Anda di halaman 1dari 9

Makalah Nifas

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setelah persalinan wanita akan mengalami masa puerperium, untuk dapat mengembalikan alat
genitalia interna kedalam keadaan normal, dengan tenggang waktu sekitar 42 hari atau enam
minggu atau satu bulan tujuh hari.(Ilmui kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana, Manuaba, hal 195).
Masa nifas atau puerperium dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira selama 6
minggu. Pada masa ini terjadi perubahan-perubahan fisiologis,yaitu:
1. Perubahan fisik
2. Involusi uterus dan pengeluaran lochia
3. Laktasi/pengeluaran ASI
4. Perubahan psiikis
(http://therizkikeperawatan.blogspot.com/2009/03/askeb.html)
Dalam masa nifas, alat-alat genitalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih
kembali seperti keadaan seblum hamil. Perubahan-perubahan alat-alat genital ini dalam
keseluruhannya disebit involusi.(Ilmu Kebidanan, Sarwono, hal.237).
Perawatan postpartum dimulai sejak kala uri dengan menghindarkan adanya kemungkinan-
kemungkinan perdarahan post partum, dan infeksi.(ilmu kebidanan, Sarwono, hal.238).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberi asuhan kebidanan pada ibu post partum dengan tepat dan benar sehingga tidak terjadi
komplikasi, yang dapat mengakibatkan kematian pada ibu.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menguraikan dan melakukan konsep dasar serta manajemen kebidanan pada ibu post
partum.
b. Mampu mengidentifikasi dan mengantisipasi masalah dan melakukan analisa data, membuat
rencana management, mengimplementasi rencana dan mengevaluasi tindakan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Masa Nifas
Nifas adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat kandung kembali
seperti semula sebelum hamil, yang berlangsung selama 6-40 hari. Lamanya masa nifas ini yaitu ±
6 – 8 minggu (Mochtar, 1998).
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu. (Abdul Bari,2000:122).
Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang meliputi
minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang
normal. (F.Gary cunningham,Mac Donald,1995:281)

B. Klasifikasi Masa Nifas


Nifas dapat dibagi kedalam 3 periode :
1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan –
jalan.
2. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat – alat genetalia yang lamanya 6 –
8 minggu.
3. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih kembali dan sehat sempurnah
baik selama hamil atau sempurna berminggu – minggu, berbulan – bulan atau tahunan.

C. Tujuan Asuhan Nifas


Asuhan nifas bertujuan untuk :
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologiknya.
2. Melaksanakan skrining yang komprehensip, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk
bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga
berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi yang sehat.
4. Memberikan pelayanan KB.
5. Mempercepat involusi alat kandung.
6. Melancarkan pengeluaran lochea, mengurangi infeksi puerperium.
7. Melancarkan fungsi alat gastro intestinal atau perkamihan
8. Meningkatkan kelancaran peredarahan darah sehingga mempercepat fungsi ASI dan
pengeluaran sisa metabolisme.

D. Perubahan–Perubahan Yang Terjadi Pada Masa Nifas


1. Perubahan Fisiologi Masa Nifas Pada Sistem Reproduksi
Pada masa nifas ini akan terjadi perubahan fisiologi, yaitu :
a. Alat genitalia
Alat-alat genitalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan
sebelum hamil atau sering disebut involusi,selain itu juga perubahan-perubahan penting lain,yakni
hemokonsentrasi dan timbulnya laktasi karena laktogenik hormone dari kelenjar hipofisis terhadap
kelenjar mammae.
b. Fundus Uteri
Setelah plasenta lahir, TFU setinggi pusat, beratnya mencapai 1000 gr, diameter 12,5 cm.Setelah 1
minggu, TFU ½ pstsymphisis, beratnya 500 gr, diameter 7,5 cm.
Setelah 14 hari TFU tidak teraba, beratnya 350 gr, 5 cm
6 minggu post partum, TFU Normal, beratnya 60 gr, diameter 2,5 cm.
c. Serviks
Segera setelah post partum bentuk servik agak menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan
oleh korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan servik uteri tidak berkontraksi,
sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan serviks uteri terbentuk semacam cincin.
d. Ligamen
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang selama kehamilan dan partus,
setelah jalan lahir, berangsur-angsur ciut kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum
rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan uterus jatuh ke belakang. Tidak jarang pula wanita
mengeluh “kandungannya turun” setelah melahirkan karena ligamenta, fasia, jaringan alat
penunjang genetalia menjadi menjadi agak kendor. Untuk memulihkan kembali jaringan-jaringan
penunjang alat genitalia tersebut, juga otot-otot dinding perut dan dasar panggul dianjurkan untuk
melakukan latihan-latihan tertentu. Pada 2 hari post partum sudah dapat diberikan fisioterapi.
Keuntungan lain adalah dicegahnya pula statis darah yang dapat mengakibatkan thrombosis masa
nifas.

