Analisis Pengukuran Strategik Kinerja Kepala Ruangan Rsud DR - Soetomo PDF
Analisis Pengukuran Strategik Kinerja Kepala Ruangan Rsud DR - Soetomo PDF
R. Endang Herlianingsih
Endangherlin2106@gmail.com
Abstrak
1
BAB I
PENDAHULUAN
Mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit tidak luput dari peran seorang
pemimpin dalam mengelola unit pelayanan keperawatan, yaitu seorang kepala
ruangan. Kepemimpinan dalam manajemen keperawatan melibatkan upaya
perorangan untuk mempengaruhi perilaku orang lain untuk memberikan
layanan keperawatan yang profesional, langsung dan individual (Gibson dkk,
2005). Peran kepemimpinan dan manajemen merupakan peran
dimana
2
bekerja melalui anggota staf keperawatan dalam menjalankan tugas
memberikan asuhan keperawatan secara professional (Nursalam,2002).
Oleh karena itu, untuk dapat melihat pencapaian kinerja kepala ruangan
dapat menerapkan Balanced Scorecard sebagai alat ukur berbasis strategis.
Adapun Balanced Scorecard meliputi financial perpectice, internal proses
business perspective, customer perspective, dan learning dan growth(Alimudin,
2017a). Dengan dilakukannya analisis pencapaian strategi kinerja kepala ruangan
terhadap visi Rumah Sakit menggunakan Balanced Scorecard, diharapkan dapat
membantu unit IDIK dalam mengukur kinerja kepala ruangan secara menyeluruh.
BAB II
LANDASAN TEORI
3
sebagai derajat kesempurnaan pelayanan Rumah Sakit untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat konsumen akan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan
standar profesi dan standar pelayanan dengan menggunakan sumber daya yang
tersedia secara wajar, efisien, efektif serta diberikan secara aman dan memuaskan
sesuai dengan norma etika, hukum dan sosiobudaya dengan memperhatikan
keterbatasan dan kemampuan pemerintah dan masyarakat. Tjiptono (2001)
mengemukakan bahwa salah satu faktor yang dapat menyebabkan kualitas jasa
menjadi buruk adalah dukungan terhadap pelanggan internal (khususnya sumber
daya manusia) yang kurang memadai, supaya mereka dapat memberikan jasa
yang efektif maka mereka perlu mendapatkan dukungan dari fungsi-fungsi utama
manajemen (seperti : operasional, pemasaran, keuangan, dan sumber daya
manusia). Dukungan tersebut dapat berupa alat, informasi, pelatihan untuk
peningkatan kompetensi dan pemberdayaan.
Sedangkan menurut Wijono (1999) faktor-faktor lain yang dapat
mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan adalah kompetensi teknik yang terkait
dengan kemampuan ketrampilan dan penampilan pemberi pelayanan, akses atau
keterjangkauan pelayanan, efektifitas, hubungan antar manusia yang merupakan
interaksi antara pemberi pelayanan dengan pasien, sesama tim kesehatan, maupun
hubungan antara atasan dan bawahan. Hubungan antar manusia yang baik akan
menimbulkan kepercayaan, kredibilitas dengan rasa saling menghargai, menjaga
rahasia, menghormati, responsive dan memberikan perhatian.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sitorus (2000) menunjukkan
bahwa gambaran mutu pelayanan keperawatan di berbagai Rumah Sakit
Pemerintah di Indonesia belum memuaskan, dan terdapat beberapa faktor yang
menyebabkan rendahnya mutu asuhan keperawatan, jika ditinjau dari aspek
struktur dan proses (sistem) pemberian asuhan keperawatan. Sistem pemberian
asuhan keperawatan (care delivery system) merupakan metode yang digunakan
dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada klien(Alimudin, 2017).
Mutu pelayanan adalah tanggung jawab bersama, setiap individu yang
berkaitan langsung dengan pelayanan, mutu tidak saja menjadi tanggung jawab
perawat pelaksana yang langsung berhadapan dengan pasien, tetapi juga menjadi
4
tanggung jawab manajer. Kepala Ruang adalah manajer operasional yang
merupakan pimpinan yang secara langsung mengelola seluruh sumber daya di
unit perawatan dan ikut bertanggungjawab dalam menghasilkan pelayanan yang
bermutu.
Standar tugas pokok Kepala Ruang yang ditetapkan oleh Depkes (2002)
meliputi kegiatan menyusun rencana kegiatan tahunan yang meliputi kebutuhan
sumber daya (tenaga, fasilitas, alat dan dana), menyusun jadual dinas dan cuti,
menyusun rencana pengembangan staf, kegiatan pengendalian mutu, bimbingan
dan pembinaan staf, koordinasi pelayanan, melaksanakan program orientasi,
mengelola praktik klinik serta melakukan penilaian kinerja dan mutu pelayanan.
5
dapat menunjukkan perbedaan antara orang yang berkinerja tinggi yang dalam hal
ini menyangkut prestasi kerja yang ditunjukkan oleh seseorang.
Dalam pelayanan keperawatan seorang pelaksana perawat yang baik harus
mempunyai ketrampilan kognitif (intelektual), kreatif dan mempunyai
keingintahuan yang tinggi, ketrampilan interpersonal, kompetensi kultural,
ketrampilan psikomotor serta mempunyai ketrampilan teknologi seiring dengan
tuntutan kemajuan. Sedangkan menurut Nurachmah (2000), bagi seorang manajer
keperawatan, maka harus memiliki beberapa kompetensi agar pelaksanaan
pekerjaannya dapat berhasil yaitu : kemampuan menerapkan pengetahuan,
ketrampilan kepemimpinan, (kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin)
dan kemampuan melaksanakan fungsi manajemen, di mana kelancaran pelayanan
keperawatan di suatu ruang rawat baik juga dipengaruhi oleh beberapa aspek
antara lain adanya : visi, misi dan tujuan rumah sakit yang dijabarkan secara lokal
ruang rawat., struktur organisasi lokal, mekanisme kerja (standar-standar) yang
diberlakukan di ruang rawat, sumber daya manusia keperawatan yang memadai
baik kuantitas maupun kualitas, metoda penugasan, tersedianya berbagai sumber
atau fasilitas yang mendukung pencapaian kualitas pelayanan yang diberikan,
kesadaran dan motivasi dari seluruh tanaga keperawatan yang ada serta komitmen
dan dukungan dari pimpinan Rumah Sakit.
D. Kinerja
6
Pengertian kinerja atau performance menurut Handoko (1998) adalah
suatu prestasi kerja yaiu proses melalui suatu organisasi mengevaluasi atau
menilai prestasi kerja karyawannya. Menurut Mangkunegara kinerja didefinisikan
sebagai hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang
dalam melaksanakan tugasnya sesuai tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Rivai mengatakan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh
seseorang atau kelompok orang dalam suatu perusahaan sesuai dengan wewenang
dan tanggung jawab masing-masing dalam usaha pencapaian tujuan organisasi
secara legal, tidak bertentangan dengan hukum, moral dan etika.
7
pemimpin yang efektif, yaitu mempunyai kecerdasan intelektual, emosional, fisik
dan ciri-ciri pribadi lain, sedang Robbins (2001) menyatakan kepemimpinan
merupakan kemampuan untuk mempengaruhi kelompok dalam mencapai tujuan,
yang dapat bersumber dari formal seperti posisi atau kedudukan dalam suatu
organisasi dan terdapat enam ciri yang terlihat dari seorang pemimpin yaitu :
ambisi dan energi, hasrat untuk memimpin, kejujuran dan integritas, kepercayaan
diri, kecerdasan dan pengetahuan yang relevan dengan tugas pekerjaannya.
yaitu kesanggupan untuk bekerja sama dengan orang lain sebagai anggota
kelompok dan pimpinan. Sedangkan kepemimpinan dapat dipengaruhi oleh
faktor-faktor, karakteristik pribadi, kelompok yang dipimpin, situasi yang
dihadapi baik manusia, fisik maupun waktu.
