Anda di halaman 1dari 27

PROPOSAL PENELITIAN TENTANG HIPERTENSI HUBUNGAN GAYA

HIDUP DAN KEPRIBADIAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI 

D
I
S
U
S
U
N

OLEH

NAMA                 : SEVEN D. MANIK


NIM                     : 1803579

AKADEMI KEPEAWATAN SURYA NUSANTARA PEMATANG SIANTAR


2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga proposal penelitian yang berjudul “hubungan gaya hidup dan kepribadian
dengan kejadian hipertensi di kelurahan Mattiro Walie Kecamatan Tanete
Riattang Barat Kabupaten Bone“ . Penyusunan proposal penelitian ini diajukan
untuk memenuhi tugas Riset Keperawatan.
Penulis sampaikan terima kasih kepada Ibu Yunis Veronica Purba
S.Kp.,M.Kep, selaku dosen yang telah memberikan bimbingan. Penulis memahami
sepenuhnya bahwa proposal ini tak luput dari kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan di masa mendatang.
Semoga proposal ini dapat memberikan inspirasi bagi para pembaca untuk melakukan
hal yang lebih baik lagi dan semoga proposal penelitian ini bermanfaat.

Watampone, 23 november 2014


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Berdasarkan Dinas Kesehatan Kabupaten Bone tahun 2013 kejadian
hipertensi yaitu 45.187 kejadian terdiri dari 41.981 (92,9%) hipertensi primer dan
3.206 (7,1%) hipertensi sekunder. Sementara kejadian hipertensi di wilayah kerja
PosKesDes Kelurahan Mattiro Walie  dari tahun ke tahun pun mengalami
peningkatan. Jumlah pasien baru hipertensi di wilayah kerja PosKesDes Kelurahan
Mattiro Walie menunjukan kenaikan setiap tahunnya. Pada tahun 2011 tercatat
terdapat 671 kasus hipertensi, sedangkan pada tahun 2012 kejadian hipertensi
meningkat menjadi 732 kasus dan pada tahun 2013 terjadi lagi peningkatan kasus
hipertensi menjadi 912 kasus. Peningkatan kasus hipertensi yang terjadi di wilayah
kerja PosKesDes Kelurahan Mattiro Walie ini perlu mendapatkan perhatian yang
serius.
Tingginya kejadian hipertensi di tengah-tengah masyarakat perlu dikaji secara
mendalam dan diketahui faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pentingnya kajian
mengenai hipertensi ini maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang
“Hubungan gaya hidup dan kepribadian dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja
PosKesDes Kelurahan Mattiro Walie  Kabupaten Bone Tahun 2014”.
B.     Rumusan masalah
1.      Apakah ada hubungan antara gaya hidup dan kepribadian dengan kejadian
hipertensi ?
2.      Bagaimana pengaruh gaya hidup dan kepribadian dengan kejadian hipertensi ?
3.      Bagaimana pola gaya hidup dan kepribadian yang baik ?

C.     Tujuan
1.      Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan antara gaya hidup dan kepribadian dengan kejadian
hipertensi di wilayah kerja PosKesDes Kelurahan Mattiro Walie Kabupaten Bone
tahun 2014.
2.      Tujuan Khusus
a.       Diketahuinya gambaran kejadian hipertensi di wilayah kerja PosKesDes Kelurahan
Mattiro Walie  Kabupaten Bone tahun 2014
b.      Diketahuinya hubungan antara gaya hidup dan kepribadian dengan kejadian
hipertensi di wilayah kerja PosKesDes Kelurahan Mattiro Walie Kabupaten Bone
tahun 2014 
c.       Diketahuinya pola gaya hidup dan kepribadian yang baik

D.    Manfaat

1.      Bagi PosKesDes Kelurahan Mattiro Walie 


Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan masukan
mengenai perilaku kesehatan masyarakat khususnya gaya hidup dan kepribadian di
wilayah kerja PosKesDes Kelurahan Mattiro Walie  sehingga menjadi bahan evaluasi
untuk meningkatkan kegiatan penyuluhan kepada masyarakat untuk mencegah
hipertensi melalui perilaku hidup sehat.
2.      Bagi Pasien Hipertensi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan wawasan
mengenai kebiasaan-kebiasaan masyarakat yang dapat menimbulkan penyakit
hipertensi.
3.      Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan
ilmiah yang bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian
selanjutnya tentang penyakit hipertensi.
4.      Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan wawasan tentang
penyakit hipertensi dan faktor-faktor yang menjadi penyebabnya serta menambah
pengalaman dalam melakukan penelitian di lapangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.  Hipertensi
1.    Defnisi
a.    Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada pembuluh
darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah,
terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya (Sustrani, 2006).

b.    Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah
yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. (Marliani, 2007).

c.    Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan


sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. (Rohaendi, 2008).

