Anda di halaman 1dari 103

ّۤ ّۤ١ّۤ‫الۤ ّۤۤم‬

Tafsir Lengkap Kemenag

1. (1) Alif L±m M³m termasuk huruf-huruf muqa¯¯a‘ ah (singkatan) yang terletak pada permulaan beberapa
surah Al-Qur′an. Para mufasir berbeda pendapat tentang maksud huruf-huruf itu, selanjutnya lihat masalah
ini pada judul “Faw±ti¥us-suwar” pada permulaan jilid I tafsir ini.

َ ْ َْ ‫َ ٰ ه َ ٰ َ َّ ه‬
ّۤ ّۤ٢ّۤ‫ّللّۤلاّّۤۤ ِال ّۤهّۤ ِالاّۤو َّۤيّۤالحيّّۤۤاللي ْي هّۤم‬
ّۤ ‫ا‬

2. (2) Ayat ini menegaskan bahwa Tuhan yang berhak disembah tidak lain hanyalah Allah swt Yang hidup
kekal, terus menerus mengatur dan menjaga makhluk-Nya. Selanjutnya lihat tafsir ayat 255 al-Baqarah.
َ ْ ْ ْ َ َ ٰ ْ َّ َ َ ْ َ َ ْ َ َ َ ْ َ َ ً َ ‫ََّ َ َ َ ْ َ ْ ٰ َ ْ َ ه‬
ّۤ ّۤ٣ّۤ‫ل‬
ّۤ ‫ىثّۤوال ِا ِنجي‬
ّۤ ‫لّۤالخير‬
ّۤ ‫نّۤيػي ِّۤهّۤوانؾ‬
ّۤ ‫قّۤمص ِػكاّۤ ِلماّۤةح‬
ّۤ ِ ‫بّۤ ِةالح‬
ّۤ ‫كّۤال ِكت‬
ّۤ ‫لّۤعلح‬
ّۤ ‫نؾ‬

3. (3) Ayat ini menerangkan bahwa Tuhan yang berhak disembah itu benar-benar telah menurunkan Al-
Qur′an kepada Nabi Muhammad saw dengan perantaraan Jibril, dan menegaskan bahwa sebelum
menurunkan Al-Qur′an, Allah telah menurunkan pula kitab-kitab kepada para nabi terdahulu, yang diutus
sebelum kedatangan Nabi Muhammad saw, misalnya kitab Taurat diturunkan kepada Nabi Musa, kitab Injil
yang diturunkan kepada Nabi Isa dan sebagainya.

Al-Qur′an mengakui kebenaran isi kitab-kitab terdahulu sebagaimana kitab-kitab terdahulu itu
membenarkan isi Al-Qur′an sesuai dengan yang diisyaratkan kitab-kitab itu. Penegasan dan pengakuan ini
hanyalah secara garis besarnya saja, tidak secara terperinci, yaitu Allah telah mengutus rasul-rasul kepada
umat-umat dahulu, dan Allah telah menurunkan wahyu kepada mereka, seperti Taurat, Injil dan
sebagainya. Mengenai isi dari kitab-kitab itu tidak dijelaskan Al-Qur′an. Beriman kepada penegasan dan
pengakuan ayat itu termasuk iman kepada Allah.

Sebagaimana halnya dengan Al-Qur′an yang mengakui bahwa telah diutus para nabi dan rasul kepada
umat-umat yang terdahulu dan telah diturunkan kepada mereka kitab-kitab, maka kitab-kitab yang dahulu
pun mengisyaratkan dan mengakui bahwa pada akhir zaman nanti Allah akan mengutus seorang nabi
terakhir, nabi penutup dan kepada nabi itu akan diturunkan Allah pula sebuah kitab yang berisi pokok-
pokok dari risalah yang dibawa nabi-nabi yang terdahulu.

Menurut ayat ini seluruh isi Taurat dan Injil adalah wahyu dari Allah, yang disampaikan kepada Nabi
Musa dan Nabi Isa yang berisi pokok-pokok risalah yang dibawanya, tidak ada sedikit pun terdapat di
dalamnya yang berupa perkataan karangan manusia dan sebagainya.

Mengenai Taurat yang ada sekarang bukanlah Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa, demikian pula
Injil bukanlah Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa karena di dalam kedua kitab itu terdapat karangan
pengikut kedua Nabi itu yang datang kemudian.
ً َ َّ ْ ْ َ ‫ه َ ه‬
ْ َ َ ٰ َ ََّ ‫َ َ َ َ ه‬ ‫َ ًّ َّ ه‬ َ ْ ‫ن ّۤال َكل َّۤم ّۤ َغ‬
ّۤ‫ال ّۤحع ِل هّۤع ّۤعلى ّۤخاۤىِٕنثّۤ ّۤ ِمن هى ّْۤم ّۤ ِالا ّۤك ِل ْيلا ّۤ ِمن هى ْم‬
ّۤ ‫اض ِػهّۤ ّۤ َون هس ْيا ّۤضظا ّۤ ِدا ّۤذ ِك هؽ ْوا ّۤ ِةهّۤ ّۤولا ّۤحؾ‬
ِ
َ ‫ن َّّۤم‬
‫ي‬ ّۤ ِ ّۤ ‫…; يح ِؽـ ْي‬. Mereka suka
mengubah firman (Allah) dari tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian pesan yang telah
diperingatkan kepada mereka. Engkau (Muhammad) senantiasa akan melihat pengkhianatan dari mereka

1
kecuali sekelompok kecil di antara mereka (yang tidak berkhianat), …(al-M±′idah/5:13. Lihat juga an-
Nis±′/4:46).

َ ْ ‫ٰ َ ه ْ َ َ ٌ َ ْ ٌ َ ٰ ه َ ٌْ ه‬ ٰ ٰ ْ َ َ َ ْ َّ َّ َ َ ‫َ َ ْ َ َ ْ ه‬ َّ ً ‫ْ َْ ه ه‬
ّۤ ّۤ٤ّّۤۤ‫ؾّۤذوّۤان ِخلام‬
ّۤ ‫ؾ‬
‫اّللّۤغ ِ خ‬
ّۤ ‫ػّۤو‬
ّۤ ‫ابّۤش ِػي‬
ّۤ ‫اّللّۤلى ّۤمّۤعؼ‬ ّۤ ِ ‫ذّۤكف هؽواّۤ ِةاي‬
ِّۤ ّۤ‫ج‬ ّۤ ‫نّۤال ِذد‬ ّۤ ‫لّۤالف ْؽك‬
ّۤ ‫انّۤەّّۤۤ ِا‬ ّۤ ‫اسّۤوانؾ‬
ّۤ ِ ‫لّۤوػىّۤ ِللن‬
ّۤ ‫نّۤكت‬
ّۤ ‫ِم‬

4. (4) Sebelum Al-Qur′an diturunkan, Taurat dan Injil menjadi petunjuk bagi manusia, dan kemudian
diturunkanlah Al-Furqan yaitu Al-Qur′an, kitab yang dapat membedakan antara yang benar dengan yang
salah.

Pada akhir ayat ini, Allah mengancam dengan azab yang pedih terhadap orang-orang yang tetap ingkar
dan tidak mau tahu dengan kitab-kitab yang telah diturunkan Allah kepada para rasul, orang-orang yang
tidak mau menggunakan akal pikirannya untuk membedakan antara kepercayaan yang benar dengan yang
salah, antara agama-agama yang diridai Allah dengan yang tidak diridai-Nya. Mereka semua akan
dimasukkan ke dalam neraka. Tidak ada sesuatu pun yang dapat mengubah keputusan Allah dan tidak ada
yang dapat mengelakkan dan mempertahankan diri dari azab-Nya. Allah akan membalas segala bentuk
keingkaran dan pembangkangan terhadap hukum-hukum-Nya serta mengazab pelaku-pelakunya dengan
azab yang setimpal.

َ َّ َ َْ َ َ َ ٰ ْ َ َ َ ٰ َّ
ّۤ ّۤ٥ّۤ‫السما ِّۤۤء‬ ّۤ ِ ‫اّللّۤلاّۤيخػىّۤعل ْح ِّۤهّۤش ْي ٌّۤءّۤ ِفىّۤالا ْر‬
ّۤ‫ضّۤ َولاّۤ ِفى‬ ّۤ ّۤ‫ن‬
ّۤ ‫ِا‬

5. (5) Ilmu Allah meliputi segala sesuatu, tidak ada sesuatu pun yang menandingi ilmu Allah dan tidak ada
sesuatu pun yang luput dari pengetahuan-Nya.

َ ْ ‫َ ْ َ َ َ ه َ ٰ َ َّ ه َ ْ َ ْ ه‬ َ َْ
‫ه‬ َ ْ َّ َ ‫ه‬
ّۤ ّۤ٦ّۤ‫ؾّۤالح ِك ْي هّۤم‬
ّۤ ‫ؾ‬
‫ؿّۤيشا ّۤۤءّّۤۤلاّّۤۤ ِال ّۤهّۤ ِالاّۤو ّۤيّۤالػ ِ خ‬ ِّۤ ‫يّۤ هيص ِي هرك ّْۤمّۤ ِفىّۤالا ْرح‬
ّۤ ‫امّۤكي‬ ّۤ ‫و ّۤيّۤال ِذ‬

6. (6) Dengan kodrat-Nya, dijadikan-Nya manusia bermacam-macam bentuk setelah melalui proses demi
proses, sejak dari sel mani yang menerobos ke dalam rahim, kemudian menjadi sesuatu yang melekat pada
dinding rahim, dan dari sesuatu yang melekat itu menjadi segumpal daging yang melekat, akhirnya
berbentuk manusia dan lahirlah ia ke dunia (al-Mu′minµn/23:12-14). Semuanya itu dijadikan Allah sesuai
dengan sunah (hukum) dan ilmu-Nya.

‫ََ َ ْ ه‬ َ ‫َ ٌ َ ََّ ه‬ ‫هه‬ َ ْ َّ َ َ ٌ ٰ ٰ َ ‫َ ه َ ه ه‬ ٰ ْ ‫ه َ َّ ْ َ ْ َ َ َ َ ْ َ ْ ٰ َ ْ ه ٰ ٰ ٌ ْ َ ٰ ٌ ه َّ ه‬


ّۤ‫ن ّۤ َما ّۤةش َاة ّۤه ّۤ ِمن ّۤه‬
ّۤ ‫ذ ّۤ ِف ّْۤي ّۤكل ْي ِب ِه ّْۤم ّۤز ْي ّۤؼ ّۤـحخ ِتػ ْي‬
ّۤ ‫ج ّۤ ّۤـاَّما ّۤال ِذد‬
ّۤ ‫ؽ ّۤمتش ِتى‬
ّۤ ‫ب ّۤواع‬
ّۤ ِ ‫ن ّّۤۤامّۤ ّۤال ِكت‬
ّۤ ‫ج ّۤو‬
ّۤ ‫ج ّۤمحكم‬
ّۤ ‫ب ّۤ ِمن ّۤه ّۤاي‬
ّۤ ‫ك ّۤال ِكت‬
ّۤ ‫ل ّۤعلح‬
ّۤ ‫ي ّۤانؾ‬
ّۤ ‫و ّۤي ّۤال ِذ‬
‫َ َّ َّ َّ ه ه‬ َ ْ ْ ‫ه‬ َّ ٰ َ ْ ‫ْ ْ َ ه ْ ه‬ َ ‫ٰه َ ٰ ه‬ َّ َ ْ َ َ ْ َْ َ َْ ْ َ
ّۤ‫ػ ّۤ َرؿِنا ّۤ ّۤ َوما ّۤ َيؼك ه‬
ّۤ‫ؽ ّۤ ِالاّۤ ّۤاوليا‬ ّۤ ‫ن ّۤا َمجا ّۤ ِةهّۤ ّۤعلّۤ ّۤ ِم‬
ِّۤ ‫ن ّۤ ِغن‬ ّۤ ‫الؽ ِسغ ْي‬
ّۤ ‫ن ّۤ ِفى ّۤال ِػل ِّۤم ّۤيليلي‬ ّۤ ّۤ ‫ْاة ِخؾا َّۤۤء ّۤال ِفتن ِّۤث ّۤ َو ْاة ِخؾا َّۤۤء ّۤحأ ِو ْي ِلهّۤ ّۤ َو َما ّۤ َيػل هّۤم ّۤحأ ِو ْيله ّۤ ِالا‬
‫اّلل ّۤو‬
َْْ
ّۤ ِ ‫الال َب‬
ّۤ ّۤ٧ّۤ‫اب‬

7. (7) Al-Qur′an yang diturunkan Allah itu, di dalamnya terdapat ayat-ayat yang muhkamat dan terdapat
pada yang mutasyabihat.

“Ayat yang muhkamat” ialah ayat yang jelas artinya, seperti ayat-ayat hukum, dan sebagainya. “Ayat
mutasyabihat” ialah ayat yang tidak jelas artinya, yang dapat ditafsirkan dengan bermacam-macam
penafsiran. Seperti ayat-ayat yang berhubungan dengan hal-hal yang gaib dan sebagainya.
2
Menurut sebagian mufasir, tujuan diturunkannya ayat-ayat ini, ialah:

1. Untuk menguji iman dan keteguhan hati seorang Muslim kepada Allah. Iman yang benar hendaklah
disertai dengan penyerahan diri dalam arti yang seluas-luasnya kepada Allah. Allah menurunkan ayat-ayat
yang dapat dipahami artinya dengan mudah dan Dia menurunkan ayat-ayat yang sukar diketahui makna
dan maksud yang sebenarnya, yaitu ayat-ayat mutasyabihat. Dalam menghadapi ayat-ayat mutasyabihat
ini, manusia akan merasa bahwa dirinya bukanlah makhluk yang sempurna, ia hanya diberi Allah
pengetahuan yang sedikit karena itu ia akan menyerahkan pengertian ayat-ayat itu kepada Allah Yang
Maha Mengetahui.

2. Dengan adanya ayat-ayat yang muhkamat dan mutasyabihat kaum Muslimin akan berpikir sesuai dengan
batas-batas yang diberikan Allah; ada yang dapat dipikirkan secara mendalam dan ada pula yang sukar
dipikirkan, lalu diserahkan kepada Allah.

3. Para nabi dan para rasul diutus kepada seluruh umat manusia yang berbeda-beda, misalnya: Berbeda
kepandaiannya, kemampuannya, kekayaannya, berbeda pula bangsa, bahasa dan daerahnya. Karena itu,
cara penyampaian agama kepada mereka hendaklah disesuaikan dengan keadaan mereka dan kesiapan
bahasa yang dimiliki sesuai dengan kemampuan mereka.;Sikap manusia dalam memahami dan menghadapi
ayat-ayat yang mutasyabihat, yaitu:

1. Orang yang hatinya tidak menginginkan kebenaran, mereka jadikan ayat-ayat itu untuk bahan fitnah
yang mereka sebarkan di kalangan manusia dan mereka mencari-cari artinya yang dapat dijadikan alasan
untuk menguatkan pendapat dan keinginan mereka.

2. Orang yang mempunyai pengetahuan yang mendalam dan ingin mencari kebenaran, mereka harus
mencari pengertian yang benar, dari ayat itu. Bila mereka belum atau tidak sanggup mengetahuinya,
mereka berserah diri kepada Allah sambil berdoa dan mohon petunjuk.;Pada akhir ayat ini Allah
menerangkan sifat orang yang dalam ilmu pengetahuannya, yaitu orang yang suka memperhatikan makhluk
Allah, suka memikirkan dan merenungkannya. Ia berpikir semata-mata karena Allah dan untuk mencari
kebenaran.

َّ ْ َ ْ َ َ َّ ً َ ْ َ َ ْ ‫ََّ َ َ ه ْ ه ه ْ َ َ َ ْ َ ْ َ َ ْ َ َ َ َ ْ َ َ ْ َّ ه‬
ّۤ ‫جّۤال َيو ه‬
ّۤ ّۤ٨ّۤ‫اب‬ ّۤ ‫كّۤان‬
ّۤ ‫كّۤرحم ّۤثّۤ ِان‬
ّۤ ‫نّۤلدن‬
ّۤ ‫بّّۤۤلجاّۤ ِم‬
ّۤ ‫ػّۤ ِا ّۤذّۤوػيتناّۤوو‬
ّۤ ‫غّۤكليؿناّۤةػ‬
ّۤ ‫رؿناّۤلاّۤح ِؾ‬

8. (8) Sikap orang yang ilmu pengetahuannya telah mendalam, mereka selalu berdoa dan berserah diri
kepada Allah swt, bila mereka tidak sanggup lagi memikirkan ayat-ayat Allah. Mereka berdoa kepada Allah
agar selalu dipelihara, dipimpin, diberi petunjuk, dan jangan sampai mereka tergelincir ke jalan yang sesat
setelah mereka mendapat petunjuk. Dari doa mereka dipahami bahwa yang mereka mohonkan itu bukanlah
semata-mata keselamatan dan kebahagiaan duniawi, tetapi juga mereka memohon kebahagiaan dan
keselamatan di akhirat.

َ َ ْ ‫َ ْ َّ َ ْ َ ْ َّ ٰ َ َ ه ْ ه‬ َّ َ َ َّ َ ََّ
ّۤ ‫ؿّۤال ِم ْيػ‬
ّۤ ّۤ٩ّّۤࣖۤ‫اد‬ ّۤ ‫اّللّۤلاّۤيخ ِل‬ ّۤ ‫بّۤ ِـح ِّۤهّۤ ِا‬
ّۤ ّۤ‫ن‬ ّۤ ِ ‫كّۤج ِام هّۤعّۤالج‬
ّۤ ‫اسّۤ ِلييمّّۤۤلاّۤري‬ ّۤ ‫رؿناّۤ ِان‬

9. (9) Dalam doa orang-orang yang ilmu pengetahuannya telah mendalam itu tergambar pula keyakinan
mereka, yaitu mereka meyakini kedatangan hari kiamat, dan setelah itu Allah mengumpulkan seluruh
makhluk-Nya untuk diperhitungkan segala amal perbuatannya yang telah mereka perbuat selama mereka
hidup di dunia. Mereka yakin bahwa pada hari itu Allah membalas amal baik dengan pahala yang berlipat
ganda, dan membalas semua perbuatan dosa dengan azab yang setimpal.

3
Kedatangan hari akhirat dan pengumpulan makhluk pada hari itu, merupakan janji Allah kepada manusia.
Orang-orang yang ilmu pengetahuannya mendalam, yakin benar bahwa Allah pasti menepati janji-Nya.

َّ ‫ه ه‬ ‫َّ َّ ْ َ َ َ ه ْ َ ْ ه ْ َ َ ْ ه ْ َ ْ َ ه ه ْ َ َ َ ْ َ ه ه ْ َ ٰ َ ْ َ ه ٰۤ َ ه‬
ِّۤ ‫كّۤو ّْۤمّۤ َوك ْي ّۤدّۤالج‬
ّۤ ّۤ٪ّۤ‫ار‬ ّۤ ‫اّللّۤشيػّۤاّۤواول ِٕى‬
ِّۤ ّۤ‫ن‬
ّۤ ‫نّۤحؾ ِج ّۤيّۤغنى ّۤمّۤاميالى ّۤمّۤولاّّۤۤاولادو ّۤمّۤ ِم‬
ّۤ ‫ذّۤكفؽواّۤل‬
ّۤ ‫نّۤال ِذد‬
ّۤ ‫ِا‬

10. (10) Orang yang kafir dan mengingkari kenabian Muhammad, padahal mereka mengetahui
kebenarannya baik dari golongan Ahli Kitab maupun dari golongan orang-orang musyrik Arab, mereka
tidak akan dapat menghindari azab Allah. Selanjutnya Allah menerangkan bahwa harta benda dan anak
cucu mereka tidak akan memberi syafaat sedikit pun kepada mereka. Harta yang bisa dipergunakan untuk
mendapat manfaat dan menolak kemudaratan di dunia dan anak-anak yang bisa membantu dalam segala
urusan penting dan dalam peperangan, semuanya itu tidak akan menyelamatkan mereka dari api neraka,
sebagaimana Allah berfirman:

َ ‫َْ َ َ ََْ ه َ ٌ َ ه‬
ّۤ ‫الَّّۤولاّۤ َةن ْي‬
‫نّّّّّۤۤۤۤۤڸ‬ ّۤ ‫يي ّۤمّۤلاّۤينف ّۤعّۤم‬

(Yaitu) pada hari (ketika) harta dan anak-anak tidak berguna. (asy-Syu‘ ar±′/26:88);Walaupun mereka
mengucapkan seperti firman Allah:
َ
َ َّ َ ‫َ َ ه ْ َ ْ ه ْ َ ه َ ْ َ ً َّ َ ْ َ ً َّ َ َ ْ ه‬
ّۤ‫نّۤ ِة همػؼ ِة ْحن‬
ّۤ ‫نّۤاكث ّۤدّۤاميالاّۤواولاداّّۤۤوماّۤنح‬
ّۤ ‫وكالياّۤنح‬

Dan mereka berkata, ”Kami memiliki lebih banyak harta dan anak-anak (daripada kamu) dan kami tidak
akan diazab.” (Saba′/34: 35);Peryataan mereka ini dibantah Allah dengan firman-Nya:

ً َ َ َ َ َ َ ٰ ْ َ َّ ٰ ْ ‫َ َ َ ْ َ ه ه ْ َ َ َ ْ َ ه ه ْ َّ ْ ه َ ه ه ْ ْ َ َ ه‬
‫لّۤص ِالحا‬
ّۤ ‫نّۤوغ ِم‬
ّۤ ‫نّۤام‬
ّۤ ‫وماّۤاميالك ّۤمّۤولاّّۤۤاولادك ّۤمّۤ ِةال ِت ّۤيّۤحل ِؽةك ّۤمّۤ ِغنػناّۤزلػىّّۤۤ ِالاّۤم‬

Dan bukanlah harta atau anak-anakmu yang mendekatkan kamu kepada Kami; melainkan orang-orang
yang beriman dan mengerjakan kebajikan, …. (Saba′/34: 37)

َ ْ ‫ْ َ ْ َ َ َّ ْ َ ْ َ ْ ْ ََّ ه ْ ٰ ٰ َ َ َ َ َ ه ه ٰ ه ه ه ْ ْ َ ٰ ه َ ْ ه‬ ٰ َْ َ
ّۤ ّۤ٫ّۤ‫اب‬
ّۤ ِ ‫ػّۤال ِػل‬
ّۤ ‫اّللّۤش ِػي‬
ّۤ ‫ؼني ِب ِه ّۤمّّۤۤو‬
ّۤ ‫اّللّۤ ِة‬
ّۤ ّۤ‫نّۤكت ِل ِى ّۤمّۤكؼةياّۤ ِةاي ِتناّّۤۤـاخؼو ّۤم‬
ّۤ ‫ذّۤ ِم‬
ّۤ ‫نّۤوال ِذد‬
ّۤ ‫لّۤ ِـؽغي‬
ّۤ ِ ‫بّۤا‬
ّۤ ِ ‫كػأ‬

11. (11) Hal ihwal orang yang ingkar sama dengan hal ihwal Fir‘ aun dan pengikut-pengikutnya, juga
serupa dengan apa yang dilakukan umat sebelumnya kepada Nabi Musa dan nabi-nabi lainnya. Mereka
mendustakan ayat-ayat Allah yang dibawa oleh para rasul. Karena itu Allah menurunkan siksa atas mereka
betapa pun besarnya kekuasaan mereka. Musuh-musuh nabi itu hancur, dan nabi-nabi beserta pengikut-
pengikutnya memperoleh kemenangan.

Orang kafir tidak dapat lari dari azab yang diturunkan Allah. Karena hukuman Allah itu adalah sebagai
akibat yang wajar dari dosa mereka sendiri. Orang-orang Yahudi merasa takut dengan turunnya ayat ini
karena mereka mengetahui apa yang telah dialami oleh Fir‘ aun dan pengikut-pengikutnya.

Yang dimaksud orang-orang kafir dalam ayat ini ialah orang Yahudi Medinah. Menurut riwayat Ibnu
‘ Abb±s, orang Yahudi Medinah tatkala menyaksikan kemenangan Rasulullah atas kaum musyrik pada
Perang Badar, mereka berkata, “Demi Allah, sesungguhnya dia adalah nabi yang ummi, yang dikabarkan
oleh Nabi Musa kepada kita, dan dalam Taurat terdapat tanda-tandanya”. Lalu mereka bermaksud
mengikuti Nabi Muhammad saw. Tetapi sebagian mereka berkata, “Janganlah terburu-buru sampai kamu
menyaksikan bukti-bukti yang lain.” Tatkala tiba Perang Uhud mereka menjadi ragu-ragu lalu mereka

4
membatalkan perjanjian yang mereka sepakati dengan Rasulullah saw. Kemudian Ka‘ ab bin al-Asyraf
(pimpinan Yahudi) bersama enam puluh anggota pasukan berkuda berangkat segera ke Mekah untuk
menghimpun kekuatan untuk memerangi Rasulullah saw. Maka pada saat itu turunlah ayat ini.

Diriwayatkan pula oleh Abµ D±wud dalam Sunan-nya, dan oleh al-Baihaqi dalam Dal±′il melalui Ibnu
Ishaq dari Ibnu ‘ Abb±s bahwa Rasulullah tatkala berhasil mengalahkan orang Quraisy dalam Perang
Badar, beliau pulang ke Medinah, beliau mengumpulkan orang Yahudi di pasar Bani Qainuqa'. Beliau
berkata, “Hai, orang Yahudi masuklah dalam agama Islam sebelum kamu ditimpa oleh apa yang telah
ditimpakan Allah kepada kaum Quraisy. Mereka menjawab, “Hai Muhammad, jangan kamu tertipu oleh
dirimu sendiri. Kamu telah membunuh sejumlah orang Quraisy, dan mereka itu orang-orang yang tidak
berpengalaman, tidak mengerti perang. Demi Allah, jika kamu berperang melawan kami, kamu akan tahu
bahwa kamilah sebenarnya laki-laki yang sesungguhnya, kamu belum pernah berhadapan dengan kami”.
Dengan kejadian ini, turunlah ayat 12 dan 13 ini.

‫ه‬ ْ ْ َّ َ ٰ َ ْ ‫ه ْ َّ ْ َ َ َ ه ْ َ ه ْ َ ه ْ َ َ ه ْ َ ه‬
ّۤ ‫سّۤال ِم َى‬
ّۤ ّۤ٬ّۤ‫اد‬ ّۤ َ ‫نّۤ ِالىّۤس َىن َّۤمّّۤۤ َو ِةخ‬
ّۤ ‫نّۤوتحضهو‬
ّۤ ‫ذّۤكفؽواّۤسخؾلتي‬
ّۤ ‫لّۤ ِلل ِذد‬
ّۤ ‫ك‬

12. (12) Pada ayat ini Allah dengan tegas memperingatkan mereka; bahwa mereka pasti akan binasa di
dunia ini, sebelum di akhirat nanti. Nabi Muhammad saw diperintahkan untuk mengatakan kepada orang-
orang Yahudi bahwa mereka akan dikalahkan di dunia ini. Tuhan akan menepati janji-Nya, dan di akhirat
mereka akan ditempatkan di Neraka Jahanam.

Kebenaran ayat ini terbukti di kemudian hari. Kaum Muslimin berhasil mengalahkan Yahudi Bani Quraizah
karena pengkhianatan mereka dan mengusir Bani Nadir dari Medinah, karena kemunafikan mereka, dan
menaklukkan kota Khaibar kota orang Yahudi, serta memungut jizyah dari orang-orang Yahudi. Walaupun
ayat ini menerangkan pungutan jizyah dari orang Yahudi, namun pengertian ayat ini mencakup semua
orang kafir pada umumnya.
ْ
َّ َ َّ ْ َ ْ َ ‫َ َ ٌ َّ َ ْ َ ه ْ ْ َ ْ ْ َ َ ْ َ ْ َ ٰ ه ه َ ه‬ ْ ‫ٰ ه‬ ‫ََْ ََْ َ ٌَ هَ ه‬ ٌ ٰ ‫َ ْ َ َ َ ه‬
ّۤ ‫نّۤيشا هّۤۤءّۤ ّۤ ِا‬
ّۤ‫ن‬ ّۤ ‫ػ ّۤ ِةنط ِههّۤ ّۤم‬
ّۤ ‫اّلل ّۤيؤ ِي‬
ّۤ ‫ن ّۤو‬ ّۤ ‫اّلل ّۤ َواع ٰؽى ّۤع ِغـؽ ّۤة ّۤيؽونه ّۤم ّۤ ِمرلي ِى ّۤم ّۤرأ‬
ِّۤ ‫ي ّۤالػح‬ ّۤ ِ ‫ل ّۤ ِف ّْۤي ّۤ َس ِب ْي‬
ِّۤ ّۤ ‫ل‬ ِّۤ ‫غن ّۤلك ّْۤم ّۤا َي ّۤث ّۤ ِف ّْۤي ّۤ ِـخخح‬
ّۤ ‫ن ّۤالخلخاّۤ ِـئ ّۤث ّۤحل ِاح‬ ّۤ ‫ػ ّۤع‬
ّۤ ‫ك‬

َ َْ ‫ٰ َ َ ْ ً ه‬
ِّۤ ‫كّۤل ِػب َد ّۤةّۤ ِلا ِولىّۤالا ْةص‬
ّۤ ّۤ‫ارّۤ٭‬ ّۤ ‫ِف ّْۤيّۤذ ِل‬

13. (13) Selanjutnya Allah memperingatkan agar mereka jangan merasa kuat dengan jumlah harta dan
tenaga yang mereka miliki. Karena seharusnya mereka mengambil pelajaran dari peristiwa Perang Badar.

Jumlah dana dan tenaga yang besar dan banyaknya sekutu yang membantu, tidak akan menjamin
kemenangan dalam peperangan. Sejarah peperangan di dunia ini membuktikan kekeliruan anggapan
demikian. Apa yang terjadi pada Perang Badar, di mana dua pasukan saling berhadapan, pasukan dari
kaum Muslimin yang berjumlah kecil yang berjuang di jalan Allah, ditakdirkan mendapat kemenangan atas
pasukan kaum musyrikin yang jauh lebih besar jumlahnya. Mereka yang memiliki akal pikiran yang sehat
dan mempergunakannya untuk merenungkan segala perkara yang terjadi, serta mengambil faedah
daripadanya, tentulah akan banyak memperoleh pelajaran dari peristiwa Perang Badar. Ternyata ada
suatu kekuatan lain di atas segala kekuatan yang tampak. Kekuatan itulah yang sering memperkuat pasukan
yang lemah hingga dia dapat mengalahkan pasukan yang kuat lagi besar dengan izin Allah.

Berperang di jalan Allah adalah kunci kemenangan. Bila perjuangan dan peperangan tujuannya untuk
membela kebenaran, melindungi agama dan pemeluknya, maka jiwa pejuang-pejuangnya akan mendapat
ketenangan dalam menghadapi medan pertempuran dan dapat berkonsentrasi dengan sepenuh kekuatan
yang dimilikinya. Karena mereka meyakini bahwa di belakang mereka ada kekuatan yang mendorong dan

5
ada pertolongan dari Allah. Allah menegaskan bahwa pertolongan itu akan diberikan kepada hamba-
hamba-Nya yang berjihad di jalan-Nya, asal saja mereka itu tetap tabah dan sabar serta selalu ingat
kepada Allah, dan patuh kepada pimpinan.

Pada Perang Badar kedua yang terjadi tanggal 17 Ramadan tahun 2 Hijriah itu, kaum Muslimin berusaha
mematuhi ketentuan-kekntuan Tuhan dan ketentuan Rasul-Nya dengan segala kemampuan yang ada, serta
dengan tekad yang bulat. Mereka berperang dengan penuh keberanian, dan dengan pertolongan Allah
mereka menang dalam peperangan itu.
‫ه‬ َ ْ َ
ْ‫جّۤا ْك َػ َامك ّۤم‬ ‫ه‬ َ ْ
‫ٰ ْ ه ه‬
ْ َ َ ‫ه‬ ‫ٰٓ َ َ َّ ْ َ ٰ َ ه ْ ْ َ ْ ه‬
ّۤ ‫اّللّۤينطهك ّۤمّۤويث ِت‬
ّۤ ّۤ‫نّۤحنطهوا‬ ّۤ ‫ذّۤامجياّۤ ِا‬
ّۤ ‫يايىاّۤال ِذد‬

Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan
meneguhkan kedudukanmu. (Mu¥ammad/47: 7).;Menurut para ahli sejarah, tentara kaum Muslimin dalam
Perang Badar berjumlah 313 orang. Terdiri dari 77 orang Muhajirin dan 236 orang Ansar. Yang
memegang bendera dalam pasukan Muhajirin adalah Ali bin Ab³ °alib, sedang bendera pasukan Ansar
dipegang oleh Sa‘ ad bin ‘ Ubadah. Dalam pasukan Muslimin itu terdapat 90 ekor unta dan 2 ekor kuda
perang, masing-masing dikendarai oleh Miqdad bin al-Aswad dan Mar£ad bin Abi Mar£ad. Jumlah yang
terbunuh dari pihak kaum Muslimin 14 orang laki-laki, terdiri dari 6 orang Muhajirin dan 8 orang Ansar.
Jumlah tentara kaum musyrikin 950 orang, dipimpin oleh ‘ Utbah bin Rabi‘ ah, dan di antara mereka
terdapat Abu Sufyan dan Abu Jahal. Dalam pasukan mereka terdapat seratus ekor kuda, 700 ekor unta, dan
sejumlah senjata yang tidak terbilang banyaknya.

Dalam Perang Badar jumlah pasukan kaum Muslimin hanya 313 orang saja. Tetapi dalam penglihatan
kaum musyrikin ketika perang telah berkecamuk jumlah tersebut menjadi berlipat ganda, sehingga hal itu
menimbulkan rasa takut dalam hati mereka. Akhirnya mereka lari dari medan pertempuran. Demikian Allah
menurunkan pertolongan kepada kaum Muslimin.

Sebelum perang berkecamuk, pasukan kaum Muslimin di mata orang musyrik kelihatan sangat kecil, karena
itu mereka berani menghadapi dan menyerbu musuh, seperti yang terjadi dalam Perang Badar.
‫ٰ ه َْ ً َ َ َ ْ ه ًْ َ َ ٰ ه َ ْ ه‬ ْ َ ْ ‫َْ ه‬ ‫ه ه‬ ‫ه‬ َ ْ ‫ه‬
ّۤ‫اّللّۤح ْؽس هّۤعّۤالا هم ْي هر‬
ِّۤ ّۤ‫غنّۤمفػيلاّۤواِ لى‬ ّۤ ّۤ‫ض َّۤي‬
ّۤ ‫اّللّۤامؽاّۤع‬ ‫ل‬ ‫ي‬‫ل‬ ّّۤۤ
‫م‬ ‫ى‬‫ن‬ ‫ح‬‫غ‬ ‫ا‬ّۤ ّۤ
‫ي‬ ْ ‫ف‬ ّۤ ْ ‫ࣖ َواِ ّْۤذّۤ هيؽ ْيك هم ْي هو ّْۤمّۤا ّۤذّۤال َخ َل ْح هخ ّْۤمّۤف ّْۤيّۤا ْغ هحنك ّْۤمّۤ َكل ْي ًلاَّّۤو هي َلللك‬
ّۤ
‫م‬
ِ ِ ِِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ

Dan ketika Allah memperlihatkan mereka kepadamu ketika kamu berjumpa, mereka berjumlah sedikit
menurut penglihatan matamu dan kamu diperlihatkan-Nya berjumlah sedikit menurut penglihatan mereka,
itu karena Allah berkehendak melaksanakan suatu urusan yang harus dilaksanakan. Hanya kepada Allah
segala urusan dikembalikan. (al-Anf±l/8: 44);Dengan pertolongan inilah Allah memperkuat orang-orang
yang dikehendaki-Nya, dan sesungguhnya pada pertolongan yang demikian itu ada pelajaran bagi orang
yang mempunyai akal dan pikiran.

َ ٰ َْ َ َ ْ َ ْ َ َ َّ َ ‫َ ْ َّ َ ْ َ ْ ْ ه‬ َ َّ َ َ ْ َ ْ َ َْ َ َْ َْ َ َّ ‫ه‬ َّ َ ‫ه‬
ّۤ‫ك‬
ّۤ ‫ث ّۤ ّۤذ ِل‬ ْ
ّۤ ِ ‫ام ّۤوالحؽ‬
ِّۤ ‫ل ّۤالمسيم ِّۤث ّۤوالانػ‬
ّۤ ِ ‫الخي‬
ّۤ ‫ب ّۤوال ِفض ِّۤث ّۤو‬ ّۤ ‫اظ ْح ِّۤد ّۤال هملنع َؽ ِّۤة ّۤ ِم‬
ّۤ ِ ‫ن ّۤالذو‬ ّۤ ‫الج َسا ِّۤۤء ّۤوالب ِنح‬
ِ ‫ن ّۤواللن‬ ّۤ َ ‫ت ّۤ ِم‬
ِ ّۤ ‫ن‬ ّۤ ِ ‫اس ّۤضبّۤ ّۤالش َى ٰي‬
ّۤ ِ ‫ن ّۤ ِللن‬
ّۤ ‫ز ِي‬
َٰ ْ ‫َْ َ ٰه ْ َ ه ْ ه‬ َْ ‫َ َ ه‬
ّۤ ّۤ‫بّۤٮ‬
ّۤ ِ ‫نّۤالما‬
ّۤ ‫اّللّۤ ِغنػهّّۤۤضس‬ ِّۤ ‫اعّۤالح ٰي‬
ّۤ ‫يةّۤالدنياّۤو‬ ّۤ ‫مت‬

14. (14) Sesudah dijelaskan pada ayat sebelum ini tentang kekeliruan pandangan orang kafir terhadap
harta dan anak-anak serta penyimpangan mereka dari kebenaran, maka dalam ayat ini diterangkan segi
kesesatan mereka yang disebabkan oleh harta dan anak yang dijadikan tumpuan harapan mereka.

Adalah keliru kalau manusia menjadikan harta dan anak sebagai tujuan hidupnya. Perempuan, anak-anak,
emas dan perak, kendaraan, binatang peliharaan, dan semua kekayaan adalah menyenangkan manusia dan

6
sangat dicintainya. Sebenarnya bukan sesuatu yang terlarang mencintai benda-benda itu, karena manusia
tidak dapat terhindar dari mencintainya. Namun sedikit sekali orang yang memahami keburukan atau
bahayanya, sekalipun bukti-bukti cukup jelas dan banyak yang memperlihatkan keburukan dan bahayanya
itu. Kadang-kadang manusia menyukai sesuatu, padahal dia mengetahui sesuatu itu buruk, dan tidak
berguna. Siapa yang menyukai sesuatu tetapi dia menganggap hal itu tidak baik untuk dirinya, dia dapat
melepaskan diri dari pengaruhnya. Sesungguhnya Allah menjadikan tabiat manusia cinta kepada harta
benda dan kesenangan. Oleh sebab itu, Allah menjadikan harta benda dan kesenangan sebagai sarana
menguji keimanan seseorang, apakah dia akan menggunakan semua harta dan kesenangan itu untuk
kehidupan duniawi saja, ataukah dia akan menggunakan harta bendanya untuk mencapai keridaan Allah.
ٰ ْ َ َ ْ َ ََّ ْ َّ ْ َ ‫َّ ْ َ َ ه ْ ه َ ه ْ َ ه ْ ه ٰ ه‬ َ َ ََّ َ ْ َ َ َ
ّۤ‫ؽّۤالك ِف ِؽ ْي َن‬
َّۤ ‫قّۤ ِةك ِل ٰم ِخهّّۤۤ َو َيلع َّۤعّۤد ِاة‬
ّۤ ‫قّۤالح‬
ّۤ ‫يح‬
ِ ّۤ‫ن‬
ّۤ ‫اّللّۤا‬
ّۤ ّۤ‫ػ‬
ّۤ ‫نّۤلك ّۤمّۤوي ِؽي‬ ّۤ ِ ‫نّۤغ ْح َّۤدّۤذ‬
ّۤ ‫اتّۤالشيك ِّۤثّۤحكي‬ ّۤ ‫نّۤا‬
ّۤ ‫وحيدو‬

Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, untuk Kami uji
mereka, siapakah di antaranya yang terbaik perbuatannya.(al-Kahf/18: 7);Benda-benda kesenangan
manusia secara terperinci adalah sebagai berikut:

Pertama: Perempuan (istri), istri adalah tumpuan cinta dan kasih sayang. Jiwa manusia selalu cenderung
tertuju kepada istri, sebagaimana difirmankan Allah dalam Al-Qur′an:

Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari
jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu
rasa kasih dan sayang. …. (ar-Rµm/30: 21);Sebagian besar hasil usaha kaum lelaki yang diperoleh dengan
susah payah diperuntukkan bagi anak dan istri. Para lelaki adalah pembimbing yang bertanggung jawab
atas kaum perempuan, karena lelaki itu memiliki kekuatan dan kemampuan melindungi mereka. Tetapi
mencintai perempuan secara berlebihan mempunyai efek yang kurang baik terhadap keluarga, masyarakat,
dan bangsa, dan dapat pula mempengaruhi keseimbangan hak dan kewajiban antara laki-laki dan
perempuan.

Dalam ayat ini, mencintai istri disebutkan lebih dahulu daripada mencintai anak-anak, walaupun cinta
kepada istri itu dapat luntur, sedang cinta pada anak tidak; karena cinta pada anak jarang sekali berlebih-
lebihan seperti halnya mencintai perempuan.

Pada umumnya mencintai anak tidak menimbulkan problema. Dalam masyarakat banyak terjadi seorang
laki-laki mengutamakan cinta kepada perempuan dengan mengabaikan cinta kepada anak. Seperti laki-laki
yang kawin lebih dari satu, dia curahkan cintanya pada istri yang lain, diberinya nafkah yang banyak,
sedang istrinya yang tua diabaikan. Dengan demikian anak-anaknya jadi terlantar, karena pendidikannya
tidak lagi diperhatikan. Banyak pula anak-anak penguasa dan orang kaya yang rusak akhlaknya karena
bapaknya mencintai perempuan lain.

Kedua: Anak, laki-laki atau perempuan. Cinta kepada anak adalah fitrah manusia. Sama halnya dengan
cinta kepada istri karena tujuannya untuk melanjutkan keturunan.

Anak sebenarnya adalah hiasan rumah tangga, penerus keturunan dari generasi ke generasi. Tetapi dia
dapat berubah menjadi cobaan:

Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), … (at-Tag±bun/64: 15);Ketiga:


Harta kekayaan yang melimpah ruah. Ar-Razi mengatakan dalam tafsirnya, “Emas dan perak amat

7
disenangi, karena keduanya adalah alat penilai harga sesuatu. Orang yang memilikinya sama dengan
orang yang memiliki segala sesuatu. Memiliki berarti menguasai. Berkuasa adalah salah satu
kesempurnaan, dan kesempurnaan itu diinginkan oleh semua manusia. Karena emas dan perak adalah alat
yang paling tepat untuk memperoleh kesempurnaan, maka ia diinginkan dan dicintai. Apabila sesuatu yang
dicintai tidak dapat diperoleh kecuali dengan sesuatu yang lain, maka sesuatu yang lain itu pun dicintai
pula. Maka karena itulah emas dan perak dicintai”.

Harta yang melimpah ruah akan menggoda hati manusia serta menyibukkan mereka sepanjang hari untuk
mengurusnya. Hal ini sudah barang tentu akan dapat melupakan orang kepada Tuhan dan kehidupan di
akhirat.

ََ ْ ْ َ ْ َ َ ْ ‫َ َ َْ َ َْ َ هَ َ َ ْ ه‬ ْ َ ْ َ َ ْ ‫َ َ ه ْ ه َ َ ْ ه َ َّ ه‬
‫ؽّۤلجا‬ ّۤ ِ ‫نّۤالاغ َؽ‬
ّۤ ‫ابّۤشؾلتناّۤاميالجاّۤواوليناّۤـاسخؾ ِف‬ ّۤ ‫نّۤ ِم‬
ّۤ ‫كّۤالمغ ّۤلفي‬
ّۤ ‫لّۤل‬
ّۤ ‫سيلي‬

Orang-orang Badui yang tertinggal (tidak turut ke Hudaibiah) akan berkata kepadamu, ”Kami telah
disibukkan oleh harta dan keluarga kami, maka mohonkanlah ampunan untuk kami… (al-Fat¥/48:
11);Cinta kepada harta telah menjadi tabiat buruk manusia, karena harta adalah alat untuk memenuhi
keinginan. Keinginan manusia tidak ada batasnya. Maka mereka mengejar harta tidak henti-hentinya.
Rasulullah saw bersabda:
َ َ
َ َ ‫ه‬ ‫ه‬ ْ ‫َ ْ َ َ َ ه َ َ ً َ َ َ ْ َ ه َ ْ َ ْ َ َ َ َّ َ ه َ َ ه‬ َ َ ‫َْ َ َ َْ َ ً ََ ْ َ َ ه‬ َ ْ َ َ َ ْ َ ََْ
ّۤ‫اّللّۤعلى‬
ّۤ ّۤ‫ب‬
ّۤ ‫ابّۤويخي‬ ّۤ ‫الاّۤالتد‬
ّۤ ِّۤ‫نّۤاد ّۤم‬
ّۤ ِ ‫فّۤاة‬
ّۤ ‫لأّۤسي‬
ّۤ ‫لاّۤيمػ‬
ّۤ ‫انّۤلاةخغىّۤلىماّۤذ ِالثاّۤو‬
ّۤ ِ ‫غنّۤل ّۤهّۤو ِادي‬
ّۤ ‫نّۤمالّّۤۤلاةخغىِّۤالح ِّۤهّۤذانِياّۤوليع‬
ّۤ ‫نّۤأد ّۤمّۤوادّّۤۤ ِم‬
ّۤ ِ ‫غنّۤ ِلاة‬
ّۤ ‫ليع‬
َ ْ َ
ّۤ َ ‫نّۤح‬
‫ابّۤ(رواهّۤالبغارىّۤغنّۤاةنّۤغتاس‬ ّۤ ‫)م‬

Sekiranya manusia itu mempunyai satu lembah harta, niscaya ia ingin yang kedua (satu lembah lagi). Kalau
ia mempunyai dua lembah, niscaya ia ingin yang ketiga. Tidak ada yang dapat memenuhi perut Bani Adam
kecuali tanah. Dan Allah mengampuni orang-orang yang bertobat kepada-Nya. (Riwayat al-Bukh±r³ dari
Ibnu ‘ Abb±s).

Keempat: Kuda yang dipelihara di padang rumput, terutama kuda yang berwarna putih di bagian dahi dan
kakinya, sehingga tampak sebagai tanda. Bagi masyarakat Arab, kuda yang demikian ini adalah kuda yang
paling baik dan paling indah. Mereka berlomba-lomba untuk dapat memilikinya. Mereka merasa bangga
dengan kuda semacam itu dan kadang-kadang bersaing membelinya dengan harga yang amat tinggi.

Kelima: Binatang ternak lainnya, seperti sapi, unta, kambing. Binatang-binatang ini termasuk harta
kekayaan Arab Badui. Kebutuhan hidup mereka seperti pakaian, makanan alat-alat rumah tangga dan
sebagainya, sebagian besar terpenuhi dari hasil beternak binatang-binatang itu. Allah berfirman
menerangkan nikmat-Nya ini:
ٰ ‫َ ْ ه َْ َ َ ه‬ َ ‫َْ ه ْ ه ْ َ َ َْ َ ه‬ ٌ َ ‫َ ه‬ َ ‫ْ َْ ه ه‬ َ ْ ‫ْ ََْ َ َ َ َ َ ه‬
ّۤ‫لّۤاذلالك ّْۤمّۤ ِالى‬ ّۤ ‫نّۤة ْط َهض ْي‬
ّۤ ‫ّّۤۤ َوتح ِم‬٦ّّۤۤ‫ن‬ ّۤ ‫نّۤو ِحح‬
ّۤ ‫نّۤح ِؽيحي‬ ّۤ ‫ّّۤۤ َولك ّْۤمّۤ ِـ ْي َىاّۤج َم‬٥ّّّۤۤۤ‫ن‬
ّۤ ‫الّۤ ِحح‬ ّۤ ‫امّۤخلل َىاّۤلك ّْۤمّۤ ِـ ْي َىاّۤ ِدف ٌّۤءَّّۤو َمج ِاـ هّۤعّۤ َو ِمن َىاّۤحأعل ْي‬
ّۤ ‫َوالانػ‬
َ َ َْ َ ‫ًَ َ ْهه‬ َ ََْ َْ َ َ ْ َ ْ َ ْ َّ ٌ َ ‫ه‬ َّ ‫ْ َ ْه‬ َّ ‫َ َّ َ ه ه‬
ّۤ ‫ق ّۤ َما ّۤلا ّۤحػل هم ْي‬
ّّۤۤ‫ن‬ ّۤ ‫ال ّۤ َوالح ِم ْح َّۤد ّۤ ِلتدك هت ْيوا ّۤ َو ِز ْين ّۤث ّۤ َويخل‬
ّۤ ‫ل ّۤ َوال ِتؾ‬ ّۤ ‫ن ّۤ َرَّةك ّْۤم ّۤل َؽ هء ْو‬
ّۤ ‫ ّّۤۤوالخي‬٧ّّۤۤ ‫ف َّّۤر ِض ْي ٌّۤم‬ ّۤ ‫س ّۤ ِا‬ ّۤ ِ ‫َةلدّۤ ّۤل ّْۤم ّۤحك ْين ْيا ّۤ ٰة ِل ِؾ ْي ِّۤه ّۤ ِالا ّۤ ِب ِش‬
ّۤ ِ ‫ق ّۤالاّۤنف‬

Dan hewan ternak telah diciptakan-Nya untuk kamu, padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan
berbagai manfaat, dan sebagiannya kamu makan. Dan kamu memperoleh keindahan padanya, ketika kamu
membawanya kembali ke kandang dan ketika kamu melepaskannya (ke tempat penggembalaan).Dan ia
mengangkut beban-bebanmu ke suatu negeri yang kamu tidak sanggup mencapainya, kecuali dengan susah
payah. Sungguh, Tuhanmu Maha Pengasih, Maha Penyayang. Dan (Dia telah menciptakan) kuda, bagal,
dan keledai, untuk kamu tunggangi dan (menjadi) perhiasan. Allah menciptakan apa yang tidak kamu

8
ketahui.(an-Na¥l/16: 5-8).;Keenam: Sawah ladang adalah sumber kehidupan manusia dan hewan.
Kebutuhan manusia kepada sawah ladang melebihi kebutuhan mereka kepada harta lainnya yang
disenangi, karena sawah ladang adalah sumber pemenuhan kebutuhan seseorang.

Demikianlah keenam macam harta yang disenangi manusia di dunia ini, dan merupakan alat kelengkapan
bagi hidup mereka, yang memenuhi segala kebutuhan dan keinginan mereka. Setan menggoda manusia
sehingga ia memandang baik mencintai harta benda tersebut. Tetapi hendaknya manusia menyadari bahwa
semua harta benda itu hanya untuk kehidupan duniawi yang tidak kekal. Tidak benar, apabila harta benda
dijadikan manusia sebagai cita-cita dan tujuan akhir dari kehidupan di dunia yang fana ini, sehingga dia
terhalang untuk mempersiapkan diri bagi kehidupan yang sebenarnya, yaitu kehidupan akhirat yang abadi.
Bukankah di sisi Allah ada tempat kembali yang baik (surga)? Alangkah bahagianya manusia, sekiranya
dia mempergunakan harta benda itu dalam batas-batas petunjuk Allah.

ٰ َ ٌ َ ْ َّ ٌ َ َّ َ ٌ َ ْ َ َ َ ْ َ ْ ٰ ‫ْ َ َ ْ َ ٰ ٌ َ ْ ْ ْ َ ْ َ ْ َ ْ ٰ ه‬ َ َّ َ ْ َّ ْ ‫ه ْ َ ه َ ه ه ْ َ ْ ْ ٰ ه‬
ّّۤۤ ‫اّلل‬
ِّۤ ّۤ‫ن‬
ّۤ ‫انّۤ ِم‬
ّۤ ‫اجّۤمعىؽ ّۤةّۤو ِرضي‬
ّۤ ‫ذّۤ ِـيىاّۤوازو‬
ّۤ ‫ؽّۤخ ِل ِدد‬
ّۤ ‫نّۤتح ِخىاّۤالانى‬
ّۤ ‫يّۤ ِم‬
ّۤ ‫جّۤتج ِؽ‬ ّۤ ‫ذّۤاحل ْياّۤ ِغن‬
ّۤ ‫ػّۤر ِب ِه ّۤمّۤسج‬ ّۤ ‫نّۤذ ِلك ّۤمّّۤۤ ِلل ِذد‬
ّۤ ‫لّۤاؤن ِبئك ّۤمّۤ ِبخحدّّۤۤ ِم‬
ّۤ ‫۞ّۤك‬
ْ ٰ
ِّۤ ‫اّللّۤ َة ِص ْح ٌ ٌۢدّۤ ِةال ِػ َت‬
ّۤ ّۤ‫ادّۤٯ‬ ّۤ‫َّۤو ه‬

15. (15) Dalam ayat ini Allah memerintahkan Rasul-Nya untuk menjelaskan kepada manusia apa yang
dimaksud dengan tempat kembali yang baik itu agar mereka terdorong untuk berbuat kebaikan. Nabi
Muhammad diperintahkan untuk menanyakan kepada kaumnya, apakah mereka suka diberitahu tentang
hal-hal yang lebih baik dari segala macam kesenangan yang disebut pada ayat 14. Dengan cara bertanya
mereka akan lebih tertarik untuk memberikan jawaban.

Pengertian “yang lebih baik” adalah balasan yang akan diperoleh oleh orang yang bertakwa, yang dapat
dibagi kepada dua macam nikmat, yaitu:

1. Bersifat jasmani, nikmat berupa keindahan di surga yang tak tergambarkan oleh manusia, antara lain
pasangan hidup yang bersih dari segala macam cacat dan kelemahan, seperti yang terdapat pada manusia
di dunia, baik dari segi rupa maupun perangai dan lain sebagainya.

2. Bersifat kerohanian, rida Allah yang tidak bercampur sedikit pun dengan kemurkaan-Nya, dan inilah
sebesar-besar nikmat di akhirat bagi orang-orang yang bertakwa.;Rasulullah saw bersabda:

َ َ َ َ َ َ َ َ ْ ‫ْ ََّ َ َ ْ َ ْ ََّ َ َ ه ْ ه ْ َ ََّ ْ َ ََّ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ ه ْ ه َ ْ َ ْ ه ْ َ َ ه ْ ه‬ ْ َ ‫َ َّ َ َ َّ َ ه ْ ه‬ َّ


ّۤ‫لا ّۤن ْؽضى‬ ّۤ ّۤ ‫ن ّۤوما ّۤلجا‬ ّۤ ‫ل ّۤر ِضحخم؟ ّۤـيليلي‬ ّۤ ‫ّۤو‬:‫ل‬ ّۤ ‫ّۤـيلي‬.‫ك‬ ّۤ ‫ك ّۤرؿنا ّۤوسػػي‬ ّۤ ‫ن ّۤلبي‬ّۤ ‫ل ّۤالجن ِّۤث ّۤـيليلي‬ ّۤ ‫ّۤيا ّۤاو‬:‫ل ّۤالجن ِّۤث‬ ّۤ ِ ‫ل ِّۤلاو‬
ّۤ ‫ل ّۤيلي‬ ّۤ ‫ؾ ّۤوج‬ ّۤ ‫ن ّۤاّلل َّۤغ‬
ّۤ ‫ِإ‬
‫َْ َ ه ْ ٰ َ َ ه ه‬ َ َ ‫ه َْ َ َ ْ ٰ َ َ ه‬ َ َ
َ َّ ْ ‫َ ً ْ َ ْ َ َ َ ه ْ ه ََ ه‬ ْ‫ََ ْ ْ َ ََْ َ ه‬
ّۤ ‫ن ّۤذ ِلك؟ ّۤـ َيل ْي‬
ّۤ:‫ل‬ ّۤ ‫ّۤ َيا ّۤ َرؿنا ّۤ َّۤو ّۤايّۤ ّۤش ْيءّۤ ّۤاـض‬:‫ّۤكال ْيا‬.‫ك‬
ّۤ ‫ل ّۤ ِم‬ ّۤ ‫ن ّۤذ ِل‬ ّۤ ‫ّۤانا ّۤاغ ِع ْيك ّْۤم ّۤاـض‬:‫ل‬
ّۤ ‫ل ّۤ ِم‬ ّۤ ‫ن ّۤخل ِلك؟ ّۤـيلي‬ ّۤ ‫ػا ّۤ ِم‬
ّۤ ‫ط ّۤأح‬ ّۤ ِ ‫ػ ّۤأغعحخنا ّۤ َمال ّْۤم ّۤحػ‬ ّۤ ‫وك‬
ً َ َ ْ ‫َ َ َ َ ه ََ ه‬ ْ ‫ه َّ َ َ ه‬
‫ػاّۤ(رواهّۤالبغاريّۤومسلمّۤغنّۤأبيّۤسػيػّۤالخػري‬ ّۤ ‫طّۤعل ْحك ّْۤمّۤ َةػػ هّۤهّۤا َة‬
ّۤ ‫لاّۤا ْسغ‬ ّۤ ‫لّۤعل ْحك ّْۤمّۤ ِرض َي ِانيّۤـ‬ّۤ ‫)ا ِح‬

Sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla berkata kepada ahli surga, “Hai, penghuni surga,” mereka manjawab,
”Labbaika Rabbana Wasa‘ daika.” Berkata Allah, “Sudah puaskah kamu sekalian?” Mereka menjawab,
“Mengapa kami tidak puas. Sungguh Engkau telah memberikan kepada kami sesuatu yang belum pernah
Engkau berikan kepada seorang dari makhluk-Mu”. Maka Allah berfirman, ”Aku akan memberikan kepada
kamu yang lebih baik daripada itu?” Mereka berkata, “Wahai Tuhan kami! Apakah yang lebih daripada
itu? Maka Allah menjawab, “Aku akan melimpahkan kepadamu keridaan-Ku. Lalu Aku tidak akan marah
kepadamu selama-lamanya”. (Riwayat al-Bukh±r³ dan Muslim dari Ab³ Sa‘ id al-Khudri).;Penghuni surga
itu mempunyai tingkatan seperti keadaan di dunia. Di antara manusia di dunia ini ada yang tidak dapat
memahami pentingnya rida Ilahi, padahal rida Ilahi itu mendorongnya untuk berbuat kebajikan atau
meninggalkan kejahatan. Mereka ini hanya menginginkan kenikmatan-kenikmatan lahiriah seperti yang

9
mereka rasakan di dunia. Di antara mereka ada yang memiliki kemampuan berpikir yang tinggi dan
sanggup mendekatkan diri kepada Tuhan. Mereka mengharapkan keridaan Allah serta menjadikannya
sebagai tujuan akhir dan kebahagiaan yang tertinggi bagi hidupnya.

Allah Maha Mengetahui hal ihwal manusia, isi hati dan segala rahasia mereka. Tidak ada sesuatu yang
tersembunyi bagi Allah. Oleh karena itu Dia akan memberikan ganjaran atas segala perbuatan manusia
menurut derajat takwanya masing-masing.

َّ َ َ َ َ َ َ َ ْ ‫ََّ ْ َ َ ه ْ ه ْ َ ََّ َ َّ َ ٰ َ َّ َ ْ ْ َ َ ه ه‬
ّۤ ّّٰۤۤ‫ار‬
ِّۤ ‫ابّۤالج‬ ّۤ ‫نّۤ ّۤرؿناّۤ ِانناّۤامجاّۤـاؽ ِف‬
ّۤ ‫ؽّۤلجاّۤذنيؿناّۤو ِكناّۤعؼ‬ ّۤ ‫ذّۤيليلي‬
ّۤ ‫ال ِذد‬

16. (16) Sifat-sifat orang yang bertakwa yaitu orang yang hatinya sudah merasakan nikmatnya iman, orang
yang bergetar lidahnya mengucapkan pengakuan iman ini ketika berdoa dan beribadah. Mereka
memelihara diri dari berbuat maksiat, tunduk kepada Allah dengan khusyuk serta memohon kepada-Nya,
“Wahai Tuhan kami, kami benar-benar telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan kepada
Rasulullah dengan iman yang meresap ke dalam lubuk hati kami, yang membimbing akal pikiran kami, dan
menguasai pekerjaan-pekerjaan badaniah kami. Maka wahai Tuhan kami, hapuslah dosa-dosa kami dengan
ampunan-Mu dan jauhkanlah kami dari azab neraka. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”.

Doa agar terhindar dari azab neraka dikhususkan, karena orang yang dibebaskan dari azab neraka berarti
telah mendapat kemenangan dan tempat kembali yang terbaik. Yang dimaksud dengan iman dalam
pengakuan orang-orang yang bertakwa ini ialah iman yang murni, yang terwujud pada kemampuan
memelihara diri daripada kemaksiatan, serta banyak berbuat kebajikan.

Ulama salaf telah sepakat bahwa yang dimaksud dengan iman itu meliputi iktikad, ucapan dan perbuatan.
Iman inilah yang memberi bimbingan kepada akal dan perbuatan manusia yang sesuai dengan fitrahnya.

َ َْ َْ َْ ْ ‫َْ َ ْٰ َْ َ ْه ْ َْ َ ْه‬ ٰ ٰ َ
ِّۤ ‫نّۤ ِةالا ْسط‬
ّۤ ّۤ‫ارّۤٱ‬ ّۤ ‫نّۤوالمسخؾ ِف ِؽي‬
ّۤ ‫نّۤوالمن ِف ِلح‬
ّۤ ‫نّۤوالل ِج ِخح‬ ّۤ َ ‫الص ِب ِد ْي‬
ّۤ ‫نّۤ َوالص ِػ ِك ّۤح‬

17. (17) Pada ayat ini disebutkan sifat-sifat orang beriman yang membedakan mereka dari yang lain.
Dengan sifat tersebut mereka mendapatkan keridaan Allah swt. Semua sifat tersebut mereka miliki, dan
masing-masing sifat itu mempunyai tingkatan keutamaan, berkat sifat-sifat itu mereka memperoleh apa
yang dijanjikan Allah kepada mereka. Sifat-sifat tersebut ialah:

1. Sabar. Sabar yang paling sempurna, ialah sabar dan tabah menderita di dalam melaksanakan ketaatan
dan menjauhi larangan Allah. Apabila gelora syahwat sudah bergejolak, dan jiwa pun sudah tunduk untuk
melakukan kemaksiatan maka kesabaranlah yang akan membendungnya. Sifat sabar pulalah yang
menetapkan (mengokohkan) iman dan memelihara ketaatan pada batas-batas yang telah ditetapkan syariat
(hukum agama). Sabarlah yang dapat memelihara martabat manusia di waktu mendapat kesulitan di dunia,
dan memelihara hak-hak orang dari gangguan tangan orang yang rakus. Sifat sabar merupakan syarat bagi
tercapainya sifat-sifat jujur, taat, dan istigfar.

2. Bersifat benar. Benar adalah puncak kesempurnaan. Benar dan jujur dalam iman, perkataan dan niat.

3. Taat. Taat ialah ketekunan dalam melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya dengan
tunduk dan khusyuk kepada Allah. Tunduk dan khusyuk adalah jiwa dan intisari ibadah. Tanpa tunduk dan
khusyuk ibadah menjadi hampa, bagaikan pohon tiada berbuah.

10
4. Membelanjakan harta di jalan Allah, baik yang bersifat wajib, maupun yang sunah, karena mengeluarkan
harta untuk amal kebajikan sangat ditekankan dan dianjurkan oleh agama.

5. Beristigfar pada waktu sahur, yaitu waktu sebelum fajar menyingsing dekat subuh. Maksudnya salat
tahajud di akhir malam, yaitu waktu tidur paling enak dan sukar untuk meninggalkannya. Tetapi jiwa dan
hati pada waktu itu sangat bening dan tenang. Salat ini diikuti dengan bacaan istigfar dan doa. Terdapat di
dalam kitab hadis Sahih Bukhari dan Muslim, dan dalam kitab-kitab musnad serta sunan, riwayat dari
sejumlah sahabat.;Rasulullah berkata:
‫ه ْ ه َ ْ ْ ه ْ َ َ َ ْ َه َ ْ َ َه‬ ٰ ْ ْ َّ ‫ْ َ َ ْ َ ه ه ه‬ َْ َ َّ َ َ ْ َ َّ‫َ ْ ه َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ ه‬
ّۤ‫ن ّۤي ْسأل ِجي‬ ّۤ َ ‫ن ّۤيَػغ ِيني ّۤـأ ْسخ ِشح‬
ّۤ ‫ب ّۤل ّۤه ّۤم‬ ّۤ ‫ ّۤ َيلي‬.‫ؽ‬
ّۤ ‫ل ّۤم‬ ِّۤ ‫ل ّۤالا ِع‬
ّۤ ِ ‫د ّۤاللي‬
ّۤ ‫ن ّۤيتؼى ّۤذل‬
ّۤ ‫اء ّۤالدنيا ّۤ ِحح‬
ِّۤ ‫السم‬ّۤ ‫ل ّۤليلةّۤ ّۤ ِالى‬
ّۤ ‫ك ّۤوحػالى ّۤع‬
ّۤ ‫ل ّۤرؿنا ّۤـبار‬
ّۤ ‫يج ِذ‬
َ َ ‫ه‬
‫َ ْ َ ه َ َ ْ َْ َْ ه َ ْ َ ه‬
‫ؽّۤل ّۤهّۤ(رواهّۤالبغاريّۤومسلم‬
ّۤ ‫ؽنيّۤـأؽ ِف‬
ِ ‫نّۤيسخؾ ِف‬
ّۤ ‫)ـأغ ِعي ّۤهّۤوم‬

'Tuhan kita Yang Mahasuci dan Mahatinggi, turun pada setiap malam ke langit dunia pada waktu sepertiga
akhir malam. Dia berfirman, “Siapa yang berdoa kepada-Ku maka Aku akan mengabulkannya. Siapa yang
meminta kepada-Ku, Aku akan memberinya. Siapa yang meminta ampun kepada-Ku maka Aku akan
mengampuninya”. (Riwayat al-Bukh±r³ dan Muslim);Adapun istigfar (minta ampun) yang dimaksud oleh
agama ialah istigfar yang disertai tobat nasuha, serta menyesuaikan perbuatan dengan ketentuan agama.
Tobat nasuha adalah tobat dengan benar-benar menghentikan perbuatan dosa dan tidak mengulangi lagi,
serta berusaha menggantinya dengan perbuatan yang baik.

َ ْ ‫َ ٰ َ َّ ه َ ْ َ ْ ه‬ ْ ً َ ْ ْ ‫ْ ٰۤ َ ه ه ه‬ ‫َ َ ٰ ه ََّ َ ٰ َ َّ ه‬
ّۤ ّۤ‫ؾّۤالح ِك ْي هّۤمّۤٲ‬
ّۤ ‫ؾ‬ ّۤ ِ ‫اّللّۤانهّّۤۤلاّّۤۤ ِال ّۤهّۤ ِالاّۤو َّۤيّۤ َوال َملىِٕك ّۤثّۤ َواولياّۤال ِػل ِّۤمّۤكاۤىِٕماٌّۢۤ ِةال ِل ْس‬
‫طّۤلاّّۤۤ ِال ّۤهّۤ ِالاّۤو ّۤيّۤالػ ِ خ‬ ّۤ ّۤ‫ػ‬
ّۤ ‫ش ِى‬

18. (18) Keesaan Allah dinyatakan dengan menegakkan dalil-dalil dan dengan bukti ciptaan-Nya pada
alam dan diri manusia, serta menurunkan ayat-ayat yang menjelaskannya. Para malaikat menyatakan pula
hal keesaan Allah itu dan menyampaikannya kepada nabi-nabi. Para nabi menyatakan kesaksian yang
diperkuat oleh ilmu yang sudah tertanam dalam jiwa mereka yang lebih tinggi daripada ilmu-ilmu lainnya
yang diperoleh dengan pengalaman. Demikian pula para ulama, turut menyatakan keesaan Allah dan
menjelaskannya. Mereka menyaksikan Allah dengan kesaksian yang disertai bukti-bukti dan alasan ilmiah.
Ayat ini menunjukkan martabat yang tinggi dari para ulama karena mereka telah disejajarkan dengan
malaikat yang mulia yaitu sama-sama dapat menyaksikan keesaan Allah.

“Menegakkan keadilan” ialah menegakkan keseimbangan dalam itikad, karena tauhid itu merupakan suatu
kepercayaan yang lurus, tauhid yang murni yang tidak dicampuri sedikit pun oleh keingkaran kepada Allah
dan mempersekutukan-Nya. Juga menegakkan keseimbangan di dalam ibadah, budi pekerti dan amal
perbuatan, artinya menegakkan keseimbangan antara kekuatan rohani, dan kekuatan jasmani. Allah
memerintahkan kita melakukan ibadah salat dan ibadah lainnya untuk menyucikan rohani. Allah menyuruh
kita makan makanan yang baik, untuk memelihara tubuh. Allah melarang kita berlebih-lebihan di dalam
beragama dan keterlaluan dalam mencintai dunia.

Demikian pula, Allah meletakkan hukum keseimbangan pada alam ini. Barang siapa memperhatikan hukum
alam ini dan ketertibannya dengan teliti, maka tampak jelas baginya hukum keseimbangan itu paling
sempurna. Allah menegakkan keseimbangan yang sempurna pada alam ini sebagai bukti nyata atas
kebenaran kebijaksanaan-Nya. Kesatuan tata tertib pada alam ini menunjukkan keesaan pencipta-Nya.

Di akhir ayat ini, keesaan Zat-Nya ditegaskan dalam sifat ketuhanan. “Tak ada Tuhan melainkan Dia, yang
Mahakuasa lagi Mahabijaksana”. Sifat “Mahakuasa” dalam ayat ini memberi pengertian kesempurnaan
kodrat-Nya dan sifat “Mahabijaksana” menunjukkan kesempurnaan ilmu-Nya. Suatu kekuasaan tidak dapat
sempurna kecuali dengan adanya hak yang mutlak dalam bertindak. Keadilan (keseimbangan) juga tidak

11
akan dapat sempurna, kecuali dengan mengetahui segala keadaan dan kemaslahatan. Maka barang siapa
yang kesempurnaannya sudah sampai demikian, tidak seorang pun dapat mempengaruhinya dalam
menjalankan keseimbangan itu dan tidak ada satu makhluk pun yang luput dari hukum-Nya.

ٰ َّ َ ٰ ٰ ‫ْ َ ْ َ ٰ ْ ْ َ ه َ َ ْ َ َ َ َّ ْ َ ه ْ ه ْ ٰ َ َّ ْ َ ْ َ َ ه ه ْ ْ ه َ ْ ً َ ْ َ ه ْ َ َ ْ َّ ْ ه‬ َّ
َّۤ ّۤ ‫ن‬
ّۤ‫اّلل‬ ّۤ ‫اّلل ّۤـ ِا‬ ّۤ ِ ‫ؽ ّۤ ِةا ٰي‬
ِّۤ ّۤ ‫ج‬ ّۤ ‫ػ ّۤما ّۤجا َۤءو ّۤم ّۤال ِػل ّۤم ّۤةؾياٌۢ ّۤةحنى ّۤم ّۤوم‬
ّْۤ ‫ن ّۤيكف‬ ِّۤ ‫ن ّۤةػ‬
ٌۢ ‫ب ّۤ ِالا ّۤ ِم‬
ّۤ ‫ذ ّۤاوحيا ّۤال ِكت‬
ّۤ ‫ؿ ّۤال ِذد‬
ّۤ ‫ام ّۤ ّۤوما ّۤاعخل‬
ّۤ ‫اّلل ّۤال ِاسل‬
ِّۤ ّۤ ‫ػ‬
ّۤ ‫ذ ّۤ ِغن‬
ّۤ ‫الدد‬
ِ ّۤ ‫ن‬
ّۤ ‫ِا‬
ْ
ّۤ ِ ‫الح َس‬ ‫َ ه‬
ّۤ ّۤ‫ابّۤٳ‬ ِ ّۤ‫س ِه ْي ّۤع‬

19. (19) Agama yang diakui Allah hanyalah agama Islam, agama tauhid, agama yang mengesakan Allah.
Dia menerangkan bahwasanya agama yang sah di sisi Allah hanyalah Islam. Semua agama dan syariat
yang dibawa nabi-nabi terdahulu intinya satu, ialah “Islam”, yaitu berserah diri kepada Allah Yang Maha
Esa, menjunjung tinggi perintah-perintah-Nya dan berendah diri kepada-Nya, walaupun syariat-syariat itu
berbeda di dalam beberapa kewajiban ibadah dan lain-lain.

Muslim yang benar ialah orang yang ikhlas dalam melaksanakan segala amalnya, serta kuat imannya dan
bersih dari syirik.

Allah mensyariatkan agama untuk dua macam tujuan:

1. Membersihkan jiwa manusia dan akalnya dari kepercayaan yang tidak benar.

2. Memperbaiki jiwa manusia dengan amal perbuatan yang baik dan memurnikan keikhlasan kepada
Allah.;Kemudian Allah menggambarkan perselisihan para Ahli Kitab tentang agama yang sebenarnya.
Sebenarnya mereka tidaklah keluar dari agama Islam, agama tauhid yang dibawa oleh para nabi,
seandainya pemimpin-pemimpin mereka tidak berbuat aniaya dan melampaui batas sehingga mereka
berpecah belah menjadi sekian sekte serta membunuh nabi-nabi. Perpecahan dan peperangan di antara
mereka tidak patut terjadi karena mereka adalah satu agama. Tetapi karena kedengkian di antara
pemimpin-pemimpin mereka, dan dukungan mereka terhadap satu mazhab untuk mengalahkan mazhab yang
lain, timbullah perpecahan itu. Perpecahan itu bertambah sengit setelah pemimpin-pemimpin itu
menyesatkan lawannya dengan jalan menafsirkan nas-nas agama menurut hawa nafsu mereka.

Di akhir ayat ini, dikemukakan peringatan kepada orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah dengan
menandaskan hukuman yang akan ditimpakan kepada mereka.
َّ َ ْ َ َ ْ َ َ َ َ ْ َ ْ ‫ٰ َ َ َّ َ َ َ ه ْ َّ ْ َ ه ْ ه ْ ٰ َ َ ْ ه َ َ ْ َ ه‬ ْ ‫ْ َ َ ه ْ َ َ ه‬ َ ْ َ
ّۤ‫ن ّۤح َيل ْيا‬ ِّۤ ‫ن ّۤا ْسل هم ْيا ّۤـل‬
ّۤ ِ‫ػ ّۤاوخػ ْوا ّۤ ّۤ َوا‬ ّۤ ‫ن ّۤ َءاسل ْمخ ّۤم ّۤ ّۤـ ِا‬
ّۤ ‫ب ّۤوالا ِمح‬
ّۤ ‫ذ ّۤاوحيا ّۤال ِكت‬
ّۤ ‫ل ّۤ ِلل ِذد‬
ّۤ ‫ن ّۤوك‬
ّۤ ِ ‫ن ّۤاحتػ‬ ِّۤ ِّۤ ّۤ‫ج ّۤ َوس ِؾ َي‬
ّۤ ِ ‫ّلل ّۤوم‬ ّۤ ‫ل ّۤا ْسل ْم‬
ّۤ ‫ك ّۤـل‬
ّۤ ‫ن ّۤحاۤسي‬
ّۤ ‫ـ ِا‬
ْ ٰ ‫َ َّ َ َ َ ْ َ ْ ٰ ه‬
ِّۤ ‫اّللّۤ َة ِص ْح ٌ ٌۢدّۤ ِةال ِػ َت‬
ّۤ ّۤ‫ادّّۤࣖۤٴ‬ ّۤ‫كّۤال َتل ّۤؼّّۤۤ َو ه‬
ّۤ ‫ـ ِانماّۤعلح‬

20. (20) Dalam ayat ini diterangkan bagaimana semestinya Nabi Muhammad. menghadapi sikap Ahli Kitab
yang menentang agama Islam. Dalam menghadapi mereka, Nabi diperintahkan untuk menjawab bilamana
mereka mengemukakan bantahan terhadap ajaran yang dibawanya, dengan mengatakan kepada mereka
bahwa dia hanya berserah diri kepada Allah demikian pula orang-orang yang mengikutinya. Jawaban
demikian adalah untuk menghindari perdebatan-perdebatan yang tidak berfaedah, karena bukti-bukti
kekeliruan mereka sudah jelas.

Kemudian Allah memerintahkan kepada Nabi untuk mengatakan kepada orang Yahudi, Nasrani dan kaum
musyrikin Arab yang sedang dihadapinya: “Apakah kamu (mau) masuk agama Islam?” Maksudnya apakah
kamu mau menerima agama Islam sehingga kamu berserah diri kepada Allah. Pertanyaan itu disampaikan

12
Nabi sesudah beliau berulang kali menunjukkan bukti-bukti kebenarannya, dan sebenarnya sudah pula
dimengerti oleh mereka. Ataukah sebenarnya mereka masih ingin meneruskan kekafiran dan perlawanan
mereka. Secara tidak langsung ungkapan pertanyaan Nabi itu menunjukkan kebodohan dan ketumpulan
otak mereka serta mencela sikap keras dari mereka itu.

“Sesungguhnya jika mereka menjadi Muslim, mereka mendapat petunjuk. Menjadi Muslim berarti berserah
diri secara mutlak kepada keesaan Allah. Di sinilah letak jiwa segala agama yang dibawa oleh para rasul,
yakni berserah diri kepada Allah Yang Maha Esa. Mereka pasti akan memperoleh keuntungan besar dan
selamat dari jurang kesengsaraan. Karena penyerahan diri mereka kepada Allah Yang Maha Esa akan
mendorong mereka mengikuti ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad yaitu ajaran Islam. Tetapi jika
mereka menolak, maka hal itu tidak menjadi tanggung jawab beliau, sebab tugas beliau hanyalah
menyampaikan ajaran Allah.

“Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya”, Allah Maha Mengetahui hati siapa yang tertutup di antara
hamba-hamba-Nya, mata siapa yang buta melihat kebenaran, dan siapa pula yang putus asa mencari
petunjuk Ilahi. Allah Maha Mengetahui siapa-siapa di antara hamba-Nya yang dapat menerima taufik dan
hidayah daripada-Nya.
َ َ َ ‫َ َ ه‬ َّ َ ْ َ ‫ْ ه ه ْ َ َّ ْ َ ْ ه‬ َ َ َ َّ َ ْ ‫ٰ َ َ ْ ه ه‬ ٰ َ ْ ‫َّ َّ ْ َ َ ْ ه‬
ّۤ ّۤ‫اسّۤـب ِض ْهو ّْۤمّۤ ِةػؼابّّۤۤا ِل ْيمّّۤۤٵ‬
ّۤ ِ ‫نّۤالج‬ ّۤ ِ ‫نّۤ ِةال ِل ْس‬
ّۤ ‫طّۤ ِم‬ ّۤ ‫ذّۤ َيأم هؽ ْو‬ ّۤ ‫نّۤ ِةؾ ْح ِدضقَّّّۤۤو َيلخلي‬
ّۤ ‫نّۤال ِذد‬ ّۤ ‫نّۤالج ِتح‬
ّۤ ‫اّللّۤويلخلي‬ ّۤ ِ ‫نّۤ ِةا ٰي‬
ِّۤ ّۤ‫ج‬ ّۤ ‫ذّۤيكف هؽو‬
ّۤ ‫نّۤال ِذد‬
ّۤ ‫ِا‬

21. (21) Dalam ayat ini Allah mencela sikap orang Yahudi di zaman para rasul sebelum Nabi Muhammad,
yang dengan taklid buta mengikuti perbuatan nenek moyang mereka. Padahal sesungguhnya mereka sudah
mengetahui kesalahan dan kejahatan nenek moyang mereka.

Dengan keterangan ayat ini, bertambah jelaslah keburukan orang Yahudi. Sukar bagi mereka mencari
alasan untuk membersihkan diri dengan menyatakan beriman. Kejahatan mereka yang terbukti dalam
sejarah, menyebabkan mereka mendapat celaan dan kutukan.

Orang Yahudi di zaman Rasulullah saw dianggap ikut bersalah, karena mereka tidak menunjukkan sikap
tidak setuju terhadap kejahatan nenek moyang mereka. Di samping membunuh para nabi, orang Yahudi
zaman dahulu juga telah membunuh para hukam±′ (orang-orang bijaksana), yaitu yang disebut dalam ayat
ini sebagai “orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil”. Mereka terdiri dari cerdik pandai, yang
menjadikan keadilan itu sebagai tiang keutamaan.

Martabat para hukam±′ di dalam memberikan petunjuk di bawah martabat para nabi dan demikian pula
pengaruh mereka. Membunuh hukam±′ berarti membunuh akal dan menghancurkan keadilan. Hal ini
merupakan dosa besar dan sangat merugikan. Karena itu Allah memberikan peringatan kepada orang
Yahudi bahwa mereka akan menerima azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Siapakah yang lebih berhak
menerima azab yang pedih itu kalau bukan mereka yang kejam lagi melampaui batas dalam berbuat
kejahatan, seperti membunuh para nabi dan para cerdik pandai?

ٰ ْ ْ ‫َْ َ ْٰ َ ََ َه‬ ‫ه ٰۤ َ َّ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ ه‬
ّۤ َ ‫نّۤن ِط ِه ْي‬
ّۤ ّۤ‫نّۤٶ‬ ّۤ ‫جّۤاغمال هى ّْۤمّۤ ِفىّۤالدنياّۤ ّۤوالا ِعؽ ِّۤةّّۤۤوماّۤلى ّۤمّۤ ِم‬ ّۤ ‫ذّۤض ِتع‬ ّۤ ‫اول ِٕى‬
ّۤ ‫كّۤال ِذد‬

22. (22) Dalam ayat ini, ditegaskan bahwa orang yang melakukan kejahatan maka segala amal yang
mereka lakukan di dunia dibatalkan. Di dunia mereka tidak akan mendapatkan pujian manusia, sebab
mereka berada dalam kesesatan dan kebatilan. Allah mengutuk mereka, serta membongkar kejahatan-
kejahatan yang mereka tutup-tutupi itu melalui para nabi dan rasul-rasul-Nya. Demikianlah arti dari
pembatalan amal perbuatan mereka di dunia.

13
Adapun di akhirat, mereka tidak akan mendapatkan pahala atas segala amal mereka, bahkan mereka akan
dijerumuskan ke dalam azab yang pedih. Mereka kelak menempati neraka. Tidak ada seorang pun yang
dapat menolong mereka dari tekanan azab Allah.

Allah telah menghapuskan pahala para pembunuh nabi-nabi dan para hukama yang menegakkan keadilan,
dan meniadakan bagi mereka pertolongan dari siapa pun. Para pembunuh itu akan dibalas dengan azab
yang tidak terhingga dan tak seorang pun dapat menolong mereka.

Allah telah menyediakan tiga macam azab bagi mereka:

a. Segala kepedihan dan kesengsaraan terkumpul pada mereka. Inilah azab yang pedih.

b. Segala macam nikmat yang mereka harapkan lenyap, dengan terhapusnya pahala amalan yang mereka
lakukan di dunia. Di dunia mereka dikutuk dan dicela, dan di akhirat mereka menderita.

c. Terus-menerus menderita azab tersebut, karena tidak seorang pun yang akan menolong melepaskan
mereka dari azab. Inilah yang dimaksud oleh Allah dalam ayat yang artinya “dan sekali-kali mereka tidak
memperoleh penolong”.

َ ‫ْ ه‬ ‫ه‬ ْ ٌ ْ َ ٰ َ َ َ َّ‫ٰ َ ْ ه َ َ ْ َ ه ْ ه‬ ٰ ٰ َ ْ َ ْ ٰ ْ َ ً ْ َ ْ ‫َ َ ْ َ َ َ َّ ْ َ ه ْ ه‬
ّۤ ‫قّۤ ِمن هى ّْۤمّۤ َوو ّْۤمّۤمػ ِؽض ْي‬
ّۤ ّۤ‫نّۤٷ‬ ّۤ ‫اّللِّۤلحطك ّۤمّۤةحنى ّۤمّۤذ ّۤمّۤيخيلىّۤـ ِؽي‬
ِّۤ ّۤ‫ب‬ ّۤ ‫بّۤ هيػغي‬
ّۤ ِ ‫نّۤ ِالىّۤ ِكت‬ ّۤ ِ ‫نّۤال ِكت‬
ّۤ ‫ذّۤاوحياّۤن ِصحتاّۤ ِم‬
ّۤ ‫ؽّۤ ِالىّۤال ِذد‬
ّۤ ‫ال ّۤمّۤح‬

23. (23) Mereka memalingkan diri dari mengamalkan kitab yang mereka imani sendiri bilamana kitab itu
tidak sesuai dengan keinginan mereka. Inilah tingkah laku penganut agama Yahudi pada masa Rasulullah
saw. Orang Yahudi datang kepada Rasulullah dengan kemauan mereka yang kuat untuk menerima suatu
keputusan. Tetapi apabila keputusan yang diberikan itu tidak sesuai dengan apa yang mereka inginkan,
mereka menolak melaksanakannya. Mereka hanya menghafal sebagian dari isi Taurat, sedang yang lainnya
mereka lupakan. Bagian yang mereka hafal itu tidak mereka pahami dengan baik dan tidak pula mereka
amalkan.

َ ‫َ ه ْ َه‬ ‫َ ه‬ ٰ ‫ْ ه‬ َ َّ َّ َ َ ْ َ ْ ‫ٰ َ ََّ ه َ ه‬
ّۤ ‫ارّۤ ِالاّّۤۤاَّي ًاماَّّۤمػػ ْودتَّّّّۤۤۤوؽَّؽو ّْۤمّۤ ِف ّْۤيّۤ ِد ْي ِن ِى ّْۤمَّّۤماّۤعغن ْياّۤ َيفتد ْو‬
ّۤ ّۤ‫نّۤٸ‬ ّۤ‫نّۤح َمَّسناّۤالج ه‬
ّۤ ‫كّۤ ِةانه ّْۤمّۤكالياّۤل‬
ّۤ ‫ذ ِل‬

24. (24) Ayat ini menerangkan alasan atau sebab yang mendorong orang Yahudi menentang dan berpaling
dari kebenaran. Mereka mempunyai paham yang sudah melekat dalam iktikad mereka bahwa mereka tidak
akan diazab api neraka kecuali beberapa hari tertentu saja.

Anggapan yang sudah melekat kuat ini meresap dalam jiwa mereka, dan akhirnya membentuk sikap mental
mereka. Sehingga mereka menganggap enteng hukuman yang akan menimpa mereka. Ini disebabkan oleh
karena mereka merasa ada hubungan darah dengan para nabi, dan menganggap bahwa mereka akan
selamat dari siksa api neraka asal mereka tetap beragama Yahudi. Jadi menurut paham mereka hubungan
keturunan dengan nabi, serta tetap tercatat sebagai penganut agama Yahudi sudah menjamin untuk dapat
masuk surga.

Barang siapa yang menganggap enteng ancaman Allah, karena percaya bahwa azab itu tidak akan turun
menimpanya, berarti mereka telah meremehkan perintah Allah serta larangan-Nya.

Demikianlah keadaan suatu umat, ketika mereka mulai meninggalkan agamanya, mereka sudah tidak segan
lagi untuk melakukan kejahatan. Gejala membelakangi agama sedemikian ini tampak pada orang-orang
Yahudi, Nasrani dan juga di kalangan orang Muslim.

14
Orang Yahudi mengira bahwa mereka jika masuk neraka hanya diazab dalam “beberapa hari yang dapat
dihitung” ialah 40 hari; sejumlah hari yang mereka gunakan untuk menyembah anak sapi. Sebenarnya
tidak ada keterangan yang dapat dipercaya untuk menegaskan kapan hari yang dimaksud, kecuali
anggapan kosong dari orang Yahudi.

Segala kebohongan yang telah mereka adakan telah menipu mereka dalam agama, misalnya ucapan
mereka, “Kami adalah anak-anak Tuhan dan kekasih-Nya” dan kata-kata mereka, “Sesungguhnya nenek
moyang kami para nabi yang akan memberikan syafaat kepada kami” dan “Sesungguhnya Allah telah
berjanji kepada Yakub tidak akan mengazab anak-anak keturunannya, kecuali hanya dalam tempo yang
pendek.”

َ َ ْ َ ‫َ َ ْ َ َ َ َ ْ ٰ ه ْ َ ْ َّ َ ْ َ ْ َ ه َ ْ ه َ ْ َّ َ َ َ ْ ه‬
ّۤ ‫جّۤ َوو ّْۤمّۤلاّۤ هيظل هم ْي‬
ّۤ ّۤ‫نّۤٹ‬ ّۤ ‫بّۤ ِـح ِّۤهّۤوو ِـح‬
ّۤ ‫جّۤعلّّۤۤنفسّّۤۤماّۤكسب‬ ّۤ ‫ؿّۤ ِاذاّۤجمػنى ّۤمّۤ ِلييمّّۤۤلاّۤري‬
ّۤ ‫ـكي‬

25. (25) Ayat ini membantah dan membatalkan apa yang dikatakan oleh orang Yahudi pada ayat yang lalu.
Ayat ini tersusun dalam bentuk kalimat pertanyaan bagaimanakah keadaan orang Yahudi bilamana hari
Kiamat yang tidak diragukan lagi itu telah datang.

Bentuk kalimat seperti itu menggambarkan bagaimana kehebatan huru-hara yang terjadi di hari itu, dan
tentang siksa besar yang akan ditimpakan kepada orang-orang Yahudi. Mereka akan jatuh kepada jurang
penderitaan, tak akan ada jalan untuk menyelamatkan diri. Sesungguhnya anggapan orang Yahudi bahwa
dirinya akan dapat lepas dengan mudah dari azab itu adalah angan-angan kosong.

Pada hari yang dahsyat itu orang akan melihat dengan jelas apa yang telah dikerjakannya, baik atau buruk
akan dihadapkan kepada mereka. Kemudian segala amal perbuatan akan dibalas dengan kebahagiaan jika
amal itu baik atau dengan kesengsaraan jika amal itu buruk. Tidak ada hak istimewa yang dapat diberikan
kepada pemeluk suatu agama tertentu dan golongan tertentu. Tidak pula suatu bangsa mendapat
keistimewaan atas bangsa-bangsa lainnya sekalipun mereka menamakan dirinya dengan sya‘ bull±h al-
mukht±r (rakyat Allah yang terpilih) atau anak Allah. Pembalasan pada hari kiamat itu sesuai dengan baik
buruknya iktikad yang terkandung dalam hati dan sesuai pula dengan baik buruknya amal perbuatan yang
telah dilakukan.

Pada hari itu akan terdapat keadilan yang sempurna. Tidak akan dikurangi sedikit pun balasan terhadap
suatu perbuatan dan tidak pula akan ditambah. Yang menjadi pertimbangan pada hari itu ialah keimanan
seseorang dan pengaruh iman itu terhadap amal perbuatannya sewaktu di dunia. Kalau dia tidak beriman,
maka dia akan masuk ke dalam neraka, karena amal-amalnya yang buruk. Jika imannya tidak sampai
rusak, karena diimbangi dengan amal saleh atau seimbang antara yang baik dengan yang buruk, maka dia
mendapat balasan sesuai dengan derajat dan kadarnya masing-masing.

َ ‫َ ْ َ َ ه َ َ ْ َ ْ ه َّ َ َ ٰ ه‬ ‫ه‬ ََ ْ َ ‫ه‬ َ َ ْ َّ َ ْ ‫ْ ه ْ َ َ ْ َ َ ه َ َ ْ ه ْ ه‬ ْ ‫ٰ هَّ ٰ َ ْ ه ْ ه‬ ‫ه‬


ّّۤۤ‫ل ّۤش ْيء‬
ّۤ ِ ‫ك ّۤعلى ّۤع‬
ّۤ ‫ك ّۤالخح ّۤد ّۤ ّۤ ِان‬ ّۤ ‫ن ّۤةشا هّۤۤء ّۤ َّۤوح ِؼلّۤ ّۤم‬
ّۤ ‫ن ّۤةشا ّۤۤء ّۤ ّۤ ِةي ِػ‬ ّۤ ‫ن ّۤةشا هّۤۤء ّۤ َوح ِػؾّۤ ّۤم‬
ّۤ ‫ك ّۤ ِد‬
ّۤ ‫ع ّۤالمل‬
ّۤ ‫ن ّۤةشا ّۤۤء ّۤوحج ِذ‬
ّۤ ‫ك ّۤم‬
ّۤ ‫ك ّۤح ِؤتى ّۤالمل‬
ّۤ ِ ‫ك ّۤالمل‬
ّۤ ‫ّٰللا ّۤم ِل‬
ّۤ ّۤ ‫ل‬
ّۤ ِ ‫ك‬
َ
ٌّۤ ‫ك ِػ ْي‬
ّۤ ّۤ‫ؽّۤٺ‬

26. (26) Dalam ayat ini Allah menyuruh Nabi untuk menyatakan bahwa Allah Yang Mahasuci yang
mempunyai kekuasaan tertinggi dan Mahabijaksana dengan tindakan-Nya yang sempurna di dalam
menyusun, mengurus, dan merampungkan segala perkara dan yang menegakkan neraca undang-undang di
alam ini. Maka Allah yang memberikan urusan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara
hamba-hamba-Nya. Ada kalanya Allah memberikan kekuasaan itu bersamaan dengan pangkat kenabian
seperti keluarga Ibrahim, dan ada kalanya hanya memberikan kekuasaan memerintah saja menurut hukum

15
kemasyarakatan yaitu dengan mengatur kabilah-kabilah dan bangsa-bangsa. Allah juga yang mencabut
kekuasaan dari orang-orang yang Dia kehendaki, disebabkan mereka berpaling dari jalan yang lurus, yaitu
jalan yang dapat memelihara kekuasaan karena meninggalkan keadilan dan berlaku curang dalam
pemerintahan. Demikianlah hal itu telah berlaku pula terhadap Bani Israil dan bangsa lain disebabkan
kezaliman dan kerusakan budi mereka.

Allah juga memberi kekuasaan kepada orang yang Dia kehendaki, dan menghinakan orang yang Dia
kehendaki. Orang yang diberi kekuasaan ialah orang yang didengar tutur katanya, banyak penolongnya,
mempengaruhi jiwa manusia dengan wibawa dan ilmunya, mempunyai keluasan rezeki dan berbuat baik
kepada segenap manusia.

Adapun orang yang mendapat kehinaan, ialah orang yang rendah akhlaknya, merasa lemah semangat
membela kehormatan, tidak mampu mengusir musuhnya yang menyerbu dan tidak mampu mempersatukan
pengikutnya. Padahal tidak ada satu kemuliaan pun dapat dicapai tanpa persatuan untuk menegakkan
kebenaran dan menentang kezaliman.

Apabila masyarakat telah bersatu dan berjalan menurut sunatullah, berarti mereka telah menyiapkan
segala sesuatu untuk menghadapi segala kemungkinan. Banyak sedikitnya bilangan suatu umat tidaklah
menjamin untuk dapat mewujudkan kekuasaan dan menghimpun kekuatan. Orang musyrik Mekah, orang
Yahudi dan orang munafik Arab telah tertipu oleh banyaknya pengikut dibanding dengan pengikut
Rasulullah saw, padahal yang demikian itu tidak mendatangkan faedah bagi mereka sedikit pun.
Sebagaimana firman Allah:

َ ْ ْ ‫ْ َ ْ َ ََّ َ ٰ ْ ه‬ َ َ ْ َّ َ ْ ‫َ ٰ َّ ْ ه ٰ ْ َ َ َ ْ َ ه ْ َ َ ه ْ ه ْ َ َ ْ َّ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ َ ه‬
ّۤ‫ّللّۤال ِػَّؾ ّۤةّۤ َو ِل َؽ هس ْيلِهّّۤۤ َو ِلل همؤ ِم ِن ْحن‬
ِّۤ ‫لّۤ ِو‬
ّۤ ‫نّۤالاغؾّّۤۤ ِمنىاّۤالاذ‬
ّۤ ‫ِٕنّۤرسػناّۤ ِالىّۤالم ِػين ِّۤثّۤلحغ ِؽس‬
ّۤ ‫نّۤلخ‬
ّۤ ‫ن يليلي‬
ّۤ ‫نّۤلاّۤيػلمي‬
ّۤ ‫نّۤالمن ِف ِلح‬
ّۤ ‫ࣖ ول ِك‬

Mereka berkata, ”Sungguh, jika kita kembali ke Madinah (kembali dari perang Bani Mustalik), pastilah
orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari sana.” Padahal kekuatan itu hanyalah bagi
Allah, Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tidak mengetahui. (al-
Mun±fiqµn/63: 8)

Fakta-fakta sejarah menjadi bukti bahwa jumlah yang banyak saja tidaklah menunjukkan kekuatan.
Lihatlah bangsa-bangsa Timur, mereka berjumlah banyak tetapi dapat dikuasai oleh bangsa-bangsa Barat
yang berjumlah lebih sedikit, disebabkan merajalelanya kebodohan dan permusuhan, atau perpecahan yang
terjadi di antara sesama mereka.

Dalam ayat ini diterangkan pula bahwa segala kebajikan terletak di tangan-Nya baik kenabian, kekuasaan
atau pun kekayaan. Ini menunjukkan bahwa Allah sendirilah yang memberikannya menurut kemauan-Nya.
Tidak ada seorang pun yang memiliki kebajikan selain Allah. Dalam ayat ini hanya disebutkan kebajikan
saja. Sebenarnya segala yang buruk dan jahat juga ada di bawah kekuasaan Allah. Hal ini dipahami dari
pernyataan Allah bahwa Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.

Dalam ayat ini disebutkan kebajikan saja karena disesuaikan dengan keadaan. Keadaan yang mendorong
orang-orang kafir menentang dan meremehkan dakwah Nabi Muhammad saw ialah kemiskinan beliau,
kelemahan pengikut-pengikutnya serta kecilnya bilangan mereka. Oleh sebab itu Allah menyuruh Nabi
untuk berlindung kepada yang memiliki segala kerajaan. Yang ditangan-Nya segala kekuasaan dan
kemuliaan. Allah mengingatkan Rasulullah bahwa seluruh kebaikan dan kekayaan ada ditangan-Nya. Maka
tidak ada yang dapat menghalangi-Nya apabila Allah memberikan kemiskinan dan kekayaan kepada Nabi-
Nya atau kepada orang-orang mukmin yang dikehendaki-Nya, sebagaimana diterangkan oleh Allah dalam
firman-Nya:

َ ْ َ َ َْ ً َ َ َ َْ َْ ‫َ ه ْ ه َ ْ َّ ه َّ َ َ َّ ْ َ ْ ه ْ ه‬
ّۤ ‫ضّۤ َونجػل هى ّْۤمّۤاىَِّٕم ّۤثَّّۤونجػل هى هّۤمّۤال ٰي ِر ِذ ْح‬
ّۤ‫ن‬ ّۤ ِ ‫اسخض ِػف ْياّۤ ِفىّۤالا ْر‬ّۤ‫ذ‬
ّۤ ‫نّۤعلىّۤال ِذد‬
ّۤ ‫نّۤنم‬
ّۤ ‫ػّۤا‬
ّۤ ‫ون ِؽي‬

16
Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu, dan hendak
menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi). (al-Qa¡a¡/28: 5)

َ َ َ ْ َ ‫َ ه ْ ه ْ َ َ َ َْ َ َ ْ ه ه‬ ْ َ َ ْ ‫َّ َ َ ه ْ ه َّ َ َ َّ ْ َ ه ْ ه‬ َ َّ ‫ه ْ ه‬
ّۤ ّۤ‫نّۤةشا هّۤۤءّۤ ِةؾ ْح ِّۤدّۤ ِض َسابّّۤۤٻ‬ ّۤ ‫نّۤالح ّۤيّۤوحؽز‬
ّۤ ‫قّۤم‬ ّۤ ‫جّۤ ِم‬
ّۤ ‫جّۤالم ِح‬ ّۤ ِ ‫نّۤال َم ِح‬
ّۤ ‫جّۤوتخ ِؽ‬ ّۤ ‫جّۤالحَّّۤيّۤ ِم‬
ّۤ ‫لّۤوتخ ِؽ‬
ّۤ ِ ‫ارّۤ ِفىّۤالي‬
ّۤ ‫زّۤالنى‬
ّۤ ‫ارّۤوحي ِل‬ ّۤ ‫زّۤال ْي‬
ِّۤ ‫لّۤ ِفىّۤالنى‬ ّۤ ‫حي ِل‬
ِ

27. (27) Bagian malam dimasukkan kepada siang, sehingga waktu malam menjadi lebih pendek dibanding
dengan waktu siang. Allah memasukkan bagian siang ke dalam malam, yang menyebabkan waktu malam
menjadi panjang dan waktu siang menjadi pendek. Hal ini biasa terjadi di negara-negara yang mempunyai
empat musim, sehingga malam lebih panjang daripada siang pada musim dingin.

Tidaklah mengherankan bahwa sesudah adanya kenyataan tersebut, Allah Yang Maha Bijaksana
memberikan kenabian atau kerajaan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya, atau mencabut kenabian dan
kerajaan itu dari siapa saja yang dikehendaki-Nya. Allah yang mengurus segala urusan manusia,
sebagaimana halnya Dia mengurus perubahan siang dan malam.

Allah mengeluarkan yang hidup dari yang mati seperti mengeluarkan batang kelapa dari bijinya,
mengeluarkan manusia dari nutfah, atau mengeluarkan unggas dari telur. Demikian Allah mengeluarkan
yang mati dari yang hidup seperti mengeluarkan anak yang bodoh dari orang yang alim, orang kafir dari
orang yang mukmin.

Kodrat Allah dijelaskan pula dengan bahasa yang mudah dipahami, dengan contoh-contoh yang bisa
disaksikan oleh manusia, di dalam kejadian sehari-hari. Malam dimasukkan ke dalam siang, siang
dimasukkan ke dalam malam, tumbuhan yang hidup dikeluarkan dari tanah yang merupakan benda mati,
telur yang merupakan benda mati, dari ayam yang merupakan makhluk hidup.

Ayat di atas berbicara mengenai biji tumbuhan dan tentang “dikeluarkan yang hidup dari yang mati dan
dikeluarkan yang mati dari yang hidup”. Ayat lain yang mirip dan bahkan lebih jelas adalah Surah al-
An‘ ±m/6: 95, yang artinya sebagai berikut:

“Sungguh, Allah yang menumbuhkan butir (padi-padian) dan biji (kurma). Dia mengeluarkan yang hidup
dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. Itulah (kekuasaan) Allah, maka mengapa
kamu masih berpaling?”. (al-An‘ ±m/6: 95)

Dari sudut ilmu pengetahuan, hal-hal tersebut dapat diinterpretasikan sebagai berikut:

1. Ayat ini mengandung pesan bahwa penciptaan bukanlah suatu kebetulan, sebab apabila ini suatu
kebetulan, maka dia tidak dapat berkesinambungan. Penciptaan terjadi dalam dua hal yang bertolak
belakang. Siapa yang dapat melakukan yang demikian pastilah yang Mahakuasa. Perkataan
“mengeluarkan yang hidup dari yang mati” menyatakan kekuasaan Allah membangkitkan orang-orang
mati di hari kemudian. Tetapi pembangkitan yang mati menjadi hidup dan sebaliknya juga terlihat pada
kejadian sehari-hari dalam proses perkembangan benih tumbuhan.

2. Interpretasi kedua, bahwa biji dijadikan contoh dalam pengaturan siklus antara hidup dan mati yang
terus bergulir.

. Bagi tumbuhan, biji merupakan alat


perkembangbiakan yang utama, karena biji mengandung calon tumbuhan baru yang disebut lembaga atau
embryo. Dengan biji inilah tumbuhan dapat mempertahankan keturunan jenisnya dan dapat
menyebarkannya ke lain tempat. Dalam morfologi tumbuhan dikenal ada biji tertutup yang disebut
Angiospermae, dan biji telanjang/terbuka yang disebut Gymnospermae. Biji memiliki keanekaan dalam
ukuran, bentuk dengan kulit biji yang berlapis-lapis, dan kekerasan (dari mulai yang lunak sampai dengan
yang keras seperti batu). Ketika biji sampai pada kondisi yang diperlukan, maka biji tersebut akan tumbuh
17
dan kulit biji yang menjadi pelindung bagian biji yang ada di dalam akan ditembus oleh lembaga. Bahkan
lapisan kulit biji yang sekeras batupun dapat dipecahkannya.

siklus itu adalah bahwa zat-zat hidrogen, karbondioksida, nitrogen,dan garam yang non organik di bumi,
berubah menjadi zat-zat organik yang merupakan bahan kehidupan bagi hewan dan tumbuh-tumbuhan
berkat bantuan sinar matahari. Selanjutnya zat-zat tersebut kembali mati dalam bentuk kotoran makhluk
hidup dan dalam bentuk tubuh yang aus karena faktor disolusi bakteri dan kimia, yang mengubahnya
menjadi zat non organik untuk memasuki siklus kehidupan yang baru. Begitulah Sang Pencipta
mengeluarkan kehidupan dari kematian dan mengeluarkan kematian dari kehidupan di setiap saat. Siklus
ini terus berputar dan hanya terjadi pada makhluk yang diberi kehidupan.

Al-Qur′an mempergunakan pula kata “mati” untuk pengertian “kafir”, dan kata “hidup” untuk pengertian
“iman” seperti:

‫َ ه‬ ٰ ْ َ ‫َ ٰ َ ه‬ ْ َ َْ ٰ‫ه‬ ‫َ ْ َه‬ َّ ‫َََ ْ َ َ ْ ً ََ ْ َ ٰ ه َ َ َْ َ ه‬


ّۤ‫نّۤ َماّۤعغن ْيا‬
ّۤ َ ‫نّۤ ِللك ِف ِؽ ْي‬ ّۤ ‫سّۤ ِبخ ِارجّّۤۤ ِمن َىاّۤ ّّۤۤكؼ ِل‬
ّۤ ‫كّۤز ِي‬ ّۤ ِ ‫نَّّۤمرلهّّۤۤ ِفىّۤالظلم‬
ّۤ َ ‫جّّۤۤلح‬ ّۤ ِ ‫غنّۤ َمحخاّۤـاضح ْين ّۤه ّۤ َوسػلناّۤلهّّۤۤن ْي ًراَّّۤي ْم ِش ّْۤيّۤ ِةهّّۤۤ ِفىّۤالج‬
ّۤ ‫اسّۤك َم‬ ّۤ ‫نّۤع‬
ّۤ ‫اوم‬
َ ‫ْ ه‬
ّۤ‫َيػ َمل ْين‬

Dan apakah orang yang sudah mati lalu Kami hidupkan dan Kami beri dia cahaya yang membuatnya dapat
berjalan di tengah-tengah orang banyak, sama dengan orang yang berada dalam kegelapan, sehingga dia
tidak dapat keluar dari sana? Demikianlah dijadikan terasa indah bagi orang-orang kafir terhadap apa
yang mereka kerjakan. (al-An‘ ±m/6: 122);Lafaz “yang hidup” dipergunakan dalam arti lawan “yang
mati”, baik yang hidup itu ḥissiyyah seperti hidup hewan dan tumbuh-tumbuhan atau pun maknawiyyah
seperti ilmu dan iman. “Yang hidup dikeluarkan dari yang mati” dan seterusnya adalah suatu kenyataan,
bahwa Allah yang memiliki kekuasaan yang Dia berikan kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya. Allah
mengeluarkan seorang penghulu para rasul dari bangsa Arab yang buta huruf. Rasul itu, Muhammad saw,
yang menyiapkan mereka dengan kekuatan dan kemauan untuk menjadi umat yang terkuat, yang dapat
menghancurkan benteng perbudakaan dan menegakkan kemerdekaan. Sementara itu orang-orang Yahudi
(Bani Israil) bergelimang di dalam taqlid, perbudakan dan penindasan raja-raja atau para penguasa.

Allah memberikan kekuasaan kepada siapa saja yang Dia kehendaki, lalu mencabut pemberian-Nya dari
siapa saja yang Dia kehendaki, hanyalah berdasarkan sunah dan hukum-Nya. Segala urusan ada di tangan
Allah. Tidak ada seorang pun yang dapat menilai dan memperkirakan perhitungan-Nya. Dialah yang
berkuasa mencabut kekuasan dari siapa yang dikehendaki-Nya serta menghinakannya, dan hanya Dia
pulalah yang kuasa memberikan kekuasaan itu kepada suatu bangsa serta memuliakannya. Yang demikian
itu, amat mudah bagi Allah. Allah memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa balasan.

ٰ ‫ه‬ َ ‫َ ٰ ْ َ ْ َّ َ ْ ََّ ه ْ ْ ه ْ ه ٰ ً ه‬ ْ َ َ َ ٰ ْ َ ْ َّ ْ َ َ َ ْ ْ ‫ْ ه ْ ه ْ َ ْ ٰ ْ َ َ ْ َ َ ْ ه ْ ْ ه‬ َّ َ
ّۤ‫ىثّۤ ّۤ َويح ِؼ هرك هّۤمّۤ ه‬
ّۤ‫اّلل‬ ّۤ ‫نّۤحخلياّۤ ِمنى ّۤمّۤحل‬
ّۤ ‫اّللّۤ ِف ّۤيّۤشيءّّۤۤ ِالاّّۤۤا‬
ِّۤ ّۤ‫ن‬ ّۤ َ ‫كّۤـلح‬
ّۤ ‫سّۤ ِم‬ ّۤ ‫لّۤذ ِل‬
ّۤ ‫نّۤيفػ‬
ّۤ ‫نّۤوم‬
ّۤ ‫ن ّۤالمؤ ِم ِنح‬
ّۤ ِ ‫نّۤدو‬
ّۤ ‫نّۤاوِلحا ّۤۤءّۤ ِم‬
ّۤ ‫ن ّۤالك ِّۤف ِؽي‬ ِّۤ ‫لاّۤ َيخ ِغ‬
ّۤ ‫ؼّۤالمؤ ِمجي‬
ْ ٰ َ َْ
ّۤ ّۤ‫اّللّۤال َم ِص ْح هّۤدّۤټ‬
ِّۤ ّۤ‫نف َسهّّّۤۤۤ َواِ لى‬

28. (28) Kaum Muslimin dilarang menjadikan orang kafir sebagai kawan yang akrab, pemimpin atau
penolong, karena yang demikian ini akan merugikan mereka sendiri baik dalam urusan agama maupun
dalam kepentingan umat, apalagi jika dalam hal ini kepentingan orang kafir lebih didahulukan daripada
kepentingan kaum Muslimin sendiri, hal itu akan membantu tersebarluasnya kekafiran. Ini sangat dilarang
oleh agama.

18
Orang mukmin dilarang mengadakan hubungan akrab dengan orang-orang kafir, baik disebabkan oleh
kekerabatan, kawan lama waktu zaman jahiliah, atau pun karena bertetangga. Larangan itu tidak lain
hanyalah untuk menjaga dan memelihara kemaslahatan agama, serta agar kaum Muslimin tidak terganggu
dalam usahanya untuk mencapai tujuan yang dikehendaki oleh agamanya.

Adapun bentuk-bentuk persahabatan dan persetujuan kerja sama, yang kiranya dapat menjamin
kemaslahatan orang-orang Islam tidaklah terlarang. Nabi sendiri pernah mengadakan perjanjian
persahabatan dengan Bani Khuza'ah sedang mereka itu masih dalam kemusyrikan.

Kemudian dinyatakan bahwa barang siapa menjadikan orang kafir sebagai penolongnya, dengan
meninggalkan orang mukmin, dalam hal-hal yang memberi mudarat kepada agama, berarti dia telah
melepaskan diri dari perwalian Allah, tidak taat kepada Allah dan tidak menolong agamanya. Ini berarti
pula bahwa imannya kepada Allah telah terputus, dan dia telah termasuk golongan orang-orang kafir.

ْ َّ َ ‫ْ ه‬ َّ َ ْ َ
ّۤ‫نَّّۤيخ َيل هى ّْۤمّۤ ِمنك ّْۤمّۤـ ِانهّّۤۤ ِمن هى ْم‬
ّۤ ‫َوم‬

… Barang siapa di antara kamu yang menjadikan mereka teman setia, maka sesungguhnya dia termasuk
golongan mereka…(al-M±′idah/5: 51);Orang mukmin boleh mengadakan hubungan akrab dengan orang
kafir, dalam keadaan takut mendapat kemudaratan atau untuk memberikan kemanfaatan bagi Muslimin.
Tidak terlarang bagi suatu pemerintahan Islam, untuk mengadakan perjanjian persahabatan dengan
pemerintahan yarg bukan Islam; dengan maksud untuk menolak kemudaratan, atau untuk mendapatkan
kemanfaatan. Kebolehan mengadakan persahabatan ini tidak khusus hanya dalam keadaan lemah saja
tetapi boleh juga dalam sembarang waktu, sesuai dengan kaidah:

َ ْ ْ َ َ َ َّ َ َ َْ ‫َْ ه‬
ّۤ ِ ‫ػّۤ هملػ ٌّۤمّۤعلىّۤجل‬
ّۤ‫بّۤال َمص ِال ِص‬ ِّۤ ‫اس‬
ِ ‫در ّۤءّۤالمف‬

Menolak kerusakan lebih diutamakan daripada mendatangkan ke-maslahatan;Berdasarkan kaidah ini, para
ulama membolehkan “taqiyah”, yaitu mengatakan atau mengerjakan sesuatu yang berlawanan dengan
kebenaran untuk menolak bencana dari musuh atau untuk keselamatan jiwa atau untuk memelihara
kehormatan dan harta benda.

Maka barang siapa mengucapkan kata-kata kufur karena dipaksa, sedang hati (jiwanya) tetap beriman,
karena untuk memelihara diri dari kebinasaan, maka dia tidak menjadi kafir. Sebagaimana yang telah
dilakukan oleh 'Ammar bin Yasir yang dipaksa oleh Quraisy untuk menjadi kafir, sedang hatinya tetap
beriman. Allah berfirman:
َ َ َ ْ َ ْ ‫ٰ ْ َّ ْ َ َ ْ ه‬ ْ ‫ه‬
ََ َ ٰ َ َ َ َ ْ ْ ْ َ َّ َ ْ ْ ٰ َ ََ
ّۤ‫اب ّۤ َم ْن‬
ّۤ ٌ ‫اّللّۤ َول هى ّْۤم ّۤعؼ‬
ِّۤ ّۤ ‫ن‬ ّۤ ٌ ‫ؽ ّۤصػ ًرا ّۤـػل ْي ِى ّْۤم ّۤؽض‬
ّۤ ‫ب ّۤ ِم‬ ّۤ ‫ن ّۤش َه‬
ِّۤ ‫ح ّۤ ِةالكف‬ ّۤ ‫ن ّۤم‬ ّۤ ِ ‫ن ّۤاك ِؽ َّۤه ّۤ َوكل هتهّۤ ّۤ همع َمخِٕنٌۢ ّۤ ِةال ِا ْيم‬
ّۤ ‫ان ّۤ َول ِك‬ ّۤ ْ ‫ػ ّۤ ِا ْيم ِانهّۤ ّۤ ِالا ّۤ َم‬
ِّۤ ‫ن ّۤ َةػ‬
ٌۢ ‫ّلل ّۤ ِم‬
ِّۤ ‫ؽ ّۤ ِةا‬
ّۤ ‫كف‬
َ
ّۤ‫غ ِظ ْي ٌم‬

Barang siapa kafir kepada Allah setelah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang
dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), tetapi orang yang
melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan mereka akan mendapat
azab yang besar. (an-Na¥l/16: 106);Sebagaimana telah terjadi pada seorang sahabat yang terdesak ketika
menjawab pertanyaan Musailamah, “Apakah engkau mengakui bahwa aku ini rasul Allah? Jawabnya,
“Ya”. Karena itu sahabat tadi dibiarkan dan tidak dibunuh. Kemudian seorang sahabat lainnya sewaktu
ditanya dengan pertanyaan yang sama, ia menjawab, “Saya ini tuli” (tiga kali), maka sahabat tersebut
ditangkap dan dibunuh. Setelah berita ini sampai kepada Rasulullah saw beliau bersabda: “Orang yang
telah dibunuh itu kembali kepada Allah dengan keyakinan dan kejujurannya, adapun yang lainnya, maka
dia telah mempergunakan kelonggaran yang diberikan Allah, sebab itu tidak ada tuntutan atasnya”.

19
Kelonggaran itu disebabkan keadaan darurat yang dihadapi, dan bukan menyangkut pokok-pokok agama
yang harus selalu ditaati. Dalam hal ini diwajibkan bagi Muslim hijrah dari tempat ia tidak dapat
menjalankan perintah agama dan terpaksa di tempat itu melakukan “taqiyyah”. Adalah termasuk tanda
kesempurnaan iman bila seseorang tidak merasa takut kepada cercaan di dalam menjalankan agama Allah.
Allah berfirman:

َ ْ ‫ْ ه ْه‬ ‫َ ه‬ ‫َ َ َ َ ه ه‬
ّۤ‫نّۤكجخ ّْۤمّۤمؤ ِم ِن ْحن‬ ّۤ ِ ‫ـلاّۤتخاـ ْيو ّْۤمّۤ َوخاـ ْي‬
ّۤ ‫نّۤ ِا‬

…..karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu orang-orang
beriman… (²li ‘ Imr±n/3: 175);Allah berfirman:

َ ْ َّ َ ْ َ َ َ
ّۤ‫اسّۤ َواعش ْي ِن‬
ّۤ َ ‫ـلاّۤتخش هياّۤالج‬

... Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. …. (al-M±′idah/5:
44).;Termasuk dalam “taqiyah”, berlaku baik, lemah lembut kepada orang kafir, orang zalim, orang fasik,
dan memberi harta kepada mereka untuk menolak gangguan mereka. Hal ini bukan persahabatan akrab
yang dilarang, melainkan cara itu sesuai dengan tuntunan peraturan:

ٌ َ َ َ َ ‫َ ه‬ ْ ْ َ
‫نّۤ ِغ ْؽض ّۤهّۤـ هى َّۤيّۤصػك ّۤثّۤ(رواهّۤالعبداني‬
ّۤ ‫) َماّۤ َوقىّۤ ِة ِّۤهّۤال همؤ ِم ه‬

“Suatu tindakan yang dapat memelihara kehormatan seorang mukmin, adalah termasuk sedekah”.
(Riwayat a¯-°abr±n³).;Dalam hadis lain dari Aisyah r.a.:
‫ه‬ َ َ َ َ ْ َ َ َّ ََ َّ َ َ َ ٌ ‫ْ ََْ َ َ ه‬ ‫َ َه‬ َ ْ ‫َ َ ْ َ َ َّ َ ْ َ ْ ه‬ َّ َ
ّۤ‫اّلل‬ ّۤ ‫ال ّۤ َر هس ْي‬
ِ ّۤ ‫ل‬ ّۤ ‫اّلل ّۤصلى ّۤاّلل هّۤعل ْح ِّۤه ّۤ َو َسل َّۤم ّۤ َوانا ّۤ ِغنػ هّۤه ّۤـل‬
ِّۤ ّۤ ‫ل‬ ّۤ ِ ‫ل ّۤعلى ّۤ َر هس ْي‬ ّۤ ‫ن ّۤرج‬ ّۤ ‫ن ّۤالػ ِش ْح َد ِّۤة ّۤا ّْۤو ّۤاعي ّۤ ِاسخأذ‬ ّۤ ‫س ّۤاة‬ّۤ ‫صلى ّۤاّلل ّۤهّۤعلح ِّۤه ّۤوسل ّۤم ّّۤۤ ِةخ‬
َ
ْ َ َ َ ‫ه‬ َّ ‫َ ْ َ ْ ه ه ه‬ َّ َ ْ َّ ‫ْ َ ْ َ هَّ َ َ ه َ َ َ َ ه ْ َ ْ َ َ َ َ َ َ َ ه‬
‫اءّۤـط ِش ِّۤهّۤ(رواهّۤالبغاري‬ ّۤ ‫اسّۤ ِاحل‬ ّۤ ‫نّۤيتدك ّۤهّۤالج‬ ّۤ ‫اسّۤم‬
ّۤ ِ ‫نّۤش ِ ّۤهّۤالج‬ ّۤ ‫نّۤ ِم‬
ّۤ ‫الّۤياّۤع ِائش ّۤثّۤ ِا‬
ّۤ ‫لّۤـل‬
ّۤ ‫نّۤل ّۤهّۤاللي‬
ّۤ ‫فَلا‬ ّۤ ّۤ‫نّۤل ّۤه‬ ّۤ ‫)الػ ِشحد ِّۤةّّۤۤذ ّۤمّۤأ ِذ‬

Seseorang datang meminta izin menemui Rasulullah dan ketika itu aku berada di sampingnya. Lalu
Rasulullah berkata, “(Dia adalah) seburuk-buruk warga kaum ini”. Kemudian Rasulullah mengizinkannya
untuk menghadap, lalu beliau berbicara dengan orang tersebut dengan ramah- tamah dan lemah-lembut.
Rasulullah berkata, “Hai, 'Aisyah sesungguhnya di antara orang yang paling buruk adalah orang yang
ditinggalkan oleh orang lain karena takut kepada kejahatannya.” (Riwayat al-Bukh±r³);Terhadap mereka
yang melanggar larangan Allah di atas, Allah memperingatkan mereka dengan siksaan yang langsung dari
sisi-Nya dan tidak ada seorang pun yang dapat menghalanginya. Akhirnya kepada Allah tempat kembali
segala makhluk. Semua akan mendapatkan balasan sesuai dengan amal perbuatannya.
َ ‫ه‬
َ َ ‫َ ٰه َ ٰ ه‬
ٌّۤ ‫لّۤش ْيءّّۤۤك ِػ ْي‬
ّۤ ّۤ‫ؽّۤٽ‬ ّۤ ِ ‫اّللّۤعلىّۤع‬
ّۤ ‫ضّۤو‬
َْ
ّۤ ِ ‫تّۤ َو َماّۤ ِفىّۤالا ْر‬
ّۤ ِ ‫الس ٰم ٰي‬ ‫نّۤ هتْخ هف ْياّۤ َماّۤف ّْۤيّۤ هص هػ ْورك ّْۤمّۤا ّْۤوّۤ هح ْت هػ ْو هّۤهّۤ َي ْػ َل ْم هّۤهّۤ ٰ ه‬
َّ ّۤ‫اّللّۤ َو َي ْػ َل هّۤمّۤ َماّۤفى‬
ّۤ ّۤ
ْ ْ ‫ه‬
‫لّۤ ِا‬
ّۤ ‫ك‬
ِ ِ ِ

29. (29) Allah mengetahui segala apa yang terkandung di dalam hati seorang Muslim ketika ia
mengadakan hubungan yang akrab dengan orang kafir. Apakah karena mereka suka kepada orang kafir itu,
atau itu dilakukan karena maksud untuk menyelamatkan diri. Kalau seorang Muslim berbuat demikian
karena memang cenderung kepada kekufuran, tentu Allah akan menyiksa mereka. Sedang kalau mereka
melakukan itu untuk memelihara diri dan hati mereka tetap dalam iman, Allah akan mengampuni mereka
dan tidak akan mengazab mereka atas pekerjaan yang tidak merusakkan agama dan umat. Allah memberi
balasan kepada mereka menurut ilmu-Nya sendiri yang meliputi semua isi langit dan bumi.

20
Pada akhir ayat ini Allah mengatakan bahwa: “Allah Mahakuasa atas segala sesuatu”. Sebab itu,
janganlah kamu kaum Muslimin berani mendurhakai-Nya dan janganlah mengadakan kerja sama dengan
musuh-musuh-Nya. Semua bentuk maksiat, baik yang tersembunyi maupun yang tampak senantiasa
diketahui Allah dan Dia berkuasa memberi pembalasan atasnya.

ٰ ْ َ ‫ْ َ ً َ َ َ َ ْ ْ ه ْ َ َ َ ْ ََّ َ ْ َ َ َ َ ْ َ َ َ ً َ ْ ً َ ه َ ه ه ه ٰ ه‬ َ ْ ْ َ َ َّ ْ َ ‫َ ْ َ َ ه ه‬
ّۤ‫اّلل ّۤنف َسهّۤ ّۤ َو ه‬
ّۤ‫اّلل‬ ّۤ ّۤ ‫ن ّۤةحنىا ّۤوةحنه ّۤامػاٌۢ ّۤة ِػيػا ّۤويح ِؼرك ّۤم‬
ّۤ ‫ن ّۤس ۤيءّۤ ّۤ ّۤحيدّۤ ّّۤۤل ّۤي ّۤا‬ ّۤ ‫ن ّۤخ ْحدّۤ ّۤمحظها ّۤوما ّۤغ ِمل‬
ّۤ ‫ج ّۤ ِم‬ ّۤ ‫ج ّۤ ِم‬
ّۤ ‫ػ ّۤعلّۤ ّۤنفسّۤ ّۤما ّۤغ ِمل‬
ّۤ ‫يي ّۤم ّۤ ِتج‬
ْ ٌ
ِّۤ ‫فّۤ ِةال ِػ َت‬
ّۤ ّۤ‫ادّّۤࣖۤپ‬ ٌۢ ‫َر هء ْو‬

30. (30) Selanjutnya pada ayat ini Allah memperingatkan hari yang pasti datangnya, tiap manusia akan
menyaksikan sendiri segala perbuatannya selama masa hidupnya. Orang yang mendapatkan pahala amal
kebajikannya, merasa senang dan gembira atas pahala yang diterimanya. Orang akan menyaksikan pula
kejahatan-kejahatannya, dan menginginkan kejahatan itu dijauhkan daripadanya. Kemudian Allah
mengulangi lagi ancaman-Nya dengan memperingatkan manusia terhadap siksa-Nya, yakni hendaklah
manusia takut akan kemurkaan Allah, dengan cara mengerjakan kebajikan, menolak tipu muslihat setan dan
bertobat kepada-Nya. Kemudian ayat ini ditutup dengan pernyataan bahwa Allah Maha Penyayang kepada
hamba-hamba-Nya.

Al-¦asan al-Ba¡r³ berkata, “Di antara kasih sayang Allah ialah Dia memperingatkan manusia akan
kekuasaan Diri-Nya, memperkenalkan kepada mereka kesempurnaan ilmu dan kodrat-Nya, sebab barang
siapa telah mengetahui hal itu dengan sempurna, maka ia pasti merasa terpanggil untuk mencari keridaan-
Nya dan menjauhi kemurkaan-Nya. Di antara belas kasihan Allah ialah: Allah menjadikan fitrah manusia
cenderung kepada kebajikan serta senantiasa membenci hal-hal yang mengarah kepada kejahatan,
sehingga pengaruh kejahatan dalam jiwa dapat dilenyapkan dengan tobat dan amal saleh.

‫ه ْ ْ ه ْ ه ْ ه ْ َ ٰ َ َ َّ ه ْ ه ْ ْ ه ه ٰ ه َ َ ْ ْ َ ه ْ ه ه ْ َ ه ْ َ ٰ ه َ ه‬
ّۤ ّۤ‫اّللّۤؽف ْي ٌّۤرَّّۤر ِض ْي ٌّۤمّۤٿ‬
ّۤ ‫ؽّۤلك ّۤمّۤذنيةك ّۤمّّۤۤو‬ ّۤ ّۤ‫اّللّۤـاح ِتػ ِين ّْۤيّۤيح ِبتك ّۤم‬
ّۤ ‫اّللّۤويؾ ِف‬ ّۤ ّۤ‫ن‬
ّۤ ‫تحتي‬
ِ ّۤ‫نّۤكجخ ّۤم‬
ّۤ ‫لّۤ ِا‬
ّۤ ‫ك‬

31. (31) Dalam ayat ini Allah memerintahkan Nabi untuk mengatakan kepada orang Yahudi, jika mereka
benar menaati Allah maka hendaklah mereka mengakui kerasulan Nabi Muhammad, yaitu dengan
melaksanakan segala yang terkandung dalam wahyu yang diturunkan Allah kepadanya. Jika mereka telah
berbuat demikian niscaya Allah meridai mereka dan memaafkan segala kesalahan-kesalahan yang telah
mereka lakukan serta mengampuni dosa-dosa mereka. Mengikuti Rasul dengan sungguh-sungguh baik
dalam itikad maupun amal saleh akan menghilangkan dampak maksiat dan kekejian jiwa mereka serta
menghapuskan kezaliman yang mereka lakukan sebelumnya.

Ayat ini memberikan keterangan yang kuat untuk mematahkan pengakuan orang-orang yang mengaku
mencintai Allah pada setiap saat, sedang amal perbuatannya berlawanan dengan ucapan-ucapan itu.
Bagaimana mungkin dapat berkumpul pada diri seseorang cinta kepada Allah dan pada saat yang sama
membelakangi perintah-Nya. Siapa yang mencintai Allah, tapi tidak mengikuti jalan dan petunjuk
Rasulullah, maka pengakuan cinta itu adalah palsu dan dusta. Rasulullah bersabda:

َّ َ َ َ ََ َ ًَْ َ َ َ َ ْ َ
‫سّۤعل ْح ِّۤهّۤا ْم هؽنػاّۤـ هى َّۤيّۤ هر ّۤدّۤ(رواهّۤالبغاري‬
ّۤ ‫لاّۤلح‬
ّۤ ‫لّۤغم‬
ّۤ ‫نّۤغ ِم‬
ّۤ ‫)م‬

“Siapa melakukan perbuatan tidak berdasarkan perintah kami maka perbuatan itu ditolak”. (Riwayat al-
Bukh±r³).;Barang siapa mencintai Allah dengan penuh ketaatan, serta mendekatkan diri kepada-Nya

21
dengan mengikuti perintah Nabi-Nya, serta membersihkan dirinya dengan amal saleh, maka Allah
mengampuni dosa-dosanya.
ٰ ْ ‫ٰ َ َ َّ ه ْ َ َ ْ َ ََّ ْ َ َّ ٰ َ َ ه‬ ‫ه ْ َ ه‬
ّۤ َ ‫يحبّّۤۤالك ِف ِؽ ْي‬
ّۤ ّۤ‫نّۤڀ‬ ِ ّۤ‫اّللّۤلا‬
ّۤ ّۤ‫ن‬
ّۤ ‫نّۤحيلياّۤـ ِا‬
ّۤ ‫لّّۤۤـ ِا‬ ّۤ ّۤ‫لّۤا ِظ ْيػيا‬
ّۤ ‫اّللّۤوالؽسي‬ ّۤ ‫ك‬

32. (32) Diriwayatkan bahwa ketika Nabi Muhammad saw, menyampaikan ayat 31 di atas, Abdullah bin
Ubay berkata, “Muhammad telah menyamakan taat kepadanya dengan taat kepada Allah, dan dia
menyuruh kita mencintainya seperti orang-orang Nasrani mencintai Isa.” Maka Allah menurunkan ayat 32
ini.

Maksud ayat ini ialah, “Katakanlah kepada mereka wahai Muhammad. Taatilah Allah dengan mengikuti
segala perintah-perintah-Nya dan jauhilah segala larangan-Nya. Taatilah Rasulullah dengan mengikuti
sunahnya, dan jadikanlah petunjuk-petunjuknya sebagai (pedoman) dalam hidup. Ayat ini memberi
pengertian pula bahwa Allah swt mewajibkan kepada kita mengikuti Nabi Muhammad saw, karena dia
adalah Rasul Allah.

Jika orang-orang kafir itu berpaling tidak mau menerima seruan rasul karena pengakuan mereka bahwa
mereka itu anak-anak Allah dan kekasih-Nya, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir,
yakni orang-orang yang telah dibelokkan oleh hawa nafsunya dari ayat-ayat Allah. Karena itu Allah tidak
meridai mereka bahkan menjauhkan mereka dari kenikmatan surga-Nya dan akan memurkai mereka pada
hari kiamat.

َ َ ٰ ْ َ َ َ ٰ ْ َ ٰ َ َ ْ ٰ ْ َ ٰ َّ ً ْ ‫َّ ٰ َ ْ َ ٰ ٰ َ َ َ ه‬
ّۤ ‫نّۤعلىّۤالػل ِم ْح‬
ّۤ ّۤ‫نّۤځ‬ ّۤ ‫لّۤ ِغمؽ‬
ّۤ ‫لّۤ ِاةؽ ِوي ّۤمّۤوا‬
ّۤ ‫اّللّۤاصعػىّّۤۤاد ّۤمّۤونيحاّۤوا‬
ّۤ ّۤ‫ن‬
ّۤ ‫۞ّۤ ِا‬

33. (33) Allah telah memilih Adam dan keluarga Ibrahim, serta keluarga Imran, dan menjadikan mereka
manusia pilihan di masanya masing-masing, serta diberikan kepada mereka nubuwwah dan ris±lah. )

Adam adalah rasul pertama sebagai bapak semua manusia yang telah dipilih Allah sebagai Nabi.

ٰ َ َ َ َ َ َ َ ‫هَّ ْ َ ٰ ه‬
‫ابّۤعل ْح ِّۤهّۤ َووػى‬
ّۤ ‫ىهّۤرةّۤهّّۤۤـخ‬
ّۤ ‫ذ ّۤمّۤاستت‬

Kemudian Tuhannya memilih dia, maka Dia menerima tobatnya dan memberinya petunjuk. (°±h±/20:
122);Dari keturunan Adam, lahirlah para nabi dan rasul. Rasul kedua adalah Nuh, sebagai bapak manusia
yang kedua meskipun ada pendapat yang mengatakan bahwa Nuh adalah rasul pertama. Di masanya telah
terjadi banjir yang besar yang membinasakan sebagian besar umat manusia. Allah telah menyelamatkan
dia dan sebagian keluarganya dari bencana yang dahsyat itu dalam satu bahtera. Keturunannya banyak
yang menjadi nabi dan rasul. Kemudian keturunan beliau ini tersebar ke beberapa negeri.

Kemudian datanglah Ibrahim sebagai nabi dan rasul. Sesudah Ibrahim datanglah berturut-turut beberapa
orang nabi dan rasul yang berasal dari keturunannya, seperti Ismail, Ishak, Yakub dan Asb±¯ (anak cucu
Bani Israil). Di antara keturunan Nabi Ibrahim yang terkemuka adalah: Keluarga Ismail, dan keluarga
Imran, yaitu Isa dan Ibunya, Maryam binti Imran keturunan Yakub.

Kemudian kenabian itu ditutup dengan seorang putra dari keturunan Nabi Ismail yaitu Muhammad saw.

َ ٰ ْ ْ َ ‫ه َّ ً َ ْ ه‬
ّۤ ّۤ‫اّللّۤ َس ِم ْي ٌّۤعّۤع ِل ْي ٌّۤمّۤڂ‬
ّۤ‫نّۤ َةػضّّۤۤ َو ه‬
ٌۢ ‫ذ ِري ّۤثٌّّۤۢۤةػضىاّۤ ِم‬

22
34. (34) Kedua keluarga - keluarga Ibrahim dan keluarga Imran adalah satu keturunan yang bercabang-
cabang menjadi beberapa keturun-an ). Keturunan Ibrahim ialah “Ismail dan Ishak.” Ibrahim sendiri
adalah turunan Nabi Nuh, dan Nabi Nuh berasal dari Nabi Adam. Keluarga Imran yaitu Musa, Harun, 'Isa
dan ibunya adalah cucu-cucu Nabi Ibrahim.

َْ َ ْ َ َ َّ ْ ْ ََ َ َ ‫ه‬ ْ َ َ ‫ْ ََ ْ ه‬ َ ‫َ ه‬ َ َ ْ
ّۤ ّۤ‫الس ِم ْي هّۤعّۤالػ ِل ْي هّۤمّۤڃ‬
َّ ّۤ‫ج‬
ّۤ ‫كّۤان‬ ّۤ ‫كّۤ َماّۤ ِف ّْۤيّۤ َةع ِج ّْۤيّۤمحَّؽ ًراّۤـخلَّت‬
ّۤ ‫لّۤ ِم ِج ّۤيّّۤۤ ِان‬ ّۤ ‫تّۤل‬ ّۤ ِ ‫نّۤ َر‬
ّۤ ‫بّۤ ِ ِان ّۤيّۤنؼر‬ ّۤ ‫جّۤ ْام َؽا‬
ّۤ ‫تّۤ ِغ ْم ٰؽ‬ ّۤ ِ ‫ِا ّۤذّۤكال‬

35. (35) Pada ayat yang lalu diterangkan bahwa antara dua keluarga besar itu yakni keluarga Ibrahim dan
keluarga Imran yang satu sama lain jalin-menjalin, maka pada ayat ini diterangkan mengenai kisah salah
seorang keturunan mereka yang terkemuka, yakni istri Imran yang sedang hamil. Ia menazarkan anak yang
masih dalam kandungannya untuk dijadikan pelayan yang selalu berkhidmat dan beribadah di
Baitulmakdis. Dia tidak akan membebani sesuatu pada anaknya nanti, karena anak itu semata-mata telah
diikhlaskan untuk mengabdi di sana.

Pada akhir ayat 34 telah dijelaskan bahwa Allah mendengar apa yang diucapkan oleh istri Imran,
mengetahui niat yang suci, dan mendengar pujiannya kepada Allah ketika ia bermunajat. Hal-hal inilah
yang menyebabkan doanya terkabul, dan harapannya terpenuhi sebagai karunia dan kebaikan dari Allah.

Di dalam beberapa ayat ini dua kali disebut nama Imran. Yang pertama dalam ayat 33, yaitu Imran ayah
Nabi Musa a.s.; sedang yang kedua adalah pada ayat 35, yaitu Imran ayah Maryam. Rentang waktu antara
kedua orang itu sangat panjang. Ayat ini menunjukkan bahwa ibu boleh menazarkan anaknya, dan boleh
mengambil manfaat dengan anaknya itu untuk dirinya sendiri. Pada ayat ini terdapat pula pelajaran, yaitu
hendaknya kita berdoa kepada Allah agar anak kita menjadi orang yang rajin beribadah dan berguna bagi
agamanya, seperti doa Nabi Zakaria yang dikisahkan dalam Al-Qur′an.

Setelah istri Imran melahirkan, dan ternyata yang lahir itu anak perempuan padahal yang diharapkan anak
laki-laki, tampaklah diwajahnya kesedihan dan putuslah harapannya untuk melaksanakan nazarnya, dia
berkata, “Ya Tuhanku, aku melahirkan anak perempuan.” Seolah-olah dia memohon ampun kepada Tuhan,
bahwa anak perempuan itu tidak patut memenuhi nazarnya yaitu berkhidmat di Baitulmakdis. Tetapi Allah
lebih mengetahui martabat bayi perempuan yang dilahirkan itu, bahkan dia jauh lebih baik dari bayi laki-
laki yang dimohonkannya.

َ َ ‫ه ه‬ ‫ْه‬ ٰ ْ ‫َ َ ْ ه َ ه ْ ٰ َ ٰ ه َ ْ َ ه َ َ َ َ ْ َ َ ْ َ َّ َ ه َ ْ ه‬ ْ َ َ ْ َ َ َّ َ َ
ّۤ ‫ؽ ّۤعغلانثى ّۤ ّۤ َواِ ِن ّْۤي ّۤ َسَّمحخ َىا ّۤ َم ْؽ َي َّۤم ّۤ َواِ ِن ّْۤي ّۤا ِغ ْيؼوا ّۤ ِة‬
ّۤ‫ك‬ ّۤ ‫س ّۤالذك‬
ّۤ ‫ج ّۤولح‬
ّۤ ‫اّلل ّۤاعل ّۤم ّۤ ِةما ّۤوضػ‬ ّۤ ‫ـلما ّۤ َوضػخ َىا ّۤكال‬
ّۤ ِ ‫ج ّۤ َر‬
ّۤ ‫ب ّۤ ِ ِان ّْۤي ّۤوضػخىا ّۤانثىّۤ ّۤو‬

ٰ َّ َ َ َ َّ ‫َ ه‬
ّۤ ّۤ‫الؽ ِس ْي ِّۤمّۤڄ‬ ّۤ ِ ‫نّۤالش ْيع‬
َّ ّۤ‫ن‬ ّۤ ‫وذ ِريخىاّۤ ِم‬

36. (36) Ayat ini menegaskan kemuliaan putri yang dilahirkan, dan menolak persangkaan bahwa bayi
perempuan yang dilahirkan lebih rendah martabatnya daripada bayi laki-laki seperti yang diharapkan oleh
istri Imran.

Setelah istri Imran menyadari kenyataan anaknya itu perempuan, dan meyakini adanya hikmah dan rahasia
di balik kenyataan ini, maka dia menyatakan bahwa bayi itu akan diberi nama Maryam. Dia tidak akan
menarik kembali apa yang telah dinazarkan untuk menyerahkan anaknya berkhidmat di Baitulmakdis,
walaupun bayi itu perempuan dan menurut anggapannya tidak pantas untuk menjaga Baitulmakdis, namun
dia akan menjadi seorang abdi Tuhan yang khusyuk. Istri Imran memohon agar Allah menjaga dan

23
melindungi bayinya dari godaan setan yang mungkin menjauhkannya dari kebajikan. Mengenai hal ini,
Rasulullah saw bersabda sebagai berikut:

َ َّ ‫َ َ ْ ه ه ه‬ ‫ه َّ َ ه‬ َٰ ‫ه‬
‫لاّۤ َم ْؽ َي َّۤمّۤ َو ْاةن َىاّۤ(رواهّۤالبغاريّۤومسلمّۤغنّۤأبيّۤوؽخؽة‬
ّۤ ‫انّۤ َي ْي َّۤمّۤ َولدح ّۤهّۤام ّۤهّۤ ِا‬
ّۤ ‫)علّّۤۤ َة ِج ّْۤيّۤاد َّۤمّۤ َي َمس ّۤهّۤالش ْيع‬

“Tiap-tiap anak cucu Adam yang dilahirkan dijamah oleh setan pada waktu kelahirannya kecuali Maryam
dan putranya”. (Riwayat al-Bukh±r³ dan Muslim dari Abµ Hurairah).

َٰ َ َ ًْ َ َ ْ َ َ َ َ ْ ْ َ َ َ َ َ َ َ َ َّ‫َ َ ََّ َ َ َ َ َ ه ْ َ َ َّ َ ْ َ َ َ َ َ ً َ َ ً َّ ََّ َ َ َ َ َّ ه‬


ّۤ‫ال ّۤ ٰي َم ْؽ َي هّۤم ّۤانى‬
ّۤ ‫ػ ّۤ ِغنػوا ّۤ ِرزكا ّۤ ّۤك‬ ّۤ ‫ل ّۤعل ْي َىا ّۤزك ِؽَّّۤيا ّۤال ِمط َؽ‬
ّۤ ‫اب ّۤوج‬ ّۤ ‫ـخلتلىا ّۤرةىا ّۤ ِةلتيلّۤ ّۤضسنّۤ ّۤوانٌۢبخىا ّۤنباحا ّۤضسناّۤ ّۤوكفلىا ّۤزك ِؽياّۤ ّۤعلما ّۤدخ‬
َ َ َّ ْ َ ‫ٰ َّ ٰ َ َ ْ ه ه‬ ْ ْ َ ‫َ ٰ َ َ َ ْ ه‬
ّۤ ّۤ‫نّۤيشا هّۤۤءّۤ ِةؾ ْح ِّۤدّۤ ِض َسابّّۤۤڅ‬ّۤ ‫قّۤم‬
ّۤ ‫اّللّۤيؽز‬
ّۤ ّۤ‫ن‬
ّۤ ‫اّللّّۤۤ ِا‬
ِّۤ ّۤ‫ػ‬
ِّۤ ‫نّۤ ِغن‬
ّۤ ‫جّۤو ّۤيّۤ ِم‬
ّۤ ‫كّۤوؼاّّۤۤكال‬
ّۤ ِ ‫ل‬

37. (37) Allah menerima Maryam sebagai nazar disebabkan permohonan ibunya. Allah meridainya untuk
menjadi orang yang semata-mata beribadah dan barkhidmat di Baitulmakdis walaupun Maryam masih kecil
dan hanya seorang perempuan. Padahal orang yang dikhususkan untuk berkhidmat di Baitulmakdis
biasanya laki-laki yang akil balig dan sanggup melaksanakan pengkhidmatan. Allah juga memelihara dan
mendidiknya serta mem-besarkannya dengan sebaik-baiknya.

Pendidikan yang diberikan Allah kepada Maryam, meliputi pendidikan rohani dan jasmani. Maka dia
menjadi orang yang berbadan sehat dan kuat serta berbudi baik, bersih rohani dan jasmaninya. Allah telah
pula menjadikan Nabi Zakaria sebagai pengasuh dan pelindungnya.

Diriwayatkan bahwa ibunya menjemput dan membawanya ke masjid, lalu meletakkannya di depan rahib-
rahib yang ada di sana. Dia berkata, “Ambillah olehmu anak yang kunazarkan ini”. Maka mereka saling
memperebutkan bayi itu, karena dia adalah putri dari pemimpin mereka. Masing-masing ingin menjadi
pengasuhnya. Nabi Zakaria kemudian berkata, “Aku lebih berhak mengasuhnya, karena bibinya adalah
istriku”. Tetapi mereka menolak kecuali jika ditentukan dengan undian. Maka pergilah mereka ke sungai
Yordan, melepaskan anak panah mereka masing-masing ke sungai, dengan maksud siapa yang anak
panahnya dapat bertahan terhadap arus air sungai dan dapat cepat naik, maka dialah yang berhak
mengasuh bayi Maryam. Ternyata kemudian anak panah Nabi Zakarialah yang dapat bertahan dan timbul
meluncur di permukaan air, sedang anak panah yang lainnya hanyut tenggelam dibawa arus. Maka dalam
undian itu, Nabi Zakaria yang menang dan Maryam segera diserahkan kepadanya untuk dipelihara dan
dididik di bawah asuhan bibinya sendiri.

Manakala Maryam sudah mulai dewasa, dia telah mulai beribadah di mihrab. Tiap kali Nabi Zakaria
masuk ke dalam mihrab, ia dapati di sana makanan dan bermacam buah-buahan yang tidak ada pada
waktu itu karena belum datang musimnya. Zakaria pernah menanyakan kepada Maryam tentang buah-
buahan itu dari mana dia peroleh padahal saat itu musim kemarau. Maka Maryam menjawab, “Makanan
itu dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa
perhitungan.”

Kisah tersebut dikemukakan untuk meneguhkan kenabian Muhammad saw, dan mengalihkan pikiran Ahli
Kitab yang membatasi karunia kenabian pada keturunan Bani Israil saja. Juga untuk mengoreksi pendapat
orang musyrik Arab yang menolak kenabian Muhammad saw. karena menganggap dia hanya manusia
seperti mereka.

Allah telah menjadikan Adam sebagai orang pilihan dan khalifah di atas bumi, serta menjadikan Nuh
sebagai orang pilihan dan bapak yang kedua dari umat manusia dan kemudian memilih Ibrahim serta
keluarganya untuk menjadi manusia pilihan dan pembimbing manusia. Orang Arab dan para Ahli Kitab
mengetahui hal itu, tetapi orang musyrik Arab menyombongkan diri sebagai keturunan Ismail dan pemeluk
24
agama Ibrahim, dan Ahli Kitab menyombongkan diri atas terpilihnya keluarga Imran dari keturunan Bani
Israil cucu Nabi Ibrahim. Banyak orang Arab maupun ahli Kitab mengetahui bahwa Allah telah memilih
mereka semata-mata hanyalah atas kehendak-Nya, sebagai karunia dan kemurahan-Nya. Maka apakah
yang menghalangi Allah untuk menjadikan Muhammad orang pilihan di atas bumi ini, sebagaimana Allah
memilih mereka juga? Allah memilih siapa pun yang Dia kehendaki di antara makhluk-Nya. Allah telah
memilih Muhammad saw serta menjadikannya sebagai pemimpin bagi umat manusia dan mengeluarkan
mereka dari kegelapan syirik, dan kebodohan, kepada cahaya kebenaran dan keimanan. Tidak seorang pun
dari keluarga Ibrahim dan Imran lebih besar pengaruhnya daripada Muhammad saw.

َ َ َّ ً َ ً ‫َ ْ ْ ْ َّ ه ْ َ ه‬ َ َ َ َ َ َ َ َ ‫ه‬
ّۤ ّۤ‫كّۤ َس ِم ْي هّۤعّۤالدعا ِّۤۤءّۤچ‬
ّۤ ‫كّۤذ ِرَّي ّۤثّۤظ ِح َت ّۤثّّۤۤ ِان‬
ّۤ ‫نّۤلدن‬
ّۤ ‫ب ِّۤل ّۤيّۤ ِم‬
ّۤ ‫بّۤو‬ ّۤ ‫كّۤدعاّۤزك ِؽَّياّۤ َرَّةهّّّۤۤۤك‬
ّۤ ِ ‫الّۤ َر‬ ّۤ ‫ونا ِل‬

38. (38) Pada ayat yang lalu telah diceritakan perihal keluarga Imran, maka pada ayat ini dipaparkan
cerita seputar keluarga Zakaria, di antara keduanya terjalin hubungan yang sangat erat, dalam rangka
mengemukakan keutamaan keluarga Imran. Tatkala Zakaria melihat kemuliaan dan martabat yang begitu
tinggi pada Maryam di hadapan Allah, timbullah keinginannya untuk mempunyai seorang anak serupa
dengan Maryam dalam kecerdasan dan kemuliaannya di sisi Allah.

Walaupun Zakaria mengetahui bahwa istrinya adalah seorang perempuan yang mandul dan sudah tua,
namun dia tetap mengharapkan anugerah dari Allah. Di dalam mihrab tempat Maryam beribadah, Zakaria
memanjatkan doa kepada Allah, semoga Dia berkenan menganugerahkan kepadanya seorang keturunan
yang saleh, dan taat mengabdi kepada Allah. Doa yang timbul dari lubuk hati yang tulus dan penuh
kepercayaan kepada kasih sayang Allah yang Maha Mendengar dan memperkenankan segala doa, maka
segera doanya dikabulkan Allah.

َ ٰ َ ًّ َ َّ ً ْ ‫ََّ ٰ َ ه َ ه َ َ ْ ٰ ه َ ً َ َ َ ٰ َ َ ً َّ َ ه‬ ْ ْ َ َ ‫َ َ َ ْ ه ْ ٰۤ َ ه ه‬
ّۤ ‫نّۤالص ِل ِط ْح‬
ّۤ ّۤ‫نّۤڇ‬ ّۤ ‫اّللّۤوس ِيػاّۤوضصيراّۤون ِبياّۤ ِم‬
ِّۤ ّۤ‫ن‬
ّۤ ‫كّۤ ِةيطحىّۤمص ِػكاٌّۢۤ ِةك ِلمثّّۤۤ ِم‬
ّۤ ‫اّللّۤيب ِضه‬
ّۤ ّۤ‫ن‬
ّۤ ‫ابّۤا‬ ّْۤ ‫ـنادح ّۤهّۤال َملىِٕك ّۤثّۤ َوو َّۤيّۤكاۤى ٌِّٕۤمّۤيص ِل‬
ّۤ ِ ‫يّۤ ِفىّۤال ِمط َؽ‬

39. (39) Ketika Zakaria masih berdiri di mihrab, dan baru selesai berdoa, datanglah kepadanya Malaikat
Jibril memberitahukan bahwa Allah akan menganugerahkan kepadanya seorang anak laki-laki bernama
Yahya.

Yahya kelak yang akan membenarkan nabi yang diciptakan oleh Allah, yang lahir tidak seperti bayi-bayi
yang lain, dengan melalui ibu dan bapak, yaitu Nabi Isa. Yahya adalah seorang nabi yang memimpin
kaumnya ke arah kemuliaan dan kebahagiaan. Nabi yang menjauhkan dirinya dari nafsu dan syahwat,
karena semata-mata mengabdi kepada Allah. Dia adalah seorang nabi yang lahir dari keturunan yang
mulia yakni nabi-nabi ¡alaw±tull±hi ‘ alaihim.

Diriwayatkan bahwa Nabi Yahya sewaktu masih kanak-kanak, pernah berjalan melewati anak-anak yang
sedang bermain. Mereka mengajaknya bermain. Beliau berkata, “Aku diciptakan bukan untuk bermain-
main”.

ََ ‫َ َ َ ٰ َ ٰه ْ َ ه‬ َ َ َ ْ َ َ ْ َ َّ ٌ ٰ ‫َ ٰ َ ه ْ ه ْ ه‬ َ َ
ّۤ ّۤ‫لّۤ َماّۤيشا هّۤۤءّۤڈ‬
ّۤ ‫اّللّۤ َيفػ‬
ّۤ ّۤ‫ك‬
ّۤ ‫الّۤكؼ ِل‬ ٌّۤ ‫ػّۤ َةلؾ ِج َّۤيّۤال ِكب هّۤدّۤ َو ْام َؽ ِات ّْۤيّۤع ِاك‬
ّۤ ‫ؽّّۤۤك‬ ّۤ ‫ن ِّۤل ّۤيّۤغل ّۤمّۤوك‬ ّۤ ِ ‫الّۤ َر‬
ّۤ ‫بّۤانىّۤيكي‬ ّۤ ‫ك‬

40. (40) Setelah Zakaria yakin akan kebenaran kabar gembira itu, mulailah dia merasa heran terhadap
kemungkinan kelahiran anak dari dirinya yang sudah tua. Meluncurlah kata-kata dari lidahnya, “Ya Tuhan,
bagaimana mungkin aku akan mendapat anak laki-laki, sedang umurku sudah tua dan istrikupun mandul”.

25
Allah berfirman dan firman-Nya disampaikan oleh malaikat, “Demikianlah Allah melaksanakan apa-apa
yang Dia kehendaki. Apabila Allah menghendaki sesuatu, Allah mengadakan sebabnya atau Dia
menjadikannya dengan tidak melalui sebab-sebab yang biasa. Tidak ada suatupun terjadi tanpa kehendak-
Nya. Segala perkara terletak pada kekuasaan-Nya. Tidak patut pertanyaan tentang bagaimana caranya
Allah menjadikannya, karena pikiran manusia tidak akan dapat mengetahuinya.
َّ
َ ْ ْ َ َ ْ ْ َ َّ ً ْ َ َ ََّّ ْ ‫ْ َ ْ ْ ٰ َ ً َ َ ٰ َ ه َ َ ه َ َ َّ َ َ ٰ َ َ ََّ َّ َ ْ ً َ ْ ه‬ َ َ
ّۤ ّۤ‫غرّّۤࣖۤډ‬
ِّۤ ‫صّۤ ِةالػ ِش ّۤيّۤوال ِاةك‬
ّۤ ‫كّۤك ِرحداّۤوس ِت‬
ّۤ ‫ؽّۤرة‬
ّۤ ‫اسّۤذلر ّۤثّۤايامّّۤۤ ِالاّۤرمؾاّّۤۤواذك‬
ّۤ ‫كّۤالاّۤحك ِل ّۤمّۤالج‬
ّۤ ‫الّۤايخ‬
ّۤ ‫ل ِّۤل ّۤيّۤاي ّۤثّّۤۤك‬ ّۤ ِ ‫الّۤ َر‬
ّۤ ‫بّۤاسػ‬ ّۤ ‫ك‬
ِ

41. (41) Setelah Zakaria mendengar jawaban itu dari Malaikat Jibril maka dia berkata, “Tuhanku berilah
aku suatu tanda bahwa istriku akan hamil”.

Menurut al-Hasan al-Basri, Nabi Zakaria bertanya demikian adalah untuk segera memperoleh kegembiraan
hatinya atau untuk menyambut nikmat dengan syukur, tanpa menunggu sampai anak itu lahir.

