Anda di halaman 1dari 9

LESTARI RAHAYU

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta


Lestari-_rahayu@yahoo.com

Aksesibilitas Petani Bawang Merah


Terhadap Lembaga Keuangan
Mikro Sebagai Sumber Pembiayaan
The Shallot Farmer’s Accessibility to
Microfinance Institution as The Source of
Financing

DOI: 10.18196/agr.118

ABSTRACT
Microfinance institutions (MFIs) is an farmers can defer the payment to the next season in case the crop failure,
institution conducting the provision of while the farmers perceive that the administrative procedures is simple. Tne
financial services to micro and small education level of farmers, the farming experience, the number of family
entrepreneurs including shallot farmers. members, the frequency of credit, the farmers’ perception about MFI services,
This study aims to determine the accessi- the total income, and the amount of credits are the factors that influence the
bility and the influencing factors of decisions of farmers in the selection of the MFI as source of business finance.
farmer’s decisions in determining the Keywords: microfinance institution, shallot farmers, farmers group
source of financing for shallot business
sustainability. The study was conducted PENDAHULUAN
in Bantul as the centre production of Petani bawang merah di Kabupaten Bantul mengusahakan bawang
shallot in DIY. Two hundred and five of merah untuk memenuhi kebutuhan benih dan kebutuhan konsumsi.
farmers (205 persons) as microfinance Walaupun pengembangan usahatani bawang merah cukup prospektif,
client taken randomly, were interviewed sempitnya luas penguasaan lahan, lemahnya penguasaan teknologi dan
and observed in collecting primary data, lemahnya permodalan menjadi kendala bagi petani untuk memanfaatkan
and then analyzed using Multinomial peluang usaha secara optimal (Saptana 2002, Syukur 2003, Pranaji 2004,
Logit Model. Farmers group is the Ashari 2006) Lemahnya permodalan menyebabkan petani di Kabupaten
microfinance institution that the most Bantul tidak memiliki jaminan terhadap keberlangsungan usahataninya.
accessible for farmers to access short- Lemahnya permodalan merupakan permasalahan pokok yang dihadapi
term credit scheme (seasonal). The petani, karena usahatani bawang merah tergolong padat modal baik dalam
penggunaan input produksi maupun tenaga kerja yang dibutuhkan (Rp 3
juta per 0,14 hektar atau Rp 20 juta per ha). Kecukupan modal melalui
bantuan pembiayaan dapat berfungsi efektif untuk mencapai tingkat
optimal dalam skala usaha dan adopsi teknologi maupun pasca panen.
Banyak program pembiayaan yang telah ditawarkan tapi masih sedikit
petani yang memanfaatkannya. Pemerintah di Kabupaten Bantul
mengupayakan sarana untuk menstimulasi petani agar tetap melakukan
usahatani secara kontinyu melalui penguatan modal dengan bantuan kredit
seperti Kredit Usaha Tani (KUT), Kredit Ketahanan Pangan (KPK) dan
Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK) yang disalurkan melalui
kelompok tani. Namun tidak semua petani dapat memanfaatkan kredit
program pemerintah ini karena terbatasnya dana yang tergantung dari
53
Vol.I No.1 Januari 2015

