Kejahatan Pasar Modal
Kejahatan Pasar Modal
Firza Annisa
Program Studi Manajemen Keuangan Politeknik Negeri Jakarta
1
2. Faktor-faktor Pendorong Kejahatan Pasar Modal
Ada beberapa faktor yang menjadi pendorong maraknya kegiatan pencucian uang di berbagai
Negara di antaranya adalah:
1. Globalisasi
2. Kemajuan teknologi yang sangat cepat terutama kemajuan di bidang teknologi informasi.
Dengan kemajuan tersebut, batas-batas Negara menjadi tidak berarti lagi, dunia menjadi satu
kesatuan tanpa batas.
3. Ketentuan rahasia bank yang sangat ketat dari Negara yang besangkutan.
4. Dimungkinkannya dana di suatu bank dilakukan dengan menggunakan nama samaran atau
tanpa nama (anonym), contohnya yang terjadi di Negara Austria.
5. Munculnya jenis uang baru yang disebut electronic money atau e-commerce melalui internet.
Money laundering yang dilakukan dengan menggunakan jaringan internet yang disebut
dengan cyberspace disebut cyberloundering.
6. Dimungkinkan praktek money laundering dilakukan dengan metode layering (pelapisan).
Dengan cara tersebut, pihak penyimpan dana (nasabah penyimpan atau deposan) di bank
bukanlah pemilik yang sesungguhnya dari dana itu. Deposan hanya bertindak sebagai kuasa
atau pelaksana amanah dari pihak lain yang menugasinya untuk mendepositokan uang itu di
bank.
7. Berlakunya ketentuan hukum berkenaan dengan kerahasian hubungan antara lawyer dan
Kliennya, dan antara akuntan dan kleinnya. Menurut hukum di kebanyakan Negara yang telah
maju, kerahasian hubungan
2
modal itu bisa mengakibatkan kerugian yang luas terhadap para pemilik dana, dan pastinya akan
menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pasar modal itu sendiri, yang pada
akhirnya akan berdampak pada perkembangan perekonomian secara makro.
The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) secara rutin setiap dua
tahun mengeluarkan Report to The Nation (RTTN) yang merupakan hasil
survei fraud secara global dengan menjadikan anggota ACFE yang
menangani fraud sebagai responden.
RTTN tersebut berisikan occupational fraud yang dapat didefinisikan sebagai
penggunaan fasilitas, kekayaan, jabatan, pengaruh, dan kewenangan dari semua
jajaran organisasi yang terkait dengan pekerjaannya di dalam suatu organisasi yang
memberikan keuntungan personal melalui salah penggunaan atau salah pemakaian
yang dilakukan secara sengaja atas sumber daya atau aset organisasi. Artinya, yang
3
dibahas pada occupational fraud hanyalah berkaitan dengan fraud yang secara umum
terjadi di suatu organisasi di mana organisasi menjadi kendaraan atau sarana oleh
pelaku untuk melakukan fraud (misal korupsi) dan/atau organisasi menjadi
korban fraud (misal penggelapan aset).
Sebagai upaya public awareness dan membantu unit kerja yang
berkepentingan pada anti-fraud, ACFE Indonesia Chapter pada bulan lalu
melakukan workshop mengenai fraud di pasar modal. Dibandingkan dengan fraud
workshop di industri perbankan, peminat fraud workshop di pasar modal masih
sedikit. Barangkali animo peminat fraud workshop di pasar modal yang rendah,
gugatan atas kerugian karena indikasi fraud di pasar modal serta penegakan hukum
kejahatan pasar modal di Indonesia yang belum dikenal dan menjadi perhatian publik
patut menjadi indikator fraud di pasar modal memerlukan perhatian pada
pendeteksiannya dan penegakan hukum yang memberikan efek jera.
Bagaimana dengan peran auditor intern pada fraud di pasar modal?
Institusi audit intern dan atau auditor intern yang terikat dengan standar yang
ditetapkan oleh the Insitute of Internal Auditors (IIA) harus mempertimbangkan
(menganalisis dan mengevaluasi) risiko-risiko yang mungkin terjadi yang dapat
membuat organisasi menjadi tidak patuh kepada peraturan perundang-undangan,
termasuk harus menganalisis dan mengevaluasi risiko fraud.
Mengingat, fraud di pasar modal termasuk corporate crime atau fraud by
organization maka sudah seharusnya auditor intern dapat membantu pencegahan dan
pendeteksiannya melalui pendekatan auditnya dan usulan perbaikan tata kelola
organisasi serta komunikasi yang tepat dengan pemangku tata kelola di organisasi
seperti komite audit dan dewan komisaris serta manajemen.
Dalam hal terdapat dilema pada saat menemukan fraud terkait pasar modal di
organisasinya maka auditor intern mencari solusi kepada pedoman wajib ( mandatory
guidance) yang telah diatur oleh IIA dan peraturan perundang-undangan.
4
c. Profesi Pasar Modal
5
DAFTAR PUSTAKA
[TICMI] The Indonesia Capital Market Institute. 2016. Modul Hukum dan Etika WPPE
Firman H, Marlina: Upaya Penegakan Hukum Atas Insider Trading Sebagai Kejahatan Asal (Predicate
Crime) dalam Tindak Pidana Pencucian Uang, dalam: Jurnal Mercatoria Vol. 5, No. 2, Tahun
2012, hal. 71
Prawitra T, Anwar R, dkk: Mekanisme Penanganan Kejahatan Insider Trading Pasar Modal di Indonesia,
dalam: Jurnal Yuridika Vol . 27, No. 2, Tahun 2012, hal. 179-180
Sjawie HF: Beberapa Catatan Terhadap Tindak Pidana Pasar Modal Sebagai Bagian dari Tindak
Pidana Ekonomi, dalam: Jurnal Era Hukum No. 2, Tahun 2016, hal. 348-349
Cahyo Prayogo. 2016. Mencegah “Wall Street Greedy” di Pasar Modal Indonesia [internet]. [diunduh
2020 Jun 22]. Tersedia pada: https://www.wartaekonomi.co.id/read112946/mencegah-wall-street-
greedy-di-pasar-modal-indonesia.html
6
7