Kemudian Allah menjelaskan bahwa tanda istrinya sudah mengandung adalah dia sendiri tidak berbicara
dengan orang lain selama tiga hari, kecuali dengan mempergunakan isyarat tangan, kepala dan lain-
lainnya, dan beliau berzikir dan bertasbih kepada Allah. Allah menyuruh Zakaria tidak berbicara selama
tiga hari, agar seluruh waktunya digunakan untuk zikir dan bertasbih kepada-Nya, sebagai pernyataan
syukur yang hakiki.

Menurut al-Qur¯ub³, sebagian mufasir mengatakan bahwa tiga hari Zakaria menjadi bisu itu adalah
sebagai hukuman Allah terhadapnya, karena dia meminta pertanda kepada malaikat sehabis percakapan
mereka.

Di akhir ayat ini Allah memerintahkan kepada Zakaria agar tetap ingat kepada Allah dan berzikir
sebanyak-banyaknya pada waktu pagi dan petang hari, sebagai tanda syukur kepada-Nya.

َ َ ْٰ ٰ َ ٰ َ ْ َ ٰ َ ْ َ ٰ َّ ‫ْ َ ٰۤ َ ه ٰ َ ْ َ ه‬ َ َ ْ
ّۤ ‫ىكّۤعلىّۤ ِن َسا ِّۤۤءّۤالػل ِم ْح‬
ّۤ ّۤ‫نّۤڊ‬ ّۤ ِ ‫ىكّۤ َوظَّى َؽ‬
ّۤ ِ ‫كّۤ َواصعف‬ ّۤ ِ ‫اّللّۤاصعف‬
ّۤ ّۤ‫ن‬ ّۤ ِ ‫َواِ ّۤذّۤكال‬
ّۤ ‫جّۤالملىِٕك ّۤثّۤيمؽي ّۤمّۤ ِا‬

42. (42) Ayat ini kembali menceritakan keluarga Imran, sesudah ayat yang lalu menceritakan hal ihwal
keluarga Zakaria yang juga termasuk keluarga Imran. Dalam ayat ini Allah mengingatkan Nabi
Muhammad saw, tentang peristiwa yang dialami oleh Maryam ketika dia didatangi oleh Malaikat Jibril
(Maryam/19: 19-21). Pembicaraan Jibril dan Maryam di sini bukanlah seperti pembicaraan Jibril dengan
nabi-nabi, yang merupakan penyampaian wahyu Allah kepada mereka melainkan sebagai pembicaraan
malaikat dengan wali-wali Allah, yang berupa ilham.

Ungkapan rasa syukur Maryam kepada Allah dengan ibadah dan ketaatannya yang tidak putus-putusnya,
menambah terpeliharanya kemuliaan dan kesempurnaan diri pribadinya, serta menambah jauhnya dari
segala sifat yang tidak baik. Karena itu wajar bila Maryam memperoleh ilham dari Allah melalui Jibril
sebagai penghormatan atas dirinya.

Jibril menandaskan bahwa Allah telah memilih Maryam untuk berkhidmat di Baitulmakdis, dan
membersihkan dia dari keaiban lahir dan batin, serta menentukannya untuk melahirkan seorang nabi
meskipun dia tidak pernah dijamah oleh seorang lelaki. Allah mengistimewakan Maryam atas semua
perempuan di masanya. Sabda Rasul saw:

26
َ
َ ‫ْ َ َ ْ َ َْ ٌَ َ ْ َ ه َ ٰ َ ه ْ َ ه ْ َ ْ َ َ َ ْ َ ه ْ ه ه َ ْ ْ َ َ َ ه ْ ه ه‬ َ
ّۤ‫ج ّۤمحَّمػّۤ ّۤ(رواه ّۤالبغاري ّۤومسلم ّۤغن ّۤوشام ّۤةن‬
ّۤ ‫اظم ّۤث ّۤ ِةج‬
ِ ‫ـ‬ ‫و‬ّۤ ّۤ
‫د‬ ‫ل‬
ِ ‫ي‬ ‫ي‬‫ع‬ ّۤ ّۤ
‫ج‬ ‫ج‬‫ة‬ِ ّۤ ّۤ
‫ث‬ ‫ج‬ ‫ي‬ ّۤ
‫ػ‬ ِ ‫خ‬ ‫و‬ّۤ ّۤ
‫ن‬ ‫ي‬‫غ‬ ‫ؽ‬ ‫ـ‬
ِ ‫ّۤمؽي ّۤم ّۤوا ِسي ّۤث ّۤامؽ‬:‫ن ّۤارة ّۤع‬
ّۤ ّۤ
‫ة‬ ‫أ‬ ِّۤ ‫خ ْح هّۤد ّۤ ِن َس‬
ّۤ ‫اء ّۤالػال ِمح‬

‫)حاكم‬

Perempuan terbaik di dunia ini adalah empat orang: Maryam binti Imran, Asiyah istri Fir‘ aun, Khadijah
binti Khuwailid dan Fatimah binti Muhammad. (Riwayat al-Bukh±r³ dan Muslim dari Hisy±m bin ¦±kim)

َ َ ‫َ ْ ه‬ ‫ْ ه‬
ّۤ ‫الؽ ِك ِػ ْح‬
ّۤ ّۤ‫نّۤڋ‬ ٰ ّۤ‫يّۤ َم َّۤع‬ ّۤ ْ ‫اسش ِػ‬
ّْۤ ‫يّۤ َو ْارك ِع‬ ّۤ ِ ‫ٰي َم ْؽ َي هّۤمّۤاكن ِت ّْۤيّۤ ِل َؽ ِة‬
‫كّۤو‬

43. (43) Allah mewajibkan kepada Maryam untuk taat kepada-Nya sebagai tanda syukur atas nikmat yang
dianugerahkan-Nya kepadanya, dengan firman-Nya yang artinya, “Taatilah hai Maryam Tuhanmu,
bersujudlah, dan rukuklah bersama orang-orang yang ruku”'. Yang dimaksud dengan “sujud” di sini
adalah sujud seperti sujud dalam salat dan dimaksudkan dengan “ruku” ialah salat itu sendiri. Ayat ini
memerintahkan kepada Maryam agar melakukan salat berjamaah bersama-sama orang lain.

Salat menurut pengertian orang Yahudi waktu itu ialah: doa atau bersujud. Sujud dengan meletakkan dahi
ke tanah atau ke lantai itu salat mereka, semua ibadah yang dilakukan Maryam bertempat di mihrab.
َ ‫ه‬ ‫ْه ه‬ َ َْ َ ْ ‫ٰ َ ْ َْ َ ْ َ ْ ه ْ ْ َْ َ َ َ ه ْ َ َ َ ْ ْ ْ ه ْ ه‬
َ َْ َ ْ ْ َ َ ْ ‫َ ه‬
ّۤ ‫جّۤلدي ِه ّْۤمّۤ ِا ّۤذّۤيخخ ِص هم ْي‬
ّۤ ّۤ‫نّۤڌ‬ ّۤ ‫لّۤ َم ْؽ َي َّۤمّۤ َو َماّۤكج‬
ّۤ ‫نّۤاكل َام هى ّْۤمّۤايه ّْۤمّۤ َيكف‬ّۤ ‫جّۤلدي ِه ّۤمّۤ ِا ّۤذّۤيللي‬
ّۤ ‫كّۤوماّۤكج‬ ّۤ ِ ‫نّۤانٌۢبا ِّۤۤءّۤالؾح‬
ّۤ ‫بّۤني ِضي ِّۤهّۤ ِالح‬ ّۤ ‫كّۤ ِم‬
ّۤ ‫ذ ِل‬

44. (44) Ayat ini ditutup dengan mengarahkan pembicaraan kepada Nabi Muhammad bahwa cerita itu
termasuk cerita yang belum diketahuinya, sedang hal itu sesuai dengan isi Kitab Taurat.

Allah menyatakan dalam ayat ini bahwa apa yang telah dikisahkan, yaitu kisah Maryam dan Zakaria
adalah kisah-kisah yang tidak pernah disaksikan oleh Nabi Muhammad saw, atau keluarganya, dan tidak
pula Muhammad pernah membacanya dalam suatu kitab, serta tidak pula diajarkan oleh seorang guru.
Itulah wahyu, yang diturunkan Allah kepadanya dengan perantara Rµ¥ul-Am³n, untuk menjadi bukti atas
kebenaran kenabiannya, dan untuk mematahkan hujjah (argumentasi) orang yang mengingkarinya.

Kemudian Allah menyatakan pula bahwa Nabi Muhammad, belum ada dan tentu saja tidak menyaksikan
mereka ketika mengadakan undian di antara Zakaria dengan mereka, untuk menetapkan siapa yang akan
mengasuh Maryam.

Nabi Muhammad saw tidak hadir dalam perselisihan mereka untuk mengasuh Maryam. Mereka terpaksa
mengadakan undian untuk menyelesai-kan perselisihan itu. Mereka yang berselisih adalah orang-orang
terkemuka yakni para pendeta mereka. Perselisihan itu semata-mata didorong oleh keinginan yang besar
untuk mengasuh dan memelihara Maryam. Boleh jadi keinginan ini disebabkan karena bapaknya yaitu
Imran adalah pemimpin mereka, sehingga mereka mengharapkan akan mendapatkan berkah dari tugas
mengasuh Maryam. Boleh jadi pula disebabkan mereka mengetahui dalam kitab-kitab agama, bahwasanya
kelak akan terjadi peristiwa besar bagi Maryam dan putranya. Atau mungkin disebabkan mereka
berpendapat bahwa mengasuh bayi perempuan itu adalah suatu kewajiban agama, karena bayi itu
dinazarkan untuk mengabdi di Baitulmakdis.

Ayat ini diletakkan sesudah menerangkan kisah Maryam tersebut, adalah untuk menjelaskan bahwa Nabi
Muhammad tidak pernah membaca cerita keluarga Imran (Bani Israil), karena beliau seorang umm³. Lagi
pula beliau tidak pernah mendengar dari seseorang sebab beliau juga hidup waktu itu di tengah-tengah
orang yang umm³.

27
Tidak ada jalan bagi Nabi, untuk mengetahui seluk beluk cerita ini kecuali dengan jalan menyaksikan
dengan mata kepala sendiri, atau dengan jalan wahyu. Menyaksikan dengan mata kepala sendiri adalah
suatu hal yang mustahil, karena peristiwa itu terjadi pada zaman sebelum lahirnya Nabi Muhammad saw.
Kalau demikian tentulah Nabi Muhammad mengetahuinya dengan jalan wahyu.

Para Ahli Kitab yang mengingkari Al-Qur′an mengatakan bahwa isi Al-Qur′an yang sesuai dengan isi Kitab
mereka itu adalah berasal dari kitab mereka, sedang yang bertentangan dengan isi kitab mereka itu mereka
katakan tidak benar. Isi Al-Qur′an yang tidak terdapat dalam Kitab mereka juga dianggap tidak benar.
Sikap demikian itu hanyalah karena sifat sombong dan sifat permusuhan mereka.

Kaum Muslimin meyakini bahwa segala yang diterangkan Al-Qur′an adalah benar. Karena cukup dalil-dalil
yang membuktikan bahwa Muhammad saw adalah seorang nabi. Ayat Al-Qur′an yang bertentangan dengan
kitab-kitab terdahulu dipandang sebagai koreksi terhadap kesalahan-kesalahan yang terdapat pada kitab-
kitab itu, karena sudah diubah-ubah atau tidak sesuai lagi dengan kemaslahatan umat.

َ َ ْ َ َ َ ْٰ َ َْ ‫ه‬ ْ ‫ه‬
ْ ّۤ‫كّۤة َكل َمثّّۤۤم ْن هّۤه‬ َ ‫ْ َ ٰۤ َ ه ٰ َ ْ َ ه َّ ٰ َ ه‬ َ َ ْ
ّۤ ‫نّۤال هملَّؽ ِة ْح‬
ّۤ ّۤ‫نّۤڍ‬ ّۤ ‫نّۤ َم ْؽ َي َّۤمّۤ َو ِس ْي ًىاّۤ ِفىّۤالدنياّۤوالا ِعؽ ِّۤةّۤو ِم‬
ّۤ ‫صّۤ ِغ ْي َس ّۤىّۤ ْاة ه‬
ّۤ ‫اس هم ّۤهّۤال َم ِس ْي‬ ِ ِ ِ ّۤ ِ ‫اّللّۤيب ِض هه‬
ّۤ ّۤ‫ن‬
ّۤ ‫جّۤالملىِٕك ّۤثّۤيمؽي ّۤمّۤ ِا‬
ّۤ ِ ‫ِا ّۤذّۤكال‬

45. (45) Di dalam ayat ini Allah mengingatkan Nabi Muhammad, terhadap cerita Maryam di kala Jibril
datang kepadanya, membawa kabar gembira kepadanya bahwa dia akan melahirkan seorang putra yang
saleh. Ketika Jibril menyampaikan kabar gembira itu Allah telah memilihnya, menyucikannya untuk tetap
beribadah kepada Allah dan selalu bersyukur kepada-Nya. Yang dimaksud dengan malaikat di sini ialah
Jibril, sebagaimana di dalam firman Allah:

َ َ َ َ َّ َ َ َ َ َ ْ ‫َ ً َ َ ْ َ ْ َ َ ْ َ ه‬ ‫َ َّ َ َ ْ ْ ه‬
‫ل ّۤل َىا ّۤبظ ًها ّۤ َس ِي ًّيا‬
ّۤ ‫ن ّۤد ْو ِن ِه ّْۤم ّۤ ِضشاةاّۤ ّۤـارسلناّۤ ّۤ ِاليىا ّۤروض ّۤنا ّۤـخمر‬
ّۤ ‫ت ّۤ ِم‬
ّۤ ‫ـاتخؼ‬ ;“… lalu Kami mengutus roh Kami (Jibril)
kepadanya, maka dia menampakkan diri di hadapannya dalam bentuk manusia yang sempurna.”
(Maryam/19: 17).;Isa disebut dengan “kalimat Allah”, sebagai pemberitahuan tentang proses
penciptaannya yang berlainan dengan kejadian manusia biasa. Isa a.s. dinamai al-Mas³¥, sedang Almasih
itu adalah gelar raja, karena kata Almasih dalam Taurat dan Injil berarti “yang disapu atau yang
diminyaki”. Menyapu dan meminyaki itu adalah suatu ketentuan dalam adat istiadat mereka bahwa siapa
yang telah disapu dengan minyak suci oleh kepala agama, maka dia sudah menjadi suci pula, cakap untuk
memegang kerajaan, memiliki ilmu pengetahuan dan kekuasaan, lagi mendapat berkah. Di sini Allah,
menunjukkan bahwa Isa, senantiasa mendapat berkah walaupun belum pernah disapu dengan minyak suci
itu.

Ada pula yang mengatakan bahwa nama Isa berasal dari kata Yunani “yasu”, artinya “yang diselamatkan
yang terpilih”. Para nabi dahulu telah menerangkan bahwa akan datang seorang al-Masih, dia seorang
raja yang akan mengembalikan kekuasaan Bani Israil yang telah hilang.

Maka ketika Isa lahir dan dinamai al-Masih, segolongan mereka beriman kepadanya. Orang-orang Yahudi
yang mengingkarinya berpendapat bahwa yang dijanjikan itu belum datang. Dia dinamakan Ibnu Maryam
(putra Maryam) untuk memberi pengertian bahwa Isa lahir tanpa ayah karena itulah ia dinisbatkan kepada
ibunya.

Isa a.s. mempunyai kedudukan yang terkemuka di dunia, karena dia mendapat tempat di hati orang-orang
mukmin serta dihormati. Perbaikan-perbaikan yang ditinggalkan Isa tetap membekas di kemudian hari.
Kebesarannya jauh lebih nyata daripada kebesaran para penguasa atau raja-raja sebab orang-orang
menghormati para penguasa dan raja itu adalah untuk menghindarkan diri dari penyiksaan mereka, karena
takut terhadap kezaliman mereka, atau untuk mengambil muka agar diberi kedudukan duniawi. Kebesaran

28
yang demikian ini adalah kemegahan semu belaka, tanpa ada bekasnya sedikit pun di dalam jiwa, bahkan
mungkin menimbulkan kebencian.

Selain dari itu, Isa mempunyai kebesaran di akhirat, yaitu kedudukan dan kemuliaan yang tinggi, karena
beliau senantiasa dekat kepada Allah.

َ ٰ َ َّ ً ْ َ َ ْ َ ْ َّ َ
ّۤ ‫نّۤالص ِل ِط ْح‬
ّۤ ّۤ‫نّۤڎ‬ ّۤ ‫ػّۤوكىلاّۤو ِم‬ ّۤ َ ‫َو هيك ِل هّۤمّۤالج‬
ِّۤ ‫اسّۤ ِفىّۤالمى‬

46. (46) Isa telah berbicara dengan manusia ketika masih kecil dalam ayunannya untuk menjelaskan
kebersihan ibunya dari tuduhan yang dilemparkan kepadanya, dan untuk menjadi bukti atas kenabiannya.
Isa juga berbicara dengan manusia ketika dia sudah dewasa yakni sesudah Allah mengangkatnya menjadi
rasul dan menurunkan wahyu kepadanya, untuk menyampaikan perintah dan larangan-larangan-Nya
kepada manusia.

Beliau tergolong ke dalam orang-orang yang saleh yang telah diberi nikmat oleh Allah yakni para nabi-
nabi, para sidiqin dan para syuhada'.

‫ٰ ه َ ْ ه ه َ َ َ ه َ َ ٰٓ َ ْ ً َ َّ َ َ ه ْ ه َ ه ْ َ ه ه‬ ٰ َ َ َ ٌ َ َ ْ ْ َ ْ َ ْ َ َّ ٌ َ َ ‫َٰ ه ه‬ ْ َ َ
ّۤ ‫نّۤـ َيك ْي‬
ّۤ ّۤ‫نّۤڏ‬ ّۤ ‫لّۤلهّّۤۤك‬
ّۤ ‫قّۤماّۤيشا ّۤۤءّۤ ِاذاّۤكضىّۤامؽاّۤـ ِانماّۤيلي‬
ّۤ ‫اّللّۤيخل‬
ّۤ ّۤ‫ك‬
ّۤ ِ ‫الّۤكؼ ِل‬
ّۤ ‫دّۤول ّۤمّۤيمسس ِج ّۤيّۤبظ ّۤهّّۤۤك‬ ّۤ ‫بّۤانىّۤ َيك ْي‬
ّۤ ‫ن ِّۤل ّْۤيّۤول‬ ّۤ ِ ‫جّۤ َر‬
ّۤ ‫كال‬

47. (47) Maryam mengarahkan kata-katanya kepada Allah yang telah mengutus Jibril, yaitu, “bagaimana
aku akan memperoleh seorang putra, padahal aku tidak bersuami. Apakah kejadian yang demikian itu
dengan perkawinan dahulu, ataukah dengan kodrat Allah semata-mata”. Mungkin maksud kata-kata
Maryam itu untuk menyatakan kekagumannya pada kekuasaan Allah dan memandang hal itu sebagai suatu
mukjizat yang besar. Allah menjelaskan bahwa kelahiran demikian akan terjadi bilamana Allah
menghendaki-Nya, Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Jika Allah berkehendak menetapkan
sesuatu maka hanya cukup berkata kepadanya “jadilah engkau”, lalu jadilah dia.

Allah menciptakan apa saja yang dikehendaki-Nya, termasuk menciptakan hal-hal yang ajaib, yang
menyimpang dari kebiasaan seperti menciptakan anak tanpa ayah. Bahkan Nabi Adam telah diciptakan-Nya
tanpa ayah dan ibu.

Ayat di atas memberikan inspirasi kepada manusia untuk belajar, menuntut ilmu dan meneliti, akan tetapi
hasil atau keluaran dari penelitian tidak selalu dapat diterapkan atau dipakai. Hal ini tergantung pada
pengkajian yang melandaskan pada asas manfaat bagi manusia dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai
dan hukum dalam agama Islam. Sepanjang tidak bertentangan dengan hukum Islam, maka hasil penelitian
dapat dipakai atau diterapkan dalam masyarakat. Ilmu genetika, misalnya, sebagaimana cabang ilmu
lainnya didorong oleh Islam untuk didalami. Namun apabila di dalam penelitiannya ada bagian yang
mengarah pada pelanggaran hukum Islam, penerapannya harus dipertimbangkan kembali.

Demikian halnya dengan ilmu genetika. Apabila arah suatu penelitian sudah masuk ke daerah yang
“rawan” tersebut, ada baiknya dilakukan evaluasi untuk mengambil keputusan untuk meneruskan atau
menghen-tikannya, atau membelokkan arah penelitian ke arah yang lebih mendorong terwujudnya
kesejahteraan bagi manusia.

Persepsi tentang cloning terdapat bermacam-macam pendapat. Cloning bukanlah penciptaan. Apabila
dilihat secara cermat, apa yang dilakukan dalam kegiatan cloning hanyalah menghancurkan inti sel dari
indung telur dan menggantikannya dengan inti sel dari individu donor. Inti sel dapat diambil sel somatic

29
(somatic cells), dan tidak harus dari sel reproduksi (reproductive cells). Proses ini akan menghasilkan
anakan yang identik dengan individu donor. Semuanya dilakukan pada jenis yang sama.

Apabila cloning dipandang sebagai gambaran dari kepercayaan Islam mengenai “dilahirkan kembali”,
maka hal itu tidak benar, karena dalam ayat di bawah ini jelas, bahwa “kelahiran kembali” manusia
dikendalikan oleh Allah swt. Allah berfirman:

“Dan Dialah yang memulai penciptaan kemudian mengulanginya kembali, dan itu lebih mudah bagi-Nya.
Dia memiliki sifat yang Mahatinggi di langit dan di bumi. Dan Dialah yang Mahaperkasa,
Mahabijaksana.” (ar-Rµm/30: 27).

Pandangan Islam tentang ilmu genetika, dapat dicontohkan dalam ayat di bawah:

“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) Kami di segenap penjuru dan pada
diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur'an adalah benar. Tidak cukupkah (bagi
kamu) bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?” (Fu¡¡ilat/41: 53)

Ayat tersebut menjadi inspirasi manusia untuk berusaha “membaca” gennya sendiri. Ini dalam rangka
usahanya untuk mengenali dirinya sendiri dan bersyukur kepada Allah swt. Dengan membaca pemetaan
genetika, kita akan mengetahui mengenai antara lain, ada atau tidaknya penyakit turunan. Dengan
demikian, ilmu ini akan memberikan kontribusi kepada kesehatan manusia dalam usahanya mencegah
timbulnya penyakit tertentu dan cara penanggulangannya.

Akan tetapi, apabila dalam perjalanan pengungkapan ilmu pengetahuan, kemudian bercabang kepada
sesuatu yang cenderung merugikan manusia, maka Islam akan menolaknya. Cloning manusia misalnya,
Islam dengan tegas menolaknya. Beberapa hal yang dapat dikemukakan mengenai alasan penolakan Islam
terhadap cloning manusia, antara lain:

1. Manusia diciptakan Allah dalam bentuknya yang paling sempurna, dan lebih tinggi dari mahluk lainnya.
Ayat di bawah ini mengatakan demikian:

“Dan sungguh, telah Kami muliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan
Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka atas banyak dari mahluk yang
Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.” (al-Isr±'/17: 70)

Dengan melakukan cloning pada dirinya sendiri, maka manusia sudah merendahkan dirinya sendiri di
depan mahluk ciptaan Allah lainnya. Semuanya kembali terserah kepada diri kita sendiri.

2. Cloning bertentangan dengan keanekaragaman ciptaan. Allah menciptakan alam semesta dengan dasar
keanekaragaman. Sedangkan cloning manusia didasarkan pada keseragaman dengan cara menduplikasi
semua karakter dari manusia yang menjadi donor. Keseragaman, misalnya dalam rupa dan fisik, akan
sangat mengganggu kegiatan hidup sehari-hari. Misal, dalam satu kelas, semua muridnya adalah hasil
cloning dari individu yang sama. Apabila salah satu murid melakukan kesalahan, sangat sulit bagi si guru
untuk menciri mana anak yang salah, karena rupa dan fisik semua murid persis sama.

3. Apabila cloning manusia diijinkan, bagaimana kita harus mengatur hubungan kekeluargaan dan
kekerabatan antara individu hasil cloning dengan individu donor. Apakah keduanya dapat disebutkan
sebagai adik-kakak, atau anak-ayah, atau mereka berdua adalah dirinya sendiri? Situasi ini akan sangat
membingungkan semua orang. Bahkan mungkin saja situasi ini akan menghancurkan tatanan sosial yang
sudah ada saat ini.

4. Cloning bertentangan dengan pola hukum alam yang menyatakan bahwa setiap ciptaan terdiri atas
pasangan-pasangan sebagaimana diuraikan pada Surah a©-ª±riy±t/51 ayat 49 (“Dan segala sesuatu Kami
ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengerti.”). Cloning mengingkari ayat ini, karena bayi tidak

30
dihasilkan dari pertemuan sperma dan indung telur. Yang diperlukan dalam cloning hanyalah satu orang
(apakah laki-laki atau perempuan saja) sebagai donor.

5. Hubungan emosional antara orang tua dan anak tidak akan terjadi. Sedangkan hubungan ini sangat
penting dalam membentuk karakter si anak.

Dari sedikit daftar di atas, dapat dilihat bahwa terlalu banyak hukum alam yang akan dilanggar apabila
cloning manusia diijinkan. Masih banyak ilmu pengetahuan lain yang perlu diungkapkan guna mendukung
kesejahteraan perikehidupan manusia.

Demikianlah penggambaran kodrat Allah serta kepastian kehendak-Nya. Gambaran tentang kecepatan
terwujudnya apa yang dikehendaki oleh Allah tanpa batas waktu dan tanpa ada faktor penyebab,
diterangkan Allah dalam firman-Nya:

َ ْ َ َ ٌ َ َ َّ َ ْ َ َ َ
ّۤ‫احػ ّۤةّۤعل ْمصٌّّۤۢۤ ِةال َتط ِه‬ ‫ه‬
ِ ‫وماّۤامؽناّۤ ِالاّۤو‬

Dan perintah Kami hanyalah (dengan) satu perkataan seperti kejapan mata.

(al-Qamar/54: 50);Apa yang diperintahkan pasti segera terjadi. Perintah seperti itu dinamai perintah
takw³n. Orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Allah, tidak membenarkan Isa dilahirkan dengan tidak
berayah, karena pikiran mereka hanya terbatas kepada kejadian-kejadian yang biasa saja. Mereka tidak
menyadari bagaimana terjadinya alam semesta ini, sedang mereka pun tidak mempunyai suatu dalil ‘ aql³
yang memustahilkan kejadian seorang anak tanpa ayah. Setiap hari kita menyaksikan kejadian-kejadian
yang luar biasa yang disangka tidak mungkin terjadi. Ada di antaranya yang mempunyai sebab yang sudah
diketahui, lalu dinamai penemuan baru. Ada pula yang tidak diketahui sebab-sebabnya lalu dinamai
penyimpangan alam dari hukumnya.

Orang mukmin berkeyakinan bahwa sesuatu yang terjadi tidak menurut sebab yang biasa, membuktikan
kekuasaan Allah dan bahwa sebab-sebab bagi terjadinya sesuatu tidak selamanya harus sesuai dengan
pertimbangan akal. Generasi sekarang telah melihat dan menyaksikan adanya kejadian-kejadian yang aneh
dan luar biasa. Hal seperti itu jika dilihat oleh orang-orang dahulu, tentulah mereka akan menganggapnya
sebagai suatu perbuatan sihir, atau perbuatan jin. Mereka itu tidak berusaha mencari alasan dalam
mengingkari sesuatu kejadian yang ia sendiri belum mengetahui sebab-sebabnya.

Para filosof dan ilmuwan zaman sekarang menetapkan bahwa mungkin terjadi suatu binatang lahir dari
sesuatu yang bukan binatang. Maka kalau demikian halnya, jika ada seekor binatang lahir dari seekor
binatang lain yang berbeda macamnya, adalah sangat mungkin dan masuk akal.
َ ْ ْ َ ٰ ْ َّ َ َ ْ ْ َ َ ٰ ْ ‫َ ه َ ه‬
ّۤ ‫ىثّۤ َوال ِا ِنج ْي‬
ّۤ ّۤ‫لّۤڐ‬ ّۤ ‫الحك َم ّۤثّۤوالخير‬ ّۤ ‫ويػ ِل هم ّۤهّۤال ِكت‬
ِ ‫بّۤو‬

48. (48) Dalam ayat ini diterangkan bahwa Allah yang mengajar Isa pengetahuan menulis dan ilmu yang
benar menggerakkan kemauan seseorang untuk mengerjakan amal-amal yang bermanfaat, serta Allah
memberi kepadanya kemampuan untuk memahami Taurat dan segala rahasia hukum-hukumnya. Almasih
mengetahui segala rahasia hukum, kemudian menjelaskan kepada kaumnya. Juga Allah mengajarkan
kepada Isa a.s., Injil yang Dia wahyukan kepadanya.

31
َ ‫ه َ َ ْ هه‬
ٰ ْ َ ‫ْ َ َ ْ َٔ َّ ْ َ َ ْ ه ه ْ َ َ ه ْ ه‬ َ ‫ق ّۤل هك ّْۤم ّۤم‬ ْ ‫ػ ّۤس ْخ هخ هك ّْۤم ّۤة ٰا َيثّۤ ّۤم‬ ْ َ ْ َ َ ْ َ ْ ْ َ ٰ ًْ ‫َ َ ه‬
ّۤ‫اّلل‬ ّۤ ِ ‫ن ّۤظ ْح ًداٌۢ ّۤ ِة ِاذ‬
ِّۤ ّۤ ‫ن‬ ّۤ ‫ظ ّۤ ِـح ِّۤه ّۤـيكي‬
ّۤ ‫ن ّۤكىيػ ِّۤث ّۤالعح ِّۤد ّۤـانف‬
ِّۤ ‫العح‬
ِ ّۤ ّۤ
‫ن‬ ِ ّۤ ‫ل‬ ‫خ‬ ‫ا‬ّۤ ّۤ
‫ي‬ ْ ‫ن‬ ‫ا‬
ِ ّۤ ْ ‫ن َّّۤرةك‬
ّۤ
‫م‬ ِ ّۤ ِ ِ ِ ‫ل ّۤەّۤ ّۤ ِان ّۤي ّۤك‬
ّۤ ّۤ ‫ورسيلا ّۤ ِالى ّۤة ِج ّۤي ّۤ ِاسها ِۤءي‬
ْ
َ ْ ‫ٰ َ ه َ ه ه ْ َ َ ه ه ْ َ َ َ ََّ ه ْ َ ْ ه ه ْ ه ْ َّ ْ ٰ َ َ ٰ َ ً َّ ه ْ ْ ه ْ ه‬ ْ ٰ ْ ْ ‫ه‬ َ َ ْ َ ْ َ ْ ‫َ هْ ه‬
ّۤ ‫ن ّۤكجخ ّْۤم ّۤمؤ ِم ِن ْح‬
ّۤ‫ن‬ ّۤ ‫ك ّۤلاي ّۤث ّۤلك ّۤم ّۤ ِا‬
ّۤ ‫ن ّۤ ِف ّۤي ّۤذ ِل‬
ّۤ ‫نّۤ ِف ّۤي ّۤةيي ِحك ّۤمّۤ ِا‬
ّۤ ‫ن ّۤوما ّۤحػ ِعؽو‬
ّۤ ‫اّللّۤوان ِبئك ّۤم ّۤ ِةما ّۤحأعلي‬ ّۤ ِ ‫ص ّۤ َواح ّۤي ّۤال َم ْيتىّۤ ِة ِاذ‬
ِّۤ ّۤ ‫ن‬ ّۤ ‫ئ ّۤالاك َم ّۤه ّۤ َوالا ْة َؽ‬
ّۤ ‫ّۤواة ِؽ‬
ِ

ّۤ ّۤ‫ڑ‬

49. (49) Allah menjadikan Isa sebagai seorang rasul kepada Bani Israil. Allah mengutus Isa kepada Bani
Israil agar mengatakan kepada mereka bahwa kedatangannya membawa beberapa tanda yang besar yakni
“mukjizat” kepada mereka sebagai penguat risalahnya. Mukjizat-mukjizat itu di antaranya:

Pertama: Nabi Isa dapat membuat dari tanah sesuatu yang berbentuk burung dan setelah ditiupnya lalu
menjadi burung yang hidup seperti burung biasa, dengan izin Allah. Sebenarnya Allah-lah yang
menciptakan hidup dalam tubuh burung itu, dengan kekuasaan-Nya ketika Isa meniupnya, untuk menjadikan
mukjizat bagi kenabiannya.

Diriwayatkan, bahwa ketika Isa a.s. menyatakan dirinya seorang nabi dan menampakkan mukjizatnya, Bani
Israil meminta kepadanya untuk membuat kelelawar. Maka ia mengambil tanah, lalu membentuknya
sebagai seekor kelelawar dan ditiupnya. Maka terbanglah kelelawar itu di angkasa. Kelelawar itu terbang
selama orang itu masih dapat melihatnya, dan ketika sudah tidak tampak lagi oleh mata mereka, kelelawar
itu jatuh ke bumi dan mati. Hal ini sangat berbeda dengan kejadian makhluk-makhluk Allah lainnya. Sudah
menjadi sunatullah bahwa mukjizat-mukjizat yang diberikan kepada nabi-nabi-Nya pada waktu umatnya
meminta dan menjadikan iman mereka tergantung kepada mukjizat itu. Maka jika kaum Isa, meminta yang
demikian kepadanya, Allah pun memberikannya.

Kedua: Isa a.s. dapat mengobati penyakit buta dan sopak, padahal kedua penyakit itu adalah penyakit yang
sukar diobati oleh para tabib di masa itu meskipun ketabiban pada masa Isa sudah maju.

Telah menjadi sunatullah pula, bahwa mukjizat para nabi berupa sesuatu yang sangat terkenal pada
zamannya. Umpamanya kepada Musa, diberikan tongkat yang dapat menjadi ular dan menelan semua ular-
ular ahli sihir. Orang Mesir pada waktu itu terkenal sekali keahlian mereka dalam ilmu sihir.

Kepada Isa a.s., Allah memberi mukjizat dari jenis ketabiban yang melebihi kesanggupan para tabib zaman
itu, padahal mereka sudah mempunyai keahlian yang tinggi. Demikian pula kepada Nabi Muhammad saw,
diberi mukjizat yaitu Al-Qur′an, karena yang dibangga-banggakan mereka pada masa itu ialah
kesusasteraan.

Ketiga: Beliau dapat menghidupkan orang mati, atas izin Allah. Banyak riwayat menerangkan bahwa Isa
menghidupkan orang yang telah mati. Di antaranya menghidupkan seorang anak perempuan sebelum
dikubur dan menghidupkan Ya'azir sebelum busuk tubuhnya. Tetapi tidak ada riwayat yang menerangkan
bahwa ia menghidupkan mayat yang sudah menjadi tulang belulang.

Keempat: Isa a.s. dapat mengabarkan apa yang dimakan dan apa yang disimpan orang di rumahnya.

Perbedaan antara perkabaran gaib yang disampaikan oleh Isa a.s. dengan perkabaran ahli nujum dan
dukun-dukun yang kadang-kadang tepat kadang-kadang tidak, ialah tukang nujum dan dukun-dukun itu
mengungkapkan sesuatu dengan jalan memperhatikan sebab-sebab yang memungkinkannya mengetahui
sesuatu itu. Tidak demikian perkabaran yang disampaikan oleh Nabi Isa serta oleh para nabi dan para
rasul. Mereka ini tidak mencari atau berusaha mencari sebab-sebab dan tidak pula melakukan tipu daya,
melainkan semata-mata pemberitahuan yang disampaikan Allah swt kepada mereka.

32
Demikianlah mukjizat-mukjizat Nabi Isa yang disaksikan oleh Bani Israil. Sesungguhnya pada mukjizat-
mukjizat itu terdapat petunjuk-petunjuk bagi mereka untuk membenarkan kerasulan dan kenabian Isa.
Terdapat pula pada mukjizat-mukjizat itu pelajaran untuk dipikirkan dan ditarik kesimpulannya, yaitu
bahwa Isa a.s. berkata benar terhadap mereka. Mereka pun mengetahui apa yang diserukan Isa itu adalah
benar perintah dari Allah swt. Jika mereka membenarkan ayat-ayat Allah, mengakui ke Esaan-Nya dan
percaya kepada Nabi Musa dan Taurat yang dibawanya, tentulah mereka beriman pula kepada Nabi Isa a.s.

‫َٰ َ ه‬ ‫ه َ َّ ه‬ ٰ ‫ْه ه‬ ‫ََ ه‬ ‫َ ه َ ً َ َ ْ َ َ َ َّ َ َّ ْ ٰ َ ه َّ َ ه ْ َ ْ َ َّ ْ ه‬


ّۤ ِ ‫اّللّۤ َوا ِظ ْيػ ْي‬
ّۤ ّۤ‫نّۤڒ‬ ّۤ ْ ‫يّۤض ِؽ َّۤمّۤعل ْحك ّْۤمّۤ َو ِسخخك ّْۤمّۤ ِةا َيثّّۤۤ ِم‬
ّۤ ّۤ‫نَّّۤر ِةك ّْۤمّۤـاحليا‬ ّۤ ‫ضّۤال ِذ‬
ّۤ ‫لّۤلك ّۤمّۤةػ‬
ّۤ ‫ىثّۤو ِلا ِح‬
ِّۤ ‫نّۤالخير‬
ّۤ ‫يّۤ ِم‬
ّۤ ‫نّۤيػ‬
ّۤ ‫ومص ِػكاّۤ ِل ّۤماّۤةح‬

50. (50) Nabi Isa datang kepada Bani Israil untuk membenarkan Kitab Taurat yang ada pada mereka,
mengakui dan menguatkannya. Bukan mengganti atau menyalahkan hukum-hukumnya, kecuali
meringankan beberapa hukum untuk penganutnya, yang sebelumnya dirasakan sebagai suatu beban yang
amat berat bagi mereka. Karena itu Isa a.s. berkata, “Aku menghalalkan bagimu sebagian yang telah
diharamkan atasmu”, yakni sebagian makanan yang pernah diharamkan atas mereka yang disebabkan oleh
kezaliman dan banyaknya permintaan mereka. Lalu oleh Isa, dihalalkan kembali sebagaimana diterangkan
Allah dalam Al-Qur′an.
َ ٰ َ َ َ ْ َّ ‫ه‬ َ ََ َ َ ‫َ ه ْ َ َّ ْ َ َ ه‬
‫اّللّۤك ِر ْح ًدّۤا‬ ّۤ ْ ‫جّۤل هى ّْۤمّۤ َو ِةص ِػ ِو ّْۤمّۤغ‬
ّۤ ِ ‫نّۤ َس ِب ْي‬
ِّۤ ّۤ‫ل‬ ّۤ ‫ذّۤواد ْواّۤضَّؽ ْمجاّۤعل ْي ِى ّْۤمّۤظ ِح ٰتجّّۤۤا ِحل‬
ّۤ ‫نّۤال ِذد‬
ّۤ ‫ـ ِتظلمّّۤۤ ِم‬

Karena kezaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan bagi mereka makanan yang baik-baik yang
(dahulu) pernah dihalalkan; dan karena mereka sering menghalangi (orang lain) dari jalan Allah. (an-
Nis±′/4:160).;Di antara makanan yang dihalalkan kembali itu ialah: ikan, daging unta, lemak, juga
dihalalkan kembali bekerja pada hari Sabat. Nabi Isa juga menjelaskan persoalan-persoalan yang menjadi
perselisihan mereka, seperti diterangkan dalam Al-Qur′an.

َ ‫َ ه َ َ َ ه ْ َ ْ َ َّ ْ َ ْ َ ه‬
ّۤ‫نّۤ ِـ ْح ِه‬
ّۤ ‫يّۤتخخ ِلف ْي‬
ّۤ ‫ضّۤال ِذ‬
ّۤ ‫نّۤلك ّۤمّۤةػ‬
ّۤ ‫و ِلاة ِح‬

… Dan untuk menjelaskan kepadamu sebagian dari apa yang kamu perselisihkan, maka bertakwalah
kepada Allah dan taatlah kepadaku. (az-Zukhruf/43: 63).;Kemudian Nabi Isa mengulangi keterangan ayat
lalu, katanya, “Aku datang kepadamu dengan membawa mukjizat-mukjizat dari Tuhan kamu”. Mukjizat itu
menjadi saksi atas kebenaran risalah yang dibawanya seperti yang telah disebutkan, yaitu menciptakan
burung, menyembuhkan penyakit buta sejak kecil dan penyakit kusta, menghidupkan orang mati, serta
memberitahukan hal-hal yang tersembunyi dan lain-lain sebagainya. Karena dia datang membawa mukjizat
yang jelas, ayat-ayat yang terang, maka dia pun berseru kepada kaumnya agar takut kepada Allah tidak
menentang-Nya, serta menaati segala apa yang diajarkan kepada mereka.

َ ٌ َ ٰ ‫َّ ٰ َ َ ْ َ َ ه َ ْ ه‬
ّۤ ‫ك ّْۤمّۤـاغ هتػ ْو هّۤهّۤوؼاّۤ ِص َه‬
ّۤ ّۤ‫اطّۤم ْسخ ِل ْي ٌّۤمّۤړ‬ ّۤ ‫اّللّۤر ِب ّۤيّۤورة‬
ّۤ ّۤ‫ن‬
ّۤ ‫ِا‬

51. (51) Pada ayat ini dijelaskan ucapan Nabi Isa kepada kaumnya, bahwa Allah swt adalah Tuhan mereka
bersama-sama yang harus disembah, dengan pernyataan keesaan Allah dan pengakuan bahwasanya Allah
itu adalah Tuhan alam semesta, karena itu sembahlah Dia.

Inilah di antara perintah Nabi Isa kepada kaumnya, agar mereka mempunyai kepercayaan yang benar yaitu
tauhid, selalu menunaikan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya lahir dan batin. Itulah
jalan yang lurus dan lapang yang digariskan oleh para rasul, yaitu jalan yang menuju kepada kebahagiaan
dunia dan akhirat”.

33
َ ََّ ْ َ ْ َ ٰ َّ َ ٰ ٰ ‫ْ َ ٰ َ َ ْ َ َ ْ َ َ ْ ه َ ْ َ ه‬ َ َْ ْ َ َ َ َ ْ ‫ْ ه ه ْ ه‬ َ َ َّ َ َ
ّۤ ‫ػّۤ ِةاناّۤ هّۤم ْس ِل هم ْي‬
ّۤ ّۤ‫نّۤڔ‬ ِّۤ ‫اّللّّۤۤامجاّۤ ِة‬
ّۤ ‫اّللّّۤۤواشى‬ ِّۤ ّۤ‫ار‬
ّۤ ‫نّۤانص‬
ّۤ ‫نّۤنح‬
ّۤ ‫الّۤالحي ِاريي‬
ّۤ ‫اّللّّۤۤك‬
ِّۤ ّۤ‫يّۤ ِالى‬
ّۤ ‫نّۤانص ِار‬
ّۤ ‫الّۤم‬ ّۤ ‫سّۤ ِغ ْي ٰس ّۤىّۤ ِمنى ّۤمّۤالكف‬
ّۤ ‫ؽّۤك‬ ّۤ َّ‫۞ّۤـلماّۤاض‬

52. (52) Pada ayat ini dan ayat berikutnya diterangkan hubungan Nabi Isa, dengan kaumnya, dan apa yang
telah dijalaninya dari mereka; baik berupa hambatan-hambatan, tantangan, kekerasan, serta rencana-
rencana untuk membunuhnya. Selain itu Allah juga menerangkan pertolongan-pertolongan yang telah
diberikan kepada golongan orang yang mengakui keesaan Allah, serta ancaman-ancaman-Nya yang
disampaikan kepada orang-orang kafir, dan siksaan yang menimpa mereka di dunia dan di akhirat.

Tatkala Isa a.s. meyakini bahwa kaumnya Bani Israil tetap dalam kekafiran dan menemui penolakan yang
keras dari mereka, bahkan bermaksud menyakitinya, bertanyalah dia “Siapakah penolong-penolongku
kepada Allah?” Isa benar-benar menemui tantangan yang keras dari orang Yahudi, mereka
mengerumuninya dan memperolok-oloknya. Mereka berkata, “Apakah yang telah dimakan oleh si anu tadi
malam, apa yang disimpannya di rumahnya untuk besok pagi?” Walaupun Isa a.s. dapat menjawabnya,
namun mereka tetap memperolok-oloknya.

Pada cerita ini terdapat pelajaran bagi Nabi Muhammad saw, dan sekaligus menjadi penghibur baginya.
Di sini terbukti bahwa walaupun banyak dikemukakan mukjizat-mukjizat para nabi, tidaklah dengan
sendirinya membawa kepada iman. Keimanan itu tergantung kepada manusia yang diajak apakah bersedia
untuk menerimanya.

Pada saat meningkatnya tantangan dan ancaman itulah Isa mengatakan kepada kaum Hawari, siapa yang
bersedia menyerahkan jiwanya kepada Allah dan menolong rasul-Nya. Hawariyµn menjawab, “Kamilah
penolong agama Allah”, mereka menyediakan tenaga mereka untuk memperteguh dakwah Rasul Allah dan
bersedia memegang teguh ajaran-ajarannya serta meninggalkan ajaran-ajaran yang lalu yang salah.
Pertolongan yang diminta Isa a.s. ini tidak menuntut mereka mengikuti peperangan tapi cukup dengan
mengamalkan ajaran agama dan dakwahnya.

Hawariyµn adalah segolongan orang di antara Bani Israil yang beriman kepada Almas³¥, dan bersedia
membantu, menolongnya dan mengikuti cahaya yang diturunkan kepadanya (A¡-¢aff/61:14). Mereka
menyatakan kepada Isa a.s. bahwa mereka beriman kepada Allah dan memohon kesaksian bahwa mereka
adalah orang-orang yang berserah diri”. Pernyataan ini merupakan faktor yang membawa kemenangan
dalam menghadapi perlawanan musuh-musuhnya. Mereka memohon agar mereka dimasukkan ke dalam
golongan orang yang mengakui keesaan Allah.

ٰ َ ‫ََّ َ ٰ َ َّ َ َ ْ َ ْ َ َ َّ َ ْ َ َّ ه ْ َ َ ْ ه‬
ّۤ َ ‫لّۤـاكت ْتناّۤ َم َّۤعّۤالش ِى ِػ ْي‬
ّۤ ّۤ‫نّۤڕ‬ ّۤ ‫رؿناّۤامجاّۤ ِةماّۤانؾل‬
ّۤ ‫جّۤواحتػناّۤالؽسي‬

53. (53) Sesudah mereka menjadi saksi atas kerasulan Isa a.s. dan menjadi saksi atas kekuasaan Allah yang
memerintahkan agar beriman kepada Kitab yang diturunkan kepadanya, dan taat kepada segala perintah-
Nya, maka mereka mengatakan, “Ya Tuhan kami, kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau
turunkan”. Pernyataan ini adalah suatu sikap merendahkan diri kepada Allah, dan mengungkapkan ihwal
mereka kepada Allah, sesudah menyatakan kepada rasul-Nya untuk lebih menjelaskan pendirian mereka.
“Kami telah mengikuti rasul”, dan mematuhi segala perintah yang dibawanya dari Allah.

Menempatkan kata “mengikuti” sesudah kata “beriman” dalam ayat ini menunjukkan bahwa iman orang
Hawariyµn ini telah mencapai tingkat yakin, yang memberi arah kepada jiwa mereka dalam melakukan
setiap tindakan. Ilmu yang benar ialah ilmu yang menuntut perbuatan yang sesuai dengan ilmu itu, sedang
ilmu yang tidak mempengaruhi perbuatan, itulah ilmu yang kabur dan kurang, tidak memberikan keyakinan
dan ketenangan. Banyak orang mengira bahwa dia sudah berilmu tetapi bila dia melakukan sesuatu

34
perbuatan ternyata perbuatannya itu tidak dapat dikuasai dan dikendalikannya, setelah itu barulah ia sadar
bahwa ia keliru dalam pengakuannya.

Sesudah kaum Hawariyµn ini menyatakan kepada Allah kesaksian mereka atas kebenaran kitab dan rasul-
Nya, maka mereka pun memohon kepada Allah agar memasukkan mereka ke dalam golongan orang-orang
yang mengakui keesaan Allah swt.
ْ َ ‫ََ َ ه ْ َ َ َ َ ٰه َ ٰه‬
ّۤ َ ‫اّللّۤخ ْح هّۤدّۤال ٰم ِك ِؽ ْي‬
ّۤ ّۤ‫نّّۤࣖۤږ‬ ّۤ ‫اّللّۤو‬
ّۤ ّۤ‫ؽ‬
ّۤ ‫ومكؽواّۤومك‬

54. (54) Sesudah Allah menerangkan tentang kaum Hawariyµn, maka dalam ayat ini Allah menerangkan
sikap Bani Israil terhadap Isa a.s., mereka membuat tipu daya dan bermaksud membinasakannya dengan
jalan melaporkan dan memfitnah Isa kepada raja mereka. Tetapi Allah memperdayakan dan menggagalkan
tipu daya mereka itu dan mereka tidak berhasil membunuhnya. Isa a.s., diangkat ke langit oleh Allah dan
diganti dengan orang yang serupa dengannya, sehingga orang-orang yakin bahwa yang disalib itu adalah
Isa a.s. Balasan Allah mengatasi tipu muslihat mereka, dan menimpakan kesengsaraan kepada orang-orang
kafir itu, tanpa mereka perkirakan. Rencana Allah yang tidak diketahui oleh hamba-hamba-Nya,
sebenarnya adalah untuk menegakkan sunnah-Nya dan menyempurnakan hikmah-Nya.
ْ ٰ َ َ َ ْ َّ َ ْ َ َ ْ ‫ه َ َ ْ َ َ َ ه َ َ َ ه َ ه َ َ َّ ْ َ َ َ ه ْ َ َ ه َّ ْ َ َّ َ ه‬ ٰ َ َ ْ
ّّۤۤ ‫ذ ّۤكف هؽ ْوا ّۤ ِالى ّۤ َي ْي ِّۤم ّۤال ِل ٰي َم ِّۤث‬
ّۤ ‫ق ّۤال ِذد‬
ّۤ ‫ك ّۤـي‬
ّۤ ‫ذ ّۤاحتػي‬
ّۤ ‫ل ّۤال ِذد‬
ّۤ ‫اغ‬
ِ ‫ذ ّۤكفؽوا ّۤوج‬
ّۤ ‫ن ّۤال ِذد‬ ّۤ ‫ك ّۤ ِالَّّۤي ّۤومع ِىؽ‬
ّۤ ‫ك ّۤ ِم‬ ّۤ ‫اّلل ّۤ ٰي ِػ ْي ٰٓس ّۤىّۤ ِ ِان ّْۤي ّۤمتي ِـي‬
ّۤ ‫ك ّۤور ِاـػ‬ ّۤ‫ال ّۤ ه‬
ّۤ ‫ِا ّۤذ ّۤك‬
َ ‫َ َْ ه‬ ‫َ ه ْه‬ ‫ه ه ََْ ه َْ ه‬ َ ‫ه‬
ّۤ ‫ذَّّۤمّۤ ِالَّّۤيّۤ َم ْؽ ِسػك ّْۤمّۤـاحك هّۤمّۤ َةحنك ّْۤمّۤ ِـ ْيماّۤكجخ ّْۤمّۤ ِـ ّْۤح ِّۤهّۤتخخ ِلف ْي‬
ّۤ ّۤ‫نّۤڗ‬

55. (55). Allah membalas tipu daya orang kafir dengan mengangkat Isa a.s. kepada-Nya. Dalam hal ini
terdapat berita gembira untuk Nabi, tentang datangnya bantuan Allah untuk menyelamatkan dirinya dari
tipu daya orang-orang kafir sehingga mereka dalam usahanya melaksanakan tipu daya itu tidak akan
berhasil.

Allah akan mengangkat Nabi Isa kepada-Nya dan akan mewafatkannya pada saat ajalnya tiba, sesudah
turun dari langit pada waktu yang ditentukan ) sesuai dengan sabda Nabi Muhammad saw,

َّ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ َ ْ ْ َ َ َ َ ‫َ ه ْ ََّ َ ْ َ ْ َ ْ ه ْ ْ ه َ ْ َ َ َ َ ً َ ْ ً َ َ ْ َ َّ ْ َ َ َ ْ ه َ ْ ْ َخؽ‬ َ ْ ْ َ ْ َّ َ
ّۤ‫تى‬
ّۤ ‫الّۤض‬
ّۤ ‫ضّۤالم‬
ّۤ ‫الجؾي ّۤثّۤوي ِفي‬
ِ ّۤ‫الخج ِذ ّّۤۤويض ّۤع‬
ِ ّۤ‫ل‬
ّۤ ‫بّۤويلخ‬
ّۤ ‫لاّۤـيك ِص ّۤهّۤالص ِلح‬
ّۤ ‫نّۤمؽي ّۤمّۤحكماّۤعػ‬
ّۤ ‫لّۤ ِـيك ّۤمّۤ ِاة‬
ّۤ ‫نّۤيج ِذ‬
ّۤ ‫نّۤا‬
ّۤ ‫ّۤليي ِشك‬،‫يّۤنف ِس ّۤيّۤ ِةي ِػ ِه‬
ّۤ ‫وال ِذ‬

َْ َ ‫َ ه ْ َ َّ ْ َ ه ْ َ َ ه‬
‫نّۤالدنياّۤ َو َماّۤ ِـ ْي َىاّۤ(رواهّۤالبغاري‬
ّۤ َ ‫احػ ّۤةّۤخ ْح ًداّۤ ِم‬
ِ ‫نّۤالسشػ ّۤةّۤالي‬
ّۤ ‫)حكي‬

“Demi (Allah), yang jiwaku di tangan-Nya, Isa putra Maryam akan turun di antaramu sebagai hakim yang
adil, kemudian ia akan memecah salib, membunuh babi, menghentikan peperangan, dan membagi-bagikan
harta, sehingga tak seorang pun yang akan menerimanya (karena tidak membutuhkan lagi) dan merasa
bahwa sujudnya (ibadahnya) lebih utama dari dunia dan semua isinya.” (Riwayat al-Bukh±r³ dari Abµ
Hurairah).;“Allah membersihkan Isa a.s. dari orang-orang kafir”, dengan menyelamatkannya dari
kejahatan, cercaan serta nistaan dan tuduhan, yang akan mereka lakukan, dan akan menjadikan pengikut-
pengikutnya yang beriman itu percaya bahwa dia adalah hamba Allah dan utusan-Nya, percaya akan kata-
kata Isa bahwa beliau diutus untuk memberi kabar gembira (a¡-¢aff/61:6) tentang kedatangan seorang
utusan Allah, yang akan datang sesudahnya, yang bernama Ahmad (Nabi Muhammad) (a¡-¢aff/61:6). Allah
akan mengangkat mereka yang percaya itu kepada derajat yang tinggi, tidak seperti orang-orang Yahudi
yang menipu dan mendustakan Nabi Isa, yang direndahkan martabatnya oleh Allah. Ketinggian derajat itu
ada kalanya di bidang keimanan yang bersifat rohaniah, dan dalam bidang akhlak dan kesempurnaan

35
sopan santun serta dekatnya mereka pada yang hak dan jauhnya dari yang batil. Adakalanya kelebihan
yang bersifat duniawi yaitu mereka akan memegang tampuk pimpinan di dunia.

Kemudian semua manusia akan dikembalikan kepada Allah yaitu pada hari kebangkitan, dan Allah akan
memutuskan perkara yang mereka perselisihkan dalam urusan agama termasuk di dalamnya perselisihan-
perselisihan yang terjadi di antara pengikut-pengikut Isa a.s. dan orang-orang yang tidak percaya
kepadanya.

ٰ ْ ْ ‫َْ َ ْٰ َ ََ َه‬ ً َ َ َ ‫َهَ ه ه‬ َ َ َ ْ َّ ََّ َ


ّۤ َ ‫نّۤن ِط ِه ْي‬
ّۤ ّۤ‫نّۤژ‬ ّۤ ‫ذّۤكف هؽ ْواّۤـاع ِؼبه ّْۤمّۤعؼ ًاةاّۤش ِػ ْيػاّۤ ِفىّۤالدنياّۤوالا ِعؽ ِّۤةّۤوماّۤلى ّۤمّۤ ِم‬
ّۤ ‫ـاماّۤال ِذد‬

56. (56) Allah menerangkan bahwa orang-orang Yahudi yang mendustakan Nabi Muhammad akan disiksa
dengan siksaan yang pedih baik di dunia maupun di akhirat.

Siksaan dunia yang akan menimpa mereka ialah, mereka akan dibunuh dan ditawan serta dikuasai oleh
bangsa-bangsa lain. Sedang siksaan akhirat ialah siksaan Allah di hari pembalasan yang sangat pedih.
Pada waktu itu mereka tidak akan mendapatkan pertolongan dari siapa pun.

َ ٰ ‫َ ه َ ْ ْ ه ه َْ ه ْ َ ٰه َ ه‬ ٰ ٰ ‫َ ََّ َّ ْ َ ٰ َ ه ْ َ َ ه‬
ّۤ ‫يحبّّۤۤالظ ِل ِم ْح‬
ّۤ ّۤ‫نّۤڙ‬ ِ ّۤ ‫ا‬ ‫ل‬ ّۤ ّۤ
‫اّلل‬‫و‬ّۤ ّۤ ّۤ
‫م‬ ‫و‬‫ر‬‫ي‬‫س‬ ‫ا‬ ّۤ ّۤ
‫م‬ ‫ى‬ ‫ي‬‫ـ‬
ِ ِ ‫ي‬‫ي‬‫ـ‬ ّۤ ّۤ
‫ج‬ ‫ط‬
ِ ِ‫ل‬ ‫الص‬ّۤ ‫يا‬‫ل‬ ‫ذّۤامجياّۤوغ ِم‬
ّۤ ‫واماّۤال ِذد‬

57. (57) Allah, menjelaskan bahwa orang-orang yang beriman dan orang-orang yang melakukan amal
saleh, adalah orang yang membenarkan Nabi Muhammad serta mengakui kenabiannya, mengakui Kitab
yang dibawanya (Al-Qur′an), mengamalkan segala perintah Allah, serta meninggalkan semua larangan-
Nya. Allah akan menyempurnakan pahala mereka, tanpa ada kekurangan sedikit pun.

Selanjutnya dijelaskan bahwa orang yang mempunyai sifat sebaliknya, berarti mereka telah menganiaya
diri sendiri, mereka tidak dicintai Allah dan akan mendapat siksaan yang sangat pedih.

َْ ْ
َ ّۤ ‫نّۤ ْال ٰا ٰي‬ َ ‫كّۤم‬ َ ََْ ‫ٰ َ َْهْه‬
ّۤ ّۤ‫ؽّۤالح ِك ْي ِّۤمّۤښ‬
ِّۤ ‫الذك‬
ِ ‫جّۤو‬ ِ ّۤ ِ ّۤ ‫كّۤنخلي ّۤهّۤعلح‬
ّۤ ‫ذ ِل‬

58. (58) Allah menerangkan bahwa berita yang disampaikan kepada Nabi Muhammad saw, tentang Nabi
Isa, Maryam, Zakaria dan putranya Yahya, dan kisah-kisah orang-orang kaum Hawariyµn dan orang
Yahudi dari keturunan Israil, itulah kisah yang benar dan sebagai koreksi terhadap berbagai kepercayaan
yang tersiar di kalangan Ahli Kitab pada waktu itu.

Dalam kisah ini terdapat berbagai macam teladan dan butir-butir hikmah yang sangat berharga, sehingga
orang yang beriman dapat mengambil petunjuk daripadanya dan memahami syariat Allah serta prinsip-
prinsip tentang kehidupan bermasyarakat.

Dalam kisah tersebut terdapat bukti-bukti yang nyata yang menolak pendapat utusan-utusan Nasrani dari
penduduk Najran dan pendapat orang-orang Yahudi yang mendustakan risalah Muhammad, dan kebenaran
agama yang dibawanya.

‫هَّ َ َ َ ه ْ َ ه ه‬ ‫ْ َ ٰ َ َ َ َٰ َ َ ََ ْ ه‬ َ َ َّ
ّۤ ‫نّۤـ َيك ْي‬
ّۤ ّۤ‫نّۤڛ‬ ّۤ ‫نّۤح َؽابّّۤۤذ ّۤمّۤك‬
ّۤ ‫الّۤلهّّۤۤك‬ ّۤ ‫لّۤاد ّۤمّّۤۤخللهّّۤۤ ِم‬
ّۤ ِ ‫اّللّۤكمر‬ ّۤ ‫لّۤ ِغ ْي ٰس ّۤىّۤ ِغن‬
ِّۤ ّۤ‫ػ‬ ّۤ ‫نّۤ َمر‬
ّۤ ‫ِا‬

36
59. (59) Ayat ini diturunkan sehubungan dengan kedatangan utusan Nasrani Najran yang berkata kepada
Rasulullah saw, “Mengapa engkau mencela Nabi kami?” Rasulullah bersabda, ”Apakah yang telah saya
katakan?” Mereka menjawab, “Engkau berkata bahwasanya Isa adalah seorang hamba Allah”. Nabi
Muhammad bersabda, “Ya, benar dia adalah seorang hamba Allah, rasul dan kalimat-Nya yang telah
disampaikan kepada Maryam, seorang perawan suci.”

Kemudian mereka menjadi marah dan berkata, “Pernahkah engkau melihat manusia dilahirkan tanpa
ayah? Maka apabila engkau benar tunjukkanlah kepada kami contohnya.” Lalu Allah menurunkan ayat ini.

Pada ayat ini dijelaskan bahwa sebenarnya kejadian Isa yang menakjubkan itu adalah seperti penciptaan
Adam, yang dijadikan dari tanah, keduanya diciptakan Allah dengan cara yang lain dari penciptaan
manusia biasa. Segi persamaan itu ialah Isa diciptakan tanpa ayah, dan Adam diciptakan tanpa ayah dan
tanpa ibu.

Keingkaran orang terhadap kejadian Isa tanpa ayah, sedang ia mengakui kejadian Adam tanpa ibu dan
bapak, termasuk sesuatu yang bertentangan dengan logika.

Allah menciptakan Adam sebagai manusia dengan memberi roh ke dalam jasadnya, semata-mata karena
kehendak-Nya dan bila Allah berfirman: “Jadilah maka jadilah ia.” (Ali Imr±n/3: 59) pada ayat yang lain
Allah berfirman :

َ ٰ ً ْ َ ‫ه ََْ ْٰ ه‬
ّۤ‫ذَّّۤمّۤانشأن ّۤهّۤخللاّۤاع َؽ‬

… Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. … (al-Mu′minµn/23: 14).

Ayat di atas (59) merupakan satu rangkaian dengan dua ayat berikutnya, turun pada tahun perutusan,
tahun ke-10 Hijri.

َ ْ َ ْ ‫ْ َّ َ َ َ َ ه‬ َْ َ
ّۤ َ ‫نّۤال هم ْمت ِد ْي‬
ّۤ ّۤ‫نّۤڜ‬ ّۤ ‫نّۤ ِم‬
ّۤ ‫كّۤـلاّۤحك‬
ّۤ ‫نّۤر ِة‬
ّۤ ‫الحقّّۤۤ ِم‬

60. (60) Dimaksud dengan “Itulah yang benar yang datang dari Tuhan” ialah bahwa apa yang telah
diberitakan Allah kepada Muhammad saw, tentang Nabi Isa dan Maryam itulah yang benar bukan apa yang
telah dikatakan oleh orang-orang Nasrani bahwa Al-Masih adalah putra Tuhan; dan bukan pula seperti
anggapan orang-orang Yahudi bahwa Nabi Isa itu hasil perzinaan antara Maryam dengan Yusuf an-Najj±r
(Yusuf tukang kayu atau Yusuf adik Eli). Dengan demikian Muslimin telah mendapat pengetahuan yang
meyakinkan mengenai Isa dan Maryam.

Larangan ini ditujukan kepada Nabi Muhammad agar tidak ragu, padahal tidak mungkin terjadi bahwa
Nabi Muhammad akan ragu terhadap ayat Allah. Hal ini mempunyai dua pengertian:

1. Bahwasanya Nabi Muhammad pada saat mendengar ayat ini bertambah keyakinannya dan ia merasa
puas dengan keyakinannya itu.

2. Kalau Nabi Muhammad yang mempunyai kedudukan yang tinggi dilarang merasa ragu terhadap
kebenaran kisah itu, maka umatnya lebih terkena larangan ini.

37
ْ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ َّ‫ه ْ َ َ ْ ه َ َ َ َ ْ ه َ ه ْ ه‬ َ ‫ْ ْ َ ه ْ ََ َ َْ ه َْ َ َ َْ َ ه‬ َ َ ْ ْ ْ ‫َ َ ْ َ َّ َ ـ‬
ّۤ‫ل‬
ّۤ ‫لّۤـنشػ‬ ّۤ ‫لّۤحػال ْياّۤنػ‬
ّۤ ‫عّۤاؿنا َۤءناّۤ َواؿنا َۤءك ّْۤمّۤ َو ِن َسا َۤءناّۤ َو ِن َسا َۤءك ّۤمّۤوانفسناّۤوانفسك ّۤمّۤذ ّۤمّۤنبخ ِى‬ ّۤ َ ‫كّۤ ِم‬
ّۤ ‫نّۤال ِػل ِّۤمّۤـل‬ ّۤ ‫ػّۤ َماّۤجا َۤء‬
ِّۤ ‫نّۤ َةػ‬
ٌۢ ‫كّۤ ِ ح ِّۤهّۤ ِم‬
ّۤ ‫نّۤحاۤج‬
ّۤ ‫ـم‬
ْ َ َ ٰ َ َ َّ
َ ٰ ْ
ّۤ ‫اّللّۤعلىّۤالك ِؼ ِة ْح‬
ّۤ ّۤ‫نّۤڝ‬ ِّۤ ّۤ‫ج‬
ّۤ ‫لػج‬

61. (61) Dalam ayat ini Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad bila masih ada orang yang
membantah kebenaran berita tentang kejadian Isa a.s., sesudah mendapat penjelasan hendaklah mereka
diajak ber-mub±halah ) untuk membuktikan siapa yang benar dan berdoa agar Allah swt menjatuhkan
laknat-Nya kepada orang yang berdusta. Mub±halah ini sebagai pencerminan dari kebenaran kepercayaan
itu.

Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad, agar mengundang keluarga masing-masing baik dari
pihaknya maupun dari pihak mereka, yang terdiri dari anak-anak dan istri, untuk mengadakan mub±halah
ini.

Di dalam ayat disebutkan lebih dahulu istri dan anak-anak nabi dalam mub±halah, karena seseorang lebih
mengkhawatirkan diri keluarganya daripada dirinya sendiri. Hal ini mengandung pengertian bahwa Nabi
Muhammad, percaya dengan penuh keyakinan bahwa bencana yang tidak dikehendaki, sebagai akibat dari
mub±halah itu tidak akan menimpa keluarganya dan dirinya. Kemudian ayat ini dikenal sebagai ayat
mub±halah.

Mengenai terjadinya ajakan mub±halah tersebut telah diriwayatkan melalui berbagai sumber, bahwa Nabi
Muhammad, telah mengajak orang-orang Nasrani dari kota Najran di Yaman untuk mengadakan
mub±halah, tetapi mereka menolak.

Imam al-Bukh±r³ dan Imam Muslim juga meriwayatkan sebuah hadis bahwa delegasi Najran yang dipimpin
oleh al-‘ Aqib dan as-Sayid mengunjungi Rasulullah. Kemudian beliau berkeinginan untuk mengadakan
mub±halah (sumpah) dengan mereka. Maka salah seorang di antara mereka berkata kepada kaumnya,
“Janganlah kamu ber-muh±balah dengan dia. Demi Allah apabila ia betul-betul seorang Nabi lalu dia ber-
mub±halah dengan kita, niscaya kita tidak akan berbahagia selamanya, dan tidak akan ada generasi yang
akan melanjutkan keturunan kita.” Kemudian mereka berkata kepada Nabi, “Kami akan memberikan apa
yang engkau minta sebab itu utuslah kepada kami seorang laki-laki, yang terper

caya.” Kemudian Nabi saw bersabda, “Berdirilah hai, Abµ ‘ Ubaidah,” maka setelah ia berdiri Nabi pun
bersabda, “Inilah orang yang terpercaya di kalangan umat ini.” (Riwayat al-Bukhār³ dari Huzaifah).

Abu Nu‘ aim meriwayatkan pula sebuah hadis dari Ibnu ‘ Abb±s dalam kitab ad-Dal±′il melalui sanad dari
‘ A¯a′ dari A«-ahak dari Ibnu ‘ Abb±s bahwasanya delapan orang Nasrani dari penduduk Najran
mendatangi Rasulullah. Di antara mereka terdapat ‘ Aqib dan as-Sayid. Kemudian Allah menurunkan ayat
ini. Lalu mereka berkata, “Beri tangguhlah kami tiga hari.” Lalu mereka pergi kepada Bani Quraizah, Bani
Nadir dan Bani Qainuqa dari kalangan orang-orang Yahudi. Kemudian mereka memberi isyarat untuk
berdamai dan tidak mengadakan mub±halah dengan Nabi. Kemudian mereka berkata, “Dia adalah nabi
yang telah diberitakan kedatangannya di dalam kitab Taurat.” Lalu mereka mengadakan perdamaian
dengan Nabi saw dengan perjanjian membayar 1.000 potong pakaian pada bulan Safar dan 1.000 potong
lagi disertai sejumlah uang pada bulan Rajab.

Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad saw, telah mengajukan Ali, Fatimah dan kedua putra mereka (Hasan
dan Husain) selain diri beliau sendiri, untuk bermuhabalah dan Nabi pun keluar bersama-sama mereka
seraya bersabda, “Apabila saya berdoa hendaklak kamu membaca, Amin”.

Ibnu ‘ As±kir meriwayatkan sebuah hadis dari Ja‘ far dari ayahnya, bahwa setelah ayat ini turun, Nabi
membawa Abu Bakar bersama-sama anak-anaknya, Umar dan anak-anaknya dan Usman bersama anak-

38
anaknya. Dapat dipahami dari ayat-ayat ini bahwa Nabi Muhammad, telah memerintahkan untuk
mengundang orang-orang yang menentang hakikat kejadian Isa a.s. dari kalangan orang-orang Ahli Kitab
untuk berkumpul baik laki-laki, perempuan atau pun anak-anak, dan juga Nabi mengumpulkan orang
mukminin baik laki-laki, perempuan atau anak-anak. Mereka pun mengajak ber-mub±halah kepada Allah
swt agar Dia melaknat orang-orang yang sengaja berdusta.

Ajakan Nabi saw untuk ber-mub±halah itu menunjukkan adanya keyakinan yang penuh terhadap kebenaran
apa yang beliau katakan, sebaliknya keengganan orang-orang Nasrani dan Yahudi yang diajak untuk ber-
mub±halah menunjukkan alasan dan kepalsuan kepercayan mereka.

َ ْ ‫َ َ ْ ٰ َّ ٰ ه َ َّ ٰ َ َ ه َ ْ َ ْ ه‬ َْ ‫َْ َ ه‬ َ َ ٰ َّ
ّۤ ّۤ‫ؾّۤالح ِك ْي هّۤمّۤڞ‬
ّۤ ‫ؾ‬
‫اّللّۤلى ّۤيّۤالػ ِ خ‬
ّۤ ّۤ‫ن‬
ّۤ ِ‫اّللّۤوا‬
ّۤ ّۤ‫نّۤ ِالهّّۤۤ ِالا‬ ّۤ ‫نّۤوؼاّۤل هى َّۤيّۤاللص‬
ّۤ ‫صّۤالحقّّّۤۤۤوماّۤ ِم‬ ّۤ ‫ِا‬

62. (62) Kisah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, tentang Nabi Isa itu, itulah yang benar, bukan
pendapat orang Nasrani dan bukan pula pendapat orang Yahudi.

Tidak ada Tuhan yang wajib disembah melainkan Allah karena Allah yang menciptakan segala sesuatu dan
tidak satu pun yang dapat menyamai-Nya. Di dalam ayat ini jelas terdapat suatu bantahan terhadap orang
Nasrani yang mengatakan bahwa Allah salah satu dari oknum yang tiga.

Pada ayat yang lain Allah berfirman:

َ ٰ َ ‫َ َ ْ َ َ َ َّ ْ َ َ ه ْ َّ ٰ َ َ ه‬
ّۤ‫دّۤذلرث‬ّۤ ‫اّللّۤذا ِل‬
ّۤ ّۤ‫ن‬
ّۤ ‫ذّۤكالياّۤ ِا‬
ّۤ ‫ؽّۤال ِذد‬
ّۤ ‫ػّۤكف‬
ّۤ ‫لل‬

Sungguh, telah kafir orang-orang yang mengatakan bahwa Allah adalah yang ketiga dari yang tiga, … (al-
M±′idah/5: 73).;Kemudian Allah menegaskan lagi bahwa Allah-lah yang Mahaperkasa Yang
Mahabijaksana, tak ada yang dapat menandingi-Nya.

ْ ْ َ َ ٰ َّ َ ْ ََّ َ ْ َ
ّۤ َ ‫اّللّۤع ِل ْي ٌّۤمٌّۢۤ ِةال همف ِس ِػ ْي‬
ّۤ ّۤ‫نّّۤࣖۤڟ‬ ّۤ ّۤ‫ن‬
ّۤ ‫نّۤحيلياّۤـ ِا‬
ّۤ ‫ـ ِا‬

63. (63) Apabila mereka menolak agama tauhid berarti mereka termasuk orang-orang yang berbuat
kerusakan. Mereka dianggap berpaling karena menolak untuk mengikuti dan membenarkan kerasulan
Muhammad, dan tidak mau menerima keyakinan tentang keesaan Tuhan yang dibawa oleh beliau dan tidak
berani mengabulkan ajakan mub±halah.

Allah Maha Mengetahui mental orang-orang yang membuat kerusakan dan mempunyai niat jahat yang
mereka simpan dalam hati mereka.

ٰ ‫َ ْ َّ َ ََّ َ َ ْ ه َ َ ْ ً َ ْ َ ً ْ ه‬ َ ْ ‫ه ْ ٰٓ َ ْ َ ْ ٰ َ َ َ ْ ٰ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ ْ َ ه ْ ََّ َ ْ ه َ َّ ٰ َ َ ه‬
ّّۤۤ ‫اّلل‬ ّۤ ِ ‫ن ّۤد ْو‬
ِّۤ ّۤ ‫ن‬ ّۤ ‫ؼ ّۤةػضنا ّۤةػضا ّۤارةاةا ّۤ ِم‬ ّۤ ‫اّلل ّۤ َولا ّۤنظ ِه‬
ّۤ ‫ك ّۤ ِةهّۤ ّۤشيػا ّۤولاّۤيخ ِغ‬ ّۤ ّۤ ‫ػ ّۤ ِالا‬
ّۤ ‫ب ّۤحػاليا ّۤ ِالىّۤع ِلمثّۤ ّۤسياۤءٌۢ ّۤةحننا ّۤوةحنك ّۤم ّۤالا ّۤنػت‬
ّۤ ِ ‫ل ّۤال ِكت‬
ّۤ ‫ل ّۤياو‬
ّۤ ‫ك‬
َ ََّ ‫ْ ه‬ ‫َ ْ َ َّ َ ه ه‬
ّۤ ‫نّۤح َيل ْياّۤـل ْيلياّۤاش َىػ ْواّۤ ِةاناّۤ هم ْس ِل هم ْي‬
ّۤ ّۤ‫نّۤڠ‬ ّۤ ‫ـ ِا‬

64. (64) Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad, agar mengajak Ahli Kitab yaitu Yahudi dan
Nasrani untuk berdialog secara adil dalam mencari asas-asas persamaan dari ajaran yang dibawa oleh
rasul-rasul dan kitab-kitab yang diturunkan kepada mereka, yaitu Taurat, Injil dan Al-Qur′an. Kemudian
Allah menjelaskan maksud ajakan itu yaitu agar mereka tidak menyembah selain Allah yang mempunyai

39
kekuasaan yang mutlak, yang berhak menciptakan syariat dan berhak menghalalkan dan mengharamkan,
serta tidak mempersekutukan-Nya.