alokasi anggaran pemerintah. Selain itu ada anggapan, Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan
penyaluran kredit melalui kelompok dinilai tidak praktis, observasi. Untuk aksesibilitas petani terhadap lembaga
selain kepercayaan atas kemampuan dan kejujuran keuangan mikro dianalisis secara deskriptif, sedangkan
pengurus kelompok tidak sepenuhnya dapat diandalkan. penilaian petani terhadap lembaga keuangan mikro
Sedangkan sumber pembiayaan dari lembaga diukur dengan skor. Selanjutnya untuk mencari rata-rata
keuangan formal (perbankan) lebih diakses oleh skor dengan arithmetic mean, dihitung dengan rumus
golongan petani yang menguasai lahan luas dan/atau sebagai berikut.
pedagang secara individual. Sedangkan para petani yang
menguasai lahan sempit mengalami kesulitan mengakses
lembaga formal tersebut yang antara lain disebabkan
belum memiliki aset yang dapat dijadikan jaminan Keterangan :
(seperti sertifikat pemilikan tanah, BPKB kendaraan
X = Mean
bermotor. Selain persyaratan ketat juga prosedur
X = Nilai Tiap Skor
administrasi dinilai rumit dan memerlukan waktu lebih
N = Banyaknya Data
lama. Akibatnya, saat petani membutuhkan dana yang
bersifat segera (misalnya untuk membeli obat-obatan),
Selanjutnya data skor yang diperoleh dibagi dalam
dana tersebut belum tersedia. Selain itu, sebagian besar
3 kategori.
petani beranggapan bahwa mekanisme pembayaran harus
1,00 – 1,99 = penilaian petani terhadap lembaga
dilakukan bulanan.
keuangan mikro kurang baik
Sebagai penyedia dana bagi beberapa petani, lembaga
2,00 – 2,99 = penilaian petani terhadap lembaga
informal dinilai sangat fleksibel dan relatif mudah
keuangan mikro cukup baik
diakses karena tidak memerlukan prosedur administrasi
Σ X yang rumit seperti halnya lembaga pembiayaan formal. 3,00 – 4,00 = penilaian petani terhadap lembaga
X = keuangan mikro baik
N Sumber pembiayaan yang berasal dari rumah tangga
Untuk mengetahui faktor-faktor yang
petani sering dipandang tidak cukup untuk membiayai
mempengaruhi keputusan petani dalam memanfaatkan
peningkatan usahataninya, karena pada umumnya rumah
lembaga keuangan mikro sebagai sumber modal
tangga petani bawang merah di Kabupaten Bantul adalah
usahatani bawang merah digunakan model analisis
petani kecil dan bermodal lemah. Untuk itu petani
multinominal logit.
masih memerlukan alternatif sumber pembiayaan lain
1) Keputusan LKM BPR probabilitasnya :
yaitu dengan cara meminjam pada lembaga pembiayaan
P0 = Pr (Y = 0 X ) =
yang ada juga dilakukan sesuai dengan aksesibilitas 1
masing-masing petani.. Sehingga perlu dilakukan 1 + e + e + ... + e z 6
z1 z2

penelitian bagaimana aksesbilitas dan penilaian petani


2) Keputusan mengakses LKM BUKP :
terhadap keragaan lembaga keuangan mikro yang ada

P1 = Pr (Y =1 X ) =
serta faktor apa yang mempengaruhi keputusan petani 1z1
dalam menentukan sumber pembiayaan untuk 1 + e z1 + e z 2 + ... + e z 6
keberlanjutan agribisnis bawang merah
3) Keputusan mengakses LKM BMT :

METODE PENELITIAN
P2 = Pr (Y = 2 X ) =
1z 2
Penentuan lokasi dilakukan secara purposif karena 1 + e z1 + e z 2 + ... + e z 6
Kabupaten Bantul merupakan sentra produksi bawang
4) Keputusan LKM KUD :
merah. Penelitian dilakukan terhadap 205 petani yang
menjadi nasabah BPR (Bank Perkreditan Rakyat), BUKP
P3 = Pr (Y = 3 X ) =
1z 3
(Badan Usaha Kredit Pedesaan), BMT (Baitul Maal
1 + e z1 + e z 2 + ... + e z 6
Wattamwil), KUD (Koperasi Unit Desa), dan Kelompok
5) Keputusan LKM kel tan :
tani, di Kecamatan Srandakan, Sanden, dan Kretek yang
diambil secara Simple Random Sampling dan sensus.
54
Jurnal AGRARIS

