Anda di halaman 1dari 18

TINJAUAN TEORITIS

DHF (DENGUE HAEMORHAGIC FEVER)

A. PENGERTIAN

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita
melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (Christantie Efendy,1995 ).

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan
orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam
atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh
penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina) (Seoparman , 1990).

DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan beberapa
nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar
secara efidemik. (Sir,Patrick manson,2001).

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang disebabkan
oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypty (Seoparman, 1996).

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengue


haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus
yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk
aedes aegypty yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam,
nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam.

B. ETIOLOGI

a. Virus dengue sejenis arbovirus.

b. Virus dengue tergolong dalam family Flavividae dan dikenal ada 4 serotif, Dengue 1
dan 2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang dunia ke II, sedangkan dengue
3 dan 4 ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun 1953-1954. Virus dengue
berbentuk batang, bersifat termoragil, sensitif terhadap in aktivitas oleh diatiter dan
natrium diaksikolat, stabil pada suhu 70 oC.

Keempat serotif tersebut telah di temukan pula di Indonesia dengan serotif ke 3


merupakan serotif yang paling banyak.
C. PATOFISIOLOGI

Fenomena patologis yang utama pada penderita DHF adalah meningkatnya


permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke
ruang ekstra seluler. Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes
aegypty dan kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus-
antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasi C3 dan
C5 akan dilepas C3a dan C5a,dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine dan
merupakan mediator kuat sebagai faktor meningkatnya permeabilitas dinding pembuluh
darah dan menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu.

Hal pertama yang terjadi stelah virus masuk ke dalam tubuh adalah viremia yang
mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal
diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie), hyperemia
tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening,
pembesaran hati (Hepatomegali) dan pembesaran limpa (Splenomegali).

Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume


plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan
(syok).
Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20 %) menunjukkan atau menggambarkan
adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk
patokan pemberian cairan intravena.

Terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor


koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan factor penyebab terjadinya perdarahan
hebat, terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.

Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding


pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan
diathesis hemorrhagic, renjatan terjadi secara akut. Adanya kebocoran plasma ke daerah
ekstra vaskuler dibuktikan dengan ditemukannya cairan yang tertimbun dalam rongga
serosa yaitu rongga peritoneum, pleura, dan pericard yang pada otopsi ternyata melebihi
cairan yang diberikan melalui infus.

Jika renjatan atau syok hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan,
metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik. Gangguan
hemostasis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan vaskuler, trombositopenia
dan gangguan koagulasi.
Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel
dinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami hipovolemik.
Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoxia jaringan, acidosis metabolic dan kematian. Pada
otopsi penderita DHF, ditemukan tanda-tanda perdarahan hampir di seluruh tubuh,
seperti di kulit, paru, saluran pencernaan dan jaringan adrenal.

D. MANIFESTASI KLINIK

Manifestasi bervariasi menurut umur dan dari penderita ke penderita. Pada bayi dan
anak kecil (muda) penyakit mungkin tidak terdiferensiasi atau ditandai oleh demam 1-5
hari, radang faring, rhinitis, dan batuk ringan. Pada wabah yang sebagian besar terinfeksi
adalah anak yang lebih tua dan orang dewasa mempunyai tanda-tanda yang diuraikan
berikut ini.

Sesudah masa inkubasi 1-7 hari, ada demam yang mulai mendadak, yang dengan
cepat naik sampai 39,4-41,1oC, biasanya disertai dengan nyeri frontal atau retroorbital.
Nyeri di bagian otot terutama dirasakan bila otot perut ditekan. Sekitar mata mungkin
ditemukan pembengkakan, lakrimasi, fotofobia, otot-otot sekitar mata terasa
pegal.Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun,
gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah). Eksantem yang klasik
ditemukan dalam 2 fase, mula-mula pada awal demam (6 – 12 jam sebelum suhu naik
pertama kali), terlihat jelas di muka dan dada yang berlangsung selama beberapa jam dan
biasanya tidak diperhatikan oleh pasien.

Ruam berikutnya mulai antara hari 3 – 6, mula – mula berbentuk makula besar yang
kemudian bersatu mencuat kembali, serta kemudian timbul bercak-bercak petekia. Pada
dasarnya hal ini terlihat pada lengan dan kaki, kemudian menjalar ke seluruh tubuh.

Pada saat suhu turun ke normal, ruam ini berkurang dan cepat menghilang, bekas-
bekasnya kadang terasa gatal. Nadi pasien mula-mula cepat dan menjadi normal atau
lebih lambat pada hari ke-4 dan ke-5. Bradikardi dapat menetap untuk beberapa hari
dalam masa penyembuhan.