2.    Etiologi
Menurut Sutanto (2009), penyebab hipertensi adalah terjadinya perubahan –
perubahan pada :

a.       Elastisitas dinding aorta menurun

b.      Katub jantung menebal dan menjadi kaku

c.       Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah  berumur


20 tahun

d.       Kehilangan elastisitas pembuluh darah

e.        Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

3.    Jenis hipertensi

Berdasarkan penyebabnya, hipertpensi dapat dikelompokkan menjadi dua


golongan, yaitu:

a.       Hipertensi esensial atau hipertensi primer

Yaitu hipertensi yang tidak diketahui  penyebabnya (Gunawan, 2001). Sebanyak 90-


95 persen kasus hipertensi yang terjadi tidak diketahui dengan pasti apa penyebabnya.
Para pakar menunjuk stress sebagai tuduhan utama, setelah itu banyak faktor lain
yang mempengaruhi, dan para pakar juga menemukan hubungan antara riwayat
keluarga penderita hipertensi (genetik) dengan resiko untuk juga menderita penyakit
ini.

b.      Hipertensi renal atau hipertensi sekunder

Yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain (Gunawan, 2001). Pada 5-10
persen kasus sisanya, penyebab spesifiknya sudah diketahui, yaitu gangguan
hormonal, penyakit jantung, diabetes, ginjal, penyakit pembuluh darah atau
berhubungan dengan kehamilan. Garam dapur akan memperburuk hipertensi, tapi
bukan faktor penyebab.

4.    Patofisiologi

Mekanisme  yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah


terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula
jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari
kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system
saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan
pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra
vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
5.    Klasifikasi hipertensi

a.    Klasifikasi hipertensi menurut JNC (Joint National Committee On Prevention,


Detection, Evaluation, And The Treatment Of High Blood Pressure), yang dikaji oleh
33 ahli hipertensi nasional Amerika Serikat. Data terbaru menunjukkan bahwa nilai
tekanan darah yang sebelumnya dipertimbangkan normal ternyata dapat
menyebabkan peningkatan resiko komplikasi kardiovaskuler.
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VII
Klasifikasi
Tekanan darah Sistol Tekanan darah Diastol
tekanan
(mmHg) (mmHg)
darah
Normal < 120 Dan < 80
Prehipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi
140-159 Atau 90-99
stadium 1
Hipertensi
> 160 Atau > 100
stadium 2

(Sumber: Crea, 2008:8)


b.    WHO dan ISHWG (International Society Of Hypertension Working Group)
mengelompokkan hipertensi ke dalam klasifikasi optimal, normal, normal-tinggi,
hipertensi ringan, hipertensi sedang, dan hipertensi berat yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO


Kategori Sistol Diastol
Optimal < 120 < 80
Normal < 130 < 85
Normal – tinggi 130 – 139 85 – 89
Tingkat 1 (hipertensi
140 – 159 90 – 99
ringan)
140 – 149 90 – 94
Sub grup: perbatasan
Tingkat 2 (hipertensi
160 – 179 100 – 109
sedang)
Tingkat 3 (hipertensi
≥ 180 ≥ 110
berat)
Hipertensi sistol terisolasi ≥ 140 < 90
Sub-gruo: perbatasan 140 – 149 < 90

(Sumber: Crea, 2008:9)


c.    Perhimpunan Hipertensi Indonesia pada januari 2007 meluncurkan pedoman
penanganan hipertensi di Indonesia, yang diambil dari pedoman Negara maju dan
Negara tetangga. Dan klasifikasi hipertensi ditentukan berdasarkan ukuran tekanan
darah sistolik dan diastolic dengan merujuk hasil JNC 7 dan WHO yaitu sebagai
berikut:
Tabel 2.3   Klasifikasi Hipertensi Hasil Consensus Perhimpunan Hipertensi Indonesia

Tekanan darah Sistol Tekanan darah


Kategori tekanan darah
(mmHg) Diastol (mmHg)
Normal < 120 Dan < 80
Prehipertensi 120 – 139 Atau 80-89
Hipertensi stadium 1 140 – 159 Atau 90-99
Hipertensi stadium 2 > 160 Atau > 110
Hipertensi sistol
≥ 140 < 90
terisolasi

(Sumber: Crea, 2008:9)


6.    Manifestasi klinis
            Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki
gejala khusus. Menurut  Sutanto (2009), gejala-gejala yang mudah diamati antara lain
yaitu :

a.       Gejala ringan seperti pusing atau sakit kepala

b.      Sering gelisah

c.       Wajah merah

d.      Tengkuk terasa pegal

e.       Mudah marah

f.       Telinga berdengung

g.      Sukar tidur

h.      Sesak napas

i.        Rasa berat di tengkuk

j.        Mudah lelah

k.      Mata berkunang-kunang

l.        Mimisan ( keluar darah dari hidung).

7.    Faktor yang mempengaruhi hipertensi

Menurut Elsanti (2009), faktor resiko yang mempengaruhi hipertensi  yang dapat atau
tidak dapat dikontrol, antara lain:

a.       Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol :

1)   Jenis kelamin

Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun wanita
terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause.  Wanita yang belum
mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam
meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang
tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis.
Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita
pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi
sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan.
Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya
sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita
umur 45-55 tahun. Dari hasil penelitian didapatkan hasil lebih dari setengah penderita
hipertensi berjenis kelamin wanita sekitar 56,5%. (Anggraini dkk, 2009). 

Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa muda.
Tetapi lebih banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60% penderita
hipertensi adalah wanita. Hal ini sering dikaitkan dengan perubahan hormon setelah
menopause (Marliani, 2007). 

2)   Umur

         Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi orang
yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi dari orang yang
berusia lebih muda. Hipertensi pada usia lanjut harus ditangani secara khusus. Hal ini
disebabkan pada usia tersebut ginjal dan hati mulai menurun, karena itu dosis obat
yang diberikan harus benar-benar tepat. Tetapi pada kebanyakan kasus , hipertensi
banyak terjadi pada usia lanjut. Pada wanita, hipertensi sering terjadi pada usia diatas
50 tahun. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan hormon sesudah menopause.

Hanns Peter (2009) mengemukakan bahwa kondisi yang berkaitan dengan


usia ini adalah produk samping dari keausan arteriosklerosis dari arteri-arteri utama,
terutama aorta, dan akibat dari berkurangnya kelenturan. Dengan mengerasnya arteri-
arteri ini dan menjadi semakin kaku, arteri dan aorta itu kehilangan daya penyesuaian
diri. Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga
prevalensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian
sekitar 50 % diatas umur 60 tahun. Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan serta
tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Peningkatan kasus
hipertensi akan berkembang pada umur lima puluhan dan enampuluhan. Dengan
bertambahnya umur, dapat meningkatkan risiko hipertensi

3)   Keturunan (Genetik)
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu  akan menyebabkan keluarga itu
mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan
kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium
Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar
untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan
riwayat hipertensi.  Selain itu didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan
riwayat hipertensi dalam keluarga (Anggraini dkk, 2009). Seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah
penderita hipertensi (Marliani, 2007). Menurut Rohaendi (2008), mengatakan
bahwa Tekanan darah tinggi cenderung diwariskan dalam keluarganya. Jika salah
seorang dari orang tua anda ada yang mengidap tekanan darah tinggi, maka anda akan
mempunyai peluang sebesar 25% untuk mewarisinya selama hidup anda. Jika kedua
orang tua mempunyai tekanan darah tingi maka peluang anda untuk terkena penyakit
ini akan meningkat menjadi 60%.

b.         Faktor resiko yang dapat dikontrol:

1)      Obesitas

      Pada usia pertengahan ( + 50 tahun ) dan dewasa lanjut asupan kalori sehingga
mengimbangi penurunan kebutuhan energi karena kurangnya aktivitas,itu  sebabnya
berat badan meningkat.

