Anda di halaman 1dari 9

Dunia Keperawatan: Jurnal Keperawatan dan Kesehatan @ JDK 2020

DOI: 10.20527/dk.v8i2.7757 eISSN: 2541–5980; pISSN: 2337-8212


Received January 2020; Accepted July 2020

Supervisi Klinis Berjenjang Sebagai Upaya Pemberian Asuhan Keperawatan yang


Aman Terhadap Pasien

Ade Irma Dahlia1, Enie Novieastari2, Tuti Afriani3


1
Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia
2,3
Dosen Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia

E-mail korespondensi : ade.irma82@ui.ac.id

Abstrak
Rumah Sakit wajib melakukan evaluasi kompetensi klinis perawat yang disertai dengan penguatan pengarahan
dan monitoring kinerja klinis oleh perawat manajer untuk memastikan bahwa perawat kompeten sehingga
dapat memberikan asuhan keperawatan yang aman dan sesuai standar profesi. Tujuan studi ini untuk
mempersiapkan Panduan, Standar Operasional Prosedur dan instrumen supervisi klinis keperawatan yang
dilakukan secara berjenjang serta mensosialisasikan dan mengevaluasi implementasi panduan dan SPO
supervisi klinis berjenjang di RS X. Metode menggunakan pilot study melalui teori perubahan Kurt Lewin
dengan analisis masalah menggunakan diagram fishbone. Tahap unfreezing dilakukan dengan mengumpulkan
data-data hasil pengkajian masalah manajemen melalui wawancara, observasi dan survey pada perawat rawat
inap RS X. Tahap movement yaitu melakukan semua proses perubahan yang tertulis dalam bentuk Plan of
Action (POA) bersama pihak RS. Tahap refreezing yaitu panduan dan SPO supervisi keperawatan disahkan
oleh pihak RS. Implementasi yang diberikan sebagai solusi permasalahan yaitu membuat panduan dan SPO
supervisi klinis keperawatan berjenjang. Rekomendasi bagi rumah sakit yaitu memberikan pelatihan supervisi
klinis bagi kepala ruang dan perawat primer, sosialisasi instrumen supervisi yang sudah diperbaiki dan
menambahkan supervisi klinis sebagai indikator kinerja bagi kepala ruang dan perawat primer.
Kata-kata kunci : evaluasi kompetensi, supervisi keperawatan, supervisi berjenjang

Abstract
The hospital is required to conduct an evaluation of nursing clinical competence accompanied by
strengthening of direction and monitoring of clinical performance by the nurse manager to ensuring that nurses
are competent so that they can provide safe and appropriate nursing care according to professional standards.
The purpose of this study is to socialize and evaluate the implementation of multilevel clinical supervision
guidelines and SOP at RS X. The method is used pilot study through Kurt Lewin's theory of change with
problem analysis using fishbone diagrams. The unfreezing phase is carried out by collecting data on the results
of the assessment of management problems through interviews, observations and surveys. The movement phase
is doing all the change processes that are written in the form of Plan of Action (POA) with the hospital. The
refreezing phase The refreezing stage, namely guidance and SPO for nursing supervision, was endorsed by the
hospital. Implementation is given as a solution to the problem that is making guidelines and SPO clinical
supervision of tiered nursing. The recommendation for the hospital is to provide clinical supervision training
for the head nurse and primary nurses, socialization of the improved supervision instruments and add clinical
supervision as a performance indicator for the head nurse and primary nurses.

Keywords: competency evaluation, nursing supervision, tiered supervision

Cite this as : Dahlia AI, Novieastari E, Afriani T. Supervisi Klinis Berjenjang Sebagai Upaya Pemberian Asuhan
Keperawatan yang Aman Terhadap Pasien. Dunia Keperawatan. 2020;8(2): 304-312

PENDAHULUAN Sakit yang selalu bersama pasien selama 24


jam harus kompeten, terampil dan bekerja
Teknologi dan informasi yang berkembang sesuai standar dan kode etik profesi agar dapat
pesat menjadikan kebutuhan akan pelayanan memberikan asuhan keperawatan yang aman
di bidang kesehatan semakin meningkat. bagi pasien.
Masyarakat menuntut pelayanan kesehatan
yang berkualitas, aman dan paripurna yang Pelayanan keperawatan harus berusaha
perlu diwujudkan oleh seluruh tim kesehatan menciptakan pelayanan asuhan keperawatan
termasuk tenaga keperawatan. Perawat yang baik serta mampu memberikan
sebagai tenaga kesehatan terbesar di Rumah keamanan dan kenyamanan bagi pasien. Mutu