Ayat ini mengandung: Tau¥³d Ulµhiyah bagi Allah, yaitu keesaan Allah seperti tersebut dalam firman-Nya:

ٰ ْ ‫َ ْ َّ َ ََّ َ َ ْ ه َ َ ْ ً َ ْ َ ً ْ ه‬ َ ْ ‫ه ْ ٰٓ َ ْ َ ْ ٰ َ َ َ ْ ٰ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ ْ َ ه ْ ََّ َ ْ ه َ َّ ٰ َ َ َ ه‬
ّّۤۤ ‫اّلل‬
ِّۤ ّۤ ‫ن‬
ّۤ ِ ‫ن ّۤدو‬
ّۤ ‫ؼ ّۤةػضنا ّۤةػضا ّۤارةاةا ّۤ ِم‬
ّۤ ‫ك ّۤ ِةهّۤ ّۤشيػا ّۤولاّۤيخ ِغ‬
ّۤ ‫اّلل ّۤولا ّۤنظ ِه‬
ّۤ ّۤ ‫ػ ّۤ ِالا‬
ّۤ ‫ب ّۤحػاليا ّۤ ِالىّۤع ِلمثّۤ ّۤسياۤءٌۢ ّۤةحننا ّۤوةحنك ّۤم ّۤالا ّۤنػت‬
ّۤ ِ ‫ل ّۤال ِكت‬
ّۤ ‫ل ّۤياو‬
ّۤ ‫ك‬
َ ََّ ‫ْ ه‬ ‫َ ْ َ َّ َ ه ه‬
ّۤ‫نّۤح َيل ْياّۤـل ْيلياّۤاش َىػ ْواّۤ ِةاناّۤ هم ْس ِل هم ْين‬
ّۤ ‫ـ ِا‬

َ ٰ ّۤ‫ػّۤاَّلا‬ َ ‫ََّ َ ْ ه‬
ّۤ‫اّلل‬ ِ ّۤ ‫الاّۤنػت‬

… bahwa kita tidak menyembah selain Allah … (²li ‘ Imr±n/3: 64).;Sifat Tau¥³d Rubµbiyah dalam firman-
Nya yaitu keesaan dalam mengatur makhluk-Nya:

ٰ ‫َّ َ ََّ َ َ ْ ه َ َ ْ ً َ ْ َ ً ْ ه‬
ّۤ‫اّلل‬
ِ ّۤ‫ن‬ّۤ ِ ‫نّۤد ْو‬
ّۤ ‫ؼّۤةػضناّۤةػضاّۤارةاةاّۤ ِم‬
ّۤ ‫;ولاّۤيخ ِغ‬

…dan bahwa kita tidak menjadikan satu sama lain tuhan-tuhan selain Allah. …. (²li ‘ Imr±n/3:
64);Ketentuan ini disepakati oleh semua orang, dan dapat dibuktikan, Ibrahim a.s. diutus Allah untuk
membawa agama tauhid, begitu juga Nabi Musa seperti terdapat dalam kitab Taurat; Allah berfirman
kepada Nabi Musa, “Sesungguhnya Tuhan adalah sembahanmu, kamu tidak mempunyai sesembahan lain di
sisi Ku, jangan kamu membuat pahatan patung, dan jangan membuat gambaran apa pun juga dari apa saja
yang terdapat di langit dan di bumi, maupun yang terdapat di dalam air. Jangan kamu bersujud kepada
patung-patung dan gambar-gambar serta jangan menghambakan diri kepadanya. Demikian juga Nabi Isa
diutus Allah dengan membawa ajaran seperti itu.

Kemudian Nabi Muhammad saw sebagai Nabi penutup, beliau diutus dengan membawa ajaran yang sama.
Di dalam Al-Qur′an terdapat firman Allah:
ٰ
َ َ ‫َ ٌ َّ َ َ ْ ٌ َ ٰ ه‬ ‫َ َْ ه ه‬ َ ْ َ ْ َ ‫َّ ه‬
ّۤ ‫ِالاّۤو َّۤيّۤالحيّّۤۤاللي ْي هّۤمّۤەّّۤۤلاّۤحأخؼهّّۤۤ ِسن ّۤثّۤولاّۤني ّۤم ا‬
ّۤ‫ّللّۤلاّّۤۤ ِاله‬

Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Mahahidup, yang terus menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak
mengantuk dan tidak tidur…(al-Baqarah/2: 255).

Kesimpulan dari ajakan tersebut ialah: Muslimin dan Ahli Kitab sama-sama meyakini bahwa alam itu
termasuk ciptaan Allah Yang Maha Esa. Dialah yang menciptakan dan mengurusnya dan Dialah yang
mengutus para nabi kepada mereka, untuk menyampaikan keterangan-keterangan tentang perbuatan yang
diridai dan yang tidak diridai-Nya.

Kemudian Nabi Muhammad mengajak Ahli Kitab agar bersepakat untuk menegakkan prinsip-prinsip
agama, menolak hal yang meragukan, yang bertentangan dengan prinsip agama. Maka apabila orang
Nasrani mendapatkan keterangan dari ajaran yang dibawa oleh Nabi Isa seperti kata-kata “Putra Tuhan”
hendaklah ditakwilkan dengan takwilan yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip yang disepakati
oleh para nabi, karena kita semua tidak akan mendapatkan di antara perkataan para nabi yang bisa
diartikan bahwa sesungguhnya Nabi Isa itu tuhan yang disembah. Kita juga tidak akan mendapatkan
keterangan yang mengatakan bahwa Isa a.s. mengajak manusia untuk menyembah dirinya dan ibunya,
melainkan Nabi Isa mengajak manusia untuk menyembah Allah Yang Esa dan dengan ikhlas beribadah
kepada-Nya.

Pada mulanya, orang Yahudi beragama tauhid, kemudian terjadilah malapetaka bagi mereka, yaitu waktu
mereka mengakui hukum apa saja yang ditetapkan pemimpin agama adalah sama kedudukannya dengan

40
hukum yang datang dari Allah. Demikian juga orang-orang Nasrani menempuh jalan seperti orang-orang
Yahudi. Mereka menambahkan peleburan dosa dalam agamanya. Inilah yang menjadi problematik yang
sangat membahayakan dalam masyarakat orang-orang Nasrani sehingga timbul penjualan surat aflat
(surat penebusan dosa) dari gereja. Dengan jalan itu mereka dapat mengumpulkan uang yang banyak. Oleh
sebab itu timbullah gerakan yang menuntut perbaikan. Kelompok ini terkenal dengan istilah protestan.

Diriwayatkan dari ‘ Adi bin ¦±tim bahwa ia berkata, “Saya datang kepada Rasulullah saw, sedangkan di
leherku terdapat kalung salib yang terbuat dari emas. Kemudian Rasulullah bersabda, “Hai ‘ Adi,
buanglah berhala itu dari lehermu”. Saya pun mendengar Nabi Muhammad membaca surah at-Taubah:

ٰ ‫َّ َ ه ْ َ ْ َ َ ه ْ َ ه ْ َ َ ه ْ َ ْ َ ً ْ ه‬
ّۤ‫اّلل‬
ِ ّۤ‫ن‬ّۤ ِ ‫نّۤد ْو‬
ّۤ ‫; ِاتخؼواّۤاضتارو ّۤمّۤورو ّۤتانه ّۤمّۤارةاةاّۤ ِم‬Mereka menjadikan orang-orang alim (Yahudi), dan rahib-rahibnya
(Nasrani) sebagai tuhan selain Allah, …. (at-Taubah/9: 31).;Kemudian ‘ Adi berkata kepada beliau,
“Wahai Rasulullah, mereka itu tidak menyembah pendeta-pendeta”. Kemudian Rasulullah bersabda,
“Bukankah mereka menghalalkan dan mengharamkan bagi kamu lalu kamu berpegang saja pada perkataan
mereka?” Kemudian ‘ Adi menjawab, “Betul”. Lalu Nabi Muhammad bersabda, “Itu penyembahan
terhadap pendeta-pendeta itu.”

Orang Yahudi dan orang Nasrani menolak dan membangkang; dan mereka tetap pada pendiriannya, yaitu
menyembah selain Allah dan mempercayai adanya tuhan-tuhan di samping Allah, yang dijadikan perantara
kepada Allah. Mereka taat pada ketentuan-ketentuan mereka, baik mengenai yang dihalalkan maupun yang
diharamkan oleh pendeta-pendeta itu. Allah swt memerintahkan agar orang-orang Muslim mengatakan
kepada mereka bahwa, kaum Muslimin hanya menyembah Allah dan hanya taat kepada-Nya semata-mata.

Dalam ayat ini terdapat sebuah ketentuan bahwa semua masalah yang berhubungan dengan ibadah atau
dengan halal dan haram, hanya ada di dalam Al-Qur′an dan Hadis, yang dijadikan pokok pegangan dalam
menetapkannya, bukan pendeta pemimpin dan bukan pula pendapat ahli hukum yang kenamaan sekalipun.
Sebab kalau demikian, tentulah hal itu akan menyebabkan adanya persekutuan dalam keesaan rububiyah
dan penyimpangan dari petunjuk Al-Qur′an seperti tersebut dalam firman Allah:
َ ََ َ َْ ٰ َّ َ ْ ‫ٰ ه َ َ ْ َ َ َ ه ْ َ ْ َ ه َ َ ْ َ ه‬ ْ َ َْ ْ َ َ ْ َ ‫َا ّْۤمّۤ َل هى ّْۤمّۤ هش َهك ٰۤ هؤاّۤ َش َه هغ ْياّۤ َل هى ّْۤمّۤم‬
ّۤ ٌ ‫نّۤل هى ّْۤمّۤعؼ‬
ّۤ‫ابّۤا ِل ْي ٌم‬ ّۤ ‫نّۤالظ ِل ِمح‬
ّۤ ِ‫ض ّۤيّۤةحنى ّۤمّۤوا‬
ِ ‫ل‬ ‫ل‬ ّّۤۤ
‫ل‬ ِ ‫ص‬ ‫ف‬ ‫ال‬ّۤ ّۤ
‫ث‬ ‫م‬‫ل‬ِ ‫ع‬ ّۤ ‫ا‬ ‫ل‬ ‫ي‬‫ل‬ ‫و‬ّۤ ّۤ
‫اّلل‬ّۤ ّۤ
‫ه‬ِ ‫ة‬ِ ّۤ ٌۢ ‫ن‬ ‫ذ‬ ‫أ‬ ‫ي‬ ّۤ ّۤ
‫م‬ ‫ل‬ ّۤ ‫ا‬ ‫م‬ّۤ ّۤ
‫ذ‬ ِ ‫د‬ ‫الد‬
ِ ّۤ ّۤ
‫ن‬ ِ

Apakah mereka mempunyai sesembahan selain Allah yang menetapkan aturan agama bagi mereka yang
tidak diizinkan (diridai) Allah? Dan sekiranya tidak ada ketetapan yang menunda (hukuman dari Allah)
tentulah hukuman di antara mereka telah dilaksanakan. Dan sungguh, orang-orang zalim itu akan
mendapat azab yang sangat pedih. (asy-Syµr±/42: 21);Tersebut pula dalam firman Allah:

ٌ ‫لَّّۤو ٰو َؼاّۤ َض َؽ‬ ٌٰ َ َ ٰ َ َ ْ ‫ََ َه ْه ْ َ َ ه َْ َه ه ه‬


ّۤ‫ام‬ ّۤ ‫بّۤوؼاّۤحل‬
ّۤ ‫ؿّۤال ِسجخك ّۤمّۤالك ِؼ‬
ّۤ ‫ولاّّۤۤحليلياّۤ ِلماّۤح ِص‬

Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta ”Ini halal
dan ini haram,” … (an-Na¥l/16: 116).;Adapun masalah yang tidak berkaitan langsung dengan akhirat dan
ibadah, seperti urusan peradilan, dan urusan politik, Allah telah melimpahkan kekuasaan-Nya kepada
manusia yang berilmu, seperti Ahlul Halli wal 'Aqdi, yaitu para ahli berbagai bidang dalam masyarakat.
Maka apa yang ditetapkan mereka hendaklah ditaati selama tidak bertentangan dengan pokok-pokok
agama. Ayat ini menjadi dasar dan pokok pegangan bagi dakwah Nabi saw untuk mengajak Ahli Kitab
mempraktekkannya. Pada waktu Nabi mengajak mereka untuk masuk Islam, seperti terdapat dalam surat
beliau yang ditujukan kepada Heraklius dan Muqauqis dan Kisra Persia.

َ ‫ََ َ َْ ه‬ ْ ْ َّ ‫َّ ْ ٰ ه َ ْ ْ ْ ه‬ َ ْ‫ه‬ َ َ‫ه‬ ٰ ْ َ ْ َ ٰٓ


ّۤ ‫نّۤ َةػ ِػهّّۤۤاـلاّۤحػ ِلل ْي‬
ّۤ ّۤ‫نّۤڡ‬ ٌۢ ‫لّۤ ِالاّۤ ِم‬
ّۤ ‫ىثّۤوال ِا ِنجي‬ ّۤ ِ ‫نّۤ ِف ّْۤيّۤ ِا ْة ٰؽ ِو ْي َّۤمّۤ َو َماّۤان ِؾل‬
ّۤ ‫جّۤالخير‬ ّۤ ‫بّۤ ِل َّۤمّۤتحاۤس ْي‬
ّۤ ِ ‫لّۤال ِكت‬
ّۤ ‫ياو‬

41
65. (65) Allah mencela perbuatan orang-orang Yahudi dan Nasrani yang selalu berselisih dalam hal
kemurnian agama mereka masing-masing, karena mereka menganggap bahwa agama merekalah yang
paling benar.

Ahli Kitab, orang-orang Yahudi dan Nasrani dikecam, mengapa mereka saling berselisih dan berbantah-
bantah dalam persoalan agama nenek moyang mereka Nabi Ibrahim. Orang Yahudi mengatakan bahwa
Nabi Ibrahim beragama Yahudi dan orang-orang Nasrani mengatakan bahwa Nabi Ibrahim memeluk
agama Nasrani. Mereka berpendapat demikian karena Nabi Ibrahim itu dianggap sebagai lambang
ketinggian martabat bagi masing-masing golongan. Di dalam kitab mereka terdapat pujian terhadap
Ibrahim a.s., baik dalam perjanjian lama maupun dalam perjanjuan baru, sebagaimana juga orang Quraisy
memuliakan namanya, mereka pun mengakui bahwa agama merekalah yang sesuai dengan agama Ibrahim.

Menurut pernyataan Al-Qur′an, pengakuan mereka itu sedikit pun tidak beralasan, karena ajaran Ibrahim
sedikit pun tidak membekas dalam upacara-upacara keagamaan mereka. Yang benar ialah Nabi Ibrahim itu
memeluk agama yang sesuai dengan agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad.

Ketentuan serupa ini telah diisyaratkan oleh firman Allah, bahwa Taurat dan Injil itu diturunkan oleh Allah
sesudah datangnya Ibrahim. Logikanya karena kedua Kitab itu diturunkan sesudah Ibrahim, semestinya
tidak akan terjadi perselisihan pendapat dan bantah membantah seperti itu. Perselisihan yang hebat itu
menunjukkan ketidakbenaran alasan yang dikemukakan mereka, karena tidak mungkin yang datang terlebih
dahulu itu mengikuti yang datang sesudahnya.

Itulah sebabnya maka Allah menegur mereka, “Apakah mereka itu tidak berpikir.” Hal ini menunjukkan
bahwa andaikata mereka itu mau berpikir tentu tidak akan terjadi perbantahan seperti itu. Dalam hal ini
terdapat isyarat yang kuat, yang menunjukkan kelemahan pikiran dan hujjah (argumentasi) mereka.

Mengenai sabab nuzul ayat ini Ibnu Ishak dan Ibnu Jar³r telah mengemukakan sebuah riwayat dari Ibnu
'Abbas, beliau berkata, “Orang Nasrani dari Najran dan beberapa pendeta Yahudi berkumpul di hadapan
Nabi Muhammad saw, kemudian mereka berselisih pendapat. Pendeta-pendeta itu berkata: Nabi Ibrahim
tak memeluk agama kecuali agama Yahudi. Sedangkan orang Nasrani berkata: Nabi Ibrahim tak memeluk
agama kecuali agama Nasrani.

َ َ ْ َ َ ‫ْ ٌ َ ٰ ه ْ َ َْ ه‬ ‫َ َْ َ ه‬ َ َ‫ْ َ ه‬ ‫َ َ ه‬ ‫ٰٓ َ ْ ه ٰ ه َ َ َ ْ ه‬
ّۤ ‫اّللّۤ َيػل هّۤمّۤوانخ ّْۤمّۤلاّۤحػل هم ْي‬
ّۤ ّۤ‫نّۤڢ‬ ّۤ ‫سّۤلك ّْۤمّۤ ِةهّّۤۤ ِعل ّۤمّّۤۤو‬ ّۤ ‫وانخ ّْۤمّۤوؤلا ِّۤۤءّۤحاسشخ ّْۤمّۤ ِـ ْيماّۤلك ّْۤمّۤ ِةهّّۤۤ ِعل ٌّۤمّۤـ ِل َّۤمّۤتحاۤس ْي‬
ّۤ َ ‫نّۤ ِـ ْيماّۤلح‬

66. (66) Memang sewajarnya orang-orang berbantahan tentang urusan Nabi Isa dan sewajarnya pula bila
perbantahan mereka itu berdasarkan hal-hal yang mereka ketahui.

Tetapi ternyata di antara yang berbantahan itu ada yang terlibat pada persoalan yang berlebih-lebihan,
hingga mengakui bahwa Nabi Isa itu tuhan, bahkan di antaranya ada yang sebaliknya, menuduhnya sebagai
pembual dan pendusta. Demikian itu terjadi karena masing-masing pihak tidak mengetahui yang
sebenarnya, sehingga masing-masing pihak tak dapat menghindarkan diri dari kesalahan.

Seterusnya Allah mencela orang Yahudi dan orang Nasrani yang berbantahan tentang agama Nabi
Ibrahim, karena perbuatan itu tidak didasarkan pada alasan yang benar dan ilmu pengetahuan. Maka
bukanlah lebih baik dan masuk akal apabila mereka itu mengikuti saja wahyu yang telah diturunkan kepada
Nabi Muhammad, yang memang betul-betul datang dari Allah yang mempunyai pengetahuan yang luas tak
terbatas. Karena itu Allah menegaskan kepada mereka bahwa Allah mengetahui segala sesuatu yang nyata
maupun yang tidak nyata, yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan.

Hal ini menunjukkan adanya pengertian bahwa mengenai hal-hal yang bersifat gaib, seharusnyalah orang
tidak memperdebatkan dan tidak membenarkannya kecuali yang telah diterangkan oleh wahyu. Dengan

42
perkataan lain pengetahuan manusia dibatasi oleh ruang lingkup, waktu dan tempat, sedangkan
pengetahuan Allah swt tidak terkait dengan ketentuan-ketentuan tersebut.

َ ْ ْ َ َ َ َ َ ً ْ ً ْ َ َ َ ْ ٰ َّ ًّ َ ْ َ َ َّ ًّ ْ ‫َ َ َ ْ ٰ ْ ه َ ه‬
ّۤ ‫نّۤال همض ِه ِك ْح‬
ّۤ ّۤ‫نّۤڣ‬ ّۤ ‫غنّۤ ِم‬
ّۤ ‫غنّۤض ِجيفاّۤمس ِلماّّۤۤوماّۤع‬
ّۤ ‫نّۤع‬
ّۤ ‫غنّۤ ِاةؽ ِوي ّۤمّۤيىي ِدياّۤولاّۤنطها ِنياّۤول ِك‬
ّۤ ‫ماع‬

67. (67) Allah memberikan ketegasan kepada orang yang berdebat siapa Nabi Ibrahim yang sebenarnya
(an-Nis±′/4 :125). Ayat ini merupakan jawaban bagi perdebatan orang Yahudi dan Nasrani mengenai
agama Nabi Ibrahim. Mereka masing-masing berpendapat bahwa Ibrahim menganut agama yang dipeluk
mereka. Pendapat mereka itu sebenarnya adalah dusta karena tidak didasarkan pada bukti-bukti yang
nyata. Yang benar ialah keterangan yang didasarkan wahyu yang diyakini kaum Muslimin, karena umat
Islam memeluk agama seperti agama yang dipeluk oleh Nabi Ibrahim dan agama Islam mempunyai prinsip-
prinsip yang dibawa oleh Nabi Ibrahim. Maka jelaslah bahwa Nabi Ibrahim itu tidak memeluk agama
Nasrani dan tidak pula pemeluk agama Yahudi akan tetapi Nabi Ibrahim itu seorang yang taat kepada
Allah, tetap berpegang kepada petunjuk Allah serta tunduk dan taat kepada segala yang diperintahkan-Nya.

Nabi Ibrahim tidak menganut kepercayaan musyrikin, yaitu kafir Quraisy dan suku Arab lainnya, yang
menganggap diri mereka mengikuti agama Nabi Ibrahim. Dari ayat ini dapat dipahami bahwa Nabi
Ibrahim adalah orang yang dimuliakan oleh segala pihak, baik orang-orang Yahudi, Nasrani ataupun
musyrikin. Tetapi sayang pendapat mereka itu tidak benar, karena Nabi Ibrahim itu tidak beragama seperti
agama mereka. Beliau adalah orang Muslim yang ikhlas kepada Allah, sedikit pun tidak pernah
mempersekutukan-Nya.

َ ْ ْ ٰ ‫َ َّ ْ َ ٰ ه‬ َّ َ ٰ ‫ْ ٰ ْ َ ََّ ْ َ َّ ه‬ َّ َ َ َّ
ّۤ ‫اّللّۤ َ ِوليّّۤۤال همؤ ِم ِن ْح‬
ّۤ ّۤ‫نّۤڤ‬ ّۤ‫ذّۤا َمج ْياّّۤۤ َو ه‬
ّۤ ‫ذّۤاح َتػ ْي هّۤهّۤ َووؼاّۤالن ّۤبيّّۤۤوال ِذد‬ ّۤ ِ ‫نّۤا ْولىّۤالج‬
ّۤ ‫اسّۤ ِة ِاةؽ ِوي ّۤمّۤلل ِذد‬ ّۤ ‫ِا‬
ِ

68. (68) Orang yang paling berhak menjadi pendukung Nabi Ibrahim dan yang paling setia agamanya,
bukanlah orang yang hanya mengaku bahwa Nabi Ibrahim memeluk agamanya, tetapi orang yang
mengikuti jejak Nabi Ibrahim dan meneruskan dakwahnya. Tentu saja orang itu adalah orang yang
beragama tauhid dan dengan ikhlas melaksanakan agamanya. Mereka haruslah orang orang yang berserah
diri kepada Allah semata, jauh dari sifat-sifat syirik. Sifat-sifat serupa ini terdapat pada Nabi Muhammad
saw, dan pengikut-pengikutnya. Mereka memeluk agama tauhid, sedikit pun tidak terdapat dalam agamanya
ajaran-ajaran pemujaan terhadap pemimpin dan tidak membenarkan adanya perantara dalam hubungan
rnanusia dengan Tuhan. Mereka itu ikhlas dan beramal semata-mata karena Allah tidak karena syirik dan
ria.

Kesemuanya itu adalah inti ajaran Islam. Oleh sebab itu apabila ada agama yang tidak memiliki prinsip-
prinsip tersebut maka agama itu jauh menyeleweng dan hanya tinggal bekas-bekasnya saja.

Kemudian Allah menjanjikan bahwa Dia akan memberikan bantuan, kekuatan dan taufik kepada orang-
orang mukmin karena Allah yang menguasai dan mengendalikan urusan mereka, dan memperbaiki keadaan
mereka serta memberikan pahala sesuai dengan banyak sedikitnya mereka mengamalkan ajaran Islam.

َ ‫َْ ه‬ ‫ْ َ َّ َ ْ ه‬ ‫َ ه‬ َ ٰ ْ ْ َ ْ ٌ َ َّ ْ َّ
ّۤ ‫نّۤ ِالاّّۤۤانف َس هى ّْۤمّۤ َو َماّۤيشػ هؽ ْو‬
ّۤ ّۤ‫نّۤڥ‬ ّۤ ‫بّۤل ّْۤيّۤ هي ِضل ْينك ّْۤمّۤ َو َماّۤ هي ِضلي‬
ّۤ ِ ‫لّۤال ِكت‬
ّۤ ِ ‫نّۤاو‬ ّۤ ‫َود‬
ّۤ ‫تّۤظاۤىِٕف ّۤثّۤ ِم‬

69. (69) Usaha segolongan Ahli Kitab akan sia-sia belaka, dan tipu daya mereka akan menimpa mereka
sendiri, karena perbuatan mereka selalu diarahkan pada tujuan untuk menyesatkan orang mukmin. Mereka

43
tidak mempunyai kesempatan untuk memperhatikan cara mendapatkan petunjuk. Pandangan mereka akan
tertutup sehingga tidak dapat melihat kebenaran ayat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, yang
memberikan penjelasan tentang kebenaran dari kenabiannya. Boleh dikatakan bahwa mereka tidak berpikir
sebagaimana mestinya, bahkan mereka menyia-nyiakan akal, juga mereka telah merusak fitrah mereka
sendiri sehingga tidak bisa menjangkau kebenaran.

Sikap dan perbuatan segolongan Ahli Kitab dicela, karena mereka tidak menyadari keadaan mereka yang
buruk. Mereka akhirnya jatuh dalam lembah kesesatan dan tidak dapat melihat lagi adanya kebenaran yang
menuntun ke jalan yang lurus.

‫ْ ٰ َ ْ َ ه ْ َ ه ْ ْ َ ْ ْ َ ه ْ هَّ ً َ َ ً ْ ْ َ ْ ه‬ ْ َ ْ ٌ ْ َ ََّ
ّۤ‫ػّۤانف ِس ِى ْم‬
ِّۤ ‫نّۤ ِغن‬
ّۤ ‫ػّۤ ِايما ِنك ّۤمّۤكفاراّّۤۤضسػاّۤ ِم‬
ِّۤ ‫نّۤةػ‬
ٌۢ ‫بّۤل ّۤيّۤيؽدونك ّۤمّۤ ِم‬
ّۤ ِ ‫لّۤال ِكت‬
ّۤ ِ ‫نّۤاو‬
ّۤ ‫و ّۤدّۤك ِرح ّۤدّۤ ِم‬

Banyak di antara Ahli Kitab menginginkan sekiranya mereka dapat mengembalikan kamu setelah kamu
beriman, menjadi kafir kembali, karena rasa dengki dalam diri mereka, …. (al-Baqarah/2: 109)

َ ‫َ َ ه ه‬ ََ َ َ َ ْ ‫َ ْ َْ َ ْه ه‬
ّۤ‫نّۤ َس َيا ًۤء‬
ّۤ ‫نّۤكماّۤكف هؽ ْواّۤـخك ْين ْي‬
ّۤ ‫ودواّۤل ّۤيّۤحكفؽو‬

Mereka ingin agar kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, sehingga kamu menjadi
sama (dengan mereka). … (an-Nis±′/4: 89);Dengan demikian dapat diketahui bahwa tujuan Ahli Kitab
menimbulkan persoalan yang meragukan di kalangan kaum Muslimin, tiada lain hanyalah untuk
menyesatkan orang-orang mukmin dari agama yang benar, sehingga mengingkari ajaran-ajaran Nabi
Muhammad saw.

َ ‫ٰ َْ ه َ ْ ه‬ ٰ َ ْ ‫َ َ ْه‬ ٰ ْ َ ْ َ ٰٓ
ّۤ ‫اّللّۤ َوانخ ّْۤمّۤةش َىػ ْو‬
ّۤ ّۤ‫نّۤڦ‬ ّۤ ِ ‫نّۤ ِةا ٰي‬
ِّۤ ّۤ‫ج‬ ّۤ ‫بّۤ ِل ّۤمّۤحكف هؽو‬
ّۤ ِ ‫لّۤال ِكت‬
ّۤ ‫ياو‬

70. (70) Allah mencela para Ahli Kitab yang mengingkari ayat-ayat Allah; padahal mereka mengetahui
dalam kitab mereka sendiri kedatangan Nabi Muhammad saw. Kemudian Allah swt menandaskan bahwa
mereka sendiri tidak saja telah mengetahui bahwa Nabi Muhammad saw akan datang bahkan sifat-sifatnya
pun telah mereka ketahui. Mereka seharusnya mengakui kenabian Muhammad, tetapi karena sifat dengki
yang mencekam jiwa mereka, mereka terjerumus ke dalam lembah kehinaan. Mereka tidak dapat lagi
melihat pancaran kebenaran, sehingga mereka terombang ambing dalam kesesatan.

َ ْ ‫َ َ ْ ه ه ْ َ ْ ََّ َ َ ْ ه ْ َ ْ َ ه‬ َ ْ ََّ ْ َ ْ ‫َ َ ْ ه‬ ٰ ْ َ ْ َ ٰٓ
ّۤ ّۤ‫نّّۤࣖۤڧ‬
ّۤ ‫قّۤوانخ ّۤمّۤحػلمي‬ ّۤ ‫نّۤالح‬
ّۤ ‫لّۤوحكخمي‬ّۤ ِ ‫اظ‬
ِ ‫قّۤ ِةالب‬
ّۤ ‫نّۤالح‬
ّۤ ‫بّۤ ِل ّۤمّۤحل ِبسي‬
ّۤ ِ ‫لّۤال ِكت‬
ّۤ ‫ياو‬

71. (71) Diriwayatkan oleh Ibnu Ish±q dari Ibnu ‘ Abb±s ia berkata bahwa ‘ Abdullah bin a¡-¢aif, ‘ Adi
bin Zaid dan ¦±ris bin ‘ Auf bercakap-cakap sesama mereka. “Marilah kita mempercayai kitab yang
diturunkan kepada Rasulullah dan sahabat-sahabatnya di waktu pagi hari. Kemudian kita mengingkarinya
di waktu petang hari, sehingga kita dapat mengacaukan mereka, semoga mereka berbuat sebagaimana yang
kita lakukan, sehingga mereka kembali kepada agama mereka semula.” Kemudian turunlah ayat 71-73 ini.

Allah mencela Ahli Kitab karena mereka mencampuradukkan kebenaran dengan kebatilan. Yang dimaksud
dengan kebenaran dalam ayat ini ialah kebenaran yang dibawa oleh para nabi yang termuat dalam kitab
mereka yaitu tauhid, serta berita gembira akan datangnya Nabi Muhammad yang bertugas seperti nabi-
nabi sebelumnya yang akan mengajarkan Kitab dan hikmah kepada seluruh manusia.

Sedang yang dimaksud dengan kebatilan ialah segala tipu daya yang dibuat oleh para pendeta dan
pemimpin terkemuka Ahli Kitab dengan jalan menakwilkan ayat-ayat Tuhan dengan takwilan yang batil dan

44
yang jauh dari kebenaran. Penakwilan yang begitulah yang dianggap mereka sebagai agama yang wajib
diikuti. Perbuatan mereka itu juga dicela.

ْ ْ َ ‫ٰ ََ ه‬ ْ ْ َ ‫ٰ ََه ْهْ َ َ َ ٰ ْ َ َ َ ه ْ َْ َه ْ َ ََه ْهْ َ ه‬


ّۤ‫نّۤ ِغن ِػ‬
ّۤ ‫اّللّۤوماّۤو ّۤيّۤ ِم‬
ِّۤ ّۤ‫ػ‬
ِّۤ ‫نّۤ ِغن‬
ّۤ ‫نّۤو ّۤيّۤ ِم‬
ّۤ ‫ن ويليلي‬
ّۤ ‫بّۤوو ّۤمّۤيػلمي‬
ّۤ ‫اّللّۤالك ِؼ‬
ِّۤ ّۤ‫نّۤعلى‬
ّۤ ‫اّللّّۤۤويليلي‬
ِّۤ

…. Dan mereka berkata, ”Itu dari Allah,” padahal bukan dari Allah. Mereka mengatakan hal yang dusta
terhadap Allah, padahal mereka mengetahui. (²li ‘ Imr±n/3: 78).;Jelas bahwa yang dimaksud dengan
mencampuradukkan antara yang hak dengan yang batil ialah: tipu daya Ahli Kitab yang menakwilkan ayat-
ayat Allah dan mengatakan bahwa penakwilan itu datang dari Allah. Sementara berita gembira tentang
kedatangan Nabi Muhammad, mereka sembunyikan.

Semua ini menunjukkan bahwa mereka melakukan perbuatan itu bukan karena kealpaan atau karena tidak
tahu, tetapi karena ingkar, dan hasad yang telah bersarang di dalam dada mereka.

َ ‫ه‬ َّ َ َ ٰ ‫ْه‬ َّ َ ْ ‫َ َ َ ْ َّ َ ٌ ْ َ ْ ْ ٰ ٰ ه ْ َّ ْ ه ْ َ َ َ َّ ْ َ ٰ ه‬
ّۤ ‫ارّۤ َواكف هؽ ْواّۤا ِع َؽهّّۤۤلػل هى ّْۤمّۤ َي ْؽ ِسػ ْي‬
ّۤ ّۤ‫نّۤڨ‬ ِّۤ ‫ذّۤا َمج ْياّۤ َوس ّۤهّۤالن َى‬
ّۤ ‫لّۤ ّۤعلىّۤال ِذد‬ ّۤ ‫بّۤا ِمجياّۤ ِةال ِذ‬
ّۤ ‫يّۤان ِؾ‬ ّۤ ِ ‫لّۤال ِكت‬
ّۤ ِ ‫نّۤاو‬
ّۤ ‫جّۤظاۤىِٕف ّۤثّۤ ِم‬
ّۤ ‫وكال‬

72. (72) Ada golongan dari Ahli Kitab yang mengajak kawan-kawannya agar pura-pura beriman kepada
kitab yang diturunkan kepada Muhammad di pagi hari, kemudian mengingkarinya pada waktu sore. Mereka
bersikap demikian untuk menimbulkan kesan di hati umat Islam, kalau agama Islam itu benar tentulah
orang-orang Yahudi yang baru masuk Islam tadi tidak akan murtad lagi. Sikap serupa ini tiada lain hanya
tipu daya mereka untuk mempengaruhi orang-orang Islam agar kembali kepada kekafirannya.

Ibnu Jar³r meriwayatkan dari Imam Mujahid, ia berkata bahwa, segolongan orang Yahudi salat subuh
bersama Nabi. Kemudian mereka kafir pada petang harinya. Apabila mereka melakukan tipu daya serupa
itu, bukanlah hal yang aneh, karena mengetahui bahwa di antara tanda-tanda kebenaran itu ialah, apabila
seseorang telah mengetahui sesuatu itu benar, tentu dia tidak akan meninggalkannya. Hal ini dapat
dipahami dari pernyataan Heraklius, Kaisar Rumawi kepada Abu Sufyan ketika dia menanyakan kepadanya
tentang keadaan Muhammad, yaitu ketika Nabi Muhammad saw menyeru Heraklius dengan suratnya untuk
masuk Islam, “Adakah orang yang keluar dari agamanya setelah ia memeluknya?” Abu Sufyan menjawab,
“Tidak ada.”

Ayat ini memperingatkan Nabi Muhammad akan tipu daya Ahli Kitab dan memberitahukan siasat mereka,
agar tipu daya itu tidak mempengaruhi hati orang mukmin yang masih lemah. Peringatan ini berguna untuk
menggagalkan usaha mereka; sebab apabila latar belakang dari tipu daya mereka telah diketahui, tentulah
usaha mereka tidak akan berhasil. Ayat ini sebagai mukjizat bagi Nabi Muhammad saw, karena
mengandung berita gaib yang membukakan rahasia niat busuk orang Yahudi.
َ ْ َ ْ َّ ْ ‫ٰ َ ْ ْ ٰ َ َ ٌ ْ َ َ ه ْ ْ ه ْ َ ْ ه َ ْ ه ْ ْ َ َ ه ْ ه‬ َ ‫ه‬ ٰ ْ َّ ْ ‫َ َ ه ْ ه ْ َّ َ ْ َ َ ْ َ ه ْ ه‬
ِّۤ ‫ل ّۤ ِة َي‬
ّۤ‫ػ‬ ّۤ ‫ن ّۤالفض‬
ّۤ ‫ل ّۤ ِا‬
ّۤ ‫ػ ّۤر ِةك ّۤم ّۤ ّۤك‬
ّۤ ‫ل ّۤما ّۤاوِّۤححخ ّۤم ّۤا ّۤو ّۤيحاۤسيك ّۤم ّۤ ِغن‬
ّۤ ‫ػ ّۤ ِمر‬
ّۤ ‫ن ّۤيؤتىّۤ ّۤاح‬ ِّۤ ّۤ ‫ن ّۤال هىػى ّۤوػى‬
ّۤ ‫اّلل ّۤ ّۤا‬ ّۤ ‫ل ّۤ ِا‬ ّۤ ‫ولا ّۤحؤ ِمجيا ّۤ ِالا ّۤ ِلم‬
ّۤ ‫ن ّۤح ِت ّۤع ّۤ ِدينك ّۤم ّۤ ّۤك‬

َ
ّۤ ّۤ‫اس ٌّۤعّۤع ِل ْي ٌّۤمّّۤۤک‬ ‫نّۤيَّ َشا هّۤۤءّۤ َو ٰ ه‬
َ ّۤ‫اّلل‬
‫و‬ ّۤ ّۤ ّۤ
ٰ
ْ ‫اّللّّۤۤ هي ْؤح ْي ّۤهّۤ َم‬
ِ ِ ِ ِ

73. (73) Allah mengungkapkan adanya perkataan pemimpin-pemimpin Yahudi yang melarang kaumnya
menyatakan kepercayaan mereka kepada orang lain yang bukan Yahudi, bahwa kenabian itu boleh saja
diberi oleh Allah kepada orang lain, selain orang-orang Yahudi. Sebab jika hal itu dikatakan kepada umat
Islam tentu umat Islam akan menjadikannya alasan untuk menguatkan kerasulan Muhammad, yang diutus
oleh Allah dari kalangan orang Arab, bukan dari kalangan orang Yahudi. Sikap semacam itu timbul karena
orang-orang Yahudi itu memang mengetahui bahwa Allah dapat mengutus seorang rasul, biarpun tidak

45
dari kalangan bangsa Yahudi, tetapi mereka mengingkari kenabian Muhammad adalah karena
kesombongan dan kedengkian mereka.

Sesungguhnya petunjuk yang baru diikuti itu ialah petunjuk Allah. Maksudnya bahwa petunjuk itu tidak
hanya untuk satu bangsa tertentu di antara hamba-hamba-Nya. Petunjuk itu disampaikan melalui nabi-nabi
yang diangkat oleh Allah sesuai dengan kehendak-Nya. Oleh sebab itu orang yang diberi petunjuk oleh
Allah swt, ia tidak akan sesat dan tidak ada seorang pun yang sanggup menyesatkannya. Maka tipu daya
Ahli Kitab tidak akan memberi pengaruh sedikit pun kepada orang Muslim dan tidak ada yang dapat
menghalangi kehendak Allah terhadap nabi-nabi-Nya.

Kerasulan itu adalah karunia dari Tuhan yang berada di dalam kekuasaan-Nya secara mutlak. Allah Maha
Pemberi dan Maha Mengetahui, siapa saja yang berhak mendapatkan karunia-Nya. Maka Allah akan
memberikan karunia-Nya kepada orang yang berhak menerimanya. Dalam pernyataan ini terdapat
peringatan bahwa orang-orang Yahudi. telah mempersempit pengertian tentang karunia Tuhan Yang
Mahaluas.

Karunia Allah sangat luas dan rahmat-Nya diberikan secara merata menurut kehendak-Nya. Ini merupakan
bantahan terhadap tuduhan Ahli Kitab yang mengatakan bahwa kenabian dan kerasulan itu hanya bagi
orang-orang Bani Israil saja.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa Allah mempunyai hak mutlak untuk mengutus nabi dan rasul
sesuai dengan keadilan dan rahmat-Nya.

َ ْ ْ َ ْ ‫َ ْ َ َ ْ َّ َ ه َ ٰ ه ه‬ َْ َ
ّۤ ّۤ‫لّۤالػ ِظ ْي ِّۤمّۤڪ‬
ّۤ ِ ‫اّللّۤذوّۤالفض‬
ّۤ ‫نّۤيشا ّۤۤءّۤو‬
ّۤ ‫يخخصّّۤۤ ِةؽحم ِخهّّۤۤم‬

74. (74) Rahmat Allah yang diberikan kepada nabi adalah suatu karunia Allah semata. Karunia Allah
sangat luas dan rahmat-Nya merata pada setiap hamba-Nya. Tak ada seorang pun yang dapat
mempengaruhi Allah dalam memberikan karunia itu. Maka Allah berhak untuk menambah rahmat dan
karunia-Nya kepada hamba-Nya sesuai dengan keadilan-Nya, tidak seperti pendapat Ahli Kitab bahwa
rahmat Allah dan karunia-Nya, untuk mereka saja. Dengan demikian Allah mempunyai kekuasaan yang tak
terbatas untuk mengutus nabi menurut kehendak-Nya. Jika Allah mengutus seorang nabi dari satu bangsa
tertentu, hal itu semata-mata karena limpahan karunia dan rahmat-Nya semata.

Dari ayat ini dapat dipahami bahwa penilaian Allah terhadap seseorang pada dasarnya adalah sama.
Tidak ada seorang pun yang melebihi orang lain kecuali dengan takwanya. Keutamaan itu hanyalah datang
dari Allah yang diberikan kepada seseorang menurut kehendak-Nya.
ْ ْ
‫َ ْ َ َّ َ ه ْ َ َ َ ْ َ ً ٰ َ ََّ ه َ ه‬ َ َّ َ ْ ‫َ ْ َ َ ْ ه ْ َّ ْ ْ َ ْ ه‬ َ َ ْ ‫َ ْ َْ ْ ٰ َ ْ ْ َ ْ ه‬
ّۤ‫كّۤ ِةانه ّْۤمّۤكال ْيا‬
ّۤ ‫جّۤعلح ِّۤهّۤكاۤىِٕماّّۤۤذ ِل‬ ّۤ ‫نّّۤۤحأ َمن ّۤهّۤ ِة ِػينارّّۤۤلاّۤ هيؤ ِدهّّۤۤ ِالح‬
ّۤ ‫كّۤ ِالاّۤماّۤدم‬ ّۤ ‫نّۤ ِا‬ ّۤ ‫نّۤحأ َمن ّۤهّۤ ِة ِلنعارّّۤۤيؤ ِدهّّۤۤ ِالح‬
ّۤ ‫كّۤو ِمنى ّۤمّۤم‬ ّۤ ‫نّۤ ِا‬
ّۤ ‫بّۤم‬
ّۤ ِ ‫لّۤال ِكت‬
ّۤ ِ ‫نّۤاو‬
ّۤ ‫۞ّۤو ِم‬
َ َ ْ ‫ْه َ َ ْ ٌ ََه ْهْ َ َ َ ٰ ْ َ َ ه‬ َََْ ََْ
ّۤ ‫بّۤ َوو ّْۤمّۤ َيػل هم ْي‬
ّۤ ّۤ‫نّۤګ‬ ّۤ ‫اّللّۤالك ِؼ‬
ِّۤ ّۤ‫نّۤعلى‬
ّۤ ‫لّۤويليلي‬
ّۤ ‫نّۤس ِبي‬
ّۤ ‫سّۤعلحناّۤ ِفىّۤالا ِمح‬
ّۤ ‫لح‬

75. (75) Dalam ayat ini diterangkan, bahwa di antara Ahli Kitab itu ada sekelompok manusia yang apabila
mendapat kepercayaan diserahi harta yang banyak atau pun sedikit, mereka mengembalikannya sesuai
dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya. Tetapi ada pula di antara mereka yang apabila mendapat
kepercayaan diserahi sejumlah harta sedikit saja mereka tidak mau mengembalikan kecuali apabila ditagih,
baru mereka mau menyerahkannya setelah melalui proses pembuktian.

46
Hal ini menunjukkan bahwa di antara Ahli Kitab itu ada sekelompok orang yang pekerjaannya mempersulit
Muslimin dan membuat tipu daya agar orang Islam tidak senang memeluk agamanya dan berbalik untuk
mengikuti agama mereka. Di antara mereka ada pula sekelompok orang yang pekerjaannya
memutarbalikkan hukum. Mereka menghalalkan memakan harta orang lain dengan alasan bahwa: “Kitab
Taurat melarang mengkhianati amanat terhadap saudara-saudara mereka seagama. Kalau pengkhianatan
itu dilakukan terhadap bangsa lain mereka membolehkannya. Dengan ringkas dapat dikatakan bahwa Ahli
Kitab dapat dibagi menjadi dua golongan:

1. Ahli Kitab yang betul-betul berpegang pada kitab Taurat yang betul-betul bisa dipercaya. Sebagai
contoh misalnya Abdullah bin Salam yang dititipi harta oleh Quraisy dalam jumlah besar kemudian harta
itu dikembalikannya.

2. Ahli Kitab yang tidak dapat dipercaya karena apabila mereka dititipi harta walaupun sedikit, mereka
mengingkari dan tidak mau mengembalikannya lagi kecuali apabila dibuktikan dengan keterangan yang
masuk akal atau apabila melalui proses pembuktian di muka pengadilan.;Sebagai contoh ialah Ka‘ ab bin
al-Asyraf yang dititipi uang satu dinar oleh Quraisy kemudian dia mengingkari titipan itu.

Sebab-sebab mereka melakukan demikian, ialah karena mereka beranggapan tidak berdosa apabila mereka
tidak menunaikan amanat terhadap seorang Muslim, karena mereka beranggapan bahwa tidak ada
ancaman dan tidak ada dosa apabila mereka makan harta seorang Muslim dengan jalan yang batil.

Secara ringkas dapat dikatakan bahwa menurut pendapat mereka setiap orang selain bangsa Yahudi tidak
akan diperhatikan Allah, bahkan mereka mendapat murka dari Allah. Oleh sebab itu harta mereka tidak
akan mendapat perlindungan, dan mengambil harta mereka tidak dianggap sebagai dosa. Tidak diragukan
lagi bahwa anggapan serupa ini termasuk pengingkaran, penipuan dan penghinaan terhadap agama.

Maksudnya mereka mengetahui dan menyadari bahwa mereka sengaja berdusta dalam hal itu, padahal
mereka telah mengetahui bahwa dalam kitab Taurat tidak ada ketentuan sedikit pun yang membolehkan
untuk menghianati orang Arab, dan memakan harta orang Islam secara tidak sah.

Sebenarnya mereka telah mengetahui hal itu, tetapi mereka tidak berpegang kepada kitab Taurat. Mereka
lebih cenderung bertaklid kepada perkataan pemimpin agama mereka, dan menganggapnya sebagai
ketentuan yang wajib mereka ikuti. Padahal pemimpin-pemimpin mereka itu mengemukakan pendapatnya
mengenai hal-hal yang bersangkut paut dengan agama dengan menggunakan penakwilan dengan akal dan
selera. Mereka tidak segan-segan mengubah susunan kalimat asli Taurat untuk memperkuat pendapat
mereka. Mereka mempertahankan pendapat itu dengan mencari-cari alasan yang dapat menguatkannya.

Diriwayatkan juga oleh Ibnu Munzir dari Sa‘ id bin Jubair ia berkata: Setelah turun ayat 75 ini Rasulullah
bersabda:

َ ْ َ ْ َ ٌ َّ َ ‫ْ َ َّ َّ َ ه َ َ ْ َ َ َ َ َ َ ْ َّ ْ َ َ َ َ َ َّ َ ه‬ َ ْ َ ‫ه‬ َ ْ َ َ ََ
ّۤ‫ؽ ّۤ(رواه ّۤاةن ّۤمنؼر ّۤغن‬
ِّۤ ‫اس‬ ‫ف‬ ‫ال‬‫و‬ّۤ ّۤ
‫د‬ ‫ب‬ ‫ال‬ّۤ ‫ى‬ ‫ل‬ ‫ا‬ِ ّۤ ّۤ
‫اة‬ ‫د‬‫ؤ‬‫م‬ّۤ ‫ا‬ ‫ى‬‫ن‬‫ا‬ِ ‫ـ‬ ّۤ ّۤ
‫ث‬ ‫ان‬ ‫م‬‫لا‬ ‫ا‬ّۤ ّۤ
‫لا‬ ‫ا‬ ّۤ
ِ ِ ّۤ
‫ن‬ ‫ح‬‫اح‬ ‫و‬ّۤ ّۤ
‫ي‬ َّ
‫م‬ ‫ػ‬ ‫ك‬ّۤ ّۤ
‫ج‬ ‫ح‬ ‫ت‬ ّۤ ّۤ
‫ي‬ ‫و‬‫و‬ّۤ ّۤ
‫لا‬ ‫ا‬ ّۤ ّۤ
‫ث‬
ِ ِ ِ ِ‫ي‬‫ل‬ ‫او‬ ‫ج‬‫ال‬ّۤ ‫ى‬ ‫ف‬ ّۤ ‫ء‬
ّۤ ‫ي‬ْ ‫ش‬ ّۤ ّۤ
‫ن‬ ‫م‬ِ ّۤ ‫ا‬ ‫م‬ّۤ ّۤ
‫اّلل‬
ِ ّۤ ّۤ
‫اء‬ ‫ػ‬ ‫ب ّۤاع‬
ّۤ ‫كؼ‬
ِ ِِ ِ

‫)سػيػّۤةنّۤستحد‬

Musuh-musuh Allah (orang-orang Yahudi) telah berdusta. Tidak ada suatu ketentuan di zaman jahiliah
melainkan telah berada di bawah kedua telapak kakiku ini (telah dibatalkan) terkecuali amanat. Amanat ini
diwajibkan kepada orang yang baik dan orang yang jahat. (Riwayat Ibnu Mun©ir dari Sa‘ id bin Jubair)

َ َّ ْ ‫َ َّ ٰ َ َّ ٰ َ ه‬ َ ٰ َ ْ َ َٰ
ّۤ ‫يحبّّۤۤال همخ ِل ْح‬
ّۤ ّۤ‫نّۤڬ‬ ِ ّۤ‫اّلل‬ ّۤ ‫نّۤا ْوفىّۤ ِةػ ْى ِػهّّۤۤواحؼىّۤـ ِا‬
ّۤ ّۤ‫ن‬ ّۤ ‫ةلىّۤم‬

47
76. (76) Pendapat kalangan Bani Israil yang mengatakan bahwa tidak ada dosa bagi mereka apabila
mereka melakukan kejahatan terhadap umat Islam disangkal. Kemudian Allah menegaskan agar setiap
orang selalu menepati segala macam janji dan menunaikan amanah yang dipercayakan kepadanya.

Kalau ada orang yang meminjamkan harta kepadamu yang telah ditetapkan waktunya, atau ada orang yang
menjual barang yang telah ditetapkan, atau ada orang yang menitipkan barang, hendaklah ditepati
ketentuan-ketentuan yang telah disepakati bersama. Hendaklah harta seseorang diberikan tepat pada
waktunya tanpa menunggu tagihan atau menunggu sampai persoalan itu dibawa ke pengadilan.
Demikianlah yang dikehendaki oleh ketentuan syariat.

Dalam ayat ini terdapat satu peringatan bahwa orang Yahudi itu tidak mau menepati janji semata-mata
karena janjinya, tetapi mereka melihat dengan siapa mereka berjanji. Apabila mereka mengadakan
perjanjian dengan Bani Israil mereka memandang wajib memenuhinya, tetapi apabila mereka mengadakan
perjanjian dengan selain Bani Israil, mereka tidak memandang wajib memenuhinya.

Allah menyebutkan pahala orang yang menepati janjinya untuk memberikan pengertian bahwa menepati
janji termasuk perbuatan yang diridai Allah dan orang yang menepati janji itu akan mendapat rahmat-Nya
di dunia dan di akhirat.

Pada ayat ini dijelaskan bahwa prinsip agama yaitu menepati janji dan tidak mengingkarinya, serta
memelihara diri dari berbuat maksiat adalah perbuatan yang mendekatkan diri kepada Allah, dan patut
mendapat limpahan kasih sayang-Nya.
ْ َ َ َ َ َ َ َ ٰۤ ‫َ ً َ ً ه‬ َّ َّ
َ ‫ْ ٰ َ ََ ه َ ه ه ه ٰ ه َ ْ ه‬ َ َ ٰ َ َ ْ ‫َْ َ ْ َ ه‬
ّۤ‫ؽ ّۤ ِال ْي ِى ّْۤم ّۤ َي ْي َّۤم ّۤال ِل ٰي َم ِّۤث ّۤ َولا‬ ّۤ ّۤ ‫اق ّۤل هى ّْۤم ّۤ ِفى ّۤالا ِعؽ ِّۤة ّۤولا ّۤيك ِلمى ّۤم‬
ّۤ‫اّلل ّۤ َولا ّۤ َينظ ه‬ ّۤ ‫اّلل ّۤ َوا ْيم ِان ِه ّْۤم ّۤذ َمنا ّۤك ِل ْيلا ّۤاول ِٕى‬
ّۤ ‫ك ّۤلا ّۤخل‬ ِّۤ ‫ن ّۤ ِةػ ْى‬
ِّۤ ّۤ ‫ػ‬ ّۤ ‫ذ ّۤيشتدو‬
ّۤ ‫ن ّۤال ِذد‬
ّۤ ‫ِا‬
َ َ َ َ
ّۤ ٌ ‫هي َؾ ِك ْي ِى ّْۤمّّۤۤ َول هى ّْۤمّۤعؼ‬
ّۤ ّۤ‫ابّۤا ِل ْي ٌّۤمّۤڭ‬

77. (77) Mengenai sabab nuzul ayat ini dijelaskan dalam hadis diriwayatkan oleh al-Bukh±r³ dan ahli-ahli
hadis yang lain bahwa al-Asy‘ a£ bin Qais berkata, “Aku mempunyai perjanjian sewa tanah dengan
seorang Yahudi lalu dia mengingkarinya. Sebab itu aku mengajukannya kepada Rasulullah saw.” Kemudian
Rasulullah bersabda, “Apakah engkau mempunyai bukti?” Aku berkata, “Tidak.” Sesudah itu Rasulullah
berkata kepada Yahudi itu, “Bersumpahlah.” Lalu aku berkata, “Hai Rasulullah! Kalau begitu, ia akan
bersumpah. (Dan kalau bersumpah) maka akan lenyaplah hartaku.” Maka Allah menurunkan ayat ini.

Dalam ayat ini dijelaskan berbagai akibat yang akan diderita oleh orang yang mengingkari janji Allah dan
melanggar sumpah dengan harga atau imbalan yang murah.

Yang dimaksud dengan “janji Allah” dalam ayat ini ialah perintah Allah dan larangan-Nya yang
disampaikan dengan perantaraan rasul yang disebutkan dalam kitab-kitab-Nya. Seperti berlaku benar,
memenuhi janji yang telah dibuat, menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, menyembah
Allah dengan tidak mempersekutukan-Nya, dan bertakwa kepada-Nya dalam semua urusan. Yang dimaksud
dengan sumpah mereka ialah ikrar yang telah mereka ucapkan bahwa mereka akan selalu mengikuti
kebenaran.

Yang dimaksud dengan “menukar janji Allah dengan harga yang sedikit” (murah) ialah mengingkari janji
Allah dengan perbuatan duniawi yang dipandang lebih baik. Segala macam pengingkaran ini dipandang
rendah atau tak bernilai sama sekali dibandingkan dengan nikmat yang akan diperoleh bila memenuhi janji
Allah.

Adapun akibat yang akan diderita oleh mereka yang berani menukar janji Allah dengan nikmat dunia, ialah
mereka tidak akan mendapat balasan sedikit pun berupa nikmat di akhirat yang berlimpah-limpah. Mereka

48
tidak akan mendapat perhatian dari Allah pada hari kiamat, juga mereka tidak akan mendapat
pengampunan dosa sedikit pun.

Menurut keterangan al-Qaffal bahwa yang dimaksud dengan firman Allah, “Dan Allah tidak akan berkata-
kata dengan mereka”, ialah gambaran dari kemarahan Allah yang memuncak terhadap mereka. Dengan
ringkas dapat dikatakan bahwa Allah mengancam dengan keras orang yang merusak perjanjian dan
mengingkari janji. Mereka tidak akan memperoleh pahala di akhirat, mereka akan menderita siksaan yang
pedih, mereka dibenci Allah dan tidak mendapat belas kasih-Nya lagi

ٰ ْ ْ َ ‫ٰ ََ ه‬ ْ ْ َ ‫ََه ْهْ َ ه‬ ٰ ْ َ َ ‫َ َ ه‬ ٰ ْ َ ‫َ ْ َ ه ْه‬ ٰ ْ ْ ‫َ َّ ْ ه ْ َ َ ْ ً َّ ْ َ َ ْ َ َ ه‬


ّّۤۤ ‫اّلل‬
ِّۤ ّۤ ‫ػ‬
ِّۤ ‫ن ّۤ ِغن‬
ّۤ ‫اّلل ّۤوما ّۤو ّۤي ّۤ ِم‬
ِّۤ ّۤ ‫ػ‬
ِّۤ ‫ن ّۤ ِغن‬
ّۤ ‫ن ّۤو ّۤي ّۤ ِم‬
ّۤ ‫ب ّۤويليلي‬
ّۤ ِ ‫ن ّۤال ِكت‬
ّۤ ‫ب ّۤوما ّۤو ّۤي ّۤ ِم‬
ّۤ ِ ‫ن ّۤال ِكت‬
ّۤ ‫ب ِّۤلتطستي ّۤه ّۤ ِم‬
ّۤ ِ ‫ن ّۤال ِسجخى ّۤم ّۤ ِةال ِكت‬
ّۤ ‫ن ّۤ ِمنى ّۤم ّۤلف ِؽيلا ّۤيلي‬
ّۤ ِ‫وا‬
َ ْ ‫ََه ْهْ َ َ َ ٰ ْ َ َ َ ه ْ َْ َه‬
ّۤ ّۤ‫نّۤڮ‬
ّۤ ‫بّۤوو ّۤمّۤيػلمي‬
ّۤ ‫اّللّۤالك ِؼ‬
ِّۤ ّۤ‫نّۤعلى‬
ّۤ ‫ويليلي‬

78. (78) Ayat ini menerangkan keadaan sekelompok Ahli Kitab yang lain, yaitu segolongan dari pendeta-
pendeta mereka yang mengubah ayat-ayat Kitab (Taurat) dengan menambah lafaz-lafaznya atau menukar
letak dan menghapus sebagian dari lafaz-lafaz itu, sehingga berubahlah pengertiannya yang asli. Mereka
baca ayat-ayat yang telah diubah-ubahnya itu sebagai pembacaan ayat al-Kitab, agar pendengarnya
mengira bahwa yang dibaca itu benar-benar ayat al-Kitab, padahal yang dibaca itu sebenarnya bukan
datang dari Allah, tetapi buatan mereka sendiri.

Mereka mengetahui bahwa perbuatan yang mereka lakukan itu adalah perbuatan yang salah, tetapi tetap
juga mereka lakukan. Yang demikian itu disebabkan karena sifat ketakwaan mereka kepada Allah telah
lenyap, dan mereka percaya bahwa Allah akan mengampuni apa saja dosa yang mereka kerjakan karena
mereka orang yang beragama.

Perbuatan orang Yahudi yang sangat keji itu, menjadi pelajaran bagi umat Islam agar jangan sampai ada
di antara umat Islam yang berkelakuan demikian, jangan sampai ada yang beritikad bahwa orang Islam itu
pasti mendapat ampunan dari Allah betapa pun besarnya dosa yang mereka lakukan. Jangan pula ada di
antara orang yang mengaku beragama Islam tetapi perbuatannya perbuatan orang kafir dan munafik, tidak
mau mengerjakan ajaran Al-Qur′an dan sunah Rasul, dan tidak pula berkeyakinan sesuai dengan
kepercayaan Muslimin.

‫ٰ َ ٰ ْ ه ْ ه ْ ََّ َ َ ه ْ ه‬ ‫ه ْهْ َ ً ْ ْ ه‬ َّ َ ْ ‫َ َ َ َ َ َ ْ ْ َ ه ٰ ه ْ ٰ َ َ ْ ه ْ َ َ هَّ َ هَّ َ ه‬


ّۤ‫ن ّۤ ِةما ّۤكجخ ّْۤم‬
ّۤ ‫ن ّۤكينيا ّۤرة ِانح‬
ّۤ ‫اّلل ّۤول ِك‬ ّۤ ِ ‫ن ّۤد ْو‬
ِّۤ ّۤ ‫ن‬ ّۤ ‫اس ّۤكينيا ّۤ ِغتادا ِّۤل ّۤي ّۤ ِم‬
ّۤ ِ ‫ل ّۤ ِللن‬
ّۤ ‫ب ّۤوالحك ّۤم ّۤوالجتي ّۤة ّۤذ ّۤم ّۤيلي‬
ّۤ ‫اّلل ّۤال ِكت‬
ّۤ ّۤ ‫ن ّۤيؤ ِحي ّۤه‬
ّۤ ‫غن ّۤ ِلبضهّۤ ّۤا‬
ّۤ ‫ما ّۤع‬
َ َْ ‫َ ه ْه‬ ٰ ْ َ ْ ‫هَ ه‬
ّۤ ‫بّۤ َو ِةماّۤكجخ ّْۤمّۤحػ هر هس ْي‬
ّۤ ّۤ‫نّّۤۤگ‬ ّۤ َ ‫نّۤال ِكت‬
ّۤ ‫حػ ِلمي‬

79. (79) Tidak mungkin terjadi dan tidak pantas bagi seorang manusia yang diberi kitab oleh Allah dan
diberi pelajaran tentang pengetahuan agama, serta diangkat menjadi nabi, kemudian dia mengajak manusia
untuk menyembah dirinya sendiri bukan menyembah Allah. Orang yang diberi keutamaan-keutamaan
seperti itu tentunya akan mengajak manusia mempelajari sifat-sifat Allah serta mempelajari hukum-hukum
agama, dan memberikan contoh yang baik dalam hal menaati Allah dan beribadah kepada-Nya, serta
mengajarkan Kitab kepada sekalian manusia.

Nabi sebagai seorang manusia yang telah diberi keutamaan yang telah disebutkan, tentu tidak mungkin dan
tidak pantas menyuruh orang lain menyembah dirinya, sebab dia adalah makhluk Allah. Maka penciptanya
yaitu Allah yang harus disembah. Ditegaskan kepadanya adalah menyuruh manusia agar bertakwa kepada
Allah, mengajarkan Al-Kitab dan melaksanakannya, hal itu telah ditegaskan oleh firman Allah:

49
َّ ً ْ ‫ٰ َ ْ ه ه‬ ‫ه‬
ّۤ‫ػّۤمخ ِلصاّۤلهّّۤۤ ِد ْي ِج ْي‬ َّۤ ّۤ‫ل‬
ّۤ ‫اّللّۤاغ هت‬ ّۤ ِ ‫ك‬

Katakanlah, ”Hanya Allah yang aku sembah dengan penuh ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan)
agamaku.” (az-Zumar/39: 14);Barang siapa menyuruh manusia menyembah dirinya, berarti ia mengakui
bahwa Allah mempunyai sekutu yaitu dirinya sendiri. Barang siapa mempersekutukan Allah dengan lain-
Nya, berarti ia telah menghilangkan kemurnian ibadah kepada Allah semata. Dengan hilangnya kemurnian
ibadah berarti hilang pulalah arti ibadah.

َ ‫َ َْ ه‬ ‫ه‬ َ ْ ‫ْ ه ْ َ ه َ َّ ْ َ َّ َ ه ْ ْ ه ْ َ ْ َ َ َ َ ْ ه ه ه ْ َّ ه َ ه ْ َ َ ٰ ه ْ ٰ َّ ٰ َ َ ْ ه‬ ٰ ََ
ّۤ‫اّللّۤيحك هّۤمّۤ َةحن هى ّْۤمّۤ ِف ّْۤيّۤ َماّۤو ّْۤمّۤ ِـ ْح ِّۤهّۤيخخ ِلف ْين‬
ّۤ ّۤ‫ن‬
ّۤ ‫اّللّۤزلػىّّۤۤ ِا‬
ِّۤ ّۤ‫نّۤدو ِنهّّۤۤاوِلحا ّۤۤءّۤماّۤنػتػو ّۤمّۤ ِالاِّّۤۤليل ِؽةيناّۤ ِالى‬
ّۤ ‫ذ ّۤاتخؼوا ّۤ ِم‬
ّۤ ‫صّۤوال ِذد‬
ّۤ ‫ذّۤالخا ِل‬
ّۤ ‫الدد‬
ِ ّۤ‫ّلل‬
ِّۤ ِّۤ ‫الا‬
;Ingatlah! Hanya milik Allah agama yang murni (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung
selain Dia (berkata), ”Kami tidak menyembah mereka melainkan (berharap) agar mereka mendekatkan
kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.” Sungguh, Allah akan memberi putusan di antara mereka
tentang apa yang mereka perselisihkan… (az-Zumar/39: 3);Begitu juga firman Allah yang menceritakan
seruan Nabi Hud kepada kaumnya:
َ َ َ ‫ََ ه ََ ه‬ ٰ َّ ‫َ ْ َّ َ ْ ه‬
ّۤ‫اب ّۤ َي ْيمّۤ ّۤا ِل ْيم‬
ّۤ َ ‫افّۤعل ْحك ّْۤمّۤعؼ‬ َّۤ ّۤ ‫ن ّۤلا ّۤحػ هتػ ْوا ّۤ ِالا‬
ّۤ ‫اّللّۤ ِ ِان ّْۤي ّۤاخ‬ ّۤ ‫; ا‬Agar kamu tidak menyembah selain Allah. Aku benar-benar
khawatir kamu akan ditimpa azab (pada) hari yang sangat pedih.” (Hµd/11: 26);Semua nabi menyuruh
manusia agar menyembah Allah:

َ ٰ ْ ْ ‫َٰ َ َ ه‬ ‫ْ ه‬ َ َ َ ً ٰ ْ ‫َ ٰ َه ْ َ ََ ه‬
‫ن ّۤ ِالهّۤ ّۤغ ْح هده‬ ّۤ ّۤ ‫ال ّۤ ٰيل ْي ِّۤم ّۤاغ هتػوا‬
ّۤ ‫اّلل ّۤما ّۤلك ّۤم ّۤ ِم‬ ّۤ ‫; ۞ّۤواِ لى ّۤذمي ّۤد ّۤاخاو ّۤم ّۤص ِلطا ّۤ ّۤك‬Dan kepada kaum ¤amµd (Kami utus) saudara
mereka, Saleh. Dia berkata, ”Wahai kaumku! Sembahlah Allah, tidak ada tuhan bagimu selain Dia.….
(Hµd/11: 61)
ْ ‫َ َ َ ْ ه َ ه ْ َ ْ ََّ ه‬
َ ‫ْ َ ٰۤ َ َ َ َّ َ َ ْ َ ً َ َ ه ه ه ْ ْ ه ْ َ ْ َ ْ َ ْ ه‬
ّۤ ‫ػّۤ ِا ّۤذّۤانخ ّْۤمّۤم ْس ِل هم ْي‬
ّۤ ّۤ‫نّّۤࣖۤڰ‬ ّۤ ‫ؽّۤةػ‬
ِّۤ ‫نّۤارةاةاّّۤۤايأمؽك ّۤمّۤ ِةالكف‬
ّۤ ‫نّۤحخ ِغؼواّۤالملىِٕك ّۤثّۤوالج ِتح‬
ّۤ ‫ولاّۤيأمؽك ّۤمّۤا‬

80. (80). Tidak pantas bagi seorang manusia yang telah diberi wahyu oleh Allah, kemudian memerintahkan
kepada manusia untuk menjadikan malaikat dan para nabi sebagai Tuhan. Hal itu seluruhnya tidak pernah
dilakukan oleh para Nabi termasuk Nabi Muhammad saw. Yang pernah terjadi ialah orang-orang Arab
menyembah malaikat. Orang Yahudi menyembah Uzair dan orang-orang Nasrani menyembah Al-Masih,
yang dianggap sebagai putra Tuhan. Semua tindakan ini bertentangan dengan ajaran-ajaran yang dibawa
oleh para nabi karena nabi-nabi itu semuanya menyuruh manusia untuk menyembah Allah Yang Maha Esa

‫َ َ َ ْ ه هَّ َ َ َ ْ ه‬ َّ‫َ ٌ َ َ ه َ ه ْ ه‬ ٌ ‫ْ ه َ ه‬ ٰ ‫ْ َ َ َ ٰ ْ َ َ َّ َ َ َ ٰ َ ْ ه ه‬
ّۤ‫ال ّۤ َءاك َؽ ْرح ّْۤم‬ ّۤ ‫ق ّۤ ِلما ّۤ َمػك ّْۤم ّۤلخؤ ِمج‬
ّۤ ‫ن ّۤ ِةهّۤ ّۤولتنطهنهّۤ ّۤ ّۤك‬ ّۤ ‫ن ّۤ ِكتبّۤ َّّۤو ِحك َمثّۤ ّۤذَّّۤم ّۤجا َۤءك ّْۤم ّۤ َر هس ْي‬
ّۤ ‫ل ّۤمص ِػ‬ ّۤ ْ ‫ن ّۤلما ّۤاححخك ّْۤم ّۤ ِم‬
ّۤ ‫اق ّۤالج ِتح‬ ّۤ‫ؼ ّۤ ه‬
ّۤ ‫اّلل ّۤ ِمحر‬ ّۤ ‫َواِ ّۤذ ّۤاخ‬
ٰ َ ْ ‫َ َ َ ْ ه ْ َ ٰ ٰ ه ْ ْ ْ َ ه ْ َْ َ ْ َ َ َ َ ْ َ ه ْ َ ََ۠ َ َ ه‬
ّۤ َ ‫نّۤالش ِى ِػ ْي‬
ّۤ ّۤ‫نّۤڱ‬ ّۤ ‫الّۤـاشىػواّۤوان ّۤاّۤمػك ّۤمّۤ ِم‬
ّۤ ‫يّّۤۤكالياّۤاكؽرناّّۤۤك‬
ّۤ ‫واخؼح ّۤمّۤعلىّۤذ ِلك ّۤمّۤ ِاص ِه‬

81. (81) Allah telah mengambil perjanjian dari para nabi bilamana datang seorang rasul yang
membenarkan kitab yang ada pada mereka, mereka akan beriman kepada rasul dan akan menolongnya,
mereka akan mempercayainya, meskipun mereka sendiri telah diberi Kitab dan diberi pula hikmah, mereka
tetap akan mempercayai dan mendukungnya. Hal itu disebabkan karena maksud dari diutusnya nabi-nabi
dan rasul-rasul itu adalah satu, yaitu menyampaikan ajaran Allah. Oleh karena itu para rasul itu harus
saling menolong.

50
Di samping itu, apabila syariat yang datang kemudian membawa ketentuan-ketentuan yang mengubah atau
menghapuskan ketentuan-ketentuan dari syariat yang lalu, tentu harus diterima, karena ajaran yang
berhubungan dengan pokok-pokok agama yang berhubungan dengan keimanan dan ketuhanan yang dibawa
para nabi itu adalah sama. Tetapi yang berhubungan dengan syariat (hukum) seperti hukum pidana dan
hukum perdata pada masing-masing agama dapat berbeda-beda, disesuaikan dengan keadaan waktu dan
tempat.

Yang dimaksud dengan “Nabi Muhammad saw membenarkan rasul-rasul terdahulu dan kitab-kitab yang
dibawanya”, ialah membenarkan bahwa Allah telah mengutus rasul-rasul itu dan menurunkan kitab-kitab
kepada mereka, dan bukanlah berarti bahwa Muhammad saw membenarkan seluruh isi kitab-kitab itu
sebagai yang terdapat sekarang.

Di dalam ayat ini terdapat isyarat yang kuat bahwa tidak semestinya agama itu menjadi sumber
permusuhan dan kebencian, seperti yang telah dilakukan oleh Ahli Kitab yang memusuhi Muhammad,
sehingga mereka sukar diajak kembali kepada prinsip yang sama, bahkan mereka merintangi, menentang
dan mengingkari ajakannya.

Dengan ringkas dapat dikatakan bahwa andaikata Ahli Kitab itu mau memahami dan memikirkan segi
persamaan prinsip yang dibawa oleh para nabi, tentulah mereka dapat menerima dan mengikuti ajaran
yang dibawa oleh Nabi Muhammad serta membenarkan syariat-Nya, sesuai dengan janji yang telah
diikrarkan oleh Nabi Musa dan Nabi Isa, yaitu bahwa setiap datang seorang nabi sesudah mereka, yang
membenarkan kitab yang ada pada mereka, mereka akan mempercayainya.

Jika orang Yahudi dan Nasrani percaya kepada Nabi Musa dan Nabi Isa, tentu mereka percaya pula pada
apa yang telah dipercayai oleh kedua nabi itu. Selanjutnya diterangkan bahwa janji nabi-nabi yang telah
disepakati bersama itu telah disaksikan oleh masing-masing pihak, dan Allah menjadi saksi pula atas ikrar
mereka itu.

َ ‫َ َ ْ َ َ ٰ َ ْ َ ٰ َ َ ه ٰۤ َ ه ْ ٰ ه‬
ّۤ ‫كّۤو هّۤمّۤالف ِسل ْي‬
ّۤ ّۤ‫نّۤڲ‬ ّۤ ‫ول ِٕى‬
ّۤ ‫كّۤـا‬
ّۤ ‫ػّۤذ ِل‬
ّۤ ‫نّۤحيلىّۤةػ‬
ّۤ ‫ـم‬

82. (82) Barangsiapa yang berpaling dari perjanjian yang telah diikrarkan itu, mereka orang-orang yang
fasik. Yang dimaksud dengan orang-orang yang berpaling ialah orang Yahudi yang berada di masa
Rasulullah. Mereka ini tidak mempercayai kenabian Muhammad saw yang berarti mereka tidak
mempercayai perjanjian yang telah diikrarkan oleh Nabi Musa dan Nabi Isa. Mereka mengetahui
perjanjian yang telah diikrarkan oleh Nabi Musa dan Nabi Isa, dan mengetahui isinya, akan tetapi mereka
tidak melaksanakannya. Karena itulah mereka dinamakan orang-orang fasik.

ً َ ً َ َ َ ‫ه‬
ّۤ ّۤ‫نّۤڳ‬
َ ‫َ ه‬ َ
ّۤ ‫ضّۤظ ْيعاَّّۤوك ْؽواَّّۤواِ ل ْح ِّۤهّۤ هي ْؽسػ ْي‬
َْ
ّۤ ِ ‫الس ٰم ٰي‬
ّۤ ِ ‫تّۤ َوالا ْر‬ َّ ّۤ‫نّۤفى‬
ّۤ ْ ‫نّۤ َولهّّّۤۤۤ َا ْس َل َّۤمّۤ َم‬ ٰ ْ َ ْ َ ََ
ّۤ ‫اّللّۤ َي ْتؾ ْي‬
ِّۤ ّۤ‫ن‬
ّۤ ِ ‫اـؾح ّۤدّۤ ِدي‬
ِ

83. (83) Allah tidak membenarkan sikap Ahli Kitab, bahkan mencelanya karena mereka itu menyeleweng
dari kebenaran, setelah kebenaran itu tampak jelas bagi mereka dan mereka tidak mau memeluk agama
Islam yang datang dari Allah. Allah swt menegur mereka mengapa mereka berbuat demikian, padahal
semua langit dan bumi tunduk kepada Allah secara sukarela dan takluk kepada ketentuan-Nya.

Secara ringkas dapat diterangkan bahwa orang Yahudi itu tidak percaya kepada agama yang dibawa Nabi
Muhammad saw, padahal nabi-nabi mereka mempercayai Nabi Muhammad saw, yang akan datang
kemudian. Dengan tidak percaya kepada Nabi Muhammad berarti mereka tidak percaya kepada nabi-nabi
mereka sendiri; dan berarti mereka mencari agama selain Islam. Sikap mereka itu dicela oleh Allah karena

51
apa saja yang ada di langit dan di bumi ini semuanya tunduk dan patuh kepada Allah mengapa mereka
tidak berbuat demikian?

Kemudian Allah menjelaskan bahwa kepada Allah kembali semua makhluk, baik orang Yahudi, orang
Nasrani, maupun umat-umat selain mereka. Pada saat itulah mereka akan diberi balasan, sesuai dengan
perbuatan mereka di dunia.

Di dalam ayat ini terdapat ancaman keras bagi orang-orang Ahli Kitab baik orang Yahudi maupun orang
Nasrani, karena mereka telah menyeleweng dari kebenaran, serta tidak mau mengakui kenabian
Muhammad saw.

َ َّ ٰ ‫ه‬ َْ ‫ْ ه‬ َ ٰ َ ٰٓ َ َ ْ ‫ٰ َ َ ه ْ َ َ َ ْ َ َ َ ه‬ َّ ٰ ْ ‫ه‬
ّۤ ْ ‫ن ّۤ ِم‬
ّۤ‫ن‬ ّۤ ‫اط ّۤ َو َما ّۤا ْ ِوت َّۤي ّۤ هم ْيسى ّۤ َو ِغ ْي ٰس ّۤى ّۤ َوالج ِتي ْي‬ ّۤ َ ‫ق ّۤ َو َيػل ْي‬
ّۤ ِ ‫ب ّۤ َوالا ْس َت‬ ّۤ ‫ل ّۤعلى ّۤ ِا ْة ٰؽ ِو ْي َّۤم ّۤ َواِ ْس ٰم ِػ ْي‬
ّۤ ‫ل ّۤ َواِ ْسط‬ ّۤ ‫ل ّۤعلحنا ّۤوما ّۤان ِؾ‬ ِّۤ ‫ل ّۤا َمجا ّۤ ِة‬
ّۤ ‫اّلل ّۤوما ّۤان ِؾ‬ ّۤ ‫ك‬
َ َْ
َ ْ َ َ َ ْ َ ‫َّ ْ َ ه َ ه‬
ّۤ ‫نّۤلهّّۤۤ هم ْس ِل هم ْي‬
ّۤ ّۤ‫نّۤڴ‬ ّۤ ‫نّۤاحػّّۤۤ ِمن هى ّْۤمّۤ َونح ه‬ّۤ ‫قّۤةح‬
ّۤ ‫ر ِب ِه ّۤمّۤلاّۤنف ِؽ‬

84. (84) Di dalam ayat ini Allah swt memerintahkan kepada Muhammad termasuk orang-orang yang
mengikutinya agar mempercayai, bahwa Allah pasti ada-Nya. Maha Esa serta mempunyai kekuasaan yang
tidak terbatas terhadap seluruh isi alam, dan memerintahkan pula kepadanya untuk mempercayai Kitab Al-
Qur′an yang diturunkan kepadanya. Di samping harus mempercayai bahwa Allah swt telah menurunkan
wahyu kepada para Nabi yang terdahulu yaitu Nabi Ibrahim, Ismail, Ishak. Yakub, nabi-nabi keturunan
Yakub, dan wahyu yang disampaikan kepada Musa, Isa dan nabi-nabi lain yang diutus Allah, yang
berfungsi sebagai petunjuk bagi umatnya. Wahyu yang disampaikan kepada para nabi itu mempunyai
prinsip dan tingkatan yang sama.