                  Untuk mengetahui seseorang mengalami obesitas atau tidak,


dapat dilakukan dengan mengukur berat badan dengan tinggi badan, yang kemudian
disebut dengan Indeks Massa Tubuh (IMT). Rumus perhitungan IMT adalah sebagai
berikut:

                                                            Berat Badan (kg)

                             IMT = ------------------------------------------------

                                         Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)

2)      Kurang olahraga
      Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak menular,
karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan
menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi) dan melatih otot jantung sehingga
menjadi terbiasa apabila jantung harus melakukan pekerjaan yang lebih berat karena
adanya kondisi tertentu.Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko tekanan darah
tinggi karena bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk. Orang-orang yang tidak
aktif cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung mereka harus
bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus
memompa semakin besar pula kekuatan yang mendesak arteri. Latihan fisik berupa
berjalan kaki selama 30-60 menit setiap hari sangat bermanfaat untuk menjaga
jantung dan peredaran darah. Bagi penderita tekanan darah tinggi, jantung atau
masalah pada peredaran darah, sebaiknya tidak menggunakan beban waktu jalan.
Riset di Oregon Health Science kelompok laki-laki dengan wanita yang kurang
aktivitas fisik dengan kelompok yang beraktifitas fisik dapat menurunkan sekitar
6,5% kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein)  faktor penting penyebab pergeseran
arteri (Rohaendi, 2008).

3)      Kebiasaan Merokok

Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat dapat


dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko terjadinya
stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis. Dalam penelitian kohort
prospektif oleh dr. Thomas S Bowman dari Brigmans and Women’s
Hospital, Massachussetts terhadap 28.236 subyek yang awalnya tidak ada riwayat
hipertensi, 51% subyek tidak merokok, 36% merupakan perokok pemula, 5% subyek
merokok 1-14 batang rokok perhari dan 8% subyek yang merokok lebih dari 15
batang perhari. Subyek terus diteliti dan dalam median waktu 9,8 tahun. Kesimpulan
dalam penelitian ini yaitu kejadian hipertensi terbanyak pada kelompok subyek
dengan kebiasaan merokok lebih dari 15 batang perhari (Rahyani, 2007).

4)       Mengkonsumsi garam berlebih


                  Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO)
merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya
hipertensi. Kadar yodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol
(sekitar 2,4 gram yodium atau 6 gram garam) perhari. Konsumsi natrium yang
berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat.
Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan
ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut
menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya
hipertensi. (Wolff, 2008).

5)       Minum alkohol

        Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat merusak jantung dan


organ-organ lain, termasuk pembuluh darah. Kebiasaan minum alkohol berlebihan
termasuk salah satu  faktor resiko hipertensi (Marliani, 2007).

6)       Minum kopi

           Faktor kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu cangkir kopi mengandung 75
– 200 mg kafein, di mana dalam satu cangkir tersebut berpotensi meningkatkan
tekanan darah 5 -10 mmHg.

7)  Stress

        Hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis
peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak menentu).
Stress yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi.
Walaupun hal ini belum terbukti akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan
lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan
pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota (Rohaendi,
2003). Menurut Anggraini dkk, (2009) menagatakan Stress akan meningkatkan
resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi
aktivitas saraf simpatis. Adapun stress ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas
sosial, ekonomi, dan karakteristik personal
8.    Komplikasi

Menurut Sustrani (2006), membiarkan hipertensi membiarkan jantung


bekerja lebih keras dan membiarkan proses perusakan dinding pembuluh darah
berlangsung dengan lebih cepat. Berikut beberapa kompliasi hipertensi,antara lain :

a.       Penyakit jantung koroner dan arteri

Ketika usia bertambah lanjut, seluruh pembuluh darah di tubuh akan semakin
mengeras, terutama di jantung, otak dan ginjal. Hipertensi sering diasosiasikan
dengan kondisi arteri yang mengeras ini.

b.      Payah jantung

Payah jantung (Congestive heart failure) adalah kondisi dimana jantung tidak mampu
lagi memompa darah yang dibutuhkan tubuh. Kondisi ini terjadi karena kerusakan
otot jantung atau system listrik jantung.