TABEL 1 LEMBAGA KEUANGAN MIKRO YANG DIAKSES PETANI

P4 = Pr (Y = 4 X ) =
1z 4 yang tidak terlayani oleh lembaga keuangan formal dan
1 + e + e z 2 + ... + e z 6
z1
yang telah berorientasi pasar untuk tujuan bisnis.
Karena dalam penelitian ini digunakan lima kategori Menurut Krishnamurti (2005), walaupun terdapat banyak
keputusan, maka model regresi logistik sebagai berikut : definisi keuangan mikro, namun secara umum terdapat
tiga elemen penting dari berbagai definisi tentang
⎛ P1 ⎞
In ⎜⎜ ⎟⎟ = Z1 = β 0 + β1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 + ... + β10 X 10 keuangan mikro. Pertama, memyediakan beragam jenis
⎝ P0 ⎠ pelayanan keuangan; kedua, melayani rakyat miskin;
ketiga, menggunakan prosedur dan mekanisme yang
⎛ P2 ⎞ kontekstual dan fleksibel.
In ⎜⎜ P ⎟⎟ = Z 2 = β 0 + β1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 + ... + β10 X 10
⎝ 0⎠ Sementara Usman dkk (2004) membagi LKM di
……….. Indonesia menjadi 3 golongan besar, ditinjau dari sisi
penyedia kredit dikelompokkan menjadi a) kredit formal
⎛ P4 ⎞ adalah kredit yang disediakan oleh lembaga kredit formal
In ⎜⎜ P ⎟⎟ = Z 4 = β 0 + β1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 + ... + β10 X 10
⎝ 0 ⎠ berbadan hukum baik bank maupun non-bank; b) kredit
informal adalah kredit yang disediakan oleh suatu
lembaga, kelompok simpan pinjam atau perorangan yang
HASIL DAN PEMBAHASAN tidak berbadan hukum; c) kredit program adalah kredit
AKSESIBILITAS PETANI TERHADAP LEMBAGA yang disediakan melalui program pemeerintah yang
KEUANGAN MIKRO mempunyai tujuan khusus dan diberikan dalam kurun
Lembaga keuangan yang terlibat dalam penyaluran waktu tertentu seperti Kredit Ketahanan Pangan (KKP),
kredit mikro disebut dangan lembaga keuangan mikro dana Penguatan modal Usaha Kelompok (PMUK),
(LKM). Definisi lembaga keuangan mikro atau micro Program Peningkatan Pendapatan Petani Kecil dan
finance institution adalah lembaga yang melakukan nelayan (P4K). Petani bawang merah dalam menjalankan
kegiatan penyediaan jasa keuangan kepada pengusaha kegiatan usahataninya memerlukan modal yang cukup
kecil dan mikro serta masyarakat berpenghasilan rendah besar/padat modal. Modal yang dibutuhkan petani dapat

TABEL 2. RATA-RATA SKOR PENILAIAN PETANI TERHDAP LKM


55
Vol.I No.1 Januari 2015

berasal dari 2 sumber yaitu modal dalam yaitu modal PENILAIAN PETANI TERHADAP LEMBAGA
sendiri dan berasal dari luar yaitu meminjam pada KEUANGAN MIKRO
lembaga keuangan mikro (Bank Bantul, LKM BUKP, Lembaga keuangan mikro (LKM) sebagai perusahaan
BMT, KUD, Kelompok Tani) jasa yaitu sebagai perantara keuangan menjadi
Tabel 1 menginformasikan bahwa dalam pembiayaan penghubung antara pihak yang kelebihan dana
usahatani tujuh puluh persen petani menggunakan (penabung) dan pihak yang membutuhkan atau
modal sendiri. Sumber pembiayaan dari luar yang banyak kekurangan dana (peminjam). Sebagai perusahaan jasa
diakses oleh petani adalah dari kelompok tani, yang keuangan, LKM harus mampu memenuhi kebutuhan
merupakan kredit program dari pemerintah yang nasabah. Perkembangan suatu lembaga keuangan akan
disalurkan lewat kelompok (PMUK). Sebenarnya petani sangat ditentukan pada kredibilitas dan
yang berminat untuk mendapatkan kredit dari kelompok profesionalitasnya. Menurut Muhammad (2000),
banyak namun karena kemampuan keuangan pemerintah kredibilitas sebuah LKM yaitu merupakan kepercayaan
terbatas maka jumlah petani peserta juga dibatasi. Skim masyarakat kepada LKM berkenaan dengan dana titipan