Gejala perdarahan mulai pada hari ke-3 atau ke-5 berupa petekia, purpura, ekimosis,
hematemesis, epistaksis. Juga kadang terjadi syok yang biasanya dijumpai pada saat
demam telah menurun antara hari ke-3 dan ke-7 dengan tanda : anak menjadi makin
lemah, ujung jari, telinga, hidung teraba dingin dan lembab, denyut nadi terasa cepat,
kecil dan tekanan darah menurun dengan tekanan sistolik 80 mmHg atau kurang.
E. KOMPLIKASI

Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :


a. Perdarahan luas.
b. Shock atau renjatan.
c. Effuse pleura.
d. Penurunan kesadaran.

F. KLASIFIKASI

Pembagian tingkatan atau derajat keparahan penyakit dapat digolongkan dalam


empat derajat.

a. Derajat I :
Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positi,
trombositopeni dan hemokonsentrasi.

b. Derajat II :
Manifestasi klinik pada derajat I dengan manifestasi perdarahan spontan di bawah
kulit seperti peteki, hematoma dan perdarahan dari lain tempat.

c. Derajat III :
Manifestasi klinik pada derajat II ditambah dengan ditemukan manifestasi kegagalan
system sirkulasi berupa nadi yang cepat dan lemah, hipotensi dengan kulit yang lembab,
dingin dan penderita gelisah.

d. Derajat IV :
Manifestasi klinik pada penderita derajat III ditambah dengan ditemukan manifestasi
renjatan yang berat dengan ditandai tensi tak terukur dan nadi tak teraba.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Darah
hasil yang didapat dari pemeriksaan darah antara lain adalah:
1) Trombosit menurun.
Terjadi trombositopenia (100.000/ml atau kurang)
2) HB meningkat lebih 20 %
hemokonsentrasi yang dapat dilihat
3) HT meningkat lebih 20 %
meningginya nilai hematokrit sebanyak 20 % atau lebih dibandingkan nilai hematokrit
pada masa konvalesen.
4) Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3
5) Protein darah rendah
6) Ureum PH bisa meningkat
7) NA dan CL rendah

b. Untuk lebih meyakinkan diagnosa, maka dilakukan tes Serology : HI (hemaglutination


inhibition test).
1) Pemeriksaan radiologi
2) Rontgen thorax : Efusi pleura.
3) Pemeriksaan fisik (rumple leed test)
4) Uji test tourniket (+)

H. PENATALAKSANAAN

a. Tirah baring
b. Pemberian makanan lunak .
c. Minum banyak (2 – 2,5 liter/24 jam)
Minuman dapat berupa : susu, teh manis, sirup dan beri penderita sedikit oralit,
pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi penderita DHF.
d. Pemberian cairan melalui infus.
Pemberian cairan intra vena (biasanya ringer lactat, nacl) ringer lactate merupakan cairan
intra vena yang paling sering digunakan , mengandung Na + 130 mEq/liter , K+ 4
mEq/liter, korekter basa 28 mEq/liter , Cl 109 mEq/liter dan Ca = 3 mEq/liter.
e. Pemberian obat-obatan :
Antibiotic, pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder antipiretik.
Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen Anti konvulsi jika
terjadi kejang
f. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika kondisi pasien
memburuk, observasi ketat tiap jam.
g. Monitor adanya tanda-tanda renjatan
h. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut
i. Periksa HB,HT, dan Trombosit setiap hari.

Pada kasus dengan renjatan pasien dirawat di perawatan intensif dan segera
dipasang infus sebagai pengganti cairan yang hilang dan bila tidak tampak perbaikan
diberikan plasma atau plasma ekspander atau dekstran sebanyak 20 – 30 ml/kg BB.
Pemberian cairan intravena baik plasma maupun elektrolit dipertahankan 12 – 48 jam
setelah renjatan teratasi. Apabila renjatan telah teratasi nadi sudah teraba jelas,
amplitudo nadi cukup besar, tekanan sistolik 20 mmHg, kecepatan plasma biasanya
dikurangi menjadi 10 ml/kg BB/jam.

Transfusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal yang


hebat. Indikasi pemberian transfusi pada penderita DHF yaitu jika ada perdarahan yang
jelas secara klinis dan abdomen yang makin tegang dengan penurunan Hb yang
mencolok.
Pada DBD tanpa renjatan hanya diberi banyak minum yaitu 1½-2 liter dalam 24 jam.
Cara pemberian sedikit demi sedikit dengan melibatkan orang tua. Infus diberikan pada
pasien DBD tanpa renjatan apabila :

a. Pasien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam
terjadinya dehidrasi.
b. Hematokrit yang cenderung mengikat.

I. PENCEGAHAN

Pencegahan penyebaran penyakit DHF yang tepat akan membantu mengurangi


jumlah penderita dan mencegah terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB). Prinsip yang tepat
dalam pencegahan DHF ialah sebagai berikut :

a. Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan


melaksanakan pemberantasan vektor pada saat sedikit terdapatnya kasus DHF.

b. Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada tingkat


sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita viremia sembuh secara
spontan.

c. Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah penyebaran yaitu di sekolah,


rumah sakit termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.

d. Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi penularan tinggi.


Ada 2 macam pemberantasan vektor antara lain :

1. Menggunakan insektisida.
Yang lazim digunakan dalam program pemberantasan demam berdarah dengue
adalah malathion untuk membunuh nyamuk dewasa dan temephos (abate) untuk
membunuh jentik (larvasida). Cara penggunaan malathion ialah dengan pengasapan
atau pengabutan. Cara penggunaan temephos (abate) ialah dengan pasir abate ke
dalam sarang-sarang nyamuk aedes yaitu bejana tempat penampungan air bersih,
dosis yang digunakan ialah 1 ppm atau 1 gram abate SG 1 % per 10 liter air.
Tanpa insektisida

2. Caranya adalah :
a) Menguras bak mandi, tempayan dan tempat penampungan air minimal 1 x
seminggu (perkembangan telur nyamuk lamanya 7 – 10 hari).
b) Menutup tempat penampungan air rapat-rapat.
c) Membersihkan halaman rumah dari kaleng bekas, botol pecah dan benda lain
yang memungkinkan nyamuk bersarang.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK DENGAN DHF

I. PENGKAJIAN

A. Identitas Pasien

Nama :

Jenis Kelamin :

Umur :

TTL :

Pendidikan :

Agama :

Pekerjaan :

Alamat :

Tgl Masuk Rs :

Tgl Pengkajian :

No Registrasi :

Diagnosa Medis : DHF

B. Riwayat Kesehatan

1. Keluhan Utama : Alasan keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk
datang ke Rumah Sakit adalah panas tinggi dan anak
lemah.

3. Riwayat kesehatan sekarang : Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang


disertai menggigil dan saat demam kesadaran kompos
mentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke-3 dan ke-
7, dan anak semakin lemah. Kadang-kadang desertai
dengan keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah
anoreksia, diare / konstipasi, sakit kepala, nyeri otot
dan persendiaan, nyeri uluh hati dan pergerakan bola
mata terasa gatal, serta adanya manifestasi
perdarahan pada kulit, gusi (grade III dan IV), melena
atau hematemesis.

4. Riwayat kesehatan dahulu : Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF,
anak bisa bias mengalami serangan ulangan DHF
dengan tipe virus yang lain.

5. Riwayat Imunisasi : Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka


kemungkinan akan timbulnya komplikasi dapat
dihindarkan.

6. Riwayat Gizi : Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi.
Semua anak dengan status gizi baik maupun buruk
dapat berisiko, apabila terdapat faktor predisposisinya.
Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan
mual, muntah dan nafsu makan menurun. Apabila
kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan
pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat
mengalami penurunan berat badan sehingga status
gizinya menjadi kurang.

7. Riwayat Lingkungan : sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan


lingkungan yang kurang bersih ( seperti air yang
menggenang dan gantungan baju di kamar).
ASUHAN KEPERAWATAN DHF

No DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


.
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan - Suhu tubuh normal (36 -37 1. Kaji saat timbulnya demam 1. untuk mengidentifikasi pola
O
dengan proses penyakit (viremia). C). demam pasien.

-Pasien bebas dari demam. 2. Observasi tanda vital (suhu, 2. tanda vital merupakan acuan
nadi, tensi, pernafasan) setiap 3 untuk mengetahui keadaan
jam. umum pasien.

3. 2,5 liter/24 jam.±7)Anjurkan 3. Peningkatan suhu tubuh


pasien untuk banyak minum mengakibatkan penguapan tubuh
meningkat sehingga perlu
diimbangi dengan asupan cairan
yang banyak.

4. Berikan kompres hangat. 4. Dengan vasodilatasi dapat


meningkatkan penguapan yang
mempercepat penurunan suhu
tubuh.

5. Anjurkan untuk tidak 5. pakaian tipis membantu


memakai selimut dan pakaian mengurangi penguapan tubuh.
yang tebal.
6. pemberian cairan sangat
6. Berikan terapi cairan penting bagi pasien dengan suhu
intravena dan obat-obatan sesuai tinggi.
program dokter.
2. Nyeri berhubungan dengan proses - Rasa nyaman pasien 1. Kaji tingkat nyeri yang 1. untuk mengetahui berapa berat
patologis penyakit. terpenuhi. dialami pasien nyeri yang dialami pasien.

- Nyeri berkurang atau hilang. 2. Berikan posisi yang nyaman, 2. Untuk mengurangi rasa nyeri
usahakan situasi ruangan yang
tenang.

3. Alihkan perhatian pasien dari 3. Dengan melakukan aktivitas


rasa nyeri. lain pasien dapat melupakan
perhatiannya terhadap nyeri yang
dialami.

4. Berikan obat-obat analgetik 4.Analgetik dapat menekan atau


mengurangi nyeri pasien.

3. Gangguan pemenuhan kebutuhan - Kebutuhan nutrisi pasien 1. Kaji keluhan mual, sakit 1. Untuk menetapkan cara
nutrisi kurang dari kebutuhan terpenuhi menelan, dan muntah yang mengatasinya.
berhubungan dengan mual, muntah, dialami pasien.
anoreksia. - pasien mampu
menghabiskan makanan 2. Kaji cara / bagaimana 2. Cara menghidangkan
sesuai dengan posisi yang makanan dihidangkan. makanan dapat mempengaruhi
diberikan /dibutuhkan. nafsu makan pasien.

3. Berikan makanan yang mudah 3. Membantu mengurangi


ditelan seperti bubur. kelelahan pasien dan
meningkatkan asupan makanan .

4. Berikan makanan dalam porsi 4. Untuk menghindari mual.


kecil dan frekuensi sering.

5. Catat jumlah / porsi makanan 5. Untuk mengetahui pemenuhan


yang dihabiskan oleh pasien
setiap hari. kebutuhan nutrisi

6. Berikan obat-obatan 6. Antiemetik membantu pasien


antiemetik sesuai program mengurangi rasa mual dan
dokter. muntah dan diharapkan intake
nutrisi pasien meningkat.

7. Ukur berat badan pasien setiap 7. Untuk mengetahui status gizi


minggu pasien
4. Kurangnya volume cairan tubuh - Volume cairan terpenuhi. 1. Kaji keadaan umum pasien 1. Menetapkan data dasar pasien
berhubungan dengan peningkatan (lemah, pucat, takikardi) serta untuk mengetahui penyimpangan
permeabilitas dinding plasma. tanda-tanda vital. dari keadaan normalnya.

2. Observasi tanda-tanda syock. 2. Agar dapat segera dilakukan


tindakan untuk menangani syok.

3. Berikan cairan intravena 3. Pemberian cairan IV sangat


sesuai program dokter penting bagi pasien yang
mengalami kekurangan cairan
tubuh karena cairan tubuh karena
cairan langsung masuk ke dalam
pembuluh darah.

4. Anjurkan pasien untuk banyak 4. Asupan cairan sangat


minum. diperlukan untuk menambah
volume cairan tubuh.

5. Catat intake dan output. 5. Untuk mengetahui


keseimbangan cairan.

5. Gangguan aktivitas sehari-hari - Pasien mampu mandiri 1. Kaji keluhan pasien. 1. Untuk mengidentifikasi
berhubungan dengan kondisi tubuh setelah bebas demam. masalah-masalah pasien.
yang lemah.
- Kebutuhan aktivitas sehari- 2. Kaji hal-hal yang mampu atau 2. Untuk mengetahui tingkat
hari terpenuhi yang tidak mampu dilakukan ketergantungan pasien dalam
oleh pasien. memenuhi kebutuhannya.

3. Bantu pasien untuk memenuhi 3. Pemberian bantuan sangat


kebutuhan aktivitasnya sehari- diperlukan oleh pasien pada saat
hari sesuai tingkat keterbatasan kondisinya lemah dan perawat
pasien. mempunyai tanggung jawab
dalam pemenuhan kebutuhan
sehari-hari pasien tanpa
mengalami ketergantungan pada
perawat.

4. Letakkan barang-barang di 4. Akan membantu pasien untuk


tempat yang mudah terjangkau memenuhi kebutuhannya sendiri
oleh pasien. tanpa bantuan orang lain.