304
Dunia Keperawatan, Volume 8, Nomor 2, 2020: 304-312

pelayanan asuhan keperawatan harus monitoring kinerja klinis yang berkelanjutan.


diperhatikan dalam manajemen pelayanan Pengembangan profesional yang
keperawatan. Manajer keperawatan, direktur, berkelanjutan adalah komponen wajib
dan staf yang terlibat ikut bertanggung jawab perawat untuk mendapatkan lisensi praktik.
dalam pengembangan keperawatan karena Salah satu peluang untuk terlibat dalam
akan memengaruhi kualitas keperawatan, pengembangan profesional adalah melalui
keselamatan dan kepuasan pasien, retensi dan supervisi klinis (4). Penguatan model
kepuasan kerja perawat serta lingkungan kerja preceptorship dan mentorship akan
(1). memperkuat sistem penilaian kinerja klinis
secara berkesinambungan (OPPE & FPPE),
Pelayanan keperawatan yang profesional dimana masing-masing Perawat Klinis (PK)
harus dilaksanakan oleh perawat yang level bawah dibimbing oleh Perawat Klinis
kompeten agar asuhan keperawatan dapat level diatasnya. Kondisi ini menuntut adanya
diberikan secara aman dan sesuai standar model supervisi berjenjang. Supervisi
profesi. Merujuk pada standar SNARS KKS dilakukan terus menerus melalui proses
13, bahwa Rumah Sakit harus memastikan preceptorship oleh preceptor maupun atasan
bahwa setiap perawat kompeten untuk dari staf perawat (5). Hal ini sesuai dengan
memberikan asuhan keperawatan mandiri, PMK No 40 tahun 2017 tentang jenjang karir
kolaborasi, delegasi dan mandat kepada profesional perawat klinis, bahwa peran dari
pasien secara aman dan efektif. Standar KKS manajer perawat dalam peningkatan jenjang
15 juga menyampaikan bahwa Rumah Sakit karir perawat adalah salah satunya dengan
harus melakukan evaluasi kinerja staf melakukan supervisi klinik melalui
keperawatan, dalam hal ini kinerja preceptorship dan mentorship.
keperawatan harus dinilai sesuai kewenangan
klinis disamping aspek penilaian yang lain (2). Supervisi klinis merupakan salah satu
Maka diperlukan suatu pengarahan dan keterampilan yang harus dimiliki seorang
pengawasan dari manajer keperawatan untuk kepala ruangan dalam melaksanakan tugasnya
menjamin bahwa perawat yang melaksanakan sebagai manajer ruangan dan sebagai individu
asuhan keperawatan memang kompeten perawat yang dianggap mempunyai
dalam memberikan asuhan. kemampuan dan pengalaman sehingga
mampu berperan sebagai role model dalam
Supervisi merupakan salah satu fungsi menjamin kualitas, akuntabilitas dan
manajemen pada tahap actuating yang efektivitas praktik. Pelaksanaan tugas perawat
dilakukan untuk mengarahkan perawat agar perlu mendapat pengarahan yang tepat dari
bekerja secara efektif, terukur, efisien, dan orang yang memiliki kompetensi (3).
menurunkan risiko masalah pekerjaan. Supervisi klinis profesional membantu
Supervisi keperawatan adalah salah satu perawat merefleksikan praktik mereka dan
model pengarahan, bimbingan, evaluasi dan memperdalam pembelajarannya (6).
pembentukan peningkatan kemampuan, Rumah Sakit X merupakan rumah sakit
motivasi kemauan, sikap dan keterampilan vertikal milik Kementerian Kesehatan dan
dalam melaksanakan asuhan keperawatan. merupakan rumah sakit rujukan nasional
Supervisi sangat penting dilakukan karena untuk otak dan saraf. RS ini telah berdiri sejak
kegiatan ini memberi dukungan untuk tahun 2014 dengan jumlah total perawat saat
perawat, sebagai forum diskusi terhadap isu- ini sebanyak 453 orang dengan 42,5 %
isu klinis, menjaga keterampilan klinis, pendidikan Ners, 0,8 % S1 Keperawatan, 0,3
peningkatan keterampilan yang lebih % S2 keperawatan dan 55,9 % adalah D3
kompleks, menjalin komunikasi, keperawatan. Mayoritas tenaga perawat
meningkatkan retensi kerja, menurunkan dengan level kompetensi PK I Umum. Rumah
biaya pengembangan profesional dan biaya Sakit X memiliki 9 ruang rawat inap, 3 ruang
administrasi, serta meningkatkan kepuasan rawat jalan, ruang OK, ICU, SCU, HCU dan
kerja perawat (3) IGD. Metode penugasan menggunakan
Penilaian kompetensi klinis perawat harus metode MPKP dimana dalam satu ruangan
disertai dengan penguatan pengarahan dan terdapat beberapa perawat primer dan perawat
305
Dahlia AI, Novieastari E, Afriani T. Supervisi Klinis Berjenjang Sebagai Upaya Pemberian Asuhan Keperawatan,