kredit program sangat sesuai karena suku bunganya yang mereka amanatkan dan dana pinjaman yang mereka
rendah, agunan sertifikat tanah dapat diwakili oleh manfaatkan, Sedangkan definisi profesionalitas yaitu
sertifikat milik pengurus kelompok tani dan keandalan dalam mengelola organisasi dan cekatan
pengembalian pinjaman dlakukan secara musiman. dalam menjalankan kegiatan operasinal perbankan.
Kelompok tani dalam pengelolaan pembiayaan Penilaian yang berbeda-beda terhadap suatu objek
pertanian menggunakan sistem tanggung renteng yaitu akan mempengaruhi perilaku konsumen (nasabah atau
dalam pengelolaannya ttanggung jawab bersama diantara mitra). Menurut Budiyanto (1994), perilaku konsumen
anggota dalam satu kelompok atas segala kewajiban merupakan tindakan yang langsung terlibat dalam
kelompok berlandaskan keterbukaan dan saling percaya. mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk
Dengan sistem ini ternyata bisa mengurangi kemacetan atau jasa, termasuk proses keputusan sebelum memakai
kredit, karena petani selain mendapatkan modal kerja dan setelah memakai produk atau jasa serta tingkat
(working capital) juga mendapatkan modal sosial (social kepuasan pelanggan. Menurut Engel, et al (Tjiptono,2000)
capital). Bagi petani kecil social capital nilainya sangat mendefinisikan bahwa kepuasan pelanggan merupakan
tinggi karena apabila petani tersebut yang menyebabkan evaluasi purna beli dimana alternatif yang dipilih
kemacetan kredit maka akan berhadapan dengan sekurang-kurangnya memberikan hasil (outcome) sama
lingkungan masyrakat sekitarnya, sehingga petani atau melampaui harapan pelanggan, sedangkan
berusaha jangan sampai kehilangan social capital sebagai ketidakpuasan timbul apabila hasil yang diperoleh tidak
satu-satunya asset intangible paling bernilai. Selain itu memenuhi harapan pelanggan.
karena dengan adanya PPL dikelompok tani, Penilaian petani terhadap lembaga keuangan mikro
pendampingan untuk usahataninya menjadi lebih bagus dilihat dari reliability, responsiveness, assurance, empathy, dan
sehingga usahataninya dapat berkembang dengan baik tangibles (Tjiptono 2000). Realibility yaitu keandalan
yang akhirnya dapat meningkatkan pendapatan. setiap lembaga keuangan mikro baik formal, non formal,
kegiatan usahatani dievaluasi secara bersama-sama informal dalam memberikan pelayanan jasa kredit/
sehingga untuk kedepannya bisa lebih baik lagi. pembiayaan kepada petani, seperti produk yang
fasilitasnya lebih meyakinkan. ditawarkan persyaratan, prosedur, biaya administrasi,
Petani yang akses ke lembaga mikro formal sangat ataupun bagi hasil tidak memberatkan. Responsiveness yaitu
kecil hal ini dikarenakan beberapa kendala: (a) petani ketanggapan LKM untuk membantu dan ketanggapan
tidak memiliki agunan, (b) pembayaran secara bulanan dalam memberikan pelayanan kepada nasabahnya, seperti
tidak sesuai dengan usahatani yang memberikan siklus pelayanan dimulai secepatnya ketika nasabah datang ,
produksi musiman dan (c) petani kecil umumnya belum teller menyelesaikan transaksi dalam jangka waktu
familier dengan prosedur administrasi yang rumit. singkat, cairnya dana kepada nasabah cepat, LKM sebagai
Demikian juga untuk akses lembaga keuangan syariah, mitra kerja mau mendengarkan keluan, pendapat,
petani pada umunya kurang paham atau pengetahuannya masukan dari para nasabah. Asurance yaitu jaminan
rendah tentang produk-produk pembiayaan syariah dan keamanan dan kepercayaan terhadap pelayanan jasa
resiko sepenuhnya masih ditanggung oleh petani.
56
Jurnal AGRARIS