ْ ْ َ َّ َّ ْ ‫َّ َ ْ َ ْ َ َ ْ َ َ َ َ ْ َ ْ َ ٰ ه‬
ّۤ‫ن ّۤ َةػ ِػه‬
ٌۢ ‫ن ّۤ ِم‬
ّۤ ‫ك ّۤكما ّۤاوضحنا ّۤ ِالى ّۤنيحّۤ ّۤوالج ِتح‬
ّۤ ‫; ۞ّۤ ِانا ّۤاوضحنا ّۤ ِالح‬Sesungguhnya Kami mewahyukan kepadamu (Muhammad)
sebagaimana Kami telah mewahyukan kepada Nuh dan nabi-nabi setelahnya… (an-Nis±′/4: 163);Nabi
Musa dan Nabi Isa disebutkan dalam ayat ini secara khusus, karena pembicaraan dalam ayat ini dan ayat
sebelumnya serta sesudahnya bersangkut-paut dengan orang-orang Nasrani dan Yahudi.

Sesudah itu disebutkan nabi-nabi yang lain untuk memberikan gambaran kepada orang yang beriman agar
mereka juga mempercayai nabi-nabi yang lain dan wahyu-wahyu yang diturunkan kepada mereka seperti
Nabi Dawud, Nabi Ayyub dan lain-lain. Termasuk pula nabi-nabi yang menerima wahyu, akan tetapi tidak
dikisahkan Allah di dalam Al-Qur′an kepada kita.

Perintah untuk mempercayai kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad didahulukan penyebutannya
daripada perintah percaya kepada Kitab-kitab yang diturunkan kepada nabi-nabi yang diutus sebelumnya.
Padahal menurut kenyataannya, kitab-kitab itu diturunkan sebelum Al-Qur′an, hal itu adalah untuk
memberikan ketegasan bahwa Al-Qur′an adalah sumber yang benar untuk mengetahui kitab-kitab yang
diturunkan kepada nabi-nabi sebelumnya, dan karena Al-Qur′an itu mengakui kebenaran Kitab-kitab yang
diturunkan sebelumnya. Oleh karena itulah maka kenabian para nabi yang telah disebutkan dalam Al-
Qur′an itu wajib kita percayai secara prinsip, sesuai dengan keterangan yang telah diberikan oleh Al-
Qur′an.

Selanjutnya Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw dan umatnya untuk mengatakan bahwa ia
dan umatnya tidak membeda-bedakan derajat para rasul, oleh sebab itu orang yang beriman, tidak boleh
mempercayai sebagian isi Al-Qur′an tetapi mengingkari sebagian yang lain, seperti yang telah dilakukan
oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani terhadap kitab-kitab mereka.

52
Orang mukmin hendaklah membersihkan diri dari perbuatan dosa. Ayat ini diawali dengan perintah untuk
beriman kepada Allah dan diakhiri dengan perintah untuk “berserah diri taat dan patuh” sebelum
memberikan penjelasan tentang tujuan dari setiap agama yang dibawa para nabi.

ْٰ َ َ ٰ ْ ‫ْ ً َ َْ ْ َ َ ْ ه ه‬ َ ْ َ َْ ْ ََ
ّۤ َ ‫نّۤالخ ِص ِه ْي‬
ّۤ ّۤ‫نّۤڵ‬ ّۤ ‫لّۤ ِمن ّۤهّۤ َوو َّۤيّۤ ِفىّۤالا ِعؽ ِّۤةّۤ ِم‬ ّۤ ‫نَّّۤيبخ ِ ّۤؼّۤغ ْح َّۤدّۤال ِا ْسلا ِّۤمّۤ ِديناّۤـل‬
ّۤ ‫نّۤيلت‬ ّۤ ‫وم‬

85. (85) Allah menetapkan bahwa barang siapa mencari agama selain agama Islam, atau tidak mau tunduk
kepada ketentuan-ketentuan Allah, maka imannya tidak akan diterima oleh Allah. Sebagai contoh
dikemukakan, orang-orang musyrik dan orang-orang yang mengaku beragama tauhid padahal mereka
mempersekutukan Allah. Seperti Ahli Kitab penganut agama Nasrani yang tidak berhasil membawa
pemeluk-pemeluknya tunduk di bawah kekuasaan Allah. Agama yang semacam ini hanyalah merupakan
tradisi belaka, yang tidak dapat mendatangkan kemaslahatan kepada pemeluknya, bahkan menyeret mereka
ke lembah kehancuran, dan menjadi sumber permusuhan di antara manusia di dunia, serta menjadi sebab
penyesalan mereka di akhirat.

Orang yang mencari agama selain Islam untuk menjadi agamanya, di akhirat nanti termasuk orang yang
merugi, sebab ia telah menyia-nyiakan akidah tauhid yang sesuai dengan fitrah manusia.

َ ٰ َْ َ ‫ه ْ َ َ َّ َ ه ه ْ َ ٰ ه َ ٰ ه‬ ََّ ‫َ ه‬ َ َ َْ ْ ‫ٰ ه َ ْ ً ََ ه‬ َ َ
ّۤ ‫اّللّۤلاّۤ َي ْى ِػىّۤالل ْي َّۤمّۤالظ ِل ِم ْح‬
ّۤ ّۤ‫نّۤڶ‬ ّۤ ‫لّۤضقّّۤۤوجا َۤءو ّۤمّۤالب ِين‬
ّۤ ‫جّّۤۤو‬ ّۤ ‫ػّۤ ِا ْيم ِان ِه ّْۤمّۤ َوش ِىػ ْواّۤا‬
َّ ّۤ‫ن‬
ّۤ ‫الؽسي‬ ّۤ ّۤ‫ؿّۤ َي ْى ِػى‬
ّۤ ‫اّللّۤكيماّۤكفؽواّۤةػ‬ ّۤ ‫ك ْي‬

86. (86) Mengenai sebab turunnya ayat 86 sampai dengan ayat 89 dapat dikemukakan sebuah hadis
riwayat Ibnu Jar³r, An-Nas±′³, al-¦±kim dan Ibnu ¦ibb±n:

Bahwa Ibnu 'Abbas berkata, “Ada seseorang dari golongan Ansar sudah masuk Islam, kemudian ia murtad
dan bergabung ke golongan orang musyrik tetapi ia menyesal. Lalu ia minta kepada kaumnya agar
ditanyakan kepada Rasulullah saw, “Bisakah diterima tobat saya?” Maka turunlah (ayat 86) sampai
dengan (ayat 89). Kemudian disampaikanlah hal itu kepadanya, maka ia kembali masuk Islam.”

Orang yang kembali menjadi kafir sesudah beriman, Allah tidak akan memberikan jalan untuk mendapatkan
petunjuk. Karena, mereka tidak mengakui berita gembira tentang kedatangan Nabi Muhammad yang
tercantum dalam kitab-kitab mereka. Semula mereka berkeinginan untuk mengikuti Nabi Muhammad
apabila mereka diberi umur panjang, dan apabila nabi baru itu diutus dari kalangan mereka. Tetapi setelah
ternyata Nabi Muhammad saw datang, dan dia bukanlah dari kalangan mereka, mereka pun
mengingkarinya, meskipun kedatangan Nabi Muhammad itu disertai dengan bukti-bukti yang nyata tentang
kenabiannya. Orang yang mulanya beriman kemudian kafir kembali, mereka menganiaya diri sendiri, dan
Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang menganiaya diri sendiri, karena Allah telah
menerangkan bahwa petunjuk kepada jalan yang benar hanya dapat berpengaruh, apabila orang itu bersih
jiwanya, sehingga ia dapat menerima bukti-bukti kebenaran dari petunjuk itu. Tetapi kalau orang itu
hatinya telah dinodai oleh kezaliman maka ia akan menyeleweng dari jalan yang benar. Oleh sebab itu
mereka tidak akan mungkin lagi menerima petunjuk Allah.

َ ْ َ َّ َ ٰۤ ْ ٰ ََ َْ َ َ ََّ ْ ‫ه ٰۤ َ َ َ ه ه‬
ّۤ ‫اسّۤاج َم ِػ ْح‬
ّۤ ّۤ‫نّۤڷ‬ ّۤ ِ ‫اّللّۤ َوال َملىِٕك ِّۤثّۤ َوالج‬
ِّۤ ّۤ‫نّۤعل ْي ِى ّْۤمّۤلػن ّۤث‬ ّۤ ‫اول ِٕى‬
ّۤ ‫كّۤسؾاۤؤو ّۤمّۤا‬

87. (87) Mereka pantas mendapat kemurkaan Allah, malaikat dan manusia seluruhnya, dan manusia
umumnya akan melaknati mereka yang murtad dari imannya, sesuai dengan firman Allah:

53
ً ْ ‫ْ َ هَّ َ ْ َ ْ ٰ َ َ ْ ه ه َ ْ ه ه ْ َ ْ َّ َ ْ َ ه ْ ه ه‬ َْ ‫ٰ َ َ ً َّ َ ْ ه‬ ‫َ َ َ َّ َ َّ َ ْ ه ْ ْ ه‬
‫ن ّۤ َةػضك ّْۤم ّۤ َةػضا‬
ّۤ ‫ؽ ّۤةػضك ّۤم ّۤ ِةتػضّۤ ّۤويلػ‬ ِّۤ ‫اّلل ّۤا ْوذاناّۤ َّّۤم َيد ّۤة ّۤ َةح ِنك ّْۤم ّۤ ِفى ّۤالح ٰي‬
ّۤ ‫ية ّۤالدنيا ّۤ ّۤذ ّۤم ّۤيي ّۤم ّۤال ِليم ِّۤث ّۤيكف‬ ّۤ ِ ‫ن ّۤد ْو‬
ِّۤ ّۤ ‫ن‬ ّۤ ‫ال ّۤ ِانما ّۤاتخؼح ّۤم ّۤ ِم‬
ّۤ ‫; وك‬Dan
dia (Ibrahim) berkata, ”Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu sembah selain Allah, hanya untuk
menciptakan perasaan kasih sayang di antara kamu dalam kehidupan di dunia, kemudian pada hari Kiamat
sebagian kamu akan saling mengingkari dan saling mengutuk… (al-‘ Ankabµt/29: 25)

َ َ ْ ‫ٰ ْ َ ْ َ َ ه ََّ ه َ ْ ه ه ْ َ َ ه َ ه‬
ّۤ ‫ابّۤ َولاّۤو ّْۤمّۤ هينظ هؽ ْو‬
ّۤ ّۤ‫نّۤڸ‬ ّۤ ‫ؿّۤغنى ّۤمّۤالػؼ‬
ّۤ ‫ذّۤ ِـيىاّّۤۤلاّۤيخف‬
ّۤ ‫خ ِل ِدد‬

88. (88) Orang yang kafir sesudah beriman akan menerima kemurkaan dan siksa dari Allah selamanya,
mereka akan kekal di dalam neraka Jahanam tanpa ada keringanan sedikit pun, mereka tidak mendapat
pengampunan karena alasan apa pun, karena yang menyebabkan mereka mengalami siksaan itu ialah
keingkaran dan kekafiran yang telah meresap dalam hati mereka. Sebab itu kemurkaan Allah tak dapat
dihindarkan dengan alasan apa pun juga, dan azab Allah terhadap mereka tak dapat ditunda-tunda.

‫َّ َّ ْ َ َ ه ْ ْ َ ْ ٰ َ َ َ ْ َ ه ْ َ َّ ٰ َ َ ه‬
ّۤ ّۤ‫اّللّۤؽف ْي ٌّۤرَّّۤر ِض ْي ٌّۤمّۤڹ‬
ّۤ ّۤ‫ن‬
ّۤ ‫كّۤواصلطياّّۤۤـ ِا‬
ّۤ ‫ػّۤذ ِل‬
ِّۤ ‫نّۤةػ‬
ٌۢ ‫ذّۤحاةياّۤ ِم‬
ّۤ ‫ِالاّۤال ِذد‬

89. (89) Orang yang betul-betul bertobat dari perbuatannya dan kembali ke jalan yang benar, dengan
meninggalkan kekafirannya, kemudian betul-betul menyesali perbuatannya yang salah dan memperbaiki
masa depan dengan mengisinya dengan amal saleh, bersedia memupuk imannya dengan ajaran-ajaran
yang benar, serta mau mengubah tingkah lakunya yang jahat yang mengotori jiwanya, bagi mereka masih
dibuka pintu tobat yang selebar-lebarnya.

Dalam ayat ini terdapat suatu isyarat bahwa orang yang bertobat, tetapi tidak dibuktikan dengan amal yang
baik, maka tobatnya tidak ada artinya menurut pandangan agama. Banyak orang yang menyatakan dirinya
bertobat, dengan disertai penyesalan dan istigfar, tetapi kemudian mereka mengulangi perbuatan jahatnya
itu. Orang yang semacam itu tobatnya tidak memberi pengaruh sedikit pun di dalam jiwanya, dan tidak
sanggup mengobati penyakitnya. Seandainya mereka dapat membuktikan tobatnya dalam bentuk perbuatan
nyata, niscaya mereka itu mendapat pengampunan dari Allah, dan mendapat rahmat-Nya.

َ َ ‫َّ َّ ْ َ َ َ ه ْ َ ْ َ ْ َ ْ هَّ ْ َ ه ْ ه ْ ً َّ ْ ه ْ َ َ َ ْ َ ه ه ْ َ ه ٰۤ َ ه‬
ّۤ ‫كّۤو هّۤمّۤالض ۤال ْي‬
ّۤ ّۤ‫نّۤں‬ ّۤ ‫لّۤحيةخى ّۤمّّۤۤواول ِٕى‬
ّۤ ‫نّۤحلت‬
ّۤ ‫ػّۤ ِايم ِان ِه ّۤمّۤذ ّۤمّۤازدادواّۤكفؽاّۤل‬
ّۤ ‫ذّۤكفؽواّۤةػ‬
ّۤ ‫نّۤال ِذد‬
ّۤ ‫ِا‬

90. (90) Yang dimaksud dengan orang kafir dalam ayat ini ialah Ahli Kitab yang beriman (percaya) akan
kedatangan Nabi Muhammad yang tersebut dalam kitab-kitab mereka. Tetapi setelah Nabi Muhammad
datang dan diangkat menjadi rasul, mereka kafir, dengan mengingkari, menentang dan memusuhinya.
Terhadap orang semacam ini, tobat mereka sekali-kali tidak akan diterima oleh Allah.

Penegasan Allah bahwa tobat mereka tidak akan diterima dalam ayat ini, berbeda dengan penegasan dalam
ayat-ayat yang lalu dimana Allah berfirman:

َ َ َّ ‫َ ه َ َّ ْ َ ْ َ ه‬
ّۤ ْ ‫ل ّۤالخ ْية َ ّۤث ّۤغ‬
ّۤ‫ن ّۤ ِغ َت ِاده‬ ّۤ ‫ي ّۤيل ّۤت‬
ّۤ ‫; وو ّۤي ّۤال ِذ‬Dan Dialah yang menerima tobat dari hamba-hamba-Nya… (asy-Syµr±'/42:
25);Dalam ayat ini yang dimaksud dengan kafir ialah Ahli Kitab yang sebelumnya telah mengetahui
kedatangan Nabi Muhammad saw. Kemudian setelah Nabi Muhammad diutus mereka mengingkarinya.
Kekafiran mereka bertambah-tambah dan menjadi-jadi, sehingga tidak mungkin lagi diterima tobat mereka,
seperti diterangkan oleh firman Allah:

54
َ ْ‫ه‬ ‫ه ْ َ ه‬
ّۤ‫…; ذَّّۤم ّۤازداد ْوا ّۤكف ًؽا‬.Kemudian bertambah kekafirannya, … (²li ‘ Imr±n/3: 90);Sebenarnya jiwa yang baik
ialah jiwa yang mau menyesali perbuatan dosa, kemudian menjauhkan diri dari dosa. Jiwa yang demikian
masih bisa diharapkan menerima ampunan. Akan tetapi jiwa yang kotor, yang telah menjadi sarang
kemusyrikan dan kekafiran serta dicekam oleh dorongan-dorongan berbuat dosa, yang menyebabkan
hatinya terbelenggu untuk melihat cahaya kebenaran, hingga setiap ia ingin bertobat selalu ada yang
menghalang-halanginya untuk menerima kebenaran. Jiwa yang serupa ini amat sukar untuk dibersihkan
kembali seperti keadaannya semula.

Kemudian ditegaskan bahwa mereka adalah orang-orang yang betul-betul tersesat, karena mereka telah
mengingkari kebenaran. Mereka itu telah menempuh jalan yang salah, karena itu mereka tidak akan
bahagia. Mereka tidak ada harapan lagi untuk mendapat petunjuk dan tidak akan mendapat pengampunan
selama-lamanya.
َ َ َ َ ٰۤ ‫ه‬ ٰ َ ْ َ ‫ه‬ َ َ ْ َّ َّ
ََ َ َ َْ ْ َ َ ْ َ َ ْ ْ َ َ ٌ َّ ْ ‫َ ه ْ َ َ ه ْ َ ه‬
ّۤ ْ ‫اب ّۤا ِل ْي ٌّۤم َّّۤو َما ّۤل هى ّْۤم ّۤ ِم‬
ّۤ‫ن‬ ّۤ ٌ ‫ك ّۤل هى ّْۤم ّۤعؼ‬
ّۤ ‫ض ّۤذو ًتا َّّۤول ِّۤي ّۤاـ ّۤخػى ّۤ ِةهّۤ ّۤاول ِٕى‬
ّۤ ِ ‫ن ّۤاح ِػ ِو ّْۤم ّۤ ِمل هّۤء ّۤالا ْر‬
ّۤ ‫ل ّۤ ِم‬
ّۤ ‫ن ّۤيلت‬
ّۤ ‫ار ّۤـل‬
ّۤ ‫ذ ّۤكفؽوا ّۤوماحيا ّۤوو ّۤم ّۤكف‬
ّۤ ‫ن ّۤال ِذد‬
ّۤ ‫ِا‬
ٰ
ّۤ ّۤ‫۔ّۤڻ‬ ّۤ َ ‫ط ِه ْي‬
ّّۤࣖۤ‫ن‬ ِ ‫ن‬

91. (91) Orang yang bergelimang dalam kekafiran dan terombang-ambing oleh perbuatan yang jahat,
hingga ajal merenggut mereka, sedang mereka masih tetap dalam kekafirannya, sedikit pun mereka tidak
akan diterima tebusannya, meskipun jumlah tebusan itu senilai dengan kekayaan emas seluruh isi bumi.
Maksudnya ialah, andaikata mereka bersedekah dengan emas seberat isi bumi untuk dijadikan tebusan dosa
yang telah mereka lakukan, maka pahalanya tidak akan mampu untuk menyelamatkannya dari siksaan
neraka karena kekafiran melenyapkan amal kebaikan mereka.

Yang dihargai Allah pada hari akhirat hanyalah iman kepada Allah, dan hari akhir, serta amal saleh yang
mendekatkan diri kepada Allah.
ْ
‫سّۤ ْال َمص ْح ّۤده‬َ ْ َ ْ ‫َ ْٰ ه‬
َ ‫ه‬ َّ ‫َ ْ َ ْ َ َ ه ْ َ ه ْ ه ْ ْ َ ٌ َّ َ َ َّ ْ َ َ َ ه ْ َ ٰ ه ه‬
ِ ّۤ ‫ارّۤ ِن ّۤيّۤميلىك ّۤمّۤو ِةخ‬
ّۤ ‫ذّۤكفؽواّّۤۤمأوىك ّۤمّۤالج‬
ّۤ ‫نّۤال ِذد‬
ّۤ ‫ؼّۤ ِمنك ّۤمّۤ ِـػي ّۤثّۤولاّۤ ِم‬
ّۤ ‫ـاليي ّۤمّۤلاّۤيؤخ‬

Maka pada hari ini tidak akan diterima tebusan darimu maupun dari orang-orang kafir. Tempat kamu di
neraka. Itulah tempat berlindungmu, dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.” (al-¦ad³d/57: 15)

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada hari itu tidak ada jalan bagi mereka untuk menyelamatkan
diri, baik dengan hartanya, maupun dengan pangkatnya. Segala urusan pada hari itu hanyalah didasarkan
semata-mata pada kesucian jiwa, maka barang siapa yang memelihara kesucian jiwanya dengan iman dan
amal saleh mereka itu akan berbahagia. Sebaliknya, barang siapa yang mengotorinya dengan kekafiran dan
dengan amal yang jahat, ia akan merugi dalam arti yang sebenar-benarnya.

َ َ ٰ َّ َ ْ َ ْ ْ ‫َ ْ َ َ ه ْ َّ َ ٰ ه ْ ه ْ َّ ه ْ َ َ َ ه ْ ه‬
ّۤ ّۤ‫اّللّۤ ِةهّّۤۤع ِل ْي ٌّۤمّۤڼ‬
ّۤ ّۤ‫ن‬
ّۤ ‫نّۤشيءّّۤۤ ّۤـ ِا‬
ّۤ ‫نّۤوماّۤحن ِفلياّۤ ِم‬
ّۤ ‫تحتي‬
ِ ّۤ‫نّۤـنالياّۤال ِب ّۤدّۤضتىّۤحن ِفلياّۤ ِدا‬
ّۤ ‫ل‬

92. (92) Seseorang tidak akan mencapai tingkat kebajikan di sisi Allah, sebelum ia dengan ikhlas
menafkahkan harta yang dicintainya di jalan Allah. Yang dimaksud dengan harta yang dicintai adalah
harta yang kita cintai. Ayat ini erat hubungannya dengan firman Allah.

‫َ ْه‬ َ ْ ْ ‫ٰٓ َ َ َّ ْ َ ٰ َ ه ْ َ ْ ه‬
ّۤ‫جّۤ َماّۤك َسبخ ْم‬
ّۤ ِ ‫نّۤظ ِح ٰت‬
ّۤ ‫ذّۤامجياّۤان ِفلياّۤ ِم‬
ّۤ ‫يايىاّۤال ِذد‬

55
Wahai orang-orang yang beriman! Infakkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik … (al-
Baqarah/2:267).;Setelah ayat ini diturunkan, para sahabat Nabi berlomba-lomba berbuat kebaikan. Di
antaranya, Abu °al¥ah al-An¡āri, seorang hartawan di kalangan Ansar datang kepada Nabi saw
memberikan sebidang kebun kurma yang sangat dicintainya untuk dinafkahkan di jalan Allah.

Pemberian itu diterima oleh Nabi dengan baik dan memuji keikhlasannya. Rasulullah menasihatkan agar
harta itu dinafkahkan kepada karib kerabatnya, maka °al¥ah membagi-bagikannya kepada karib
kerabatnya. Dengan demikian ia mendapat pahala sedekah dan pahala mempererat hubungan silaturrahmi
dengan keluarganya. Setelah itu datang pula Umar bin al-Kha¯¯±b menyerahkan sebidang kebunnya yang
ada di Khaibar, Nabi saw menyuruh pula agar kebun itu tetap dipelihara, hanya hasil dari kebun itu
merupakan wakaf dari Umar.
ْ
‫ْ َ ْ َ ْ ه ََّ َ َّ ْ ٰ ه ه ْ َ ه ْ َّ ْ ٰ َ ْ ه ْ َ ْ ه ْ ه‬ ْ َ ٰ َ ‫َ َ ًّ َ ْ ْ َ ْ َ َّ َ َ َّ َ ْ َ ْ ه‬ َ َّ ‫ه‬
ّۤ‫نّۤكجخ ّْۤم‬ّۤ ‫ىثّۤـاحليواّۤ ِا‬
ِّۤ ‫لّۤـأحياّۤ ِةالخير‬
ّۤ ‫ىثّّۤۤك‬
ّۤ ‫لّۤالخير‬
ّۤ ‫نّۤحجذ‬
ّۤ ‫لّۤا‬
ّۤ ِ ‫نّۤكت‬
ّۤ ‫لّۤعلىّۤنف ِسهّّۤۤ ِم‬
ّۤ ‫لّۤ ِالاّۤماّۤضؽ ّۤمّۤ ِاسها ِۤءي‬
ّۤ ‫غنّۤ ِحلاّۤ ِلت ِج ّۤيّۤ ِاسها ِۤءي‬
ّۤ ‫امّۤع‬
ِّۤ ‫۞ّۤعلّّۤۤالع ّۤػ‬

َ ٰ
ّۤ ‫ص ِػ ِك ْح‬
ّۤ ّۤ‫نّۤڽ‬

93. (93) Ayat ini menerangkan bahwa semua makanan dihalalkan kepada Bani Israil dan juga kepada Nabi
Ibrahim, termasuk daging unta, seperti disebutkan dalam Perjanjian Lama (Imamat xi:4), “Tetapi inilah
yang tidak boleh kamu makan dari yang memamah biak, atau yang berkuku belah: unta, karena memang
memamah biak, tetapi tidak berkuku belah; haram itu bagimu.” Hanya beberapa makanan saja yang
diharamkan oleh Nabi Yakub sendiri terhadap dirinya disebabkan beliau menderita penyakit, dan itu
semuanya terjadi sebelum diturunkan Kitab Taurat. Lalu ada beberapa macam makanan yang diharamkan
kepada Bani Israil (lihat an-Nis±'/4:160, al-An‘ ±m/6:146 dan tafsirnya) sebagai hukuman dan pelajaran
atas kezalimannya, sebagaimana tersebut dalam firman Allah:

َََ ْ َ َ َ ْ َ َ ‫ه ه ْ َ ه َ َّ َ َ َ َ ْ ه ه ْ ه‬ ْ َ َْ َ َ ‫ْ ه ه‬ َّ‫َ َ َ َّ ْ َ َ ه ْ َ ْ َ ه‬
ّۤ ‫اياّۤا ّْۤوّۤ َماّۤاعخل‬
َ ‫جّۤظىي هروماّۤا ّۤوّۤالحي‬ ْ ‫ؽّۤ َوال َؾ َن ّۤمّۤ َضَّؽ ْم َجاّۤ َع َل ْيى‬
ّۤ‫ط‬ ِ ّۤ ‫ل‬ ‫م‬‫ح‬ ّۤ ‫ا‬ ‫م‬ّۤ ‫ا‬ ‫ل‬ ‫ا‬ِ ّۤ ‫ا‬ ‫م‬‫ى‬‫م‬‫ي‬‫ط‬‫ش‬ ّۤ ّۤ
‫م‬ ِ ِ ّۤ ِ ‫ل‬ ‫ت‬‫ال‬ّۤ ّۤ
‫ن‬ ‫م‬ِ ‫و‬ ّۤ ‫ؽ‬
ّۤ ‫ف‬ ‫ظ‬ ّۤ ّۤ
‫ي‬ ِ ‫ذّۤوادواّۤضَّؽمجاّۤع‬
‫ذ‬ّۤ ّۤ
‫ل‬ ّۤ ‫وعلىّۤال ِذّۤد‬
َ ‫َّ َ ٰ ه‬ ْ ٰ َ َ ٰ ْ َ
ّۤ‫كّۤس َؾ ْين هى ّْۤمّۤ ِة َتؾ ِي ِى ّْۤمّۤ َواِ ناّۤلص ِػك ْين‬
ّۤ ‫ِةػظمّّۤۤذ ِل‬

Dan kepada orang Yahudi, Kami haramkan semua (hewan) yang berkuku, dan Kami haramkan kepada
mereka lemak sapi dan domba, kecuali yang melekat di punggungnya, atau yang dalam isi perutnya, atau
yang bercampur dengan tulang. Demikianlah Kami menghukum mereka karena kedurhakaannya. Dan
sungguh, Kami Mahabenar. (al-An‘ ±m/6:146).;Demikian pula tercantum dalam Al-Qur'an:

‫َ ْ ه‬ ‫ٰ ََ ْ ه‬ َ َ ٰ
‫ ّۤ َّّۤوّۤا ْخؼو ه‬١٠‫اّلل ّۤكر ْح ًداّۤ ّۤ ّۤ ّۤڜ‬ ْ ‫ج ّۤ َل هى ّْۤم ّۤ َوة َصػو ّْۤم ّۤ َغ‬ ْ َّ ‫ه‬ ٰ ‫ذ ّۤ َو هاد ْوا ّۤ َضَّؽ ْم َجا ّۤ َع َل ْيى ّْۤم ّۤ َظح‬ َ ْ َّ َ ْ ‫َ ه‬
ّۤ‫ػ ّۤن هى ْيا ّۤغن ّۤه‬
ّۤ ‫الؽةيا ّۤوك‬ ِ ّۤ ّۤ
‫م‬ ِ ِ ِ ّۤ
ِ ّۤ ّۤ
‫ل‬ ‫ي‬ْ ‫ن ّۤ َسب‬
ِ ِ ّۤ ِ ِ ِ ّۤ ‫ل‬ ‫ح‬ِ ‫ا‬ ّۤ ‫ج‬
ّۤ ‫ت‬ ِ ِ ّۤ ‫د‬ ‫ذ‬
ِ ‫ال‬ّۤ ّۤ
‫ن‬ ‫م‬ِ ‫ـ ِتظ‬
ّۤ ‫م‬
ّۤ ‫ل‬

ً َ ََ ْ َْ ٰ ْ َ ْ َ َْ َ َ ‫اسّۤة ْال‬ َّ َ َ ْ َ ْ ْ َ َ
١٠‫نّۤ ِمن هى ّْۤمّۤعؼ ًاةاّۤا ِل ْيماّّۤۤڝ‬
ّۤ ‫لّۤواغخػناّۤ ِللك ِف ِؽي‬ ّۤ ِ ‫اظ‬ ِ ِ ِ ّۤ‫ال‬
‫ب‬ ّۤ ‫الج‬ ّۤ ‫واع ِل ِى ّۤمّۤامي‬

Karena kezaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan bagi mereka makanan yang baik-baik yang
(dahulu) pernah dihalalkan; dan karena mereka sering menghalangi (orang lain) dari jalan Allah, dan
disebabkan mereka menjalankan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang darinya, dan karena
mereka memakan harta orang dengan cara tidak sah (batil). Dan Kami sediakan untuk orang-orang kafir di
antara mereka azab yang pedih. (an-Nis±'/4:160-161).;Jelaslah bahwa beberapa jenis makanan yang
diharamkan kepada Bani Israil itu tidak diharamkan kepada pengikut syariat Nabi Ibrahim dan nabi-nabi
lainnya sebelum Taurat diturunkan.

Dengan demikian batallah tuduhan mereka bahwa syariat Islam bertentangan dengan syariat Nabi Ibrahim
karena menghalalkan makan daging unta. Mengharamkan sebagian makanan bagi Bani Israil adalah

56
semata-mata sebagai hukuman karena mereka telah melanggar hukum-hukum Allah dan telah menganiaya
diri sendiri. Hal ini juga tersebut dalam kitab Taurat, kitab mereka sendiri.

Oleh sebab itu Nabi Muhammad diperintahkan oleh Allah agar menentang mereka dengan mengatakan,
“Jika kamu mengatakan ada makanan yang diharamkan Allah sebelum diturunkan Taurat, maka bawalah
Taurat itu lalu bacalah, jika kamu orang-orang yang benar.” Ternyata mereka tidak berani menjawab
tantangan ini dan tidak mau membuka Kitab Taurat, karena kalau mereka berani membuka Taurat tentulah
kebohongan mereka akan terungkap dan tuduhan-tuduhan mereka terhadap agama Islam adalah palsu dan
tidak beralasan. Hal ini membuktikan pula kebenaran kenabian Muhammad saw, karena beliau dapat
membantah tuduhan-tuduhan Bani Israil dengan isi Taurat itu sendiri, padahal beliau tidak pernah
membacanya dan tidak pernah diberi kesempatan oleh orang Yahudi untuk mengetahui isinya.

َ ٰ ‫َ َ ْ َ ٰ َ َ ٰ ْ َ َ ْ َ ْ ٰ َ َ ه ٰۤ َ ه‬
ّۤ ‫كّۤو هّۤمّۤالظ ِل هم ْي‬
ّۤ ّۤ‫نّۤھ‬ ّۤ ‫كّۤـاول ِٕى‬
ّۤ ‫ػّۤذ ِل‬
ِّۤ ‫نّۤةػ‬
ٌۢ ‫بّۤ ِم‬
ّۤ ‫اّللّۤالك ِؼ‬
ِّۤ ّۤ‫نّۤاـتدىّۤعلى‬
ّۤ ِ ‫ـم‬

94. (94) Jika orang-orang Yahudi itu masih berani mengada-adakan kebohongan terhadap Allah padahal
kedok mereka sudah terbuka dan segala alasan yang mereka kemukakan telah nyata kebohongannya, dan
Nabi Muhammad dengan bantuan wahyu dari Tuhannya telah mengetahui sebagian dari isi kitab mereka,
maka pastilah mereka termasuk orang-orang yang zalim. Mereka bukan saja zalim terhadap diri sendiri
karena tidak akan dipercayai lagi dan akan menerima hukuman dan siksaan Allah. Tetapi mereka juga
zalim terhadap orang lain, karena dengan kejahatan itu mereka menyesatkan umat dari jalan yang benar
dan menghalangi manusia terutama pengikut-pengikut mereka untuk beriman kepada Nabi Muhammad saw
pembawa kebenaran dan sebagai rahmat bagi manusia seluruhnya.

Setiap orang yang berbuat seperti itu akan menemui kegagalan, akan menerima nasib yang buruk, akan
dicap oleh masyarakat sebagai pembuat onar dan kekacauan dan akan dimurkai Allah serta mendapat siksa
di akhirat.

َ ْ ْ َ َ َ َ َ ً ْ َ َ ْ ٰ ْ َ َّ ْ ‫ه ْ َ َ َ ٰ ه َ َّ ه‬
ّۤ ‫نّۤال همض ِه ِك ْح‬
ّۤ ّۤ‫نّۤڿ‬ ّۤ ‫غنّۤ ِم‬
ّۤ ‫ةّۤ ِاةؽ ِوي ّۤمّۤض ِجيفاّّۤۤوماّۤع‬
ّۤ ‫اّللّّۤۤـاح ِتػياّۤ ِمل‬
ّۤ ّۤ‫ق‬
ّۤ ‫لّۤصػ‬
ّۤ ‫ك‬

95. (95) Allah memerintahkan Nabi Muhammad, agar mengatakan kepada orang Yahudi bahwa apa yang
diberitahukan Allah kepadanya dengan perantaraan wahyu, tentang semua makanan yang pada mulanya
halal bagi Bani Israil sebelum Taurat diturunkan dan halal pula bagi umat-umat sebelum Nabi Musa.
Memang ada beberapa jenis makanan yang diharamkan bagi mereka dalam Taurat sebagai hukuman atas
kedurhakaan mereka, semua itu adalah benar-benar datang dari Allah yang tak dapat disangkal
kebenarannya, karena Dia Maha Mengetahui dan Mahabijaksana.

Oleh karena itu, hendaklah orang Yahudi mengikuti ajaran Nabi Muhammad, karena agama yang
dibawanya pada prinsipnya sama dengan yang dibawa oleh Nabi Ibrahim. Dan janganlah mereka tetap
mengharamkan daging unta dan susunya, sebab tidak ada larangan untuk makan dagingnya dan minum
susunya, baik dalam syariat Nabi Ibrahim maupun dalam syariat nabi-nabi lainnya termasuk syariat Islam.
Apalagi Nabi Ibrahim itu bukanlah seorang musyrik dan agama yang dibawanya adalah agama tauhid yang
murni seperti agama Islam. Tidak mempersekutukan Allah dan tidak menyembah selain Dia, bukan seperti
golongan mereka (Yahudi) yang mengatakan, Uzair anak Allah dan bukan pula seperti orang Nasrani yang
mengatakan bahwa Isa anak Allah.

َ َ ْٰ ً ‫ََّ ْ َّ َ ٰ ً ه‬ َّ ْ َ ََّ َّ
ّۤ ‫يّۤ ِة َتك ّۤثّۤ همب َدعغَّّۤووػىّۤ ِللػل ِم ْح‬
ّۤ ّۤ‫نّۤۀ‬ ّۤ ِ ‫لّۤ َةحجّّۤۤو ِض َّۤعّۤ ِللن‬
ّۤ ‫اسّۤلل ِذ‬ ّۤ ‫نّۤاو‬
ّۤ ‫ِا‬

57
96. (96) Ayat ini merupakan jawaban terhadap orang Yahudi tentang pemindahan kiblat dari Baitulmakdis
ke Ka’ bah. Orang Yahudi mengatakan bahwa berkiblat ke Baitulmakdis, telah dibenarkan oleh para nabi.
Bahkan Nabi Ibrahim sendiri berkiblat ke sana. Tuduhan Yahudi itu dibantah dengan ayat 96 dan 97 ini.

Kedua ayat ini jelas menerangkan bahwa rumah pertama yang dijadikan tempat ibadah manusia dalam
salat dan berdoa ialah Ka’ bah yang ada di Mekah, yang didirikan oleh Nabi Ibrahim a.s. dan Ismail. Jadi
Mekah dengan Ka’ bahnya merupakan pusat rohani pertama yang ditetapkan bagi manusia. Setelah
Ka’ bah baru dibangun Masjidilaqsa di Baitulmakdis beberapa ratus tahun kemudian oleh Nabi Sulaiman
bin Daud. Oleh karena Ibrahim yang membangun Baitullah di Mekah, maka jelas bahwa Nabi Muhammad
saw mengikuti agama Nabi Ibrahim a.s. dan mengikuti pula kiblatnya dalam salat.

Nabi Ibrahim a.s. setelah mendirikan Ka’ bah berdoa agar tempat di sekitarnya diberkahi oleh Allah:

‫َ ْ ْ َ ْ ْ ََّ َ ْ َ ْ َ ْ ه ْ ه‬ َّ َ ً َ ْ َ ْ َ ْ َ َ ٰ َّ َ َّ َ ْ َ َْ َ ْ َ ْ َ
ّۤ‫ن ّۤذ ِرَّي ِت ْي‬
ّۤ ‫ج ّۤ ِم‬
ّۤ ‫ي ّۤ ِالي ِى ّۤم ّۤ رؿنا ّۤ ِ ِان ّۤي ّۤاسكج‬
ّۤ ‫اس ّۤحى ِي‬
ّۤ ِ ‫ن ّۤالج‬
ّۤ ‫ل ّۤاـ ِٕػػ ّۤة ّۤ ِم‬ ّۤ ‫ك ّۤال همطَّؽ ِّۤم ّۤ َرؿنا ّۤ ِل هي ِل ْي هميا ّۤالصل‬
ّۤ ‫ية ّۤـاسػ‬ ّۤ ‫ػ ّۤةح ِخ‬ ّۤ ‫ِة َيادّۤ ّۤغ ْح ِّۤد ّۤ ِذ‬
ّۤ ‫ي ّۤز ْرعّۤ ّۤ ِغن‬
َ ‫َ ْ ه ْ ه ْ َ َّ َ ٰ َ َ َّ َ ْ ه‬
ّۤ ‫تّۤلػل هى ّْۤمّۤيشك هؽ ْو‬
‫ن‬ ّۤ ِ ‫نّۤالرمؽ‬ ّۤ ‫وارزكى ّۤمّۤ ِم‬

Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai
tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan (yang demikian itu) agar
mereka melaksanakan salat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah
mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. (Ibr±h³m/14:37).;Para sejarawan di
bidang keagamaan, utamanya dari kalangan agama-agama monotheisme-ibrahimik, selalu
mempertanyakan rumah ibadah yang manakah yang paling tua, apakah Haikal (Kuil) Sulaiman (Solomon
Temple) yang dibangun oleh Nabi Sulaiman a.s. di Jerusalem, ataukah Baitullah yang ada di Mekah.
Manakah yang lebih dulu? Ayat di atas menyatakan bahwa ‘ rumah yang mula-mula dibangun untuk
(tempat ibadah) manusia ialah Baitullah yang ada di Bakkah’ . Nama kuno kota Mekah adalah Bakkah,
dan ini telah disinggung dalam Kitab Zabur (Psalm, Mazmur), yang dapat dilihat pada the Old Testament,
Psalm, 84: 5-6: “Blessed is the man whose strength is in Thee; in whose hearth are the ways of them who
passing through the valley of Baca make it well” [“Rahmat (semoga) tercurah kepada seorang manusia,
yang kekuatannya berada pada-Mu, yang di dalam hatinya ada jalan-jalan mereka yang berjalan melewati
lembah Baka, membuatnya baik”]. Marting Lings (1986) dalam bukunya Muhammad, His life based on the
earliest sources-, menyatakan bahwa Baca dalam Kitab Zabur di atas tidak lain adalah Bakkah yang
tercantum dalam Surah Āli ‘ Imrān/3 ayat 96 di atas. Tarikh Nabi Daud a.s. adalah sekitar 900 tahun
Sebelum Masehi, atau 2900 tahun yang lalu. Jadi Baka telah ada lebih dari 2900 tahun yang lalu, karena
telah di singgung pada Kitab Nabi Daud a.s., Kitab Zabur di atas. Sedangkan Kuil Sulaiman, didirikan oleh
putra Nabi Daud a.s., yaitu Nabi Sulaiman a.s. Jelas bahwa Baitullah di kota Baka lebih tua dibanding Kuil
Sulaiman di Jerusalem.
َ َ ٰ َّ َ َ َ َ ْ َ َ ً ْ َ ْ َ َ َ َ ْ َْ َّ َ َ ٰ َ ً ٰ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ ْ ٰ ْ ‫ْ ٰ ٰ ٌ َ ٰ ٌ َّ َ ه‬
ّّۤۤ‫اّلل ّۤؽ ِجي‬
ّۤ ّۤ ‫ن‬
ّۤ ‫ؽ ّۤـ ِا‬
ّۤ ‫ن ّۤكف‬
ّۤ ‫اع ّۤ ِالح ِّۤه ّۤس ِبيلا ّۤ ّۤوم‬ ّۤ ِ ‫ج ّۤ َم‬
ّۤ ‫ن ّۤاسخع‬ ّۤ ِ ‫اس ّۤ ِضزّۤ ّۤالب ْي‬ ِّۤ ‫غن ّۤا ِمجا ّۤ ّۤ ِو‬
ّۤ ِ ‫ّلل ّۤعلى ّۤالج‬ ّۤ ‫ن ّۤدخ ّۤلهّۤ ّۤع‬
ّۤ ‫ام ّۤ ِاةؽ ِوي ّۤم ّۤەّۤ ّۤوم‬
ّۤ ‫ج ّۤمل‬ ٌۢ ‫ِـح ِّۤه ّۤاي‬
ّۤ ‫ج ّۤة ِحن‬

َ َ ْٰ َ
ّۤ ‫نّۤالػل ِم ْح‬
ّۤ ّۤ‫نّۤہ‬ ّۤ ِ ‫غ‬

97. (97) Suatu bukti lainnya bahwa Nabi Ibrahim-lah yang mendirikan kembali Ka’ bah, adanya maq±m
Ibr±h³m di samping Baitullah, yaitu sebuah batu yang dipergunakan sebagai tempat berdiri oleh Nabi
Ibrahim a.s. ketika mendirikan Ka’ bah bersama-sama dengan putranya Ismail a.s. Bekas telapak kakinya
itu tetap ada dan dapat disaksikan sampai sekarang.

58
Barang siapa masuk ke tanah Mekah (daerah haram) terjamin keamanan dirinya dari bahaya musuh dan
keamanan itu tidak hanya bagi manusia saja, tetapi juga binatang-binatangnya, tidak boleh diganggu dan
pohon-pohonnya tidak boleh ditebang.

Setelah Nabi Ibrahim mendirikan kembali Ka’ bah lalu beliau disuruh Allah menyeru seluruh umat
manusia agar mereka berziarah ke Baitullah untuk menunaikan ibadah haji. Ibadah haji ini dianjurkan oleh
Nabi Ibrahim dan tetap dilaksanakan umat Islam sampai sekarang sebagai rukun Islam yang kelima. Setiap
Muslim yang mampu diwajibkan menunaikan ibadah haji sekali seumur hidup.

Barang siapa yang mengingkari kewajiban ibadah haji, maka ia termasuk golongan orang kafir.

َ ‫َْ ه‬ ٰ َ ٌ ْ َ ‫ٰ َ ٰه‬ ٰ َ ْ ‫َ َ ْه‬ ٰ ْ َ ْ َ ٰٓ ْ ‫ه‬


ّۤ ‫ػّۤعلىّۤ َماّۤحػ َمل ْي‬
ّۤ ّۤ‫نّۤۂ‬ ّۤ ‫اّللّۤش ِىي‬
ّۤ ‫اّللّۤو‬ ّۤ ِ ‫نّۤ ِةا ٰي‬
ِّۤ ّۤ‫ج‬ ّۤ ‫بّۤ ِل ّۤمّۤحكف هؽو‬
ّۤ ِ ‫لّۤال ِكت‬
ّۤ ‫لّۤياو‬
ّۤ ‫ك‬

98. (98) Dengan ayat ini, para Ahli Kitab yang tetap tidak membenarkan kenabian Muhammad saw dicela
padahal bukti-bukti atas kenabian itu sudah cukup banyak dan cukup jelas. Dengan keingkaran dan
kekafiran itu mereka selalu berusaha memecah belah kaum Muslimin dan melemahkan posisi mereka.

َ ‫َ َّ َ ْ ه‬ َ ‫َ ً َّ َ ْ ه ْ ه َ َ ه َ َ ٰ ه‬ َ ‫ٰ َ ْ َٰ َ َ ه‬ َ َ ْ ‫َ َ ه‬ ٰ ْ َ ْ َ ٰٓ ْ ‫ه‬
ّۤ ‫اّللّۤ ِةؾ ِاـلّّۤۤغماّۤحػ َمل ْي‬
ّۤ ّۤ‫نّۤۃ‬ ّۤ ّۤ‫نّّۤۤح ْتؾ ْين َىاّۤ ِغيجاّۤوانخ ّۤمّۤشىػا ّۤۤءّّۤۤوما‬
ّۤ ‫نّۤام‬
ّۤ ‫اّللّۤم‬
ِّۤ ّۤ‫ل‬ ّۤ ْ ‫نّۤغ‬
ّۤ ِ ‫نّۤ َس ِب ْي‬ ّۤ ‫بّۤ ِل ّۤمّۤحصػو‬
ّۤ ِ ‫لّۤال ِكت‬
ّۤ ‫لّۤياو‬
ّۤ ‫ك‬

99. (99) Ahli Kitab menginginkan agar agama Allah menyimpang dari tujuan yang benar dengan
mengubah sifat-sifat Muhammad dan membuat-buat dusta kepada Allah, padahal mereka menanti-nantikan
kenabian Muhammad saw di dalam hati kecil mereka sendiri. Allah mengutuk sifat dengki yang tersembunyi
dalam dada para pemimpin Ahli Kitab. Allah sekali-kali tidak akan lengah tentang kepalsuan mereka.

َ ْ
ٰ ‫ه ْ َ َ ه‬
ْ ْ َ ْ ْ ‫ه‬ َ َ ٰ ْ ‫ٰٓ َ َ َّ ْ َ ٰ َ ه ْ ْ ه ْ ه ْ َ ْ ً َ َّ ْ َ ه ْ ه‬
ّۤ ّۤ‫نّۤۄ‬
ّۤ ‫ػِّّۤۤايما ِنك ّۤمّۤك ِف ِؽي‬
ّۤ ‫بّۤيؽدوك ّۤمّۤةػ‬
ّۤ ‫ذّۤاوحياّۤال ِكت‬
ّۤ ‫نّۤال ِذد‬ ّۤ ‫ذّۤامجياّۤ ِا‬
ّۤ ‫نّۤح ِعيػياّۤـ ِؽيلاّۤ ِم‬ ّۤ ‫يايىاّۤال ِذد‬

100. (100) Orang beriman dilarang mengikuti segolongan Ahli Kitab karena mereka selalu mengadakan
tipu muslihat terhadap kaum Muslimin. Bila kaum Muslimin mengikuti orang Yahudi, niscaya mereka akan
terjerumus kembali ke dalam permusuhan dan kekafiran.

َ ٰ َ ‫ٰ َ َ ْ ه‬ َ ْ ْ َ َ ‫َ َ ْ َ َ ْ ه ه ْ َ َ َْ ه ْ ه ْ ٰ َ َ ْ ه ْ ٰٰ ه ٰ َ ْ ه ْ َ ه ْ ه‬
ّۤ ّۤ١٠١ّّّۤࣖۤۤ‫يّۤ ِالىّۤ ِص َهاطّّۤۤم ْسخ ِل ْيم‬
ّۤ ‫ػّۤو ِػ‬ ِّۤ ‫نَّّۤيػخ ِص ّْۤمّۤ ِة‬
ّۤ ‫اّللّۤـل‬ ّۤ ‫اّللّۤو ِـيك ّۤمّۤرسيلهّّّۤۤۤوم‬
ِّۤ ّۤ‫ج‬
ّۤ ‫نّۤوانخ ّۤمّۤحخلىّۤعلحك ّۤمّۤاي‬
ّۤ ‫ؿّۤحكفؽو‬
ّۤ ‫وكي‬

101. (101) Mengapa kaum Muslimin mengingkari Allah dan mengikuti Ahli Kitab, padahal mereka telah
mendengar ayat-ayat Allah yang dibacakan kepada mereka dan ayat-ayat itu adalah sumber petunjuk yang
mengandung segala macam kebaikan dan selalu menganjurkan agar memelihara keimanan sedang
Rasulullah sendiri masih berada di tengan-tengah mereka sebagai lambang kebenaran, kebajikan dan
persaudaraan.

Maka pantaskah orang mukmin yang telah diberi anugerah oleh Allah sedemikian besar mengikuti
segolongan orang yang sudah nyata sesat sebelumnya dan menyesatkan orang banyak dari jalan yang
lurus? Karena itu hendaklah seorang mukmin berpegang teguh kepada ajaran Allah dan Rasul-Nya.
Dengan demikian akan terpeliharalah mereka dan selalu berada dalam lingkungan hidayah-Nya, tidak akan
sesat untuk selama-lamanya dan tidak akan merasa takut.

59
َ ‫َ َ َ ه ْ هَّ َّ َ ْ ه‬ ٰ ‫ٰ َ َ َّ ه‬ ‫ٰٓ َ َ َّ ْ َ ٰ َ ه َّ ه‬
ّۤ ‫نّۤ ِالاّۤ َوانخ ّْۤمّۤم ْس ِل هم ْي‬
ّۤ ّۤ١٠٢ّۤ‫ن‬ ّۤ ‫دخهّّۤۤولاّۤحميح‬
ِ ‫ل‬ ‫ح‬ّۤ ّۤ
‫ق‬ ‫ض‬ ّۤ ّۤ
‫اّلل‬ّۤ ‫يا‬‫ل‬ ‫ذّۤامجياّۤاح‬
ّۤ ‫يايىاّۤال ِذد‬

102. (102) Diserukan kepada kaum Muslimin terutama kaum Aus dan Khazraj agar mereka tetap di
Medinah, beriman, bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benar takwa, dengan memenuhi segala
kewajiban takwa. Dengan mengerahkan segala daya dan kemampuan untuk melaksanakan perintah Allah
dan menjauhi larangan-Nya, secara keseluruhan, dan jangan mati, melainkan dalam keadaan memeluk
agama Islam.

ً ْ ْ ‫ٰ َ ْ ً َّ َ َ َ َّ ه ْ َ ْ ه ه ْ ْ َ َ ٰ َ َ ْ ه ْ ْ ه ْ ه ْ َ ْ َ ً َ ََّ َ َ ْ َ ه ه ه َ َ ْ ْ ه‬ َ َ ْ
ّّۤۤ‫ن ّۤكل ْي ِةك ّْۤم ّۤـاص َتطخ ّْۤم ّۤ ِة ِنػ َم ِخهّۤ ّۤ ِاع َيانا‬
ّۤ ‫ؿ ّۤةح‬
ّۤ ‫اّلل ّۤعلحك ّۤم ّۤ ِا ّۤذ ّۤكجخ ّۤم ّۤا ّۤعػا ّۤۤء ّۤـال‬
ِّۤ ّۤ ‫ج‬
ّۤ ‫اّلل ّۤج ِميػا ّۤولا ّۤحفؽكيا ّۤواذكؽوا ّۤ ِنػم‬ ّۤ ِ ‫َواغخ ِص هم ْيا ّۤ ِبح ْت‬
ِّۤ ّۤ ‫ل‬
َ ‫َ ه ْ ه ْ َ ٰ َ َ ه ْ َ َ َّ َ َ ْ َ َ ه ْ ْ َ َ ٰ َ ه َ ه ٰ ه َ ه ٰ َ َ َّ ه َ َ ه‬
ّۤ ‫اّللّۤلك ّْۤمّۤا ٰي ِخهّّۤۤلػلك ّْۤمّۤح ْىخػ ْو‬
ّۤ ّۤ١٠٣ّۤ‫ن‬ ّۤ ّۤ‫ن‬ّۤ ‫كّۤيت ِح‬
ّۤ ‫ارّۤـانلؼك ّۤمّۤ ِمنىاّّۤۤكؼ ِل‬
ِّۤ ‫نّۤالج‬
ّۤ ‫وكجخ ّۤمّۤعلىّۤشفاّۤضفؽةّّۤۤ ِم‬

103. (103) Diingatkan hendaklah mereka berpegang teguh kepada Allah dan ajaran-Nya dan selalu
mengingat nikmat yang dianugerahkan-Nya kepada mereka. Dahulu pada masa jahiliah mereka
bermusuhan sehingga timbullah perang saudara beratus-ratus tahun lamanya, seperti perang antara kaum
‘ Aus dan Khazraj. Maka Allah telah mempersatukan hati mereka dengan datangnya Nabi Muhammad saw
dan mereka telah masuk ke dalam agama Islam dengan berbondong-bondong. Allah telah mencabut dari
hati mereka sifat dengki dan memadamkan dari mereka api permusuhan sehingga jadilah mereka orang-
orang yang bersaudara dan saling mencintai menuju kebahagiaan bersama.

Juga karena kemusyrikan, mereka berada di tepi jurang neraka, hanya terhalang oleh maut saja. Tetapi
Allah telah menyelamatkan mereka. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya, agar kaum Muslimin
mendapat petunjuk dan mensyukuri nikmat agar nikmat itu terpelihara.
ْ
َ ‫َ َ ْ َ ْ َ َ ْ ه ْ َ َ ه ٰۤ َ ه ْ ْ ه‬ ْ ْ َ ْ ‫َ ْ َ ه ْ ْ ه ْ هَّ ٌ َّ ْ ه ْ َ َ ْ َ ْ َ َ ه ه‬
ّۤ ‫كّۤو هّۤمّۤال همف ِلط ْي‬
ّۤ ّۤ١٠٤ّۤ‫ن‬ ّۤ ‫ؽّّۤۤواول ِٕى‬
ِّۤ ‫نّۤالمنك‬
ّۤ ِ ‫نّۤغ‬ ّۤ ِ ‫نّۤ ِةال َمػ هؽ ْو‬
ّۤ ‫فّۤوينىي‬ ّۤ ‫نّۤ ِالىّۤالخح ِّۤدّۤويأمؽو‬
ّۤ ‫نّۤ ِمنك ّۤمّۤام ّۤثّۤيػغي‬
ّۤ ‫ولتك‬

104. (104) Untuk mencapai maksud tersebut perlu adanya segolongan umat Islam yang bergerak dalam
bidang dakwah yang selalu memberi peringatan, bilamana tampak gejala-gejala perpecahan dan
penyelewengan. Karena itu pada ayat ini diperintahkan agar di antara umat Islam ada segolongan umat
yang terlatih di bidang dakwah yang dengan tegas menyerukan kepada kebajikan, menyuruh kepada yang
makruf (baik) dan mencegah dari yang mungkar (maksiat). Dengan demikian umat Islam akan terpelihara
dari perpecahan dan infiltrasi pihak manapun.

Menganjurkan berbuat kebaikan saja tidaklah cukup tetapi harus dibarengi dengan menghilangkan sifat-
sifat yang buruk. Siapa saja yang ingin mencapai kemenangan, maka ia terlebih dahulu harus mengetahui
persyaratan dan taktik perjuangan untuk mencapainya, yaitu kemenangan tidak akan tercapai melainkan
dengan kekuatan, dan kekuatan tidak akan terwujud melainkan dengan persatuan. Persatuan yang kukuh
dan kuat tidak akan tercapai kecuali dengan sifat-sifat keutamaan. Tidak terpelihara keutamaan itu
melainkan dengan terpeliharanya agama dan akhirnya tidak mungkin agama terpelihara melainkan dengan
adanya dakwah. Maka kewajiban pertama umat Islam itu ialah menggiatkan dakwah agar agama dapat
berkembang baik dan sempurna sehingga banyak pemeluknya.

Dengan dorongan agama akan tercapailah bermacam-macam kebajikan sehingga terwujud persatuan yang
kukuh kuat. Dari persatuan yang kukuh kuat tersebut akan timbullah kemampuan yang besar untuk

60
mencapai kemenangan dalam setiap perjuangan. Mereka yang memenuhi syarat-syarat perjuangan itulah
orang-orang yang sukses dan beruntung.

َ ٌ َ َ ْ ‫َ َ َ ه ْ ه ْ َ َّ ْ َ َ َ َّ ه ْ َ ْ َ َ ه ْ ْ َ ْ َ َ َ ه ه ْ َ ٰ ه َ ه ٰۤ َ َ ه‬
ّۤ ّۤ١٠٥ّّۤۤ‫ابّۤغ ِظ ْي ٌّۤم‬ ّۤ ‫جّّۤۤواول ِٕى‬
ّۤ ‫كّۤلى ّۤمّۤعؼ‬ ّۤ ‫ػّۤماّۤجاۤءو ّۤمّۤالب ِين‬
ِّۤ ‫نّۤةػ‬
ٌۢ ‫ذّۤحفؽكياّۤواعخلفياّۤ ِم‬
ّۤ ‫ولاّۤحكينياّۤعغل ِذد‬

105. (105) Allah melarang umat Islam dari perpecahan, karena dengan perpecahan itu bagaimanapun
kukuh dan kuat kedudukan suatu umat, pasti akan membawa kepada keruntuhan dan kehancuran. Karena
itu Allah memperingatkan agar umat Islam tidak terjerumus ke jurang perpecahan.

َ ‫َْ َ َ َ ه ْه َ ْه‬ ‫ه ه ْ ٌ َّ َ ْ َ ه ه ْ ٌ َ ََّ َّ ْ َ ْ ََّ ْ ه ه ْ ه ه ْ َ َ َ ْ ه ْ َ ْ َ َ ه َ ه ه‬ َْ


ّۤ ‫ابّۤ ِةماّۤكجخ ّْۤمّۤحكف هؽ ْو‬
ّۤ ّۤ١٠٦ّۤ‫ن‬ ّۤ ‫ػّۤ ِا ْيما ِنك ّْۤمّۤـؼ ْوكياّۤالػؼ‬
ّۤ ‫تّۤوسيوى ّۤمّّۤۤاّۤكفؽح ّۤمّۤةػ‬ ّۤ ‫َّي ْي َّۤمّۤحب َيضّّۤۤوسي ّۤهّۤوةسيدّّۤۤوسي ّۤهّّۤۤـاماّۤال ِذد‬
ّۤ ‫ذّۤاسيد‬

106. (106) Ayat ini menggambarkan bagaimana kedua golongan tampak perbedaannya pada hari kiamat,
yang pertama golongan mukmin wajahnya putih bersih bersinar. Yang kedua, golongan kafir dari Ahli
Kitab dan munafik terlihat muram dan hitam mukanya karena melihat azab yang disediakan Allah
untuknya.

Di samping mereka menerima azab yang menimpa badannya, ditambah pula dengan cercaan dari Allah
dengan ucapan, “Kenapa kamu kafir sesudah beriman? Karena itu rasakanlah azab Kami disebabkan
kekafiranmu itu.”

َ ‫ٰ ه‬ ‫َ ََّ َّ ْ َ ْ َ َّ ْ ه ه ْ ه ه ْ َ ْ َ ْ َ ٰ ه‬
ّۤ ‫اّللّّۤۤو ّْۤمّۤ ِـ ْي َىاّۤخ ِلد ْو‬
ّۤ ّۤ١٠٧ّۤ‫ن‬ ِّۤ ّۤ‫يّۤرحم ِّۤث‬
ّۤ ‫جّۤوسيوى ّۤمّۤـ ِػ‬
ّۤ ‫ذّۤاةيض‬
ّۤ ‫وا ّۤماّۤال ِذد‬

107. (107) Adapun orang-orang mukmin, mereka berada dalam rahmat Allah yaitu surga yang penuh
dengan nikmat dan kesenangan sehingga tampak tanda kebahagiaan pada mukanya yang putih bersih dan
berseri-seri.

َ َ ٰ ْ ً ْ ‫ْ َ ٰٰ ه ٰ َ ْ ه ْ َ َ َ ْ َ َْ َ َ ٰ ه ه ْ ه ه‬
ّۤ ‫ػّۤظلماّۤ ِللػل ِم ْح‬
ّۤ ّۤ١٠٨ّۤ‫ن‬ ّۤ ‫اّللّۤي ِؽي‬
ّۤ ّۤ‫قّّۤۤوما‬
ّۤ ِ ‫كّۤ ِةالح‬
ّۤ ‫اّللّۤنخليواّۤعلح‬
ِّۤ ّۤ‫ج‬
ّۤ ‫كّۤاي‬
ّۤ ‫ِحل‬

108. (108) “Itulah ayat-ayat Allah yang telah dibacakan dengan benar dan setiap orang akan menerima
balasan sesuai dengan tingkah lakunya di dunia, dan Allah sekali-kali tidak berkehendak untuk menganiaya
hamba-hamba-Nya sebab Dia Mahakaya dan Mahaadil, dapat melaksanakan kehendak-Nya yang sempurna
tidak tergantung kepada siapa pun.”
‫َ َ ٰ ه َ ْه‬ َْ ٰ
ّۤ ّۤ١٠٩ّّۤࣖۤ‫اّللّۤح ْؽس هّۤعّۤالا هم ْي هّۤر‬ ّۤ ِ ‫تّۤ َو َماّۤ ِفىّۤالا ْر‬
ِّۤ ّۤ‫ضّۤواِ لى‬ ّۤ ِ ‫ّللّۤ َماّۤ ِفىّۤالَّس ٰم ٰي‬
ِّۤ ‫َ ِو‬

109. (109) Di samping itu seluruh benda-benda alam, baik kategori planet maupun bintang-bintang yang
jumlahnya sangat banyak adalah kepunyaan Allah. Dia mempunyai wewenang sepenuhnya untuk mengatur
segala isinya dengan kebijaksanaan tanpa harus mempertanggungjawabkan kepada siapa pun karena
Dialah Maha Pencipta alam semesta dan kepada-Nya pula seluruh urusan akan dikembalikan.

61
َّ َ َ َ َ ٰ ْ ‫َ ْ ٰ َ َ َ ْ ه‬ ٰ َ ْ ‫َ َْ َ ْ َ َ ْه ْ َ َ هْ ه‬ ْ َّ ْ َ ْ ‫ه ْ ه ْ َ ْ َ هَّ ه‬
ْ ْ ْ َ ْ ‫َ ه ه‬
ّۤ‫غن ّۤخ ْح ًدا ّۤل هى ّْۤم ّۤ ّۤ ِمن هى هّۤم‬
ّۤ ‫ب ّۤلك‬
ّۤ ِ ‫لّۤال ِكت‬ ّۤ ‫اّللّۤ ّۤ َول ّۤي ّۤام‬
ّۤ ‫ن ّۤاو‬ ّۤ ‫ؽ ّۤوحؤ ِمجي‬
ِّۤ ‫ن ّۤ ِة‬ ِّۤ ‫ن ّۤالمنك‬
ّۤ ِ ‫ن ّۤغ‬ ّۤ ِ ‫ن ّۤ ِةال َمػ هؽ ْو‬
ّۤ ‫ف ّۤوحنىي‬ ّۤ ‫اس ّۤحأمؽو‬
ّۤ ِ ‫ج ّۤ ِللن‬
ّۤ ‫كجخ ّۤم ّۤخح ّۤد ّۤامثّۤ ّۤاع ِؽس‬
َ ‫ْهْ هْ َ َ ْ َ ه ْٰ ه‬
ّۤ ّۤ١٠٪ّۤ‫ن‬ّۤ ‫نّۤ َواكث هدو هّۤمّۤالف ِسل ْي‬
ّۤ ‫المؤ ِمجي‬

110. (110) Ayat ini mengandung suatu dorongan kepada kaum mukminin agar tetap memelihara sifat-sifat
utama itu dan agar mereka tetap mempunyai semangat yang tinggi.

Umat yang paling baik di dunia adalah umat yang mempunyai dua macam sifat, yaitu mengajak kebaikan
serta mencegah kemungkaran, dan senantiasa beriman kepada Allah. Semua sifat itu telah dimiliki oleh
kaum Muslimin pada masa Nabi dan telah menjadi darah daging dalam diri mereka karena itu mereka
menjadi kuat dan jaya. Dalam waktu yang singkat mereka telah dapat menjadikan seluruh tanah Arab
tunduk dan patuh di bawah naungan Islam, hidup aman dan tenteram di bawah panji-panji keadilan,
padahal mereka sebelumnya adalah umat yang berpecah-belah selalu berada dalam suasana kacau dan
saling berperang antara sesama mereka. Ini adalah berkat keteguhan iman dan kepatuhan mereka
menjalankan ajaran agama dan berkat ketabahan dan keuletan mereka menegakkan amar makruf dan
mencegah kemungkaran. Iman yang mendalam di hati mereka selalu mendorong untuk berjihad dan
berjuang untuk menegakkan kebenaran dan keadilan sebagaimana tersebut dalam firman Allah:

َ ‫ٰ ه‬ ‫ٰ ه ٰۤ َ ه‬ ‫َْه‬ َ ‫َ َ ه‬ َ َ ‫ه‬ ٰ ‫َّ َ ْ ه ْ ه ْ َ َّ ْ َ ٰ ه‬


ّۤ‫كّۤو هّۤمّۤالص ِػك ْين‬
ّۤ ‫اّللّّۤۤاول ِٕى‬ ّۤ ِ ‫اّللّۤ َو َر هس ْيلِهّّۤۤذَّّۤمّۤل ّْۤمّۤ َي ْؽح هاة ْياّۤ َوجاوػ ْواّۤ ِةا ْم َيا ِل ِى ّْۤمّۤ َوانف ِس ِى ّْۤمّۤ ِف ّْۤيّۤ َس ِب ْي‬
ِّۤ ّۤ‫ل‬ ِّۤ ‫ذّۤا َمج ْياّۤ ِة‬ ّۤ ‫ِانماّۤالمؤ ِمجي‬
ّۤ ‫نّۤال ِذد‬

“Sesungguhnya orang-orang mukmin yang sebenarnya adalah mereka yang beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwanya di jalan Allah.
Mereka itulah orang-orang yang benar.” (al-¦ujur±t/49: 15);Jadi ada dua syarat untuk menjadi umat
terbaik di dunia, sebagaimana diterangkan dalam ayat ini, pertama, iman yang kuat dan, kedua,
menegakkan amar makruf dan mencegah kemungkaran. Maka setiap umat yang memiliki kedua sifat ini
pasti umat itu jaya dan mulia dan apabila kedua hal itu diabaikan dan tidak dipedulikan lagi, maka tidak
dapat disesalkan bila umat itu jatuh ke lembah kemelaratan.

Ahli Kitab itu jika beriman tentulah lebih baik bagi mereka. Tetapi sedikit sekali di antara mereka yang
beriman seperti Abdullah bin Salam dan kawan-kawannya, dan kebanyakan mereka adalah orang fasik,
tidak mau beriman, mereka percaya kepada sebagian kitab suci dan kafir kepada sebagiannya yang lain,
atau mereka percaya kepada sebagian rasul seperti Musa dan Isa dan kafir kepada Nabi Muhammad saw.

َ َ ْ َ ‫َ ْ َّ ه ْ ه ْ َّ َ ً َ ْ َ ه ْ ه ْ ه َ ْ ه ه ْ َ ْ َ َ ه‬
ّۤ ‫ارّۤذَّّۤمّۤلاّۤ هينط هه ْو‬
ّۤ ّۤ١٠٫ّۤ‫ن‬ ّۤ ‫نّۤيل ِاحليك ّۤمّۤييليك ّۤمّۤالادة‬
ّۤ ِ‫نّۤيظهوك ّۤمّۤ ِالاّّۤۤاذىّّۤۤوا‬
ّۤ ‫ل‬

111. (111) Ahli Kitab itu tidak membahayakan umat Islam, kecuali sekadar menyakiti hati dengan
perkataan yang keji, atau dengan menjelek-jelekan sifat Nabi dan menjauhkan manusia dari agama Islam.

Segala usaha dan tipu daya mereka akan hilang tak berbekas ditelan oleh keteguhan iman dan ketabahan
berjuang yang dimiliki oleh kaum Muslimin sebagaimana diungkapkan dalam ayat ini.

(1) “Mereka sekali-kali tidak akan mendatangkan mudarat kepada kamu selain gangguan-gangguan berupa
celaan saja.” Mereka hanya mencaci, mencela, memburuk-burukkan Islam, mencoba menimbulkan
keraguan dan mengumpat Nabi.

(2) “Dan jika mereka berperang dengan kamu pastilah mereka berbalik melarikan diri ke belakang.”
Mereka tidak pernah berhasil menimbulkan kerugian besar di kalangan Muslimin.

62
(3) “Kemudian mereka tidak akan mendapat pertolongan,” untuk mencapai kemenangan. Memang belum
pernah mereka mendapat kemenangan di dalam peperangan melawan Islam, meskipun mereka bersekutu
dengan kaum musyrikin.

‫َ ٰ َ ه َ ْ َ َ ْ ه ْ َ ْ َ َ ه ٰ َ ََّ ه‬ َ ‫َّ ه‬
ّۤ‫ك ّۤ ِةانه ّْۤم‬
ّۤ ‫ج ّۤعلي ِى ّۤم ّۤالمسكن ّۤث ّۤ ّۤذ ِل‬
ّۤ ‫اّلل ّۤوض ِهة‬
ِّۤ ّۤ ‫ن‬
ّۤ ‫ضبّۤ ّۤ ِم‬
َ َ
ّۤ ‫اس ّۤ َو َةا هۤء ّْۤو ّۤ ِةؾ‬
َّ َ َ ٰ َ
ّۤ ‫اّلل ّۤ َوض ْتلّۤ ّۤ ِم‬
ّۤ ِ ‫ن ّۤالج‬ ِّۤ ّۤ ‫ن‬
َ َّ ‫ه ه‬
ّۤ ‫ن ّۤ َما ّۤذ ِلف ْيا ّۤ ِالا ّۤ ِبح ْتلّۤ ّۤ ِم‬
ّۤ َ ‫ة ّۤا ْي‬
ّۤ ‫الذل‬ ‫ضه َة ْ ّۤ َ َ ْ ه‬ ‫ه‬
ِ ّۤ ‫ج ّۤعلي ِى ّۤم‬ ِ
َ ‫َ ه ْ َ ه‬ َ َ َ َ ٰ َ َ َْْ َ ْ‫ٰ ََْ هه‬ ٰ َ ْ ‫َ هْ َ ْه‬
ّۤ ‫كّۤ ِةماّۤغص ْياَّّۤوعغن ْياّۤ َيػخػ ْو‬
ّۤ ّۤ١٠٬ّۤ‫ن‬ ّۤ ‫نّۤالان ِب ٌَۢيا َّۤۤءّۤ ِةؾ ْح ِّۤدّۤضقّّۤۤذ ِل‬
ّۤ ‫اّللّۤويلخلي‬ ّۤ ِ ‫نّۤ ِةا ٰي‬
ِّۤ ّۤ‫ج‬ ّۤ ‫عغنياّۤيكف هؽو‬

112. (112) Dengan kekafiran dan keingkaran para Ahli Kitab (Yahudi), serta tindak tanduk mereka yang
keterlaluan memusuhi umat Islam dengan berbagai cara dan usaha, Allah menimpakan kehinaan kepada
mereka di mana saja mereka berada, kecuali bila mereka tunduk dan patuh kepada peraturan dan hukum
Allah dengan membayar jizyah, yaitu pajak untuk memperoleh jaminan keamanan (¥abl min All±h) dan
mereka memperoleh keamanan dari kaum muslimin (¥abl min al-n±s).

Tetapi hal ini tidak dapat mereka laksanakan dalam pergaulan mereka dengan Nabi dan para sahabatnya
di Medinah, bahkan mereka selalu menentang dan berusaha melemahkan posisi kaum Muslimin dan tetap
memusuhi Islam. Karena itu mereka mendapat kemurkaan Allah, ditimpa kehinaan dan terusir dari
Medinah.

َ ْ ‫ٰ ٰ َ َ َّ ْ َ ه ْ َ ْ ه ه‬ ٰ َ ْ ‫ْ ٰ هَّ ٌ َ ٌ ْ ه‬ َْ ْ ً َ َ ْ ‫َْه‬
ّۤ ّۤ١٠‫نّۤ٭‬
ّۤ ‫لّۤوو ّۤمّۤيسشػو‬ّۤ ِ ‫اّللّۤانا ّۤۤءّۤالي‬
ِّۤ ّۤ‫ج‬ ٰ ّۤ ‫بّۤام ّۤثّۤكاۤى َِٕم ّۤثَّّۤيخلي‬
ّۤ ِ ‫نّۤاي‬ ّۤ ِ ‫لّۤال ِكت‬
ّۤ ِ ‫نّۤاو‬
ّۤ ‫سياّۤسيا ّۤۤءّّۤۤ ِم‬
ّۤ ‫۞ّۤلح‬

113. (113) Orang Yahudi adalah suatu kaum yang mempunyai sifat-sifat dan perbuatan buruk, antara lain
mereka kafir kepada ayat-ayat Allah, membunuh para nabi tanpa alasan yang benar, tetapi mereka semua
tidak sama. Ada di antara mereka yang beriman, sekalipun kebanyakan di antaranya adalah orang-orang
fasik.

Abdullah bin Salam, ¤a‘ labah bin Sa‘ ³d, Usaid bin ‘ Ubaid dan kawan-kawannya adalah orang-orang
Yahudi dari Ahli Kitab yang menegakkan kebenaran dan keadilan, tidak menganiaya orang, memeluk
agama Islam dan tidak melanggar perintah-perintah Allah.

Mereka membaca ayat-ayat Al-Qur’ an dengan tekun dan penuh perhatian pada waktu malam yang diawali
dengan terbenamnya matahari dan diakhiri dengan terbitnya fajar, ketika orang tidur nyenyak, dan mereka
juga sujud mengadakan hubungan langsung dengan Allah swt.

َْ ْ
َ ٰ َ َ ِٕ ٰۤ ‫َ ه‬ َ ‫ه‬ ‫ه‬ َ ْ ْ َ َ ْ َ ْ ْ ْ َ ْ ‫َ َ ه ه‬ ْٰ ْ ٰ َ ْ‫هْ ه‬
ّۤ ‫نّۤالص ِل ِط ْح‬
ّۤ ّۤ١٠‫نّۤٮ‬ ّۤ ‫كّۤ ِم‬ ّۤ ِ ‫نّۤ ِفىّۤالخ ْح ٰد‬
ّۤ ‫تّۤواولى‬ ّۤ ‫ؽّۤ َوي َس ِارغ ْي‬
ِّۤ ‫نّۤال همنك‬ ّۤ ‫فّۤ َو َينىي‬
ّۤ ِ ‫نّۤغ‬ ّۤ ِ ‫نّۤ ِةال َمػ هؽ ْو‬ ِّۤ ‫اّللّۤ َوال َي ْي ِّۤمّۤالا ِع‬
ّۤ ‫ؽّۤويأمؽو‬ ّۤ ‫يؤ ِمجي‬
ِّۤ ‫نّۤ ِة‬

114. (114) Mereka beriman kepada Allah dan kepada hari akhirat dengan iman yang sungguh-sungguh,
iman yang tidak dicampur dengan kemunafikan. Beriman kepada Allah berarti beriman pula kepada yang
wajib diimani dan dipercayai, mencakup rukun iman seperti beriman kepada malaikat, para rasul, kitab-
kitab samawi, qada dan qadar dan sebagainya.

Beriman kepada hari akhirat, berarti menjauhi segala macam maksiat, karena yakin apabila mereka
berbuat maksiat di dunia mereka di azab di hari kemudian dan mereka mengadakan kebajikan karena
mengharapkan pahala dan keridaan Allah.

63
Setelah mereka menyempurnakan diri dengan sifat-sifat dan amal perbuatan yang baik seperti tersebut di
atas, mereka juga berusaha untuk menyelamatkan orang lain dari kesesatan, membimbing mereka kepada
jalan kebaikan dengan amar makruf, dan mencegah mereka dari perbuatan yang dilarang agama dengan
jalan nahi mungkar.

Selanjutnya mereka secara bersama-sama dan berlomba-lomba mengadakan pelbagai kebajikan. Oleh
karena mereka telah memiliki sifat-sifat mulia dan amal baik seperti tersebut, Allah memasukkan mereka
kepada golongan orang yang saleh.

َ َّ ْ َ ‫ََ َْ َ هْ ْ َ ْ َ َْ َْ ه ْه َ ٰه‬
ّۤ ‫اّللّۤع ِل ْي ٌّۤمٌّۢۤ ِةال همخ ِل ْح‬
ّۤ ّۤ١٠‫نّۤٯ‬ ّۤ ‫نّۤيكفؽو ّۤهّّۤۤو‬
ّۤ ‫نّۤخحدّّۤۤـل‬
ّۤ ‫وماّۤيفػلياّۤ ِم‬

115. (115) Orang-orang Yahudi yang masih fasik senantiasa mengadakan provokasi kepada teman-
temannya yang sudah beriman dan masuk Islam, bahwa mereka akan rugi dengan imannya itu.

Sebagai jawaban dan bantahan atas perbuatan buruk mereka itu, ditegaskan bahwa kebajikan apa saja
yang telah dikerjakan oleh mereka yang telah beriman, mereka tetap akan memperoleh pahala dari amal
perbuatannya dan tidak akan dihalangi sedikit pun menerimanya.

Allah Maha Mengetahui orang-orang yang benar-benar beriman dan bertakwa di antara mereka.
Karenanya, amal perbuatan mereka tidak akan disia-siakan tetapi akan diberi pahala yang berlipat ganda.