pelaksana. Penilaian kompetensi klinis yang Survei melalui kuesioner dilakukan pada
diimplementasikan RS X dilakukan setahun perawat primer dan perawat pelaksana
sekali. Rumah sakit saat ini belum memiliki mengenai persepsi perawat terhadap supervisi
panduan dan SPO terkait supervisi klinis klinis berjenjang dalam asuhan keperawatan.
keperawatan yang dilakukan secara
berjenjang. Proses supervisi klinis Tehnik sampel yang digunakan yaitu
keperawatan menuntut peran semua perawat purposive sampling dengan proportionate
dalam meningkatkan dan menjaga mutu stratified random sampling. Jumlah
asuhan keperawatan sehingga pasien responden 55 orang yang terdiri dari 17
menerima asuhan yang aman. perawat primer dan 38 perawat pelaksana.
Survei berisi tentang data demografi dan
Hasil pengkajian melalui wawancara, persepsi perawat primer dan perawat
observasi dan survei di Rumah Sakit X pelaksana tentang supervisi klinis dalam
didapatkan data bahwa supervisi klinis asuhan keperawatan. Hasil data yang
keperawatan belum dilaksanakan secara terkumpul dilakukan analisis fishbone untuk
optimal dikarenakan belum adanya regulasi mengetahui permasalahan yang terjadi.
yang mengatur tentang supervisi klinis Beberapa kegiatan disusun dalam rangka
keperawatan. Supervisi klinis hanya mengatasi masalah. Kegiatan tersebut antara
dilakukan oleh beberapa kepala ruang dan lain, penyusunan Plan of Action (POA),
perawat primer namun tidak seragam tentang penyusunan draft panduan dan SPO tentang
tata laksananya. Evaluasi kompetensi klinis supervisi klinis keperawatan, ujicoba
dilakukan setahun sekali dan belum ada tindak supervisi klinis keperawatan, evaluasi
lanjutnya. Pilot study dilaksanakan untuk terhadap panduan, SPO dan pelaksanaan
mempersiapkan Panduan, Standar supervisi klinis keperawatan. Evaluasi yang
Operasional Prosedur dan instrumen supervisi dilakukan mengacu pada hasil observasi saat
klinis keperawatan yang dilakukan secara ujicoba dan masukan yang diperoleh dari
berjenjang serta mensosialisasikan dan perawat.
mengevaluasi implementasi panduan, SPO
dan instrumen supervisi klinis berjenjang di HASIL DAN PEMBAHASAN
RS X.Untuk memandu proses perubahan ini, Tahap Unfreezing
penulis menggunakan teori perubahan Kurt Tahap unfreezing merupakan tahap dimana
Lewin melalui tiga tahapan yaitu unfreezing, data dikumpulkan, masalah dirumuskan,
movement dan refreezing. memutuskan apakah perubahan perlu
METODE dilakukan, dan membuat orang lain juga
peduli terhadap perubahan yang harus
Desain yang digunakan dalam studi ini adalah dilakukan (7). Pelaksanaan tahap unfreezing
pilot study. Pilot study dilakukan dalam diawali dengan cara mengumpulkan data-data
rangkaian kegiatan sebagai agen hasil pengkajian dan memaparkan data-data
pembaharuan di RS X dengan mempersiapkan hasil pengkajian manajemen kepada pihak RS
Panduan, SPO dan instrumen supervisi klinis X. Penyajian data berupa hasil wawancara
keperawatan. Pendekatan perubahan pada kepala bidang, komite keperawatan,
terencana yang digunakan dalam studi ini supervisor dan kepala ruang. Analisis masalah
adalah dengan menggunakan metode Kurt dilakukan dengan menggunakan diagram
Lewin melalui tiga tahapan, yaitu unfreezing, fishbone (Gambar 1). Pelaksanaan pada tahap
movement, dan refreezing. Kegiatan diawali ini bertujuan untuk membangun kesadaran
dengan menggunakan wawancara, observasi, organisasi bahwa hal tersebut merupakan
dan survei. Wawancara dilakukan pada kepala masalah yang harus diselesaikan.
ruang, supervisor, komite keperawatan dan
kepala bidang keperawatan terkait Kepala bidang mengatakan bahwa supervisi
pelaksanaan supervisi klinis keperawatan. klinis berjenjang belum dilakukan di RS X.
Observasi dilakukan untuk mengidentifikasi Berdasarkan hasil wawancara dengan komite
ketersediaan dokumen dan keterkinian keperawatan bahwa sudah dilakukan
dokumen terkait supervisi klinis perawat. appraisal performance sejak 2017, dan
pelaksanaannya setahun sekali namun belum
306
Dunia Keperawatan, Volume 8, Nomor 2, 2020: 304-312

