagi tenanga kesehatan
Sebagai bahan acuan bagi tenaga kesehatan untuk mengadakan penyuluhan kesehatan mengenai hipertensi dan
bahayanya.
BAB II
KONSEP TEORI
A.Konsep Teoritis Penyakit
A.Pengertian
Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas
normal atau peningkatan abnormal secara terus menerus lebih dari suatu periode, dengan tekanan
sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90mmHg. (Aspiani, 2014)
Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan
diastolik lebih dari 80 mmHg. Hipertensi sering menyebabkan perubahan pada pembuluh darah yang
dapat mengakibatkan semakin tingginya tekanan darah (Muttaqin A, 2009).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik dengan konsisten di atas 140/90
mmHg. Diagnosis hipertensi tidak berdasarkan pada peningkatan tekanan darah yang hanya sekali.
Tekanan darah harus diukur dalam posisi duduk dan berbaring (Baradero M, dkk, 2008).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah
peningkatan tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari satu periode.
Hal ini terjadi bila arteriole-arteriole konstriksi. Kontriksi arteriolemembuat darah sulit mengalir dan
meningkatkan tekanan melawan dinding arteri. Peningkatan tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan
diastolik ≥90 mmHg.
B.Klasifikasi
Menurut (WHO, 2018) batas normal tekanan darah adalah tekanan darah sistolik kurang dari 120
mmHg dan tekanan darah diastolik kurang dari 80 mmHg. Seseorang yang dikatakan hipertensi bila
tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg.
Klasifikasi Tekanan Darah pada Orang Dewasa Sebagai Patokan dan Diagnosis Hipertensi
(mmHg) Kategori Tekanan darah Sistolik Diastolik Normal < 120 mmHg <80 mmHg
a.Prehipertensi 120-129 mmHg <80 mmHg
b.Hipertensi stage I 130-139 mmHg 80-89 mmHg
c.Hipertensi stage II ≥ 140 mmHg ≥ 90 mmHg
Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder
(Aspiani, 2014). Hipertensi primer adalah peningkatan tekanan darah yang tidak diketahui
penyebabnya. Dari 90% kasus hipertensi merupakan hipertensi primer. Beberapa faktor yang diduga
berkaitan dengan berkembangnya hipertensi primer adalah genetik, jenis kelamin, usia, diet, berat
badan, gaya hidup. Hipertensi sekunder adalah peningkatan tekanan darah karena suatu kondisi fisik
yang ada sebelumnya seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid. Dari 10% kasus hipertensi
merupakan hipertensi sekunder. Faktor pencetus munculnya hipertensi sekunder antara lain:
penggunaan kontrasepsi oral, kehamilan, peningkatan volume intravaskular, luka bakar dan stres
(Aspiani, 2014)
C.Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan menurut (Aspiani,2014) :
a.Hipertensi primer (esensial)
Hipertensi primer atau hipertensi esensial disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui
penyebabnya. Faktor yang memengaruhi yaitu : (Aspiani, 2014)
1.Genetik
Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi, beresiko tinggi untuk
mendapatkan penyakit ini. Faktor genetik ini tidak dapat dikendalikan, jika memiliki riwayat
keluarga yang memliki tekanan darah tinggi.
2.Jenis kelamin dan usia
Laki - laki berusia 35- 50 tahun dan wanita menopause beresiko tinggi untuk mengalami
hipertensi. Jika usia bertambah maka tekanan darah meningkat faktor ini tidak dapat
dikendalikan serta jenis kelamin laki–laki lebih tinggi dari pada perempuan.
3.Diet
Konsumsi diet tinggi garam secara langsung berhubungan dengan berkembangnya hipertensi.
Faktor ini bisa dikendalikan oleh penderita dengan mengurangi konsumsinya, jika garam yang
dikonsumsi berlebihan, ginjal yang bertugas untuk mengolah garam akan menahan cairan lebih
banyak dari pada yang seharusnya didalam tubuh. Banyaknya cairan yang tertahan
menyebabkan peningkatan pada volume darah. Beban ekstra yang dibawa oleh pembuluh darah
inilah yang menyebabkan pembuluh darah bekerja ekstra yakni adanya peningkatan tekanan
darah didalam dinding pembuluh darah dan menyebabkan tekanan darah meningkat.
4 Berat badan
Faktor ini dapat dikendalikan dimana bisa menjaga berat badan dalam keadaan normal atau
ideal. Obesitas (>25% diatas BB ideal) dikaitkan dengan berkembangnya peningkatan tekanan
darah atau hipertensi.