َ ‫ٰ ه‬ ‫ه‬ َّ ‫َّ َّ ْ َ َ َ ه ْ َ ْ ه ْ َ َ ْ ه ْ َ ْ َ ه ه ْ َ َ َ ْ َ ه ه ْ َ ٰ َ ْ َ ه ٰۤ ِٕ َ َ ْ ٰ ه‬
ّۤ ‫ارّّۤۤو ّْۤمّۤ ِـ ْي َىاّۤخ ِلد ْو‬
ّۤ ّۤ١٠ّٰۤ‫ن‬ ِّۤ ‫بّۤالج‬
ّۤ ‫كّۤاصط‬
ّۤ ‫اّللّۤشيػاّّۤۤواولى‬
ِّۤ ّۤ‫ن‬
ّۤ ‫نّۤحؾ ِج ّۤيّۤغنى ّۤمّۤاميالى ّۤمّۤولاّّۤۤاولادو ّۤمّۤ ِم‬
ّۤ ‫ذّۤكفؽواّۤل‬
ّۤ ‫نّۤال ِذد‬
ّۤ ‫ِا‬

116. (116) Ayat ini turun berkenaan dengan orang Yahudi dan kaum musyrik yang selalu mencerca dan
menghina Nabi Muhammad saw, serta pengikut-pengikutnya. Mereka mengatakan, “Kalau Muhammad dan
pengikut-pengikutnya memang orang yang benar dan dapat dipercaya, kenapa mereka selalu dalam
kemiskinan dan kemelaratan, padahal kitalah yang kaya-kaya dan banyak anak.”

Mereka selalu membanggakan hal ini kepada orang-orang yang beriman dan mencoba menariknya agar
berpihak kepada mereka dan kembali menganut agama nenek moyang mereka. Hal ini biasa dilakukan
orang kafir pada masa dahulu terhadap nabi-nabi yang diutus Allah sebagaimana tersebut dalam firman-
Nya:
َ
َ َّ َ ‫َ َ ه ْ َ ْ ه ْ َ ه َ ْ َ ً َّ َ ْ َ ً َّ َ َ ْ ه‬
ّۤ‫نّۤ ِة همػؼ ِة ْحن‬
ّۤ ‫نّۤاكث ّۤدّۤاميالاّۤواولاداّّۤۤوماّۤنح‬
ّۤ ‫وكالياّۤنح‬

Dan mereka berkata, ”Kami memiliki lebih banyak harta dan anak-anak (daripada kamu) dan kami tidak
akan diazab.” (Saba’ /34:35).;Maka sebagai jawaban atas penghinaan dan tantangan itu diturunkanlah
ayat ini yang menegaskan bahwa banyak harta dan anak tidak akan melepaskan mereka dari siksaan di
akhirat kelak.

ْ
ٰ ٰ
‫ه‬ َ َ َ َ ‫َ َ َ ْ َ َ َ ْ َ َ ْ َْه َ ه ْ َ َ ْ َ َ ْ ه‬ َ َ َْ َْ ٰ َ ‫ْ ه‬ ‫َه‬
ّۤ‫ن‬ َ ‫ه‬ ‫ه‬
ّۤ ّۤ ‫ث ّۤكيمّۤ ّۤظل هميا ّۤانفسى ّۤم ّۤـاولكخ ّۤه ّۤ ّۤوما ّۤظلمى ّۤم‬
ّۤ ‫اّلل ّۤول ِك‬ َ ّۤ ‫ل ّۤ ِر ْيصّۤ ّۤ ِـ ْي َىا ّۤ ِصهّۤ ّۤاصاة‬
ّۤ ‫ج ّۤض ْؽ‬ ّۤ ‫ل ّۤ َما ّۤ هين ِفل ْي‬
ِّۤ ‫ن ّۤ ِف ّْۤي ّۤو ِؼ ِّۤه ّۤالح ٰي‬
ّۤ ِ ‫ية ّۤالدنيا ّۤك َمر‬ ّۤ ‫َمر‬
َ ْ ‫َْه‬
ّۤ ‫انف َس هى ّْۤمّۤ َيظ ِل هم ْي‬
ّۤ ّۤ١٠‫نّۤٱ‬

64
117. (117) Perumpamaan harta yang mereka nafkahkan itu seperti angin dingin yang berhembus sangat
kencang menghabiskan segala tanaman yang ditanam, sehingga pemiliknya tidak dapat memetik hasilnya
walau sedikit pun. Meskipun pada lahirnya mereka telah menafkahkan hartanya untuk kepentingan umum
seperti membangun benteng pertahanan, jembatan-jembatan, sekolah-sekolah, rumah sakit-rumah sakit dan
lain-lain dengan harapan yang besar bahwa kebaikan mereka itu akan mendapat ganjaran dari Allah dan
dapat menolong mereka di akhirat nanti, namun harapan itu akan sia-sia belaka. Firman Allah:

‫ْه‬ َ ‫َ َ َ ْٰ ه‬ َ ْ ْ‫ََ ْ َ ٰ َ َ ه‬
‫نّۤغ َملّّۤۤـشػلن ّۤهّۤو َتا ًّۤۤءَّّۤمجر ْي ًرا‬
ّۤ ‫وك ِػمجاّۤ ِالىّۤماّۤغ ِملياّۤ ِم‬

Dan Kami akan perlihatkan segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami akan jadikan amal itu (bagaikan)
debu yang beterbangan. (al-Furq±n/25:23).

َ ْ َ َ َ َ ٰٓ َ ‫ه َّ ْ ٰ ه‬ ْ َّ َ َ َ ‫َْ َ ه‬ َ َ َ ْ َّ َ
‫نّۤ َما ًّۤۤءّۤضتىّۤ ِاذاّۤجا َۤءهّّۤۤل ّْۤمّۤ ِيجػ هّۤهّۤش ْيػا‬
ّۤ ‫ذّۤكف هؽ ْواّۤاغمال هى ّْۤمّۤكص َهابٌّۢۤ ِة ِل ْيػثّّۤۤيح َس هت ّۤهّۤالظما‬
ّۤ ‫وال ِذد‬

Dan orang-orang yang kafir, amal perbuatan mereka seperti fatamorgana di tanah yang datar, yang
disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi apabila (air) itu didatangi tidak ada apa pun. (an-
Nµr/24:39).;Sebenarnya Allah tidak menganiaya orang kafir karena tidak memberi ganjaran bagi amal
perbuatan mereka yang baik, tetapi mereka sendirilah yang menganiaya diri sendiri karena tidak mau
beriman, padahal bukti-bukti telah banyak sekali di tangan mereka yang menunjukkan kebenaran dan
kerasulan Nabi Muhammad saw.

Menurut kajian ilmiah, salah satu fenomena penting yang terjadi pada tanaman yang terkena hawa (angin)
yang sangat dingin di antaranya adalah fenomena rusaknya sel-sel, terutama sel daun. Seperti telah umum
diketahui bahwa kira-kira 70% dari kandungan sel adalah air. Ketika terkena hawa yang sangat dingin
maka air di dalam sel membeku. Apabila air sudah membeku maka terbentuklah kristal-kristal es yang
volumenya lebih besar daripada air. Adanya pembekuan itu menyebabkan dinding-dinding sel hancur
karena tergerus molekul-molekul air yang mengembang karena pembekuan. Kenampakan fenomena ini dari
luar: daun terlihat menjadi kering seperti terbakar. Fenomena ini seperti sering terjadi pada tanaman teh
di pegunungan Jawa Barat yang dikenal dengan fenomena Ibun Bajra (Embun Api). Perumpamaan harta
yang dibelanjakan tidak sesuai dengan kehendak Allah, akan membawa kehancuran bagi pelakunya, seperti
cairan sel yang menghancurkan dirinya sendiri ketika kena hawa dingin.

Dalam ayat di atas juga diperlihatkan akibat perubahan perilaku cuaca terhadap kehidupan, dalam hal ini
tanaman pertanian. Secara biologis, suatu perubahan cuaca yang tidak biasa, misal kenaikan maupun
penurunan suhu yang tajam, akan sangat mengganggu proses metabolisme tumbuhan. Akibatnya jelas, yaitu
akan terjadi disfungsi dari berbagai organ yang ada yang mengakibatkan pertumbuhan yang tidak normal,
atau tanaman akan mati.

‫ْ ََ ه ْ ْ ه ه ه‬ َ ‫ن ّۤ َا ْـ‬ َ َْْ
ْ ‫ضا هّۤۤء ّۤم‬ َ َ ْ َ ْ َ َ ْ َ ً َ َ ْ ‫ٰٓ َ َ َّ ْ َ ٰ َ ه ْ َ ََّ ه ْ َ َ ً ْ ه ْ ه ْ َ َ ْ ه ْ َ ه‬
ّۤ‫ي ّۤصػ ْو هرو ّْۤم‬
ّۤ ‫او ِى ّۤم ّۤوما ّۤتخ ِػ‬
ِ ‫ي‬ ّۤ ِ ‫ؾ‬‫ت‬‫ال‬ ّۤ ّۤ
‫ت‬ ِ ‫ػ‬ ‫ػ ّۤة‬
ّۤ ‫ن ّۤدونِك ّۤم ّۤلا ّۤيألينك ّۤم ّۤعتالاّۤ ّۤودوا ّۤما ّۤغ ِجخ ّۤم ّۤك‬ّۤ ‫ذ ّۤامجيا ّۤلا ّۤحخ ِغؼوا ّۤ ِةعان ّۤث ّۤ ِم‬ ّۤ ‫يايىا ّۤال ِذد‬
َ ْ‫ْ ه ْه ْ َْ ه‬ ٰ ٰ ْ ‫َ ْ َ ه َ ْ َََّّ َ ه ه‬
ّۤ ّۤ١٠‫نّۤٲ‬ ّۤ ‫نّۤكجخ ّۤمّۤحػ ِللي‬ ّۤ ‫جّۤ ِا‬
ّۤ ِ ‫ػّۤةحناّۤلك ّۤمّۤالاي‬
ّۤ ‫اكب ّۤدّّۤۤك‬

118. (118) Peringatan kepada orang mukmin agar jangan bergaul rapat dengan orang kafir yang telah
nyata sifat-sifatnya yang buruk itu, jangan mempercayai mereka dan jangan menyerahkan urusan kaum
Muslimin kepada mereka. Ayat ini ditutup dengan ungkapan “Sesungguhnya Kami telah menjelaskan ayat-
ayat kepada kamu agar kamu mengerti,” agar orang beriman benar-benar mengerti dan menyadari tentang
sifat-sifat buruk orang kafir dan oleh sebab itu tidak sepantasnya mereka dijadikan teman dekat dalam
pergaulan selama mereka itu bersikap buruk terhadap orang beriman.

65
Janganlah orang mukmin menjadikan orang kafir sebagai teman kepercayaan yang mempunyai sifat yang
dinyatakan dalam ayat ini, yaitu mereka :

a. Senantiasa menyakiti dan merugikan Muslimin dan berusaha menghancurkan mereka.

b. Menyatakan terang-terangan dengan lisan rasa amarah dan benci terhadap kaum Muslimin,
mendustakan Nabi Muhammad saw dan Al-Qur’ an dan menuduh umat Islam sebagai orang-orang yang
bodoh dan fanatik.

c. Kebencian dan kemarahan yang mereka ucapkan dengan lisan itu adalah amat sedikit sekali bila
dibandingkan dengan kebencian dan kemarahan yang disembunyikan dalam hati mereka. Tetapi bila sifat-
sifat itu telah berubah menjadi sifat-sifat yang baik atau mereka tidak lagi mempunyai sifat-sifat yang buruk
terhadap kaum Muslimin, maka Allah tidak melarang untuk bergaul dengan mereka.

Firman Allah:

ْ ْ ‫ْ َ َ ْ ه ْ ه ْ ه ْ ْ َ ه ْ َ ْ َ َ ْ ه ْ َ ه ْ ه ْ َ ْ ْ َّ ٰ َ ه‬ ‫ه‬ َ َ ْ َّ َ ٰ ‫ه‬
َ
ّۤ ‫يحبّۤ ّۤال همل ِس ِع ْح‬
ّّۤۤ٨ّّّۤۤۤ ‫ن‬ ِ ّۤ ‫اّلل‬
ّۤ ّۤ ‫ن‬
ّۤ ‫ن ّۤحبدوو ّۤم ّۤوحل ِسعيا ّۤ ِالي ِى ّۤم ّۤ ِا‬
ّۤ ‫ن ّۤ ِدي ِارك ّۤم ّۤا‬
ّۤ ‫ذ ّۤول ّۤمّۤيخ ِؽسيك ّۤم ّۤ ِم‬
ّۤ ِ ‫الدد‬ّۤ ‫ى‬ ‫ف‬ ّۤ ْ ‫ذ ّۤل ّْۤم ّۤ هي َلاح هل ْيك‬
ّۤ
‫م‬ ّۤ ‫د‬ ‫ذ‬‫ال‬ّۤ ّۤ
‫ن‬ ‫غ‬ ّۤ ‫َلا ّۤ َي ْن ٰىىك هّۤم ّۤ ه‬
ّۤ
‫اّلل‬
ِ ِ ِ ِ ِ
‫ه ْ َ ْ َ ََّ ْ ه ْ َ َ ْ َّ َ ََّ ه ْ َ ه ٰۤ َ ه‬ َ َ َ ْ ‫ْ َ َ ْ َ ه ْ ه ْ ْ َ ه‬
َ ‫او هؽ ْوا ّۤ َعلٰٓى ّۤ ِا ْع‬
‫ه‬
ْ ‫ذ ّۤ َك َاح هل ْيك‬ َ ْ َّ َ ‫َّ َ َ ْ ٰ ه ه ٰ ه‬
ّۤ‫ك ّۤو هّۤم‬
ّۤ ‫ول ِٕى‬
ّۤ ‫ن ّۤيخيلى ّۤم ّۤـا‬
ّۤ ‫ن ّۤحيليو ّۤم ّۤوم‬
ّۤ ‫اجك ّۤم ّۤا‬
ِ ‫ؽ‬ ‫ظ‬ ‫و‬ّۤ ّۤ
‫م‬ ‫ك‬‫ار‬ ‫ي‬ ‫د‬
ِ ِ ِّۤ ّۤ
‫ن‬ ‫م‬ّۤ ّۤ
‫م‬ ‫ك‬‫ي‬‫س‬ ‫ؽ‬ ‫ع‬ ‫ا‬‫و‬ّۤ ّۤ
‫ذ‬ ِ ‫د‬ ‫الد‬
ِ ّۤ ‫ى‬ ‫ف‬ِ ّۤ ّۤ
‫م‬ ّۤ ‫ن ّۤال ِذد‬
ّۤ ِ ‫اّلل ّۤغ‬
ّۤ ّۤ ‫ِانما ّۤينىىك ّۤم‬
َ ٰ
ّۤ ‫الظ ِل هم ْي‬
٩ّّّۤۤۤ‫ن‬

Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu
dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai
orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan mereka sebagai
kawanmu orang-orang yang memerangi kamu dalam urusan agama dan mengusir kamu dari kampung
halamanmu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Barang siapa menjadikan mereka sebagai
kawan, mereka itulah orang-orang yang zalim. (al-Mumta¥anah/60:8-9).;Banyak ditemui dalam sejarah
berbagai peristiwa penting yang terkait dengan Ahli Kitab, seperti pengkhianatan Yahudi Banµ Qainuqa’ ,
Banµ Na«ir dan Banµ Qurai§ah di Yasrib terhadap Nabi dan kaum Muslimin, sampai terjadinya Perang
Khandaq. Kemudian kaum Nasrani yang membantu kaum Muslimin dalam perjuangan Islam seperti dalam
penaklukan Spanyol dan pembebasan Mesir. Mereka mengusir orang-orang Romawi dengan bantuan orang
Qibti. Banyak pula di antara orang Nasrani yang diangkat sebagai pegawai pada kantor-kantor pemerintah
pada masa Umar bin Khattab dan pada masa Daulah Umayah dan Abbasiah, bahkan ada di antara mereka
yang diangkat menjadi duta mewakili pemerintah Islam.

Demikianlah Allah telah menjelaskan ayat-ayat-Nya kepada kaum Muslimin agar diperhatikan dengan
sebaik-baiknya, jangan terperosok ke dalam jurang kebinasaan karena kurang hati-hati dan tidak waspada
ketika berteman akrab dengan orang kafir itu.
ْ ‫ه‬ َ ْ َ َ َ َ ْ ‫َ َ َ ه ْ ه ْ َ ه ْ ٰ َ َّ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َ ْ ه ه‬ ‫ه‬ ٰ ْ َ ْ ‫ٰٓ َ ْ ه ْ ه َ ه ْ َ ه ْ َ َ ه ْ َ ه ْ َ ه ْ ه‬
ّۤ‫ل‬ ّۤ ِ ‫ن ّۤالؾ ْي‬
ّۤ ‫ظ ّۤ ّۤك‬ ّۤ ‫ب ّۤع ِلهّۤ ّۤواِ ذا ّۤلليك ّۤم ّۤكاليا ّۤامجاّۤ ّۤواِ ذا ّۤخليا ّۤغضيا ّۤعلحك ّۤم ّۤالان ِام‬
ّۤ ‫ل ّۤ ِم‬ ّۤ ‫يحتينك ّۤم ّۤوحؤ ِمجي‬
ّۤ ِ ‫ن ّۤ ِةال ِكت‬ ِ ّۤ ‫تحتينه ّۤم ّۤولا‬
ِ ّۤ ‫وانخ ّۤم ّۤاولا ِّۤۤء‬
‫ه‬ َ َ َ ٰ َّ ْ ‫ه ْ ه ْ َ ْ ه‬
ّۤ ّۤ١٠‫اتّۤالصػ ْو ِّۤرّۤٳ‬
ّۤ ِ ‫اّللّۤع ِل ْي ٌّۤمٌّۢۤ ِةؼ‬
ّۤ ّۤ‫ن‬
ّۤ ‫ميحياّۤ ِةؾي ِظك ّۤمّّۤۤ ِا‬

119. (119) Ayat ini menambah penjelasan mengenai sebab-sebab mengapa orang-orang kafir itu tidak
boleh dijadikan teman akrab yaitu:

1. Mereka tidak menyukai kesuksesan kaum Muslimin dan menginginkan agar Muslimin selalu dalam
kesulitan dan kesusahan, padahal mereka telah dianggap sebagai saudara dan kepada mereka telah
diberikan hak yang sama dengan hak kaum Muslimin sendiri.

66
2. Kaum Muslimin mempercayai semua Kitab yang diturunkan kepada nabi-nabi sehingga tidak ada alasan
bagi mereka untuk membenci Ahli Kitab karena banyak di antara Muslimin yang sayang kepada mereka,
bergaul secara baik dengan mereka. Tetapi mereka tidak juga menyenangi Muslimin bahkan tetap
mempunyai keinginan untuk mencelakakan.

3. Banyak di antara mereka yang munafik, apabila berhadapan dengan Muslimin mereka mengucapkan
kata-kata manis seakan-akan benar-benar teman sejati, percaya kepada kebenaran agama yang dibawa
oleh Nabi Muhammad saw, tetapi bila mereka kembali kepada golongannya, mereka bersikap lain dan
mengatakan dengan terang-terangan kebencian dan kemarahan mereka terhadap kaum Muslimin.

Mereka sampai menggigit jari karena iri melihat kaum Muslimin tetap bersatu, seia sekata, dan selalu
berhasil dalam menghadapi musuh Islam.

Oleh sebab itu Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw agar dengan tegas mengatakan kepada
mereka:

‫ه‬ َ َ َ ٰ َّ ْ ‫ه ْ ه ْ َ ْ ه‬
ّۤ‫اتّۤالصػ ْو ِر‬
ّۤ ِ ‫اّللّۤع ِل ْي ٌّۤمٌّۢۤ ِةؼ‬
ّۤ ّۤ‫ن‬
ّۤ ‫ميحياّۤ ِةؾي ِظك ّۤمّّۤۤ ِا‬

… “Matilah kamu karena kemarahanmu itu!” Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala isi hati. (²li
‘ Imr±n/3:119).;Allah mengetahui segala niat yang tersimpan dalam hati kaum Muslimin yang mencintai
orang-orang kafir itu sebagaimana Dia mengetahui pula keburukan hati orang-orang kafir. Maka Dia akan
membalas kebaikan hati kaum Muslimin dengan balasan yang berlipat ganda dan akan membalas pula
kejahatan orang kafir dengan balasan yang setimpal.

َ ‫َّ ٰ َ َ ْ ه‬ َ ‫ه ه َ ه ه‬ َ ‫ََّ ه‬ ْ َ ْ َ َ ْ ‫ْ َ ْ َ ْ ه ْ َ َ َ ٌ َ ه ْ ه ْ َ ْ ه ْ ه ْ َ َ ٌ َّ ْ َ ه‬
ّۤ ‫اّلل ّۤ ِةما ّۤ َيػ َمل ْي‬
ّۤ‫ن‬ ّۤ ‫ن ّۤحص ِب هد ْوا ّۤ َوحخل ْيا ّۤلا ّۤ َيظهك ّْۤم ّۤك ْيػو ّْۤم ّۤش ْيػا ّۤ ّۤ ِا‬
ّۤ ّۤ ‫ن‬ ّۤ ِ‫ن ّۤح ِصتك ّۤم ّۤس ِحئ ّۤث ّۤيفؽضيا ّۤ ِةىا ّۤ ّۤوا‬
ّۤ ِ‫ن ّۤحمسسك ّۤم ّۤضسن ّۤث ّۤةسؤو ّۤم ّۤوا‬
ّۤ ‫ِا‬

ٌ ‫ه‬
ّۤ ‫مّۤح ْي‬
ّۤ ّۤ١٠‫طّّۤࣖۤٴ‬ ِ

120. (120) Selain dari sifat-sifat yang tersebut di atas yang menyebabkan timbulnya larangan bagi kaum
Muslimin mengambil mereka sebagai teman setia, dalam ayat ini disebutkan kembali sikap yang
menggambarkan bagaimana jahatnya hati orang-orang kafir dan hebatnya sifat dengki yang bersemi dalam
dada mereka. Allah berfirman:

‫َ ٌ ْ ه‬ ‫ه‬ ‫ْ َْ َ ْ ه ْ َ َ ٌَ َه ْ ه ْ َ ْ ه‬
‫نّۤح ِص ْتك ّْۤمّۤ َس ِحئ ّۤثَّّۤيف َؽض ْياّۤ ِة َىا‬
ّۤ ِ‫نّۤحمسسك ّۤمّۤضسن ّۤثّۤةسؤو ّۤمّۤوا‬
ّۤ ‫ِا‬

Jika kamu memperoleh kebaikan, (niscaya) mereka bersedih hati, tetapi jika kamu tertimpa bencana,
mereka bergembira karenanya. (²li ‘ Imr±n/3:120).;Qatadah berkata dalam menjelaskan firman Allah ini
sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, “Apabila orang-orang kafir itu melihat persatuan yang kukuh di
kalangan kaum Muslimin dan mereka memperoleh kemenangan atas musuh-musuh Islam, mereka merasa
dengki dan marah. Tetapi bila terdapat perpecahan dan perselisihan di kalangan Muslimin dan mereka
mendapat kelemahan dalam suatu pertempuran, mereka merasa senang dan bahagia. Memang sudah
menjadi sunatullah, baik pada masa dahulu sampai masa sekarang maupun pada masa yang akan datang
sampai hari kiamat, bila timbul di kalangan orang kafir seorang cendekiawan sebagai penantang agama
Islam, Allah tetap akan membukakan kebohongannya, melumpuhkan hujahnya dan memperlihatkan cela
dan aibnya.”

Karena itu Allah memerintahkan kepada umat Islam dalam menghadapi kelicikan dan niat jahat kaum kafir
itu agar selalu bersifat sabar dan takwa serta tawakal kepada-Nya. Dengan demikian kelicikan mereka itu
tidak akan membahayakan sedikitpun. Allah Maha Mengetahui segala tindak tanduk mereka.

67
َ ٰ َ ْ َ َ َ َْ ْ ‫َ ْ ََ ْ َ ْ َْ َ هَ ه ْه‬
ّۤ ّۤ١٠‫اّللّۤ َس ِّۤم ْي ٌّۤعّۤع ِل ْي ٌّۤمّۤٵ‬
ّۤ‫الّّۤۤ َو ه‬
ّۤ ِ ‫ػّۤ ِلل ِلخ‬
ّۤ ‫نّۤمل ِاع‬
ّۤ ‫ئّۤالمؤ ِم ِنح‬
ّۤ ‫كّۤحت ِي‬
ّۤ ‫نّۤاو ِل‬
ّۤ ‫تّۤ ِم‬
ّۤ ‫واِ ّۤذّۤغػو‬

121. (121) Orang-orang munafik telah menghasut kaum Muslimin agar jangan ikut berperang. Dalam
perjalanan ke medan pertempuran mereka berhasil membawa kembali ke Medinah sepertiga dari tentara
yang dipersiapkan untuk menghadapi kaum musyrikin. Berkat pertolongan Allah, ketabahan hati dan
kesabaran menghadapi segala percobaan dan taat serta patuh menjalankan perintah Rasulullah saw yang
telah membagi pasukan muslim menjadi beberapa bagian dan menempatkan mereka pada posisi-posisi yang
strategis di medan perang. Sebagai buah ketaatan itu kaum Muslimin dapat terhindar dari kehancuran.

َ ‫ْ ه ْ َ ْ َ ْ َ َ َ ٰ ه َ ه َ َ َ َ ٰ َ ْ َ َ ََّ ْ ْ ه‬ ٰ َ َّ ْ َّ َ ْ
ّۤ ‫لّۤال همؤ ِمج ْي‬
ّۤ ّۤ١٠‫نّۤٶ‬ ّۤ ِ ‫اّللّۤـلحخيع‬
ِّۤ ّۤ‫اّللّۤو ِليىماّّۤۤوعلى‬
ّۤ ‫نّۤحفشلاّّۤۤو‬
ّۤ ‫نّۤ ِمنك ّۤمّۤا‬ ۤ ّۤ‫ج‬
ِّۤ ‫ظاىِٕفت‬ ّۤ ‫ِا ّۤذّۤوم‬

122. (122) Dalam suasana yang sulit dan tidak menguntungkan itu ada dua golongan di antara kaum
Muslimin yang hampir patah semangatnya setelah mengetahui bahwa tiga ratus orang dari pasukan kaum
Muslimin tidak mau ikut bertempur dan telah kembali ke Medinah. Mereka yang hampir patah semangatnya
itu ialah Ban³ Salamah dari suku Khazraj dan Ban³ Hari£ah dari suku Aus masing-masing sayap kanan dan
kiri.

Mereka terpengaruh oleh suasana yang amat mencemaskan dan merasa daripada dihancurkan oleh musuh
yang demikian besar lebih baik mundur. Untunglah perasaan patah semangat itu tidak lama mempengaruhi
mereka karena mereka adalah orang-orang yang penuh tawakal kepada Allah dan tetap berkeyakinan
bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan hamba-Nya yang bersabar dan bertakwa kepada-Nya.

َ ْ ‫ٰ َ َ َ َّ ه ْ َ ْ ه ه‬ ‫َ َ َ ْ َ َ َ ه ه ٰ ه َ ْ َّ َ ْ ه ْ َ َّ ٌ َ َّ ه‬
ّۤ ّۤ١٠‫نّۤٷ‬
ّۤ ‫اّللّۤلػلك ّۤمّۤةشكؽو‬ ّۤ ّۤ‫ةّّۤۤـاحليا‬
ّۤ ‫اّللّۤ ِةتػرّّۤۤوانخ ّۤمّۤا ِذل‬
ّۤ ّۤ‫ػّۤنطهك ّۤم‬
ّۤ ‫ولل‬

123. (123) Sebagai penambah kekuatan jiwa dan ketabahan hati dalam menghadapi segala bahaya dan
kesulitan, Allah mengingatkan mereka kepada perang Badar ketika mereka berada dalam keadaan lemah
dan jumlah yang amat sedikit dibanding, dengan kekuatan dan jumlah musuh.

Berkat pertolongan Allah, mereka berhasil memporak-porandakan musuh hingga banyak di antara
pembesar Quraisy yang jatuh menjadi korban dan banyak pula yang ditawan dan tidak sedikit harta
rampasan yang diperoleh kaum Muslimin. Karena mereka ingat pada perintah Allah agar mereka bersabar
dan bertakwa kepada-Nya dan dengan sabar dan takwa itu mereka akan mendapat pertolongan daripada-
Nya dan akan mendapatkan kemenangan.
َٰ َ َٰ ‫ه‬ ‫ْ ه َ ْ َّ ه‬
َ ْ َ ْ ‫َ ْ َ ٰۤ َ ه‬ ََ َْ ْ ْ ‫ْ َه ْ ه‬
ّۤ ّۤ١٠‫نّۤٸ‬
ّۤ ‫نّۤالملىِٕك ِّۤثّۤمج لِذ ح‬ ْ َ ْ
ّۤ ‫نّۤي ِمػك ّۤمّۤرةك ّۤمّۤ ِةرلر ِّۤثّۤالافّّۤۤ ِم‬ ّۤ ْ ‫نّۤال‬
ّۤ ‫نَّّۤيك ِف َيك ّْۤمّۤا‬ ّۤ ‫لّۤ ِلل همؤ ِم ِنح‬
ّۤ ‫ِا ّۤذّۤحلي‬

124. (124-125) Untuk lebih memperkuat hati dan tekad kaum Muslimin dalam menghadapi Perang Uhud
ini, Nabi mengatakan kepada mereka bahwa mereka akan dibantu oleh Allah dengan 3.000 malaikat.
Apabila mereka sabar dan tabah menghadapi segala bahaya dan bertakwa, Allah akan membantu mereka
dengan 5.000 malaikat.

Menurut riwayat A«-a¥¥±k, bantuan dengan 5.000 malaikat ini adalah janji dari Allah yang dijanjikan-Nya
kepada Muhammad jika kaum Muslimin sabar dan bertakwa. Ibnu Zaid meriwayatkan, ketika kaum

68
Muslimin melihat banyaknya tentara kaum musyrikin dan lengkapnya persiapan mereka, mereka bertanya
kepada Rasulullah saw, “Apakah dalam perang Uhud ini Allah tidak akan membantu kita sebagaimana Dia
telah membantu kita dalam Perang Badar?” Maka turunlah ayat ini.

Memang dalam Perang Badar Allah telah membantu kaum Muslimin dengan 1000 malaikat sebagai
tersebut dalam firman-Nya:

َ َ ٰۤ ْ َ َْ ‫َ ه َ ه ه‬ َ َ ْ َ ْ ‫ْ َ ْ َ ْ ه ْ َ ََّ ه‬
ّۤ‫نّۤال َملىِٕك ِّۤثّۤ هم ْؽ ِد ِـ ْحن‬
ّۤ ‫ابّۤلك ّْۤمّۤ ِان ّْۤيّۤ ِدػك ّْۤمّۤ ِةالؿّّۤۤ ِم‬
ّۤ َ ‫اسخش‬ ‫نّۤرةك ّۤمّۤـ‬
ّۤ ‫ِا ّۤذّۤةسخ ِؾحري‬

(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu,
”Sungguh, Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-
turut.” (al-Anf±l/8:9).;Pada mulanya dalam Perang Uhud ini pasukan kaum Muslimin sudah dapat
mengacaubalaukan musuh sehingga banyak di antara kaum musyrik yang lari kocar-kacir meninggalkan
harta benda mereka, dan mulailah tentara Islam berebut mengambil harta benda itu sebagai ganimah
(rampasan). Melihat keadaan ini para pemanah diperintahkan oleh Nabi Muhammad saw agar tetap
bertahan di tempatnya, apa pun yang terjadi. Menyangka kaum musyrikin telah kalah, para pemanah pun
meninggalkan tempat mereka dan turun untuk ikut mengambil harta ganimah.

Karena tempat itu telah ditinggalkan pasukan pemanah, Khalid bin Walid panglima musyrikin Quraisy
waktu itu, dengan pasukan berkudanya naik ke tempat itu dan mendudukinya, lalu menghujani kaum
Muslimin dengan anak panah dari belakang sehingga terjadilah kekacauan dan kepanikan di kalangan
kaum Muslimin. Dalam keadaan kacau balau itu kaum musyrikin mencoba hendak mendekati markas Nabi
saw, tetapi para sahabat dapat mempertahankannya walaupun Nabi sendiri mendapat luka di bagian muka,
bibirnya serta giginya pecah.

Akhirnya berkat kesetiaan mereka membela Nabi dan kegigihan mereka mempertahankan posisinya, mereka
bersama Nabi naik kembali ke bukit Uhud dengan selamat. Dengan demikian berakhirlah pertempuran dan
pulanglah kaum musyrikin menuju Mekah dengan rasa kecewa karena tidak dapat mengalahkan
Muhammad dan pasukannya, walaupun mereka sendiri masih selamat dari kehancuran.

َ َ ٰۤ ْ َ َٰ َ ‫ه‬ ‫ْ ه‬ َ ٰ َ ْ ْ ‫َ ٰٓ ْ َ ْ ه ْ َ ََّ ه ْ َ َ ْ ه ْ ه‬
ّۤ ‫نّۤال َملىِٕك ِّۤثّۤ هم َس ِي ِم ْح‬
ّۤ ّۤ١٠‫نّۤٹ‬ ّۤ ‫نّۤـ ْي ِر ِو ّْۤمّۤوؼاّۤ هي ْم ِػدك ّْۤمّۤ َرةك ّْۤمّۤ ِبخ ْم َس ِّۤثّۤالافّّۤۤ ِم‬
ّۤ ‫نّۤحص ِبدواّۤوحخلياّۤويأحيك ّۤمّۤ ِم‬
ّۤ ‫ةلىّۤ ِا‬

125. (124-125) Untuk lebih memperkuat hati dan tekad kaum Muslimin dalam menghadapi Perang Uhud
ini, Nabi mengatakan kepada mereka bahwa mereka akan dibantu oleh Allah dengan 3.000 malaikat.
Apabila mereka sabar dan tabah menghadapi segala bahaya dan bertakwa, Allah akan membantu mereka
dengan 5.000 malaikat.

Menurut riwayat A«-a¥¥±k, bantuan dengan 5.000 malaikat ini adalah janji dari Allah yang dijanjikan-Nya
kepada Muhammad jika kaum Muslimin sabar dan bertakwa. Ibnu Zaid meriwayatkan, ketika kaum
Muslimin melihat banyaknya tentara kaum musyrikin dan lengkapnya persiapan mereka, mereka bertanya
kepada Rasulullah saw, “Apakah dalam perang Uhud ini Allah tidak akan membantu kita sebagaimana Dia
telah membantu kita dalam Perang Badar?” Maka turunlah ayat ini.

Memang dalam Perang Badar Allah telah membantu kaum Muslimin dengan 1000 malaikat sebagai
tersebut dalam firman-Nya:

َ ْ ْ ‫َ ْ َ ٰۤ َ ه‬ َْ ‫َ ه َ ه ه‬ َ َ ْ َ ْ ‫ْ َ ْ َ ْ ه ْ َ ََّ ه‬
‫ن‬ ّۤ ‫ابّۤلك ّْۤمّۤ ِان ّْۤيّۤ ِدػك ّْۤمّۤ ِةالؿّّۤۤ ِم‬
ّۤ ‫نّۤالملىِٕك ِّۤثّۤمؽ ِد ِـح‬ ّۤ َ ‫اسخش‬ ‫نّۤرةك ّۤمّۤـ‬
ّۤ ‫ِا ّۤذّۤةسخ ِؾحري‬

69
(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu,
”Sungguh, Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-
turut.” (al-Anf±l/8:9).;Pada mulanya dalam Perang Uhud ini pasukan kaum Muslimin sudah dapat
mengacaubalaukan musuh sehingga banyak di antara kaum musyrik yang lari kocar-kacir meninggalkan
harta benda mereka, dan mulailah tentara Islam berebut mengambil harta benda itu sebagai ganimah
(rampasan). Melihat keadaan ini para pemanah diperintahkan oleh Nabi Muhammad saw agar tetap
bertahan di tempatnya, apa pun yang terjadi. Menyangka kaum musyrikin telah kalah, para pemanah pun
meninggalkan tempat mereka dan turun untuk ikut mengambil harta ganimah.

Karena tempat itu telah ditinggalkan pasukan pemanah, Khalid bin Walid panglima musyrikin Quraisy
waktu itu, dengan pasukan berkudanya naik ke tempat itu dan mendudukinya, lalu menghujani kaum
Muslimin dengan anak panah dari belakang sehingga terjadilah kekacauan dan kepanikan di kalangan
kaum Muslimin. Dalam keadaan kacau balau itu kaum musyrikin mencoba hendak mendekati markas Nabi
saw, tetapi para sahabat dapat mempertahankannya walaupun Nabi sendiri mendapat luka di bagian muka,
bibirnya serta giginya pecah.

Akhirnya berkat kesetiaan mereka membela Nabi dan kegigihan mereka mempertahankan posisinya, mereka
bersama Nabi naik kembali ke bukit Uhud dengan selamat. Dengan demikian berakhirlah pertempuran dan
pulanglah kaum musyrikin menuju Mekah dengan rasa kecewa karena tidak dapat mengalahkan
Muhammad dan pasukannya, walaupun mereka sendiri masih selamat dari kehancuran.

َْ ْ َْ ٰ ْ ْ َّ ‫َ َ َّ ْ ه‬ ‫َ ْ َّ ه ه ه‬ ‫َ ه‬ ْ ‫َ َ َ َ َ ه ٰ ه َّ ه‬
ّۤ ّۤ١٠‫ؾّۤالح ِك ْي ِّۤمّۤٺ‬
ّۤ ِ ‫ؾ‬
‫اّللّۤالػ ِ خ‬
ِّۤ ّۤ‫ػ‬ ّۤ ‫ِٕنّۤكل ْيةهك ّْۤمّۤ ِةهّّّۤۤۤوماّۤالنط ّۤهّۤ ِالاّۤ ِم‬
ِّۤ ‫نّۤ ِغن‬ ّۤ ‫اّللّۤ ِالاّۤبظ ٰهىّۤلك ّْۤمّۤ َو ِلخع َمخ‬
ّۤ ّۤ‫وماّۤسػل ّۤه‬

126. (126) Apa pun yang terjadi sebenarnya kemenangan itu hanyalah datang dari Allah Yang
Mahaperkasa dan Mahabijaksana. Jadi kalau kaum Muslimin benar-benar mengamalkan petunjuk Allah
dan rasul-Nya dan benar-benar percaya dan yakin akan mendapat kemenangan dan tetap bersifat sabar
dan takwa dengan penuh tawakal tentulah Allah akan memberikan kemenangan kepada mereka.

Tetapi pada perang Uhud, tidak terdapat kebulatan tekad dan tidak terdapat kepatuhan kepada perintah,
kecuali pada permulaan pertempuran. Hal ini terbukti dengan timbulnya keragu-raguan dalam hati dua
golongan kaum Muslimin dan turunnya pasukan pemanah yang diperintahkan agar tidak meninggalkan
tempat mereka. Inilah sebabnya mengapa kaum Muslimin sangat terpukul dalam Perang Uhud.
َّ
َ ْ َ ْ ‫َْ َ َ ه ْ َ ْ َ ْ َ ه ْ َ َ ْ َ ه‬ ً َ َ ْ
ّۤ ّۤ١٠‫نّۤٻ‬
ّۤ ‫ذّۤكفؽواّۤا ّۤوّۤيك ِبخى ّۤمّۤـحنل ِلتياّۤخاۤى ِِٕتح‬ ّۤ َ ‫ِل َيلع َّۤعّۤظ َؽـاّۤ ِم‬
ّۤ ‫نّۤال ِذّۤد‬

127. (127) Pada permulaan pertempuran, sebagaimana tersebut di atas, pasukan kaum Muslimin dapat
mengacaubalaukan barisan musuh, sehingga banyak di antara mereka yang jatuh menjadi korban.
Sebagian sejarawan mengatakan bahwa ada delapan belas orang yang terbunuh dari kaum musyrikin.

Tetapi pendapat ini ditolak oleh sebagian sejarawan yang lain. Mereka berkata, “Sayidina Hamzah saja,
dapat membunuh puluhan orang dari mereka.” Ahli sejarah yang lain mengatakan bahwa sebab perbedaan
pendapat ini adalah karena ketika kaum Muslimin menghitung korban yang jatuh di kalangan kaum
musyrikin, mereka hanya menemukan delapan belas mayat.

Padahal kaum musyrikin sebelum kembali ke Mekah sempat menguburkan sebagian korban dan membawa
korban yang lain bersama mereka. Jadi kemenangan kaum Muslimin pada pertempuran pertama ini adalah
berkat kebulatan tekad dan ketetapan hati mereka yang ditimbulkan oleh perkataan Rasulullah saw yang
tersebut dalam ayat 124 dan 125.

70
Kekalahan kaum musyrikin dan jatuhnya korban yang banyak di kalangan mereka memang sudah menjadi
kehendak Allah untuk membinasakan segolongan orang kafir, menjengkelkan hati mereka dan menghina
mereka dengan kekalahan itu.

َ ٰ ‫َ َ َ ه َ َّ ه‬ ََ َ ْ‫َْ َ ه‬ َ َْْ َ َ َ ََْ


ّۤ ‫بّۤعل ْي ِى ّْۤمّۤا ّْۤوّۤ هيػ ِؼبه ّْۤمّۤـ ِانه ّْۤمّۤظ ِل هم ْي‬
ّۤ ّۤ١٠‫نّۤټ‬ ّۤ ‫ؽّۤش ْي ٌّۤءّۤا ّۤوّۤيخي‬
ِّۤ ‫نّۤالام‬
ّۤ ‫كّۤ ِم‬
ّۤ ‫سّۤل‬
ّۤ ‫لح‬

128. (128) Dalam pertempuran kedua kaum Muslimin menderita kegagalan sehingga ada 70 orang di
antara mereka gugur sebagai syuhada dan Nabi pun mendapat luka-luka. Hal ini amat menyedihkan hati
kaum Muslimin dan hati Nabi sendiri.

‫َ ْ ه َ ْ َّ َ ه َ ه َ ه َ ْ َّ َ ه َ ٰ ه َ ه‬ َْ ٰ َ
ّۤ ّۤ١٠‫اّللّۤؽف ْي ٌّۤرَّّۤر ِض ْي ٌّۤمّّۤࣖۤٽ‬
ّۤ ‫نّۤيشا ّۤۤءّّۤۤو‬
ّۤ ‫بّۤم‬
ّۤ ‫نّۤيشا ّۤۤءّۤويػ ِؼ‬
ّۤ ‫ؽّۤ ِلم‬ ّۤ ِ ‫تّۤ َو َماّۤ ِفىّۤالا ْر‬
ّۤ ‫ضّۤيؾ ِف‬ ّۤ ِ ‫الس ٰم ٰي‬
َّ ّۤ‫ّللّۤ َماّۤفى‬
ِ ِّۤ ‫ِو‬

129. (129) Memang demikianlah hak Allah atas hamba-Nya karena Dia Yang memiliki semua yang ada di
langit dan di bumi. Dia berkuasa penuh atas semuanya, tak ada seorang pun yang berkuasa atas makhluk-
Nya kecuali Dia. Dialah yang menghukum dan memutuskan segala urusan. Dia berhak mengampuni dan
menerima tobat hamba-Nya yang tampak durhaka, tetapi siapa tahu bahwa pada diri hamba-Nya itu ada
bibit-bibit keimanan dan kebaikan. Dia berhak menyiksa karena Dialah Yang Maha Mengetahui siapa di
antara hamba-Nya yang patut mendapat siksaan di dunia atau di akhirat. Di samping itu Allah adalah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang

َ ‫ٰ َ َ َ َّ ه ه ْ ه‬ ‫ٰ َ َ ً َّ ه‬ ً َ ْ َ ‫ٰٓ َ َ َّ ْ َ ٰ َ ه ْ َ َ ْ ه ه‬
ّۤ ‫اّللّۤلػلك ّْۤمّۤحف ِلط ْي‬
ّۤ ّۤ١٠‫نّۤپ‬ ّۤ ّۤ‫الؽ ٰةياّۤاضػاـاّۤمضػف ّۤثَّّۤواحليا‬
ِ ّۤ ‫يا‬‫ل‬ ‫ذّۤامجياّۤلاّۤحأع‬ّۤ ‫يايىاّۤال ِذد‬

130. (130) Ayat ini adalah yang pertama diturunkan tentang haramnya riba. Ayat-ayat mengenai haramnya
riba dalam Surah al-Baqarah ayat 275, 276 dan 278 diturunkan sesudah ayat ini. Riba dalam ayat ini, ialah
riba nas³'ah yang juga disebut riba jahiliah yang biasa dilakukan orang pada masa itu.

Ibnu Jarir berkata, “bahwa yang dimaksud Allah dalam ayat ini ialah: Hai, orang-orang yang beriman
kepada Allah dan Rasul-Nya, janganlah kamu memakan riba berlipat ganda, sebagaimana kamu lakukan
pada masa jahiliah sesudah kamu masuk Islam, padahal kamu telah diberi petunjuk oleh-Nya.” Pada masa
itu bila seseorang meminjam uang sebagaimana disepakati waktu meminjam, maka orang yang punya uang
menuntut agar utang itu dilunasi menurut waktu yang dijanjikan. Orang yang berutang (karena belum ada
uang untuk membayar) meminta penangguhan dan menjanjikan akan membayar dengan tambahan yang
ditentukan. Setiap kali pembayaran tertunda ditambah lagi bunganya. Inilah yang dinamakan riba berlipat
ganda, dan Allah melarang, kaum Muslimin melakukan hal yang seperti itu.

Ar-R±z³ memberikan penjelasan sebagai berikut, “Bila seseorang berutang kepada orang lain sebesar
seratus dirham dan telah tiba waktu membayar utang itu sedang orang yang berutang belum sanggup
membayarnya, maka orang yang berpiutang membolehkan penangguhan pembayaran utang itu asal saja
yang berutang mau menjadikan utangnya menjadi dua ratus dirham atau dua kali lipat. Kemudian apabila
tiba waktu pembayaran tersebut dan yang berutang belum juga sanggup membayarnya, maka pembayaran
itu dapat ditangguhkan dengan ketentuan utangnya dilipatgandakan lagi, demikianlah seterusnya sehingga
utang itu menjadi bertumpuk-tumpuk. Inilah yang dimaksud dengan kata “berlipat ganda” dalam firman
Allah. Riba semacam ini dinamakan juga rib± nas³'ah karena adanya penangguhan dalam pembayaran
bukan tunai.

71
Selain rib± nas³'ah ada pula riba yang dinamakan rib± fa«al yaitu menukar barang dengan barang yang
sejenis sedang mutunya berlainan, umpamanya menukar 1 liter beras yang mutunya tinggi dengan 1½ liter
beras yang bermutu rendah. Haramnya riba fadal ini, didasarkan pada hadis-hadis Rasul, dan hanya
berlaku pada emas, perak dan makanan-makanan pokok, atau yang diistilahkan dengan “barang-barang
ribawi.”

Karena beratnya hukum riba ini dan amat besar bahayanya maka Allah memerintahkan kepada kaum
Muslimin agar menjauhi riba dan selalu memelihara diri dan bertakwa kepada Allah agar jangan
terperosok ke dalamnya dan agar mereka dapat hidup berbahagia dan beruntung di dunia dan di akhirat.
ٰ ْ ْ َّ ‫َّ ه َّ َّ ه‬
ّۤ َ ‫تّۤ ِللك ِف ِؽ ْي‬
ّۤ ّۤ١٠‫نّّۤۤٿ‬ َّۤ ‫َواحلياّۤالج‬
ّۤ ‫ارّۤال ِت ّْۤيّۤا ِعػ‬

131. (131) Allah memerintahkan agar kaum Muslimin memelihara dan menjauhi perbuatan orang kafir
yang tidak mempedulikan apakah harta yang mereka peroleh berasal dari sumber-sumber yang tidak halal
seperti riba, memeras kaum lemah, dan miskin dan sebagainya. Semua cara yang tidak halal itu akan
membahayakan mereka di dunia dan membawa mereka ke neraka kelak.

Diterangkan oleh Imam Abu Hanifah, bahwa ayat ini mengandung ancaman yang sangat menakutkan,
karena dalam ayat ini Allah mengancam kaum Muslimin akan memasukkan mereka ke dalam neraka yang
disediakan bagi orang-orang kafir bila mereka tidak memelihara diri dari perbuatan yang dilarang-Nya.

َ ْ ‫ٰ َ َ َّ ه ْ َ َ َ َّ ه ْ ه ْ َ ه‬ ‫َ ه‬
ّۤ ّۤ١٠‫نّۤڀ‬
ّۤ ‫لّۤلػلك ّۤمّۤحؽحمي‬ ّۤ ّۤ‫َوا ِظ ْيػيا‬
ّۤ ‫اّللّۤوالؽسي‬

132. (132) Kemudian perintah tersebut diiringi dengan perintah agar kaum Muslimin selalu taat dan patuh
kepada perintah Allah dan Rasul-Nya karena dengan menaati Allah dan Rasul-Nya itulah mereka akan
dapat limpahan rahmat-Nya dan dapat hidup berbahagia di dunia dan di akhirat.

َ َّ ْ ْ َّ ‫َ َ ه ْ ٰ َ ْ َ ْ َّ ه ْ َ َ َّ َ ْ ه َ َّ ٰ ٰ ه َ ْ َ ْ ه ه‬
ّۤ ‫تّۤ ِلل همخ ِل ْح‬
ّۤ ّۤ١٠‫نّۤځ‬ ّۤ ‫ضّۤا ِعػ‬
ّۤ ‫تّۤوالار‬
ّۤ ‫نّۤر ِةك ّۤمّۤوسنثّّۤۤغؽضىاّۤالسمي‬
ّۤ ‫۞ّۤوس ِارغياّۤ ِالىّۤمؾ ِفؽةّّۤۤ ِم‬

133. (133) Allah menyuruh agar kaum Muslimin bersegera meminta ampun kepada-Nya bila sewaktu-
waktu berbuat dosa dan maksiat, karena manusia tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan. Seorang
Muslim tidak akan mau mengerjakan perbuatan yang dilarang, tetapi kadang-kadang karena kuatnya
godaan dan tipu daya setan dia terjerumus ke dalam jurang maksiat, kemudian ketika sadar akan
kesalahannya dan menyesal atas perbuatan itu dia lalu bertobat dan mohon ampun kepada Allah, maka
Allah akan mengampuni dosanya. Allah adalah Maha Penerima tobat dan Maha Pengampun dan Maha
Penyayang.

Bila seorang Muslim selalu menaati perintah Allah dan Rasul-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya dan
segera bertobat bila jatuh ke jurang dosa

dan maksiat, maka Allah akan mengampuni dosanya dan akan memasukkannya nanti di akhirat ke dalam
surga yang amat luas sebagai balasan atas amal yang telah dikerjakannya di dunia yaitu surga yang
disediakan-Nya untuk orang yang bertakwa.

َ ْ ْ ‫َ ٰه ه‬ َّ َ َ ْ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ ْ ٰ ْ َّ َ َّ َّ َ ْ ‫َّ ْ َ ه ْ ه‬
ّۤ ‫يحبّّۤۤال همط ِس ِن ْح‬
ّۤ ّۤ١٠‫نّۤڂ‬ ِ ّۤ ّۤ
‫اّلل‬‫و‬ّۤ ّۤ
‫اس‬ ِ ‫الج‬ّۤ ّۤ
‫ن‬ ِ ‫غ‬ ّۤ ّۤ
‫ن‬ ‫ح‬‫اـ‬
ِ ‫ػ‬‫ال‬‫و‬ّۤ ّۤ
‫ظ‬ ‫ي‬ ‫ؾ‬ ‫ال‬ّۤ ّۤ
‫ن‬ ‫ح‬‫م‬ ‫ظ‬
ِ ِ ‫ك‬ ‫ال‬‫و‬َ ّۤ ّۤ
‫ۤاء‬
ِ ‫ه‬َّ
‫الظ‬ ‫و‬ّۤ ّۤ
‫ۤاء‬
ِ ‫ه‬‫الص‬ّۤ ‫ى‬ ‫ف‬ِ ‫ذّۤين ِفلي‬
ّۤ ّۤ
‫ن‬ ّۤ ‫ال ِذد‬

72
134. (134) Ayat ini langsung menjelaskan sifat-sifat orang yang bertakwa, yaitu: Pertama: Orang yang
selalu menafkahkan hartanya baik dalam keadaan berkecukupan maupun dalam keadaan kesempitan
(miskin), sesuai dengan kesanggupannya. Menafkahkan harta itu tidak diharuskan dalam jumlah yang
ditentukan sehingga ada kesempatan bagi si miskin untuk memberi nafkah. Bersedekah boleh saja dengan
barang atau uang yang sedikit nilainya, karena itulah apa yang dapat diberikan tetap akan memperoleh
pahala dari Allah swt.

Diriwayatkan oleh Aisyah Ummul Mukminin bahwa dia bersedekah dengan sebiji anggur, dan di antara
sahabat-sahabat Nabi ada yang bersedekah dengan sebiji bawang. Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw
bersabda:

ْ ‫ه‬ ْ ‫َّ َ َ ه‬ َ َ َّ ‫َّ ه‬


‫ل ّۤ َول ّْۤي ّۤ ِةظلؿّۤ ّۤمح َؽقّۤ ّۤ(رواه ّۤأحمػ ّۤفي ّۤمسنػه‬ ّۤ ِ ‫ار ّۤ َول ّْۤي ّۤ ِب ِش‬
ّۤ ‫ق ّۤح ْم َؽةّۤ ّۤ َو َردوا ّۤالس ِائ‬ َّۤ ‫“;) ِاحليا ّۤالج‬Peliharalah dirimu dari api neraka
meskipun dengan menyedekahkan sepotong kurma, dan perkenankalah permintaan seorang peminta
walaupun dengan memberikan sepotong kuku hewan yang dibakar.” (Riwayat Ahmad dalam Musnad-nya).
)

Bagi orang kaya dan berkelapangan tentulah sedekah dan dermanya harus disesuaikan dengan
kesanggupan. Sungguh amat janggal bahkan memalukan bila seorang yang berlimpah-limpah kekayaannya
hanya memberikan derma dan sedekah sama banyaknya dengan pemberian orang miskin. Ini menunjukkan
bahwa kesadaran bernafkah belum tertanam di dalam hatinya. Allah berfirman:

ْ ‫ٰ ه َ ْ ً َّ َ ٰ ٰ َ َ َ ْ َ ه ٰ ه َ ْ َ ه‬ ‫َ َ ْ ه َ َ َ ْ ْ ه َ ْ ه ْ ْ َّ ٰ ٰ ه ٰ ه َ َ ه‬ َ ْ َ ‫هْ ْ ه‬
‫ػّۤغصهّّۤۤي ْط ًها‬ّۤ ‫اّللّۤةػ‬
ّۤ ّۤ‫ل‬
ّۤ ‫اّللّۤنفساّۤ ِالاّۤماّۤاحىىاّّۤۤسيشػ‬ ّۤ ‫اّللّّۤۤلاّۤ هيك ِل‬
ّۤ ّۤ‫ؿ‬ ّۤ ّۤ‫ىه‬
ّۤ ‫قّۤ ِداّۤاح‬ ّۤ ‫نّۤ َسػ ِخهّّۤۤوم‬
ّۤ ‫نّۤك ِػ ّۤرّۤعلح ِّۤهّۤ ِرزكهّّۤۤـلحن ِف‬ ّۤ ‫قّۤذ ّْۤوّۤ َسػثّّۤۤ ِم‬
ّۤ ‫ࣖ ِلحن ِف‬

Hendaklah orang yang mempunyai keluasan memberi nafkah menurut kemampuannya, dan orang yang
terbatas rezekinya, hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak
membebani kepada seseorang melainkan (sesuai) dengan apa yang diberikan Allah kepadanya. Allah kelak
akan memberikan kelapangan setelah kesempitan. (a¯-°alaq/65:7).

Sifat kikir yang tertanam dalam hati manusia hendaklah diberantas dengan segala macam cara dan usaha,
karena sifat ini adalah musuh masyarakat nomor satu. Tak ada satu umat pun yang dapat maju dan hidup
berbahagia kalau sifat kikir ini merajalela pada umat itu. Sifat kikir bertentangan dengan perikemanusiaan.

Oleh sebab itu Allah memerintahkan untuk menafkahkan dan menjelaskan bahwa harta yang ditunaikan
zakatnya dan didermakan sebagiannya, tidak akan berkurang bahkan akan bertambah. Firman Allah:

ّۤ‫ج‬
ٰ َ َّ ‫قّۤ ٰ ه‬
ْ ‫اّللّۤ ٰ َ ه‬ ‫َ ه‬
ّۤ ‫َي ْمط‬
ِ ‫الؽةياّۤويؽ ِبىّۤالصػك‬
ِ ّۤ

Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah.… (al-Baqarah/2:276).;Imam Gazali menjelaskan


bahwa memerangi suatu sifat yang buruk haruslah dengan membiasakan diri melawan sifat itu. Jadi kalau
orang akan memberantas sifat kikir dalam dirinya hendaklah dia membiasakan berderma dan memberi
pertolongan kepada orang lain. Dengan membiasakan diri akan hilanglah sifat kikirnya dengan berangsur-
angsur.

Kedua: Orang yang menahan amarahnya. Biasanya orang yang memperturutkan rasa amarahnya tidak
dapat mengendalikan akal pikirannya dan ia akan melakukan tindakan-tindakan kejam dan jahat sehingga
apabila dia sadar pasti menyesali tindakan yang dilakukannya itu dan dia akan merasa heran mengapa ia
bertindak sejauh itu. Oleh karenanya bila seseorang dalam keadaan marah hendaklah ia berusaha sekuat
tenaga menahan rasa amarahnya lebih dahulu. Apabila ia telah menguasai dirinya kembali dan amarahnya

73
sudah mulai reda, barulah ia melakukan tindakan yang adil sebagai balasan atas perlakuan orang terhadap
dirinya.

Apabila seseorang telah melatih diri seperti itu maka dia tidak akan melakukan tindakan-tindakan yang
melampaui batas, bahkan dia akan menganggap bahwa perlakuan yang tidak adil terhadap dirinya itu
mungkin karena khilaf dan tidak disengaja dan ia akan memaafkannya. Allah menjelaskan bahwa menahan
amarah itu suatu jalan ke arah takwa. Orang yang benar-benar bertakwa pasti akan dapat menguasai
dirinya pada waktu sedang marah.

Siti Aisyah pernah menjadi marah karena tindakan pembantunya, tetapi beliau dapat menguasai diri,
karena sifat takwa yang ada padanya. Beliau berkata, “Alangkah baiknya sifat takwa itu, ia bisa menjadi
obat bagi segala kemarahan.” Nabi Muhammad saw bersabda, “Orang yang kuat itu bukanlah yang dapat
membanting lawannya tetapi orang yang benar-benar kuat ialah orang yang dapat menahan amarahnya.”
Allah berfirman:

َ ْ ‫ه‬ َ َ
ّۤ ‫َواِ ذاّۤ َماّۤؽ ِض هت ْياّۤو ّْۤمّۤ َيؾ ِف هؽ ْو‬
ّۤ‫ن‬

... Dan apabila mereka marah segera memberi maaf. (asy-Syµr±/42:37).;Ketiga: Orang yang memaafkan
kesalahan orang lain. Memaafkan kesalahan orang lain sedang kita sanggup membalasnya dengan balasan
yang setimpal, adalah suatu sifat yang baik yang harus dimiliki oleh setiap Muslim. Mungkin hal ini sulit
dipraktekkan karena sudah menjadi kebiasaan bagi manusia membalas kejahatan dengan kejahatan tetapi
bagi manusia yang sudah tinggi akhlak dan kuat imannya serta telah dipenuhi jiwanya dengan ketakwaan,
maka memaafkan kesalahan itu mudah saja baginya.

Mungkin membalas kejahatan dengan kejahatan masih dalam rangka keadilan tetapi harus disadari bahwa
membalas kejahatan dengan kejahatan pula tidak dapat membasmi atau melenyapkan kejahatan itu.
Mungkin dengan adanya balas membalas itu kejahatan akan meluas dan berkembang.

Bila kejahatan dibalas dengan maaf dan sesudah itu diiringi dengan perbuatan yang baik, maka yang
melakukan kejahatan itu akan sadar bahwa dia telah melakukan perbuatan yang sangat buruk dan tidak
adil terhadap orang yang bersih hatinya dan suka berbuat baik. Dengan demikian dia tidak akan
melakukannya lagi dan tertutuplah pintu kejahatan.

Keempat: Orang yang berbuat baik. Berbuat baik termasuk sifat orang yang bertakwa maka di samping
memaafkan kesalahan orang lain hendaklah memaafkan itu diiringi dengan berbuat baik kepada orang
yang melakukan kesalahan.

Diriwayatkan oleh al-Baihaqi, ada seorang jariah (budak perempuan) milik Ali bin Husain menolong
tuannya menuangkan air dari kendi untuk mengambil wudu. Kemudian kendi itu jatuh dari tangannya dan
pecah berserakan. Lalu Ali bin Husain menatap mukanya seakan-akan dia marah. Budak itu berkata, “
Allah berfirman:

َ َْ َْ َ ْ َ
ّۤ‫نّۤالؾ ْيظ‬
ّۤ ‫غظ ِمح‬
ِ ‫وال‬
‫ك‬

... Dan orang-orang yang menahan amarahnya ... (²li ‘ Imr±n/3:134).”;Ali bin Husain menjawab, “Aku
telah menahan amarah itu.” Kemudian budak itu berkata pula, “Allah berfirman:

َّ َ َ ْ َ ْ َ
ّۤ‫اس‬
ِ ‫نّۤالج‬
ّۤ ِ ‫نّۤغ‬
ّۤ ‫والػ ِاـح‬

… Dan memaafkan (kesalahan) orang lain ... (²li ‘ Imr±n/3:134).”;Dijawab oleh Ali bin Husain, “Aku
telah memaafkanmu.” Akhirnya budak, itu berkata lagi, “Allah berfirman:

74
َ ْ ْ ‫َ ٰه ه‬
ّۤ‫يحبّّۤۤال همط ِس ِن ْحن‬
ِ ّۤ‫اّلل‬
ّۤ ‫و‬

… Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan. (²li ‘ Imr±n/3:134).”;Ali bin Husain menjawab,
“Pergilah kamu aku telah memerdekakanmu,” demi mencapai keridaan Allah.

Demikianlah tindakan salah seorang cucu Nabi Muhammad saw terhadap kesalahan seorang budak karena
memang dia orang yang mukmin yang bertakwa, tidak saja dia memaafkan kesalahan budaknya bahkan
pemberian maaf itu diiringinya dengan berbuat baik kepadanya dengan memerdekakannya.
‫ََ ه‬ ٰ َ َ ٰ َّ َ ْ ‫ه‬ ْ ْ ََ ْ ْ‫َٰ َ ْ َْ َ ه ْ هه‬ َ َ ‫َْه‬ َ َ َ ً َ َ ْ ‫َ َّ ْ َ َ َ َ ه‬
ّۤ‫اّلل ّۤ ّۤ َول ّْۤم ّۤ هي ِطه ْوا ّۤعلى ّۤ َما ّۤـػل ْيا‬
ّۤ‫ب ّۤ ِالا ّۤ ه‬ ّۤ‫ن َّّۤيؾ ِف ه‬
ّۤ ‫ؽ ّۤالذني‬ ّۤ ّۤ ‫اضش ّۤث ّۤا ّْۤو ّۤظل هم ْيا ّۤانف َس هى ّْۤم ّۤذك هؽوا‬
ّۤ ‫اّلل ّۤـاسخؾفؽوا ّۤ ِلذني ِب ِه ّۤم ّۤوم‬ ِ ‫ذ ّۤ ِاذا ّۤـػليا ّۤـ‬
ّۤ ‫وال ِذد‬
َ َ ْ ‫ه‬
ّۤ ‫َوو ّْۤمّۤ َيػل هم ْي‬
ّۤ ّۤ١٠‫نّۤڃ‬

135. (135) Orang yang mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri kemudian mereka segera
meminta ampun kepada Allah dan tidak mengulangi lagi perbuatan itu.

Para mufasir membedakan antara perbuatan keji (f±¥isyah) dengan menganiaya diri sendiri (§ulm). Mereka
mengatakan, perbuatan keji ialah perbuatan yang bahayanya tidak saja menimpa orang yang berbuat dosa
tetapi juga menimpa orang lain dan masyarakat. Menganiaya diri sendiri ialah berbuat dosa yang
bahayanya hanya dirasakan oleh orang yang mengerjakan saja. Perbuatan keji seperti berzina, berjudi,
memfitnah dan sebagainya. Perbuatan menganiaya diri sendiri seperti memakan makanan yang haram,
memboroskan harta benda, menyia-nyiakannya dan sebagainya.

Mungkin seorang Muslim telanjur mengerjakan dosa besar karena kurang kuat imannya, karena godaan
setan atau karena sebab-sebab lain, tetapi ia segera insaf dan menyesal atas perbuatannya kemudian ia
memohon ampun kepada Allah dan bertobat dengan sebenar-benar tobat serta berjanji kepada diri sendiri
tidak akan mengerjakannya lagi. Maka Allah akan menerima tobatnya dan mengampuni dosanya karena
Allah adalah Maha Penerima tobat dan Maha Pengampun.

Bila seseorang berbuat dosa meskipun yang diperbuatnya itu bukan dosa besar tetapi mengerjakan terus
menerus tanpa ada kesadaran hendak menghentikannya dan tidak ada penyesalan serta keinginan hendak
bertobat kepada Allah, maka dosanya itu menjadi dosa besar. Nabi Muhammad saw pernah bersabda:

ْ ْ َ َ َ َ َ ْ ْ ْ َ َ ََْ َ َ
ِّۤ ‫لاّۤص ِؾ ْح َد ّۤةّۤ َم َّۤعّّۤۤا ِلاص َه‬
‫ارّۤ(رواهّۤالديلؽيّۤغنّۤاةنّۤغتاس‬ ّۤ ‫ارّۤو‬
ِّۤ ‫لاّۤك ِتحد ّۤةّۤم ّۤعّۤا ِلاس ِخؾف‬
ّۤ )

“Dosa besar tidak menjadi dosa besar bila segera meminta ampun (kepada Allah). Dan dosa kecil akan
menjadi dosa besar bila selalu dikerjakan.” (Riwayat ad-Dailam³ dari Ibnu Abb±s).;Meminta ampun
kepada Allah bukan sekadar mengucapkan kalimat “Aku memohon ampunan kepada Allah”, tetapi harus
disertai dengan penyesalan serta janji kepada diri sendiri tidak akan mengerjakan dosa itu lagi. Inilah yang
dinamakan tobat nasµ¥a, tobat yang diterima oleh Allah.

َ ٰ ْ ‫ه ٰۤ ِٕ َ َ َ ه ه ْ َّ ْ َ ٌ ْ َّ ْ َ َ ٰ ٌ َ ْ ْ ْ َ ْ َ ْ َ ْ ٰ ه ٰ ْ َ ْ َ َ ْ َ َ ْ ه‬
ّۤ ‫ؽّۤالػ ِم ِل ْح‬
ّۤ ّۤ١٠‫نّۤڄ‬ ّۤ ‫ذّۤ ِـيىاّّۤۤو ِنػ ّۤمّۤاس‬
ّۤ ‫ؽّۤخ ِل ِدد‬
ّۤ ‫نّۤتح ِخىاّۤالانى‬
ّۤ ‫يّۤ ِم‬
ّۤ ‫جّۤتج ِؽ‬
ّۤ ‫نّۤر ِب ِه ّۤمّۤوسج‬
ّۤ ‫ؾاۤؤو ّۤمّۤمؾ ِفؽ ّۤةّۤ ِم‬
ّۤ ‫كّۤس‬
ّۤ ‫اولى‬

136. (136) Demikianlah lima sifat di antara sifat-sifat orang yang bertakwa kepada Allah yang harus
dimiliki oleh setiap Muslim. Setiap Muslim hendaknya berusaha agar terwujud di dalam dirinya kelima sifat
itu dengan sempurna karena dengan memiliki sifat-sifat itu dia akan menjadi Muslim yang dapat memberi

75
manfaat kepada dirinya sendiri dan dapat pula memberi manfaat kepada orang lain dan kepada
masyarakat, nusa dan bangsanya.

Orang yang memiliki sifat-sifat itu akan dibalas Allah dengan mengampuni dosanya dan menempatkannya
di akhirat kelak di dalam surga. Mereka kekal di dalamnya dan memang itulah ganjaran yang sebaik-
baiknya bagi setiap orang yang beramal baik dan berusaha untuk memperbaiki dirinya, masyarakat dan
umatnya.

َ َ ْ ‫َ ْه ه ْ ََْ َ َ َ ه‬ َْ َ ٌَ ‫َ ْ َ َ ْ ْ َ ْ ه ْ ه‬
ّۤ ‫غنّۤع ِاك َت ّۤثّۤال همك ِؼ ِة ْح‬
ّۤ ّۤ١٠‫نّۤڅ‬ ّۤ ‫ؿّۤع‬ ّۤ ِ ‫نّۤـ ِس ْح هد ْواّۤ ِفىّۤالا ْر‬
ّۤ ‫ضّۤـانظؽواّۤكي‬ ّۤ ‫نّۤكت ِلك ّۤمّۤسج‬
ّۤ ‫جّۤ ِم‬
ّۤ ‫ػّۤخل‬
ّۤ ‫ك‬

137. (137) Sunah Allah atau sunatullah artinya ketentuan yang berlaku bahwa yang hak pada akhirnya
akan menang dan yang batil akan kalah. Secara umum ayat ini masih dalam rangka uraian tentang Perang
Uhud (yang dimulai dari ayat 121). Mengenai kejadian-kejadian yang penting dan sikap orang-orang kafir
terhadap orang-orang mukmin yang berakhir dengan kemenangan orang-orang mukmin, berkat keimanan
dan kesabaran dalam menghadapi segala macam bahaya dan rintangan untuk mempertahankan dan
menegakkan kebenaran.

Sunatullah (ketentuan yang berlaku) terhadap makhluk-Nya yang berupa kejayaan atau kemunduran, tidak
pernah berubah dan selalu terulang atau terjadi pada setiap umat yang berada pada sebab-sebab yang
sama. Dengan demikian, semenjak umat-umat dahulu sebelum umat Muhammad, tetap berlaku sampai
sekarang. Oleh karena itu, kita dituntun agar melakukan perjalanan dan penyelidikan di bumi, sehingga
kita mengambil kesimpulan bahwa Allah dalam ketentuan-Nya telah mengaitkan antara sebab dengan
musababnya. Misalnya kalau seseorang ingin kaya, maka ia harus mengusahakan sebab-sebab yang bisa
mendatangkan kekayaan. Kalau ingin menang dalam peperangan hendaklah dipersiapkan segala sebab
untuk mendapatkan kemenangan, baik dari segi materinya maupun dari segi taktik dan sebagainya. Kalau
ingin bahagia di dunia dan akhirat, perbuatlah sebab-sebab untuk memperolehnya, dan demikianlah
seterusnya.

Ayat 137 ini menyuruh kita menyelidiki dan memperhatikan sebab-sebab diturunkannya azab kepada orang
yang mendustakan kebenaran.

َ َّ ْ ٌ َ ً ‫ه‬ َّ ٌ َ َ َ ٰ
ّۤ ‫اسّۤ َووػىَّّۤو َم ْي ِغظ ّۤثّۤ ِلل همخ ِل ْح‬
ّۤ ّۤ١٠‫نّۤچ‬ ّۤ ِ ‫انّۤ ِللن‬
ّۤ ‫وؼاّۤؿي‬

138. (138) Apa yang tersebut pada ayat 137 adalah peringatan bagi semua manusia dan petunjuk serta
pelajaran orang-orang bertakwa. Ulama tafsir mengatakan bahwa maksud ayat ini adalah memperingatkan
kaum Muslimin bahwa kekalahan mereka dalam Perang Uhud adalah pelajaran bagi umat Islam, dan
berlakunya ketentuan sunah Allah.

Mereka menang dalam Perang Badar, karena mereka menjalankan dan mematuhi perintah Nabi. Dalam
Perang Uhud pun mereka hampir saja memperoleh kemenangan tetapi oleh karena mereka lalai dan tidak
lagi mematuhi perintah Nabi, akhirnya mereka terkepung dan diserang dari belakang oleh tentara musuh
yang jauh lebih banyak jumlahnya, sehingga gugurlah puluhan syuhada dari kaum Muslimin, dan Nabi
sendiri menderita luka dan pecah salah satu giginya.

َ ْ ‫ََ َ ه ْ ََ َ ْ َ ه ْ َ َْ ه ه ْ َ ْ َ ْ َ ْ ه ْ ه‬
ّۤ ‫نّۤكجخ ّْۤمّۤمؤ ِم ِن ْح‬
ّۤ ّۤ١٠‫نّۤڇ‬ ّۤ ‫نّۤ ِا‬
ّۤ ‫ولاّۤح ِىنياّۤولاّۤتحؾنياّۤوانخ ّۤمّۤالاعلي‬

76
139. (139) Ayat ini menghendaki agar kaum Muslimin jangan bersifat lemah dan bersedih hati, meskipun
mereka mengalami pukulan berat dan penderitaan yang cukup pahit dalam Perang Uhud, karena kalah
atau menang dalam suatu peperangan adalah hal biasa yang termasuk dalam ketentuan Allah. Yang
demikian itu hendaklah dijadikan pelajaran. Kaum Muslimin dalam peperangan sebenarnya mempunyai
mental yang kuat dan semangat yang tinggi serta lebih unggul jika mereka benar-benar beriman.
َ ‫َ َ ْ َ َ ٰ ه َّ ْ َ ٰ َ ه ْ َ ََّ َ ْ ه ْ ه َ َ َ ٰ ه‬ َّ َ ْ َ َ ‫ْ َّ ْ َ ْ ه ْ َ ْ ٌ َ َ ْ َ َّ ْ َ ْ َ َ ْ ٌ ْ ه َ ْ َ ْ ََّ ه ه َ ه‬
ّۤ ‫ؼ ّۤ ِمنك ّۤم ّۤشىػا َّۤۤء ّۤو‬
ّۤ‫اّلل ّۤلا‬ ّۤ ‫ذ ّۤامجيا ّۤويخ ِغ‬
ّۤ ‫اّلل ّۤال ِذد‬
ّۤ ّۤ ‫اس ّۤ ّۤو ِليػل ّۤم‬
ّۤ ِ ‫ن ّۤالج‬
ّۤ ‫اولىا ّۤةح‬
ِ ‫ام ّۤنػ‬
ّۤ ‫ك ّۤالاي‬
ّۤ ‫ح ّۤ ِمرلهّۤ ّۤو ِحل‬
ّۤ ‫س ّۤاللي ّۤم ّۤكؽ‬
ّۤ ‫ػ ّۤم‬
ّۤ ‫ح ّۤـل‬
ّۤ ‫ن ّۤيمسسك ّۤم ّۤكؽ‬
ّۤ ‫ِا‬

َ ٰ ‫ه‬
ّۤ ‫يحبّّۤۤالظ ِل ِم ْح‬
ّۤ ّۤ١٠‫نّۤڈ‬ ِ

140. (140) Dalam ayat ini dijelaskan bahwa kaum Muslimin jika menderita luka atau menemui ajalnya,
maka orang kafir juga telah mengalami hal yang sama dalam Perang Badar. Demikianlah menang dan
kalah dalam peperangan adalah hal yang dipergilirkan oleh Allah di antara manusia. Kemenangan dan
kekalahan, kejayaan dan kemunduran, merupakan keadaan yang silih berganti akan dialami setiap umat
atau manusia. Karena itu mereka mestinya selalu dapat mengambil petunjuk dari keadaan ini, agar mereka
mendapat pelajaran, dan agar Allah membedakan antara orang yang beriman dengan orang-orang kafir,
dan juga memberikan kepada kaum Muslimin kebahagian mati syahid yang sangat tinggi nilainya di sisi
Allah, karena mereka rela mengorbankan jiwa raga demi membela kebenaran, dan Allah tidak menyukai
orang yang berbuat zalim.
ٰ ْ َ َ ‫ٰ ه َّ ْ َ ٰ َ ه‬ َ
ّۤ ّۤ١٠‫نّۤډ‬ َ ْ
ّۤ ‫قّۤالك ِف ِؽي‬ ْ َ َ ْ
ّۤ ‫ذّۤامجياّۤويمط‬ ّۤ ‫اّللّۤال ِذد‬ ّۤ ‫َو ِل هي َم ِط‬
ّۤ ّۤ‫ص‬

141. (141) Peristiwa musibah kaum Muslimin pada Perang Uhud sesudah mereka menang dalam Perang
Badar sebelumnya, adalah juga dimaksudkan untuk membedakan orang yang benar-benar beriman dari
kaum munafik dan untuk membersihkan hati orang mukmin yang masih lemah, sehingga benar-benar
menjadi orang yang ikhlas, bersih dari dosa.

Derajat keimanan seseorang itu masih tersamar, dan tidak jelas hakikatnya kecuali melalui ujian berat.
Kalau ia lulus dalam ujian itu, maka ia bisa dikatakan sebagai orang yang bersih dan suci, sebagaimana
halnya emas, baru dapat diketahui keasliannya sesudah diasah, dibakar dan diuji dengan air keras.

Pasukan pemanah melanggar perintah Nabi saw dalam Perang Uhud dengan meninggalkan posnya di atas
gunung, lalu turut memperebutkan harta rampasan. Karena itu pasukan Muslimin akhirnya terpukul
mundur, dikocar-kacirkan oleh musuh. Peristiwa ini menjadi satu pelajaran bagi kaum Muslimin untuk
menyadarkan mereka bahwa umat Islam diciptakan bukanlah untuk bermain-main, berfoya-foya, bermalas-
malasan, menimbun kekayaan, melainkan harus bersungguh-sungguh beramal, menaati perintah Nabi saw
dan tidak melanggarnya, apa pun yang akan terjadi.

Keikhlasan hati kaum Muslimin dan ketaatannya kepada perintah Nabi dapat dibuktikan ketika terjadi
perang Hamra’ ul Asad sesudah terpukul dalam Perang Uhud. Nabi saw memerintahkan bahwa orang-
orang yang dibolehkan ikut pada perang Hamra’ ul Asad ialah orang-orang yang pernah ikut dalam
Perang Uhud. Mereka dengan segala senang hati mematuhi perintah Nabi dengan kemauan yang sungguh-
sungguh dan ikhlas sekalipun di antara mereka masih ada yang mengalami luka-luka yang parah, hati yang
sedih dan gelisah. Sebaliknya orang-orang kafir menderita kehancuran karena hati mereka kotor, masih
bercokol di dalamnya sifat-sifat sombong dan takabur, akibat kemenangan yang diperolehnya.

ٰ َ ْ ‫ْ ه‬ ‫ْ ََّ َ َ َ َّ َ ْ َ ٰ ه َّ ْ َ َ َ ه‬ ‫َْ َ ْه ْ َ ْ َْ ه ه‬
ّۤ َ ‫ذّۤجاوػ ْواّۤ ِمنك ّْۤمّۤ َو َيػل َّۤمّۤالص ِب ِد ْي‬
ّۤ ّۤ١٠‫نّۤڊ‬ ّۤ ‫اّللّۤال ِذد‬
ّۤ ّۤ‫نّۤحػخلياّۤالجن ّۤثّۤولماّۤيػل ِّۤم‬ّۤ ‫ا ّۤمّۤض ِسبخ ّۤمّۤا‬

77
142. (142) Ulama-ulama tafsir menerangkan bahwa setelah Nabi saw, mengetahui persiapan pihak
Quraisy berupa pasukan yang berjumlah besar untuk menyerang kaum Muslimin sebagai balasan atas
kekalahan mereka dalam Perang Badar, maka Nabi saw bermusyawarah dengan para sahabatnya, apakah
mereka akan bertahan saja di kota Medinah ataukah akan keluar untuk bertempur di luar kota.

Meskipun Nabi sendiri lebih condong untuk bertahan di kota Medinah, namun beliau mengikuti pendapat
terbanyak yang menghendaki agar menyerang musuh di luar kota. Dengan demikian Rasulullah saw keluar
kota ke bukit Uhud dengan pasukan sebanyak 1.000 orang untuk melawan orang Quraisy yang berjumlah
lebih dari 3.000 orang. Pasukan Muslimin yang jauh lebih sedikit ini hampir memperoleh kemenangan,
tetapi akhirnya suasana berbalik menjadi kegagalan disebabkan kurang sabar mematuhi perintah
Rasulullah sebagai komandan dalam peperangan itu.

Banyak korban berguguran di sana-sini dan ada pula yang lari ketakutan. Nabi sendiri terdesak dan
terancam, bahkan tersiar berita bahwa Nabi saw telah terbunuh. Yang terbunuh sebagai syuhada ialah
para sahabatnya seperti Abµ Dujanah, °al¥ah bin ‘ Ubaidillāh, Ummu ‘ Imarah dan lain-lain yang telah
mengorbankan diri dan nyawa mereka sebagai perisai Rasulullah. Terbunuh juga dalam Perang Uhud,
Hamzah bin ‘ Abdul Mu¯alib, paman Rasul yang dicintainya. Pada ayat 142, Allah mengatakan, “Apakah
kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad
di antara kamu, dan belum nyata orang-orang yang sabar.”

Ini adalah satu celaan dan koreksi Tuhan terhadap sebagian kaum Muslimin yang turut dalam Perang
Uhud itu, yaitu kepada orang-orang yang semula ingin berperang dengan semangat berapi-api dan
mendorong Rasulullah, agar keluar kota untuk memerangi pihak Quraisy dan jangan hanya bertahan di
kota Medinah saja. Mereka dengan tegas menyatakan sanggup berbuat segala sesuatu untuk menghadapi
musuh meskipun mereka akan mati seperti pahlawan-pahlawan Badar. Tetapi nyatanya setelah mereka
berada dalam suasana yang sulit dan keadaan gawat, bukan saja mereka kehilangan semangat dan tidak
dapat melaksanakan apa yang tadinya mereka nyatakan kepada Rasulullah, bahkan kebanyakan dari
mereka sudah kehilangan pegangan, terkecuali sebagian yang memang semangat tempur dan juangnya
bernyala-nyala terus, karena keteguhan keyakinan dan keimanan yang tidak dapat digoyahkan oleh
keadaan dan suasana apa pun juga. Mereka inilah pembela-pembela Rasulullah, pembela Islam dan
kebenaran.

َ ْ ‫َ َ َ ْ ه ْ ه ْ َ َ َّ ْ َ ْ َ ْ َ ْ َ ْ َ ْ َ ْ َ ْ ه َ َ ْ َ َ ْ ه ه ْ ه َ َ ْ ه ْ َ ْ ه ه‬
ّۤ ّۤ١٠‫نّّۤࣖۤڋ‬
ّۤ ‫ػّۤرايخمي ّۤهّۤوانخ ّۤمّۤحنظؽو‬ ّۤ ‫نّۤحللي ّۤهّۤـل‬
ّۤ ‫لّۤا‬
ّۤ ِ ‫نّۤكت‬
ّۤ ‫تّۤ ِم‬
ّۤ ‫نّۤالمي‬
ّۤ ‫ػّۤكجخ ّۤمّۤحمني‬
ّۤ ‫ولل‬

143. (143) Kaum Muslimin sebelum terjadi Perang Uhud berjanji akan mati syahid mengikuti jejak para
syuhada Badar. Tetapi mereka tidak menepati janji itu ketika melihat dahsyatnya pertempuran. Sebagai
puncak dari kesukaran yang dihadapi oleh kaum Muslimin dalam Perang Uhud, ialah tersiarnya berita
Rasulullah telah terbunuh. Ketika itu orang-orang yang lemah imannya ingin memperoleh jasa-jasa baik
dari ‘ Abdullah bin Ubai, kepala kaum munafik di Medinah, agar dia berusaha mendapat perlindungan
dari Abµ Sufyān, bahkan ada pula yang berteriak seraya berkata, “Kalau Muhammad sudah mati, marilah
kita kembali saja kepada agama kita semula.” Dalam keadaan kalut sahabat Nabi (Anas bin an-Na«ar)
berbicara, “Andaikata Muhammad telah terbunuh, maka Tuhan Muhammad tidak akan terbunuh. Untuk
apa kamu hidup sesudah terbunuhnya Rasulullah? Marilah kita terus berperang, meskipun beliau telah
mati.” Kemudian Anas bin an-Na«ar berdoa meminta ampun kepada Tuhan karena perkataan orang-orang
yang lemah iman itu, lalu ia mengambil pedangnya dan terus bertempur sehingga ia mati syahid.

78
َ َ ٰ َّ ‫ه ه َ َ ۟ ْ َّ َ َ ْ ه َ ْ َ َ ْ ه ْ َ ٰٓ َ ْ َ ه ْ َ َ ْ َّ ْ َ ْ َ ٰ َ َ ْ َ َ ْ َّ ه‬ َ ْ ْ َ َ ْ َ ٌ ْ ‫َ َ ه ََّ ٌ َّ َ ه‬
ّۤ‫ش ْيػا‬
ّۤ ّۤ‫اّلل‬
ّۤ ّۤ‫نّۤيظ ّۤه‬
ّۤ ‫بّۤعلىّۤغ ِلبي ِّۤهّۤـل‬
ّۤ ‫نّۤينل ِل‬
ّۤ ‫لّۤانللبخ ّۤمّۤعلىّۤاغل ِاةك ّۤمّّۤۤوم‬
ّۤ ‫اتّۤا ّۤوّۤك ِخ‬
ّۤ ‫ِٕنّۤم‬ ّۤ ‫نّۤك ْت ِل ِّۤهّۤالؽس‬
ّۤ ‫لّّۤۤاـاى‬ ّۤ ‫جّۤ ِم‬
ّۤ ‫ػّۤخل‬
ّۤ ‫لّۤك‬
ّۤ ‫ػّۤ ِالاّۤرسي‬
ّۤ ‫وماّۤمحم‬
ٰ ‫ٰه‬ ْ
ّۤ َ ‫اّللّۤالش ِك ِؽ ْي‬
ّۤ ّۤ١٠‫نّۤڌ‬ ّۤ ّۤ‫ّۤ َو َس َيش ِؾى‬

144. (144) Muhammad hanyalah seorang Rasul Allah. Kalau dia mati terbunuh, maka itu adalah hal biasa
sebagaimana telah terjadi pula pada nabi-nabi dan rasul-rasul sebelumnya. Ada yang mati biasa dan ada
yang terbunuh. Mengapa ada di antara kaum Muslimin yang murtad disebabkan mendengar berita
Muhammad telah mati terbunuh? Ketahuilah bahwa orang yang murtad tidak akan menimbulkan sesuatu
mudarat kepada Allah. Dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur kepada-Nya.
Pengertian bersyukur biasa diartikan terima kasih. Berterima kasih dalam ayat ini bukanlah sekedar
ucapan, tetapi dengan suatu perbuatan dan bukti yang nyata.

Bersyukur kepada manusia ialah berbuat baik kepadanya sebagai balas jasa, sedang bersyukur kepada
Allah ialah berbakti kepada-Nya, sesuai dengan perintah-Nya. Di dalam menegakkan kebenaran, kita harus
berusaha dengan sungguh-sungguh, berjuang dengan penuh iman dan kesabaran dan rela menerima segala
macam cobaan dan penderitaan. Orang-orang semacam inilah yang benar-benar bersyukur kepada Allah
dan yang pasti akan mendapat balasan yang dijanjikan-Nya.

ْ َ ْ ْ‫ه‬ ْٰ َ ََ ْ ْ ْ‫َْ ه‬ َ ْ ً َّ َ ٰ ٰ ْ َّ َ ْ َ ْ َ َْ َ َ ََ
ّۤ‫اب ّۤالا ِع َؽ ِّۤة ّۤنؤ ِحهّۤ ّۤ ِمن َىا ّۤ ّۤ َو َسنش ِؾى‬ ّۤ ْ ‫اب ّۤالدنيا ّۤنؤ ِحهّۤ ّۤ ِمن َىاّۤ ّۤ َو َم‬
ّۤ ‫ن ّۤي ِؽ ّۤد ّۤذي‬ ّۤ َ ‫ن ّۤي ِؽ ّۤد ّۤذ َي‬
ّۤ ْ ‫اّلل ّۤ ِكت ًتا ّۤمؤجلا ّۤ ّۤ َو َم‬
ِّۤ ّۤ ‫ن‬ ّۤ ‫ن ّۤح همي‬
ّۤ ِ ‫ت ّۤ ِالا ّۤ ِة ِاذ‬ ّۤ ‫غن ّۤ ِلنفسّۤ ّۤا‬
ّۤ ‫وما ّۤع‬
ٰ
ّۤ َ ‫الش ِك ِؽ ْي‬
ّۤ ّۤ١٠‫نّۤڍ‬

145. (145) Allah menyatakan, “Semua yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin-Nya, tepat
pada waktunya sesuai dengan yang telah ditetapkan-Nya.” Artinya: persoalan mati itu hanya di tangan
Tuhan, bukan di tangan siapa-siapa atau di tangan musuh yang ditakuti. Ini merupakan teguran kepada
orang-orang mukmin yang lari dari medan Perang Uhud karena takut mati, dan juga merupakan petunjuk
bagi setiap umat Islam yang sedang berjuang di jalan Allah. Seterusnya Allah memberikan bimbingan
kepada umat Islam bagaimana seharusnya berjuang di jalan Allah dengan firman-Nya:

ْ ْ‫َْ ه‬ َ ْ
‫ابّۤالدنياّۤنؤ ِحهّّۤۤ ِمن َىا‬
ّۤ َ ‫نّۤي ِؽ ّۤدّۤذ َي‬
ّۤ ْ ‫َو َم‬

... Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala (dunia) itu,…(²li
‘ Imr±n/3:145).;Ini berarti setiap orang Islam harus meluruskan dan membetulkan niatnya dalam
melaksanakan setiap perjuangan. Kalau niatnya hanya sekedar untuk memperoleh balasan dunia, maka
biar bagaimanapun besar perjuangannya, maka balasannya hanya sekedar yang bersifat dunia saja. Dan
barang siapa yang niatnya untuk mendapat pahala akhirat, maka Allah akan membalasnya dengan pahala
akhirat. Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur yaitu orang-orang yang
mematuhi perintah-Nya dan selalu mendampingi Nabi-Nya.
َ َ
ٰ ‫ٰ ََ َ ه ه ْ ََ ْ َ َ هْ َ ٰه ه‬ ‫َ َ َ َ ه‬ ‫َ َ َ ه‬ َ َ َ ٰ َّ ْ ْ َ َ َ
ّۤ َ ‫يحبّّۤۤالص ِب ِد ْي‬
ّۤ ّۤ١٠‫نّۤڎ‬ ِ ّۤ‫اّلل‬
ّۤ ‫اّللّۤوماّۤضػفياّۤوماّۤاسخكغنياّّۤۤو‬ ّۤ ِ ‫نّۤك ِر ْح ٌّۤدّۤـماّۤ َوون ْياّۤ ِلماّۤاصابه ّْۤمّۤ ِف ّْۤيّۤ َس ِب ْي‬
ِّۤ ّۤ‫ل‬ ّۤ ‫لّۤ َمػهّّۤۤ ِر ِةي ْي‬
ّۤ ‫نّۤنبيّّۤۤكخ‬
ّۤ ‫نّۤم‬
ّۤ ‫وعغي‬
ِ ِ ِ

146. (146) Allah kembali memberikan koreksi kepada sebagian pengikut Nabi Muhammad saw yang lemah
dan tidak setia dalam Perang Uhud dengan mengemukakan keadaan umat nabi-nabi sebelumnya bahwa

79
dalam jihad fisabilillah, semangat dan iman mereka tetap kuat, tidak lemah, tidak lesu dan tidak menyerah
di kala menderita bencana. Orang-orang semacam itulah yang dicintai Allah karena kesabarannya.
ٰ ْ َ ْ َ َ َ ‫َْ َ َ َ ْ َْ َ َ ْ ه‬ َ َ َ ْ َ َ َ ْ ‫َ َ َ َ َ ْ َ ه ْ َّ َ ْ َ ه ْ ََّ َ ْ ْ َ َ ه ه‬
ّۤ َ ‫جّۤاكػا َمجاّۤ َوانط ْهناّۤعلىّۤالل ْي ِّۤمّۤالك ِف ِؽ ْي‬
ّۤ ّۤ١٠‫نّۤڏ‬ ّۤ ‫اـناّۤ ِف ّْۤيّۤام ِؽناّۤوذ ِب‬
ّۤ ‫ؽّۤلجاّۤذنيؿناّۤواِ سه‬
ّۤ ‫نّۤكالياّۤرؿناّۤاؽ ِف‬
ّۤ ‫غنّۤكيلى ّۤمّۤ ِالاّّۤۤا‬
ّۤ ‫وماّۤع‬

147. (147) Mereka di samping kesabaran dan ketabahan berjihad f³sab³lillāh bersama Nabi, tidak lupa
mengadakan hubungan langsung dengan Allah swt dengan berdoa agar dosanya dan tindakan yang
berlebih-lebihan diampuni oleh Tuhan, pendiriannya ditetapkan agar mereka dimenangkan terhadap orang-
orang kafir.

َ ْ ْ ‫ْٰ َ َ ٰه ه‬ َ َ ْ ‫َْ َ ه‬ َ ‫َ ٰٰ ه ه ٰ ه‬
ّۤ ‫يحبّّۤۤال همط ِس ِن ْح‬
ّۤ ّۤ١٠‫نّّۤࣖۤڐ‬ ِ ّۤ‫اّلل‬ ّۤ ِ ‫نّۤذ َي‬
ّۤ ‫ابّۤالا ِعؽ ِّۤةّّۤۤو‬ ّۤ َ ‫اّللّۤذ َي‬
ّۤ ‫ابّۤالدنياّۤوضس‬ ّۤ ّۤ‫ـاحىى ّۤم‬

148. (148) Oleh karena kesungguhan, keikhlasan, keteguhan iman dan kesabaran para pengikut nabi-nabi
yang terdahulu dalam menghadapi segala macam penderitaan dalam memperjuangkan kebenaran di jalan
Allah, maka Allah memberikan kepada mereka balasan dunia dan pahala yang setimpal di akhirat.

ٰ َ ْ َ َ ‫ه َ ٰٓ َ ْ َ ه‬ َ َ َ ْ َّ ‫ٰٓ َ َ َّ ْ َ ٰ َ ه ْ ْ ه ْ ه‬
ّۤ َ ‫ذّۤكف هؽ ْواّۤ َي هؽد ْوك ّْۤمّۤعلىّۤاغل ِاةك ّْۤمّۤـتنل ِل هت ْياّۤع ِص ِه ْي‬
ّۤ ّۤ١٠‫نّۤڑ‬ ّۤ ‫ذّۤامجياّۤ ِا‬
ّۤ ‫نّۤح ِعيػياّۤال ِذد‬ ّۤ ‫يايىاّۤال ِذد‬

149. (149) Menurut Ali bin Abi Talib, ayat ini diturunkan sehubungan dengan peristiwa orang-orang
mukmin ketika mendapat pukulan berat dalam Perang Uhud sehingga orang-orang munafik berkata kepada
mereka, “Kembalilah kamu kepada saudara-saudara kamu dan masuklah agama mereka.” Dengan
demikian yang dimaksud dengan orang-orang kafir dalam ayat ini ialah orang-orang munafik.

Ayat ini memperingatkan setiap orang beriman kepada Allah baik yang telah mengalami penderitaan dalam
Perang Uhud maupun lainnya di setiap masa dan tempat, tetap selalu waspada agar tidak terperosok
kepada sikap lemah, menyerah dan mengikuti bujukan berbisa dari orang-orang kafir, munafik Yahudi,
karena akibatnya akan menimbulkan bahaya dan kerugian yang sangat besar.

ٰ َ ‫ه‬ ‫ٰ ه‬ ٰ
ّۤ َ ‫ىك ّْۤمّّۤۤ َوو َّۤيّۤخ ْح هّۤدّۤالن ِط ِه ْي‬
ّۤ ّۤ١٠‫نّۤڒ‬ ّۤ ‫اّللّۤ َم ْيل‬ ّۤ ِ ‫َة‬
ّۤ‫لّۤ ه‬

150. (150) Kaum Muslimin agar taat kepada Allah karena Dialah Pelindung mereka yang terbaik.
Janganlah mereka mengikuti orang-orang kafir seperti Abµ Sufyān dan kawan-kawannya (pada waktu itu),
atau orang-orang munafik seperti ‘ Abdullāh bin Ubai atau orang-orang kafir dan munafik lainnya yang
akan menyesatkan dan menjerumuskan mereka ke jurang yang sangat berbahaya.

َْ ٰ َ ْ َ َ ْ َ ‫ه ْ ٰ ً َ َ ْ ٰ ه ه َّ ه‬ ْ َ‫ٰ َ َ ْ ه‬ ْ
‫َٓ َ ْ ه‬
َ ْ َ َ َ ْ َّ ْ ‫ه ه‬ ْ‫ه‬
ّۤ ّۤ١٠‫نّۤړ‬ ‫م‬
ّۤ ‫سّۤ ثيىّۤالظ ِل ِمح‬ّۤ ‫ارّّۤۤو ِةخ‬
ّۤ ‫لّۤ ِةهّّۤۤسلعناّّۤۤومأوىه ّۤمّۤالج‬
ّۤ ‫اّللّۤماّۤل ّۤمّۤيج ِذ‬ َ
ِّۤ ‫بّۤ ِةماّۤاشهكياّۤ ِة‬ ‫ه‬
ّۤ ‫ذّۤكفؽواّۤالؽغ‬ّۤ ‫بّۤال ِذد‬ ّْۤ ‫َسنل ِؼ‬
ّۤ ِ ‫يّۤ ِف ّْۤيّۤكلي‬

151. (151) Bentuk pertolongan Allah yang diberikan kepada orang mukmin, dengan membisikkan ke dalam
hati orang kafir rasa takut untuk melanjutkan peperangan, karena mereka mempersekutukan Allah. Tempat
mereka neraka dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal bagi orang-orang yang zalim.

80
Memang bagaimanapun hebat dan gagah perkasanya seseorang, ia akan merasa lemah dan tidak dapat
berbuat sesuatu, apabila ia telah dihinggapi oleh perasaan takut.
‫ْ ه‬ َ ‫َ َ ْ ه ْ َ ْ َ َ ه َّ ه‬ َْ ‫َ ٰ َ َ ْه َ َ َ ْ ه‬ ْ ‫َ ه‬ ‫َََ ْ َ َ َ ه ه ٰه ْ َ ْ َه‬
ّۤ ْ ‫ن ّۤ ّۤ ِمنك ّْۤم َّّۤم‬
ّۤ‫ن‬ ّۤ ‫تحت ْي‬
ِ ّۤ ‫ػ ّۤماّۤ ّۤا ٰرىك ّْۤم ّۤما‬ ِّۤ ‫اّلل ّۤ َوعػهّۤ ّۤ ِا ّۤذ ّۤتحس ْينه ّْۤم ّۤ ِة ِّۤاذ ِنهّۤ ّۤ ّۤضتىّۤ ّۤ ِاذا ّۤـ ِشلخ ّْۤم ّۤ َوـنازغخ ّْۤم ّۤ ِفى ّۤالا ْم‬
ٌۢ ‫ؽ ّۤ َوغصحخ ّْۤم ّۤ ِم‬
ِّۤ ‫ن ّۤةػ‬ ّۤ ّۤ ‫ػ ّۤصػكك ّۤم‬
ّۤ ‫ولل‬

َ ْ ْ َ َ ْ َ ‫ْ ه ْ ٰ َ َ هَّ َ َ َ ه ْ َ ْ ه ْ َ ْ َ َ ه ْ َ َ َ ْ َ َ َ ْ ه ْ َ ٰ ه ه‬ ‫ْ ه‬ َْ ‫ه‬
ّۤ ‫اّللّۤذ ّْۤوّۤـضلّّۤۤعلىّۤال همؤ ِم ِن ْح‬
ّۤ ّۤ١٠‫نّۤڔ‬ ّۤ ‫ػّۤغفاّۤغنك ّۤمّّۤۤو‬
ّۤ ‫ػّۤال ّۤا ِعؽ ّۤةّّۤۤذ ّۤمّۤصهـك ّۤمّۤغنى ّۤمّۤ ِلحتخ ِليك ّۤمّّۤۤولل‬ ّۤ ْ ‫ػّۤالدنياّۤ َو ِمنك ّْۤمَّّۤم‬
ّۤ ‫نّۤي ِؽي‬ ّۤ ‫ي ِؽ ْي‬

152. (152) Allah telah memenuhi segala apa yang telah dijanjikan kepada hambanya yang beriman, di
mana mereka telah sampai kepada suatu tahap kemenangan dengan menghancurkan kekuatan musuh yang
jauh lebih banyak jumlah dan persiapannya. Tetapi karena mereka kurang sabar, kurang patuh dan kurang
disiplin terhadap komando Muhammad yang memerintahkan agar setiap regu, terutama regu pemanah
jangan meninggalkan tempatnya masing-masing sebelum ada perintah, tetapi banyak di antara mereka
yang melanggarnya, bahkan mereka berselisih karena menghendaki harta dunia, yakni mengejar harta
rampasan perang, maka terjadilah apa yang terjadi, musuh kembali menjadi kuat, karena telah merebut
tempat-tempat strategis, akhirnya kaum Muslimin menjadi lemah, sehingga mengalami penderitaan
disebabkan perbuatan dan tingkah laku mereka sendiri, sebagai ujian dari Allah terhadap keimanan,
kesabaran dan kedisiplinan mereka.

Pada akhir ayat ini, Allah menerangkan apa yang telah terjadi dan mereka telah menyesali kesalahan-
kesalahan itu, dan Allah telah mengampuni mereka, karena Allah selalu memberikan karunia-Nya kepada
orang-orang mukmin.

Para ahli tafsir menguraikan apa yang dimaksud dengan janji Allah yang disebutkan dalam ayat ini sebagai
berikut:

1. Janji Allah akan menolong kaum mukminin dalam Perang Uhud dengan mengirimkan bala bantuan
sebanyak lima ribu malaikat, kalau mereka sabar dan bertakwa.

2. Janji Allah akan memberi kemenangan yang disampaikan oleh Nabi kepada regu pemanah selama
mereka tidak meninggalkan tempatnya. Tetapi rupanya banyak yang meninggalkan tempat.

3. Janji Allah akan menolong setiap orang mukmin yang bersabar dan bertakwa yang banyak disebutkan
dalam beberapa ayat dan surah dalam Al-Qur'an;Kalau kita perhatikan tiga pendapat tersebut di atas,
tidaklah bertentangan satu dengan yang lain, hanya tinjauannya dari segi yang berlainan. Pendapat yang
pertama meninjau dari segi historisnya dan hubungan ayat 152 ini dengan ayat 125. Pendapat yang kedua
meninjau dari segi kenyataan historis tentang pelanggaran mereka terhadap taktik perang, yang telah
diperintahkan oleh Rasulullah kepada mereka, pendapat yang ketiga meninjau secara umum, karena di
dalam Al-Qur'an banyak ayat yang menjanjikan bantuan dan pertolongan kepada orang yang beriman,
sabar dan bertakwa kepadanya.

ٰ ‫َ َ ه‬ َ ‫َ َ ه‬ ٰ َ ‫َ َ َ ْ ه‬ َ ًّ َ ‫ه َ َ َ ه‬ ْ ‫ه‬ ‫ه ْ ه ه‬ َ َ َْ َ َ ْ ‫ْ ه ْ ه‬
ّۤ‫لّۤ َيػغ ْيك ّْۤمّۤ ِف ّْۤيّۤاع ٰؽىك ّْۤمّۤـاذ َاةك ّْۤمّۤؽماٌّۢۤ ِةؾمّّۤۤ ِلك ْيلاّۤتح َؾن ْياّۤعلى ّۤ َماّۤـاحك ّْۤمّۤ َولاّۤ َماّۤاص َاةك ّْۤمّّۤۤ َو ه‬
ّۤ‫اّلل‬ َّ ‫نّۤ َعلٰٓىّۤا َحػَّّّۤۤو‬
ّۤ ‫الؽ هس ْي‬ ّۤ ‫ن ّۤ َولاّۤحلي‬
ّۤ ‫۞ّۤ ِا ّۤذّۤحص ِػػو‬
َ ‫َ َْ ه‬ َ
ّۤ ‫ع ِت ْح ٌّۤدٌّۢۤ ِةماّۤحػ َمل ْي‬
ّۤ ّۤ١٠‫نّۤڕ‬

153. (153) Kejadian-kejadian yang penting di barisan kaum Muslimin dalam Perang Uhud, yaitu: sebab-
sebab kegagalan mereka, ketika sebagian besar dari mereka lari, sedang Rasul memanggil mereka dari
belakang agar jangan berbuat demikian dan kembali ke pasukan masing-masing, tetapi mereka tidak
mengindahkannya. Oleh karena itu, mereka ditimpa penderitaan yang cukup berat. Kalau mereka sadari

81
apa yang telah mereka perbuat pada waktu itu, tentulah mereka tidak akan bersedih hati atau heran,
mengapa mereka menjadi gagal dalam Perang Uhud, Allah Maha Mengetahui semua apa yang akan
mereka perbuat.

َ ْ َّ َ َ ْ َ ْ َ ٰ َ ْ ‫ْ َ َ َ َ ً َ ً َّ ْ ٰ َ ۤ َ ً ْ ه ْ َ َ ۤ َ ٌ َ ْ َ َ َّ ْ ه ْ َ ْ ه ه ه ْ َ ه‬ ْ َ ْ ْ ‫هَّ َ ْ َ َ َ َ ْ ه‬
ّّۤۤ ‫او ِلَّي ِّۤث‬
ِ ‫ج‬ ‫ال‬ ّۤ ّۤ
‫ن‬ ‫ظ‬ ّۤ ّۤ
‫ق‬ ِ ‫ح‬ ‫ال‬ّۤ ّۤ
‫د‬ ‫ح‬‫غ‬ ّۤ ّۤ
‫اّلل‬
ِ ‫ة‬ِ ّۤ ّۤ
‫ن‬ ‫ي‬‫ن‬ ‫ظ‬‫ي‬ ّۤ ّۤ
‫م‬ ‫ى‬‫س‬‫ف‬ ‫ن‬‫ا‬ ّۤ ّۤ
‫م‬ ‫ى‬‫خ‬ ‫م‬‫و‬‫ا‬ ّۤ ّۤ
‫ػ‬ ‫ك‬ّۤ ّۤ
‫ث‬ ‫ِٕف‬ ‫ى‬ ‫ا‬ ‫ظ‬ ‫و‬ّۤ ّۤ ّۤ
‫م‬ ‫ك‬‫ن‬ ‫م‬ِ ّۤ ّۤ
‫ث‬ ‫ِٕف‬ ‫ى‬ ‫ا‬ ‫ظ‬ ّۤ ّۤ
‫ى‬ ‫ش‬ ‫ؾ‬‫ي‬ ّۤ ‫ا‬ ‫اس‬ ‫ػ‬‫ن‬ ّۤ ّۤ
‫ث‬ ‫ن‬ ‫م‬‫ا‬ّۤ ّۤ
‫م‬ ِ ‫ؾ‬‫ال‬ّۤ ّۤ
‫ػ‬ ِ ‫ػ‬ ‫ن ّۤة‬
ٌۢ ‫ل ّۤعلحك ّۤم ّۤ ِم‬
ّۤ ‫ذ ّۤم ّۤانؾ‬
َ ْ َ ْ َ َ َ َ َ ْ َ َ ْ ‫ْ َّ َ ه ْ ه ْ َ َ َ َ ه ْ ه‬ ‫َْه‬ َ ‫ه ْ َّ ْ َ ْ َ ه َّ ٰ ه ْ ه‬ َ ْ َ ْ َ َ َّ ْ َ َ ْ ‫َ ه ْ ه‬
ّۤ‫ؽ ّۤش ْي ٌّۤء َّّۤما‬
ِّۤ ‫ن ّۤالام‬
ّۤ ‫غن ّۤلجا ّۤ ِم‬
ّۤ ‫ن ّۤل ّۤي ّۤع‬
ّۤ ‫ك ّۤ ّۤيليلي‬
ّۤ ‫ن ّۤل‬ ّۤ ‫ّلل ّۤ ّۤيخف ْي‬
ّۤ ‫ن ّۤ ِف ّْۤي ّۤانف ِس ِى ّۤم ّۤما ّۤلا ّۤيتػو‬ ِّۤ ِّۤ ّۤ‫ؽ ّۤعله‬
ّۤ ‫ن ّۤالام‬ ّۤ ‫ن ّۤش ْيءّۤ ّۤ ّۤك‬
ّۤ ‫ل ّۤ ِا‬ ِّۤ ‫ن ّۤالا ْم‬
ّۤ ‫ؽ ّۤ ِم‬ ّۤ ‫ل ّۤلجا ّۤ ِم‬
ّۤ ‫ن ّۤو‬
ّۤ ‫يليلي‬

َ ‫ه ه ه‬ ٰ َ َ َ َ ٰ ‫ه ْ َ ٰ ه َ ه ْ َّ ْ ه ْ ه ْ ْ ه ه ْ ه ْ َ َ َ َ َّ ْ َ ه َ َ َ ْ ه ْ َ ْ ه‬
ّۤ‫ص ّۤ َما ّۤ ِف ّْۤي‬
ّۤ ‫اّلل ّۤ َما ّۤ ِف ّْۤي ّۤصػ ْو ِرك ّْۤم ّۤ َو ِل هي َم ِط‬
ّۤ‫ي ّۤ ه‬
َّۤ ‫اس ِػ ِى ّْۤم ّۤ ّۤ َو ِلح ْتخ ِل‬
ِ ‫ل ّۤ ِالى ّۤم‬
‫ض‬ ّۤ ‫ب ّۤعلي ِى ّۤم ّۤاللخ‬
ّۤ ‫ذ ّۤك ِت‬
ّۤ ‫ل ّۤل ّۤي ّۤكجخ ّۤم ّۤ ِف ّۤي ّۤةيي ِحك ّۤم ّۤلبد ّۤز ّۤال ِذد‬
ّۤ ‫ك ِخلنا ّۤوى ّۤنا ّۤ ّۤك‬
‫ه‬ َ َ ‫ههْ ه ْ َ ٰه‬
ّۤ ّۤ١٠‫اتّۤالصػ ْو ِّۤرّۤږ‬
ّۤ ِ ‫اّللّۤع ِل ْي ٌّۤمٌّۢۤ ِةؼ‬
ّۤ ‫كلي ِةك ّۤمّّۤۤو‬

154. (154) Lanjutan peristiwa setelah mereka mengalami kesulitan dan penderitaan, maka Allah
memberikan kepada segolongan mereka yang kuat iman dan kesabarannya perasaan kantuk untuk
menenangkan mereka dari rasa ketakutan, lelah dan kegelisahan. Dengan demikian mereka dapat
mengumpulkan kembali kekuatan mereka yang telah berkurang karena sengitnya pertempuran dan
kehilangan semangat. Sedang segolongan lainnya tidak menerima nikmat kantuk ini, yaitu golongan yang
lemah imannya bahkan mereka tetap merasa takut dan gelisah. Ayat ini mengutarakan bahwa pengikut-
pengikut Nabi setelah selesai peperangan terbagi atas dua golongan.

Pertama: Golongan yang menyadari bahwa terpukulnya mereka dalam Perang Uhud disebabkan kekeliruan
mereka berupa kurangnya disiplin terhadap komando Rasulullah selaku komandan pertempuran. Mereka
tetap yakin dan percaya pada pertolongan Allah berupa kemenangan bagi orang-orang yang beriman.
Karena meskipun pada kali ini mereka mengalami malapetaka, namun Allah tetap akan membela orang-
orang yang beriman. Golongan inilah yang memperoleh nikmat kantuk itu.

Kedua: Golongan yang lemah imannya karena diliputi rasa kekhawatiran mereka belum begitu yakin
kepada komando Rasulullah karena kemunafikan yang telah bersarang di hati mereka. Golongan kedua
inilah yang menyangka yang bukan-bukan terhadap Allah dan Muhammad seperti sangkaan orang-orang
jahiliah. Antara lain mereka menyangka kalau Muhammad benar-benar seorang Nabi dan Rasul, tentu ia
dan sahabatnya tidak akan kalah dalam Perang Uhud. Mereka berkata untuk melepaskan tanggung jawab,
“Apakah kita ada hak campur tangan dalam urusan ini?” Katakanlah hai Muhammad, “Semua urusan ini
adalah di tangan Allah.”

Mereka banyak menyembunyikan hal-hal yang tidak mereka lahirkan kepadamu, mereka berkata,
“Sekiranya ada hak campur tangan pada kita, niscaya kita tidak akan dikalahkan di sini.” Tetapi
katakanlah kepada mereka andaikata mereka berada di dalam rumah masing-masing dengan tidak ikut
berperang, tetapi kalau sudah ditakdirkan akan mati di luar rumah, maka mereka pasti akan mati juga di
tempat yang sudah ditentukan. Semua kejadian ini adalah untuk menguji apa yang tersimpan di dalam dada
kaum Muslimin dan untuk membersihkan hati mereka dari keraguan yang dibisikkan oleh setan, sehingga
bertambah kuatlah keimanan dalam hati mereka. Allah Maha Mengetahui isi hati mereka.

َ ‫َ َ َ ه ْ َ َ َ ْ َ َ ٰ ه َ ْ ه ْ َّ ٰ َ َ ه‬ ْ ‫ْ َ ْ ٰ َّ َ ْ َ ََّ ه ه َّ ْ ٰ ه‬ ََْ ‫ْ ه‬ َّ َ َ ْ َّ َّ
ّۤ ّۤ١٠‫اّللّۤؽف ّْۤي ٌّۤرّۤح ِل ْي ٌّۤمّّۤࣖۤڗ‬
ّۤ ّۤ‫ن‬
ّۤ ‫اّللّۤغنى ّۤمّّۤۤ ِا‬
ّۤ ّۤ‫ػّۤغفا‬ ّۤ ِ ‫نّۤ ِة َتػ‬
ّۤ ‫ضّۤماّۤكستياّّۤۤولل‬ ّۤ ِ ‫ذّۤح َيل ْياّۤ ِمنك ّْۤمّۤ َي ْي َّۤمّۤالخؼىّۤالجمػ‬
ّۤ ‫نّۤ ِانماّۤاستذلى ّۤمّۤالشيع‬ ّۤ ‫نّۤال ِذد‬
ّۤ ‫ِا‬

155. (155) Sewaktu pertempuran yang menentukan dalam Perang Uhud ada sebagian dari Muslimin
meninggalkan tempat pertahanan yang tidak boleh ditinggalkan terutama oleh barisan pemanah, tetapi
mereka tinggalkan juga. Mereka merasa musuh sudah kalah sehingga mereka meninggalkan posisi dengan

82
maksud untuk mendapatkan harta rampasan, akhirnya musuh menempati posisi mereka dan mereka kocar-
kacir dan menderita karena serangan musuh yang bertubi-tubi. Meskipun demikian akhirnya mereka sadar
dan menyesali kesalahan mereka, maka Allah mengampuni mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyantun dengan membebaskan mereka dari hukuman di akhirat.

Peperangan yang terjadi dalam sejarah Islam di masa Nabi, tak ada satu pun yang dimulai oleh Muslimin.
Sikap Nabi dan para sahabat dalam hal ini hanya defensif, mempertahankan diri, bukan ofensif, sesuai
dengan prinsip-prinsip dalam Al-Qur'an, Perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu,
tetapi janganlah melampoi batas. Sungguh Allah tidak menyukai mereka yang melampui batas (al-
Baqarah/2: 190). Tetapi bila pihak musuh mengajak damai, sambutlah segera (al-Anf±l/8: 61). Kita harus
selalu siap menerima perdamaian jika kecenderungan ke arah perdamaian di pihak lain juga demikian.
Tugas kita harus menjadi pelopor perdamaian, bukan menjadi pelopor peperangan. Tak ada faedahnya
berperang hanya untuk berperang.

Begitulah yang terjadi dalam Perang Badar (²li ‘ Imr±n/3: 13, 123) pada bulan Ramadan tahun kedua
setelah hijrah. Kemudian dalam Perang Ahzab (Perang Parit, al-A¥z±b/33:9) sekitar tahun ke-5 setelah
hijrah, Musyrikin Mekah dengan kekuatan 10.000 orang, dengan bantuan Yahudi yang berkhianat setelah
mengadakan perjanjian dengan Rasulullah. Tetapi mereka kemudian lari dan kembali ke Mekah membawa
kegagalan besar. Lalu yang terakhir Perang Hunain tak lama setelah Pembebasan Mekah pada tahun ke-8.

Begitu juga dalam Perang Uhud (²li Imr±n/3:121) yang terjadi setahun setelah Perang Badar, pihak musuh
yang datang jauh-jauh dari Mekah mau menyerang Medinah. Kedatangan mereka dengan kekuatan 3000
orang datang ke Medinah hendak membalas kekalahan mereka dalam Perang Badar. Dalam perang inilah
Muslimin dan Rasulullah mendapat cobaan berat.

Nabi Saw bermusyawarah dengan para sahabatnya, seperti yang sudah menjadi cara hidup Nabi yang
selalu bermusyawarah. Sebagian mereka ingin bertahan di dalam kota, dengan alasan musuh tidak
mengenal seluk-beluk kota. Bila musuh sudah memasuki kota, akan kita kepung dan kita serang. Rakyat
juga akan menyerang dengan batu dari atap-atap rumah. Yang lain menghendaki menyongsong musuh di
luar kota, sebab jika musuh sampai menginjakkan kaki ke kota Medinah, penduduk akan menjadi korban,
dan mereka akan menganggap sudah mendapat kemenangan dan akan membuat mereka bertambah berani.
Atas dasar keputusan dengan pertimbangan itu, kaum Muslimin berangkat ke luar kota di bawah pimpinan
Rasulullah saw. Dalam perang ini tak ada yang menang dan tak ada yang kalah.

Dalam menghadapi ancaman tersebut, Rasulullah dengan pandangannya yang jauh, berani dan penuh
tanggung jawab, segera memutuskan akan mengambil tempat di kaki Gunung Uhud, yang mengintari
sebagian besar kota Medinah, sekitar tiga mil ke utara. Pada 7 Syawal tahun ketiga Hijri (Januari 625)
waktu subuh, ia sudah mengadakan persiapan untuk menghadapi perang itu. Medinah terkenal dengan
musim dinginnya yang luar biasa, tetapi prajurit Muslimin (700 sampai 1000 orang) subuh itu sudah siap.
Di sebelah selatan mereka terdapat lembah yang curam dengan aliran air yang deras, sedang lorong-
lorong bukit di belakang mereka ditempati oleh 50 orang pasukan pemanah untuk mencegah serangan
musuh dari belakang. Pihak musuh sudah bersiap-siap hendak menyerang tembok Medinah, sedang
pasukan Muslimin berada di belakang mereka. Pada mulanya pertempuran itu menguntungkan kaum
Muslimin. Pihak musuh sudah porak-poranda, tetapi barisan pemanah Muslimin, yang tidak menaati
perintah Nabi meninggalkan posnya. Mereka ikut mengejar dan memperebutkan rampasan perang.

Perintah itu ialah: Janganlah mengejar rampasan perang, dan jagalah disiplin kuat-kuat. Tidak sedikit
musuh yang mati terbunuh, dan mereka sudah mulai mundur. Pada saat itu sebagian pasukan Muslimin,
melanggar perintah, terus mengejar mereka karena tertarik oleh kemungkinan mendapatkan harta
rampasan perang. Pihak musuh mengambil peluang yang telah ditinggalkan oleh pasukan pemanah, dan
ketika itulah terjadi pertempuran satu lawan satu yang amat sengit, yang menurut laporan banyak
menguntungkan pihak musuh. Sahabat-sahabat dari kaum Ansar banyak yang terbunuh.

83
Tetapi mereka tidak kenal mundur. Dalam pertempuran ini Hamzah, paman Rasulullah dari pihak bapak,
terbunuh sebagai syahid. Rasulullah sendiri juga mendapat luka-luka di bagian kepala dan muka, sebuah
giginya tanggal. Kalau tidak karena keteguhan hati, keberanian dan ketenangannya, niscaya pihak
Muslimin akan menderita kekalahan besar. Meskipun Rasulullah dalam keadaan luka, begitu juga kaum
Muslimin yang lain mengalami luka-luka, keesokan harinya mereka kembali ke medan pertempuran. Abu
Sufyan dan pasukan Mekah-nya dengan hati-hati sekali segera menarik diri. Medinah dapat diselamatkan.
Kaum Muslimin dapat belajar dari peristiwa ini: keimanan, kesetiaan dan ketabahan. (Diringkaskan dari
Tafsir Al-Qur'an A. Yusuf Ali).
‫ه ه‬ ‫ه‬ َ َ ْ ‫َّ َ ه‬ ‫َ َ ه ه‬ َْ َ َ ْ ‫َ ه‬ َ َ َ ْ َّ َ ْ ‫ٰٓ َ َ َّ ْ َ ٰ َ ه ْ َ َ ه ْ ه‬
ّّۤۤ‫ض ّۤا ّْۤو ّۤعغن ْيا ّۤؽ ًّؾى ّۤل ّْۤي ّۤعغن ْيا ّۤ ِغنػنا ّۤ َما ّۤ َماح ْيا ّۤ َو َما ّۤك ِخل ْيا‬
ّۤ ِ ‫ذ ّۤكف هؽ ْوا ّۤ َوكال ْيا ّۤ ِل ِاع َي ِان ِه ّْۤم ّۤ ِاذا ّۤض َه هة ْيا ّۤ ِفى ّۤالا ْر‬
ّۤ ‫ذ ّۤامجيا ّۤلا ّۤحكينيا ّۤعغل ِذد‬
ّۤ ‫يايىا ّۤال ِذد‬
َ ‫ه هْ ْ َ ٰه ه ْ َه ْ ه َ ٰه َ َْ ه‬ ً ْ َ َ ٰ ‫َ ْ َ َ ٰه‬
ّۤ ّۤ١٠‫نّۤ َة ِص ْح ٌّۤدّۤژ‬
ّۤ ‫اّللّۤ ِةماّۤحػ َمل ْي‬
ّۤ ‫جّّۤۤو‬ ّۤ ‫كّۤضص َه ّۤةّۤ ِف ّْۤيّۤكلي ِب ِه ّۤمّّۤۤو‬
ّۤ ‫اّللّۤيحيّّۤۤوي ِمح‬ ّۤ ‫اّللّۤذ ِل‬
ّۤ ّۤ‫ل‬
ّۤ ‫ِلحشػ‬

156. (156) Tentang semangat berjihad pada orang-orang yang beriman yang sudah tertanam, Allah
melarang mereka menganut kepercayaan seperti kepercayaan orang-orang kafir yang berkata mengenai
teman-temannya yang mati sewaktu dalam perjalanan atau berperang. “Kalau mereka, orang-orang
mukmin itu tetap bersama kita, tidak pergi berperang, tentulah mereka tidak mati dan tidak dibunuh.”

Kepercayaan dan perkataan itu, bukan saja tidak benar, tetapi juga menimbulkan rasa penyesalan yang
sangat dalam, padahal soal hidup dan mati adalah di tangan Allah. Dialah yang menghidupkan dan
mematikan semua makhluk-makhluk-Nya menurut waktu, tempat dan sebab yang telah ditetapkan.

َ ‫ْ ٌ َ َّ َ ْ ه‬ ٰ َ ٌ َ ْ ََ ْ ‫ٰ َْ ه‬ ‫ََ ْ ه ْه‬
ّۤ ‫اّللّۤ َو َرح َم ّۤثّۤخ ْح ٌّۤدّۤ ِداّۤيج َمػ ْي‬
ّۤ ّۤ١٠‫نّۤڙ‬ ِّۤ ّۤ‫ن‬
ّۤ ‫اّللّۤا ّۤوّۤمخ ّۤمّۤلمؾ ِفؽ ّۤةّۤ ِم‬ ّۤ ِ ‫ِٕنّۤك ِخلخ ّْۤمّۤ ِف ّْۤيّۤ َس ِب ْي‬
ِّۤ ّۤ‫ل‬ ّۤ ‫ولخ‬

157. (157) Kemudian ayat itu menerangkan bahwa tidak ada hal yang perlu ditakuti oleh orang yang
beriman apabila mereka berjihad di jalan Allah, kerena andaikata mereka gugur atau mati, niscaya mereka
akan memperoleh ampunan dan rahmat dari Allah. Itu adalah jauh lebih baik bagi mereka daripada harta
rampasan perang atau kekayaan duniawi yang fana ini.

َ َ ْ‫ْ َْ ه ْه ْ َ َ ٰ ه‬ ْ َ
ّۤ ‫اّللّۤتحض هه ْو‬
ّۤ ّۤ١٠‫نّۤښ‬ ّۤ ‫َولخ‬
ِّۤ ّۤ‫ِٕنّۤمخ ّۤمّۤا ّۤوّۤك ِخلخ ّۤمّۤل ِالى‬

158. (158) Semua orang akan mati atau gugur dengan sebab apa saja, baik karena meninggal di dalam
peperangan dalam bepergian atau di tempatnya sendiri. Mereka pasti akan dikembalikan kepada Allah dan
akan diperhitungkan segala amal perbuatannya di akhirat nanti. Kalau jahat dibalas dengan siksa neraka
dan kalau baik dibalas dengan masuk surga.

Oleh karena itu orang mukmin hendaklah memilih dan menempuh jalan yang dapat mendekatkan dirinya
kepada Allah, agar memperoleh ampunan dan rahmat-Nya. Untuk itu, janganlah seorang Muslim merasa
enggan berjihad di jalan Allah, untuk mendekatkan diri kepada-Nya.

َ َ َْْ ‫ه‬ َ َ ْ ‫َ ٰ ْ َ َ ه ْ َ َ ْ ه ْ َ َ ًّ َ ْ َ ْ َ ْ َ ْ َ ْ ْ َ ْ َ َ ْ ه َ ْ ه ْ َ ْ َ ْ ْ َ ه‬ ْ َ َ
ِّۤ ‫او ْرو ّْۤم ّۤ ِفى ّۤالام‬
ّۤ‫ؽ ّۤـ ِاذا‬ ِ ‫ؽ ّۤلى ّۤم ّۤو‬
‫ش‬ ّۤ ‫ؿ ّۤغنى ّۤم ّۤواسخؾ ِف‬
ّۤ ‫ك ّۤ ّۤـاغ‬
ّۤ ‫ن ّۤضي ِل‬
ّۤ ‫ب ّۤلانفضيا ّۤ ِم‬
ّۤ ِ ‫ظ ّۤاللل‬
ّۤ ‫ج ّۤـظا ّۤغ ِلي‬
ّۤ ‫ج ّۤلى ّۤم ّۤ ّۤول ّۤي ّۤكج‬
ّۤ ‫اّلل ّۤ ِلج‬ ّۤ ‫ـ ِتما ّۤ َرح َمثّۤ ّۤ ِم‬
ِّۤ ّۤ ‫ن‬

َ َ ْ ‫َ َ ْ َ َ َ ََّ ْ َ َ ٰ َّ ٰ َ ه‬
ّۤ ‫يحبّّۤۤال همخ َي ِع ِل ْح‬
ّۤ ّۤ١٠‫نّۤڛ‬ ِ ّۤ‫اّلل‬
ّۤ ّۤ‫ن‬
ّۤ ‫اّللّّۤۤ ِا‬
ِّۤ ّۤ‫لّۤعلى‬
ّۤ ‫جّۤـخيع‬
ّۤ ‫غؾم‬

84
159. (159) Meskipun dalam keadaan genting, seperti terjadinya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan
oleh sebagian kaum Muslimin dalam Perang Uhud sehingga menyebabkan kaum Muslimin menderita, tetapi
Rasulullah tetap bersikap lemah lembut dan tidak marah terhadap para pelanggar itu, bahkan
memaafkannya, dan memohonkan ampunan dari Allah untuk mereka. Andaikata Nabi Muhammad saw
bersikap keras, berhati kasar tentulah mereka akan menjauhkan diri dari beliau.

Di samping itu Nabi Muhammad saw selalu bermusyawarah dengan mereka dalam segala hal, apalagi
dalam urusan peperangan. Oleh karena itu kaum Muslimin patuh melaksanakan keputusan-keputusan
musyawarah itu karena keputusan itu merupakan keputusan mereka sendiri bersama Nabi. Mereka tetap
berjuang dan berjihad di jalan Allah dengan tekad yang bulat tanpa menghiraukan bahaya dan kesulitan
yang mereka hadapi. Mereka bertawakal sepenuhnya kepada Allah, karena tidak ada yang dapat membela
kaum Muslimin selain Allah.

َ ‫َ َ َ ٰ َ ْ َ َ ََّ ْ ْ ه‬ ْ ْ ْ ‫ْ َْ ه ه ه‬
َّ َ َ ‫ْ َّ ْ ه ْ ه ه ٰ ه َ َ َ َ َ ه ْ َ ْ َّ ْ ه ْ ه‬
ّۤ ‫لّۤال همؤ ِمج ْي‬
ّۤ ّۤ١٠‫نّۤڜ‬ ِّۤ ّۤ‫نّۤ َةػ ِػهّّّۤۤۤوعلى‬
ّۤ ِ ‫اّللّۤـلحخيع‬ ٌۢ ‫يّۤينطهك ّۤمّۤ ِم‬ ّۤ ْ ‫نّۤيخؼلك ّْۤمّۤـ َم‬
ّۤ ‫نّۤذاّۤال ِذ‬ ّۤ ِ‫بّۤلك ّۤمّّۤۤوا‬
ّۤ ‫اّللّۤـلاّۤغا ِل‬
ّۤ ّۤ‫ك ّۤم‬
ّۤ ‫نّۤينطه‬
ّۤ ‫ِا‬

160. (160) Apabila Allah hendak menolong pasukan Muslimin, maka tidak ada sesuatupun yang dapat
menghalanginya sebagaimana Allah menolong pasukan Muslimin pada Perang Badar karena mereka
berserah diri kepada Allah. Demikian pula apabila Allah hendak menghina atau hendak menimpakan
malapetaka kepada mereka maka tidak ada sesuatupun yang dapat menghalang-halanginya, apa yang
terjadi dalam Perang Uhud akibat kurang patuh dan tidak disiplin terhadap komando Rasul. Oleh karena
itu, setiap mukmin hendaklah bertawakal sepenuhnya kepada Allah, karena tidak ada yang dapat membela
kaum Muslimin selain Allah.

َ َ ْ َ ‫َ َ َّ َ ْ َ ْ ٰ َ هَّ ه َ ٰ ه َ ْ َّ َ َ َ ْ ه‬ ْ ْ‫ْ ه‬ َّ ‫َ َ َ َ َ َ ْ ه‬
ّۤ ‫جّۤ َوو ّْۤمّۤلاّۤ هيظل هم ْي‬
ّۤ ّۤ١٠‫نّۤڝ‬ ّۤ ‫لّۤيي ّۤمّۤال ِليم ِّۤثّّۤۤذ ّۤمّۤحيفىّۤعلّّۤۤنفسّّۤۤماّۤكسب‬ ّۤ ِ ‫لّۤ َيأ‬
ّۤ ‫تّۤ ِةماّۤؽ‬ ّۤ ْ ‫لّۤ َو َم‬
ّۤ ‫نَّّۤيؾل‬ ّۤ ‫نَّّۤيؾ‬
ّۤ ‫غنّۤ ِلنبيّّۤۤا‬
ّۤ ‫وماّۤع‬
ِ

161. (161) Dalam Perang Badar ada selembar selimut merah dari barang rampasan hilang sebelum
dibagi-bagi. Sebagian dari orang munafik mengatakan bahwa selimut itu mungkin diambil oleh Rasulullah
saw atau pasukan pemanah.

Tidak pantas dan tidak mungkin Rasulullah saw berbuat khianat mengambil barang gan³mah (rampasan
dalam peperangan). Hal itu bertentangan dengan sifat-sifat kemaksuman Nabi (terpeliharanya dari
perbuatan yang tercela), akhlaknya yang tinggi yang menjadi contoh utama. Barang siapa berbuat khianat
serupa itu maka ia pada hari kiamat akan datang membawa barang hasil pengkhianatannya dan tidak akan
disembunyikannya. Setiap orang akan menerima balasan atas amal perbuatannya baik atau buruk, dan
dalam hal balasan itu ia tidak akan teraniaya. Seperti orang yang berbuat baik dikurangi pahalanya atau
orang yang berbuat buruk ditambah siksaannya.

Yang dimaksud dengan gulul pada ayat 161 ialah mengambil secara sembunyi-sembunyi milik orang
banyak. Jadi pengambilan itu sifatnya semacam mencuri. Seorang rasul sifatnya antara lain amanah, dapat
dipercaya. Karena itu sangat tidak mungkin Rasulullah saw berbuat gulul bahkan dalam masalah gulul ini
Rasulullah saw pernah bersabda:
َ ْ
ً َ َ َ َ َ ً َ َ ْ ‫َ َ َّ ه َ ْ َ َ َ َ ْ ه‬ َ ‫) َـ َماّۤ َـ ْي َك هّۤهّۤ َـ هى َّۤيّۤ هؽلّّۤۤ َيأتيّۤة ّۤهّۤ َي ْي َّۤمّۤ ْالل َي‬
ّۤ ‫مخ ْي‬
‫عا‬ ِ ّۤ ّۤ
‫م‬ ‫خ‬‫ك‬‫ـ‬ ّۤ ّۤ
‫لا‬ ‫م‬‫غ‬ ّۤ ّۤ
‫م‬ ‫ك‬‫ن‬ ‫م‬ِ ّۤ ‫ا‬‫ج‬ ‫ل‬ ّۤ ّۤ
‫ل‬ ‫م‬ِ ‫غ‬ ّۤ ّۤ
‫ن‬ ‫م‬ّۤ! ّۤ
‫اس‬ ‫الج‬ ّۤ ‫ا‬ ‫ى‬‫ي‬ ‫أ‬ ّۤ ‫ا‬ ‫ي‬ ‫مسلم‬ّۤ ‫رواه‬( ّۤ ّۤ
‫ث‬ِ ‫ام‬ ِ ِِ ِ

“Wahai sekalian manusia! Barang siapa di antaramu mengerjakan sesuatu untuk kita, kemudian ia
menyembunyikan sehelai barang jahitan atau lebih dari itu, maka perbuatan itu gulul (korupsi) harus

85
dipertanggungjawabkan nanti pada hari Kiamat.” (Riwayat Muslim).;Umar bin Khattab pernah
meriwayatkan:

ٌ َ ‫َ َ ْ َ َ َّ َ َ َ ه ْ ه َ ٌ َ ْ ٌ ه‬ َّ َ َ َ ْ ٌ َ َ َ َ ْ َ َ َ ْ َ ‫َ َ َ َّ َ َ َ ْ ه‬ ََّ ْ ‫َ ْ ه‬
ّۤ‫ن‬ ّۤ ‫ػ ّۤ َوـلا‬ ّۤ ‫ن ّۤش ِىي‬ ّۤ ‫ّۤـلا‬:‫اّلل ّۤصلى ّۤاّلل ّۤعلح ِّۤه ّۤوس ّۤل ّۤم ّۤـلاليا‬ ِّۤ ّۤ ‫ل‬ ّۤ ِ ‫ن ّۤصط َاة ِّۤث ّۤ َر هس ْي‬ ّۤ ‫ؽ ّۤ ِم‬
ّۤ ‫ل ّۤنف‬
ّۤ ‫غن ّۤيي ّۤم ّۤعيب ّۤد ّۤاكت‬
ّۤ ‫ّۤلما ّۤع‬:‫ال‬
ّۤ ‫اب ّۤك‬ ّۤ ِ ‫ؽ ّۤ ْاة‬
ّۤ ِ ‫ن ّۤالخع‬ َّۤ ‫ن ّۤغ َم‬
ّۤ ‫غ‬
َ َ ‫َ ْ ٌ َ َّ َ ْ َ َ َ ه َ َ ه ْ ه َ ٌ َ ْ ٌ َ َ َ َ ه ْ ه‬
ّْۤ‫ار ّۤفي ّۤ هة ْؽ َدةّۤ ّۤ َغَّل َىا ّۤا ّۤو‬
ّۤ
َّ
‫الج‬ ّۤ ‫ى‬ ‫ف‬ ّۤ
‫َ ْه ه‬
ّۤ
‫ه‬ ‫خ‬‫ي‬ ‫أ‬ ‫ر‬ّۤ ‫ي‬ ‫ن‬ ‫ا‬ ّۤ
َّ َ َ َّ َ َ ْ َ َ
ّۤ
‫لا‬ ‫ع‬ ّۤ:ّۤ
‫م‬ ‫ل‬ ‫س‬‫و‬ّۤ ّۤ
‫ه‬ِ ‫ح‬ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫ه‬ ّۤ ‫اّلل‬ ّۤ ‫ى‬‫ل‬
َّ َ
‫ص‬ ّۤ ّۤ
‫اّلل‬
ِ ّۤ ّۤ
‫ل‬ ‫ال ّۤرسي‬ ّۤ ‫ّۤـل‬.‫ػ‬ ّۤ ‫ن ّۤش ِىي‬
ّۤ ‫ّۤـلا‬:‫ػ ّۤضتى ّۤمؽوا ّۤعلى ّۤرجلّۤ ّۤـلاليا‬ ّۤ ‫ش ِىي‬
ِ ِ ِ ِ ِ
َ َ ‫ه‬ َ َ َ ْ ‫َّ ه َ َ ْ ه ه ْ ََّ َ َّ ْ ْ ه‬ َ َ ْ َ ْ ََّ ْ َ ْ َ َ َّ َ َ ْ َ َ َّ َ ‫ه‬
َ ‫ال ّۤ َغ َت‬
ّۤ‫ ّۤذَّّۤم ّۤكال‬،ّۤ‫اءة‬ ّۤ ‫لا ّۤال همؤ ِمجي‬
ّۤ ‫ ّۤك‬.‫ن‬ ّۤ ‫ل ّۤالجن ّۤث ّۤ ِإ‬
ّۤ ‫لا ّۤيػخ‬
ّۤ ّۤ ‫اس ّۤ ِان ّۤه‬
َّ
ّۤ ِ ‫اد ّۤ ِفى ّۤالج‬
ِّۤ ‫ب ّۤـن‬
ّۤ ‫اب ّۤ ِاذو‬
ّۤ ِ ‫ن ّۤالخع‬
ّۤ ‫ ّۤيااة‬:‫اّلل ّۤصلى ّۤاّلل هّۤعلح ِّۤه ّۤوسل ّۤم‬ ّۤ ‫َر هس ْي‬
ِّۤ ّۤ ‫ل‬
َ ‫َ َ َ ْ ه َ َ َ ْ ه َّ َّ ه َ َ ْ ه ه ْ ََّ َ َّ ْ ْ ه‬
ّۤ ‫لاّۤال همؤ ِمج ْي‬
‫نّۤ(رواهّۤمسلم‬ ّۤ ‫لّۤالجن ّۤثّۤ ِا‬
ّۤ ‫لاّۤ ِان ّۤهّۤلايػخ‬
ّۤ ‫جّۤ ِا‬
ّۤ ‫جّۤـنادي‬
ّۤ ‫)ـغؽس‬

“Dari Umar bin al-Khattab berkata, “Setelah selesai perang Khaibar beberapa sahabat menghadap
Rasulullah saw seraya mengatakan, Si A mati syahid, si B mati syahid sampai mereka menyebut si C mati
syahid. Rasul menjawab, “Tidak, saya lihat si C ada di neraka, karena ia mencuri selimut atau sehelai
baju.” Kemudian Rasul bersabda, ‘ Hai Umar pergilah engkau lalu umumkan kepada orang banyak bahwa
si C tidak akan masuk surga, kecuali orang-orang mukmin. Umar berkata, lalu aku keluar, maka aku
menyeru, ‘ ketahuilah bahwa si C tidak akan masuk surga kecuali orang-orang mukmin.” (Riwayat
Muslim).

‫ه‬ ْ ْ ْ َ ‫َ ٰ َ َ ْ ٰ ه َ َ َّ ه‬ َ َ ٰ َ ْ َّ َ َ َ
َ
ّۤ ّۤ١٠‫سّۤالم ِصح ّۤدّۤڞ‬ َ
ّۤ ‫ىهّۤسىن ّۤمّّۤۤو ِةخ‬
ّۤ ‫اّللّۤومأو‬ ّۤ ‫نّۤ َةا َّۤۤءّۤ ِب َسغطّّۤۤ ِم‬
ِّۤ ّۤ‫ن‬ ٌۢ ْ ‫اّللّۤك َم‬ ّۤ ‫نّۤاح َت َّۤعّۤ ِرض َي‬
ِّۤ ّۤ‫ان‬ ّۤ ِ ‫اـم‬

162. (162) Orang yang mencari keridaan Allah dengan beribadah dan beramal saleh tidak sama dengan
orang yang memperoleh murka Allah, karena berbuat maksiat, melanggar larangan-larangan-Nya dan
meninggalkan kewajibannya. Orang yang memperoleh murka Allah itu tempatnya di neraka jahanam, dan
itu adalah tempat kembali yang terjelek.

Dalam Al-Qur’ an banyak terdapat ayat yang dirangkaikan menyebut dua golongan yang berbeda yang
memang sifat-sifat mereka berbeda dan berlawanan misalnya ayat:

َْ ‫ََ ْ ه‬ َ ْ َ َّ ْ َ ْ َ َ ْ ‫َ َ َ ْ َّ ْ َ ه ََّ َ ه‬
ّۤ‫نّۤو َّۤيّۤاغ ٰم‬
ّۤ ‫كّۤالحقّّۤۤكم‬
ّۤ ‫نّۤر ِة‬
ّۤ ‫كّۤ ِم‬
ّۤ ‫لّۤ ِالح‬
ّۤ ‫نّۤيػل ّۤمّۤانماّۤان ِؾ‬
ّۤ ‫۞ّۤاـم‬

Maka apakah orang yang mengetahui bahwa apa yang diturunkan Tuhan kepadamu adalah kebenaran,
sama dengan orang yang buta? ... (ar-Ra‘ d/13:19).

َْ َ ْ َ َ َ ‫َ َ َ ْ َّ َ ْ ٰ ه َ ْ ً َ َ ً َ ه َ َ ْ َ َ ْ َّ َّ ْ ٰ ه‬
ِّۤ ‫اع ّۤالح ٰي‬
‫ية ّۤالدنيا‬ ّۤ ‫ن ّۤمخػن ّۤه ّۤمت‬
ّۤ ‫ن ّۤوعػن ّۤه ّۤوعػا ّۤضسنا ّۤ ّۤـى ّۤي ّۤل ِاكي ِّۤه ّۤكم‬
ّۤ ‫; اـم‬Maka apakah sama orang yang Kami janjikan
kepadanya suatu janji yang baik (surga) lalu dia memperolehnya, dengan orang yang Kami berikan
kepadanya kesenangan hidup duniawi…(al-Qa¡a¡/28:61).;Kedua golongan itu masing-masing mempunyai
tingkatan, karena pada hari Kiamat nanti yang merupakan hari pembalasan, kedua golongan itu akan
dibalas sesuai dengan amal perbuatannya di dunia. Orang yang banyak berbuat baik akan tinggi
tingkatannya dan orang yang banyak kejahatannya akan berada di tingkat yang paling rendah. Tingkatan
golongan manusia yang tertinggi biasa disebut ar-r±fi’ ul a‘ l±, yaitu tingkat yang dicapai oleh Nabi
Muhammad saw, dan yang terendah disebut ad-darkul asfal. Hal ini dijelaskan dalam Al-Qur’ an bahwa
manusia di sisi Allah apakah ia baik ataukah jelek, adalah bertingkat-tingkat kebaikan dan kejelekannya.
Allah Maha Mengetahui akan tingkat-tingkat amal perbuatan mereka dan memberi balasan sesuai dengan
amal perbuatan masing-masing.

86
َ ‫َ ْ ه‬ ٰ ٰ َ ْ ٌ ٰ ََ ْ ‫ه‬
ّۤ ‫اّللّۤ َة ِص ْح ٌّۤدٌّۢۤ ِةماّۤ َيػ َمل ْي‬
ّۤ ّۤ١٠‫نّۤڟ‬ ّۤ‫اّللّّۤۤ َو ه‬
ِّۤ ّۤ‫ػ‬
ّۤ ‫جّۤ ِغن‬
ّۤ ‫و ّۤمّۤدرس‬
ّۤ

163. (163) Segenap makhluk Allah yang tampak dibagi kepada 3 macam jenis, ialah jenis nab±t±t (tumbuh-
tumbuhan), jenis ¥ayaw±n±t (binatang) dan jenis jam±d±t (benda-benda mati).

Jenis nab±t±t ialah jenis tumbuh-tumbuhan baik yang tumbuh pada tanah atau air maupun yang tumbuh di
tempat-tempat lain, misalnya pada dahan atau batang-batang kayu. Jenis hayaw±n±t ialah jenis makhluk
yang hidup bernyawa. Jenis jam±d±t ialah selain dari jenis nab±t±t dan hayaw±n±t. Makhluk jenis
hayaw±n±t ada yang untuk kepentingan hidupnya dikaruniai akal dan pengertian, misalnya manusia dan
ada yang tidak ialah jenis nab±t±t. Manusia semestinya dengan mempergunakan akal pikiran dan
pengertiannya dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk, antara yang bermanfaat dan yang
mudarat.

Kemudian ia dapat memilih mana yang baik untuk kemaslahatan dirinya. Tetapi karena manusia itu juga
diberi hawa nafsu, bila ia tidak pandai-pandai mengendalikannya, akan lebih banyak mengajak kepada
keburukan dan kejahatan. Oleh karena itu jika manusia dalam mengarungi bahtera hidup dan
kehidupannya tanpa pimpinan dan tuntunan seorang rasul, maka akan mengalami kekacauan, kerusakan
dan kehancuran.

Hal ini telah dibuktikan oleh sejarah Nabi Adam. Artinya: setiap zaman fatrah (zaman vakum antara
seorang rasul dengan rasul sesudahnya) manusia di bumi ini selalu mengalami kekacauan, keributan dan
kehancuran, maka diutusnya seorang rasul adalah merupakan nikmat dan kebahagiaan bagi masyarakat
manusia.
‫ْ َ ْ ه ْ َ َ ْ ْ ٰٰ َ هَ ْ ْ َ ه َ ه ه ْ ٰ َ َ ْ ْ َ َ ْ َ ه ْ ْ َ ه‬ ‫َ َ ْ َ َّ ٰ ه َ َ ْ ه ْ ْ َ ْ َ َ َ ْ ْ َ ه ْ ً ْ َ ْ ه‬
ّۤ ‫نّۤك ْت‬
ّۤ‫ل‬ ّۤ ِ‫الحك َم ّۤثّۤوا‬
ّۤ ‫نّۤعغنيا ّۤ ِم‬ ّۤ ‫نّۤانف ِس ِى ّۤمّۤيخلياّۤعلي ِى ّۤمّۤاي ِخهّّۤۤويؾ ِكي ِى ّۤمّۤويػ ِل همى ّۤمّۤال ِكت‬
ِ ‫بّۤو‬ ّۤ ‫دّۤ ِـي ِى ّۤمّۤرسيلاّۤ ِم‬
ّۤ ‫نّۤ ِا ّۤذّۤةػ‬
ّۤ ‫اّللّۤعلىّۤالمؤ ِم ِنح‬
ّۤ ّۤ‫ن‬
ّۤ ‫ػّۤم‬
ّۤ ‫لل‬
ٰ َ َ
ّۤ ّۤ١٠‫يّۤضللّّۤۤم ِت ْحنّّۤۤڠ‬
ّْۤ ‫ل ِػ‬

164. (164) Allah benar-benar memberi keuntungan dan nikmat kepada semua orang mukmin umumnya dan
kepada orang-orang yang beriman bersama-sama Rasulullah khususnya, karena Allah mengutus seorang
rasul dari kalangan mereka sendiri, sehingga mereka mudah memahami tutur katanya dan dapat
menyaksikan tingkah lakunya untuk diikuti dan dicontoh amal-amal perbuatannya. Nabi Muhammad
langsung membacakan ayat-ayat kebesaran Allah menyucikan mereka dalam amal dan iktikad, dan
mengajarkan kepada mereka al-Kitab dan al-Hikmah. Adapun yang dimaksud al-Kitab adalah suatu
kompendium semua pengetahuan yang diwahyukan (revealed knowledge), sedangkan al-Hikmah adalah
mencakup semua pengetahuan perolehan (acquired knowledge). Jika dihubungkan dengan keberadaan
kalam dan falsafah, maka kalam lebih berat ke al-Kitab sedangkan falsafah lebih berat ke al-Hikmah,
meskipun kedua-duanya mengagungkan satu dengan lainnya dengan tingkat keserasian tertentu yang tinggi.
Keduanya bertemu dalam kesamaan iman dan kedalaman rasa keagamaan.

َ َ ‫ْ َ ٌ َ ْ َ َ ْ ه ْ ْ َ ْ َ ه ْ ه ْ َ ٰ ٰ َ ه ْ ه َ ْ ْ َ ْ ه ه ْ َّ ٰ َ َ ٰ ه‬ ‫َ َ َّ َ َ ْ ه‬
ٌّۤ ‫لّۤش ْيءّّۤۤك ِػ ْي‬
ّۤ ّۤ١٠‫ؽّۤڡ‬ ّۤ ِ ‫اّللّۤعلىّۤع‬
ّۤ ّۤ‫ن‬
ّۤ ‫ػّۤانف ِسك ّۤمّّۤۤ ِا‬
ِّۤ ‫نّۤ ِغن‬
ّۤ ‫لّۤو ّۤيّۤ ِم‬ ّۤ ‫ا َولماّۤاص َاةخك ّْۤمّۤم ِصحت ّۤثّۤك‬
ّۤ ‫ػّۤاصبخ ّۤمّۤ ِمرليىاّّۤۤكلخ ّۤمّۤانىّۤوؼاّّۤۤك‬

165. (165) Ayat ini masih ada hubungannya dengan ayat tentang kisah Perang Uhud. Pada waktu Perang
Uhud 70 dari pasukan Muslimin gugur sebagai syuhada. Di antara mereka ada yang berkata dari manakah
dan sebab apakah kita mengalami musibah sedemikian besar? Sedangkan pasukan Muslimin pada Perang

87
Badar telah memperoleh kemenangan besar dengan menjadikan musuh lari kocar-kacir dan dapat
menewaskan 70 orang musuh dan menawan 70 orang lagi.

Terhadap pertanyaan itu Rasulullah dapat perintah untuk menjawab bahwa malapetaka itu adalah karena
kesalahan mereka sendiri. Pasukan pemanah oleh Rasulullah diperintahkan bertahan di atas bukit dan tidak
boleh meninggalkannya sebelum ada perintah dari beliau. Tetapi mereka telah melanggar perintah itu dan
turun meninggalkan bukit untuk ikut mengambil barang ganimah. Dari atas bukit yang ditinggalkan
pasukan pemanah itulah musuh menyerbu tentara Islam, sehingga akhirnya mereka mengalami kekalahan.
Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.

َ ْ ْ َ ْ ٰ ْ َ ٰ َْْ ََْ ‫َ َ ه‬
ّۤ ‫اّللّۤ َو ِل َيػل َّۤمّۤال همؤ ِم ِن ْح‬
ّۤ ّۤ١٠‫نّۤڢ‬ ِّۤ ّۤ‫ن‬ ّۤ ِ ‫َو َماّۤاص َاةك ّْۤمّۤ َي ْي َّۤمّۤالخؼىّۤالجمػ‬
ّۤ ِ ‫نّۤـ ِت ِاذ‬

166. (166) Kemenangan yang diperoleh tentara Islam dalam Perang Badar, karena izin dan pertolongan
Allah. Kekalahan itu pada lahirnya merupakan nasib buruk, dan sebaliknya kemenangan merupakan nasib
baik bagi para syuhada serta pelajaran bagi Muslimin. Allah berfirman:

َ ْ َّ ْ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ ٰ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ
ّۤ‫ك‬
ّۤ ‫نّۤنف ِس‬
ّۤ ‫نّۤس ِحئثّّۤۤـ ِم‬
ّۤ ‫كّۤ ِم‬
ّۤ ‫اّللّّۤۤوماّۤاصاة‬
ِّۤ ّۤ‫ن‬
ّۤ ‫نّۤضسنثّّۤۤـ ِم‬
ّۤ ‫كّۤ ِم‬
ّۤ ‫ماّۤاصاة‬

Kebajikan apa pun yang kamu peroleh, adalah dari sisi Allah, dan keburukan apa pun yang menimpamu, itu
dari (kesalahan) dirimu sendiri. …. (an-Nis±’ /4:79).;Adanya kemenangan dan kekalahan itu dalam
permulaan peperangan baik bagi pasukan Muslimin maupun yang lain adalah suatu hal yang lumrah, tetapi
pada akhirnya pasukan Muslimin yang akan menang. Yang demikian itu dimaksudkan antara lain, untuk
menguji keteguhan iman dan ketabahan masing-masing agar orang-orang mukmin lebih tebal keimanannya
sehingga dapat dibedakan dari umat yang lain.

ْ ‫َْ َ ه‬ ْ‫ه ْ ه‬ ‫َ ه َ َ ْ َ َ ً َّ َّ ْ ٰ ه‬ ‫ٰ َ َْ ه‬ ‫ََ َ َ ه‬ َ َ ‫َ َ ْ َ َ َّ ْ َ َ َ ه‬


ّۤ‫ب ّۤ ِمن هى ّْۤم‬
ّۤ ‫ؽ ّۤ َي ْي َمىِٕؼّۤ ّۤاكؽ‬
ِّۤ ‫اّلل ّۤا ِّۤو ّۤادـػ ْيا ّۤ ّۤكال ْيا ّۤل ّْۤي ّۤنػل هّۤم ّۤ ِكخالا ّۤلاح َتػنك ّْۤم ّۤ ّۤو ّْۤم ّۤ ِللكف‬ ّۤ ِ ‫ل ّۤل هى ّْۤم ّۤحػال ْيا ّۤك ِاحل ْيا ّۤ ِف ّْۤي ّۤ َس ِب ْي‬
ِّۤ ّۤ ‫ل‬ ّۤ ‫ذ ّۤناـل ّْۤيا ّۤ َو ِك ْي‬
ّۤ ‫و ِليػل ّۤم ّۤال ِذد‬
َ ‫ه هْ ْ َ ٰه َ َْ َ ْ ه‬ َْ َ ‫نّۤة َا ْـ‬ َ ْ‫َه ْه‬ َ ْ ْ
ّۤ ‫اّللّۤاعل هّۤمّۤ ِةماّۤ َيكخ هم ْي‬
ّۤ ّۤ١٠‫نّۤڣ‬ ّۤ َ ‫او ِى ّْۤمَّّۤماّۤلح‬
ّۤ ‫سّۤ ِف ّْۤيّۤكلي ِب ِه ّۤمّّۤۤو‬ ِ ‫ي‬ ِ ّۤ ‫ي‬‫ل‬ ‫ي‬‫ل‬ ‫ي‬ ّۤ ّۤ ّۤ
‫ان‬ ِ ‫ِل ِلاي‬
‫م‬

167. (167) Demikian juga agar orang-orang munafik dapat diketahui kemunafikannya dengan nyata. Pada
waktu Perang Uhud jumlah tentara Islam 1.000 orang kemudian ditengah jalan 300 orang yang tergolong
munafikin di bawah pimpinan Abdullah bin Ubay telah kembali ke Medinah. Maka Perang Uhud
merupakan pemisah antara tentara yang benar-benar beriman dan yang setengah-setengah imannya, yakni
golongan munafik.