Perubahan sistem pengelolaan Rumah Sakit yang terjadi saat ini menuju
ke arah konsep manajerialisme yang sangat erat hubungannya dengan kemampuan
kepemimpinan seorang manajer, dalam konteks Rumah Sakit peran para manajer (
yang tidak langsung melakukan pelayanan medik) semakin meningkat, karena
mempunyai peranan yang sangat penting dalam merencanakan, melaksanakan dan
mengawasi jalannya kegiatan, hal ini tentunya mempunyai konsekuensi bahwa
harus tersedia sumber daya manusia yang mempunyai dasar keilmuan dan
wawasan tentang kesehatan dan perumah sakitan.
8
Seiring dengan adanya momentum dan beberapa perubahan di lingkungan
eksternal, menuntut Rumah Sakit untuk melakukan adaptasi dengan
menggunakan pendekatan manajemen strategis. Secara lengkap konsep
manajemen strategis dapat dibagi menjadi beberapa bagian yang berurutan , yang
meliputi : analisis perubahan, persiapan penyusunan, diagnosis kelembagaan dan
analisis situasi, formulasi strategi, pelaksanaan strategi dan pengendalian strategi.
F. STRATEGI
Menjadi Rumah Sakit yang Terpercaya, Aman, Bermutu Tinggi, dan Mandiri.
9
MISI Rumah Sakit :
10
keuangan (Djoko Susanto., 2003). Pengukuran kinerja dengan pendekatan
balanced scorecard tidak terbatas digunakan pada organisasi swasta
melainkan juga bisa diterapkan pada organisasi sektor publik
(Mardiasmo,2002).
H. Balanced Scorecard
Balanced Scorecard pertama kali diperkenalkan oleh Kaplan dan
Norton di Harvard Business Revue Edisi Januari – Februari 1992 yang
merupakan salah satu alat manajemen strategi yang terdiri dari satu
rangkaian pengukuran yang dapat memberikan gambaran non keuangan.
Balanced Scorecard cocok satu sama lain dengan activity based
responsibility accounting, karena Balanced Scorecard memfokuskan pada
proses dan memerlukan penggunaan informasi berbasis aktfifitas untuk
menerapakan banyak tujuan dan tolak ukurnya. Balanced Scorecard
merupakan suatu system management strategi yang menjabarkan visi dan
strategi suatu perusahaan ke dalam tujuan operasional dan tolak ukur.
Tujuan dan tolak ukur dikembangkan untuk setiap 4 (empat) perspektif
yaitu : perspektif keuangan (Financial ) ,perspektif pelanggan (Customer),
perspektif proses usaha (Internal Bisnis Process) dan perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan (Learning & Growth)(Alimudin, 2017a).
Balanced Scorecard menurut Kaplan dan Norton (2001: 117)
ukuran kinerja keuangan saja tidaklah cukup untuk menilai kinerja
perusahaan yang diharapkan berhasil di masa depan tetapi juga harus
memperhatikan empat aspek ukuran kinerja yaitu: perspektif belajar dan
tumbuh (learning and growth perspective), perspektif proses internal /
bisnis (customer perspective),dan perspektif keuangan (financial
perspective).
Manfaat Balanced Scorecard bagi perusahaan menurut (Robert
S.Kaplan, 2001) adalah sebagai berikut: (1) Balanced Scorecard
mengintegrasikan strategi dan visi perusahaan untuk mencapai tujuan
jangka pendek dan jangka panjang; (2) Balanced Scorecard
11
memungkinkan manajer untuk melihat bisnis dalam perspektif keuangan
dan non keuangan (pelanggan, proses bisnis internal, dan belajar dan
bertumbuh), dan (3) Balanced Scorecard memungkinkan manajer menilai
apa yang telah mereka
investasikan dalam pengembangan sumberdaya manusia, sistem dan
prosedur demi perbaikan kinerja perusahaan dimasa mendatang.
