Anda di halaman 1dari 34

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN AKHIR RESIDENSI

KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN KEPERAWATAN


DI RUMAH SAKIT BHAKTI YUDHA
DEPOK JAWA BARAT

Disusun sebagai penyelesaian tugas mata ajar


Residensi

Disusun oleh:

PUGUH WIDIYANTO
1006755393

PROGRAM MAGISTER ILMU KEPERAWATAN


KEKHUSUSAN KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA
2011

Laporan akhir..., Puguh Widiyanto, FIK UI, 2011


LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN AKHIR KEGIATAN


RESIDENSI MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN KEPERAWATAN
DI RUMAH SAKIT BHAKTI YUDHA
DEPOK 2011

TELAH DISETUJUI DAN DISAHKAN

Depok, 7 Desember 2011

Pembimbing Lapangan

( Yuni Susiana Nur, S.Kep, Ns )

Pembimbing Akademik

( Allenidekania, S.Kp, M.Sc )

ii

Laporan akhir..., Puguh Widiyanto, FIK UI, 2011


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan
karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan seluruh rangkaian kegiatan residensi
di RSUD Depok mulai tanggal 10 Oktober sampai dengan 7 Desember 2011.
Kegiatan residensi ini dapat terselesaikan berkat dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan yang baik ini perkenankan saya
menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar besarnya kepada dua
pembimbing saya, Ibu Allenidekania, S.Kp, M.Sc yang banyak memberikan
kepercayaan dan tanggungjawab secara penuh sehingga penulis bisa menyelesaikan
kegiatan ini dengan baik, dan Ibu Yuni Susiana Nur, S.Kep, Ns yang banyak
meluangkan waktu untuk keperluan residensi ini.
Tidak lupa pula kepada banyak pihak penulis mengucapkan banyak
terimakasih kepada :
1. Ibu Dewi Irawaty, M.A, Ph.D selaku Dekan FIK UI, tempat penulis menimba
ilmu
2. Krisna Yetti, S.Kp., M.App.Sc., selaku Koordinator Mata Ajar Residensi
Manajemen Keperawatan.
3. Direktur dan seluruh pimpinan dan Rumah Sakit Bhakti Yudha yang telah
memberikan ijin tempat residensi ini.
4. Pimpinan keperawatan beserta seluruh teman sejawat perawata RSBY yang
telah banyak membantu hingga residensi ini selesai tepat waktu.
5. Rekan-rekan Residen atas kontribusi dan semangatnya hingga delapan minggu
residensi berlalu tanpa terasa.
Saya menyadari bahwa laporan ini masih perlu untuk dikembangkan lagi,
dengan segala keterbatasan yang ada saya berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi
yang memerlukannya.
Depok, 7 Desember 2011

Penulis

iii

Laporan akhir..., Puguh Widiyanto, FIK UI, 2011


DAFTAR ISI

Halaman Judul ........................................................................................................... i


Lembar Pengesahan .................................................................................................. ii
Kata Pengantar ..........................................................................................................iii
Daftar Isi .................................................................................................................. iv
Daftar Lampiran ....................................................................................................... vi
Daftar Tabel ............................................................................................................ vii
Daftar Gambar ....................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Tujuan ........................................................... ............................................... 3
C. Manfaat .................................................................... .................................... 4

BAB II GAMBARAN UMUM DAN HASIL PENGKAJIAN


A. Gambaran Umum Rumah Sakit ……………………………………………5
1. Sejarah Rumah Sakit Bhakti Yuda Depok...............................................5
2. Struktur Organisasi RS Bhakti Yudha Depok.........................................5
3. Visi, Misi, RS Bhakti Yudha Depok…………........................................6
4. Letak dan Sarana ....................................................................................6
5. Ketenagaan Perawat ..............................................................................7
6. Manajerial keperawatan..........................................................................7
7. Analisis SWOT.......................................................................................8
B. Visi Misi dan Tujuan Bidang Keperawatan ……………………………….10
C. Pengkajian Fungsi Manajemen .......................................................................11
D. Prioritas Masalah ....................................................................................12
E. Alternatif Pemecahan Masalah...................................................................13
F. Seleksi Alternatif Pemecahan Masalah .......................................................14

BAB III PERENCANAAN


A. Rencana Kegiatan......................................................................................... 16
B. Indikator Keberhasilan dan sistem evaluasi ................................................. 16

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


A. Implementasi Rencana Kegiatan............................... ................................... 18
B. Hasil Kegiatan............................................................................................... 18

iv

Laporan akhir..., Puguh Widiyanto, FIK UI, 2011


BAB V PEMBAHASAN
A. Permasalahan................................................................................................. 20
B. Pembahasan................................................................................................... 21

BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................. 24
B. Saran .............................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................24

LAMPIRAN

Laporan akhir..., Puguh Widiyanto, FIK UI, 2011


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Proposal Residensi


Lampiran 2 Perijinan Residensi Rumah Sakit
Lampiran 3 Kerangka Pengkajian
Lampiran 4 Materi Presentasi Awal
Lampiran 5 Presensi kehadiran presentasi awal
Lampiran 6 Materi Refreshing Metode tim
Lampiran 7 Presensi kehadiran refresing metode tim
Lampiran 8 Modul Supervisi
Lampiran 9 Presensi Workshop supervisi
Lampiran 10 Materi Presentasi akhir
Lampiran 11 Keterangan Selesai kegiatan

vi

Laporan akhir..., Puguh Widiyanto, FIK UI, 2011


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Rata rata Hunian RSBY Berdasarkan Jenis ruang rawat tahun 2011
Tabel 2.2 Jumlah Tenaga Keperawatan Berdasarkan distribusi ruangan RSBY 2011
Tabel 2.3 Prosentase pengetahuan dan sikap perawat tentang metode Tim
Tabel 2.4 Prosestase Kepuasan perawat berdasar tujuh komponen
Tabel 2.5 Prioritas Masalah Manajemen Keperawatan RSBY 2011
Tabel 2.6 Seleksi Alternatif Pemecahan Masalah

vii

Laporan akhir..., Puguh Widiyanto, FIK UI, 2011


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Analisis Penyebab Masalah Belum Optimalnya Metode Tim