c.       Stroke

Hipertensi adalah faktor penyebab utama terjadinya stroke, karena tekanan darah
yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pembuluh darah yang sudah lemah menjadi
pecah. Bila hal ini terjadi pada pembuluh darah di otak, maka terjadi perdarahan otak
yang dapat berakibat kematian. Stroke juga dapat terjadi akibat sumbatan dari
gumpalan darah yang macet di pembuluh yang sudah menyempit.

d.      Kerusakan ginjal

Hipertensi dapat menyempitkan dan menebalkan aliran darah yang menuju ginjal,
yang berfungsi sebagai penyaring kotoran tubuh. Dengan adanya gangguan tersebut,
ginjal menyaring lebih sedikit cairan dan membuangnya kembali kedarah. Gagal
ginjal dapat terjadi dan diperlukan cangkok ginjal baru.

e.       Kerusakan penglihatan

Hipertensi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah di mata, sehingga


mengakibatkan mata menjadi kabur atau kebutaan.

9.    Pencegahan hipertensi
     Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil tindakan
pencegahan yang baik (stop High Blood Pressure), antara lain menurut bukunya
(Gunawan, 2001),dengan cara sebagai berikut:

1.      Mengurangi konsumsi garam.

Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal 2 g garam dapur untuk diet
setiap hari.

2.      Menghindari kegemukan (obesitas).

Hindarkan kegemukan (obesitas) dengan menjaga berat badan (b.b) normal atau tidak
berlebihan. Batasan kegemukan adalah jika berat badan lebih 10% dari berat badan
normal.

3.      Membatasi konsumsi lemak.

Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol darah tidak terlalu tinggi.
Kadar kolesterol darah yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya endapan
kolesterol dalam dinding pembuluh darah. Lama kelamaan, jika endapan kolesterol
bertambah akan menyumbat pembuluh nadi dan menggangu peredaran darah. Dengan
demikian, akan memperberat kerja jantung dan secara tidak langsung memperparah
hipertensi.

4.       Olahraga teratur.

Menurut penelitian, olahraga secara teratur dapat meyerap atau menghilangkan


endapan kolesterol dan pembuluh nadi. Olahraga yang dimaksud adalah latihan
menggerakkan semua sendi dan otot tubuh (latihan isotonik atau dinamik), seperti
gerak jalan, berenang, naik sepeda. Tidak dianjurkan melakukan olahraga yang
menegangkan seperti tinju, gulat, atau angkat besi, karena latihan yang berat bahkan
dapat menimbulkan hipertensi.

5.      Makan banyak buah dan sayuran segar.

6.      Tidak merokok dan minum alkohol.

7.      Latihan relaksasi atau meditasi.


Relaksasi atau meditasi berguna untuk mengurangi stress atau ketegangan jiwa.

8.      Berusaha membina hidup yang positif.

10.     Makanan yang diperbolehkan

Makanan yang diperbolehkan ,antara lain :

a.       Bayam

Bayam merupakan sumber magnesium yang sangat baik. Tidak hanya melindungi
dari penyakit jantung, tetapi juga dapat mengurangi tekanan darah.

b.      Kacang-kacangan

Kacang-kacangan, seperti kacang tanah, almond, kacang merah mengandung


magnesium dan potasium. Potasium dikenal cukup efektif menurunkan tekanan darah
tinggi.

c.       Pisang

Buah ini tidak hanya menawarkan rasa lezat tetapi juga membuat tekanan darah lebih
sehat. Pisang mengandung kalium dan serat tinggi yang bermanfaat mencegah
penyakit jantung. Penelitian juga menunjukkan bahwa satu pisang sehari cukup untuk
membantu mencegah tekanan darah tinggi.

d.      Kedelai

Banyak sekali keuntungan mengonsumsi kacang kedelai bagi kesehatan Anda. Salah
satunya dalah menurunkan kolesterol jahat dan tekanan darah tinggi. Kandungan
isoflavonnya memang sangat bermanfaat bagi kesehatan.

e.       Kentang

Nutrisi dari kentang sering hilang karena cara memasaknya yang tidak sehat. Padahal
kandungan mineral, serat dan potasium pada kentang sangat tinggi yang sangat baik
untuk menstabilkan tekanan darah.

f.       Coklat pekat
Pecinta cokelat pasti akan senang, karena kandungan flavonoid dalam cokelat dapat
membantu  menurunkan tekanan darah dengan merangsang produksi nitrat oksida.
Nitrat oksida membuat sinyal otot-otot sekitar pembuluh darah untuk lebih relaks,
dan menyebabkan aliran darah meningkat.