Balanced Scorecard yang dirancang dengan baik
mengkombinasikanantara pengukuran keuangan dari kinerja masa lalu
dengan pengukuran dari pemicu kerja masa depan perusahaan. Balance
Scorecard adalah metodologi perangkat evaluasi dengan empat perspektif
yang dikembangkan oleh Norton dan Kaplan. Balanced Scorecard menilai
kinerja suatu organisasi atau perusahaan dalam suatu rentang waktu
tertentu (Maiga &Jacobs, 2003).
Banyak strategi eksekusi yang sudah ada, strategi visi dan alat
formulasi strategi telah dikembangkan (Luis, S., Biromo, P. A.,
Hadisubrata,R., Andika, A., & Margana, 2011). Alat perencanaan strategi,
termasuk strategy maps dan Balanced Scorecard, telah tersedia untuk
digunakan oleh perusahaan lebih dari 10 tahun. Dan hampir semua
perusahaan menggunakan alat operasional untuk manajemen kualitas,
peningkatan proses, dashboards, dan activity-based costing.
Bagaimanapun, kekurangannya adalah kerangka komprehensif untuk
mengintegrasikan semua peralatan tersebut, sehingga sebagaimana
mestinya dapat menjadi selaras dan sinkron.
12
organisasi yang ingin dicapai di masa yang akan datang. Visi menjawab
pertanyaan “kita ingin menjadi apa?”.
dilakukan (sasaran strategis bersifat proses) atau apa yang seharusnya kita
13
sustainability. Perspektif ini digunakan oleh shareholder dalam rangka
melakukan penilaian kinerja organisasi. Apabila dinarasikan akan
berbunyi
14
dan jelas pula cara pengukurannya; (3) Achievable, KPI yang dipilih harus
dapat dicapai oleh penanggungjawab atau Unit In Charge; (4) Relevant,
KPI yang dipilih dan ditetapkan harus sesuai dengan visi dan misi, serta
tujuan strategis organisasi; (5) Time-bounded, KPI yang dipilih harus
memiliki batas waktu pencapaian, dan (6) Continuously Improve, KPI
yang dibangun menyesuaikan dengan perkembangan strategi organisasi.
BAB III
PEMBAHASAN
15
15.000.000.000,00 (lima belas milyar rupiah) dan nilai maintenance mesin -/+
Rp.1.500.000.000,00 (satu milyard lima ratus juta rupiah) per tahunnya.
2. Perspektif Customer (Pelanggan)
Perspektif customer dalam Balanced Scorecard mengidentifikasi bagaimana
kondisi customer mereka dan segmen pasar yang telah dipilih oleh perusahaan
untuk bersaing dengan kompetitor mereka. Segmen yang telah mereka pilih
ini mencerminkan keberadaan customer tersebut sebagai sumber pendapatan
mereka. Dalam perspektif ini, pengukuran dilakukan dengan lima aspek utama
(Kaplan,1996:67); yaitu
a. Pengukuran Pangsa pasar
Pengukuran terhadap besarnya pangsa pasar perusahaan mencerminkan
proporsi bisnis dalam satu area bisnis tertentu yang diungkapkan dalam
bentuk uang, jumlah customer, atau unit volume yang terjual atas setiap
unit produk yang terjual.
b. Customer Retention
Pengukuran dapat dilakukan dengan mengetahui besarnya prosentase
pertumbuhan bisnis dengan jumlah customer yang saat ini dimiliki oleh
perusahaan.Dalam hal ini yang diukur adalah loyalitas pelanggan
(Alimudin, A., & Yoga, H., 2015)
c. Customer Acquisition
Pengukuran dapat dilakukan melalui prosentase jumlah penambahan
customer baru dan perbandingan total penjualan dengan jumlah customer
baru yang ada.
d. Customer Satisfaction
Pengukuran terhadap tingkat kepuasan pelanggan ini dapat dilakukan
dengan berbagai macam teknik diantaranya adalah : survei melalui surat
(pos), interview melalui telepon, atau personal interview.
Di Instalasi Diagnostik & Intervensi Kardiovaskuler pengukuran kepuasan
pelanggan berdasarkan standart Pengukuran Survey Kepuasan Masyarakat
(SKM) sesuai dengan PERMENPANRB No.16 Tahun 2014 (perbaharuan
dari KEPMENPAN Nomor Kep/25/M.PAN/2/2004) dengan menggunakan
16
9 unsur : Persyaratan, Prosedur, Waktu pelayanan, Biaya/tarif, Produk
spesifikasi jenis pelayanan, Kompetensi pelaksana, Perilaku pelaksana,
Maklumat pelayanan, Penanganan pengaduan.
e. Customer Profitability
Pengukuran terhadap customer profitability dapat dilakukan dengan
menggunakan teknik Activity Based-Costing (ABC).
Oleh karena aspek tersebut masih bersifat terbatas, maka perlu dilakukan
pengukuran-pengukuran yang lain yaitu pengukuran terhadap semua
aktivitas yang mencerminkan nilai tambah bagi customer yang berada
pada pangsa pasar perusahaan. Pengukuran tersebut dapat berupa: atribut
produk atau jasa yang diberikan kepada customer (seperti : kegunaan,
kualitas dan harga), hubungan atau kedekatan antar customer (seperti :
pengalaman membeli dan hubungan personal), image dan reputasi produk
atau jasa di mata customer
3. Perspektif Process Bisnis Internal, sesuai standart akreditasi Rumah Sakit,
RSUD Dr.Soetomo melakukan pengukuran terhadap semua aktivitas yang
dilakukan oleh Direktur maupun karyawan untuk menciptakan suatu produk
layanan jasa yang dapat memberikan kepuasan tertentu bagi customer, dan
berfokus pada tiga proses bisnis utama yaitu: proses inovasi, proses operasi,
proses pasca penjualan.
a. Proses Inovasi
Dalam proses penciptaan nilai tambah bagi customer, proses inovasi
merupakan salah satu kritikal proses, dimana efisiensi dan efektivitas serta
ketepatan waktu dari proses inovasi ini akan mendorong terjadinya
efisiensi biaya pada proses penciptaan nilai tambah bagi customer. Secara
garis besar proses inovasi dapat dibagi menjadi dua yaitu: (1) Pengukuran
terhadap proses inovasi yang bersifat penelitian dasar dan terapan, (2)
Pengukuran terhadap proses pengembangan produk.
b. Proses Operasi
17
Pada proses operasi yang dilakukan oleh masing-masing organisasi bisnis,
lebih menitik beratkan pada efisiensi proses, konsistensi dan ketepatan
waktu dari barang dan jasa yang diberikan kepada customer.
c. Pelayanan Purna Jual
Tahap terakhir dalam pengukuran proses bisnis internal adalah
dilakukannya pengukuran terhadap pelayanan purna jual kepada customer.
Pengukuran ini menjadi bagian yang cukup penting dalam proses bisnis
internal, karena pelayanan purna jual ini akan berpengaruh terhadap
tingkat kepuasan pelanggan.
4. Perspektif Growth and Learning (Pertumbuhan dan Pembelajaran)
Kaplan (Kaplan,1996) mengungkapkan betapa pentingnya suatu organisasi
bisnis untuk terus memperhatikan karyawannya, memantau kesejahteraan
karyawan dan meningkatkan pengetahuan karyawan karena dengan
meningkatnya tingkat pengetahuan karyawan akan meningkatkan pula
kemampuan karyawan untuk berpartisipasi dalam pencapaian hasil ketiga
perspektif di atas dan tujuan perusahaan(Ciptani, 2004).
18
Mesin Generator
Pacu Jantung
LEARNING Peningkatan Kepala Ruangan,
& GROWTH pengetahuan & perawat pelaksana,
kompetensi karyawan dan tenaga
administrasi, telah
mengikuti pelatihan
& seminar di dalam
Rumah Sakit
maupun di luar RS
yaitu : pelatihan
mutu RS, layanan
prima, manajemen
RS, dll
Sumber : Unit Instalasi Diagnostik & Intervensi Kardiovaskuler Tahun
2015
19
yang excellent. aman
Learning & Growth Meningkatkan Produktivitas Karyawan
Pengembangan Potensi Meningkatkan kompetensi
Profesional kepala ruangan & perawat
pelaksana
Tabel 2 : Rancangan peta strategis kinerja kepala ruangan
VISI
Menyelenggarakan pelayanan dan jejaring pelayanan sebagai
Rumah Sakit Rujukan Tersier yang aman, bermutu, dan
terjangkau.
Menyelenggarkan pendidikan – penelitian tenaga kesehatan yang
berintegritas tinggi, profesional, inovatif dan melakukan jejaring
Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa peta strategi kinerja kepala ruangan
berdasarkan visi dan misi RSUD Dr.Soetomo Surabaya terdiri dari 4 perspektif
Balanced Scorecard, dan masing–masing perspektif terdiri dari satu atau beberapa
sasaran strategis (SS) yaitu:
20
b. Untuk mencapai strategi peningkatan produktifitas, kepala ruangan
diwajibkan melakukan efisiensi pemakaian alat-alat kesehatan dan
obat-obatan disesuaikan dengan standart dan prosedur yang telah
ditetapkn oleh RSUD Dr.Soetomo Surabaya, seperti : SOP (Standart
Operating Prosedur), Clinical Pathway, PPK (Panduan Praktek Klinik).
21
b. Pengembangan proses yang excellent, dengan memberikan pelayanan
keperawatan yang selalu memberikan inovatif sesuai dengan
perkembangan ilmu kesehatan khususnnya dibidang keperawatan.
Dengan menggunakan sarana dan prasarana yang terbaru sebagai
inovatif dalam layanan di unit IDIK RSUD Dr.Soetomo Surabaya.
c. Merespon dengan cepat jika dibutuhkan, sigap, tanggap dan cekatan
didalam memberikan pelayanan keperawatan yang berkompeten dan
profesional.
d. Meminimalkan komplain, selalu memperhatikan apa yang menjadi
keluhan pasien dan keluarganya, dengarkan dan segera direspon
keluhan yang disampaikan dan berikan solusinya.
e. Mewujudkan sarana & prasarana yg handal dan aman, dengan
memberikan pelayanan keperawatan menggunakan failitas sarana dan
prasarana yang canggih serta memperhatikan keamanan pasien.
4. Perspektif Learning & Growth (Pembelajaran dan Pertumbuhan)
a. Meningkatkan Produktivitas Karyawan , dengan mengembangkan
potensi yang profesional melalui penelitian – penelitian dibidang
kesehatan , khususnya bidang pelayanan keperawatan.
b. Meningkatkan kompetensi kepala ruangan & perawat pelaksana
melalui pelatihan-pelatihan , training , pendidikan tentang ilmu
pelayanan keperawatan dan manajerial ruangan untuk meningkatkan
kompetensi.
22
BAB IV
KESIMPULAN
strategi yang akan dilakukan oleh kepala ruangan dalam mencapai kinerja
perawatan yang profesional, aman dan bermutu tinggi, kepala ruangan diwajibkan
lagi dengan cara mengikuti pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, mengikuti
training atau pelatihan-pelatihan baik dari dalam maupun dari luar negeri.
23
Dengan SDM yang berkompeten dokter, perawat, dan tenaga kesehatan
yang lainnya akan berdampak pada citra RSUD Dr.Soetomo Surabaya merupakan
RS yang syarat dengan keilmuan , sarana dan prasarana dengan tehnologi tinggi,
layanan yang bermutu tinggi , dan berdampak pada peningkatan jumlah pasien
DAFTAR PUSTAKA
24
Nursalam, M. (2002). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Profesional.
Sri Wahyuni (2007). Analisis kompetensi kepala ruang dalam Pelaksanaan
standar
25