Gambar 2.2 Analisis Penyebab Masalah Kepuasan Perawat Rendah
Gambar 3. Struktur organisasi Rumah Sakit Bhakti Yudha

viii

Laporan akhir..., Puguh Widiyanto, FIK UI, 2011


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan salah satu institusi pemberi jasa layanan
kesehatan. Dimana kualitas pelayanan kesehatan khususnya keperawatan memiliki
kontribusi yang besar pada perkembangan pelayanan keperawatan yang ada di
sebuah rumah sakit. (Kettle, 2002).
Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki
peran yang sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat
kesehatan masyarakat Indonesia. Peran strategis ini disebabkan karena Rumah
Sakit adalah fasilitas kesehatan yang padat teknologi dan padat pakar. Peran
tersebut dewasa ini makin menonjol mengingat timbulnya perubahan-perubahan
epidemologi penyakit, perubahan struktur demografi, perubahan ilmu
pengetahuan dan teknologi, perubahan struktur sosial ekonomi dan pelayanan
yang lebih bermutu dan sanggup memenuhi kebutuhan mereka yang menuntut
perubahan pola pelayanan kesehatan di Indonesia (Aditama, 2000).
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan di rumah sakit, yang mempunyai posisi yang sangat strategis dalam
upaya meningkatkan mutu pelayanan dan pemuasan konsumen yang datang ke
rumah sakit. Jumlah tenaga keperawatan mendominasi tenaga kesehatan secara
menyeluruh, juga sebagai penjalin kontak pertama dan terlama dengan pelanggan
(pasien dan keluarganya). Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan
professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan biologis, psikologis,
sosiologis dan spiritual yang komprehensif / holistic yang ditujukan kepada
individu, keluarga dan masyarakat baik dalam keadaan sehat atau sakit yang
mencakup seluruh proses kehidupan manusia yang mengacu pada standar
professional keperawatan dan menggunakan etika keperawatan sebagai tuntutan
utama. (Gilles, 1996). Keberhasilan pelayanan kesehatan bergantung pada
partisipasi perawat dalam memberikan perawatan yang berkualitas bagi klien
(Potter & Perry, 2005).
Upaya penyelenggaraan menjaga kualitas pelayanan kesehatan di rumah
sakit tidak terlepas dari peran penting profesi keperawatan. Di unit rawat inap
1

Laporan akhir..., Puguh Widiyanto, FIK UI, 2011


tenaga keperawatan berada di tatanan pelayanan kesehatan terdepan dengan
kontak pertama dan terlama dengan pasien, yaitu selama 24 jam perhari dan 7 hari
perminggu karenanya perawat memegang posisi kunci dalam membangun citra
rumah sakit. Pelayanan keperawatan di rumah sakit adalah penghasil aktivitas
terbesar sehingga mencerminkan mutu pelayanan rumah sakitnya.
Perawat dibekali Ilmu keperawatan yang dikembangkan berdasarkan
evidence base practice di lapangan. Badan Kesehatan Dunia World Health
Organization (WHO) menyusun sebuah framework pengelolaan keperawatan
dengan membagi pada lima pilar yaitu; policy and planning (kebijakan dan
perencanaan), education, training and development (pendidikan, pelatihan dan
pengembangan), deployment and utilization (penyebaran dan ulitisasi), regulation
(peraturan), dan evidence base decision making (pembuatan kebijakan
berdasarkan kondisi lapangan) (WHO, 2003).
Framework yang telah disusun oleh WHO itu dapat digunakan oleh setiap
institusi keperawatan baik pada institusi pendidikan maupun pada pelayanan, oleh
karena itu Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia dalam
menyelenggarakan pendidikan Program Magister Ilmu Keperawatan Kekhususan
Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan memberikan mata kuliah Residensi
sebagai media mahasiswa untuk mengaplikasikan teori tentang manajemen
keperawatan di rumah sakit.
Studi pendahuluan di RS Bhakti Yudha Depok tentang pengelolaan tenaga
keperawatan antara lain ditemukan data bahwa di rumah sakit tersebut telah mulai
mennyiapkan pesusunan sistem jenjang karir perawat klinik.Terkait dengan hal
tersebut, menurut sumber di keperawatan, sistem jenjang karir yang telah menjadi
prioritas penyelesaian masalah pada beberapa waktu lalu masih perlu
empowerment (penguatan). Permasalahan lain yang juga muncul adalah keinginan
manager untuk menerapkan Model Keperawatan Profesional Keperawatan
(MPKP) untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan dimana selama ini
manajemen baru dapat melaksanakan asuhan keperawatan dengan metode tim.
Hal ini diperkuat oleh hasil kajian residensi pada tahun 2010 yang lalu didapatkan
masalah perawat belum satu persepsi memahami metode penugasan sebagai
prioritas kedua dan kepuasan perawat yang rendah pada prioritas ketiga dimaka
keduanya belum ada penanganan sampai saat ini (Jannah, 2010).

Laporan akhir..., Puguh Widiyanto, FIK UI, 2011


Berdasar pada hal tersebut, penulis selaku mahasiswa Program Magister
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia bermaksud melakukan praktik dan
melaksanakan residensi manajemen keperawatan di RS Bhakti Yudha Depok
dengan kajian utama pada evaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan dengan
metode tim guna perencanaan kedepan yang lebih tepat dan sesuai untuk
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.

B. Tujuan Residensi
1. Umum
Setelah menyelesaikan kegiatan residensi, mahasiswa mampu menerapkan
konsep dan prinsip kepemimpinan serta prinsip-prinsip manajemen
keperawatan pada instalasi/unit pelayanan kesehatan di rumah sakit dalam
upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan rumah sakit khususnya
pelayanan keperawatan.
2. Khusus
Setelah menyelesaikan residensi ini, mahasiswa mampu:
a. Mengidentifikasi kebutuhan dan masalah pelayanan kesehatan yang terkait
dengan manajemen keperawatan berdasarkan analisis situasi nyata di RS
Bhakti Yudha Depok.
b. Menetapkan prioritas kebutuhan dan masalah manajemen keperawatan
bersama pihak RS Bhakti Yudha Depok.
c. Menyusun tujuan dan rencana alternatif pemenuhan kebutuhan dan
penyelesaian masalah yang telah ditetapkan.
d. Mengusulkan alternatif pemenuhan kebutuhan dan penyelesaian masalah
yang bersifat teknis operasional bagi RS Bhakti Yudha Depok.
e. Melaksanakan alternatif pemenuhan kebutuhan dan penyelesaian masalah
yang disepakati bersama unit terkait di RS Bhakti Yudha Depok.
f. Melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan pada aspek masukan, proses dan
hasil dan dampak pada manajemen keperawatan.
g. Merencanakan tindak lanjut dari hasil yang dicapai berupa upaya
mempertahankan dan memperbaiki hasil melalui kerja sama dengan unit
terkait di RS Bhakti Yudha Depok.