TABEL 3 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI DALAM PEMILIHAN


LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SEBAGAI SUMBER MODAL USAHATANI BAWANG MERAH.

seperti jumlah dana yang diberikan sesuai kemampuan keuangan yang ada.
nasabah, pihak LKM selalu memenuhi kontrak yang Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa penilaian
telah dibuat , staf / karyawan dalam memberikan petani terhadap 5 LKM sebagai sumber pembiayaan
informasi jasa atau produknya jelas dan dapat dipercaya usahatani cukup baik. Penilaian petani terhadap LKM
serta dapat dipertanggung jawabkan, pembiyaan / kredit BMT dilihat dari reliability, responsiveness, assurance,
yang dicairkan sesuai dengan waktu yang dijanjikan. empathy dan tangibles paling tinggi dan paling rendah
Empathy yaitu perhatian lembaga keuangan mikro yang adalah pada LKM KUD. Hal ini karena ada beberapa
bermitra kepada para nasabahnya seperti pelayanan responden yang menyatakan bahwa LKM tersebut
dengan suasana familiar, perhatian terhadap keadan dirasakan masih belum mampu memenuhi apa yang
usaha dan bersedia membantu apabila usaha nasabah dikehendaki oleh petani, misalnya saja dari jumlah
mengalami kesulitan, serta adanya penangguhan dana yang tidak sesuai kebutuhan usahatani, dan
angsuran kepada nasabah yang belum bisa fasilitas fisik LKM.
menggembalikan. Tangibles yaitu kondisi fisik LKM Bank Bantul. Penilaian petani paling tinggi ada pada
seperti kesediaan alat yang memadai, pengisian dan tangibles, ini terbukti dari tanggapan responden
penggunaan formulir mudah, tersedianya brosur yang tentang gedung atau ruang tunggu ketiga LKM nyaman
cukup jelas dan menarik, gedung dan ruang untuk dan memadai, peralatan yang cukup memadai dan sudah
menunggu nyaman dan memadai, lokasi mudah tergolong canggih, pengisian formulir yang mudah
dijangkau, kelima dimensi tersebut akan menimbulkan serta masing-masing LKM mempunyai brosur yang
sebuah penilaian tersendiri terhadap lembaga-lembaga jelas dan menarik. Penilaian paling rendah adalah pada
57
Vol.I No.1 Januari 2015