5.Gaya hidup
Faktor ini dapat dikendalikan dengan pasien hidup dengan pola hidup sehat dengan
menghindari faktor pemicu hipertensi yaitu merokok, dengan merokok berkaitan dengan jumlah
rokok yang dihisap dalam waktu sehari dan dapat menghabiskan berapa putung rokok dan lama
merokok berpengaruh dengan tekanan darah pasien. Konsumsi alkohol yang sering, atau
berlebihan dan terus menerus dapat meningkatkan tekanan darah pasien sebaiknya jika
memiliki tekanan darah tinggi pasien diminta untuk menghindari alkohol agar tekanan darah
pasien dalam batas stabil dan pelihara gaya hidup sehat penting agar terhindar dari komplikasi
yang bisa terjadi.
b.Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadiakibat penyebab yang jelas.salah satu contoh hipertensi sekunder adalah
hipertensi vaskular rena, yang terjadi akibat stenosi arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat
kongenital atau akibat aterosklerosis.stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah ke ginjal
sehingga terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan pelepasn renin, dan pembentukan
angiostenin II. Angiostenin II secara langsung meningkatkan tekanan darahdan secara tidak
langsung meningkatkan sintesis andosteron danreabsorbsi natrium. Apabila dapat dilakukan
perbaikan pada stenosis,atau apabila ginjal yang terkena diangkat,tekanan darah akan kembalike
normal (Aspiani, 2014).
D.Patofisiologi
Tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac output (curah jantung) dengan total
tahanan prifer. Cardiac output (curah jantung) diperoleh dari perkalian antara stroke volume dengan
heart rate (denyut jantug). Pengaturan tahanan perifer dipertahankan oleh sistem saraf otonom dan
sirkulasi hormon. Empat sistem kontrol yang berperan dalam mempertahankan tekanan darah antara
lain sistem baroreseptor arteri, pengaturan volume cairan tubuh, sistem renin angiotensin dan
autoregulasi vaskular (Udjianti, 2010).
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di vasomotor, pada
medula diotak. Pusat vasomotor ini bermula pada saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah korda
spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan
pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak kebawah melalui sistem saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Titik neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang
serabut saraf paska ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah (Padila, 2013).
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah
terhadap rangsangan vasokontriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Padila, 2013). Meski etiologi
hipertensi masih belum jelas, banyak faktor diduga memegang peranan dalam genesis hiepertensi
seperti yang sudah dijelaskan dan faktor psikis, sistem saraf, ginjal, jantung pembuluh darah,
kortikosteroid, katekolamin, angiotensin, sodium, dan air (Syamsudin, 2011).
Sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal
juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah (Padila, 2013).
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran keginjal, menyebabkan pelepasan renin.
Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.
Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan
volume intra vaskuler. Semua faktor ini cendrung mencetuskan keadaan hipertensi (Padila, 2013).
E.Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala utama hipertensi adalah (Aspiani, 2014) menyebutkan gejala umum yang
ditimbulkan akibat hipertensi atau tekanan darah tinggi tidak sama pada setiap orang, bahkan terkadang
timbul tanpa tanda gejala. Secara umum gejala yang dikeluhkan oleh penderita hipertensi sebagai
berikut:
a.Sakit kepala
b.Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk
c.Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh
d.Berdebar atau detak jantung terasa cepat
e.Telinga berdenging yang memerlukan penanganan segera
Menurut teori (Brunner dan Suddarth, 2014) klien hipertensi mengalami nyeri kepala sampai
tengkuk karena terjadi penyempitan pembuluh darah akibat dari vasokonstriksi pembuluh darah akan
menyebabkan peningkatan tekanan vasculer cerebral, keadaan tersebut akan menyebabkan nyeri kepala
sampai tengkuk pada klien hipertensi.
F.Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut FKUI (2003:64) dan Dosen Fakultas kedokteran USU, Abdul
Madjid (2004), meliputi:
a.Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi bertujuan menentukan
adanya kerusakan organ dan factor resiko lain atau mencari penyebab hipertensi. Biasanya
diperiksa urin analisa, darah perifer lengkap, kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah
puasa, kolesterol total, HDL, LDL.
b.Pemeriksaan EKG. EKG (pembesaran jantung, gangguan konduksi), IVP (dapat mengidentifikasi
hipertensi, sebagai tambahan dapat dilakukan pemerisaan lain, seperti klirens kreatinin, protein,
asam urat, TSH dan ekordiografi.