ada tindak lanjut dari hasil evaluasi orang (9,1%) responden merupakan PK II
kompetensi tersebut. Komite keperawatan Neurosains. Hasil analisis kuesioner bahwa
terkadang merasa ragu terhadap hasil logbook sebanyak 20% responden kurang setuju dan 2
perawat, apakah benar kompeten atau tidak. % responden tidak setuju bahwa supervisi
Mayoritas perawat berada di level kompetensi oleh kepala ruang dan perawat primer
PK I Umum. Hasil wawancara pada dilakukan setiap saat.
supervisor didapatkan data bahwa supervisor
melakukan supervisi ke tiap ruangan, namun Hasil wawancara, observasi dan kuesioner
lebih spesifik ke supervisi manajemen digunakan sebagai identifikasi masalah yaitu
keperawatan. Hasil wawancara pada kepala belum optimalnya supervisi klinis
ruang didapatkan data bahwa kepala ruang keperawatan berjenjang, kemudian dilakukan
jarang melakukan supervisi klinis analisis fishbone untuk menentukan akar
dikarenakan lebih sering mengerjakan laporan penyebab masalah. Penyebab masalah belum
dan administrasi. Kepala ruang lebih sering optimalnya supervisi klinis keperawatan
mendelegasikan ke perawat primer untuk berjenjang dilihat dari aspek man, money,
melakukan supervisi pada perawat pelaksana method, dan environment. Aspek man yaitu
namun metode yang digunakan belum kepala ruang dan perawat primer belum
seragam di tiap ruang. Kepala ruang dan memahami pentingnya supervisi klinis
perawat primer belum pernah mendapatkan keperawatan secara berjenjang dalam
pengetahuan mengenai supervisi klinis menjaga mutu keperawatan, 20% responden
keperawatan. kurang setuju bahwa kepala ruang dan
perawat primer melakukan supervisi setiap
Hasil observasi didapatkan bahwa belum ada saat. Mayoritas perawat berada di level
regulasi yang mengatur tentang supervisi kompetensi PK I Umum. Aspek method yaitu
klinis keperawatan. Hasil kuesioner belum ada regulasi yang mengatur
didapatkan data bahwa sebanyak 38 orang pelaksanaan supervisi klinis keperawatan
(69,1%) responden merupakan PK I Umum, secara berjenjang dan belum ada format
12 orang (21,8%) PK I Neurosains dan 5 pendokumentasian supervisi klinis