11.     Makanan yang tidak diperbolehkan

Makanan yang diperbolehkan ,antara lain :

a.       Roti, kue yang dimasak dengan garam dapur atau soda.

b.      Ginjal, hati, lidah, sardin, keju, otak, semua makanan yang diawetkan dengan
menggunakan garam dapur; seperti daging asap, ham, ikan kaleng, kornet, dan ebi.

c.       Sayuran dan buah yang diawetkan dengan garam dapur; seperti sawi asin, asinan,
acar.

d.      Garam dapur, soda kue, baking powder , MSG (penyedap rasa).

e.       Margarin dan mentega biasa.

f.       Bumbu yang mengandung garam dapur yaitu terasi, kecap, saus tomat, petis,
tauco.    

B.  Konsep Perilaku
Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi
manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan
tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu
terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini dapat
bersifat pasif maupun aktif (melakukan tindakan) (Maulana, 2009).
Perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktifitas dari manusia itu sendiri,
yang mempunyai bentangan yang sangat luas mencakup berjalan, berbicara, bereaksi,
berpikir, persepsi dan emosi. Perilaku juga dapat diartikan sebagai aktifitas
organisme, baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung
(Notoatmodjo, 2007). Perilaku dan gejala yang tampak pada kegiatan organisme
tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik dan hidup terutama perilaku manusia. Faktor
keturunan merupakan konsep dasar atau modal untuk perkembangan perilaku
makhluk hidup itu selanjutnya, sedangkan lingkungan merupakan kondisi atau lahan
untuk perkembangan perilaku tersebut (Sudarma, 2008).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa banyak perilaku yang melekat pada
diri manusia baik secara sadar maupun tidak sadar. Salah satu perilaku yang penting
dan mendasar bagi manusia adalah perilaku kesehatan.
C.  Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan menurut Skinner dalam Notoatmodjo (2007) adalah suatu
respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan
sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman dan
lingkungan. Becker (1979) dalam Notoatmodjo (2007), membuat klasifikasi tentang
perilaku kesehatan yang terdiri dari:
1.      Perilaku Hidup Sehat
Perilaku hidup sehat adalah perilaku yang berkaitan dengan upaya atau
kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya yang
mencakup antara lain:
a.       Makan dan menu seimbang (appropriate diet)
b.       Olahraga teratur
c.        Tidak merokok
d.      Tidak minum-minuman keras dan narkoba
e.       Istirahat yang cukup
f.       Mengendalikan stress
g.      Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya tidak berganti-
ganti pasangan dalam hubungan seks.
2.        Perilaku sakit (IIInes behaviour)
Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap sakit dan penyakit,
persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang gejala dan penyebab penyakit, dan
sebagainya.
3.      Perilaku peran sakit (the sick role behaviour)
Orang sakit (pasien) mempunyai hak dan kewajiban sebagai orang sakit, yang
harus diketahui oleh orang sakit itu sendiri maupun orang lain (terutama
keluarganya).
D.  Gaya Hidup
Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam
aktifitas, minat dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang
yang berinteraksi dengan lingkungannya (Sakinah, 2002).  Menurut Lisnawati (2006)
gaya hidup sehat menggambarkan pola perilaku sehari-hari yang mengarah pada
upaya memelihara kondisi fisik, mental dan sosial berada dalam keadaan positif.
Gaya hidup sehat meliputi kebiasaan tidur, makan, pengendalian berat badan, tidak
merokok atau minum-minuman beralkohol, berolahraga secara teratur dan terampil
dalam mengelola stres yang dialami.
E.   Kepribadian
Kepribadian merupakan sejumlah pola tingkah laku yang aktual dan potensial
yang ditentukan oleh bawaan dan lingkungan yang dihubungkan melalui interaksi
fungsional dari aspek kognitif dan afektif ke dalam pola tingkah laku. Sadli (2004)
mengemukakan bahwa kepribadian adalah proses be coming, yaitu suatu proses
dinamis yang berkelanjutan dimulai sejak individu dilahirkan sampai ia meninggal.
F.   Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin
diamati dan diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo,
2005). Dalam penelitian ini faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi yang
diteliti adalah gaya hidup dan kepribadian. Hal tersebut diangkat dari teori perilaku
bahwa kedua faktor tersebut merupakan faktor yang dapat mempengaruhi perilaku
kesehatan seseorang untuk mencapai derajat kesehatannya. Artinya bahwa penyakit
hipertensi yang berkembang saat ini diakibatkan oleh gaya hidup dan kepribadian
seseorang dalam berperilaku hidup sehat. Berdasarkan hal tersebut maka kerangka
konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada diagram berikut:
  