2. Perubahan Psikologis Dalam Masa Nifas


Periode masa nifas merupakan suatu waktu yang sangat rentan untuk terjadinya stress, terutama
pada ibu primipara sehingga dapat membuat perubahan psikologis yang berat. Periode adaptasi
psikologi masa nifas, dideskripsikan oleh Reva Rubin ada 3, yaitu:
a. Taking in Period
1) Terjadi pada hari 1-2 setelah persalinan, ibu umumnya menjadi pasif dan sangat tergantung
dan fokus perhatian terhadap tubuhnya.
2) Ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan yang dialami
3) Tidur yang tidak terganggu sangat penting buat ibu untuk mencegah efek kurang baik yaitu
kurang tidur, kelemahan fisik, gelisah, gangguan proses pemulihan kesehatan.
4) Tambahan makanan kaya gizi sangat penting dibutuhkan sebab nafsu makan biasanya akan
meningkat. Kurang nafsu makan memberi indikasi bahwa proses pemulihan kesehatan tidak
berlangsumg normal.
b. Taking Hold Period
1) Periode ini berlangsung pada 3-4 hari setelah persalinan, ibu menjadi berkonsentrasi pada
kemampuannya menjadi ibu yang sukses, dan menerima tanggung jawab sepenuhnya terhadap
perawatan bayinya
2) Fokus perhatiannya pada kontrol fungsi tubuh misalnya proses defekasi dan miks, kekuatan,
dan daya tahan tubuh ibu
3) Ibu mulai merasa sanggup dan terampil merawat bayinya seperti menggendong,
memandikan, menyusui bayinya dan mengganti popok
4) Ibu menjadi sangat sensitif pada masa ini sehingga mungkin membutuhkan bimbingan dan
dorongan perawat untuk mengatasi kritikan yang dialami ibu
5) Bidan sebaiknya memberikan penyuluhan dan support emosional pada ibu
e. Letting go Period
1) Periode ini umumnya dialami oleh ibu setelah ibu tiba dirumah dan secara penuh merupakan
waktu pengaturan
2) Kumpul bersama keluarga
3) Ibu telah menerima tanggung jawab sebagai ibu dan ibu merasa menyadari kebutuhan
bayinya sangat tergantung kesiapannya sendiri sebagai ibu, ketergantungannya kepada orang lain,
serta dipengaruhi oleh interaksi sosial budaya keluarga.

E. Tujuan Kunjungan Masa Nifas


Kunjungan masa nifas terdiri dari :
1. Kunjungan I
6- 8 jam setelah persalinan :
Tujuannya :
1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, merujuk bila perdarahan berlanjut
3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah
perdarahan masa nifas karena atonia uteri
4) Pemberian ASI awal.
5) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi.
6) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi
2. Kunjungan II
6 hari setelah persalinan :
Tujuannya: :
1) Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi, fundus dibawah
umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
2) Menilai adanya tanda–tanda demam infeksi atau perdarahan abnormal.
3) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, minuman dan istirahat
4) Memastikan ibu menyusui dengan dan memperhatikan tanda – tanda penyakit.
5) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi
tetap hangat dan merawat bayi sehari– hari.
3. Kunjungan III
2 minggu setelah persalinan
Tujuannya :
Sama dengan di atas ( 6 hari setelah persalinan )
4. Kunjungan IV
6 minggu setelah persalinan
Tujuannya
1) Menanyakan ibu tentang penyakit – penyakit yang dialami
2) Memberikan konseling untuk KB secara dini (Mochtar, 1998)
Tujuan kunjungan masa nifas antara lain yaitu :
a. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi
b. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan kesehatan
ibu nifas dan bayinya
c. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas
d. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan ibu nifas
maupun bayinya

F. Perawatan Masa Puerperium


Perawatan pueperium lebih aktif dengan dianjurkan untuk melakukan “ mobilisasi dini
”( early mobilization). Perawatan mobilisasi mempunya keuntungan :
a. Melancarkan pengeluaran lokia, mengurangi infeksi pueperium
b. Memperlancar involusi alat kandungan
c. Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan
d. Menigkatkan kelancaran peredaran darah, sehingga mempercepat fungsi ASI dan
pengeluaran sisa metabolisme.

G. Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas


Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan post partum. Adapun peran
dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas antara lain:
1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan
kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas
2. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.
3. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman.
4. Membuat kebijakan perencanaan program kesehatan yang berkaitan dengan ibu dan anak
dan mampu melakukan kegiatan administrasi
5. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan
6. Memberikan informasi dan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah
perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan
kebersihan yang aman
7. Melakukan manajemen asuhan kebidanan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan
diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan,
mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama priode nifas.
8. Memberikan asuhan kebidanan secara professional
BAB III
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Penyuluhan Kesehatan Tentang Pasien Ibu Nifas

Pengaruh Status Gizi Ibu Pada Menyusui


Hubungan antara data antropometri sang busui – misalnya Body Mass Index (BMI)- dengan
volume atau energi yang dihasilkan dari ASI juga tidak dapat dibuktikan keterkaitannya hingga
saat ini. Studi studi ilmiah bahkan membuktikan bahwa dengan status gizi ibu yang marjinal,
kuantitas ASI yang dihasilkan dapat mencukupi kebutuhan sang bayi.
Data antropometri sendiri, misalnya BMI,biasanya akan berpengaruh terhadap berat badan bayi
yang akan dilahirkan, namun tak ada kaitannya dengan produksi ASI. Karenanya busui yang
kurus, normal ataupun “overweight” sebenarnya tidak perlu mengkhawatirkan volume produksi
ASI yang dihasilkan. Dengan bekal keyakinan produksi ASI akan mencukupi kebutuhan si kecil
dan seringnya intensitas si kecil menyusu pada ibu, maka akan dijamin produksi ASI akan sesuai
dengan kebutuhan sang buah hati.

Pemberian ASI turunkan BB?


Seorang busui yang melakukan upaya pemberian ASI di enam bulan pertama kehidupan si kecil
umumnya akan mengalami penurunan BB sebesar 0,6-0.8 kg/kg BB/bulan. Menyusui eksklusif
dengan manajemen laktasi yang tepat bahkan akan menyebabkan penurunan BB yang optimal.
Pemberian ASI setelah bayi berusia enam bulan juga akan mengakibatkan turunnya BB sang ibu,
walau dengan percepatan yang lebih rendah dibandingkan enam bulan pertama menyusui.
Keberhasilan penurunan berat badan ini ternyata juga dipengaruhi oleh beberapa faktor terkait.
Modus menyusui yang benar, pengaturan asupan kalori perhari sesuai dengan anjuran bagi busui,
aktivitas tubuh yang memadai dan penambahan BB saat hamil yang ideal (sesuai dengan BMI
yang dimiliki) adalah beberapa faktor yang berpengaruh terhadap “sukses” turun BB selama
masa laktasi.
Busui Yang Overweight dan Obesitas
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Strode et al (1986), di kondisi ekstrim asupan kalori yang
kurang dari 1500-1700 kcal per hari dapat mengurangi 15% volume ASI yang diproduksi.
Simpulan dari studi Mackey et al (1998) juga merekomendasikan agar busui jangan sampai
melakukan diet (apalagi yang bertujuan untuk mereduksi BB) “tanpa” melalui konsultasi
profesional dengan ahlinya karena hal tersebut akan memperbesar bahaya terjadinya under supply
beberapa mikronutrisi yang ada di ASI. Karenanya jelas, tindakan diet (terlebih diet radikal)
adalah tindakan tabu yang dilakukan selama masa pemberian ASI
Studi yang meneliti perubahan komposisi ASI pada busui yang overweight sayangnya belum
banyak dilakukan. Hanya terdapat sedikit informasi yang menyatakan bahwa ASI dari busui yang
kelebihan BB memiliki kadar lemak yang tinggi (Prentice 1994).
Produksi ASI Pada Ibu Malnutrisi
Asupan energi busui yang kurang dari 1500 kcal per hari ternyata dapat menurunkan produksi ASI
sebesar 15%. Kandungan total lemak pun akan menurun disertai dengan perubahan pola asam
lemak yang ada. Komponen imun dalam ASI (juga kolostrum) kuantitasnya akan rendah seiring
dengan semakin buruknya status nutrisi busui.
Adanya hubungan antara malnutrisi pada busui dengan komposisi ASI juga ditemukan pada
konsentrasi mikronutrisi yodium dan selenium. Namun keterkaitan tersebut tidak dijumpai pada
besi, zinc. kalsium dan magnesium. Artinya, di kondisi tersebut asupan harian busui tidak banyak
mempengaruhi konsentrasi harian mineral mineral yang telah dikemukakan.
Seorang busui dengan masalah gizi non kronis, yang kerap kali hamil serta menyusukan anak
anaknya beberapa tahun lamanya, ternyata tetap dapat menghasilkan ASI dengan kualitas dan
kuantitas yang mencukupi. Temuan studi itu memang relatif”menenangkan”.
Namun demikian, kondisi di atas bila dibiarkan berkepanjangan sedikit banyak akan
mempengaruhi keadaan gizi sang ibu sendiri. Karenanya pemberian suplementasi amat
diperlukan, khususnya demi kepentingan kesehatan dan status gizi sang ibu di masa depan.
Pemberian supplementasi makanan idealnya dimulai sebelum sang ibu menjalani kehamilan.
Upaya tersebut juga perlu diteruskan saat mengandung bahkan setelah persalinan. Si kecil sendiri
akan mendapatkan manfaat langsung dari pemberian suplementasi pada bumil dan busui walau
perbaikan status gizi sang ibu belum memberikan hasil yang relevan.
ASI dan PUTING SUSU
Untuk mendapatkan ASI yang banyak, sebaiknya ibu sudah mengkonsumsi sayuran hijau, kacang
– kacangan dan minum sedikitnya 8 gelas sehari, sejak si bayi masih dalam kandungan. Karena
ini merupakan awal yang baik untuk mendapatkan ASI yang banyak, jangan lupa perawatan
dengan menggunakan Baby Oil dan massage di sekitar payudara selama hamil juga dapat
membantu puting yang mendelep.
Selama bayi masih dalam kandungan dan setelah melahirkan, Ibu juga sangat dianjurkan untuk
mengkonsumsi susu dan makanan bergizi lainnya agar produksi ASI semakin meningkat.
Berikut ini adalah beberapa cara lain untuk memperbanyak ASI;
1. Tentu saja makanan yang di konsumsi harus makanan yang bergizi,
2. Minum susu madu
3. Minumlah air putih minimal 8 gelas sehari
4. Sayur Hijau dapat membantu menghasilkan ASI (Misalnya; sayur daun katuk dan bayam,
sayur jantung pisang, sayur daun pepaya dll)
5. Kacang-kacangan juga bagus untuk memproduksi ASI (misalnya : kacang hijau atau kacang
goreng / rebus bisa dijadikan camilan untuk ibu menyusui)
6. Banyak makan buah-buahan yang mengandung aiR
7. Jangan stress, sedih, marah atau perasaan-perasaan negatif lainnya
8. Tambahkan vitamin bila diperlukan
Ada sebagian Ibu menyusui yang takut untuk memompa ASInya, karena ASI akan terbuang dan
berkurang, padahal teori yang betul adalah, semakin sering ASI dipompa akan semakin banyak
ASI berproduksi. Untuk memompa ASI, sebaiknya langsung memassage payudara dengan
menggunakan tangan kita dari pada memompa dengan menggunakan alat, karena dengan
menggunakan tangan ASI akan semakin terangsang untuk dapat berproduksi. Hasil yang di
dapatkan pun akan lebih banyak dengan menggunakan tangan dibandingkan dengan mengunakan
alat pompa.
Tentang puting mendelep, Ibu harus rajin memassage dengan menarik – narik puting kearah luar
menggunakan baby oil atau bisa juga dicoba dengan menggunakan ‘suntikan’, atau
‘sambungan puting’ yang banyak tersedia di toko-toko bayi. Kalau sianak mengigit, ibu harus
bersabar mungkin karena posisi menyusui yang salah, atau mungkin karena sianak kesulitan
mencari puting. Jangan dipaksa apabila sianak tidak mau ASI, karena pemaksaan dapat membuat
trauma. Biasanya karena terlalu lama menggunakan dot, sianak jadi malas kembali ke ASI, karena
dengan bantuan dot sianak tidak harus bersusah payah mencari puting, susu sudah dapat keluar
dengan sendirinya. Pada saat sianak tidak mau kembali ke ASI, biasanya ini disebut juga sebagai
‘bingung puting’. Untuk mengatasi ini diperlukan kesabaran, ketelatenan dan kasih sayang ibu
terhadap anak.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masa nifas atau puerpurium merupakan suatu yang normal dan setiap saat dapat berubah menjadi
abnormal. Dengan pencegahan yang semaksimal mungkin saat kehamilan,persalinan dan
nifas,keadaan yang abnormal dapat ditekan seminimal mungkin.Untuk itu sangat diperlukan sekali
penyebaran informasi dan kesadaran bagi ibu hamil dan keluarga untuk melakukan ANC
( antenatal care ) secara rutin,dan melakukan persalinan pada tenaga kesehatan, baik dokter
ataupun bidan.
Dengan adanya asuhan postnatal akan membantu kesiapan ibu utuk belajar dan menjalani masa
nifas secara fisiologis. Ibu meyakin bahwa bidan memperhatikannya sebagai individu.
Berdasarkan kebutuhan yang diutarakan pasien, keadaan wanita pada saat itu dan hal-hal yang
dibutuhkan. Tinjauan ulang tentang sistem-sistem tubuh perlu dilakukan setiap pertemuan. Setiap
tanda harus dikaji secara mendalam, identifikasi rasa tidak nyaman yang mencerminkan rasa tidak
nyaman pada masa nifas . Pengkajian akan kemungkinan adanya infeksi pada organ reproduksi,
terjadinya bendungan ASI dan lain-lain. Respon psikososial terhadap masa nifas dan pendekatan
menjadi orang tua.

B. Saran
Tenaga kesehatan terutama bidan diharapkan dapat mengetahui dan mengerti tentang asuhan pada
ibu nifas sehingga dapat memberikan pelayanan seoptimal mungkin pada setiap ibu post partum
agar keadaan ibu dan janin tetap baik.

DAFTAR PUSTAKA

Saifudin, Abdul Bari Dkk, 2000, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonata. Yayasan Bidan Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
Ambarwati, 2008.
Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
Mochtar, 1990. Obstetri Fisiologi (kin Obstetri Patologi, Jilid I, Edisi 2, EGC, Jakarta.
Mochtar, 1998. Sinopsis Obstetri, Obstetri Operatif, Obstetri Sosial, EGC, Jakarta.
Sarwono, 1999. Ilmu Kebidanan, Edisi 111, Cetakan 4, YBS — SP.
Lusa.web.id
http://www.medicalera.com/index.php?
option=com_kunena&Itemid=355&func=view&catid=92&id=723
http://bidanshop.blogspot.com/2010/01/perawatan-masa-nifas.html

Anda mungkin juga menyukai