Gambar 1. Analisis Diagram Fishbone pelaksanaan supervisi klinis keperawatan


307
Dahlia AI, Novieastari E, Afriani T. Supervisi Klinis Berjenjang Sebagai Upaya Pemberian Asuhan Keperawatan,

keperawatan. Pada aspek environment yaitu keperawatan dan kepala bidang keperawatan.
kepala ruang lebih sering mengerjakan tugas Sosialisasi dihadiri oleh 15 orang yang terdiri
administratif serta beberapa ruang perawatan dari 12 Kepala Ruang, supervisor
hanya memiliki satu perawat primer. keperawatan, Komite Keperawatan dan
Kepala Bidang Keperawatan. Kemudian
Untuk menyelesaikan masalah supervisi klinis dilakukan uji coba supervisi klinis
yang belum optimal maka dibuat Plan of keperawatan di satu ruangan sesuai draft
Action. Tindakan untuk menyelesaikan panduan dan SPO supervisi klinis
masalah ini disetujui oleh Bidang keperawatan. Tahap selanjutnya yaitu
Keperawatan, Komite Keperawatan, melakukan evaluasi dari pelaksanaan uji coba
supervisor dan kepala ruangan di rumah sakit. supervisi klinis keperawatan.
Perencanaan pelaksanaan supervisi klinis
keperawatan dilakukan dengan kerangka kerja Evaluasi dilakukan dengan cara mengundang
fungsi manajemen POSAC yaitu planning seluruh kepala ruang di satu ruangan dan
(perencanaan), organizing mendengarkan pendapat mereka. Hasil
(pengorganisasian), staffing (ketenagaan), evaluasi setelah pelaksanaan sosialisasi dan
actuating (pengarahan) dan controlling uji coba supervisi klinis keperawatan adalah
(pengendalian). Uraian setiap kegiatan kepala ruang menyatakan bahwa panduan dan
berdasarkan POSAC dalam perencanaan SPO mudah dipahami dan sangat bermanfaat
pelaksanaan supervisi klinis ini akan serta menambah pengetahuan bagi kepala
dijabarkan di tabel 2. ruang. Namun instrumen supervisi belum
jelas bagaimana menilainya dan bagaimana
Tahap Movement rentang nilai skornya. Pelaksanaan supervisi
Tahap movement merupakan tahapan saat klinis keperawatan dirasa berat untuk
rencana dikembangkan, menentukan tujuan, dijalankan apabila diwajibkan satu staf
mengidentifikasi lingkungan yang perawat mendapatkan supervisi minimal 1x
mendukung dan dapat menghambat dalam sebulan dikarenakan kurang tenaga
perubahan, melibatkan orang-orang yang perawat sebagai supervisor. Kepala ruang
dapat membantu proses perubahan, juga merasa belum mampu dan belum
mengembangkan strategi yang sesuai, kompeten untuk menjadi supervisor. Semua
mengimplementasikan perubahan, masukan dari pihak pembimbing akademik
mendukung satu sama lain dalam proses maupun lapangan dijadikan pertimbangan
perubahan, menggunakan strategi untuk dalam proses movement ini.
mengatasi resistensi perubahan, mengevaluasi
perubahan dan modifikasi perubahan jika Tahap Refreezing
diperlukan (7). Tahap movement (pergerakan) Tahap refreezing merupakan tahap dimana
terdiri dari semua proses perubahan yang perubahan yang ada disahkan dan mendukung
tertulis dalam bentuk Plan of Action. Kegiatan satu sama lain agar perubahan dapat bertahan
yang disepakati sebagai POA adalah dan berlangsung terus menerus (7). Pihak RS
penyusunan draft panduan, SPO dan telah menggabungkan panduan dan SPO
instrumen supervisi klinis berjenjang. supervisi manajemen dan supervisi klinis
menjadi panduan dan SPO supervisi
Tahap movement dimulai dengan melakukan keperawatan. Panduan dan SPO supervisi
penyusunan draft panduan, SPO, dan keperawatan telah disahkan pihak RS untuk
instrumen supervisi klinis keperawatan. kepentingan akreditasi dan telah
Kemudian dilanjutkan dengan melakukan disosialisasikan pada kepala ruang. Instrumen
koordinasi melalui konsultasi dengan supervisi telah diperbaiki dengan skoring
pembimbing dan PIC yang akan menjadi yang jelas dan akan dilakukan uji coba.
penanggung jawab pelaksanaan supervisi Setelah dilakukan uji coba instrumen
klinis keperawatan di RS X. Tahap supervisi, maka pihak RS akan melakukan
selanjutnya yaitu melakukan sosialisasi draft sosialisasi kembali pada seluruh kepala ruang
panduan, SPO dan instrumen supervisi klinis dan perawat primer di RS X. Supervisi klinis
keperawatan berjenjang pada kepala ruang, berjenjang ini telah ditindak lanjuti oleh
supervisor keperawatan, ketua komite supervisor RS X dan akan dimonitor
308
Dunia Keperawatan, Volume 8, Nomor 2, 2020: 304-312

Tabel 2. Perencanaan Pelaksanaan Supervisi Klinis Berjenjang


Fungsi Manajemen Uraian Kegiatan
Perencanaan  Melakukan penyusunan draft panduan
supervisi klinis keperawatan berjenjang
 Melakukan penyusunan draft SPO supervisi
klinis keperawatan berjenjang
 Melakukan penyusunan draft instrumen
supervisi klinis keperawatan berjenjang
Pengorganisasian  Menetapkan kriteria pelaksana supervisor
klinis keperawatan berjenjang
 Menentukan penanggung jawab (PIC)
pelaksanaan supervisi klinis keperawatan
berjenjang
Ketenagaan  Manajer menetapkan kepala ruang dan
perawat primer yang akan menjadi
supervisor
Pengarahan  Pelaksanaan supervisi klinis keperawatan
juga akan dilakukan pengawasan oleh
supervisor keperawatan
Pengendalian  Manajer melakukan evaluasi terhadap
pelaksanaan supervisi klinis keperawatan
yang berhubungan dengan indikator kinerja
kepala ruang dan perawat primer serta
kompetensi klinis perawat

pelaksanaannya oleh supervisor dan kepala dengan baik, berkualitas dan aman bagi pasien
bidang keperawatan. Supervisi klinis dan keluarganya.
berjenjang ini telah berjalan di semua ruang
keperawatan di RS X namun belum maksimal Kita memerlukan suatu sistem untuk
dikarenakan adanya pandemi covid-19 dan menjamin bahwa perawat yang melaksanakan
tenaga perawat yang berpindah-pindah asuhan keperawatan adalah perawat yang
membuat proses supervisi klinis berjenjang kompeten dalam pemberian asuhan. Evaluasi
mengalami hambatan. Kepala seksi kompetensi perawat harus terus dilakukan
keperawatan mengatakan akan untuk menjaga, mempertahankan dan
memaksimalkan kembali setelah meningkatkan kompetensi perawat. Fungsi
diberlakukannya new normal. manajer keperawatan adalah untuk melakukan
pengarahan, monitoring dan controlling
Perawat sebagai tenaga kesehatan terbesar di terhadap kompetensi perawat. Salah satu
Rumah Sakit, 24 jam bersama pasien, dan upaya untuk menjaga, mempertahankan dan
memberikan tindakan keperawatan meningkatkan kompetensi perawat adalah
profesional diharapkan terus menjaga dan dengan melakukan supervisi klinis
meningkatkan kualitas agar dapat keperawatan secara terus menerus yang
memberikan asuhan keperawatan yang aman dilakukan secara berjenjang oleh manajer
bagi pasien. Perawat memiliki tanggung perawat (5). Supervisi klinis ini dapat
jawab dan tanggung gugat sesuai didelegasikan pada perawat yang memiliki
kewenangannya dalam memberikan asuhan level kompetensi diatasnya (8).
keperawatan profesional bagi pasien dan
keluarga. Oleh karena itu diperlukan tenaga Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
keperawatan yang terampil, kompeten, banyak manfaat yang didapat dari supervisi
berpikir kritis, selalu meningkatkan klinis keperawatan. Elmonita dkk melakukan
pengetahuan serta memiliki etika profesi systematic review untuk melihat pengaruh
sehingga asuhan keperawatan dapat diberikan supervisi klinis keperawatan terhadap
309
Dahlia AI, Novieastari E, Afriani T. Supervisi Klinis Berjenjang Sebagai Upaya Pemberian Asuhan Keperawatan,

peningkatan kompetensi perawat, antara lain Beberapa strategi yang dapat dilakukan adalah
kelengkapan dokumentasi asuhan dengan membagi tugas supervisi antara kepala
keperawatan semakin baik dan lengkap, ruang dan perawat primer serta perawat
kelengkapan dokumentasi di masing-masing dengan level kompetensi di atasnya, karena
bagian menunjukkan peningkatan, supervisi pelaksanaan supervisi klinis dapat
klinis dapat merupakan strategi untuk didelegasikan pada perawat dengan level
meningkatkan lingkungan kerja yang lebih kompetensi diatasnya seperti yang tertuang
sehat dengan hasil yang positif bagi staf dalam KARS (5). Strategi lainnya yaitu
individu, tim bangsal, pasien dan organisasi menambah jumlah perawat primer di ruangan,
pelayanan kesehatan, meningkatkan melaksanakan rekredensial bagi perawat yang
pelaksanaan hand hygiene five moment, telah kompeten untuk naik level dan
terjadi peningkatan dalam pengkajian dan meningkatkan kompetensi perawat melalui
monitoring resiko jatuh, menurunkan burnout, CPD (Continous Professional Development)
membantu perawat memahami dirinya dengan bagi perawat yang belum naik level
baik, emosi, dan aspek kebiasaan, kompetensi sesuai PMK No 49 tahun 2013
meningkatkan fungsi perawat dalam tentang Komite Keperawatan dan PMK No 40
mengurangi kesalahan pengobatan dan tahun 2017 tentang Jenjang Karir Perawat.
kejadian buruk dalam pemberian obat berisiko Strategi lain yang dapat dilakukan adalah
tinggi di ICU (9). menggunakan anggota staf lain yang tidak
memiliki tanggung jawab manajerial pada
Penelitian lainnya dari Budianto menyebutkan supervisee dan tidak bekerja di area yang
bahwa supervisi klinis dapat meningkatkan sama (8).
kepuasan kerja perawat pelaksana (10).
Supervisi klinis juga memberikan pengaruh Hambatan lain yang dirasakan terkait
terhadap efektivitas pelayanan keperawatan supervisi klinis keperawatan ini adalah
(11), supervisi klinis dapat meningkatkan kemampuan kepala ruang untuk menjadi
pengetahuan, mengurangi stres emosional dan supervisor. Kepala ruang merasa belum
kelelahan, dan peningkatan kesadaran diri, mampu dan belum kompeten menjadi
memberikan dukungan dan dorongan dan supervisor yang baik dan belum memahami
mengembangkan rasa percaya diri dan harga bagaimana melaksanakan supervisi klinis.
diri (12). Supervisi klinis merupakan metode Untuk mengatasi hambatan ini, dapat
penting bagi organisasi layanan kesehatan dilakukan pelatihan supervisi klinik bagi
untuk memastikan kualitas dan keamanan kepala ruang dan perawat primer di RS X. Hal
layanan, serta memberikan pengembangan ini sesuai dengan penelitian Widiyanto,
profesional berkelanjutan (CPD) dan Hariyati, dan Handiyani bahwa kualitas
dukungan bagi praktisi layanan kesehatan supervisi dan tindakan perawatan luka di RS
(13). PKU Muhammadiyah Temanggung menjadi
lebih baik setelah kepala ruang diberi
Pelaksanaan supervisi klinis keperawatan pelatihan supervisi (14). Penelitian dari
sebagai salah satu bentuk optimalisasi fungsi Atmajaya juga menyatakan bahwa terdapat
pengarahan manajer di RS X menghadapi pengaruh yang signifikan terhadap
berbagai hambatan dan tantangan. kemampuan kepala ruang setelah diberi
Berdasarkan pelaksanakan uji coba supervisi pelatihan supervisi klinik (15). Pelatihan
klinis keperawatan di ruangan, salah satu supervisi klinik dapat menguatkan supervisi,
hambatan yang dialami perawat salah satunya terutama intervensi dalam menyelesaikan
adalah kurangnya tenaga sebagai supervisor masalah yang berkaitan dengan tantangan
terutama di ruangan yang memiliki banyak dunia kerja. Kontribusi ini dapat membantu
staf perawat namun hanya memiliki satu dalam mencapai tujuan untuk meningkatkan
perawat primer dan kompetensi perawat lebih kesehatan staf dan perawatan klinis (16).
banyak berada di level PK I Umum. Hal ini
menjadikan RS perlu menerapkan strategi Dari panduan supervisi klinis keperawatan
yang efektif sehingga pelaksanaan supervisi yang telah dibuat, supervisi klinis harus
klinis keperawatan dapat dilakukan rutin oleh didokumentasikan. Lembar instrumen
semua perawat di ruangan. supervisi harus ditanda tangani oleh
310
Dunia Keperawatan, Volume 8, Nomor 2, 2020: 304-312