            Variabel Bebas                                                          Variabel Terikat
        (Independen)                                                                       (Dependen) 

              Variabel Penelitian
            Variabel penelitian adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran
yang memiliki atau yang didapatkan oleh satuan-satuan penelitian tentang suatu
konsep tertentu (Notoatmodjo, 2005). Variabel dalam penelitian ini terdiri
dari variable independen (variabel bebas) dan variable dependen (variabel
terikat). Variabel independen dalam penelitian ini adalah gaya hidup dan kepribadian,
sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah kejadian hipertensi.
       Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1         Definisi Operasional Hubungan Gaya Hidup dan Kepribadian dengan
Kejadian Hipertensi

Definisi Cara Alat Skala


No Variabel Hasil Ukur
Operasional Ukur Ukur Ukur
1 2 3 4 5 6 7
1 Gaya hidup Pola hidup Angke Kuisione0 = Berisiko, jika Ordinal
seseorang di t r memiliki
dunia yang kebiasaan
diekspresikan merokok/
dalam aktifitas, minum
minat dan beralkohol/
opininya minum kopi/
kurang olah
raga
1 = Tidak berisiko,
jika tidak
memiliki
kebiasaan
merokok,
minum
beralkohol,
minum kopi
dan  kebiasaan
olah raga
teratur

1 2 3 4 5 6 7
2 Kepribadian Karakteristik Angke Kuisione0 = Kepribadian Nominal
seseorang yang t r introvert
menyebabkan 1 = Kepribadian
munculnya ekstrovert
konsistensi
perasaan,
pemikiran, dan
perilaku
3 Kejadian Keadaan Angke Kuisione 0 = Hipertensi, Ordinal
Hipertensi responden t r jika tekanan
dengan tekanan darah > 140/90
darah > 140/90 mmHg
mmHg 1 = Tidak
hipertensi, jika
tekanan darah <
140/90 mmHg

Hipotesis Penelitian
1.      Ada hubungan antara gaya hidup dengan kejadian hipertensi di wilayah PosKesDes
Kelurahana Mattiro Walie Kabupaten Bone tahun 2014.
2.      Ada hubungan antara kepribadian dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja
PosKesDes Kelurahana Mattiro Walie Kabupaten Bone tahun 2014.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN

A.    Desain dan jenis penelitian


               Penelitian ini menggunakan penelitian analitik kuantitatif dengan
pendekatan case control  yaitu suatu penelitian dimana efek (penyakit atau status
kesehatan) diidentifikasikan pada saat ini, kemudian faktor resiko diindentifikasi
adanya atau terjadinya pada waktu yang lalu (Notoatmodjo, 2005).
B.     Populasi dan Sampel
1.      Populasi
      Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006). Populasi dalam
penelitian ini adalah penduduk yang ada di wilayah kerja PosKesDes Kelurahan
Mattiro Walie. Populasi dalam penelitian ini terbagai menjadi dua kelompok yaitu
populasi kontrol dan populasi kasus. Populasi kasus adalah penduduk yang
mempunyai hipertensi. Sedangkan populasi kontrolnya adalah penduduk yang
memiliki riwayat keluarga hipertensi tapi tidak hipertensi.
2.      Sampel
      Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
(Arikunto, 2006). Sampel dalam penelitian ini ditetapkan sebanyak 50 sampel terdiri
dari 25 sampel kasus dan 25 sampel kontrol.
3.      Teknik Pengambilan Sampel
      Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara purposive
sampling yaitu sampel ditentukan berdasarkan kriteria tertentu dan banyaknya sesuai
dengan jumlah sampel yang ditetapkan. Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a.       Kriteria inklusi
Kriteria inklusi untuk kelompok kasus dan kontrol adalah responden merupakan
penduduk di wilayah kerja UPTD Puskesmas Majalengka dan tidak sedang menjalani
pengobatan penyakit tertentu (diet dan sebagainya).
a.       Kriteria eksklusi
      Kriteria eksklusi untuk kelompok kasus dan kontrol adalah penduduk di wilayah
kerja PosKesDes Kelurahan Mattiro Walie  yang tidak bisa membaca dan menulis
atau memahami kuesioner.
C.     Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di PosKesDes Kelurahan Mattiro Walie bulan
november - desember tahun 2014.
D.    Teknik Pengumpulan Data
            Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data primer yaitu
berupa kuesioner untuk mengukur variabel dependen dan independen. Pengumpulan
data dimulai pada bulan november 2014. Setelah didapatkan subjek penelitian,
kemudian dilakukan pengumpulan data dengan teknik angket. Angket dan
pengambilan kuesioner dilakukan pada subjek penelitian di wilayah kerja PosKesDes
Kelurahan Mattiro Walie  .
E.     Etika Penelitian
Etika penelitian yang meliputi (Arikunto, 2006):
1.      Informed Concent, diberikan sebelum melakukan penelitian. Informed
concent adalah lembar persetujuan untuk menjadi responden.
2.      Anonimity, berarti tidak perlu mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data
(kuesioner). Peneliti hanya menulis kode pada lembar pengumpulan data tersebut.
3.      Confidentiality, kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti, hanya
kelompok data tertentu yang akan dilaporkan dalam hasil penelitian.
F.      Pengolahan Data 
Langkah-langkah pengolahan data menurut Notoatmodjo (2003) adalah
sebagai berikut:
1.      Editing (pemeriksaan data), langkah ini dimaksudkan untuk melakukan pengecekan
kelengkapan data, kesinambungan data dan keseragaman data.
2.      Coding (pengkodean), tahap ini memudahkan dalam memasukan data dan
pengolahan pemberian data, maka pertanyaan yang telah diajukan diberi tanda/ kode.
3.      Transfering (pemindahan data), memindahkan data ke dalam tabel master
penelitian.
4.      Tabulasi data, dilakukan dengan mengelompokkan data sesuai dengan variabel
yang diteliti, guna memudahkan dalam analisis.
5.      Mengeluarkan informasi yang dibutuhkan.
G.    Analisa Data
1.       Analisa Univariat
Analisis univariat yang dilakukan terhadap variabel-variabel, dari hasil yang
diperoleh dalam penelitian, pada umumnya dari hasil analisis, menghasilkan
distribusi dan presentase dari tiap variabel-variabel yang ada, dalam penelitian ini
menggunakan analisis univariat dengan distribusi proporsi (Sugiyono, 2009).
2.      Analisa Bivariat
Analisis ini bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A. M. 2005. Psikologi Perkembangan. Penerbit Renika Cipta.


Andra. 2007. Ancaman Serius Hipertensi di Indonesia. http://www.majalah-
farmacia.com, diakses 27 Maret 2012.
Anggraini, A.D., dan Waren, A. 2009. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Hipertensi pada Pasien yang berobat di Poliklinik Dwasa Puskemas
Bangkiang periode Januari sampai Juni
2008. Http://yayanakhyar.wordpress.com, diakses tanggal 2 April 2012.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pengantar Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Crea, M. 2008. Hypertension. Jakarta: Medya.
Elsanti, S. 2009. Panduan Hidup Sehat Bebas Kolesterol, Stroke, Hipertensi &
Serangan Jantung. Yogyakarta: Araska.
Irza, S. 2009. Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo
Tanjung Sumatera Barat. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Kumar, 2005. Hipertensi Penyakit Vaskuler. http://www.medicine.com/, diakses
tanggal 12 Maret 2012.
Marliani, L. 2007. 100 Question & Answers Hipertensi. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo Gramedia.
Mifbakhuddin. 2007. Hubungan antara Faktor Karakteristik, Konsumsi Garam dan
Konsumsi Energi dengan Kejadian Hipertensi Penduduk Usia Lebih Dari 30 Tahun
di Desa Pasar Banggi Rw 4 Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang. Semarang:
Universitas Muhammdiyah.  
Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Parkinson, M. 2004. Test Yourself: Personality Questionnaires, Memahami
Kuesioner Kepribadian. Solo: Tiga Seragkai.
Price, L. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai