Anda di halaman 1dari 10

Nama : INDRIANI FAUZIAH

Npm : 217.C.0046

RANGKUMAN WEBINAR

PERAN TENAGA KESEHATAN DALAM PENANGGULANGAN STUNTING DAN


ADAPTASI KEBIASAAN BARU PANDEMI COVID19

MENGENAL DAN MEMAHAMI PANDEMI COVID19

4 sehat 5 sempurna (Doni Monardo)


1. Pakai masker
2. Jaga jarak
3. Cuci tangan dengan sabun
4. Olahraga, istirahat yang cukup, tidak panik
5. Makan makanan bergizi

Tanda gejala
1. Demam, Lelah, Batuk kering
2. badan terasa sakit/pegal, hidung tersumbat,
3. pilek,
4. sakit tenggorokan dan atau diare
5. Sebagian sesak nafas,
6. pneumonia dan ARDS

Gambaran umum :

SARS-COV-2 adalah virus jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada
manusia dan menyebabkan coronavirus dease 2019 (COVID-19)

80% pada umumnya gejala ringan

15% gejala berat

5% membutuhkan perawatan
Kasus berat dan kematian meningkat pada orang yang dengan kondisi penyerta :
Penyakit jantung, DM, paru kronis, hipertensi, kanker, usia >60 tahun, kasus anak 10%
dengan kematian 6%, sedangkan dewasa 4%.

PRINSIP OPERASIONAL POSYANDUPADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU


1. Buka dan tutup, Hari buka dan pelayananmengikuti kebijakan daerah penyebaran
COVID-19 di desa tersebut dan desa–desasekitarnya
2. Daerah yang belum dapat melaksanakan Posyandu memprioritaskan kegiatan mandiri
oleh sasaran
3. Menerapkan protokol kesehatan
4. Mengoptimalkan pemanfaatan teknologi komunikasi untuk pengaturan jadwal, konsultasi
dan janji temu
5. Hanya petugas dan pengunjung yang sehatyang datang pada hari buka Posyandu

PRINSIP PENCEGAHAN PENULARAN DALAM PELAYANAN KONSELING DAN


EDUKASI DENGAN HOME CARE,KUNJUNGAN RUMAH
1. Kunjungan rumah diprioritaskan kepada kelompok sasaran berisiko
2. Tujuan kunjungan rumah:
a. Tindaklanjutintervensi,
b. Memantaupertumbuhan dan kesehatan balita,
c. Konseling danedukasi
3. Menerapkan prosedur pencegahan infeksi:
a. Menggunakan masker, mencuci tangan
b. Menjaga jarak fisik
c. Konseling dilakukan di ruangan terbuka/cukup ventilasi maksimal 15 menit
4. Diskusikan masalah ibu melalui telpon/aplikasi chat sebelum melakukan kunjungan
rumah . Koseling lanjutan melalui telepon/aplikasi chat bila diperlukan

Alur Rujukan Pasien


1. PUSKESMAS (IGD,TRIAGE,APD,CUCI TANGAN,SURVAILANCE), Batuk,
pilek, pans, ringan pulang, sedang isolasi dan berat sesak Rujuk RS Sentramedika
2. RS.Pemerintahdan RS.SWASTA (7 dari 12) Isolasi,ICU,SEDANG BERAT
3. RS RUJUKAN COVID19(RS Sentra medika , 70 kamar,10 ICU,60 isolasi untuk
ODP RINGAN,,SEDANG
4. KARANTINA ODP, RUMAH TAK LAYAK DAN PDP SEDANG 14 HARI,
BERATICU
5. RS RUJUKAN PROVINSI (kemenkes,2020)

STUNTING

Stunting adalah :gagal tumbuh anak balita akibat kekurangan gizi kronis sehingga anak lebih
pendek untuk usianya. (kekurangan gizi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal
kehidupan. Setelah lahir, tetapi baru Nampak setelah anak berusia 2 tahun)

Cara mengukur panjang badan/ tinggi badan yang benar pastikan setiap
posyandu/desa/puskesmas tersedia alat antrophometri standar perintah mendes, pemendes 19/2019
dana desa, untuk stunting, belialat pengukur yang standar, tiap desa atau posyandu semampunya.

datanyaada di eppbgm

>2thBerdiri
1. Ukur panjang atau tinggi badan anak posisi berbaring jika usia <2 tahun Posisi berdiri
jika usia ≥2tahun
2. Plot pada grafik pertumbuhan PB/TB Usia,gender PB/U < -2 Zscore disebut stunted
PB/U < -3 Zscore disebut severely stunted

Ukur Baduta

Temukan
1. Tidak naik BB 2x
2. Gizi burk
3. Gizi kurang
4. Prematur ,32-37 mg
5. BBLR ,1500-2500 gram
6. Alergi ASI,TBC
7. Gagguan metabosme
I. Tangani oleh ukm rujuk keukp dan bila berat rujuk rs
II. Diagnose fktp/pkm no 79 dari 144 diagnosa (kmk.514 th 2015 pnpkfktp)
III. Rujukke rs pmk.64/2016.gg gizi ringan (e 4.1.0 ringan.e. 4.1.1 sedangdan e 4.1.2
berat)
IV. pmk. 29/2019, tata laksana gangguan gizi (penyakit)

LANGKAH PUSKESMAS TANGGULANGI STUNTING BATITA GIZI BURUK DAN


KURANG SINERGITAS UKM KE UKP, GUNAKAN TATALAKSANA KMK 29/2019
1. Intervensi spesifik batta gizi buruk dan kurang
2. Intervensi sensitif yang libatkan litas sektor dan lintas program terus laksanakan
3. Bidan desa dan perawat desa dilatih nyusun kak aksi stunting untuk desa
a. Gizi buruk dan kurang, penyakit lain.
b. KMK 514/2015 No. 79, INA CBGS
c. E 410,411,412
d. Timbang dan ukur BB dan TB
e. PSG/EPBGEM/PISPK/POSYANDU?
f. Peta wilayah setempat,pilah KIS?non KIS
g. Tata laksana gangguan gizi
h. PMK 29/2019
i. Obati penyakit lainnya
j. Spesifik proses (TBC) 3 dari 6, INH 10 mg/kg MDT
k. Gizi buruk, kurang berikan PKMK 2 bulan (1 botol) tanpa merubah pola makan

Stunting selalu melalui keadaan sebagai berikut dimulai dengan BB tidak naik dalam 3x
penimbangan berat badan (risiko gagal tumbuh).

Pasal 3 ayat 3 Permenkesnomor 29 tahun 2019:


1. Risiko Gagal Tumbuh

2. Gizi Kurang atau Gizi Buruk

3. Bayi sangat Prematur

4. BBL Sangat Rendah

5. Alergi Protein Susu Sapi

6. Kelainan Metabolisme Bawaan


PROTOKOL KESEHATAN DI POSYANDU DAN EDUKASI PADA KELUARGA

Protokol Kesehatan di Posyandu


1. Sebelum Hari Posyandu

2. Hari Posyandu

3. Setelah Hari Posyandu

Edukasi Tips Makan Sehat dilakukan mandiri oleh orang tua

5 Langkah Asupan Sehat + Cuci Tangan


1. Konsumsi makanan bergizi seimbang setiap kali makan

2. Perbanyak makan buah dan sayur

3. Batasi konsumsi makanan mengandung GGL

4. Olahraga dan minum air putih secara teratur

5. Lakukan kegiatan menyenangkan bersama keluarga

PELAKSANAAN 8 AKSI KONVERGENSI DILAKSANAKAN LINTAS PERANGKAT


DAERAH DAN DESA
1. Pencegahan dan Penurunan Prevalensi Stunting mewujudkan konvergensi intervensi
gizi prioritas bagi Rumah Tangga 1000 HPK di lokasi- lokasi prioritas.
2. Desa memiliki peran penting dalam upaya pencegahan dan penurunan stunting, 1 desa
minimal memiliki 1 KPM, untuk memastikan/monitoring bahwa intervensi gizi menyasar
pada 1000 HPK
3. Desa berkewajiban menganggarkan kegiatan terkait dengan upaya pencegahan dan
penurunan stunting. Syarat Pencairan dana desa triwulan ke III.

TAMBAHAN TEORI STUNTING


1. Pengertian Stunting

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi dibawah lima tahun)akibat
dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi
terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi
stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun. Balita pendek (stunted) dan sangat pendek
(severely stunted) adalah balita dengan panjang badan (PB/U) atau tinggi badan (TB/U)
menurut umurnya dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS (Multicentre Growth
ReferenceStudy) 2006. Sedangkan definisi stunting menurut Kementerian Kesehatan
(Kemenkes) adalah anak balita dengan nilai z-scorenya kurang dari -2SD/standar deviasi
(stunted) dan kurang dari –3SD (severely stunted).(Tim Nasional Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan Sekretariat Wakil Presiden, 2017) .