Laporan akhir..., Puguh Widiyanto, FIK UI, 2011


C. Manfaat
1. Program Studi Magister Ilmu Keperawatan, kekhususan Kepemimpinan dan
Manajemen Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia,
manfaat residensi adalah peningkatan kualitas belajar mengajar yang
melibatkan mahasiswa seara aktif dalam kegiatan administrasi dan manajemen
secara nyata di rumah sakit.
2. RS Bhakti Yudha Depok pada periode residensi ini mahasiswa dapat
membantu rumah sakit atau instansi pelayanan kesehatan untuk menyelesaikan
masalah yang bersifat teknis operasional dari suatu aspek manajemen
pelayanan keperawatan tertentu, sehingga diharapkan dapat membantu rumah
sakit atau instansi pelayanan kesehatan untuk meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan secara umum yang akhirnya dapat meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan.
3. Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Keperawatan, kekhususan
Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia, manfaat residensi adalah memperluas wawasan dan
menambah pengalaman dalam mengaplikasikan administrasi dan manajemen
keperawatan.

Laporan akhir..., Puguh Widiyanto, FIK UI, 2011


BAB II
GAMBARAN UMUM dan HASIL KAJIAN RUMAH SAKIT

A. Gambaran Umum
1. Sejarah
Yayasan Bhakti Yudha berdiri pada tanggal 23 Desember 1976 yang
beralamat di jalan Panglima Polim Raya No. 102 Jakarta Selatan dengan ketua
Bapak Tjokropranolo, Bapak A Soegijanto (wakil ketua), Bapak Prasetyo
Sudarto (sekretaris) dan Bapak Rusdy Harmaya (bendahara). Pada mulanya
Yayasan Bhakti Yudha hanya membentuk rumah sakit bersalin yang bertujuan
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat Depok karena pada saat
itu hanya memiliki satu rumah sakit. Kemudian pada tanggal 28 November
1978 diresmikanlah ‘Klinik Bersalin Bhakti Yudha’ dengan kapasitas 12 buah
tempat tidur di bawah pimpinan Dr. Sutoyo.

Seiring dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat Depok dengan


pelayanan kesehatan maka Yayasan Bhakti Yudha berkeinginan meningkatkan
klinik bersalin menjadi sebuah Rumah Sakit Umum. Maksud tersebut
terlaksana, dan diresmikanlah RSU Bhakti Yudha pada tanggal 15 September
1980 oleh Kakanwil Depkes Jawa Barat yaitu Dr. Uton Muchtar MPH. Pada
saat itu RSU Bhakti Yudha dipimpin oleh Goi Darsuki dan Dr. Mismadi
Mihadi sebagai Kepala Bagian Medis dan memiliki kapasitas 16 tempat tidur.
Pada tahun 1985 pimpinan diganti oleh Dr. Krisnamurti dan pembangunan
gedung R.N.A. selesai pada tahun 1986 dan diresmikan oleh Dirjen. Yan. Kes.
Depkes. Dr .Moch .Isa pada tanggal 15 September 1986 bertepatan dengan
HUT RSU Bhakti Yudha yang ke VI. Secara bertahap RSU Bhakti makin
meningkatkan mutu pelayanan kesehatannya dengan menambah sarana
penunjang medis, jumlah tempat tidur, serta alat-alat medis sehingga memiliki
110 tempat tidur.

Sejak tahun 1989 direktur RSU Bhakti Yudha adalah Dr. Endang Titiek SF
dan semakin menunjukkan kemajuan antara lain menjalin kerjasama dengan
instansi-instansi disekitar Depok yang merupakan hasil kerjasama antara
pimpinan dan staf.

Laporan akhir..., Puguh Widiyanto, FIK UI, 2011


Pada tahun 1991 RSU Bhakti Yudha memperoleh bantuan dana dari Toyota
Corporation Japan yang dipergunakan untuk membeli alat kedokteran dan
perluasan lahan rumah sakit 7500 m2.
Dalam perkembangan sepuluh tahun terakhir (2005) RSU Bhakti Yudha dirasa
kurang dapat berkembang oleh karena hanya mengandalkan dari pendapatan
rumah sakit dengan renovasi tambal sulam. Sementara itu donasi tidak
diperoleh lagi kecuali bantuan rutin biaya perawatan pasien tidak mampu dari
Pemda DKI Jakarta.

Pada tahun 2006 terjadi perubahan status organisasi yaitu dari Yayasan Bhakti
Yudha menjadi PT Bhakti Yudha dan secara hukum diresmikan pada
September 2007. Pada saat ini RSU Bhakti Yudha Depok memiliki kapasitas
108 tempat tidur oleh karena ada perencanaan pembongkaran gedung lama
sehingga ada ruangan rawat yang dikelompokan yaitu ruang kebidanan dan
perinatalogi.

2. Struktur Organisasi
Rumah Sakit Bhakti Yuda di pimpin oleh direktur utama dengan garis
komando pada direktur operasional yang dibantu oleh duty manager. Dalam
kegiatan harian, direktur operasional dibantu oleh lima orang manajer.
Kedudukan (pengorganisasian) manajemen keperawatan berada di bawah
manajer medis dan keperawatan dengan posisi asisten manajer bidang
keperawatan yang dalam pelaksanaannya dibantu oleh supervisor. Adapun
struktur organisasi terdapat dalam lampiran.

3. Visi dan Misi


Sebagai rumah sakit swasta yang merupakan market leader hospital di kota
Depok mempunyai visi, misi, motto dan tujuan sebagai berikut :

Visi:
Pada tahun 2015 Menjadi Rumah Sakit Umum Terbaik di kota depok dengan
unggulan Pelayanan Keluarga Terpadu.

Laporan akhir..., Puguh Widiyanto, FIK UI, 2011


Misi:
a. Mewujudkan kepemimpinan visioner yang mampu menghasilkan budaya
organisasi yang kompetitif dan profesional
b. Meningkatkan SDM yang berkualitas secara berkesinambungan
c. Menyediakan pelayanan yang spesialistik yang berorientasi pada
pelayanan kesehatan keluarga terpadu dengan didukung sarana penunjang
yang canggih
d. Menyediakan jasa pelayanan kesehatan atas dasar paradigma sehat secara
pro aktif
e. Memberi pelayanan kesehatan yang bersahabat dengan pelanggan

4. Posisi Rumah Sakit


Rumah Sakit Bhakti Yudha berada di Jalan Raya Sawangan Kp. Sengon,
Kelurahan Pancoran Mas, Kecamatan Pancoran Mas, Kodya Depok. Letaknya
cukup strategis di antara dua kecamatan, Pancoran Mas di sebelah barat dan
kecamatan Beji di sebelah utara. Sementara akses dari kecamatan Sukma Jaya
di sebelah timur kurang menguntungkan. Lalulintas yang cukup padat
membuat cakupan wilayah pelayanan mencapai radius 10 km dari luas Kodya
Depok lebih kurang 20.029 ha.