supervisor dan supervisee dan dijadikan meningkatkan kompetensi perawat yang dapat
sebagai indikator kinerja bagi kepala ruang diimplementasikan di unit ruang perawatan.
dan perawat primer. Hal ini bertujuan agar Pelaksanaan supervisi klinis keperawatan di
supervisi klinis terus dilakukan dan diberikan rumah sakit mengacu pada panduan dan SPO
reward bagi kepala ruang dan perawat primer yang telah disusun oleh manajemen rumah
yang melakukannya. Selain itu, hasil supervisi sakit. Secara garis besar supervisi klinis
klinis dijadikan sebagai bagian dari OPPE (On keperawatan mampu mengarahkan dan
going Performance Practice Evaluation) meningkatkan profesionalisme perawat
komite keperawatan dan menjadi bahan sehingga dapat membawa dampak terhadap
evaluasi terhadap gap kompetensi. Gap mutu asuhan keperawatan.
kompetensi yang didapatkan akan dilakukan
CPD (Continous Professional Development) RS diharapkan dapat memberikan pelatihan
untuk meningkatkan kompetensi perawat (5). supervisi klinik keperawatan bagi kepala
ruang dan perawat primer agar dapat
Pelaksanaan supervisi klinis berjenjang ini menjalankan tugasnya sebagai supervisor.
perlu keterlibatan semua perawat. Manajer Instrumen supervisi klinik yang telah
keperawatan harus mendukung dan diperbaiki harus disosialisasikan pada kepala
melakukan supervisi terhadap pelaksanaan ruang dan perawat primer. Instrumen
evaluasi kompetensi perawat melalui supervisi klinis yang telah didokumentasikan
supervisi klinik. Diharapkan evaluasi akan menjadi indikator kinerja bagi
kompetensi ini dapat terlaksana sehari-hari, supervisor, oleh karena itu diharapkan
terus menerus sesuai standar KKS 13 dan 15 pengesahan untuk tambahan poin IKI bagi
bahwa RS harus memastikan bahwa setiap kepala ruang dan perawat primer yang
perawat kompeten dan RS harus melakukan melakukan supervisi klinik dapat disahkan
evaluasi kinerja keperawatan sesuai seiring dengan mulai aktifnya supervisi klinis
kewenangan klinisnya (5). keperawatan. Hasil dari supervisi klinis yang
akan menjadi data pendukung penemuan gap
KETERBATASAN kompetensi diharapkan dapat segera
Keterbatasan dari studi ini adalah penulis ditindaklanjuti oleh komite keperawatan dan
tidak dapat melakukan uji coba menyeluruh bidang keperawatan. Pelaksanaan supervisi
terhadap panduan dan SPO supervisi klinis klinis harus senantiasa dilakukan supervisi
berjenjang pada semua kepala ruang. Penulis dan evaluasi dari supervisor keperawatan,
hanya melakukan uji coba pada satu kepala kepala bidang keperawatan dan komite
ruang saja karena keterbatasan waktu dari keperawatan.
pihak RS X yang sedang menghadapi masa REFERENSI
akreditasi.
1. Luo W-Y, Shen N-P, Lou J-H, He P-
KONFLIK KEPENTINGAN P, Sun J-W. Exploring competencies:
a qualitative study of Chinese nurse
Tidak ada konflik kepentingan dalam studi ini. managers. J Nurs Manag [Internet].
2016 Jan [cited 2019 May
KESIMPULAN 10];24(1):E87–94. Available from:
Supervisi merupakan salah satu fungsi dari http://doi.wiley.com/10.1111/jonm.12
manajemen yaitu fungsi pengarahan 295
(actuating) yang mempunyai peran untuk 2. Komisi Akreditasi Rumah Sakit.
mempertahankan segala kegiatan yang telah Standar Nasional Akreditasi Rumah
terprogram dapat dilaksanakan dengan baik Sakit. Jakarta: KARS; 2017.
dan lancar. Manajer perawat harus mampu
mengarahkan dan melakukan pengawasan 3. Hariyati RTS. Perencanaan,
pada staf perawat untuk memberi asuhan Pengembangan dan Utilisasi Tenaga
keperawatan yang berkualitas. Supervisi Keperawatan. 1st ed. Jakarta:
klinis keperawatan berjenjang merupakan Rajawali Pers; 2014.
salah satu upaya mempertahankan dan
311
Dahlia AI, Novieastari E, Afriani T. Supervisi Klinis Berjenjang Sebagai Upaya Pemberian Asuhan Keperawatan,

4. Moxham L, Gagan A. Clinical 11. Snowdon DA, Leggat SG, Taylor NF.
Supervision as a Means of Does clinical supervision of
Professional Development in Nursing. healthcare professionals improve
Aust Nurs Midwifery J. 2015 effectiveness of care and patient
Aug;23(2):37. experience ? A systematic review.
BMC Health Serv Res.
5. Komisi Akreditasi Rumah Sakit. 2017;17(786):1–11.
Kredensial dan Rekredensial
Keperawatan Sesuai SNARS. Jakarta; 12. Baylis D. Why clinical supervision
2018. matters. Pract Nurse. 2014;44(6):29.
6. Rohleder M, Longmore M. 13. Driscoll J, Stacey G, Harrison K,
Professional Supervision Boosts Driscoll J, Stacey G. Enhancing the
Nurse Well-being. Kai Tiaki Nursing quality of clinical supervision in
New Zealand. 2019 Jun;25(5):25. nursing practice. Nurs Satndard.
2019;34(5):43–51.
7. Marquis BL, Huston CJ. Leadership
Roles and Management Functions in 14. Widiyanto P, Hariyati RTS,
Nursing : Theory and Application. 9th Handiyani H. Pengaruh Pelatihan
ed. Philadelphia: Wolters Kluwer Supervisi Terhadap Penerapan
Health; 2017. Supervisi Klinik Kepala ruang dan
Peningkatan Kualitas Tindakan
8. Blishen M. ‘ Why we need Perawatan Luka Di RS PKU
supervision .’ Kai Tiaki Nursing New Muhammadiyah Temanggung. Pros
Zealand. 2016 Mar;22(2):30–2. Konf Nas PPNI Jawa Teng. 2013;44–
9. Elmonita Y, Agustina C, Dwidiyanti 51.
M. Supervisi Klinik Dalam Pelayanan 15. Atmajaya AD. Pengaruh Supervisi
Keperawatan Sebagai Upaya Klinik Model Akademik Terhadap
Peningkatan Kompetensi Perawat di Kemampuan Perawat Dalam
Rumah Sakit. Semin Nas dan Call Menerapkan Patient. J Keperawatan
Pap. 2017;249–65. dan Pemikir Ilm. 2018;4(6):41–54.
10. Budianto A. Study Action Research 16. Milne D, Martin P. Supportive
Pelaksanaan Supervisi Klinis Model clinical supervision : Supported at
Akademik Terhadap Kepuasan Kerja last. J Adv Nurs. 2019;75(2):264–5.
Perawat Pelaksana di Ruang Rawat
Inap. Universitas Indonesia; 2013.

312

Anda mungkin juga menyukai