emphaty karena kredit yang diberikan jumlahnya masih FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
belum sesuai dan belum membantu usaha petani. PENGAMBILAN KEPUTUSAN
BUKP. Penilaian petani tertinggi adalah pada reliabil- Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan
ity. Hal ini karena biaya administrasi, prosedur serta petani dalam pemilihan lembaga keuangan mikro sebagai
bunga yang ditetapkan oleh LKM tersebut bila sumber modal usahatani bawang merah dapat didekati
dibandingkan dengan LKM lain ( Bank Bantul dan dengan menggunakan model multinominal logit. Dalam
BMT) tidak berbelit-belit, ringan, mudah dan tidak model ini outcomes pilihan lebih dari dua dan sifatnya
memberatkan. Sedangkan penilaian terhadap LKM tidak berjenjang yaitu (1) keputusan mengakses LKM
BUKP terendah adalah pada empathy, hal ini karena BPR, (2) keputusan mengakses LKM BUKP, (3) keputusan
banyak dari responden menyatakan bahwa BUKP mengakses LKM BMT, (4) keputusan mengakses LKM
kurang mampu membantu kesulitan petani dalam hal KUD, (5) keputusan mengakses Kelompok tani. Dalam
ini adalah pemberian kredit untuk usahatani kususnya analisis ini yang digunakan sebagai pembanding adalah
usahatani bawang merah. BPR, jadi hasil analisis dari keempat lembaga yang lain
BMT. Penilaian paling tinggi adalah pada tangibles, selalu dibandingkan dengan BPR. Adapun hasil
sama halnya dengan LKM Bank bantul, fasilitas fisik pengujian dengan multinominal logit terhadap variabel-
seperti gedung, ruang tunggu, peralatan sudah memadai, variabel yang signifikan pada tingkat Ü 10% dapat
sedangkan untuk brosur sudah cukup jelas dan menarik. dilihat pada Tabel 3
Menurut beberapa responden menyatakan bahwa brosur Uji G. Uji G bertujuan untuk melihat pengujian
yang diberikan berisi tentang syarat-syarat pengajuan koefisien variabel secara keseluruhan. Berdasarkan uji G
transaksi baik simpanan maupun pembiayaan, macam- dapat dilihat nilai -2 Log Likelihood mencapai 302,744,
macam produk yang ditawarkan dan penjelasan umum yang lebih besar dibandingkan dengan ÷² tabel (51,805)
tentang BMT. Penilaian paling rendah ada pada reliabil- yang berarti paling tidak ada salah satu variabel yang
ity. Beberapa responden menyatakan bahwa persyaratan, signifikan secara statistik.
prosedur cukup berbelit-belit dan menyulitkan sedangkan Cox and Snell. Cox and Snell untuk menguji ketepatan
untuk biaya administari dan penetapan bagi hasil oleh model, nilai Cox and Snell menunjukkan variabel X
LKM dirasa masih memberatkan. menjelaskan variabel Y. Adapun setelah dilakukan
Penilaian petani terhadap Kelompok tani paling tinggi pengolahan data diketahui nilai Cox and Snell sebesar
adalah pada reliability dan responsiveness. Dilihat dari 0,772. Artinya bahwa variabel-variabel X1 (umur), X2 (
persyaratan, prosedur, biaya administrasi dan bunga tidak pendidikan), X3 (pengalaman usahatani), X4 (pendapatan),
bebelit-belit, mudah dan tidak memberatkan petani. X5 (luas lahan garapan), X6 (jumlah tanggungan keluarga),
Reliability dari Kelompok paling tinggi dari LKM lainnya X7 (frekuensi meminjam), X8 (jumlah pinjaman), X9
karena syarat sipeminjam hanya tercatat sebagai anggota . (penilaian petani), X10 (motivasi petani) mampu
Penilaian paling rendah adalah pada tangibles, kedua menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan
LKM masih kurang memadai, dan belum mempunyai petani dalam pemilihan lembaga keuangan mikro (Y)
peralatan yang seperti komputer yang digunakan untuk sebesar 77,2%, sedangkan sisanya 22,8% dijelaskan
transaksi keuangan dan tidak tersedianya brosur yang variabel-variabel lain diluar model, misalnya kelompok
menjelaskan profil LKM. rujukan, peran dan status sosial.
Persepsi terhadap LKM KUD dapat dikatakan paling Uji Wald. Uji Wald digunakan untuk menguji
rendah diantara lembaga keuangan mikro lainnya cukup signifikansi parameter dari masing-masing individu yang
baik, hal ini dikarenakan penilaian KUD yang gagal diperoleh dari tabel Chi Square pada derajat bebas 1 dan á
dalam mengelola KUT. Kegagalan program KUT tidak 10% (2,705). Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui variabel
hanya menimbulkan masalah kemacetan dana tetapi juga yang signifikan untuk mengakses LKM BUKP adalah
lebih jauh yaitu turunnya kinerja KUD. Kegagalan variabel (pendidikan, jumlah anggota keluarga, jumlah
program KUT karena (a) melibatkan terlalu banyak kredit.), LKM BMT variabel (frekuensi pengambilan
lembaga atau agen sehingga menimbulkan birokrasi kredit, pendapatan, jumlah kredit), LKM KUD variabel
berlebihan, (b) banyak penerima kredit bukan petani, (c) (penilaian, jumlah kredit), dan LKM kelompok tani
sering terjadi penyimpangan bantuan baik dalam jumlah adalah variabel (pengalaman usahatani, penilaian, jumlah
maupun kualitasnya. kredit).
58
Jurnal AGRARIS