c.Pemeriksaan diagnostik meliputi BUN /creatinin (fungsi ginjal), glucose (DM) kalium serum
(meningkat menunjukkan aldosteron yang meningkat), kalsium serum (peningkatan dapat
menyebabkan hipertensi: kolesterol dan tri gliserit (indikasi pencetus hipertensi), pemeriksaan
tiroid (menyebabkan vasokonstrisi), urinanalisa protein, gula (menunjukkan disfungsi ginjal), asam
urat (factor penyebab hipertensi)
d. Pemeriksaan radiologi : Foto dada dan CT scan
G.Komplikasi
Tekanan darah tinggi bila tidak segera diobati atau ditanggulangi, dalam jangka panjang akan
menyebabkan kerusakan ateri didalam tubuh sampai organ yang mendapat suplai darah dari arteri
tersebut. Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita hipertensi yaitu : (Aspiani, 2014)
a.Stroke terjadi akibat hemoragi disebabkan oleh tekanan darah tinggi di otak dan akibat embolus
yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan tekanan darah tinggi.
b.Infark miokard dapat terjadi bila arteri koroner yang arterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup
oksigen ke miokardium dan apabila membentuk 12 trombus yang bisa memperlambat aliran darah
melewati pembuluh darah. Hipertensi kronis dan hipertrofi ventrikel, kebutuhan oksigen
miokardiumb tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.
Sedangkan hipertrofi ventrikel dapat menyebabkan perubahan waktu hantaran listrik melintasi
ventrikel terjadilah disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan.
c.Gagal jantung dapat disebabkan oleh peningkatan darah tinggi. Penderita hipertensi, beban kerja
jantung akan meningkat, otot jantung akan mengendor dan berkurang elastisitasnya, disebut
dekompensasi. Akibatnya jantung tidak mampu lagi memompa, banyak cairan tertahan diparu yang
dapat menyebabkan sesak nafas (eudema) kondisi ini disebut gagal jantung.
d.Ginjal tekanan darah tinggi bisa menyebabkan kerusakan ginjal. Merusak sistem penyaringan
dalam ginjal akibat ginjal tidak dapat membuat zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh yang masuk
melalui aliran darah dan terjadi penumpukan dalam tubuh.
H.Penatalaksanaan
a.Penatalaksanaan Farmakologis
Obat-obatan antihipertensi. Terdapat banyak jenis obat antihipertensi yang beredar saat ini. Untuk
pemilihan obat yang tepat diharapkan menghubungi dokter.
1.Diuretik
Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat kencing)
sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi
lebih ringan. Contoh obatannya adalah Hidroklorotiazid.
2.Penghambat Simpatetik
Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis (saraf yang bekerja pada
saat kita beraktivitas ). Contoh obatnya adalah : Metildopa, Klonidin dan Reserpin.
3.Betabloker
Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya pompa jantung. Jenis
betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap gangguan pernapasan
seperti asma bronkial. Contoh obatnya adalah : Metoprolol, Propranolol dan Atenolol. Pada
penderita diabetes melitus harus hati-hati, karena dapat menutupi gejala hipoglikemia (kondisi
dimana kadar gula dalam darah turun menjadi sangat rendah yang bisa berakibat bahaya bagi
penderitanya). Pada orang tua terdapat gejala bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan)
sehingga pemberian obat harus hati-hati.
4.Vasodilator
Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos (otot
pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah : Prasosin, Hidralasin. Efek
samping yang kemungkinan akan terjadi dari pemberian obat ini adalah : sakit kepala dan
pusing.
5.Penghambat ensim konversi Angiotensin
Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat yang
dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh obat yang termasuk golongan ini
adalah Kaptopril. Efek samping yang mungkin timbul adalah : batuk kering, pusing, sakit kepala
dan lemas.
6.Antagonis kalsium
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat kontraksi jantung
(kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat ini adalah : Nifedipin, Diltiasem dan Verapamil.
Efek samping yang mungkin timbul adalah : sembelit, pusing, sakit kepala dan muntah.
7.Penghambat Reseptor Angiotensin II
Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat Angiotensin II pada reseptornya
yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan yang termasuk dalam
golongan ini adalah Valsartan (Diovan). Efek samping yang mungkin timbul adalah : sakit
kepala, pusing, lemas dan mual.
Dengan pengobatan dan kontrol yang teratur, serta menghindari faktor resiko terjadinya hipertensi,
maka angka kematian akibat penyakit ini bisa ditekan.
b.Penatalaksanaan Nonfarmakologis
Penatalaksanaan nonfarmakologis dengan modifikasi gaya hidup sangat penting dalam mencegah
tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan mengobati tekanan darah
tinggi , berbagai macam cara memodifikasi gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah yaitu :
(Aspiani, 2014)
1.Pengaturan diet
Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah pada klien hipertensi.
Dengan pengurangan konsumsi garam dapat mengurangi stimulasi sistem renin-
angiostensin sehingga sangata berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah asupan natrium
yang dianjurkan 50-100 mmol atau setara dengan 3-6 gram garam per hari.
Diet tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah tetapi mekanismenya belum jelas.
Pemberian kalium secara intravena dapat menyebabkan vasodilatasi, yang dipercaya
dimediasi oleh oksidanitat pada dinding vaskular.
