Anda di halaman 1dari 6

ISBN 978- 979-8636-30-1

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES KALSINASI SILIKA AMORF DARI


PLTP DIENG

INFLUENCE OF TEMPERATURES VARIATION ON CALCINATION AMORPHOUS SILICA


FROM DIENG GEOTHERMAL POWER PLANT

Aditya Wibawa1, Eko Tri Sumardani1, Anggoro Tri Mursito1


1
Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI
Jl. Sangkuriang, Bandung
Email: aditalwi@yahoo.com

ABSTRAK
Produksi Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi Dieng selain menghasilkan listrik juga membawa mineral
bawaan berupa silika amorf. Mineral bawaan ini belum dapat dimanfaatkan secara tepat dan perlu adanya
peningkatan nilai guna mineral bawaan tersebut. Saat ini permintaan akan silikon terus meningkat seiring
dengan meningkatnya jumlah penduduk, perlu adanya rekayasa pembuatan untuk memenuhi kebutuhan
silikon. Pada penelitian ini dilakukan percobaan kalsinasi silika dengan variasi temperatur 300 0C, 8000C, 10000C
dan 12000C dengan waktu tahan selama 5 jam. Bahan dasar yang digunakan adalah limbah silika amorf dari
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) di Dieng. Silika amorf yang di dapat dari lapangan kemudian di
cuci sebanyak 2 kali, kemudian di lakukan tahapan kalsinasi. Setelah itu di karakterisasi dengan Atomic
Absorption Spectroscopy (AAS) dan X-Ray Difractometer (XRD). Terjadi perubahan fase tridymite dan
cristobalite pada temperatur 1000oC dan 1200oC, dan terjasi peningkatan kadar silicon dioxide (SiO2) menjadi
96,35%.
Kata Kunci : Kalsinasi, silika amorf, variasi temperatur

ABSTRACT
The production of geothermal electricity besides to produce electricity Dieng was also carries innate minerals
form of amorphous silica. This innate minerals have not been utilized properly and the need to increase the use
value of amorphous. Currently the demand for silicon will continue to increase in line with population growth,
the need for modified manufacture to comforts of silicon. In this study, conducted experiments with silica
calcination temperature variation 3000C, 8000C, 10000C and 12000C with holding time for 5 hours. The basic
material used is a waste of amorphous silica from Geothermal Power Plant (PLTP) in Dieng. Amorphous silica
washed 2 times, then do the calcination process. After that, characterization with Atomic Absorption
Spectroscopy (AAS) and X-Ray Difractometer (XRD). There are had a change tridymite and cristobalite phase at
a temperature of 1000oC and 1200oC, and increased levels of silicon dioxide (SiO2) to 96.35%
Keywords: calcination, amorphous silica, temperature

PENDAHULUAN
Pada sektor energi geotermal, Indonesia merupakan negara yang berpotensi besar untuk pembangkit tenaga
Ketahanan Mineral dan Energi

geotermal. Disamping itu, kegiatan lapangan panas bumi menghasilkan mineral bawaan yang belum
dimanfaatkan dan menyebabkan penumpukan pada stok pile. Mineral bawaan lapangan panasbumi Dieng
berupa silika amorf (SiO2) berwarna putih dan idak memiliki bentuk kristal [1]. Mineral silika amorf Indonesia
umumnya berwarna putih dan memiliki kecenderungan material berupa pasir silika. Pasir pantai adalah bahan
galian yang teridir atas kristal-kristal silika (SiO2) dan mengandung senyawa pengotor seperti CaO, Fe2O3, TiO2,
Al2O3, MgO, dan K2O. Dalam kegiatan industri, penggunaan pasir pantai sudah berkembang meluas, baik
langsung sebagai bahan baku utama maupun bahan campuran. Sebagai bahan baku utama, misalnya
digunakan dalam industri gelas kaca, semen, tegel, mosaik keramik, bahan baku fero silikon, silikon carbide

Pemaparan Hasil Penelitian Geoteknologi 2015 IV-51


“Meningkatkan Kualitas dan Diseminasi hasil Penelitian Melalui Pemberdayaan Kerjasama Ilmiah”
ISBN 978- 979-8636-30-1