Di Indonesia, sekitar 37% (hampir 9 juta) anak balita mengalami stunting Indonesia
adalah negara dengan prevalensi stunting kelima terbesar. Balita/baduta (bayi dibawah usia
dua tahun) yang mengalami stunting akan memiliki tingkat kecerdasan tidak maksimal,
menjadikan anak menjadi lebih rentan terhadap penyakit dan di masa depan dapat beresiko
pada menurunnya tingkat produktivitas. Pada akhirnya secara luas stuntingakan dapat
menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan,dan memperlebar
ketimpangan. (Riset Kesehatan Dasar/Riskesdas 2013).

2. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Stunting


Status gizi pada dasarnya ditentukan oleh dua hal yaitu: makanan yang dimakan dan
keadaan kesehatan. Kualitas dan kuantitas makanan seorang tergantung pada kandungan zat
gizi makanan tersebut, ada tidaknya pemberian makanan tambahan di keluarga, daya beli
keluarga dan karakteristik ibu tentang makanan dan kesehatan. Keadaan kesehatan juga
berhubungan dengan karakteristik ibu terhadap makanan dan kesehatan, daya beli keluarga,
ada tidaknya penyakit infeksi dan jangkauan terhadap pelayanan kesehatan (Pramuditya SW,
2010).
3. Etiologi
Masalah balita pendek menggambarkan masalah gizi kronis, dipengaruhi dari kondisi
ibu/calon ibu,masa janin dan masa bayi/balita, termasuk penyakit yang diderita selama masa
balita.Dalam kandungan, janin akan tumbuh dan berkembang melalui pertambahan berat
danpanjang badan, perkembangan otak serta organ-organ lainnya. Kekurangan gizi yang
terjadi dalam kandungan dan awal kehidupan menyebabkan janin melakukan reaksi
penyesuaian.Secara paralel penyesuaian tersebut meliputi perlambatan pertumbuhan dengan
pengurangan jumlah dan pengembangan sel-sel tubuh termasuk sel otak dan organ tubuh
lainnya. Hasil reaksi penyesuaian akibat kekurangan gizi di ekspresikan pada usia dewasa
dalam bentuktubuh yangpendek (Menko Kesra, 2013).

4. Cara Pengukuran Balita Stunting (TB/U)


Stunting merupakan suatu indikator kependekan dengan menggunakan rumus tinggi
badan menurut umur (TB/U) Panjang Badan Menurut Umur (PB/U) memberikan indikasi
masalah gizi yang sifatnya kronis sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung lama,
misalnya kemiskinan, perilaku hidup sehat dan pola asuh/pemberian makan yang kurang baik
dari sejak dilahirkan yang mengakibatkan stunting.(Achadi LA. 2012).
Keuntungan indeks TB/U yaitu merupakan indikator yang baik untuk mengetahui
kurang gizi masa lampau, alat mudah dibawa kemana-mana, jarang orang tua keberatan
diukur anaknya. Kelemahan indeks TB/U yaitu tinggi badan tidak cepat naik bahkan tidak
mungkin turun, dapat terjadi kesalahan yang mempengaruhi presisi, akurasi, dan validitas
pengukuran. Sumber kesalahan bisa berasal dari tenaga yang kurang terlatih, kesalahan pada
alat dan tingkat kesulitan pengukuran. TB/U dapat digunakan sebagai indeks status
gizipopulasi karena merupakan estimasi keadaan yang telah lalu atau status gizi kronik.

5. Dampak Stunting Pada Balita


Laporan UNICEF tahun 2010, beberapa fakta terkait stunting danpengaruhnya adalah
sebagai berikut :
a. .Anak yang mengalami stunting lebih awal yaitu sebelum usia enam bulan, akan
mengalami stunting lebih berat menjelang usia dua tahun.
b. Pengaruh gizi pada usia dini yang mengalami stunting dapat menganggupertumbuhan dan
perkembangan kognitif yang kurang. stunting pada usialima tahun cenderung menetap
sepanjang hidup, kegagalan pertumbuhan usia dini berlanjut pada masa remaja dan
kemudian tumbuh menjadi wanita dewasa yang stunting dan mempengaruhi secara
langsung pada kesehatandan produktivitas, sehingga meningkatkan peluang melahirkan
BBLR.
c. Stunting terutama berbahaya pada perempuan, karena lebih cenderung menghambat dalam
proses pertumbuhan dan berisiko lebih besar meninggal saat melahirkan.
6. Pencegahan Stunting
Stunting merupakan masalah kesehatan yang bissa dicegah sejak dini, mulai dalam
kandungan hingga masa periode emas pertumbuhan anak. Beberapa cara untuk mencegah
Stunting adalah :
 Pemenuhan zat gizi bagi ibu hamil. Ibu hamil harus mendapatkan makanan yang
cukup gizi, suplementasi zat gizi (tablet zat besi atau Fe), dan terpantau kesehatannya
 ASI eksklusif sampai umur 6 bulan dan setelah umur 6 bulan diberimakanan
pendamping ASI (MP ASI) yang cukup jumlah dan kwalitasnya.
 Meningkatkan akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi, serta menjaga
kebersihan lingkungan.
 Sangat dianjurkan ketika anak berusia 3 tahun mengkonsumsi 13 gram protein yang
mengandung asam amino esensial setiap hari, yang didapat dari sumber hewani, yaitu
daging sapi, ayam, ikan, telur, dan susu.
 Rajin mengukur tinggi badan dan berat badan anak setiap kali memeriksa kesehatan di
posyandu atau fasilitas kesehatan lainnya untuk memantau pertumbuhan dan
perkembangan anak serta mendeteksi dini terjadinya gamngguan pertumbuhan (MCA
Indonesia, 2015).