6. Resiko terjadi syok hypovolemik - Tidak terjadi syok 1. Monitor keadaan umum 1. memantau kondisi pasien
berhubungan dengan kurangnya hipovolemik. pasien selama masa perawatan terutama
volume cairan tubuh. pada saat terjadi perdarahan
- Tanda-tanda vital dalam sehingga segera diketahui tanda
batas normal. syok dan dapat segera ditangani.

- Keadaan umum baik. 2. Observasi tanda-tanda vital 2. tanda vital normal


tiap 2 sampai 3 jam. menandakan keadaan umum
. baik.

3. Monitor tanda perdarahan. 3. Perdarahan cepat diketahui


dan dapat diatasi sehingga pasien
tidak sampai syok hipovolemik.

4. Chek haemoglobin, 4. Untuk mengetahui tingkat


hematokrit, trombosit kebocoran pembuluh darah yang
dialami pasien sebagai acuan
melakukan tindakan lebih lanjut.

5. Berikan transfusi sesuai 5. Untuk menggantikan volume


program dokter. darah serta komponen darah
yang hilang.

6. Lapor dokter bila tampak syok 6. Untuk mendapatkan


hipovolemik. penanganan lebih lanjut sesegera
mungkin.

7. Resiko infeksi berhubungan dengan . Tidak terjadi infeksi pada 1. Lakukan teknik aseptik saat 1. Tindakan aseptik merupakan
tindakan invasif (pemasangan infus). pasien. melakukan tindakan pemasangan tindakan preventif terhadap
infus. kemungkinan terjadi infeksi.

2. Observasi tanda-tanda vital. 2. Menetapkan data dasar pasien,


terjadi peradangan dapat
diketahui dari penyimpangan
nilai tanda vital.

3. Observasi daerah pemasangan 3. Mengetahui tanda infeksi pada


infus. pemasangan infus.

4. Segera cabut infus bila tampak 4. Untuk menghindari kondisi


adanya pembengkakan atau yang lebih buruk atau penyulit
plebitis. lebih lanjut.
8. Resiko terjadi perdarahan lebih lanjut - Tidak terjadi tanda-tanda 1. Monitor tanda penurunan 1. Penurunan trombosit
berhubungan dengan trombositopenia. perdarahan lebih lanjut. trombosit yang disertai gejala merupakan tanda kebocoran
klinis. pembuluh darah.
- Jumlah trombosit
meningkat. 2. Anjurkan pasien untuk banyak 2. Aktivitas pasien yang tidak
istirahat terkontrol dapat menyebabkan
perdarahan.

3. Beri penjelasan untuk segera 3. Membantu pasien


melapor bila ada tanda mendapatkan penanganan sedini
perdarahan lebih lanjut. mungkin.

4. Jelaskan obat yang diberikan 4. Memotivasi pasien untuk mau


dan manfaatnya. minum obat sesuai dosis yang
diberikan.

9. Kecemasan berhubungan dengan - Kecemasan berkurang. 1. Kaji rasa cemas yang dialami 1. Menetapkan tingkat
kondisi pasien yang memburuk dan pasien. kecemasan yang dialami pasien.
perdarahan yang dialami pasien.
2. Jalin hubungan saling percaya 2. Pasien bersifat terbuka dengan
dengan pasien. perawat.

3. Tunjukkan sifat empati 3. Sikap empati akan membuat


pasien merasa diperhatikan
dengan baik.

4. Beri kesempatan pada pasien 4. Meringankan beban pikiran


untuk mengungkapkan pasien.
perasaannya

5. Gunakan komunikasi 5. Agar segala sesuatu yang


disampaikan diajarkan pada
terapeutik pasien memberikan hasil yang
efektif.
DAFTAR PUSTAKA

- http://askep.blogspot.com/2008/01/asuhan-keperawatan-pada-anak-dengan_6163.html

- http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/27/askep-dhf/

- http://iwansain.wordpress.com/2007/12/02/demam-berdarah-dengue/

- Nelson, Waldo E. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 vol 2. Jakarta: EGC


Mata kuliah : Keperawatan jiwa I

Dosen : jeane utina

Tingkat/semester : II c / IV

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK DENGAN

DENGUE HAEMORHAGIC FEVER ( DHF )

DI SUSUN OLEH :

1. YULIUS PASEDAN

2. LAVENIA P. KALELE

3. TINO F. LOUPATY

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DEPKES MANADO

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


2010

Anda mungkin juga menyukai