5. Jenis Pelayanan Kesehatan


a. Instalasi Rawat Jalan
Klinik rawat jalan terdiri dari 19 klinik, yang dimulai dari klinik
kebidanan dan penyakit kandungan sampai klinik KB.
b. Instalasi Rawat Inap
Adapun pelayanan rawat inap terdiri dari
1) Rawat Kebidanan : 26 tempat tidur
2) Rawat Anak : 22 tempat tidur
3) Rawat Perinatalogi : 12 tempat tidur
4) Rawat Inap Umum : 60 tempat tidur
5) Rawat Inap Isolasi : 3 tempat tidur
6) Rawat Inap Perawatan Khusus : 3 tempat tidur

Laporan akhir..., Puguh Widiyanto, FIK UI, 2011


Dari instalasi rawar inap tersebut tingkat hunian (BOR) rumah sakit dalam
enam bulan terakhir adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1.
Rata rata Hunian RSBY Berdasarkan Jenis ruang rawat tahun 2011
April Mei Juni Juli Agust Sept
Amarilis 73 % 68 % 67 % 68 % 53 % 66 %
Bougenvile 67 % 73 % 76 % 69 % 55 % 67 %
Anak 52 % 53 % 51 % 46 % 42 % 42 %
Kebidanan 45 % 42 % 48 % 36 % 37 % 37 %

Perinatal 56 % 54 % 54 % 38 % 34 % 39 %

c. Instalasi Gawat darurat


Pelayanan 24 jam dengan jumlah tempat tidur sejumlah 15 buah

6. Ketenagaan
Sumber daya manusia yang ada di Rumah Sakit Bhakti Yudha Depok
tampak pada tabel berikut :
Tabel 2.2.
Jumlah Tenaga Keperawatan Berdasarkan distribusi ruangan RSBY 2011

RUANG Tetap/Capeg Kontrak Jumlah


Bougenville 23 7 30

Amarilis 14 0 14
Anak 11 3 14
Kebidanan 11 0 11

Perinatal 8 8 8
SUB TOTAL 66 10 77

UGD 17 1 18
Rawat Jalan 13 4 17
Kamar bedah 7 2 9
ICU 8 0 8
SUB TOTAL 44 6 52

Laporan akhir..., Puguh Widiyanto, FIK UI, 2011


7. Analisa Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Tantangan (S W O T)
a. Kekuatan RS Bhakti Yudha Depok
1) dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materiil
merupakan kekuatan yang tidak ternilai untuk pengembangan RS
Bhakti Yudha Depok dimasa yang akan datang
2) RS Bhakti Yudha Depok mudah dijangkau dengan berbagai jenis
alat transportasi, lingkungan yang nyaman dan menyenangkan
3) RS Bhakti Yudha Depok mempunyai fasilitas yang cukup memadai
sehingga hampir semua kebutuhan pasien dapat terpenuhi
b. Kelemahan RS Bhakti Yudha Depok
1) struktur organisasi rumah sakit dirasakan oleh perawat kurang
sesuai terkait dengan tidak adanya garis komando yang jelas antara
komite perawat dengan kepala ruang dan perawat pelaksana
2) masih minimnya perawat dengan latar belakang S1 keperawatan
sehingga terbatasnya kemampuan pengelolaan pelayanan
keperawatan baik sebagai komite keperawatan maupun kepala ruang
3) kesempatan bagi perawat D III Keperawatan untuk melanjutkan
pendidikan S1 keperawatan masih terbatas
4) kurangnya motivasi perawat untuk mengelola manajemen
keperawatan
c. Peluang RS Bhakti Yudha Depok
1) Fasilitas pelayanan yang cukup memadai bagi masyarakat sekitar
2) Digunakannya rumah sakit sebagai lahan praktek oleh berbagai
institusi pendidikan ( D III, S1 & S2 Keperawatan dan Kesehatan)
merupakan kesempatan baik bagi rumah sakit untuk menyerap
sebanyak-banyaknya ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga
perawat terpacu untuk berkembang bersama-sama.
d. Tantangan RS Bhakti Yudha Depok
1) Rumah sakit/ tempat pelayanan pesaing semakin meningkatkan
pelayanannya dengan mencetuskan beberapa pelayanan unggulan.
2) Masyarakat kelas bawah sampai keatas akan semakin tahu tentang
kualitas pelayanan yang bermutu
3) Mahalnya biaya pengobatan dan keperawatan, masyarakat beralih
ke pengobatan alternatif dan pengobatan tradisional
9

Laporan akhir..., Puguh Widiyanto, FIK UI, 2011


B. Visi Misi dan Tujuan Bidang Keperawatan
Guna menentukan arah dan tujuan keperawatan, manajemen bersama jajaran
keperawatan menyusun dan menetapkan visi, misi, tujuan dan nilai dasar bidang
keperawatan sebagai berikut:

1. Visi:
Pada tahun 2015 Terselenggaranya Asuhan Keperawatan Keluarga Terpadu
Secara Profesional dan komprehensif

2. Misi
a. Mewujudkan manajemen keperawatan yang kompetitif dan professional
b. Menyelenggarakan asuhan keperawatan keluarga terpadu melalui
peningkatan SDM Keperawatan
c. Menyediakan fasilitas dan peralatan yang mendukung terselenggaranya
pelayanan keperawatan keluarha terpadu
d. Menyediakan jasa pelayanan keperawatan atas dasar paradigm sehat
secara pro aktif
e. Memberikan pelayanan keperawatan ayng bersahabat dengan pelanggan.

3. Tujuan
a. Tercapainya manajemen keperawatan yang kompetitif dan professional
b. Terselenggaranya pelayanan keperawatan keluarga terpadu melalui
peningkatan kualitas SDM Keperawatan
c. Terpenuhinya fasilitas dan peralatan yang mendukung terselenggaranya
pelayanan keperawatan keluarha terpadu
d. Menyelenggarakan jasa pelayanan keperawatan atas dasar paradigm
sehat secara pro aktif
e. Mewujudkan pelayanan keperawatan ayng bersahabat dengan
pelanggan.