Pendidikan. Petani yang mempunyai tingkat dibanding LKM BUKP, sehingga petani yang
pendidikan yang lebih tinggi akan lebih mudah membutuhkan biaya banyak lebih memilih untuk
menerima informasi dan inovasi baru. Tingkat mengakses LKM BPR.
pendidikan juga akan berpengaruh terhadap gaya hidup Frekuensi pengambilan kredit. Frekuensi pengambilan
petani. Petani yang lebih tinggi tingkat pendidikannya kredit menggambarkan tingkat kepercayaan petani
akan lebih selektif dalam memilih sesuatu, termasuk terhadap suatu lembaga keuangan mikro. Semakin sering
dalam hal memilih lembaga keuangan yang akan diakses. frekuensi pengambilan kreditnya berarti petani sudah
Nilai koefisien variabel pendidikan yang ditunjukkan menaruh kepercayaan pada lembaga keuangan tersebut
oleh tabel 3 bertanda positif, ini berarti semakin tinggi sehingga tidak mau pindah ke lembaga keuangan yang
tingkat pendidikan petani lebih berpeluang untuk lain. Terlihat pada tabel 34 bahwa nilai koefisien untuk
mengakses LKM BUKP dibanding LKM BPR, dimana variabel frekuensi pengambilan kredit bertanda negatif,
peluangnya sebesar 2,036 kali dibanding mengakses di yang berarti frekuensi pengambilan kredit di LKM BMT
LKM BPR, karena lokasi BUKP terletak di kota lebih rendah dibanding frekuensi pengambilam kredit di
kecamatan yang dekat dengan tempat kerja luar LKM BPR. Karena BMT usianya masih muda sehingga
usahatani, seperti kantor kecamatan, kantor desa yang petani belum banyak mengenal produk yang ditawarkan
sebagian besar pendidikannya tinggi. BMT seperti dalam hal system bagi hasil. Namun nilai
Pengalaman usahatani. Berdasarkan hasil perhitungan koefisien variabel frekuensi pengambilan kredit pada
pada variabel pengalaman usahatani mempunyai LKM kelompok tani dan KUD bertanda positif, berarti
pengaruh nyata pada level 10%. Hal ini berarti faktor peluang frekuensi pengambilan kredit di kelompok tani
pengalaman usahatani sangat mempengaruhi petani (1,229 kali) dan KUD (1,174 kali) lebih tinggi dibanding
dalam mengambil keputusan untuk memilih lembaga BPR, hal ini dikarenakan prosedur dan syarat yang
keuangan mikro sebagai sumber modal usahataninya. diberlakukan di KUD dan kelompok tani cenderung
Pada tabel 34 nilai koefisien variabel pengalaman lebih mudah daripada BPR serta jangka waktu pencairan
usahatani bertanda positif, yang berarti tingkat kreditnya lebih cepat dibanding BPR.
pengalaman usahatani petani yang mengakses LKM Pendapatan. Pendapatan menggambarkan pemasukan
kelompok tani lebih tinggi daripada petani yang yang diperoleh petani baik dari on farm, off farm maupun
mengakses di BPR. Hal ini dikarenakan adanya unsur non farm. Dalam penelitian ini pendapatan dihitung
kedekatan lembaga keuangan tersebut, sehingga petani selama satu musim atau tiga bulan. Besarnya pendapatan
yang sudah tergolong tua lebih memilih LKM kelompok akan mempengaruhi dalam hal pengangsuran kredit dan
tani,karena dirasa mudah dalam prosedur maupun pemilihan produk kredit yang ditawarkan. Petani yang
syaratnya. Peluang petani yang mempunyai pengalaman mempunyai pendapatan tetap per bulan akan lebih
usahatani lebih lama untuk mengakses di LKM memilih sistem pengembalian secara angsuran tiap
kelompok tani sebesar 1,186 kali dari pada mengakses di bulan, namun bagi petani yang pendapatannya musiman
LKM BPR. lebih memilih sistem pengembalian tangguhan
Jumlah tanggungan keluarga. Jumlah tanggungan (sebrakan/insidentil) yang dilunasi pada saat panen dan
keluarga merupakan jumlah jiwa yang menjadi bagian tiap bulannya hanya memberikan bunga atau jasa. Untuk
dari keluarga petani. Banyak sedikitnya jumlah variabel pendapatan terlihat koefisiennya bertanda
tanggungan keluarga petani akan berpengaruh terhadap positif, yang berarti semakin besar pendapatan petani
banyaknya kebutuhan, jadi semakin banyak jumlah lebih berpeluang untuk mengakses di LKM BMT
tanggungan keluarga maka kebutuhannyapun secara dibandingkan dengan mengakses di LKM BPR, dimana
otomatis akan meningkat. Dari hasil analisis statistik peluangnya sebesar 1,569 kali dibanding LKM BPR. Hal
nilai koefisien untuk variabel jumlah tanggungan ini dikarenkan BMT menawarkan beberapa produk yang
keluarga bertanda negatif, berarti semakin sedikit jumlah macamnya lebih banyak dibanding LKM yang BPR,
tanggungan keluarga petani lebih berpeluang mengakses BUKP, KUD dan Kelompok tani, seperti murobahah (jual
LKM BUKP dibanding LKM BPR, dimana peluangnya beli), ijarah (sewa), mudarabah (bagi hasil), musyarakah
sebesar 0,492 kali dari pada LKM BPR. Hal ini (kerjasama) dan Al-Qordul hasan. Jika dilihat dari bunga/
berhubungan dengan jumlah kredit yang diambil petani. bagi hasilnya BMT malah justru lebih besar dibanding
LKM BPR bisa memberikan kredit lebih banyak LKM yang lain. Namun bagi petani yang mempunyai
59
Vol.I No.1 Januari 2015

pendapatan yang lebih besar hal itu tidak menjadi lainnya dikarenakan kinerja KUD yang semakin
masalah, bagi mereka prinsip syariahnya yang lebih menurun sehingga banyak KUD yang tidak aktif Dari
penting. hasil penelitian dapat diketahui bahwa faktor-faktor
Jumlah/besarnya kredit. Untuk variabel jumlah atau (variabel) yang berpengaruh terhadap keputusan petani
besarnya kredit, terlihat bahwa koefisiennya bertanda dalam pemilihan lembaga keuangan mikro sebagai
negatif pada semua LKM. Namun secara berurutan yang sumber modal usahatani bawang merah adalah tingkat
tanda negatifnya lebih besar adalah kelompok tani, KUD, pendidikan petani, pengalaman petani dalam
BMT dan BUKP. Hal ini menunjukkan bahwa di berusahatani, jumlah tanggungan keluarga, frekuensi
kelompok tani jumlah kreditnya paling sedikit, setelah itu pengambilan kredit di LKM yang sama, persepsi petani,
disusul KUD, BMT dan BUKP, atau semakin besar pendapatan petani, dan jumlah kredit/pinjaman.
jumlah kredit yang diambil petani lebih berpeluang Dalam menumbuh kembangkan dan merancang skim
untuk mengakses LKM BPR. Berarti LKM BPR bisa kredit petani mikro hendaknya bersifat kontekstual dan
memenuhi kebutuhan petani yang membutuhkan dana/ fleksibel dalam arti LKM yang ditumbuhkembangkan
kredit yang besar dibanding LKM yang lain. Berdasarkan harus disesuaikan dengan kondisi dan budaya setempat;
hasil penelitian, kelompok tani hanya menyediakan serta mempertimbangkan karakteristik petani sebagai
pinjaman dengan jumlah maksimal 500 ribu rupiah, pengguna, seperti masih rendahnya pendidikan,
sedangkan BPR bisa menyediakan pinjaman sampai 10 dukungan asset, ketrampilan, produkstivitas dan
juta rupiah. pendapatan ushatani. Dengan demikian, skim kredit
Penilaian petani. Penilaian petani terhadap lembaga yang ditetapkan harus dalam batas-batas jangkauan
keuangan akan mempengaruhi keputusan petani dalam kemampuan mereka. Penumbuhan LKM harus
memilih lembaga keuangan tersebut sebagai sumber melibatkan petani setempat, sehingga selain dapat
pembiayaan. Dari hasil perhitungan dapat diketahui mengakomodasi aspirasi petani, pengembangan yang
bahwa nilai koefisien variabel penilaian petani bertanda dibangun secara partisipatif akan mampu membangun
negatif, pada LKM KUD tanda negatifnya lebih besar rasa kepedulian dan kepemilikan serta kebersamaan
dibanding dengan kelompok tani. Hal ini berarti
menjelaskan bahwa penilaian petani terhadap KUD lebih DAFTAR PUSTAKA
rendah dibanding dengan kelompok tani. Namun Ashari. 2006. Potensi Lembaga Keuangan Mikro (LKM)
penilaian petani terhadap KUD dan Kelompok tani Dalam Pembangunan Ekonomi Pedesaan dan
masih lebih rendah jika dibandingkan dengan LKM BPR,
Kebijakan Pengembangannya. Pusat Penelitian Sosial
karena melihat dari kenampakan fisik seperti gedung,
Ekonomi Pertanian, Badan Penelitian dan
alat transaksi dan fasilitasnya kurang memadai,
sedangkan di BPR dilihat dari kenampakan fisik Pengambangan Pertanian.
gedungnya, alat transaksinya, Ashari, Friyatno S. 2006. Perspektif pendirian bank
pertanian di Indonesia. Forum Penelitian Agro
KESIMPULAN Ekonomi 24(2):107–134.
Lembaga keuangan mikro yang paling banyak diakses Cahyono, B.T. 1983. Manajemen Perkreditan. Ananda.
petani adalah kelompok tani yang sebenarnya Yogyakarta.
merupakan sumber pembiayaan kredit program Ismawan, B. 2003. Peran Lembaga Keuangan Mikro
pemerintah, yaitu kredit PMUK dengan skim kredit: (a) Dalam Otonomi Daerah. http://
menyediakan bantuan kredit dengan suku bunga rendah,
www.ekonomirakyat.org.com.
(b) menyediakan kredit jangka pendek (musiman) dan
Kasmir. 2000. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Raja
pembayaran dapat ditunda pada musim berikutnya
Grafindo Persada. Jakarta.
apabila terjadi kegagalan panen, (c) memperbolehkan
agunan sertifikat tanah dan bangunan berasal dari salah Krisnamurti, B. 2005. Pengembangan Keuangan Mikro
satu pengurus kelompok tani, dan (d) melayani petani Bagi Pembangunan Indonesia. Media Informasi Bank
dengan prosedur administrasi yang sederhana. Penilaian Perkreditan Rakyat. Edisi IV Maret 2005
petani terhadap KUD paling rendah dibanding LKM Pranadji T, 2004 Potensi Lembaga Keuangan Mikro
60
Jurnal AGRARIS

(LKM) dalam Pembangunan Ekonomi Pedesaan dan


Kebijakan Pengembangannya
Saptana T, Pranadji, Syahyuti, R. Elyzabet M. 2003.
Transformasi Kelembagaan Tradisional: Untuk
Menunjang Ekonomi Kerakyatan di Perdesaan (Studi
Kasus di Provinsi Bali dan Bengkulu). Bogor: Pusat
Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi
Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian
Singarimbun, M dan Effendi, S. 1987. Metode Penelitian
Survei. LP3ES. Jakarta.
Sudarsono, H. 2003. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah.
Ekonisia. Yogyakarta.
Syukur M, Hastuti EL, Soentoro, Supriyatna A, Supadi,
Sumedi, Wicaksono BWD. 2003 Kajian Pembiayaan
Pertanian Mendukung Pengembangan Agribisnis dan
Agroindustri di Pedesaan Bogor: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Tjiptono (2008). Service Management Mewujudkan Layanan
Prima. Penerbit Andi Offset edisi II Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai