لَّ َم َوأَ ِبيDDD ِه َو َسDDDْلَّى هللاُ َعلَيDDDص َ فَ النَّ ِب ِّيDDDْت خَ ْلُ لَّيDDDص َ :الDDD َ َك قDDD ٍ َِس ب ِْن َمالِ ع َْن أَن
هللا
ِ ِ ِ م D ْ
س ب َن ر
ُْو ُ
ك ْ
ذDD َ ي َ ال ي
َْن مَ
ِ َل ا ع ْ
ال ِّبر هلل ِ
َ ِ ِْ َ ِ د مح ْ
ال ب َن ح
ُْو تفْ
ِ َ َ تسْ ي ا ْوُ نَا
ك َ ف َان م ْ
َ َ َ بَ ْك ٍر َو ُع َم
ُث ع ور
ظDDDDيخان واللفDDDDا (رواه الشDDDDَآخ ِره ِ را َء ٍة َوالَ ِفيDDDD َ
َ َّحي ِْم فِي أو َِّل ِق ِ رDDDDرَّحْ مٰ ِن الDDDDال
)لمDD;لمسDari Anas bin Malik, dia berkata, “Saya salat di
belakang Nabi saw, Abu Bakar, Umar dan Usman. Mereka
1
memulai dengan al-¥amdulill±hi rabbil ±lam³n, tidak
menyebut Bismill±hirra¥m±nirrah³m di awal bacaan, dan
tidak pula di akhirnya.”(Riwayat al-Bukh±r³ dan
Muslim).;2. Basmalah adalah salah satu ayat dari al-
F±ti¥ah, dan pada surah an-Naml/27:30, انه من سليمن وانه بسم
)27:30/ هللا الرحمن الرحيم (النملyang dimulai dengan Basmalah.
Ini adalah pendapat Imam Syafi'i beserta ahli qiraah Mekah
dan Kufah. Sebab itu menurut mereka Basmalah itu dibaca
dengan suara keras dalam salat (jahar). Dalil-dalil yang
menunjukkan hal itu antara lain Hadis Nabi saw:
صلَّى هللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَجْ هَ ُر ِب ِبس ِْم هللاِ الرَّحْ مٰ ِن
َ ِ كانَ َرسُوْ ُل هللا:ع َْن ابن عباس قال
)َّحي ِْم (رواه الحاكم فى المستدرك وقال صحيح ِ الر
3
هّٰللا
ِ ِبس ِْم ِ الرَّحْ مٰ ِن الر
َّحي ِْم
5
2. (2) Pada ayat di atas, Allah memulai firman-Nya dengan
menyebut “Basmalah” untuk mengajarkan kepada hamba-
Nya agar memulai suatu perbuatan yang baik dengan
menyebut basmalah, sebagai pernyataan bahwa dia
mengerjakan perbuatan itu karena Allah dan kepada-Nyalah
dia memohonkan pertolongan dan berkah. Maka, pada ayat
ini Allah mengajarkan kepada hamba-Nya agar selalu
memuji-Nya.
ِ الرَّحْ مٰ ِن الر
٣ َّحي ۙ ِْم
7
dimaksudkan agar gambaran keganasan dan kezaliman
seperti raja-raja yang dipertuan dan bersifat sewenang-
wenang lenyap dari pikiran hamba.
Rasulullah bersabda:
8
Orang-orang yang penyayang, akan disayangi oleh Allah
yang Rahman Tabaraka wa Taala.(Oleh karena itu)
sayangilah semua makhluk yang di bumi, niscaya semua
makhluk yang di langit akan menyayangi kamu semua.
(Riwayat A¥mad, Abµ D±wud at-Tirmi©³ dan al-
¦±kim).;Rasulullah bersabda:
)َم ْن َر ِح َم َولَوْ َذبِي َْحةَ عُصْ فُوْ ٍر َر ِح َمهُ هللاُ يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة (رواه البخاري
10
syariat, agama. Yang selaras di sini ialah dengan arti
“pembalasan”. Jadi, M±liki yaumidd³n maksudnya “Allah
itulah yang berkuasa dan yang dapat bertindak dengan
sepenuhnya terhadap semua makhluk-Nya pada hari
pembalasan.”
Sebab itu, para pemikir dari zaman dahulu telah ada yang
sampai kepada kepercayaan tentang adanya hari akhirat itu,
semata-mata dengan jalan berpikir, antara lain Pitagoras.
Filsuf ini berpendapat bahwa hidup di dunia ini merupakan
bekal hidup yang abadi di akhirat kelak. Sebab itu sejak
dari dunia hendaklah orang bersedia untuk hidup yang
abadi. Sokrates, Plato dan Aristoteles berpendapat, “Jiwa
yang baik akan merasakan kenikmatan dan kelezatan di
akhirat, tetapi bukan kelezatan kebendaan, karena kelezatan
kebendaan itu terbatas dan mendatangkan bosan dan jemu.
Hanya kelezatan rohani, yang betapa pun banyak dan
lamanya, tidak menyebabkan bosan dan jemu.”
12
;Kepercayaan Masyarakat Arab Sebelum Islam tentang
Hari Akhirat
16
Ibadah secara istilah ialah semua perkataan, perbuatan dan
pikiran yang bertujuan untuk mencari rida Allah. Arti
“ibadah” sebagai disebutkan di atas ialah tunduk dan
berserah diri kepada Allah, yang disebabkan oleh kesadaran
bahwa Allah yang menciptakan alam ini, Yang
menumbuhkan, Yang mengembangkan, Yang menjaga dan
memelihara serta Yang membawanya dari suatu keadaan
kepada keadaan yang lain, hingga tercapai
kesempurnaannya.
17
yang tidak mau berpikir, dan selanjutnya tidak sadar akan
kebesaran dan kekuasaan Allah, sering melupakan-Nya.
Sebab itulah, setiap agama mensyariatkan bermacam-
macam ibadah, gunanya untuk mengingatkan manusia
kepada kebesaran dan kekuasaan Allah. Dengan keterangan
ini terlihat bahwa tauhid dan ibadah itu saling
mempengaruhi, dengan arti bahwa tauhid menumbuhkan
ibadah, dan ibadah memupuk tauhid.;
ۤ ٰ َّ
ِ ا ِء َو ْال ُم ْنكDDDلوةَ تَ ْن ٰهى ع َِن ْالفَحْ َشDDDالص
رDDDَ َّ“; ۗ اِنSesungguhnya salat itu
mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar.“ (al-
Ankabµt/29: 45);Begitu juga ibadah puasa. Ibadah ini akan
menimbulkan perasaan cinta dan kasih sayang terhadap
orang-orang miskin. Demikian pula seterusnya dengan
ibadah-ibadah yang lain. Ibadah yang sebenarnya adalah
ibadah yang ditimbulkan oleh keyakinan kepada kebesaran
18
dan kekuasaan Allah, serta didorong oleh perasaan
bersyukur kepada Allah. Ibadah yang hanya karena ikut-
ikutan, atau karena memelihara tradisi yang sudah turun-
temurun, bukanlah ibadah yang sebenarnya. Kendatipun
seakan-akan berupa ibadah, tetapi tidak mempunyai jiwa
ibadah. Tidak ubahnya seperti patung, bagaimanapun
miripnya dengan manusia, tidaklah dinamai manusia.
Ibadah yang semacam itu tidak ada pengaruhnya kepada
tabiat dan akhlak.;Berusaha, Berdoa dan Bertawakal
Allah berfirman:
19
baik berupa pikiran maupun kekuatan tubuh, agar bisa
mencukupkan syarat-syarat atau menolak rintangan-
rintangan dalam menuju suatu maksud, atau mengerjakan
suatu pekerjaan. Tetapi, ada di antara syarat-syarat itu yang
manusia tidak kuasa mencukupkannya. Di samping itu, ada
juga rintangan yang tidak mampu ditolaknya. Begitu pula
ada di antara syarat-syarat itu atau di antara halangan-
halangan itu yang tidak dapat diketahui.
20
Ibadah itu sendiri pun suatu pekerjaan yang berat, sebab itu
haruslah dimintakan maµnah dari Allah agar semua ibadah
terlaksana sesuai dengan yang dimaksud oleh agama. Oleh
karena itu, seseorang hendaknya menuturkan bahwa hanya
kepada Allah sajalah kita beribadah, diikuti lagi dengan
pernyataan bahwa kepada-Nya saja minta pertolongan,
terutama pertolongan agar amal ibadah terlaksana
sebagaimana mestinya. Ayat di atas, sebagaimana telah
disebutkan, mengandung tauhid, karena beribadah semata-
mata kepada Allah dan meminta maµnah khusus kepada-
Nya, adalah intisari agama, dan kesempurnaan tauhid.
21
sifat ini namanya “naluri”, dalam bahasa Arab disebut
gar³zah. Umpamanya, naluri “ingin memelihara diri”
(mempertahankan hidup). Seorang bayi bila merasa lapar
dia menangis. Sesudah terasa di bibirnya puting susu
ibunya, dihisapnya sampai hilang laparnya. Perbuatan ini
dikerjakannya tanpa seorang pun yang mengajarkan
kepadanya, bukan pula timbul dari pengalamannya, hanya
semata-mata ilham dan petunjuk dari Allah kepadanya,
untuk mempertahankan hidupnya.
23
melatihnya, agar dapat dimanfaatkan dan disalurkan ke arah
yang baik.
24
ditangkap oleh pancaindra), ada lagi alam maqµlat (yang
hanya dapat ditangkap oleh akal).
26
sinarnya, hujan yang turun dari langit yang menumbuhkan
tanam-tanaman, dia akan merasa berutang budi kepada
“suatu Zat” yang gaib yang telah berbuat baik dan
melimpahkan nikmat yang besar itu kepadanya.
َۗما نَ ْعبُ ُدهُ ْم اِاَّل ِليُقَرِّ بُوْ نَٓا ِالَى هّٰللا ِ ُز ْل ٰفى
30
Begitu juga manusia mempunyai tabiat suka beragama,
dengan akalnya dia kadang-kadang telah sampai kepada
tauhid. Tetapi tauhid yang telah dicapainya dengan akalnya
itu sering pula menjadi kabur dan tidak murni lagi.
33
arah yang baik, pancaindra agar betul, akal agar sesuai
dengan yang benar, tuntunan-tuntunan agama agar dapat
dilaksanakan menurut yang dimaksudkan oleh yang
menurunkan agama itu, tanpa ada cacat, janggal dan salah.
34
hamba-Nya agar menyembah dan memohon pertolongan
kepada-Nya, sedangkan pada ayat ini Allah menerangkan
apa yang akan dimohonkan, dan bagaimana
memohonkannya. Maka tidak ada pertentangan antara
kedua firman Allah tersebut dan firman Allah yang
ditujukan kepada Nabi:;ٍْمDۙاط ُّم ْستَقِي ِ ي اِ ٰلى
ٍ ص َر ْٓ َواِنَّكَ لَتَ ْه ِد
َاِنَّكَ اَل تَ ْه ِديْ َم ْن اَحْ بَبْتَ َو ٰل ِكنَّ هّٰللا َ يَ ْه ِديْ َم ْن يَّش َۤا ُء َۚوه َُو اَ ْعلَ ُم بِ ْال ُم ْهتَ ِديْن
35
atas telah diterangkan bahwa rasul-rasul telah membawa
aq±′id (kepercayaan-kepercayaan), hukum-hukum,
peraturan-peraturan, akhlak, dan pelajaran-pelajaran.
Pendeknya, para rasul telah membawa segala sesuatu yang
perlu untuk kebahagiaan hidup manusia di dunia dan
akhirat.
37
tetapi perbedaan itu pada bagian-bagiannya, sedang pokok-
pokoknya serupa, sebagaimana telah disebutkan.
39