Anda di halaman 1dari 6

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PASIEN DENGAN STROKE

Juanda Roki Saputra

21 September 2020

Abstrak

Stroke merupakan sindrom yang terdiri dari tanda dan gejala hilangnya fungsi
saraf pusat fokal yang berkembang dengan cepat. Mekanisme vaskular yang
menyebabkan stroke dapat diklasifikasikan menjadi stroke hemoragik
(perdarahan) dan stroke non hemoragik (infark/iskemik). Ada juga asuhan
keperawatan yang diagnose biasanya berubahan komunikasi verbal, kerusakan
serebral, dllnya. Tindakan bisa digunakan sesuai diagnose yang telah ditegakkan.

A. Definisi
Stroke adalah kondisi kedaruratan ketika terjadi defisit neurologis akibat
dari penurunan tiba-tiba aliran darah ke area otak yang terlokalisasi. Stroke
hemoragik adalah ketika pembuluh darah mengalami ruptur, darah masuk
kedalam ruang di sekitar neuron. (LeMone et al., 2016)
B. Etiologi
a. Thrombosis cerebral : Ini bisa terjadi pada pembuluh darah yang
mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak, sehingga
menimbulkan edema dan kongesti disekitarnya.
b. Emboli : Emboli serebral adalah penyumbatan pembuluh darah otak
karena adanya bekuan darah, lemak dan udara. Emboli yaitu dari thrombus
ada di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral.
Keadaan ini berlangsung cepat serta gejala yang muncul kurang dari 10-30
detik.
c. Haemorhagi : Perdarahan intrakranial atau intraserebral, perdarahan ini
dapat terjadi karena atherosklerosis dan hipertensi. Akibat pecahnya
pembuluh darah otak menyebabkan pengeluaran darah ke parenkim otak
dapat mengakibatkan penekanan atau pergeseran jaringan otak yang
berdekatan sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan
sehingga akan terjadi infark otak dan oedema.

C. Konsep Asuhan Keperawatan Stroke


A. Pengkajian
1. Biodata
Fokus pads data : umur, karena usia yang diatas 55 tahun akan
berisiko terjadinya serangan stroke.
2. Keluhan utama
Biasanya pasien datang ke RS dalam keadaan tidak sadar atau
penurunan kesadaram, koma disertai dengan kelumpuhan dan sakit
kepala yang hebat ( jika sadar)
3. Riwayat kesehatan : factor risiko, stroke sebelumna, penggunaan obat
(yang di programkan, obat yang dijual bebas, obat bebas), riwayat
merokok, kapan manisfestasi dimulai, keparahan manifestasi, adanya
inkontinensia, system dukungan keluarga, arahan lanjut atau kekuatan
medis pengacara.
4. Pengkajian fisik : skala stroke, tingkat kesadaran, tanda tanda vital,
kekuatan motorik, koordinasi, komunikasi, saraf cranial, fungsi
sensori, integritas kulit, status metabolisme.
a. B1 (bright atau pernafasan) : sumbatan jalan nafas karena
penumpukan sputum dan kehilangan refleks batuk. Adakah
tanda-tanda lidah jatuh ke belakang. Auskultasi suara nafas
mungkin ada tanda stridor.
b. B2 (blood atau sirkulasi) : adanya tanda-tanda peningkatan TIK
yaitu tekanan darah disertai dengan pelebaran nadi dan
penurunan jumlah nadi.
c. B3 (brain atau persarafan ) : kaji adanya keluhan sakit kepala
yang hebat. Periksa adanya pupil unilateral, observasi tingkat
kesadaran.
d. B4 (bladder atau perkemihan) : tanda-tanda inkontinensia uri.
e. B5 ( bowel atau pencernaan ) : tanda-tanda inkontensia.
f. B6 (Bone atau tulang dan integumen) : kaji adanya
kelumpuhan atau kelemahan.