4. Nilai Dasar
a. Tanggungjawab
b. Profesional
c. Ramah
d. Peduli

10

Laporan akhir..., Puguh Widiyanto, FIK UI, 2011


C. Pengkajian Manajemen Keperawatan
Sebelum pengkajian dilakukan, residen melakukan wawancara pada manajer
keperawatan yang akhirnya disepakati bahwa permasalahan residensi pada tahun
sebelumnya yang belum dilakukan penyelesaian masalah yaitu metode penugasan
tim dan kepuasan perawat menjadi agenda utama untuk dikaji kembali. Akhirnya
focus pengkajian di persiapkan lebih focus pada melihat bagaimana metode tim
yang dilaksanakan di RSBY dan kepuasan perawat.
Instrumen untuk menilai metode penugasan tim dipersiapkan dengan membuat
questioner untuk menilai pamahaman dan sikap perawat serta lembar observasi
untuk melihat pelaksanaannya. Adapun kepuasan perawat diukur dengan
kuesioner. Berikut hasil pengkajian tersebut:

Tabel 2.3
Prosentase pengetahuan dan sikap perawat tentang metode Tim
No Variabel Baik Cukup Kurang Total
1 Pengetahuan tentang metode TIM 65 15 20 100
2 Sikap Tentang Metode TIM 76 24 0 100

Adapun data yang didapatkan dari observasi adalah sebagai berikut:

Tabel 2.4
Prosestase Kepuasan perawat berdasar tujuh komponen
No Sub Variabel Baik Cukup Kurang Total
1 Kompensasi 0 41 59 100
2 Lingkungan 7 37 56 100
3 Aktifitas 2 83 15 100
4 Kepemimpinan 9 87 4 100
5 Komunikasi 39 59 2 100
6 Peluang 4 87 9 100
7 Budaya Organisasi 24 52 24 100

11

Laporan akhir..., Puguh Widiyanto, FIK UI, 2011


D. Prioritas Masalah
Dalam rangka memudahkan penentuan urutan masalah yang menjadi prioritas,
maka dilakukan penghitungan dengan pembobotan pada setiap masalah yang
ditemukan. Proses memprioritaskan masalah akan dilakukan dengan pembobotan
yang memperhatikan aspek sebagai berikut :
1). Magnitude(M) : kecenderungan dan seringnya kejadian masalah
2). Severity (S) : besarnya kerugian yang ditimbulkan
3). Manageable (Mn) : bisa di pecahkan
4). Nursing consern (Nc) : melibatkan perhatian dan pertimbangan perawat
5). Affordability (Af) : ketersediaan sumber daya

Aspek – aspek diatas dapat diukur dengan cara yaitu :


1) Magnitude/ Prevalensi Masalah yaitu apabila masalah tersebut lebih banyak
ditemukan (prevalensinya tinggi)
2) Severity/ Akibat yang ditimbulkan yaitu apabila akibat yang ditimbulkan
suatu masalah lebih serius
3) Manageable/ Bisa dipecahkan yaitu apabila masalah yang ada diyakini dapat
terpecahkan(menemukan jalan keluar)
4) Nursing consern/ keterlibatan perawat yaitu jika masalah tersebut akan selalu
melibatkan dan memerlukan pertimbangan perawat
5) Affordability/ ketersediaan sumber daya yaitu adanya sumber daya yang
mencakup dana, sarana dan tenaga yang diperlukan untuk menyelesaikan
suatu masalah.

Tabel 2.5
Prioritas Masalah Manajemen Keperawatan RSBY 2011
No Masalah M S Mn Nc Af Skor Prioritas
1. Metode TIM belum
sepenuhnya 5 4 5 4 5 23 1
dilaksanakan
2. Kepuasan perawat
4 4 3 3 3 20 2
cukup

12

Laporan akhir..., Puguh Widiyanto, FIK UI, 2011


Dengan rentang nilai 1 – 5 yaitu 5= sangat penting, 4 = penting, 3 = cukup
penting, 2 = kurang penting, 1 = sangat kurang penting. Dimana yang menjadi
prioritas adalah masalah dengan jumlah nilai/ skor paling besar. Skor akhir
dirumuskan dengan cara : M+S+M+Nc+Af
Dari metode pembobotan didapatkan urutan prioritas masalah berdasarkan skor
yang paling besar dan atas dasar pertimbangan waktu, keterbatasan sumber daya
dan kewenangan, maka masalah yang akan diatasi terlebih dahulu adalah
masalah pelaksanaan metode tim dalam pemberian asuhan keperawatan dan
selanjutnya masalah kepuasan perawat.

E. Alternatif Pemecahan Masalah


Tujuan dan alternatif pemecahan masalah dirumuskan dalam bentuk pertanyaan
yang mencakup apa, siapa, dimana, berapa lama tujuan dicapai. Rumusan tujuan
dan alternatif pemecahan masalah sesuai masing-masing permasalahan
sebagaimana dibawah ini :

Gambar 2.1. Analisis Penyebab Masalah Belum Optimalnya Metode Tim

Dari Permasalahan pertama tersebut di susun alternatif penyelesaian:


a. Review/Penyegaran kembali tentang model Asuhan melalui
pelatihan/diskusi/simulasi untuk ketua tim dan perawat pelaksana dengan
tuuan pemahaman perawat tentang metode
metode tim menjadi fresh kembali.
b. Pembentukan tim supervisi keperawatan dengan menyusun tools dan sistem
pelaksaan metode tim

13

Laporan akhir..., Puguh Widiyanto, FIK UI, 2011


c. Penataan Job diskripsi dengan menunjuk non perawat untuk tugas teknis
administratif non asuhan (meningkatkan kinerja pembantu perawat) atau
perawat khusus non job

Gambar 2.2. Analisis Penyebab Masalah Kepuasan Perawat Rendah

Dari permasalahan kedua yaitu rendahnya kepuasan perawat, diidentifikasi


beberapa kemungkinan penyebab dengan alternatif penyelesaianya adalah:
a. Review pelayanan prima dan sistem penjaminan mutu (meningkatkan
semangat kerja dengan memperjelas hak dan kewajiban).
b. Sosialisasi sistem reward pada aktifitas tindakan (meningkatkan pemahaman
perawat tentang sistem reward di RSBY).
c. Perumusan kembali tentang sistem Reward (memperjelas hak dan kewajiban)

F. Seleksi Alternatif Pemecahan Masalah


Mengingat waktu implementasi relatif singkat, maka masalah yang diplilih untuk
diselesaikan sebagaimana yang terdapat pada tabel 2.6 dengan peringkat prioritas
tertinggi. Mengingat ada beberapa alternatif, maka dilakukan pemilihan atau
seleksi alternatif pemecahan masalah menggunakan pembobotan CARL yaitu:
C = Capability artinya kemampuan melaksanakan alternatif,
A = Accessability artinya kemudahan dalam melaksanakan alternatif,
R = Readiness artinya kesiapan dalam melaksanakan alternatif,
L = Leverage, artinya daya ungkit alternatif tersebut dalam menyelesaikan
masalah. Rentang nilai 1 - 4, dengan ketentuan sebagai berikut :

14

Laporan akhir..., Puguh Widiyanto, FIK UI, 2011


1 = seharusnya dapat diimplementasikan
2 = mungkin dapat diimplementasikan
3= harus dapat diimplementasikan
4 = pasti harus diimplementasikan

Tabel 2.6
Seleksi Alternatif Pemecahan Masalah
No. Alternatif Pemecahan Masalah C A R L Skor
1. Pembentukan tim supervisi keperawatan 4 4 4 3 192
2. Review/Penyegaran kembali tentang 4 4 4 4 256
model tim
3. Penataan Job diskripsi 2 3 3 2 36

Berdasarkan tabel di atas maka prioritas penyelesaian masalah, adalah sebagai


berikut
1. Desiminasi metode penugasan tim bagi para perawat agar dapat memahami
kembali pelaksanaan dan manfaat kerja tim.
2. Pembentukan pokja tim supervisi pelayanan keperawatan bagi manajer dan
supervisor keperawatan rumah sakit.
3. Penataan job diskripsi tugas-tugas administrasi untuk para pembantu perawat.

15

Laporan akhir..., Puguh Widiyanto, FIK UI, 2011


BAB III
PERENCANAAN

Berangkat dari identifikasi masalah, maka penyelesaian masalah yang ada dengan
menggunakan pendekatan “ Problem Solving For Better Nursing Service “. Karena
adanya keterbatasan waktu, kemampuan dan kewenangan maka penyelesaian masalah
sesuai kesepakatan antara residen dengan pihak rumah sakit dalam hal ini bidang
keperawatan dan komite keperawatan. Masalah yang akan di atasi berdasarkan
kesepakatan adalah masalah yang menjadi prioritas pertama yaitu belum optimalnya
pelaksanaan metode TIM dalam asuhan keperawatan di ruangan.

A. Rencana Kegiatan
1. Sumber Daya
Sumber daya manusia yang terlibat dalam kegiatan penyelesaian masalah ini
adalah Manajer area keperawatan, Komite Keperawatan, dan Supervisor.

2. Jadual Kegiatan
Secara garis besar jadual kegiatan terdiri dari tiga tahap yaitu :
a. Persiapan penyelesaian masalah dilaksanakan setelah adanya kesepakatan
tentang alternative penyelesaian masalah, yang dilaksanakan mulai
tanggal 24 Oktober 2011 sampai dengan 2 Nopember 2011
b. Kegiatan penyelesaian masalah yaitu kurang optimalnya sistem jenjang
karir oerawat di jadualkan mulai tanggal 14 Nopember 2011 sampai
dengan 29 November 2011
c. Kegiatan evaluasi dijadualkan selama masa penyusunan usulan kebijakan
tentang pentaan jenjang karir perawat tanggal 21 November 2011 sampai
dengan 28 November 2011

B. Indikator Keberhasilan dan Sistem Evaluasi


Indikator evaluasi dari permasalahan di atas adalah:
1. Tersosialisasinya kembali metode penugasan tim pada para calon ketua tim
di rumah sakit.
2. Dapat tersusun system supervise

16

Laporan akhir..., Puguh Widiyanto, FIK UI, 2011


PLAN of ACTION

No Kegiatan Tujuan Metode Waktu PJ


1 Review/Penyegaran kembali tentang Pemahaman perawat tentang Simulasi dan diskusi Minggu 2Nop Maryati
model Asuhan melalui metode tim menjadi fresh
pelatihan/diskusi/simulasi untuk ketua kembali
tim dan perawat pelaksana

2 Pembentukan tim supervisi keperawatan Tersusun pedoman sistem Workshop, diskusi Minggu 3 Maryati
dengan menyusun tools dan sistem supervisi Nop
pelaksaan metode tim
3 Penataan Job diskripsi dengan menunjuk Meningkatkan kinerja perawat Penyusunan aktifitas Minggu 4 Maryati
non perawat untuk tugas teknis pada asuhan langsung kepada utama dan aktifitas Nop
administratif non asuhan (meningkatkan klien pendukung asuhan
kinerja pembantu perawat) atau Perawat
khusus non job
4 Review pelayanan prima dan sistem Meningkatkan semangat kerja Ceramah, Diskusi dan Tahun 2012 Titi S
penjaminan mutu dengan memperjelas hak dan tanya jawab
kewajiban
5 Sosialisasi sistem reward pada aktifitas Meningkatkan pemahaman Diskusi dan Tanya Tahun 2012 Titi S
tindakan perawat tentang sistem reward di jawab
RSBY
6 Perumusan kembali tentang sistem Memperjelas hak dan kewajiban Workshop Tahun 2012 Titi S
Rewawrd

17
Laporan akhir..., Puguh Widiyanto, FIK UI, 2011
BAB IV
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

A. Implementasi Rencana Kegiatan


Kegiatan implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah disusun.
Berdasarkan tabel PoA teridentifikasi enam kegiatan, namun mengingat
keterbatasan waktu residensi maka dari enam perencanaan dilakukan penyelesain
pada dua masalah yang paling penting yaitu:
1. Workshop metode penugasan tim
2. Penyusunan pedoman supervisi keperawatan

B. Hasil Kegiatan
Pelaksanaan presentasi dilaksanakan dengan hasil penentuan masalah dan
rencana penyelesaian masalah tentang metode penugasan tim dan kepuasan
perawat. Dari dua masalah tersebut metode tim mendapat rangking penyelesaian
masalah yang pertama dengan beberapa langkah kegiatan:
1. Workshop penyegaran kembali metode tim.
Kegiatan ini diikuti oleh 32 orang perawat dari empat ruang perawatan dan
beberapa koordinator ruang perawatan. Sejumlah tersebut dipilih dengan
kriteria perawat yang memiliki karakteristik mampu manjadi ketua tim
karena pada saatnya nanti perawat yang telah mengikuti kegiatan ini akan
diberikan tanggungjawab menjadi ketua tim di ruang masing-masing.
Kegiatan berlangsung selama dua periode untuk menyesuaikan kesibukan
para perawat diruanganya yaitu 9 dan 10 nopember 2011. Materi metode
penugasan disampaikan oleh Residen. Kegiatan ini telah tercapai sesuai
indicator keberhasilan yaitu setiap ruang perawatan terwakili minimal tiga
orang yang diharapkan dapat memimpin tim pelayanan keperawatan. Setelah
penyegaran materi ini perlu dilakukan implementasi di ruangan dengan
pemantauan yang terstruktur melalui mekanisme supervise keperawatan.

2. Workshop Sistem Supervisi


Kegiatan ini dilaksanakan sebagai upaya menyiapkan supervisor dan
perangkat supervise untuk mendukung pelaksanaan metode tim. Kegiatan
dilakukan selama sehari pada tanggal 17 nopember 2011 dengan hasil
18

Laporan akhir..., Puguh Widiyanto, FIK UI, 2011


tercapai sesuai indicator yaitu sebuah modul system supervise yang dapat
dipakai sebagai acuan kegiatan supervise. Kegiatan diikuti oleh assisten
manager, komite keperawatan/diklat dan supervisor. Pada tahap selanjutnya
perlu dilakukan perencanaan penerapan system supervise ini untuk
meningkatkan kualitas personal dari jajaran keperawatan dan sekaligus
sebagai monitoring kompetensi perawat.

19

Laporan akhir..., Puguh Widiyanto, FIK UI, 2011


BAB V
PEMBAHASAN

A. Permasalahan
Residensi mahasiswa keperawatan diharapkan mampu memberi masukan agar
perkembangan pendidikan keperawatan bisa seimbang dengan perkembangan
pelayanan keperawatan. Proses ini diawali dengan cara melakukan pengamatan
atau observasi terhadap pelayanan yang diberikan kemudian dibandingkan
dengan perkembangan teori yang ada sehingga dapat diidentifiksi kelebihan dan
kekurangan yang dimiliki oleh rumah sakit tersebut. Selama proses residensi
mahasiswa juga melakukan proses pembelajaran dalam hal ini bagaimana
penerapan sistem manajemen keperawatan dalam sebuah rumah sakit.

Pada proses residensi di Rumah Sakit Bhakti Yudha Depok, teridentifikasi dua
masalah yang menjadi fokus implementasi yaitu metode penugasan tim dan
kepuasan perawat.

Berdasarkan hasil pengkajian pemahaman perawat tentang metode tim


memperlihatkan bahwa dari sebagian kecil responden saja (20%) yang memiliki
pengetahuan kurang baik. Adapaun dari komponen sikap tidak ada yang sikapnya
kurang baik (0%) akan tetapi dari hasil observasi dan wawancara ditemukan
bahwa pelaksanaan metode tim ini belum dilaksanakan dengan benar.
Masalah kedua yang menjadi target penyelesaian masalah adalah tentang
kepuasan perawat. Masalah ini penting untuk di atasi karena berbagai
kemungkinan yang dapat menyebabkan implementasi metode tim belum optimal
bias disebabkan karena ketidak puasan perawat di rumah sakit.

Dari masalah tersebut di atas bersama-sama dengan bidang perawatan menyusun


alternatif pemecahan masalah. Selanjutnya pada saat presentasi hasil pengkajian
manajemen keperawatan oleh residen, masalah pertama yaitu metode penugasan
tim disepakati menjadi prioritas untuk diselesaikan.

20

Laporan akhir..., Puguh Widiyanto, FIK UI, 2011


B. Pembahasan
Manajemen keperawatan telah menyatakan mengadopsi tim beberapa tahun
sebelumnya dengan penguatan Surat Keputusan Direksi sebagai upaya
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan dan meningkatkan kontribusi
personal perawat dalam penyembuhan klien.
Dalam konsep, metode tim ini adalah metode yang tepat digunakan pada rumah
sakit yang memiliki variasi kemampuan perawat yang berbeda-beda sehingga
dengan metode tim akan terbentuk gabungan personal dengan berbagai
kemampuan. Ketua tim dengan berbagai tanggungjawab secara teknis dan
fungsional menuntut dipilihnya seorang ketua tim dengan latar belakang
pendidikan sarjana keperawatan.

Secara umum RSBY memang memiliki beberapa keterbatasan untuk dapat


mengatasi masalah tersebut dan mengembangkan metode tim dalam asuhan
keperawatan bila dilihat dari kualifikasi pendidikan perawat, hal ini disebabkan
tenaga pelaksana keperawatan yang berpendidikan Sarjana Keperawatan dengan
profesi Ners hanya ada satu orang sedang sebagian besar berpendidikan diploma
III dan sebagian kecil masih berpendidikan menengah, yang mana Sitorus (2006)
menyebutkan bahwa ketua tim bertanggungjawab terhadap dalam mengkaji
sampai membuat perencanaan dan selanjutnya mengkoordinasikan rencana yang
telah disusun kepada anggota tim dalam forum case conference. Seorang ketua
tim juga di tuntut memiliki kemampuan manajemen dan komunikasi yang baik
karena ketua tim menjadi motor dan berperan kunci dalam manajemen asuhan.
Dengan demikian syarat ketua tim minimal sarjana keperawatan dengan
pengalaman kerja menjadi satu tuntutan agar kualitas tim yang bertugas menjadi
berkualitas.

Adanya kekurangan tenaga yang ada untuk menjadi ketua tim ini pada
implementasi residen dilakukan penurunan grade dengan mengambil ketua tim
dari perawat yang memiliki pengalaman dan kemampuan manajerial saja. Dengan
langkan ini akhirnya teridentifikasi sejumlah 32 perawat untuk kemudian
dilakukan workshop sebagai penyegaran kembali konsep asuhan dengan metode
tim.

21

Laporan akhir..., Puguh Widiyanto, FIK UI, 2011


Setelah dilakukan penyegaran tentang metode tim ini, pada tahap implementasi
dilakukan di empat ruang perawatan yaitu ruang bougenvil, amarilis, melati dan
perinatal. Dalam pelaksanaanya ternyata masih banyak hambatan oleh karena
sebagian perawat mengatakan bahwa metode tim sulit dijalankan karena menyita
waktu lebih banyak padahal perawat juga diberi tugas menyelesaikan kegiatan
administratif. Sebagian lain mengatakan karena implementasi metode tim tidak
mempengaruhi apapun terhadap reward yang diterima. Dua alasan ini tentu
membutuhkan solusi sebagai upaya tindak lanjut penyelesaian masalah lebih
terarah sekiranya RSBY tetap akan menerapkan konsep asuhan dengan metode
tim.

Ruang rawat inap yang menjadi target implementasi khususnya ruang melati
sebenarnya memiliki karakteristik paling ideal bial dilihat dari rata-rata jumlah
pasien dibanding perawat jaga setiap shift, dimana rata-rata jumlah pasien setiap
hari berkisar 5-8 pasien. Jumlah ini berada pada rentang ideal bagi ketua tim
untuk melakukan pengkajian sampai dapat merumuskan diagnosa keperawatan.
Implementasi lebih terfokus bisa jadi perlu dilakukan di ruang melati ini sebagai
pilot proyek pelaksanaan metode tim, akan tetapi pada saat implementasi residen
ruang melati sedang pada tahap perpindahan lokasi di gedung baru. Melihat
lokasi di gedung baru dengan desain doorloop dengan ruang perawatan di kanan
kirinya dari sisi bangunan fisi terlihat sangat ideal untuk penerapan metode tim
ini karena ketua tim dapat melakukan pemantauan dengan jangakauan lebih
banyak.