Diet kaya buah sayur.
Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.
2.Penurunan berat badan
Mengatasi obesitas, pada sebagian orang dengan cara menurunkan berat badan mengurangi
tekanan darah, kemungkinan dengan mengurangi beban kerja jantung dan voume sekuncup.
Pada beberapa studi menunjukan bahwa obesitas berhubungan dengan kejadian hipertensi dan
hipertrofi ventrikel kiri. Jadi, penurunan berat badan adalah hal yangs angat efektif untuk
menurunkan tekanan darah. Penurunan berat badan (1 kg/minggu) sangat dianjurkan.
Penurunan berat badan dengan menggunakan obat-obatan perlu menjadi perhatian khusus
karenan umumnya obat penurunan penurunan berat badan yang terjual bebas mengandung
simpasimpatomimetik, sehingga dapat meningkatkan tekanan darah, memperburuk angina atau
gejala gagal jantung dan terjadinya eksaserbasi aritmia.
3.Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat untuk menurunkan
tekanan darah dan memperbaiki kedaan jantung.. olahraga isotonik dapat juga meningkatkan
fungsi endotel, vasoldilatasin perifer, dan mengurangi katekolamin plasma. Olahraga teratur
selama 30 menit sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu sangat dianjurkan untuk menurunkan
tekanan darah. Olahraga meningkatkan kadar HDL, yang dapat mengurangi terbentuknya
arterosklerosis akibat hipertensi.
4.Memeperbaiki gaya hidup yang kurang sehat dengan cara berhenti merokok dan tidak
mengkonsumsi alkohol, penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap
rokok diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan kerja
jantung.
B.Konsep Teoritis Asuhan Keperawatan
A.Pengkajian Keperawatan
Menurut (Wijaya & Putri, 2013) yang harus dikaji pada klien hipertensi adalah :
a.Data biografi : Nama, alamat, umur, pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit, nama penanggung
jawab dan catatan kedatangan.
b.Riwayat kesehatan :
1.Keluhan utama :Alasan utama pasien datang ke rumah sakit atau pelayanan kesehatan.
2.Riwayat kesehatan sekarang : Keluhan pasien yang dirasakan saat melakukan pengkajian.
3.Riwayat kesehatan terdahulu : Biasanya penyakit hipertensi adalah penyakit yang sudah
lama dialami oleh pasien dan biasanya dilakukan pengkajian tentang riwayat minum obat
klien.
4.Riwayat kesehatan keluarga : Mengkaji riwayat keluarga apakah ada yang menderita
riwayat penyakit yang sama.
c.Data fisiologis
1.Aktivitas/ Istirahat
- Gejala : Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
- Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
2.Sirkulasi
- Gejala : Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan penyakit
cebrocaskuler, episode palpitasi.
- Tanda : Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis,radialis, tikikardi, murmur
stenosis valvular, distensi vena jugularis,kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi
perifer) pengisiankapiler mungkin lambat/ bertunda.
3.Integritas Ego
- Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, faktor stress multiple (hubungan,
keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan).
- Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan continue perhatian, tangisan meledak, otot
muka tegang, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.
4.Eliminasi
- Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayat penyakit ginjal pada
masa yang lalu).
5.Makanan/Cairan
- Gejala: Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak serta kolesterol,
mual, muntah dan perubahan BB akhir akhir ini (meningkat/turun) Riwayat penggunaan
diuretic
- Tanda: Berat badan normal atau obesitas, adanya edema, glikosuria.
6.Neurosensori
- Gejala : Keluhan pening/pusing, berdenyu, sakit kepala, subojksipital (terjadi saat
bangun dan menghilangkan secara spontan setelah beberapa jam) Gangguan penglihatan
(diplobia, penglihatan kabur,epistakis).
- Tanda : Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, efek, proses
pikir, penurunan kekuatan genggaman tangan.
7.Nyeri/ ketidaknyaman
- Gejala : Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung), sakit kepala.
8.Pernapasan
- Gejala : Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja takipnea, ortopnea, dispnea, batuk
dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.
- Tanda : Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan bunyi nafas tambahan
(krakties/mengi), sianosis.
9.Keamanan
- Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.
- Tanda : Episode parestesia unilateral transien. Hipotensi postural.
10.Pembelajaran/Penyuluhan
- Gejala : Faktor resiko keluarga: Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM, penyakit
ginjal.
B.Diagnosis Keperawatan
a.Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokonstriksi pembuluh darah, iskemia miokard, hipertropi ventricular.
b.Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan cardio output, kelemahan umum,
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
c.Gangguan rasa nyaman nyeri: sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
cerebral.
d.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi in adekuat,
keyakinan budaya, pola hidup monoton.
e.Kelebihan volume cairan berhubungan dengan meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium
ditandai dengan adanya edema.
f.Resiko cidera berhubungan dengan adanya spasme arteriola retina ditandai dengan penurunan
penglihatan.