B. Diagnosis keperawatan dan intervensi keperawatan


1. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
a. Pantau statatus pernafasan, saturasi oksigen, dan kepatenan
jalan nafs. Auskultasi suara paru dan pantau kecepatan
pernafasan dan hsil pemeriksaan gas darah arteri.
b. Lakukan suction jika diperlukan. Gunakan perawatan untuk
suction tidak lebih dari 10 detik pada satu waktu, gunakan
teknik steril.
c. Letakkan pada posisi berbaring miring.
d. Berikan oksigen jika perlu.
e. Pantau status mental dan LOC: gelisah, mengantuk,
letargi,ketidak mampuan menikuti perintah, tidak responsive.
f. Perubahan pada status mental dan LOC sering kali merupakan
masnifestasi awal peningkatan TIK.
g. Kaji untuk nyeri, sakit kepala, penurunan kekuatan otot,
refleksi pupil lama, tidak ada reflek gag atau menelan.
h. Pantau status jantung secara kontinu, observasi untuk distrmia.
i. Pantau suhu tubuh dan pertahankan suhu pada kurang dari 37
C, setiap waktu selama perawatan akut.
j. Pertahankan pencatatan asupan dan haluaran yang akurat.
2. Hambatan mobilitas fisik
a. Anjurkan latihan ROM aktif untuk ektremitas yang tidak
terkena dan lakukan latihan ROM pasif untuk ektremitas yang
terkena setiap 4 jam selama shift siang dan sore serta satu kali
selama sift malam.
b. Ubah posisi pasien setiap 2jam sekali, ikuti jadwal yang
ditetapkn untuk perubahan sisike sisi dan supinasi ke prone.
Pertahankan kesejajaran tubuh dan sokong ekstremitas pada
posisi yang tepat dengan bantal.
c. Memantau ekstremitas bawah setiap shift untuk manisfestasi
tromboflebitis. Kaji unuk peningkatan kehangatan dan
kemerahan pada betis.
d. Kolaborasi dengan terapis fisik setiap pasien mencapai
mobilitas, gunakan teknik yang konsisten untuk memindahkan
pasien dari tempat tidur ke kursi roda dan untuk membantu
ambulasi pasien.

3. Deficit perawatan diri (mandi, berpakaian, makan, dan toileting)


a. Lakukan skrining untuk disfungsi kognitid eksekutif (pikiran
abstak, tindakan terencana dan perlakuan kearah tujuan,
adaptasi terhadap hal yang tidak diharapkan).
b. Anjurkan pengguanaan lengan yang tidak terkena untuk mandi,
menggosok gigi, menyisir rambut, berpakaian dan makan.
c. Ajarkan pasien untuk mengguankan pakaian dengan pertama
menggunaan pada ektremitas yang terkena dan kemudiaan pada
ektremitas yang tidak terkena.
d. Kolaborasi dengan terapis okupsi da;am waktu terjadwal untuk
pelatihan fungsional ektremitas atas yang diperlukan untuk
aktivitas kehidupan sehari hari.
4. Kerusakan komunikasi verbal
a. Dekati dan tangani pasien sebagai orang dewasa.
b. Jangan mengasumsikan bahwa pasien yang tidak merespon
secara verbal tidak dapat mendengar.
c. Jangan gunakan nada yang tingi ketika berbicara dengan
pasien.
d. Berikan waktu yang adekuat kepada pasien untuk berespon.
e. Tatap pasien dan berbicara dengan lembut.
f. Ketika anda tidak memahami bicara pasien jujur dan katakana
sebenernya.
g. Gunkan pertanyaand an pernyataan sederhana.
h. Terima frustasi dan rasa marah sebagai reaksi normal.
i. Coba mode komunikasi alternative, termasuk tablet menulis,
flash card, dan papan bicara terkompensasi.
C. Evaluasi
Merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan. Melibatkan perawat
dan pasien tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan
dalam rencana keperawatan tercapai atau tidak terpenuhi sehingga dapat
dilakukan pengkajian ulang atau biasa disebut intervensi dilanjutkan.
Daftar Pustaka

LeMone, Priscilla, & Dkk. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC.

Anda mungkin juga menyukai