Pencegahan Stunting pada usia sekolah dengan melaksanakan program school feeding
sebagai salah satu sistem proteksi sosial nasional mendukung perkembangan anak dan
pada prakteknya dapat mendukung produk agricultur local (WFP,2013) program school
feedingmemberikan dampak positif pada energy intake dan status mikronutrien anak
sekolah selain itu juga meningkatkan akses pendidikan dan menurunkan morbiditas.
Apabila program ini dikombinasikan dengan fortifikasi makanan dan program
pemberantasan kecacingan, maka program ini akan menguatkan status kesehatan anak-
anak dan menurunkan kasus zat gizi mikro (Jomaa,et.al,.2011).

7. Penyebab stunting
Kejadian stuntingpada anak merupakan suatu proses komulaif menurut beberapa
penelitian, yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak-kanak dan sepanjang siklus kehidupan.
Proses terjadinya stuntingpada anak dan peluang peningkatan stuntingterjadi dalam 2 tahun
pertama kehidupan.
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya keadaan stuntingpada anak. Faktor
penyebab stunting ini dapat disebabkan oleh faktor langsung maupun tidak langsung.
Penyebab langsung dari kejadian stuntingadalah asupan gizi dan adanya penyakit infeksi
sedangkan penyebab tidak langsungnya adalah pola asuh, pelayanan kesehatan, ketersediaan
pangan, faktor budaya, ekonomi dan masih banyak lagi faktor lainnya (UNICEF, 2008;
Bappenas, 2013).
a. Faktor langsung
1. Asupan gizi balita
2. Penyakit infeksi
b. Factor tidak langsung
1. Ketersediaan pangan
2. Status gizi ibu saat hamil
a. Pengukuran LILA
b. Kadar Hemoglobin
c. Kenaikan berat badan ibu saat hamil
8. Penanggulangan
Intervensi pada Penanggulangan Stunting
Intervensi efektif dibutuhkan untuk mengurangi stunting, defisiensi mikronutrien, dan
kematian anak . Jika diterapkan pada skala yang cukup maka akan mengurangi (semua
kematian anak) sekitar seperempat dalam jangka pendek. Dari intervensi yang tersedia,
konseling tentang pemberian ASI dan fortifikasi atau suplementasi vitamin A dan seng
memiliki potensi terbesar untuk mengurangi beban morbiditas dan mortalitas anak.
Peningkatan makanan pendamping ASI melalui strategi seperti penyuluhan tentang gizi dan
konseling gizi, suplemen makanan di daerah rawan pangan secara substansial dapat
mengurangi stunting dan beban terkait penyakit. Intervensi untuk gizi ibu (suplemen folat
besi, beberapa mikronutrien, kalsium, dan energi dan protein yang seimbang) dapat
mengurangi risiko berat badan lahir rendah sebesar 16%. Direkomendasikan pemberian
mikronutrien untuk anak-anak seperti suplementasi vitamin A (dalam periode neonatal
danakhir masa kanak-kanak), suplemen zinc, suplemen zatbesi untuk anak-anak di daerah
malaria tidak endemik, dan promosi garam beryodium. Untuk intervensi pengurangan
stunting jangka panjang, harus dilengkapi dengan perbaikan dalam faktor-faktor penentu gizi,
seperti kemiskinan, pendidikan yang rendah, beban penyakit, dan kurangnya pemberdayaan
perempuan (Bhutta, 2008).

Anda mungkin juga menyukai