bahan abrasit (ampelas dan sand blasting). Sedangkan sebagai bahan campuran, misal dalam industri cor,
industri perminyakan dan pertambangan, bata tahan api (refraktori), dan lain sebagainya [2].
Penelitian untuk meningkatkan nilai guna silika dengan kinerja tinggi telah banyak dilakukan. Sebuah bahan
material dapat direkayasa dengan teknologi nano untuk merubah kelompok atom atau molekul penyusunnya
dalam skala nanometer. Dengan teknologi nano, silika dapat dimanfaatkan lebih efisien dan efektif [3].
Pemanfaatan silika dan kalsium sebagai nanokomposit dapat dijadikan sebagai kandidat bahan bioaktif untuk
aplikasi perbaikan jaringan tulang [4]. Penelitian lain memanfaatkan silika sebagai campuran komposit
PANi/polyaniline untuk membentuk lapisan pencegah korosi [5]. Selain itu, masih banyak lagi pemanfaatan
silika untuk aplikasi di industri yang berkaitan dengan produksi pigmen, pharmaceutical, keramik, dan katalis
[6]. Penelitian mengenai bahan dan metode untuk mensintesis silika ke dalam ukuran mikro atau nano telah
dilakukan oleh beberapa peneliti. (Mori, 2003) berhasil mensintesis silika dari sampah gelas dengan metode
alkalifusion [7]. Abu sekam padi telah disintesis menjadi nanosilika dengan metode kopresipitasi oleh
(Nittaya,2008) sehingga dihasilkan silika dengan tingkat kemurnian 98% [8].
Salah satu pendekatan yang digunakan untuk transformasi fasa adalah kalsinasi yaitu pemanasan serbuk pada
temperatur tinggi tetapi masih berada di bawa titik leleh [9]. Proses kalsinasi didefinisikan sebagai pengerjaan
mineral pada temperatur tinggi tetapi masih di bawah titik leleh tanpa disertai penambahan reagen dengan
maksud untuk mengubah bentuk senyawa dalam konsentrat. Dengan bahan abu sekam padi, Shinohara [10]
berhasil membuktikan bahwa fasa tridymite dan cristobalite dapat terbentuk dengan metode kalsinasi pada
variasi temperatur di atas 1000°C dengan waktu penahan enam jam dan pada variasi temperatur di atas 800°C
dengan waktu penahan 24 jam. (Hartiningsih, 2013) juga melakukan penelitian serupa dengan bahan pasir
Bancar. Dengan kalsinasi pada temperatur 1200°C fasa cristobalite rendah muncul dengan waktu penahan
empat jam [5]. Pada tulisan ini difokuskan pada transformasi fasa hasil dari kalsinasi dengan variasi temperatur
pada silika amorf dengan bahan mineral bawaan Lapangan panas Bumi Geotermal Dieng, sehingga mineral
bawaan berupa silika amorf diharapkan lebih bernilai tambah.

METODE
Metode sintesis silika amorf dalam penelitian ini adalah kalsinasi pada silika amorf pada sampel yang belum
diproses kalsinasi. Kalsinasi pada struktur silika akan diuji dengan XRD Shimadzu 7000 dan AAS Shimadzu.
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kemurnian silika sebelum dan sesudah diproses serta untuk
mengetahui fase yang terbentuk. Proses preparasi silika amorf bertujuan untuk mengetahui bagaimana
kandungan silika sebelum disintesis serta untuk menghilangkan bahan pengotor kasat mata yang terdapat
dalam pasir.
Tahap pertama adalah pasir silika dicuci dengan aquades sebanyak enam kali kemudian pasir dikeringkan
menggunakan oven dengan temperatur 150°C selama 8 jam untuk menghilangkan kandungan air. Variasi
temperatur yang digunakan untuk proses kalsinasi adalah 300o C, 400o C, 800o C, 1000o C, dan 1200o C. Untuk
perlakuan kalsinasi, sekitar 6 gram mikrosilika dimasukan dalam cawan kemudian dikalsinasi dengan
menggunakan muffle furnace dengan waktu penahanan 5 jam.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Kalsinasi silika amorf bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh kalsinasi yang dilakukan pada saat
sebelum dan sesudah silika amorf terbentuk. Silika amorf yang dihasilkan dikalsinasi dengan variasi temperatur
300o C, 400o C 800o C, 1000o C, dan 1200o C dengan waktu penahanan selama 5 jam. Selanjutnya silika amorf
Ketahanan Mineral dan Energi

yang dikalsinasi tersebut diuji dengan XRD. Pada saat sebelum dan sesudah proses pemurnian, silika amorf
diuji XRD untuk mengetahui pengaruh dari proses tersebut terhadap kekristalan pasir. Dari uji XRD tersebut
dapat diketahui bahwa silika amorf Dieng mengandung silika dengan fase quartz dan bahan pengotor lainnya.
Berdasarkan International Center for Diffraction Data (ICDD) 2015, tingkat intensitas menunjukkan tingkat
kekristalannya, sehingga semakin tinggi intensitas maka tingkat kekristalannya semakin tinggi. Setelah
terbentuk silika amorf, dilakukan kalsinasi dengan variasi temperatur adalah 300o C, 400o C, 800o C, 1000o C,
dan 1200o C. Setelah dikalsinasi, sampel tersebut diuji dengan menggunakan XRD seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 1.

IV-52 Pemaparan Hasil Penelitian Geoteknologi 2015


“Meningkatkan Kualitas dan Diseminasi Hasil Penelitian Melalui Pemberdayaan Kerjasama Ilmiah”
ISBN 978- 979-8636-30-1

C Tanpa Kalsinasi
Kalsinasi 300
C Q: Quarz
C: Cristobalite
Kalsinasi 400
T: Tridymite Kalsinasi 800
Kalsinasi 1000
Kalsinasi 1200
Intensitas(a.u)

C
T C C C C CC C C C
T T
C
C C C
T
C C CC T C C
T

0 20 40 60 80 100
2 theta

Gambar 1. Hasil uji XRD pada kalsinasi silika amorf

a.Quarz b.Cristobalite c.Tridymite

Gambar 2. Struktur kristal mineral silika


Ketahanan Mineral dan Energi

Dari gambar tersebut, terlihat bahwa silika amorf yang dikalsinasi dengan temperatur 300o C, 400o C, dan silika
amorf tanpa kalsinasi memiliki fase amorf. Sedangkan silika amorf yang dikalsinasi dengan temperatur 1000o C
dan 1200o C menjadi mikrokristal yang ditunjukkan dengan puncak intensitas yang tajam dan lebar puncak
yang sempit. Silika amorf yang dikalsinasi pada temperatur 800°C memiliki fasa amorf dengan struktur yang
lebih curam dibandingkan silika amorf yang tidak dikalsinasi. Analisa fasa pada silika amorf dengan kalsinasi
1000o C dan 1200o C menggunakan kakas bantu Match! XRD Shimadzu dengan basis data pdf ICDD 2015. Dari
analisa tersebut dapat diketahui bahwa silika amorf yang dikalsinasi dengan temperatur 1000o C, 1200o C
memiliki fasa tridymite (T) dan cristobalite (C). Pada silika amorf yang dikalsinasi dengan temperatur 1200 o C,

Pemaparan Hasil Penelitian Geoteknologi 2015 IV-53


“Meningkatkan Kualitas dan Diseminasi hasil Penelitian Melalui Pemberdayaan Kerjasama Ilmiah”
ISBN 978- 979-8636-30-1

intensitas fasa tridymite tampak berkurang sedangkan intensitas fasa cristobalite bertambah sehingga dapat
disimpulkan bahwa pada temperatur 1200o C terjadi transformasi fasa dari tridymite ke cristobalite. Dari tabel
1 dapat dilihat senyawa seperti SiO2, TiO2, Al2O3 mengalami peningkatan setiap kenaikan temperatur,
sedangkan LOI mengalami penurunan dikarenakan adanya proses pemanasan yang dialami silika amorf Dieng,
senyawa organik yang terdapat pada silika amorf dieng mengalami penurunan persentase.

Tabel 1. Hasil uji AAS dan kimia mineral kalsinasi silika amorf

KODE CONTO
Satuan METODE

Silika Kalsinasi Kalsinasi Kalsinasi Kalsinasi Kalsinasi


ANALISIS
Tanpa Silika Silika Silika Silika Silika
kalsinasi 300oC 400oC 800oC 1000oC 1200oC

1 Silika oksida (SiO2) % 85,60 89,843 89,903 95,204 95,485 96,354 Gravimetri

2 Titanium oksida (TiO2) % ttd 0,203 0,330 0,277 0,296 0,368 Spektrofotometri

3 Alumunium Trioksida % 0,04 0,517 0,517 0,271 0,575 0,579 Titrasi


(Al2O3)
4 Iron Trioksida (Fe2O3) % 0,21 0,160 0,200 0,150 0,170 0,180 AAS

5 Manganase oxide (MnO) % 0,05 0,0135 0,0121 0,010 0,012 0,013 AAS

6 Magnesium Oksida % 0,03 0,032 0,041 0,028 0,034 0,045 AAS


(MgO)
7 Calcium Oksida (CaO) % 0,04 0,125 0,161 0,128 0,196 0,192 AAS

8 Sodium Oksida (Na2O) % 1,86 1,476 1,488 1,338 1,700 1,164 AAS

9 Potassium Oksida ( K2O) % 0,05 0,490 0,450 0,580 0,500 0,360 AAS

10 Phosporic oksida % 0,32 0,524 0,627 0,479 0,541 0,593 Spektrofotometri


(P2O5)
11 Moisture conten (H2O-) % 2,25 1,47 1,68 0,09 0,07 0,03 Gravimetri

12 Volatile content (H2O+) % 6,49 4,45 3,75 0,05 0,05 0,01 Gravimetri

13 LOI ( Los of Ignition) % 11,59 6,61 6,12 1,37 0,26 0,04 Gravimetri

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa fasa quartz terbentuk dari
kalsinasi silika pada temperatur 800o C dan 1000o C, sedangkan fasa quartz dan cristobalite rendah terbentuk
pada temperatur 1200o C. Fasa tridymite dan critobalite terbentuk dari kalsinasi silika amorf pada temperatur
1000o C dan 1200o C, sedangkan pada temperatur 800o C terbentuk silika amorf dengan lebar puncak yang
Ketahanan Mineral dan Energi

lebih kecil dibandingkan dengan silika amorf yang tidak dikalsinasi.

UCAPAN TERIMA KASIH


Pada kesempatan ini kami sampaikan terima kasih kepada Kepala Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI atas
kepercayaannya untuk dapat meneliti mineral bawaan di PLTP Dieng. Terima kasih kepada Geodipa PLTP Dieng
yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di daerahnya. Kepada bapak Raden Ibrahim

IV-54 Pemaparan Hasil Penelitian Geoteknologi 2015


“Meningkatkan Kualitas dan Diseminasi Hasil Penelitian Melalui Pemberdayaan Kerjasama Ilmiah”
ISBN 978- 979-8636-30-1

Purawiardi dari P2 FISIKA LIPI yang telah membantu analisa XRD dan kepada rekan-rekan laboratorium Mineral
Fisika Geoteknologi LIPI.

DAFTAR PUSTAKA
Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, "Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik
Indonesia," 2009. [Online]. Available: B-7 http://www.kkp.go.id/index.php/arsip/c/1048/Garis-
PantaiIndonesia-Terpanjang-Keempat-di-Dunia/?category_id=. [Accessed January 2014].
Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara, "Informasi Mineral dan Batubara,"
Kelompok Program Teknologi Informasi Pertambangan, 2005. [Online]. Available:
http://www.tekmira.esdm.go.id/data/PasirKwarsa/ulasan.asp?xdir=P
asirKwarsa&commId=25&comm=Pasir%20Kwarsa. [Accessed January 2014].
Kementrian Riset dan Teknologi Republik Indonesia, "Ristek," November 2009. [Online]. Available:
http://www.ristek.go.id/?module=News+News&id=4749. [Accessed January 2014].
Zhongkui. 2009. "Preparation of bioactive glass ceramic nanoparticles by combination of sol–gel and
coprecipitation method," Journal of Non-Crystalline Solids, p. 368–372,.
T. Hartiningsih. 2013. Pengaruh variasi temperatur kalsinasi pasir silika sebagai bahan komposit anti korosi,
Surabaya: ITS,.
D. Nozawa. 2005. "Smart control of monodisperse Stöber silica particles: effect of reactant addition rate on
growth process," Langmuir, pp. 1516-1523,.
H. Mori, 2003"Extraction of silicon dioxide from waste colored glasses by Alkalifusion using sodium hydroxide,"
Journal of Ceramic Society of Japan, vol. 11, pp. 376-381,.
T. A. N. Nittaya. 2008. "Preparation of Nanosilica Powder from Rice Husk Ash by Precipitation Method," Chiang
Mai J. Sci, pp. 206- 211,.
T. Rosenqvist. 1974. Principles of Extractive Metallurgy, Norwegia: Univety of Trondheim.
Y. Shinohara and N. Kohyama. 2004. "Quantitative Analysis of Tridymite and Cristobalite," Industrial Health,
vol. 42, p. 277–285.
C. Latif, Triwikantoro, Munasir. 2014. “Pengaruh Variasi Temperatur Kalsinasi Pada Struktur Silika” Jurnal Sains
dan Seni POMITS, Vol.3,pp. B4-B7,

Ketahanan Mineral dan Energi

Pemaparan Hasil Penelitian Geoteknologi 2015 IV-55


“Meningkatkan Kualitas dan Diseminasi hasil Penelitian Melalui Pemberdayaan Kerjasama Ilmiah”
ISBN 978- 979-8636-30-1
Ketahanan Mineral dan Energi

IV-56 Pemaparan Hasil Penelitian Geoteknologi 2015


“Meningkatkan Kualitas dan Diseminasi Hasil Penelitian Melalui Pemberdayaan Kerjasama Ilmiah”

Anda mungkin juga menyukai