C.Intervensi Keperawatan
a.Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokonstriksi pembuluh darah, iskemia miokard, hipertropi ventricular.
Tujuan : Afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi pembuluh darah, tidak terjadi
iskemia miokard.
Hasil yang diharapkan :
- Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah atau beban kerja jantung.
- Mempertahankan tekanan darah dalam rentang yang dapat diterima.
- Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil.
Intervensi keperawatan dan rasional
1.Observasi tekanan darah.
Rasionalnya : perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang
keterlibatan / bidang masalah vaskuler.
2.Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.
Rasionalnya : denyutan karotis, jugularis, radialis, dan femoralis mungkin teramati. Denyut
pada tungkai kemungkinan menurun, mencerminkan efek dari vasokonstriksi.
3.Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas.
Rasionalnya : S4 umum terdengar pada pasien hipertensi berat karena adanya hipertropi atrium,
perkembangan S3 menunjukan hipertropi ventrikel dan kerusakan fungsi, adanya krakels,
mengi dapat mengindikasikan kongesti paru sekunder terhadap terjadinya atau gagal jantung
kronik.
4.Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler.
Rasionalnya : adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat
mencerminkan dekompensasi / penurunan curah jantung.
5.Catat adanya demam umum / tertentu.
Rasionalnya : dapat mengindikasikan gagal jantung, kerusakan ginjal dan vaskuler.
6.Berikan lingkungan yang nyaman, tenang, kurangi aktivitas / keributan lingkungan, batasi
jumlah pengunjung dan lamanya tinggal.
Rasionalnya : membantu untuk menurunkan rangsangan simpatis, meningkatkan relaksasi.
7.Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi dan distraksi.
Rasionalnya : dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress, membuat efek tenang,
sehingga akan menurunkan tekanan darah.
8.Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi anti hipertensi, diuretik.
Rasionalnya : menurunkan tekanan darah.
b.Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan cardio output, kelemahan umum,
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
Tujuan : Klien akan mampu melakukan aktivitas secara mandiri.
Hasil yang diharapkan :
- Klien dapat berpartisipasi dalam aktifitas yang diinginkan / diperlukan.
- Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktifitas yang dapat diukur.
Intervensi keperawatan dan rasional
1.Kaji toleransi pasien terhadap aktifitas dengan menggunakan parameter : frekwensi nadi 20
per menit diatas frekwensi istirahat, catat peningkatan TD, dipsnea, atau nyeri dada, kelelahan
berat dan kelemahan, berkeringat, pusig atau pingsan.
Rasionalnya : parameter menunjukan respon fisiologis pasien terhadap stress, aktivitas dan
indicator derajat pengaruh kelebihan kerja / jantung.
2.Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh : penurunan kelemahan / kelelahan, TD
stabil, frekwensi nadi, peningkatan perhatian pada aktivitas dan perawatan diri.
Rasionalnya : stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk memajukan tingkat aktivitas
individual.
3.Dorong memajukan aktivitas / toleransi perawatan diri.
Rasionalnya : konsumsi oksigen miokardia selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan
jumlah oksigen yang ada. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba pada
kerja jantung.
4.Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi, menyikat gigi /
rambut dengan duduk dan sebagainya.
Rasionalnya : teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi dan sehingga
membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
5.Dorong pasien untuk partisifasi dalam memilih periode aktivitas.
Rasionalnya: seperti jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas dan mencegah
kelemahan.
c.Gangguan rasa nyaman nyeri: sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
cerebral.
Tujuan: Tekanan vaskuler cerebral tidak meningkat.
Hasil yang diharapkan:
- Melaporkan nyeri / ketidak nyamanan tulang / terkontrol.
- Mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan.
- Mengikuti regiment farmakologi yang diresepkan.
Intervensi keperawatan dan rasional
1.Pertahankan tirah baring selama fase akut.
Rasionalnya : meminimalkan stimulasi / meningkatkan relaksasi.
2.Beri tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, misalnya : kompres dingin
pada dahi, pijat punggung dan leher serta teknik relaksasi.
Rasionalnya : tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral dengan menghambat /
memblok respon simpatik, efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya.
3.Hilangkan / minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala :
mengejan saat BAB, batuk panjang,dan membungkuk.
Rasionalnya : aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala pada
adanya peningkatkan tekanan vakuler serebral.
4.Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.
Rasionalnya : meminimalkan penggunaan oksigen dan aktivitas yang berlebihan yang
memperberat kondisi klien.
5.Beri cairan, makanan lunak. Biarkan klien itirahat selama 1 jam setelah makan.
Rasionalnya : menurunkan kerja miocard sehubungan dengan kerja pencernaan.
6.Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik, anti ansietas, diazepam dll.
Rasionalnya : analgetik menurunkan nyeri dan menurunkan rangsangan saraf simpatis).
d.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi in adekuat,
keyakinan budaya, pola hidup monoton.
Tujuan : intake nutrisi adekuat.
Hasil yang diharapkan :
- Klien dapat mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dengan kegemukan.
- Menunjukan perubahan pola makan.
- Melakukan / memprogram olah raga yang tepat secara individu.
Intervensi keperawatan dan rasional
1.pemahaman klien tentang hubungan langsung antara hiertensi dengan kegemukan.
Rasionalnya : kegemukan adalah resiko tambahan pada darah tinggi, kerena disproporsi antara
kapasitas aorta dan peningkatan curah jantung berkaitan dengan masa tumbuh.
2.Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak, garam, dan
gula sesuai indikasi.
Rasionalnya : kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya aterosklerosis dan kegemukan
yang merupakan predisposisi untuk hipertensi dan komplikasinya, misalnya, stroke, penyakit
ginjal, gagal jantung, kelebihan masukan garam memperbanyak volume cairan intra vaskuler
dan dapat merusak ginjal yang lebih memperburuk hipertensi.
3.Tetapkan keinginan klien menurunkan berat badan.
Rasionalnya : motivasi untuk penurunan berat badan adalah internal. Individu harus
berkeinginan untuk menurunkan berat badan, bila tidak maka program sama sekali tidak
berhasil.
4.Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet.
Rasionalnya : mengidentivikasi kekuatan / kelemahan dalam program diit terakhir. Membantu
dalam menentukan kebutuhan inividu untuk menyesuaikan / penyuluhan.
5.Tetapkan rencana penurunan BB yang realistic dengan klien, Misalnya : penurunan berat
badan 0,5 kg per minggu.
Rasionalnya : penurunan masukan kalori seseorang sebanyak 500 kalori per hari secara teori
dapat menurunkan berat badan 0,5 kg / minggu. Penurunan berat badan yang lambat
mengindikasikan kehilangan lemak melalui kerja otot dan umumnya dengan cara mengubah
kebiasaan makan.
6.Dorong klien untuk mempertahankan masukan makanan harian termasuk kapan dan dimana
makan dilakukan dan lingkungan dan perasaan sekitar saat makanan dimakan.
Rasionalnya : memberikan data dasar tentang keadekuatan nutrisi yang dimakan dan kondisi
emosi saat makan, membantu untuk memfokuskan perhatian pada factor mana pasien telah /
dapat mengontrol perubahan. Intruksikan dan bantu memilih makanan yang tepat, hindari
makanan dengan kejenuhan lemak tinggi ( mentega, keju, telur, es krim, daging dll ) dan
kolesterol ( daging berlemak, kuning telur, produk kalengan, jeroan ).
Rasionalnya : menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan kolesterol penting dalam mencegah
perkembangan aterogenesis.
7.Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi. (Memberikan konseling dan bantuan dengan
memenuhi kebutuhan diet individual).
e.Kelebihan volume cairan berhubungan dengan meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium
ditandai dengan adanya edema.
Tujuan : Klien menunjukan volume cairan yang stabil.
Kriteria hasil :
- tidak ada edema
- keseimbangan masukan dan keluaran cairan.
Intervensi keperawatan dan rasional
1.Pantau atau hitung haluaran pemasukan dan pengeluaran selama 24 jam.
Rasional : terapi diuretik dapat disebabkan oleh kehilangan tiba – tiba atau berlebihan
( hipovolemik ) meskipun edema atau varises masih ada.
2.Pertahankan duduk atau tirah baring dengan posisi semi fowler selama fase akut.
Rasional : posisi terlentang meningkat filtrasi ginjal dan menurun produksi ADH sehingga
meningkatkan diuresis.
3.Auskultasi bunyi nafas, catat penurunan dan atau bunyi tambahan seperti krekel dan mengi.
Rasional : kelebihan volume cairan sering menimbulkan kongesti paru. Gejala edema paru
dapat menunjukan gagal jantung kiri akut.
4.Kolaborasi ; beri obat sesuai indikasi misalnya diuretik contohnya furosemide ( fasix ). Tiazid
dengan agen perlawanan kalium contohnya aldakton.
Rasional : diuretik dapat meningkatkan laju urine dan dapat menghambat reabsorbsi natrium.
Tiazid dapat meningkatkan diuresis tanpa kehilangan kalium berlebihan.
f.Resiko cidera berhubungan dengan adanya spasme arteriola retina ditandai dengan penurunan
penglihatan.
Tujuan : Resiko cidera dapat dihindari.
Kriteria hasil :
- Menyatakan pemahaman faktor yang terlibat dalam kemungkinan cidera.
Intervensi keperawatan dan rasional
1.Pantau aktifitas sehari – hari klien.
Rasional : mengurangi resiko cidera pada pasien.
2.Batasi aktifitas klien.
Rasional : menurunkan stress pada klien.
3.Berikan bantuan klien dalam aktifitas.
Rasional : mengurangi resiko cidera pada klien.
4.Berikan obat sesuai indikasi.
Rasional : mempercepat proses penyembuhan jika klien mengalami cidera.
D.Implementasi Keperawatan
Untuk implementasi, disesuaikan dengan rencana tindakan yang telah ditetapkan sesuai diagnosis.
E.Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan untuk mengetahui apakah masalah keperawatan teratasi, teratasi
sebagian atau tidak teratasi dengan mengacu pada kriteria evaluasi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
A. PENGKAJIAN
I. Data Umum
1. Nama KK : Tn. S
2. Umur : 55
3. Agama : Islam
4. Suku : Sangihe
5. Pendidikan :SMA
6. Pekerjaan : Nelayan
7. Alamat : Kampung Nanedakele
8. Komposisi Keluarga :
9. Tipe Keluarga :
Tipe keluarga klien adalah keluarga inti (nuclear family)
R. tengah R. Tamu
Kamar tidur
Kamar tidur
Kamar tidur
4. Struktur Peran
- Tn S berperan sebagai kepala keluarga, ayah serta sebagai suami, dan pemberi
nafkah di dalam keluarga.
- Ny. S berperan sebagai istri dari Tn. N. Ny. S mengurus ibu dan anak anaknya
juga bekerja sebagai swasta dengan berjualan di warung.
- Ny. M berperan sebagai nenek. Ny. M juga membantu dalam hal menjaga
cucunya An. M dan An.B
- An. M dan An. B berperan sebagai anak dan pelajar disekolahnya.
V. Fungsi Keluarga:
1. Fungsi Afektif
2. Fungsi Sosialisasi
3. Fungsi Perawatan Kesehatan :
a. Kemampuan Keluarga Mengenal Masalah
..
1) Sejauh mana keluarga mengetahui fakta-fakta dari masalah kesehatan
(Meliputi : Pengertian, tanda dan gejala, factor penyebab dan yang
mempengaruhinya).
Keluarga mendefinisikan kesehatan dan sakit bagi anggota keluarga dengan
kondisi yang mengganggu aktivitas dalam keluarga. Keluarga juga
mengetahui pengertian dan tanda gejala dari Hipertensi dan penyebabnya
adalah meningkatnya tekanan darah tinggi
..........
2) Persepsi keluarga terhadap masalah
Keluarga mengatakan jika salah seorang anggota keluarga sakit akan dibawa
ke puskesmas
............
4. Fungsi Reproduksi
a. Berapa jumlah anak : 2 anak
b. Apa rencana keluarga berkaitan dengan jumlah anggota keluarga? Keluarga
mengatakan 2 anak sudah cukup.
c. Metode yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah anggota
keluarga
KB…
...
5. Fungsi Ekonomi
a. Sejauhmana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan :
Kebutuhan keluarga sudah terpenuhi karna pendapatan yang di berikan suaminya
untuk memenuhi kebutuhan hidup
b. Sejauhmana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat dalam
upaya meningkatkan status kesehatan keluarga
Keluarga memanfaatkan air bersih dari Sumur
Tn.S TD :
R :
N :
SB :
Ny.S TD :120/70mmhg
R :20x/menit
N :80x/menit
SB :34,7°C
Ny.M TD :180/90mmhg
R :20x/menit
N :80x/menit
SB :35,8°C
An.M TD :100/80mmhg
R :20x/menit
N :65x/menit
SB :36°C
An.B TD :100/70mmhg
R :20x/menit
N :60x/menit
SB :35,3°C
TTV:
TD:180/90 mmhg
N:80x/menit
R:20x/menit
SB:
2. Rumusan Diagnosa :
2.1
Nyeri akut berhubungan dengan Meningkatnya tekanan darah tinggi
3. Prioritas Masalah.
S B
k o
*Memotivasi
pengembangan
sikap dan emosi
Memutuskan yang
untuk Kognit mendukung
*Keluarga
mengatasi if(sika upaya kesehatan
menyatakan
kondisi p) keputusannya *Menggunakan
hipertensi dalam mengatasi sarana dan
masalah
fasilitas yang
hipertensi pada
Ny.M ada dalam
keluarga
*Menciptakan
perubahan
lingkungan
rumah secara
optimal
*Menginformasi
kan fasilitas
kesehatan yang
*Mampu ada di
menciptakan Psikom lingkungan
Keluarga
lingkungan otor(tin memperlihatkan keluarga
durasi ruang
yang lebih dakan) *Menganjurkan
makan
kondusif menggunakan
agar supaya fasilitas
dapat kesehatan yang
mengatur ada
pola makan *Mengajarkan
yang baik cara perawatan
yang bisa di
lakukan
keluarga
3.Mengajarkan
menggunakan fasilitas
09.12 kesehatan yang ada
Hasil: keluarga
mengikuti ajaran yang
telah di berikan
4.Mengajarkan cara
perawatan yang bisa
dilakukan keluarga
09.15 Hasil: -mencuci tangan
sebelum dan sesudah
makan
-mengatur pola makan
yang sehat
1.Kembali
menggunakan sarana
dan fasilitas yang ada
Jumat,29 mei 10.20 dalam keluarga Jumat,29 mei 2020
2020 Hasil: Keluarga (10:40)
menggunakan fasilitas S: keluarga sudah mengerti
yang tersedia dalam dan dapat menjelaskan
keluarga dengan baik akibat dari hipertensi
2.Mengajarkan O: klien tampak
menggunakan fasilitas koperatif,tampak mengerti
kesehatan keluarga yang dan sudah mampu mengerti
ada tentang pola hidup yang
10.25 Hasil: Keluarga sehat
mengikuti ajaran yang A: Masalah teratasi
telah di berikan oleh P: Intervensi di hentikan
fasilitas kesehatan
dengan mengontrol ke
puskesmas terdekat
3.Kembali mengajarkan
cara perawatan yang
bisa dilakukan keluarga
Hasil: -Keluarga dengan
taat dan lebih sering
10.30 mencuci tangan sebelum
dan sesudah makan
-Mengatur pola makan
yang sehat
BUKTI KUNJUNGAN MAHASISWA PADA KELUARGA BINAAN
Tahuna.......31.........mei.............., 2020
Tanda Tangan Kepala Keluarga
.........................Tn S...................................
BAB IV
PENUTUP
A.Kesimpulan
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah yang abnormal dengan diastol > 90
mmHg dan sistol > 140 mmHg yang dipengaruhi oleh banyak faktor risiko.
Hipertensi dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu hipertensi primer (essensial) dan hipertensi sekunder.
Hipertensi primer merupakan penyebab kematian terbesar dengan presentase 90% dibandingkan dengan
hipertensi sekunder dengan presentase 10% karena penyebab dari langsung (etiologi) dari hipertensi primer tidak
diketahui dan penderita yang mengalami hipertensi primer tidak mengalami gejala (asimtomatik). Terapi
hipertensi dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu terapi medis dan non-medis. Kontrol pada penderita
hipertensi sangat diperlukan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
B.Saran
Untuk menurunkan resiko hipertensi, pasien yang menderita hipertensi hendaknya melakukan terapi medis
maupun non-medis secara kontinyu, melakukan pola gaya hidup sehat seperti olahraga teratur, diet teratur sesuai
dengan kebutuhan dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, AC. & Hall, JE. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC
DOKUMETASI KEGIATAN
Tn.S Ny.S An.B
An.M Ny.M
.
PENILAIAN
Kognitif
(Laporan Psikomotor (Responsi) KEHADIRAN
No
Askep) (CT) 50% (10%)
Pembimbing Bukti daftar
Institusi(CT) hadir/dokumentasi
40%
DAFTAR NAMA MAHASISWA BESERTA PEMBAGIAN DPL . MK. KEPERAWATAN KELUAGA
KELOMPOK I DPL : Ns. MELANTHON Jn UMBOH, S.KEP,M. KES
NO NIM NAMA
1 1801001 ARSELIA V. MANDAK
2 1801002 DWI A. KARURO
3 1801003 VEROLITA SALENSEHE
4 1801004 FEBYANTY R. LALELAH
5 1801005 SYAFIRA MAKANGIRAS
6 1801006 IVANNA N. TAKALIHIANG
7 1801007 CASSEY J. KARIMELA
8 1801008 EKA CH. PAMIKIRANG
9 1801009 AUCIA F. GUMABO
10 1801010 FERNIA S. KOBIS
11 1801011 VIOLINITA M. HAPA
12 1801012 NURU L.A. MAHINO
13 1801013 SULSIA ADONDANG
14 1801014 FITRIANTI I. SOLEMAN
15 1801015 YOREISKE SENDIANG
16 1801016 VERAWATI C. LOLAROH
17 1801017 CHRISTOFER S. MAKAWIMBANG
18 1801018 TRISNA P. TAMASOLENG
19 1801020 JUNED F. MALAGE
20 1801021 DINDA P.L.ALELO
21 1801022 OKTAVILIA SANGGEL
22 1801023 LERTJE TAHULENDING
23 1801026 PATRISIA S. PESIK