Masalah hambatan implementasi tim juga terjadi karena perawat menganggap


metode tim bila diterapkan akan menyita lebih banyak waktu dengan tidak ada
kompensasi reward yang diterima. Masalah ini tentunya harus dikaji secara lebih
khusus dikaitkan dengan job analisis kerja perawat. Dengan diketahuinya job
analisis perawat maka akan bisa dilihat seberapa banyak perawat melakukan
kegiatan asuhan dan kegiatan teknis. Dalam hal bila kegiatan teknis dan
administratif ini menghambat aktifitas utama kegiatan asuhan keperawatan tentu
manajemen harus berani mengambil langkah dengan melakukan beberapa
pembenahan seperti memanfaatkan tenaga POS (pembantu perawat) untuk
menangani kegiatan administratif yang selam ini dilakukan oleh perawat. Hal ini

22

Laporan akhir..., Puguh Widiyanto, FIK UI, 2011


tentu akan meminimalkan cost dan perawat bisa lebih fokus pada pemberian
asuhan keperawatan yang pada akhirnya kualitas pelayanan RSBY bisa lebih
baik.
Permasalahan tidak adanya komplain dari pengguna jasa keperawatan RSBY
terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan tentu bukan indikasi asuhan
yang diberikan sudah berkualitas. Dengan mempertimbangkan beberapa
penelitian tentang manfaat metode tim ini maka RSBY perlu menegaskan
kembali kesepakatan metode tim ini dengan menetapkan beberapa perawat yang
telah mengikuti penyegaran metode tim dengan pengakuan berupa surat
keputusan direktur yang disertai dengan job diskripsi yang jelas agar ketua tim
memiliki legalitas dan kewenangan yang jelas. Setelah perangkat metode tim
siap, tentu diperlukan mekanisme pengawasan, pembinaan dan evaluasi secara
terus menerus berupa supervisi keperawatan. Untuk itu pada implementasi
masalah pertama pada alternatif kedua dilakukan workshop penyusunan sistem
supervisi yang melibatkan manajer keperawatan, diklat, komite dan beberapa
supervisor. Melalui kegiatan workshop sehari di hasilkan rancangan sistem
supervisi dengan beberapa syarat supervisor, teknis supervisi dan tool supervisi.
Mengingat supervisi ini merupakan kegiatan berkesinambungan sepanjang waktu
maka membutuhkan perencanaan yang matang. Akhir dari workshop di sepakati
bahwa manajer keperawatan akan mengadopsi sistem yang telah disusun dan
akan disusun perencanaan pada awal tahun 2012.

Permasalah kedua tentang kepuasan perawat yang terlihat belum baik adalah
masalah reward. Sesuatu yang sensitif dan sangat individual sekali memang
ukuran kepuasan terhadapreward akan tetapi dari apa yang di temukan pada
wawancara sebagian menyatakan ketidak jelasan perhitungan sistem reward
bukan pada besarnya reward. Sebagian menyebutkan bahwa ukuran pengabdian
yang diberikan sudah sesuai dengan penghargaan yang dia terima di RSBY ini.

23

Laporan akhir..., Puguh Widiyanto, FIK UI, 2011


BAB VI
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Residensi Manajemen keperawatan di RSBY menindaklajuti permasalahan tahun
sebelumnya dengan focus pada dua masalah utama yaitu belum optimalnya
metode tim dan kepuasan perawat dengan hasil sebagai berikut:
1. Terkait metode tim yang telah diimplemasikan dengan hasil sejumlah 32
perawat mengikuti penyegaran metode penugasan tim.
2. Kendala implementasi di ruangan adalah budaya kerja perawat yang enggan
dengan perubahan dan anggapan menambah beban kerja pada penerapan
metode tim serta tidak ada dampak terhadap reward yang diterima maupun
komplain pasien.
3. Agar metode tim ini dapat diterapkan lebih baik diperlukan ketua tim dengan
kualifikasi pendidikan sarjana serta memiliki pengalaman memimpin dan
melaksanakan asuhan.
4. Tersusun modul supervise, suatu perangkat untuk pedoman supervisi
keperawatan yang terdiri dari syarat supervisor, teknis supervisi dan tools
supervisi.

B. SARAN
Berdasarkan uraian diatas, maka beberapa saran untuk perbaikan rumah sakit
dapat dipertimbangkan:
1. Perlu melakukan job analisis untuk mengetahui aktifitas perawat selama
bekerja seningga dapat ambil keputusan yang jelas mengenai penataan tugas-
tugas administrative oleh orang yang bukan perawat.
2. Sesuai dengan misi RSBY untuk memiliki sumber daya manusia yang
berkualitas, maka perencanaan pengembangan SDM keperawatan khususnya
harus dilihat dari kebutuhan dan pemanfaatan di kemudian hari.
3. Perlu pengakuan secara tertulis sebagai legitimasi terhadap ketua tim sebagai
ujung tombak pelayanan dalam bentuk surat keputusan direksi.
4. Perlu penerapan system supervise yang baik untuk menjamin metode
penugasn tim berjalan dengan baik dan diketahui hambatan-hambatanya.

24

Laporan akhir..., Puguh Widiyanto, FIK UI, 2011


DAFTAR PUSTAKA

Aditama. (2002). Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Edisi kedua. Jakarta:


Penerbit Universitas Indonesia.
Azwar, A. (1996). Manajemen Mutu Pelayanan kesehatan. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
Benner P. (1984). From Novice to Expert: Excellence and Power in Nursing
Practice. Menlo Park, Calif: Addison-Wesley.
Direktorat Bina pelayanan Keperawatan. (2006). Pedoman Pengembangan Jenjang
Karir Profesional Perawat. Jakarta. Direktorat Bina Pelayanan
Keperawatan Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen
Kesehatan RI.
Depkes RI. (2000). Standar Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta.
Gillies, D.A. (2001). Nursing Management A System Approach. 3rd ed. Phyladelphia:
WB. Saunders Company.
Huber, DL. (2006). Leadership and Nursing Management. 3rd ed. Phyladelphia:
Saunders Elsevier.
Ilyas, Y. (2004). Perencanaan SDM Rumah Sakit Teori, Metoda dan Formula.
Jakarta: Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan FKM UI
Marquis, B.L. & Huston, C., J. (2000). Leadership roles and management function in
nursing: Theory & application. (3rd ed.). Philadelphia: Lippincott
Meldona. (2009). Manajemen Sumber daya manusia perspektif integratif. UIN –
Malang Press.
Nursalam. (2002). Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Medika.
Swansburg, R.C. (2000). Pengantar Kepemimpinan & Manajemen Keperawatan
untuk Perawat Klinis, alih bahasa oleh Samba S. Jakarta: EGC.
------------------------(2001). Pengembangan Staf Keperawatan: suatu Komponen
Pengembangan SDM. Alih bahasa oleh Agung Waluyo. Jakarta: EGC.
Wiyono, Djoko. (2000). Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan: Teori, Strategi dan
Aplikasi. Surabaya: Airlangga University Press.

25

Laporan akhir..., Puguh Widiyanto, FIK UI, 2011


LAMPIRAN -LAMPIRAN

26

Laporan akhir..., Puguh Widiyanto, FIK UI, 2011

Anda mungkin juga menyukai