Kaum munafikin pada waktu diajak berperang f³ sab³lill±h menegakkan agama Allah, mempertahankan hak
dan keadilan dan menolak kebatilan dan kemungkaran guna mencari rida Allah atau berperang untuk
menjaga diri dan mempertahankan tanah tumpah darahnya, mereka menjawab, “Jika kami mengetahui
bahwa kita dapat dan mampu berperang pasti kami mengikuti kaum Muslimin.” Tetapi mereka menilai
bahwa kaum Muslimin berperang pada waktu itu semata-mata menjerumuskan diri dalam kebinasaan.
Sebenarnya mereka lebih cenderung kepada kekafiran daripada keimanan dan apa yang mereka katakan
bukan sebenarnya apa yang ada dalam hati mereka. Allah mengetahui kemunafikan yang mereka
sembunyikan dalam hati mereka.

َ ٰ ‫ْ َ َ َ ه ْ َ ْ َ َ ه ْ َ َ ه ه ْ ه ْ َ ْ َ ه ْ َ ْ َْه ه ه ْ َ ْ َ ْ ه ْ ه‬ ْ ‫ََّ ْ َ َ ه‬
ّۤ ‫نّۤكجخ ّْۤمّۤص ِػ ِك ْح‬
ّۤ ّۤ١٠‫نّۤڤ‬ ّۤ ‫تّۤ ِا‬
ّۤ ‫نّۤانف ِسك ّۤمّۤالم ّۤي‬ ّۤ ‫ذّۤكال ْياّۤ ِل ِاع َي ِان ِه ّۤمّۤوكػػواّۤل ّۤيّۤاظاغيناّۤماّۤك ِخلياّّۤۤك‬
ّۤ ‫لّۤـادرءواّۤغ‬ ّۤ ‫ال ِذد‬

88
168. (168) Orang-orang munafik itu tidak ikut berperang dan berkata kepada teman-temannya yang telah
terbunuh dalam Perang Uhud, “Sekiranya mereka mengikuti kami tinggal di Medinah saja tanpa ikut
berperang, niscaya mereka tidak akan mati terbunuh.”

Katakanlah kepada mereka ya Muhammad, “Tolaklah kematian dirimu jika kamu benar.” Sebenarnya
mereka tidak akan dapat menolak kematian meskipun mereka tinggal saja di rumah atau berlindung dalam
suatu benteng yang kokoh. Pada waktunya orang pasti akan mati. Adapun sebab-sebab kematian mungkin
berbeda-beda. Allah berfirman:

َ َ ‫ََْ َ َ ه ْهْ هْ ْ ه َْ ْ ه َ ه ْه‬


ّّۤۤ‫تّۤ َول ّْۤيّۤكجخ ّْۤمّۤ ِف ّْۤيّۤ هة هؽ ْوجّّۤۤمشَّيػة‬
ّۤ ‫نّۤماّۤحكينياّۤيػ ِركك ّۤمّۤالمي‬
ّۤ ‫اي‬

Di mana pun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada di dalam benteng
yang tinggi dan kokoh… (an-Nis±’ /4:78).

َ ‫َه‬ َ ْ ْ َ َْ ً َ َْ ٰ ‫َ َ َ ْ َ ََّ َّ ْ َ ه ه‬
ّۤ ‫ػّۤ َر ِب ِه ّْۤمّۤ هي ْؽزك ْي‬
ّۤ ّۤ١٠‫نّۤڥ‬ ّۤ ‫لّۤاض َيا ٌّۤۤءّۤ ِغن‬ّۤ ‫اّللّۤامياحاّّۤۤة‬ ّۤ ِ ‫ذّۤك ِخل ْياّۤ ِف ّْۤيّۤ َس ِب ْي‬
ِّۤ ّۤ‫ل‬ ّۤ ‫نّۤال ِذد‬
ّۤ ‫ولاّۤتحسب‬

169. (169) Orang-orang yang telah terbunuh sebagai syuhada dalam perang f³ sab³lill±h, janganlah dikira
mereka mati, sebagaimana anggapan orang- orang munafik, tetapi mereka masih hidup di sisi Allah,
mendapat rezeki dan nikmat yang berlimpah.

Bagaimana keadaan hidup mereka seterusnya, hanyalah Allah yang mengetahui. Dalam hadis yang
diriwayatkan Ibnu Abbas, Nabi saw bersabda

َ ً ْ ََّ ْ َ ْ ‫هَّ َ ْ َ َ َ ْ ه ه َ ْ ْ ْ ه ه‬ ََّ ْ َ َ َ َ ‫َ َ َ ه‬


ّۤ‫ن ّۤالجن ِّۤث ّۤ هةك َؽ ّۤة ّۤ َّۤوّۤغ ِش ًّيا ّۤ(رواهّۤالحاكم ّۤواحمػ ّۤوالعبداني ّۤغن‬
ّۤ ‫ج ّۤ ِالي ِى ّۤم ّۤ ِرزكى ّۤم ّۤ ِم‬
ّۤ ‫اء ّۤيخؽ‬ ّۤ ِ ‫ق ّۤن ْىؽّۤ ّۤ ِؿب‬
ّۤ ‫اب ّۤالجن ِّۤث ّۤ ِفي ّۤكتثّۤ ّۤعظه‬ ّۤ ِ ‫اء ّۤعلى ّۤ َة ِار‬
ّۤ ‫الشىػ‬

‫)اةنّۤغتاس‬

Para syuhada berada di tepi sungai dekat pintu surga, mereka berada dalam sebuah kubah yang hijau.
Hidangan mereka keluar dari surga itu setiap pagi dan sore. (Riwayat al-¦±kim, A¥mad dan a¯-°abr±n³
dari Ibnu ‘ Abb±s).;Para syuhada itu menikmati pemberian-pemberian Allah, mereka ingin mati syahid
berulang kali. Hal ini dijelaskan dalam sabda Rasulullah saw:

َْ َ َ ‫َ ٌْ َه َ َْ ه‬ َ ْ َ ‫َ ْ ه‬ ْ َ ْ َ َّ َ ْ ‫ْ َ َ ه ْ َ َ َ َّ ً ه‬ َ َ َْ َ ‫َّ َّ ْ ه َ َّ ه‬
‫ن ّۤح ْؽس َّۤع ّۤ ِالى ّۤالدنيا‬
ّۤ ‫ّلل ّۤخح ّۤد ّۤيطهوا ّۤا‬ ّۤ ‫ت ّۤل َىا ّۤ ِغن‬
ِّۤ ‫ػ ّۤا‬ ّۤ ‫ن ّۤنفسّۤ ّۤح همي‬ ّۤ ‫ن ّۤيه ْؽس َّۤع ّۤ ِالى ّۤالدنيا ّۤـيلخ‬
ّۤ ‫ل ّۤمؽ ّۤة ّۤاعؽى ّۤ ِدا ّۤ ما ّۤ ِم‬ ّۤ ‫ػ ّۤـ ِان ّۤه ّۤي هطه هّۤه ّۤا‬
ّۤ ‫لا ّۤالش ِىي‬
ّۤ ‫ِا‬
َ َّ ْ َ ْ
‫لّۤالش َىاد ِّۤةّۤ(رواهّۤمسلم‬ ّۤ ‫) َي َؽىّۤ ِم‬
ّۤ ِ ‫نّۤـض‬

“Tidak ada seorang yang telah mati dan memperoleh kenikmatan di sisi Allah, kemudian ingin kembali ke
dunia kecuali orang yang mati syahid. Ia ingin dikembalikan ke dunia, kemudian mati syahid lagi. Hal itu
karena besarnya keutamaan mati syahid..” (Riwayat Muslim)

َ ‫َ ه َ ْ ه‬ َ َ ٌ ْ َ ََّ ْ ْ َ ْ ْ ‫ْ َ َ ٰ ٰ ه ه ٰ ه ْ َ ْ َ َ ْ َ ْ ه ْ َ َّ ْ َ َ ْ َ ه‬ َ
ّۤ ‫فّۤعل ْي ِى ّْۤمّۤ َولاّۤو ّْۤمّۤيح َؾن ْي‬
ّۤ ّۤ١٠‫نّۤڦ‬ ّۤ ‫ذّۤل ّْۤمّۤ َيلطل ْياّۤ ِب ِه ّۤمّۤ ِم‬
ّۤ ‫نّۤخل ِف ِى ّۤمّّۤۤالاّۤعي‬ ّۤ ‫نّۤ ِةال ِذد‬
ّۤ ‫نّۤـض ِلهّّۤۤويستت ِضهو‬
ّۤ ‫اّللّۤ ِم‬
ّۤ ّۤ‫نّۤ ِةماّۤاحىى ّۤم‬
ّۤ ‫ـ ِؽ ِحح‬

170. (170) Para syuhada Perang Uhud setelah menikmati karunia Tuhan, mereka berkata, “Mudah-
mudahan teman-teman kami mengetahui kenikmatan ini.” Kemudian dijawab oleh Allah, “Akulah yang

89
menyampaikan hal ini kepada mereka.” Para syuhada itu bergembira atas nikmat dan kemurahan yang
telah diberikan Allah kepada mereka. Dan mereka berharap terhadap kawan-kawan mereka seperjuangan
yang tidak gugur dalam perang f³ sab³lill±h sekiranya mereka dapat pula memperoleh kemurahan dan
nikmat Allah yang serupa dengan apa yang mereka peroleh. Bagi mereka ini tidak ada kekhawatiran dan
kesusahan.

َ ْ ْ َ ْ َ ‫َ ْ َ ْ ه ْ َ ْ َ َ ٰ َ َ ْ َ ََّ ٰ َ َ ه ْ ه‬
ّۤ ‫ؽّۤال همؤ ِم ِن ْح‬
ّۤ ّۤ١٠‫نّّۤࣖۤڧ‬ ّۤ ‫اّللّۤلاّۤي ِضي ّۤعّۤاس‬
ّۤ ّۤ‫ن‬
ّۤ ‫اّللّۤوـضلّّۤۤوا‬
ِّۤ ّۤ‫ن‬
ّۤ ‫نّۤ ِة ِنػمثّّۤۤ ِم‬
ّۤ ‫۞ّۤيستت ِضهو‬

171. (171) Orang mukmin dan mujahidin bergembira atas nikmat dari Allah sebagai pahala amal mereka
dan atas tambahan karunia yang lain. Sungguh Allah tidak akan mengurangi pahala yang telah ditentukan
bagi para mukmin dan mujahidin.

َ ٌ ْ َ ْ َ َّ َ ْ ‫ْ َ ْ َ َ َ َ ه ه ْ َ ْ ه َّ ْ َ َ ْ َ ه ْ ْ ه‬ ٰ َ َ ْ َ ْ ََّ
ّۤ ّۤ١٠‫ؽّۤغ ِظ ْي ٌّۤمّۤڨ‬
ّۤ ‫ذّۤاضسنياّۤ ِمنى ّۤمّۤواحلياّۤاس‬
ّۤ ‫حّّۤۤ ِلل ِذد‬
ّۤ ‫ػّۤماّۤاصابه ّۤمّۤاللؽ‬
ِّۤ ‫نّۤةػ‬ ّۤ ِ ‫الؽ هس ْي‬
ٌۢ ‫لّۤ ِم‬ ِّۤ ِّۤ ‫اسخش هاة ْيا‬
َّ ‫ّللّۤ َو‬ ّۤ‫ذ‬
ّۤ ‫ال ِذد‬

172. (172) Orang mukmin memenuhi seruan Allah dan rasul-Nya untuk tetap berada di jalan Allah
meskipun mereka telah mendapat luka. Mereka yang berbuat baik dan takwa akan memperoleh pahala yang
besar.
‫َ ْ َ َ ه ْ َ ه ْ َ ْ َ ْ ه ْ َ َ َ ه ْ ْ َ ً َّ َ ه ْ َ ْ ه َ ٰ ه َ ْ َ ْ َ ْ ه‬ َّ َّ ‫ََّ ْ َ َ َ َ ه ه َّ ه‬
ّۤ ّۤ١٠‫لّۤک‬
ّۤ ‫اّللّۤو ِنػ ّۤمّۤالي ِكي‬
ّۤ ّۤ‫ػّۤجمػياّۤلك ّۤمّۤـاعشيو ّۤمّۤـؾادو ّۤمّۤ ِايماناّّۤۤوكالياّۤضسبنا‬
ّۤ ‫اسّۤك‬َ
ّۤ ‫نّۤالج‬
ّۤ ‫اسّۤ ِا‬
ّۤ ‫الّۤلى ّۤمّۤالج‬
ّۤ ‫ذّۤك‬
ّۤ ‫ال ِذد‬

173. (173) Turunnya ayat ini berhubungan dengan Abu Sufyan panglima perang kaum musyrikin Mekah
dan tentaranya, yang sudah kembali dari Perang Uhud. Mereka setelah sampai di suatu tempat bernama
Ruha, mereka menyesal dan bermaksud akan kembali lagi untuk melanjutkan perang. Berita ini sampai
kepada Rasulullah, maka beliau memanggil kembali pasukan Muslimin untuk menghadapi Abu Sufyan dan
tentaranya. Kata Rasulullah saw, “Jangan ada yang ikut perang hari ini kecuali mereka yang telah ikut
kemarin, sedang tentara Islam pada waktu itu telah banyak yang luka-luka. Tapi akhirnya Allah swt
menurunkan rasa takut pada hati kaum musyrikin dan selanjutnya mereka pulang kembali.

Para mujahidin ditakut-takuti oleh sebagian musuh (munafik), dengan menyatakan bahwa musuh telah
menghimpun kekuatan baru guna menghadapi mereka. Tetapi para mujahidin tidak merasa gentar karena
berita itu, bahkan bertambah imannya dan bertambah tinggi semangatnya untuk menghadapi musuh Allah
itu dengan ucapan, “Allah tetap akan melindungi kami dan kepada Allah kami bertawakal.”

َ ْ َ ‫ْ َ َ ٰ َ ٰه ه‬ ‫َّ ه‬ َّ ْ َ ٰ َ ْ َ َْ َ
ّۤ ّۤ١٠‫اّللّۤذ ّْۤوّۤـضلّّۤۤغ ِظ ْيمّّۤۤڪ‬
ّۤ ‫اّللّّۤۤو‬ ّۤ ‫اّللّۤ َوـضلّّۤۤل ّْۤمّۤ َي ْم َس ْس هى ّْۤمّۤ هس ْ ۤي ٌّۤءَّّۤواح َتػ ْياّۤ ِرضي‬
ِّۤ ّۤ‫ان‬ ّۤ ‫ـانلل هت ْياّۤ ِة ِنػ َمثّّۤۤ ِم‬
ِّۤ ّۤ‫ن‬

174. (174) Dengan keimanan dan tekad yang kuat itu akhirnya mereka dapat ke Medinah. Abu Sufyan dan
tentaranya tidak jadi melakukan serangan terhadap mereka. Mereka sama sekali tidak mengalami
panderitaan dan mereka tetap dalam keridaan Allah.

َ ْ ‫ْ ه ْه‬ ‫َ ه‬ ‫َ َ َ َ ه ه‬ َ ‫َّ َ ٰ ه َّ ٰ ه ه َ ه‬
ّۤ ‫نّۤكجخ ّْۤمّۤمؤ ِم ِن ْح‬
ّۤ ّۤ١٠‫نّۤګ‬ ّۤ ِ ‫فّۤا ْوِل َحا َۤءهّّۤۤـلاّۤتخاـ ْيو ّْۤمّۤ َوخاـ ْي‬
ّۤ ‫نّۤ ِا‬ ّۤ ‫ِانماّۤذ ِلك هّۤمّۤالش ْيع‬
ّۤ ‫نّۤيخ ِي‬

90
175. (175) Musuh-musuh yang munafik yang berusaha menakut-nakuti orang-orang mukmin merupakan
setan yang mengajak teman-temannya agar jangan ikut berperang dan menakut-nakuti Muslimin dengan
menyatakan bahwa jumlah musuh amat banyak dan mempunyai senjata lengkap. Allah memperingatkan
agar para mujahidin itu jangan terpengaruh dan jangan ikut mereka, tetapi takutlah kepada Allah dan
bersiaplah untuk berperang bersama Rasulullah saw jika kamu sekalian benar-benar beriman.

ٌ ْ َ ٌ َ َ ْ ‫ْٰ َ ََه‬ ًّ َ ْ ‫ٰ َ َ ْ ه ْ ه ٰ ه ََّ َ ْ َ َ َ ه‬ ‫ْ ه ْ َّ ه ْ َ ْ َّ ه‬ َ ْ ‫َ َ َ ْ ه ْ َ َّ ْ َ ه َ ه‬


ّۤ ّۤ١٠‫ابّۤغ ِظي ّۤمّۤڬ‬
ّۤ ‫لّۤلى ّۤمّۤضظاّۤ ِفىّۤالا ِعؽ ِّۤةّۤولى ّۤمّۤعؼ‬
ّۤ ‫اّللّۤالاّۤيجػ‬
ّۤ ّۤ‫ػ‬
ّۤ ‫اّللّۤشيػاّّۤۤي ِؽي‬
ّۤ ّۤ‫نّۤيظهوا‬
ّۤ ‫ؽّۤ ِانه ّۤمّۤل‬
ِّۤ ‫نّۤ ِفىّۤالكف‬
ّۤ ‫غي‬ ّۤ ‫ذّۤيس ِار‬
ّۤ ‫كّۤال ِذد‬
ّۤ ‫ولاّۤيحؾن‬

176. (176) Nabi Muhammad saw ketika melihat keadaan kaum Muslimin dalam Perang Uhud, beliau
merasa sedih dan cemas. Ketika itulah ayat ini turun untuk menghibur Nabi saw, “Wahai Muhammad
janganlah merasa sedih dan cemas, melihat perbuatan sebagian pengikutmu yang munafik yang bersama-
sama orang kafir menghimpun segala usaha dan kekuatan untuk membela kekafiran. Pada hakikatnya
bukanlah engkau yang diperangi dan dianiaya mereka, tetapi Allah-lah yang mereka perangi. Tentulah
mereka tidak akan berdaya menentang Allah.”

Maksud mereka akan mencelakakan dan memberi mudarat kepada kaum Muslimin, tetapi pada hakikatnya
mereka sendirilah yang celaka. Allah tidak akan memberikan ampunan kepada mereka di akhirat. Mereka
akan mendapat azab yang amat pedih dan tidak terkira besarnya.
َ َ َ َ َ َٰ ‫َّ َّ ْ َ ْ َ َ ه ْ ه ْ َ ْ ْ َ َ ْ ه‬
ّۤ ٌ ‫ش ْيػاّّۤۤ َول هى ّْۤمّۤعؼ‬
ّۤ ّۤ١٠‫ابّۤا ِل ْي ٌّۤمّۤڭ‬ ّۤ ّۤ‫نَّّۤيظهوا‬
ّۤ ّۤ‫اّلل‬ ّۤ ‫انّۤل‬
ّۤ ِ ‫ؽّۤ ِةال ِايم‬
ّۤ ‫ذّۤاشتدواّۤالكف‬
ّۤ ‫نّۤال ِذد‬
ّۤ ‫ِا‬

177. (177) Setelah Allah membuka kedok orang-orang yang membantu dan memihak orang-orang kafir
yang menentang kaum Muslimin, dan menegaskan bahwa mereka pada hakikatnya menentang dan
memerangi Allah, maka pada ayat ini Allah menjelaskan bahwa hal itu juga berlaku untuk setiap orang
yang lebih mengutamakan kekafiran daripada keimanan. Mereka tidak memberi mudarat kepada Allah
sedikitpun, dan bagi mereka azab yang pedih. Mereka tidak akan dapat melakukannya, karena Allah
membela Islam. Justru mereka akan mendapat hukuman yang berat di akhirat.

ٌ ََ َ ً ْ ‫ْ َ ه‬ َ ‫َّ َ ه‬ ‫َ ْه‬ َ َ ‫ََّ َ ه‬ َ َ َ ْ َّ ََّ َ ْ َ َ َ


ّۤ ‫ابّۤم ِى ْح‬
ّۤ ّۤ١٠‫نّۤڮ‬ ّۤ ٌ ‫يّۤل هى ّْۤم لِّۤ َحذداد ْواّۤ ِاذماّّۤۤ َول هى ّْۤمّۤعؼ‬
ّْۤ ‫يّۤل هى ّْۤمّۤخ ْح ٌّۤدّۤ ِلانف ِس ِى ّْۤمّّۤۤ ِانماّۤن ْم ِل‬
ّْۤ ‫ذّۤكف هؽ ْواّۤانماّۤن ْم ِل‬
ّۤ ‫نّۤال ِذد‬
ّۤ ‫ولاّۤيحسب‬

178. (178) Janganlah sekali-kali orang-orang kafir itu menyangka bahwa dibiarkannya mereka berumur
panjang adalah baik bagi diri mereka. Tidaklah demikian halnya, kecuali kalau mereka bermartabat dan
mengerjakan amal saleh yang akan menyucikan dan membersihkan mereka dari hal-hal yang keji dan sifat-
sifat yang jelek.

Hal-hal yang semacam itulah yang akan bermanfaat bagi mereka dan bagi manusia lainnya. Tetapi
kenyataannya, mereka tetap saja berbuat maksiat dan dosa. Dengan demikian mereka membinasakan diri
mereka sendiri, sehingga mereka mendapat azab yang menghinakan.

َ ْ َ َ ٰ َّ ٰ َ ْ َْ َ َ ‫ََ َ َ ٰه ْ َ ه‬ َّ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ ٰ َ ْ َ َ ْ ‫َ َ َ ٰ ه َ َ َ ْ ه ْ ْ َ َ ٰ َ َ ْ ه‬
ّۤ‫اّلل ّۤيجخب ّْۤي‬
ّۤ ّۤ ‫ن‬ ّۤ ِ ‫اّلل ّۤ ِل هيع ِلػك ّْۤم ّۤعلى ّۤالؾح‬
ّۤ ‫ب ّۤول ِك‬ ّۤ ّۤ ‫غن‬
ّۤ ‫ب ّۤ ّۤوما ّۤع‬
ّۤ ِ ‫ن ّۤالع ِح‬ّۤ ‫د ّۤ ِم‬
ّۤ ‫ن ّۤعلى ّۤما ّۤانخ ّۤم ّۤعلح ِّۤه ّۤضتى ّۤي ِمح ّۤذ ّۤالخ ِبي‬ ّۤ ‫اّلل ّۤ ِليؼ ّۤر ّۤالمؤ ِم ِنح‬ّۤ ّۤ ‫غن‬ ّۤ ‫ما ّۤع‬
ِ
َ ٌ ْ َ ْ ‫َ ْ ه ْ ه ْ َ ََّ ه ْ َ َ ه‬ ٰ ‫َٰ ه‬ َ َّ ْ َ
ّۤ ّۤ١٠‫ؽّۤغ ِظ ْي ٌّۤمّۤگ‬
ّۤ ‫نّۤحؤ ِمجياّۤوحخلياّۤـلك ّۤمّۤاس‬ ِّۤ ‫نّۤيشا هّۤۤءّّۤۤـا ِمج ْياّۤ ِة‬
ّۤ ِ‫اّللّۤ َو هر هس ِلهّّّۤۤۤوا‬ ّۤ ْ ‫ِم‬
ّۤ ‫نّۤر هس ِلهّّۤۤم‬

91
179. (179) Salah satu sunatullah kepada hamba-Nya yang tidak dapat diubah-ubah ialah bahwa Dia tidak
akan membiarkan orang-orang mukmin tetap di dalam kesulitan sebagaimana halnya pada Perang Uhud.
Allah akan memisahkan orang-orang mukmin dari orang-orang munafik, dan akan memperbaiki keadaan
orang mukmin dan memperkuat iman mereka. Di dalam keadaan sulit dan susah, dapat dinilai dan
dibedakan antara orang-orang yang kuat imannya dengan orang-orang yang lemah imannya. Kaum
Muslimin diuji sampai di mana iman dan kesungguhan mereka menghadapi kaum kafir.

Setelah kaum Muslimin mengalami kesulitan dalam Perang Uhud karena dipukul mundur oleh musuh, dan
mereka hampir-hampir patah semangat, di kala itulah diketahui bahwa di antara kaum Muslimin ada
orang-orang munafik yang menyeleweng, berpihak kepada musuh. Orang-orang yang lemah imannya
mengalami kebingungan. Berlainan halnya dengan orang-orang yang kuat imannya, kesulitan yang
dihadapinya itu mendorong mereka untuk menambah kekuatan iman dan semangat mereka.

Hal-hal yang gaib dan hikmah yang tersembunyi dalam peristiwa ini, tidak diperlihatkan, kecuali kepada
orang-orang tertentu, seperti kepada rasul yang telah dipilih oleh Allah. Di antara rasul-rasul, Nabi
Muhammad saw. dipilih oleh Allah dengan memberikan keistimewaan kepadanya berupa pengetahuan
untuk menanggapi isi hati manusia, sehingga dia dapat menentukan siapa di antara mereka yang benar-
benar beriman dan siapa pula yang munafik atau kafir.

ً ََ ْ َ ٰ َ ‫ٰ ه َْ ْ َ َ هْ ه‬ ً َ ْ َ ْ َ ْ َ َ ْ َ ْ ‫ْ َّ ه ْ َ َّ َ ه ه‬ ٰ َ َّ
ّۤ‫ؽّۤعلىّۤؽح ِتهّّۤۤاحػا‬ ّۤ ِ ‫نّۤخل ِفهّّۤۤ َرصػاّّّۤۤۤٻ ٺ ع ِل ّۤمّۤالؾح‬
ّۤ ‫بّۤـلاّۤيظ ِى‬ ّۤ ‫نّۤيػي ِّۤهّۤو ِم‬
ِّۤ ‫نّۤةح‬
ٌۢ ‫كّۤ ِم‬ ّۤ ِ ‫ِالاّۤ َم‬
ّۤ ‫نّۤ ْارحضىّۤ ِم‬
ّۤ ‫نّۤرسيلّّۤۤـ ِانهّّۤۤي ْسل‬

Dia Mengetahui yang gaib, tetapi Dia tidak memperlihatkan kepada siapa pun tentang yang gaib itu,
kecuali kepada rasul yang diridai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di
depan dan di belakangnya. (al-Jinn/72: 26-27).;Sesudah diterangkan celaan-celaan kaum munafikin atas
kenabian Muhammad saw setelah Perang Uhud dan menjelaskan bahwa peristiwa Uhud itu banyak
mengandung iktibar, maka orang-orang mukmin diperintahkan agar tetap beriman kepada Allah dan rasul-
rasul-Nya, dan kepada Nabi Muhammad saw yang membenarkan rasul-rasul sebelumnya. Jika mereka
beriman kepadanya terutama mengenai hal-hal yang gaib dan bertakwa kepada Allah dengan menjauhi
larangan-larangan-Nya, mematuhi segala perintah-perintah-Nya, maka mereka akan memperoleh pahala
yang amat besar.

Di dalam Al-Qur’ an sering disusulkan kata takwa sesudah kata iman sebagaimana halnya kata zakat
sesudah kata salat. Itu menunjukkan bahwa iman itu barulah sempurna jika disertai dengan takwa,
sebagaimana halnya salat barulah sempurna jika zakat dikeluarkan.

‫ه‬ ٰ ْ ‫ه َ َ ْ ً َّ ه ْ َ ْ ه َ َ َّ ه ْ َ ه َ َّ ه ْ َ َ َ ه‬ ْ َ ْ ‫َ َ َ ْ َ ََّ َّ ْ َ َ ْ َ ه ْ َ َ ٰ ٰ ه ه ٰ ه‬
ّۤ ‫ّلل ّۤ ِم ْح َد‬
ّۤ‫اث‬ ِّۤ ‫بخل ْيا ّۤ ِةهّۤ ّۤ َي ْي َّۤم ّۤال ِل ٰي َم ِّۤث ّۤ ّۤ َ ِو‬
ِ ّۤ ‫ن ّۤما‬
ّۤ ‫ل ّۤو ّۤي ّۤشهّۤ ّۤلى ّۤم ّۤ ّۤسيعيكي‬
ّۤ ‫ن ّۤـض ِلهّۤ ّۤو ّۤي ّۤخحدا ّۤلى ّۤم ّۤ ّۤة‬
ّۤ ‫اّلل ّۤ ِم‬
ّۤ ّۤ ‫ن ّۤ ِةما ّۤاحىى ّۤم‬
ّۤ ‫ذ ّۤيتغلي‬
ّۤ ‫ن ّۤال ِذد‬
ّۤ ‫ولا ّۤيحسب‬
َ َ ْ‫َ ٰه َ َْ َ ه‬ َْ
ّۤ ّۤ١٠‫نّۤع ِت ْح ٌّۤدّّۤࣖۤڰ‬
ّۤ ‫اّللّۤ ِةماّۤحػملي‬
ّۤ ‫ضّۤو‬ ّۤ ِ ‫الس ٰم ٰي‬
ّۤ ِ ‫تّۤ َوالا ْر‬ َّ

180. (180) Orang-orang yang telah diberi harta dan limpahan karunia oleh Allah kemudian mereka bakhil,
tidak mau mengeluarkan kewajiban mengenai harta tersebut, seperti zakat dan lain-lain, adalah sangat
tercela. Janganlah sekali-kali kebakhilan itu dianggap baik dan menguntungkan bagi mereka. Harta benda
dan kekayaan akan tetap utuh dan tidak kurang bila dinafkahkan di jalan Allah, bahkan akan bertambah
dan diberkahi. Tetapi kebakhilan itu adalah suatu hal yang buruk dan merugikan mereka sendiri, karena
harta yang tidak dinafkahkan itu akan dikalungkan di leher mereka kelak di hari kiamat sebagai azab dan
siksaan yang amat berat, sebab harta benda yang dikalungkan itu akan berubah menjadi ular yang melilit
mereka dengan kuat. Nabi Muhammad saw bersabda:

92
‫َ ً َ َ ْ ه َ َ َ َ ه ه َ َ ه ه َ ً َْ َ ه َ ه َ ْ َ َ ه َ ه ه َ ْ َ ْ َ َ َ َ ْ ه ه ْ َ َ ْ َ ه ْ ه ََ َ ه َ ََ َ ْ ه َ ه‬ ََ ْ َ
ّۤ‫ك ّۤذَّّۤم‬
ّۤ ‫ك ّۤانا ّۤكجذ‬
ّۤ ‫ّۤانا ّۤمال‬:‫ل‬
ّۤ ‫ؼ ّۤ ِة ِلى ِؾمتي ِّۤه ّۤيلي‬
ّۤ ‫ان ّۤيع ِيك ّۤه ّۤيي ّۤم ّۤال ِليام ِّۤث ّۤـيأخ‬
ّۤ ِ ‫ع ّۤل ّۤه ّۤز ِةيػبخ‬
ّۤ ‫ل ّۤل ّۤه ّۤششاعا ّۤاكؽ‬
ّۤ ‫الا ّۤـل ّۤم ّۤيؤ ِّۤد ّۤزعغح ّۤه ّۤم ِر‬ ّۤ‫ن ّۤاح ه‬
ّۤ ‫اه ّۤاّلل هّۤم‬ ّۤ ‫م‬
َ ٰ ْ ٰ َ َ
‫لاّۤو ِؼ ِّۤهّۤالا َي ّۤثّۤ(رواهّۤالبغاريّۤوالجسائيّۤغنّۤأبيّۤوؽخؽة‬
ّۤ ‫)ح‬

Siapa yang telah diberi harta oleh Allah, kemudian tidak mengeluarkan zakatnya, akan diperlihatkan
hartanya berupa ular sawah yang botak, mempunyai dua bintik hitam di atas kedua matanya, lalu
dikalungkan kepadanya di hari Kiamat nanti. Ular itu membuka rahangnya dan berkata, “Saya ini adalah
hartamu, saya ini adalah simpananmu,” kemudian Nabi membaca ayat ini. (Riwayat al-Bukh±r³ dan al-
Nas±'³ dari Abµ Hurairah).;Sebenarnya segala apa yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah,
diberikannya kepada orang yang dikehendaki-Nya sebagai titipan dan amanat. Sewaktu-waktu dapat
dicabut dan dipindahkan ke tangan orang lain menurut kehendak-Nya. Jadi apakah alasan bagi mereka
yang bakhil dan tidak mau mengeluarkan harta Allah untuk mencari rida-Nya? Apa saja yang dikerjakan
seseorang, semuanya itu diketahui oleh Allah dan dibalas sesuai dengan amal dan niatnya. Nabi
Muhammad saw bersabda:

َ ‫َّ َ ه‬ ‫َّ َ ْ َ ْ َ ه‬
‫لّۤ ْام ِؽئّّۤۤ َماّۤن َيى‬
ّۤ ِ ‫اتّۤ َواِ نماّۤ ِلك‬ َّ ‫الّۤةالن‬
ّۤ ِ ‫ػي‬ ِ ِ ّۤ ‫ِانماّۤالأغم‬

“Bahwasanya amal itu tergantung dari niat, dan bahwasanya setiap orang akan memperoleh sesuai
dengan apa yang diniatkannya.” (Riwayat al-Bukh±r³ dan Muslim dari ‘ Umar bin al-Kha¯¯±b).

َ ْ َ َ َ ْ ‫َ َ ْ َ َ ٰ ه َ ْ َ َّ ْ َ َ ه ْ َّ ٰ َ َ ْ ٌ َّ َ ْ ه َ ْ َ ه َ َ ْ ه ه َ َ ه ْ َ َ ْ َ ه ه ْ َ ْ ٌۢ َ َ َ ْ َ َّ َ ه ْ ه ه ْ ه‬
ّۤ ِ ‫اب ّۤالح ِؽ ْي‬
ّۤ‫ق‬ ّۤ ‫ل ّۤذوكيا ّۤعؼ‬
ّۤ ‫ب ّۤما ّۤكاليا ّۤوكخلى ّۤم ّۤالان ِبيا ّۤۤء ّۤ ِةؾح ِّۤد ّۤضقّۤ ّۤونلي‬
ّۤ ‫ن ّۤاؽ ِجيا ّۤۤء ّۤ ّۤسنكت‬
ّۤ ‫اّلل ّۤـ ِلح ّۤد ّۤونح‬
ّۤ ّۤ ‫ن‬
ّۤ ‫ذ ّۤكاليا ّۤ ِا‬
ّۤ ‫ل ّۤال ِذد‬
ّۤ ‫اّلل ّۤكي‬
ّۤ ّۤ ‫ػ ّۤس ِم ّۤع‬
ّۤ ‫لل‬

ّۤ ّۤ١٠‫ڱ‬

181. (181) Ketika turun wahyu Allah:

ً َ ً َ َ ٰ ‫َ ْ َ َّ ْ ه ْ ه‬
‫اّللّۤك ْؽضاّۤض َسنا‬
ّۤ ّۤ‫ض‬
ّۤ ‫يّۤيل ِؽ‬
ّۤ ‫نّۤذاّۤال ِذ‬
ّۤ ‫م‬

Barang siapa meminjami Allah (menginfakkan hartanya) dengan pinjaman yang baik …(al-Baqarah/2:245),
maka datanglah seorang Yahudi kepada Rasulullah saw dan berkata, “Apakah Tuhanmu fakir? Lalu
meminta-minta kepada hamba-Nya agar diberi pinjaman? Kami ini adalah orang-orang yang kaya.” Maka
turunlah ayat ini. Sesungguhnya Allah mendengar perkataan orang-orang yang mengatakan, “Bahwasanya
Allah fakir dan kami ini kaya.” Dan percayalah bahwa kata-kata dan perbuatan mereka membunuh nabi-
nabi tanpa alasan yang benar itu akan dicatat, kemudian sebagai balasan, mereka akan diberi ganjaran
azab yang setimpal. Pada waktu itulah Allah akan mengatakan kepada mereka, “Rasakanlah azab yang
membakar ini sebagaimana pengikut-pengikut rasul telah merasakan pedihnya kata-katamu di dunia yang
menusuk perasaan.”

َْ َّ َ َ ْ َ َ ٰ ََّ َ ْ ‫ٰ َ َ َ َّ َ ْ َ ْ ْ ه‬
ِّۤ ‫سّۤ ِةظلامّّۤۤ ِللػ ِب ْي‬
ّۤ ّۤ١٠‫ػّۤڲ‬ ّۤ ‫اّللّۤلح‬
ّۤ ّۤ‫ن‬
ّۤ ‫جّۤاي ِػيك ّۤمّۤوا‬
ّۤ ‫كّۤ ِةماّۤكػم‬
ّۤ ‫ذ ِل‬

182. (182) Azab yang pedih yang berlaku atas mereka (kaum Yahudi) adalah akibat perbuatan mereka
sendiri di dunia. Mereka mengatakan, bahwa Allah fakir. Mereka membunuh Nabi-nabi, melakukan
perbuatan-perbuatan fasik, maksiat dan lain-lain.

93
Allah sekali-kali tidak akan menganiaya hamba-hamba-Nya. Allah memperlakukan hamba-hamba-Nya
sesuai amal perbuatannya. Firman Allah

‫ه‬ ْ ْ َّ َ ْ ْ ‫َ ْ َ َ ه‬
ّۤ‫انّۤ ِالاّۤال ِاض َسان‬
ّۤ ِ ‫لّۤسؾا ّۤۤءّۤال ِاضس‬
ّۤ ‫و‬

Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan (pula). (ar-Ra¥m±n/55:60).;Kalau perbuatannya baik
dibalas dengan surga, dan kalau perbuatannya buruk dibalas dengan neraka. Allah tidak akan
memperlakukan orang yang berbuat maksiat sama dengan orang bertakwa, begitu juga orang-orang kafir
tidak sama dengan orang mukmin.

َ ‫َْ ه‬ ‫َّ ْ ه َ َ ه ه‬ ٰ ٰ ‫َ ه‬ ‫َّ ٰ َ ْ َّ ْ َ َ ه ْ َ َّ ْ َ ٰ ه‬ ‫َ َّ ْ َ ْ َ َ ه‬ َ َ


ّۤ‫جّۤ َس َيا ًّۤۤءّۤمح َياو ّْۤمّۤ َوداته ّْۤمّۤ َسا َّۤۤءّۤ َماّۤيحك هم ْين‬
ّۤ ِ ‫ذّۤا َمج ْياّۤ َوغ ِملياّۤالص ِلط‬
ّۤ ‫نّۤنجػلى ّۤمّۤعغل ِذد‬
ّۤ ‫تّۤا‬
ّۤ ِ ‫ذّۤاجتدضياّۤالس ِيا‬ ّۤ ‫ذد‬ ّۤ ‫ࣖࣖ ا ّْۤمّۤض ِس‬
ِّۤ ‫بّۤال‬

Apakah orang-orang yang melakukan kejahatan itu mengira bahwa Kami akan memperlakukan mereka
seperti orang-orang yang beriman dan yang mengerjakan kebajikan, yaitu sama dalam kehidupan dan
kematian mereka? Alangkah buruknya penilaian mereka itu. (al-J±£iyah/45:21).

‫َ َّ ْ ه ْ ه‬ ٰ َ ْ ْ ْ َ ْ ٌ ‫ََّ ْ َ َ ه ْ َّ ٰ َ َ َ َ ْ َ ََّ ه ْ َ َ ه ْ َ ٰ َ ْ َ َ ه ْ َ َ ْ ه ه ه َّ ه ه ْ َ ْ َ َ ه ْ ه ه‬
ّۤ‫ي ّۤكلخ ّْۤم‬
ّۤ ‫ج ّۤو ِةال ِذ‬
ّۤ ِ ‫ي ّۤ ِةالب ِين‬
ّۤ ‫ن ّۤكت ِل‬
ّۤ ‫ل ّۤ ِم‬
ّۤ ‫ػ ّۤجاۤءك ّۤم ّۤرس‬
ّۤ ‫ل ّۤك‬
ّۤ ‫ار ّۤ ّۤك‬
ّۤ ‫ن ّۤ ِلؽسيلّۤ ّۤض ّۤتى ّۤيأ ِححنا ّۤ ِةلؽةانّۤ ّۤحأعل ّۤه ّۤالج‬
ّۤ ‫ػ ّۤ ِالحنا ّۤالا ّۤنؤ ِم‬
ّۤ ‫اّلل ّۤغ ِى‬
ّۤ ّۤ ‫ن‬
ّۤ ‫ذ ّۤكاليا ّۤ ِا‬
ّۤ ‫ال ِذد‬

َ ٰ ‫َ َ َ َْهه ْ ه ْ ْ ه ْه‬
ّۤ ‫نّۤكجخ ّْۤمّۤص ِػ ِك ْح‬
ّۤ ّۤ١٠‫نّۤڳ‬ ّۤ ‫ـ ِل ّۤمّۤكخلخميو ّۤمّۤ ِا‬

183. (183) Beberapa orang Yahudi antara lain Ka’ ab bin Asyraf, Malik bin a¡-¢aif, Fin¥a¡ bin ‘ Azura
dan beberapa orang lagi, mendatangi Rasulullah saw seraya berkata, “Wahai Muhammad! Engkau
mengaku Rasul Allah dan Allah telah mewahyukan kepadamu Kitab, sedang di dalam Kitab Taurat (Imamat
ix) kami dilarang oleh Allah mempercayai seorang rasul, sebelum ia mendatangkan kepada kami korban
yang dimakan api. Kalau itu dapat kamu buktikan, maka kami akan mempercayaimu.” Maka turunlah ayat
ini. Demikianlah kata Ibnu Abbas r.a.

Pengakuan orang-orang Yahudi tersebut di atas, sebenarnya omong kosong belaka, karena andaikata Nabi
Muhammad saw membuktikannya mereka tetap tidak akan percaya. Permintaan mereka itu hanyalah alasan
yang dicari-cari untuk tidak mempercayai Rasulullah saw. Untuk itu Allah memerintahkan kepada Nabi
Muhammad saw agar mengatakan kedustaan mereka dengan kata-kata, “Telah datang kepadamu rasul-
rasul sebelumku, seperti Zakaria, Yahya dan lainnya, membawa mukjizat-mukjizat yang menunjukkan
kebenaran mereka atas kenabiannya, dan membawa apa-apa yang kamu usulkan seperti mendatangkan
korban yang dimakan api yang memang mempunyai sifat khusus, yaitu membakar. Karenanya pada masa
lalu terdapat keyakinan bahwa api selalu dijadikan sebagai tolak ukur untuk menilai apakah kurban yang
dipersembahkan diterima Tuhan atau tidak, bila terbakar berarti diterima, namun kamu tetap tidak percaya
kepada mereka, bahkan membunuh mereka. Jadi dimana letak kebenaran kamu? Cobalah buktikan, jika
kamu sungguh-sungguh orang yang benar.
ْ ٰ ْ ٰ َْ َ َ ْ َ ْ ٌ ‫َ ْ ََّ ه ْ َ َ َ ْ ه َ ه ه‬
ّۤ ّۤ١٠‫بّۤال هم ِن ْح ِّۤدّۤڴ‬ ِّۤ ‫جّۤ َوالؾ هة‬
ّۤ ِ ‫ؽّۤ َوال ِكت‬ ّۤ ِ ‫كّۤجا هۤء ّْۤوّۤ ِةالب ِين‬
ّۤ ‫نّۤكت ِل‬
ّۤ ‫لّۤ ِم‬
ّۤ ‫بّۤرس‬
ّۤ ‫ػّۤك ِؼ‬
ّۤ ‫كّۤـل‬
ّۤ ‫نّۤكؼةي‬
ّۤ ‫ـ ِا‬

184. (184) Kalau mereka masih juga tetap mendustakan kamu, sekalipun kamu telah menunjukkan
mukjizat-mukjizat yang nyata dan Kitab yang membimbing ke jalan yang benar, maka janganlah engkau
gusar dan cemas atas kekerasan hati dan kekufuran mereka.

94
Hal yang seperti itu telah dialami pula oleh rasul-rasul sebelummu. Mereka telah diberi apa yang telah
diberikan kepada kamu seperti mukjizat-mukjizat yang nyata. Allah telah mendatangkan ¢u¥uf, yaitu
lembaran-lembaran yang berisi wahyu yang diberikan kepada nabi-nabi sebelum kamu yang isinya
mengandung hikmah dan juga telah mendatangkan Kitab yang memberikan penjelasan yang sempurna,
berisi hukum syariat seperti Taurat, Injil dan Zabur. Mereka tetap sabar dan tabah menghadapi perbuatan
yang menyakitkan hati dari orang-orang yang mengingkari mereka.

‫ْ َ َّ َ ه‬ ‫َْ ه‬ َ َ ْ َ َ َ ََّ ْ َ ْ ‫َ َّ َ ه ََّ ْ َ ه ه ْ َ ه ْ َ ْ َ ْ ٰ َ َ َ ْ ه ْ َ َ َّ َ ه‬ ْ ‫َ َ ه‬ َْ ‫ه‬


ّۤ ‫ية ّۤالدنيا ّۤ ِالا ّۤ َمت‬
ّۤ‫اع‬ ّۤ ‫از ّۤ ّۤ َو َما ّۤالح ٰي‬
ّۤ ‫ػ ّۤـ‬
ّۤ ‫ل ّۤالجن ّۤث ّۤـل‬
ّۤ ‫ار ّۤواد ِخ‬
ِّۤ ‫ن ّۤالج‬
ّۤ ِ ‫ح ّۤغ‬
ّۤ ‫ن ّۤزض ِؾ‬
ّۤ ‫ن ّۤاسيرك ّۤم ّۤيي ّۤم ّۤال ِّۤليم ِّۤث ّۤ ّۤـم‬ ّۤ ِ ‫علّۤ ّۤنفسّۤ ّۤذاۤىِٕل ّۤث ّۤال َم ْي‬
ّۤ ‫ت ّۤواِ نما ّۤحيـي‬
‫ْه‬
ّۤ ّۤ١٠‫الؾ هؽ ْو ِّۤرّۤڵ‬

185. (185) Setiap yang bernyawa akan merasakan mati dan di hari kiamat nanti disempurnakan balasan
masing-masing yang baik dibalas dengan yang baik, yaitu surga dan yang buruk akan dibalas dengan yang
buruk pula yaitu neraka, sesuai dengan sabda Rasulullah saw:

َّ َ ‫ْ ََّ َ ْ ه ْ َ ٌ ْ ه‬ ٌ َ ْ َ َْ
)‫ارّۤ(رواهّۤالتدمؼيّۤوالعبداني‬
ِّۤ ‫ؽّۤالج‬
ِّۤ ‫نّۤضف‬
ّۤ ‫اضّۤالجن ِّۤثّۤا ّۤوّۤضفؽ ّۤةّۤ ِم‬ ّۤ ْ ‫اللب هّۤدّۤ َر ْوض ّۤثّۤ ِم‬
ّۤ ِ ‫نّۤ ِر َي‬

Kubur itu merupakan taman dari taman-taman surga, atau merupakan jurang dari jurang-jurang neraka.
(Riwayat at-Tirmi©i dan a¯-°abr±n³).;Siapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga,
dialah yang berbahagia. Untuk mencapai kebahagiaan di atas, baiklah kita perhatikan sabda Rasulullah
saw sebagai berikut:
ْ ْ َ
ْ َ َ ْ‫َ ْ ه‬ ‫َ ه‬ َّ َ َ َ ٰ ْ ْ َْ َ ‫ه‬ ْ ‫َ ْ َ َّ َ ْ ه َ ْ َ َ َ َّ َ ه ْ َ َ ْ ََّ َ َ ْ ه ْ ْ ه َ َّ ه ه َ ه َ ه‬
ّۤ‫ن ّۤيؤتى ّۤ ِالح ِّۤه‬
ّۤ ‫يحبّۤ ّۤا‬
ِ ّۤ ‫اس ّۤما‬
ّۤ ِ ‫ت ّۤ ِالى ّۤالج‬
ّۤ ِ ‫ؽ ّۤولحأ‬
ِّۤ ‫اّلل ّۤواليي ِّۤم ّۤالا ِع‬
ِّۤ ‫ن ّۤ ِة‬
ّۤ ‫ل ّۤالجن ّۤث ّۤـليػ ِرك ّۤه ّۤم ِجيخ ّۤه ّۤوو ّۤي ّۤيؤ ِم‬
ّۤ ‫ار ّۤويػخ‬
ِّۤ ‫ن ّۤالج‬
ّۤ ِ ‫ح ّۤغ‬
ّۤ ‫ن ّۤيؾضؾ‬
ّۤ ‫ب ّۤا‬
ّۤ ‫ن ّۤأض‬
ّۤ ‫م‬

)‫(رواهّۤأحمػ‬

“Siapa ingin dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, hendaklah ia mati di dalam keadaan
beriman kepada Allah dan hari akhirat, dan agar ia berbuat kepada manusia seperti yang ia sukai
diperbuat orang kepadanya.” (Riwayat Imam A¥mad).;Kehidupan di dunia ini tiada lain kecuali
kesenangan yang memperdayakan. Kesenangan yang dirasakan di dunia ini berupa makanan, minuman,
pangkat, kedudukan dan sebagainya, pada umumnya memperdayakan manusia. Disangkanya itulah
kebahagiaan, maka tenggelamlah ia dan asyik dengan kenikmatan dunia. Padahal kalau manusia kurang
pandai mempergunakannya, maka kesenangan itu akan menjadi bencana yang menyebabkan kerugian di
dunia dan di akhirat kelak mendapat azab yang pedih.

َّ َ ‫ََّ ه‬ ْ َ ْ َ ًْ َ ً َ ‫َ ه ْ َ ه َّ ْ َ ْ َ ه ْ َ َ ْ ه ه ْ َ َ َ ْ َ ه َّ َ َّ ْ َ ه ْ ه ْ ٰ َ ْ َ ْ ه ْ َ َ َّ ْ َ َ ْ ه‬
ّۤ ‫نّۤحص ِب هد ْواّۤ َوحخل ْياّۤـ ِا‬
ّۤ‫ن‬ ّۤ ِ‫ذّۤاش َهك ْياّۤاذىّۤك ِرحداّّۤۤوا‬
ّۤ ‫نّۤال ِذد‬
ّۤ ‫نّۤكت ِلك ّۤمّۤو ِم‬
ّۤ ‫بّۤ ِم‬
ّۤ ‫ذّۤاوحياّۤال ِكت‬
ّۤ ‫نّۤال ِذد‬
ّۤ ‫نّۤ ِم‬
ّۤ ‫نّۤ ِف ّۤيّۤاميا ِلك ّۤمّۤوانف ِسك ّۤمّۤولتسمػ‬
ّۤ ‫۞ّۤلتتلي‬
‫ْه‬ َ ْ َ ٰ
ّۤ ّۤ١٠‫نّۤغ ْؾ ِّۤمّۤالا هم ْي ِّۤرّۤڶ‬
ّۤ ‫كّۤ ِم‬
ّۤ ‫ذ ِل‬

186. (186) Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa Nabi Muhammad saw dan pengikutnya akan mendapat
ujian sebagaimana mereka telah diuji dengan kesulitan di Perang Uhud. Mereka akan diuji lagi mengenai
harta dan dirinya. “Sesungguhnya kamu akan diuji mengenai hartamu dan dirimu.” Kamu akan berkorban
dengan hartamu menghadapi musuhmu untuk menjunjung tinggi derajat umatmu. Kamu akan meningkatkan
perjuangan yang mengakibatkan hilangnya keluarga, teman-teman seperjuangan yang dicintai untuk
membela yang hak. Kamu akan difitnah oleh orang yang diberi kitab dan orang yang mempersekutukan

95
Allah. Kamu akan mendengar dari mereka hal-hal yang menyakitkan hati, mengganggu ketenteraman jiwa
seperti fitnah zina yang dilancarkan oleh mereka terhadap Siti Aisyah. Ia tertinggal dari rombongan Nabi
saw ketika kembali dari satu peperangan, di suatu tempat karena mencari kalungnya yang hilang, kemudian
datang ¢afw±n bin Mu‘ a¯¯al menjemputnya. Orang-orang munafik menuduh Aisyah berzina dengan
¢afw±n. Satu fitnah yang sangat memalukan, dan menggemparkan masyarakat Medinah pada waktu itu,
peristiwa itu dikenal dengan had³£ul ifki (kabar bohong).

Demikian hebat fitnah yang dilancarkan dan demikian banyak gangguan yang menyakitkan hati yang
ditujukan kepadamu. Tetapi jika kamu bersabar menghadapinya dan menerimanya dengan penuh takwa,
maka semuanya itu tidak akan mempunyai arti dan pengaruh sama sekali, dan sesungguhnya sabar dan
takwa itu adalah urusan yang harus diutamakan.

ْ َ ً َ ً َ َ َ ْ ‫ه‬ ‫َ َ ْ ه َ َ َ ه‬ َّ َّ‫ْ ٰ َ َ ه ه‬ ‫َ ْ َ َ َ ٰ ه ْ َ َ َّ ْ َ ه ه‬
ّۤ‫س ّۤ َما‬
ّۤ َ ‫اس ّۤ َولا ّۤحكخ هم ْينهّۤ ّۤـج َتؼ ْو هّۤه ّۤ َو َرا َّۤۤء ّۤظ هى ْي ِر ِو ّْۤم ّۤ َواشتد ْوا ّۤ ِةهّۤ ّۤذ َمنا ّۤك ِل ْيلا ّۤ ّۤـ ِبئ‬
ّۤ ِ ‫ب ّۤلت َت ِيننهّۤ ّۤ ِللن‬
ّۤ ‫ذ ّۤا ْوحيا ّۤال ِكت‬
ّۤ ‫اق ّۤال ِذد‬
ّۤ ‫اّلل ّۤ ِمحر‬
ّۤ ّۤ ‫ؼ‬
ّۤ ‫واِ ّۤذ ّۤاخ‬
َ ‫َْ َه‬
ّۤ ‫يشتد ْو‬
ّۤ ّۤ١٠‫نّۤڷ‬

187. (187) Allah telah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab, yaitu orang-orang Yahudi
dan Nasrani dengan perantaraan nabinya masing-masing, bahwa mereka akan menerangkan isi Kitab
kepada manusia dengan menjelaskan arti yang terkandung di dalamnya latar belakang diturunkannya dan
tidak ada yang disembunyikan. Tetapi apa yang terjadi?

Mereka tidak ada perhatian sama sekali tentang janji-janji tersebut, malah mereka melemparkan janji itu ke
belakang, menyembunyikan keterangan tentang Nabi Muhammad saw yang jelas tercantum di dalam Kitab
mereka, yakni Ulangan xviii.18: “Seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara
mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya, dan ia akan mengatakan kepada
mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya.” Sifat-sifat dalam perjanjian lama ini hanya terdapat pada
Nabi Muhammad. Bd. Yohanes xv. 26 dan xvi. 7 (lihat juga a¡-¢aff/61:6). Mereka menukar rida Allah yang
abadi dengan harga dan nilai yang sedikit yaitu kedudukan yang tidak kekal dan merusak. Alangkah keliru
dan buruknya penukaran yang mereka lakukan itu.
َ ََ َ َ َ ْ َ َ َ َ ْ ‫َ َ ْ َ ََّ َّ ْ َ َ ْ َ ه ْ َ َ َ َ ْ َّ ه ْ َ َ ْ ْ َ ه ْ َ َ ْ َ ْ َ ه ْ َ َ َ ْ َ ََّ ه‬
ّۤ ٌ ‫ابّۤ َول هى ّْۤمّۤعؼ‬
ّۤ ّۤ١٠‫ابّۤا ِل ْي ٌّۤمّۤڸ‬ ّۤ ِ ‫نّۤالػؼ‬ّۤ ‫نّۤيحمػواّۤ ِةماّۤل ّۤمّۤيفػلياّۤـلاّۤتحسبنى ّۤمّۤ ِةمفازةّّۤۤ ِم‬
ّۤ ‫نّۤا‬
ّۤ ‫يحتي‬
ِ ‫نّۤ ِةماّۤاحياّۤو‬
ّۤ ‫ذّۤيفؽضي‬
ّۤ ‫نّۤال ِذد‬
ّۤ ‫لاّۤتحسب‬

188. (188) Sifat orang-orang Yahudi dan Nasrani yang oleh orang mukmin wajib dihindari, yaitu mereka
selalu bergembira atas penyelewengan dan pengkhianatan yang dilakukannya. Mereka merasa bangga
karena menganggap dirinya adalah tokoh-tokoh masyarakat dan pemimpin-pemimpin yang ditaati. Mereka
senang dipuji-puji bahwa mereka mengetahui secara mendalam semua isi Kitab, dan ahli dalam
menafsirkannya, padahal mereka itu bukanlah ahlinya. Mereka berbuat demikian untuk mengalihkan
perhatian orang-orang banyak dari kebenaran kepada apa yang dikehendaki pembesar-pembesar mereka
dan orang awam walaupun salah.

Janganlah kaum Muslimin menyangka bahwa Ahli Kitab yang perbuatannya jelek dan mengelabui itu akan
terlepas dari siksaan, bahkan mereka merasakan azab yang pedih. Kaum mukminin tidak perlu merasa
sedih dan cemas atas penyelewengan mereka, tetapi hendaklah tetap menjelaskan yang hak dan jangan
sekali-kali menyembunyikannya sedikit pun. Allah akan memenuhi apa yang menjadi keinginan kaum
Muslimin dan melenyapkan hal-hal yang mungkar yang telah dilarang itu.

96
َ َ ‫َ ٰه َ ٰ ه‬ َْ ‫َ ٰ ْ ه‬
ٌّۤ ‫لّۤش ْيءّّۤۤك ِػ ْي‬
ّۤ ّۤ١٠‫ؽّّۤࣖۤڹ‬ ّۤ ِ ‫اّللّۤعلىّۤع‬
ّۤ ‫ضّۤو‬ ّۤ ِ ‫الس ٰم ٰي‬
ّۤ ِ ‫تّۤ َوالا ْر‬ ّۤ ‫ّللّۤ همل‬
َّ ّۤ‫ك‬ ِّۤ ‫ِو‬

189. (189) Kerajaan langit dan bumi dikuasai Allah, diberikan kepada orang yang dikehendaki-Nya. Allah
Mahakuasa atas segala sesuatu, tidaklah sulit bagi-Nya memberikan pertolongan dan memenangkan kaum
Muslimin atas Ahli Kitab dan para musyrikin yang menyakiti mereka dengan perbuatan-perbuatan dan
ucapan-ucapan.
َْ ْ ‫ه‬ ٰ َ َ َّ َ ْ َّ َ ْ َْ ْ َ َّ
ّۤ ِ ‫ارّۤلا ٰيجّّۤۤ ِلا ِولىّۤالال َب‬
ّۤ ّۤ١٠‫ابّۤں‬ ِّۤ ‫لّۤوالنى‬ ّۤ ِ ‫ضّۤ َواع ِخل‬
ّۤ ِ ‫افّۤالي‬ ّۤ ِ ‫الس ٰم ٰي‬
ّۤ ِ ‫تّۤ َوالا ْر‬ َّ ّۤ‫ق‬
ّۤ ِ ‫نّۤ ِف ّْۤيّۤخل‬
ّۤ ‫ِا‬

190. (190) Diriwayatkan dari Aisyah r.a. bahwa Rasulullah saw berkata: “Wahai Aisyah, saya pada malam
ini beribadah kepada Allah.” Jawab Aisyah r.a. “Sesungguhnya saya senang jika Rasulullah berada di
sampingku. Saya senang melayani kemauan dan kehendaknya.” Tetapi baiklah! Saya tidak keberatan. Maka
bangunlah Rasulullah saw dari tempat tidurnya lalu mengambil air wudu, tidak jauh dari tempatnya lalu
salat.

Pada waktu salat beliau menangis sampai air matanya membasahi kainnya, karena merenungkan ayat Al-
Qur’ an yang dibacanya. Setelah salat beliau duduk memuji Allah dan kembali menangis tersedu-sedu.
Kemudian beliau mengangkat kedua belah tangannya berdoa dan menangis lagi dan air matanya
membasahi tanah. Setelah Bilal datang untuk azan subuh dan melihat Nabi saw menangis ia bertanya,
“Wahai Rasulullah! Mengapakah Rasulullah menangis, padahal Allah telah mengampuni dosa Rasulullah
baik yang terdahulu maupun yang akan datang?” Nabi menjawab, “Apakah saya ini bukan seorang hamba
yang pantas dan layak bersyukur kepada Allah? Dan bagaimana saya tidak menangis? Pada malam ini
Allah telah menurunkan ayat kepadaku. Selanjutnya beliau berkata, “Alangkah rugi dan celakanya orang-
orang yang membaca ini dan tidak memikirkan dan merenungkan kandungan artinya.”

Memikirkan pergantian siang dan malam, mengikuti terbit dan terbenamnya matahari, siang lebih lama
dari malam dan sabaliknya. Semuanya itu menunjukkan atas kebesaran dan kekuasaan penciptanya bagi
orang-orang yang berakal. Memikirkan terciptanya langit dan bumi, pergantian siang dan malam secara
teratur dengan menghasilkan waktu-waktu tertentu bagi kehidupan manusia merupakan satu tantangan
tersendiri bagi kaum intelektual beriman. Mereka diharapkan dapat menjelaskan secara akademik
fenomena alam itu, sehingga dapat diperoleh kesimpulan bahwa Tuhan tidaklah menciptakan semua
fenomena itu dengan sia-sia.

َ َ َ َ ٰ ْ ‫ََّ َ َ َ َ ْ َ ٰ َ َ ً ه‬ ْ ‫ت ّۤ َو ْال َا‬ ٰ ‫الس ٰم‬


َّ ّۤ ‫ق‬ ْ َ َ ْ ‫َّ ْ َ َ ْ ه ه ْ َ ٰ َ َ ً َّ ه ه ْ ً َّ َ ٰ ه ه ْ ْ َ َ َ َ َّ ه‬
ّۤ‫ك ّۤـ ِلنا‬
ّۤ ‫اظلاّۤ ّۤستطن‬ ‫ة‬ ّۤ ‫ا‬‫ؼ‬‫و‬ّۤ ّۤ
‫ج‬ ‫ل‬ ‫ل‬‫خ‬ ّۤ ‫ا‬ ‫م‬ّۤ ‫ا‬‫ن‬ ‫ؿ‬ ‫ر‬ّۤ ّۤ
‫ض‬ ‫ر‬ ّۤ ‫ي‬ ّۤ ‫ل‬ ‫خ‬ ّۤ ّۤ
‫ي‬ ْ ‫ف‬
ِ ِ ِ ِ ِ ‫اّلل ّۤ ِكياما ّۤوكػيدا ّۤوعلى ّۤسني ِب ِه ّۤم ّۤويخفكؽو‬
ّۤ ّۤ
‫ن‬ ّۤ ّۤ ‫ن‬
ّۤ ‫ذ ّۤيؼكؽو‬
ّۤ ‫ال ِذد‬

َّ َ َ َ
ّۤ ّۤ١٠‫ارّۤڻ‬
ِّۤ ‫ابّۤالج‬
ّۤ ‫عؼ‬

191. (191) Salah satu ciri khas bagi orang berakal yang merupakan sifat khusus manusia dan kelengkapan
ini dinilai sebagai makhluk yang memiliki keunggulan dibanding makhluk lain, yaitu apabila ia
memperhatikan sesuatu, selalu memperoleh manfaat dan faedah, ia selalu menggambarkan kebesaran
Allah, mengingat dan mengenang kebijaksanaan, keutamaan dan banyaknya nikmat Allah kepadanya. Ia
selalu mengingat Allah di setiap waktu dan keadaan, baik pada waktu ia berdiri, duduk atau berbaring.
Tidak ada satu waktu dan keadaan dibiarkan berlalu begitu saja, kecuali diisi dan digunakannya untuk
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi. Memikirkan keajaiban-keajaiban yang terdapat di
dalamnya, yang menggambarkan kesempurnaan alam dan kekuasaan Allah.

97
Dengan berulang-ulang direnungkan hal-hal tersebut secara mendalam, sesuai dengan sabda Nabi saw,
“Pikirkan dan renungkanlah segala sesuatu yang mengenai makhluk Allah, dan jangan sekali-kali kamu
memikirkan dan merenungkan tentang zat dan hakikat penciptanya, karena bagaimanapun juga kamu tidak
akan sampai dan tidak akan dapat mencapai hakikat Zat-Nya.

Akhirnya setiap orang yang berakal akan mengambil kesimpulan dan berkata, “Ya Tuhan kami, tidaklah
Engkau menciptakan ini semua, yaitu langit dan bumi serta segala isinya dengan sia-sia, tidak mempunyai
hikmah yang mendalam dan tujuan tertentu yang akan membahagiakan kami di dunia dan di akhirat.
Mahasuci Engkau Ya Allah dari segala sangkaan yang bukan-bukan yang ditujukan kepada Engkau, maka
peliharalah kami dari siksa api neraka yang telah disediakan bagi orang-orang yang tidak beriman.

Penciptaan langit dan bumi serta pergantian malam dan siang, sungguh merupakan fenomena yang sangat
kompleks, yang terus menerus menjadi obyek penelitian umat manusia, sejak awal lahirnya peradaban
manusia.

Dalam beberapa surah, antara lain Surah al-A‘ rāf/7 ayat 54, disebutkan bahwa penciptaan langit dan
bumi berlangsung dalam waktu enam masa (lihat pula Telaah Ilmiah Surah al-A‘ rāf/7:54).

Begitu kompleksnya penciptaan langit dan bumi yang berlangsung dalam enam masa telah dijelaskan oleh
Dr.Achmad Marconi (lihat: Bagaimana Alam Semesta Diciptakan, Pendekatan al-Qur’ an dan Sains
Modern, Pustaka Jaya, 2003) sebagai berikut: Kata ayyam adalah bentuk jamak dari yaum. Kata yaum
dalam arti sehari-hari dipakai untuk menunjukkan keadaan terangnya siang, ditafsirkan sebagai ‘ masa’ .
Sedang bentuk jamaknya: ayyam, dapat berarti ‘ beberapa hari’ dan bahkan dapat berarti ‘ waktu yang
lama’ . Dilihat dari penggunaan kata ayyam pada ayat di atas menunjukkan sifat relatif waktu dengan
memperbandingkan waktu manusia dengan waktu yang berlaku bagi gerak energi-materi alam semesta.
Oleh Abdullah Yusuf Ali, (The Holy Qur’ an, Text, Translation and Commentary,1934), kata yaum (bentuk
tunggal dari ayyam) disetarakan dengan kata dalam bahasa Inggris age atau aeon. Oleh Abdus Su‘ ud, ahli
tafsir abad ke-16, kata yaum disetarakan dengan pengertian “peristiwa” atau naubat. Lebih tepat bila kata
yaum diterjemahkan sebagai “tahap” atau periode atau masa. Dengan demikian kalimat f³ sittati ayyam
dalam ayat-54 Surah al-A‘ rāf/7 di atas, tepat untuk diterjemahkan sebagai ‘ dalam enam masa’ .

Marconi (2003) menjelaskan keenam masa tersebut adalah: Masa Pertama, Sejak ‘ Dentuman Besar’ (Big
Bang) dari Singularity, sampai terpisahnya Gaya Gravitasi dari Gaya Tunggal (Superforce), ruang-waktu
mulai memisah. Namun Kontinuum Ruang-Waktu yang lahir masih berujud samar-samar, di mana energi-
materi dan ruang-waktu tidak jelas bedanya. Masa Kedua, massa terbentuknya inflasi Jagad Raya, namun
Jagad Raya ini masih belum jelas bentuknya, dan disebut sebagai Cosmic Soup (Sup Kosmos). Gaya Nuklir-
Kuat memisahkan diri dari Gaya Elektro-Lemah, serta mulai terbentuknya materi-materi fundamental:
quarks, antiquarks, dsb. Jagad Raya mulai mengembang. Masa Ketiga, masa terbentuknya inti-inti atom di
Jagad Raya ini. Gaya Nuklir-Lemah mulai terpisah dari Gaya Elektromagnetik. Inti-inti atom seperti
proton, netron, dan meson tersusun dari quark-quark ini. Masa ini dikenal sebagai masa pembentukan inti-
inti atom (Nucleosyntheses). Ruang, waktu serta materi dan energi, mulai terlihat terpisah. Masa Keempat,
elektron-elektron mulai terbentuk, namun masih dalam keadaan bebas, belum terikat oleh inti-atom untuk
membentuk atom yang stabil. Masa Kelima, terbentuknya atom-atom yang stabil, memisahnya materi dan
radiasi, dan Jagad Raya, terus mengembang dan mulai nampak transparan. Masa Keenam, Jagad raya
terus mengembang, atom-atom mulai membentuk aggregat menjadi molekul-molekul, makro-molekul,
kemudian membentuk proto-galaksi, galaksi-galaksi, bintang-bintang, tata surya-tata surya, dan planet-
planet.

Demikian pula silih bergantinya malam dan siang, merupakan fenomena yang sangat kompleks. Fenomena
ini melibatkan ‘ rotasi bumi’ (yaitu bumi berputar pada sumbunya), seraya ‘ mengelilingi matahari
dengan sumbu bumi miring’ . Dalam fenomena fisika bumi berkitar (precession) mengelilingi matahari.
Jadi silih bergantinya malam dan siang terjadi karena adanya gerakan rotasi bumi yang berkitar

98
mengelilingi sebuah bintang, yaitu matahari. Karena gerakannya miring, gerakan perkitaran bumi
mengelilingi matahari juga memberikan dampak musim yang berbeda-beda, tergantung dari posisi tempat
di bumi terhadap matahari. Selain itu rotasi bumi dalam berkitar mengelilingi matahari, distabilkan oleh
bulan yang berputar mengelilingi bumi, dalam istilah astronomi, bulan memberikan rotational dynamic
stability pada rotasi bumi yang berkitar mengelilingi matahari. Planet-planet lain yang juga mengelilingi
matahari, memberikan pula rotational dinamic stability kepada perkitaran bumi terhadap matahari,
Subhanallah! Terbukti bahwa eksistensi bulan sangat diperlukan agar precession (perkitaran) bumi pada
sumbunya stabil. Bulan memberikan kestabilan dalam dimensi waktu 10-100 tahun, sedang Venus dan Mars
memberikan kestabilan dalam dimensi waktu 100-500 tahun. Sedang planet Jupiter dan Saturnus, juga ikut
memberikan rotational dynamic stability terhadap bumi kita ini, selain juga bertindak sebagai shield
(perisai) bagi bumi terhadap hamburan meteor yang akan membentur bumi (komunikasi personal dengan
Prof. Dr. Ir. Said D. Jenie, pakar Mekanika Benda Langit ITB)(lihat juga Telaah Ilmiah Surah al-An‘ ām,
ayat 96).

Jelaslah, begitu kompleksnya fenomena ciptaan Allah swt. tentang ‘ Penciptaan Langit dan Bumi, serta
silih bergantinya malam dan siang’ ini. Hanya para ilmuwan dan filosof yang sangat ulung dan tekun serta
tawa«u’ , yang akan mampu menyingkap rahasia alam ini. Merekalah yang disebut sebagai Ulil Albāb
pada ayat di atas. Penciptaan Langit dan Bumi sangat kompleks, dan baru ‘ sedikit’ yang diketahui
manusia tentang itu. Silih bergantinya malam pun juga sangat kompleks. Dalam era modern ini, ilmu
pengetahuan telah mampu menyingkap bahwa bulan, planet Venus, Mars, Jupiter, dan Saturnus, semuanya
memberikan pengaruh berupa rotational dynamic stability pada rotasi bumi dalam berkitar mengelilingi
matahari itu. Mereka inilah (para ulil albāb) yang sampai kepada kesimpulan: “Ya Tuhan kami, tiadalah
Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”.

َ َْ ْ َ ْ ٰ َ ْ َ ْ َ َ َ َّ ْ ‫ََّ َ َّ َ َ ْ ه‬
ّۤ ّۤ١٠‫نّۤانصارّّۤۤڼ‬ ّۤ ‫ػّۤاع َؾ ْيخهّّّۤۤۤ َو َماّۤ ِللظ ِل ِمح‬
ّۤ ‫نّۤ ِم‬ ّۤ ‫ارّۤـل‬
ّۤ ‫لّۤالج‬
ّۤ ِ ‫نّۤحػ ِخ‬
ّۤ ‫كّۤم‬
ّۤ ‫رؿناّۤ ِان‬

192. (192) Ya Allah, Ya Tuhan kami, kami mohon dengan penuh khusyuk dan rendah hati, agar kami ini
benar-benar dijauhkan dari api neraka, api yang akan membakar hangus orang-orang yang angkuh dan
sombong di dunia ini, yang tidak mau menerima yang hak dan benar yang datang dari Engkau Pencipta
seluruh alam. Kami tahu bahwa orang-orang yang Engkau masukkan ke dalam neraka, adalah orang-orang
yang sungguh-sungguh telah Engkau hinakan karena kezaliman dan kekafiran yang telah mereka lakukan di
dunia ini. Mereka terus-menerus merasakan siksa neraka itu, karena tidaklah ada bagi orang-orang yang
zalim dan kafir itu seorang penolong pun, yang dapat mengeluarkan mereka dari kepedihan siksa yang
dialaminya.
َْ َ َّ َ َ ٰ َّ َ ْ َ َ َ َ ْ ‫ََّ َ َّ َ َ ْ َ ه َ ً َ ْ ْ ْ َ َ ْ ٰ ه ْ َ ه ْ َ ٰ َ َّ ََّ َ َ ْ ْ َ َ ه ه‬
ِّۤ ‫ؽّۤغناّۤ َس ِيا ِـناّۤ َوح َيـناّۤ َم َّۤعّۤالا ْة َؽ‬
ّۤ ّۤ١٠‫ارّۤڽ‬ ّۤ ‫نّۤا ِمجياّۤ ِةؽ ِةك ّۤمّۤـامجاّۤرؿناّۤـاؽ ِف‬
ّۤ ‫ؽّۤلجاّۤذنيؿناّۤوك ِف‬ ّۤ ‫انّۤا‬ ّۤ ‫رؿناّۤ ِانناّۤس ِمػناّۤمج ِادياّۤين ِاد‬
ّۤ ِ ‫يّۤ ِل ِلايم‬

193. (193) Setelah mengucapkan doa yang didasarkan kepada tafakur dan renungan tentang alam dan
segala keajaibannya seperti tersebut di atas, maka disusul lagi dengan doa yang menggambarkan perhatian
pada panggilan yang didengarnya. Ya Allah kami telah mendengar seruan Rasul-Mu, yang menyeru agar
kami beriman kepada-Mu dan membenarkan firman-Mu, maka segera kami beriman, melakukan segala
perintah-Mu, menjauhi segala larangan-Mu, sesuai dengan anjuran yang dibawa oleh Rasul-Mu.

Oleh karena itu ampunilah dosa-dosa yang telah kami lakukan dan hapuskanlah dari kami dosa-dosa kecil
yang pernah kami perbuat, serta matikanlah kami di dalam keadaan ¥usnul-kh±timah, bersama-sama
dengan orang-orang baik yang banyak berbuat kebajikan.

99
َ َ ْ ‫ََّ َ َ ٰ َ َ َ َ َّْ َ َ ٰ ه ه َ َ َ ه ْ َ َ ْ َ ْ ٰ َ َّ َ َ ه ْ ه‬
ّۤ ‫ؿّۤال ِم ْيػ‬
ّۤ ّۤ١٠‫ادّۤھ‬ ّۤ ‫كّۤلاّۤتخ ِل‬
ّۤ ‫كّۤولاّۤتخ ِؾناّۤيي ّۤمّۤال ِليم ِّۤثّّۤۤ ِان‬
ّۤ ‫ناّۤعلىّۤرس ِل‬
ّۤ ‫رؿناّۤوا ِـناّۤماّۤوعػـ‬

194. (194) Ya Tuhan kami! Kami telah melaksanakan segala perintah-Mu. Kami selalu mengingat-Mu
setiap waktu dan setiap keadaan. Kami telah memenuhi seruan Rasul-Mu. Oleh karena itu, ya Tuhan kami,
berikanlah kepada kami apa-apa yang telah Engkau janjikan dengan perantaraan rasul-rasul. Engkau telah
menjanjikan kekuasaan di dunia ini dengan firman Engkau:
َْ َّ َ ْ َ َ َ ٰ ٰ ‫َ ه‬ ‫ْ ه‬ ‫َ َ َ ٰ ه َّ ْ َ ٰ ه‬
ّۤ‫جّۤلح ْسخغ ِلفن هى ّْۤمّۤ ِفىّۤالا ْر ِض‬ ّۤ ّۤ‫ذّۤا َمج ْياّۤ ِمنك ّْۤمّۤ َوغ ِمليا‬
ّۤ ِ ‫الص ِلط‬ ّۤ ‫اّللّۤال ِذد‬
ّۤ ّۤ‫ػ‬
ّۤ ‫وع‬

Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan yang mengerjakan
kebajikan, bahwa Dia sungguh, akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, ….(an-Nµr/24:55).;Engkau
telah menjanjikan kemenangan dan pertolongan bagi orang yang taat dan menjunjung tinggi agama
Engkau, dengan firman-Mu:
‫ٰ ْ ه ه‬ ‫ْ َْ ه‬
َّۤ ّۤ‫نّۤحنط ههوا‬
ّۤ‫اّللّۤ َينط ْهك ْم‬ ّۤ ‫ِا‬

…. Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu ….. (Muhammad/47:7).;Kemudian
dalam ayat yang lain Allah berfirman:

َْْ َْ ْ ْ ْ َ ٰ َ ٰ ْ ْ َْ ْ‫َ َ َ ٰه ْه‬


ّۤ‫نّۤتح ِخ َىاّۤالان ٰى هؽ‬
ّۤ ‫يّۤ ِم‬ ّۤ ِ ‫نّۤ َوال همؤ ِمج‬
ّۤ ‫جّۤسججّّۤۤتج ِؽ‬ ّۤ ‫اّللّۤالمؤ ِم ِنح‬
ّۤ ّۤ‫ػ‬
ّۤ ‫وع‬

Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai,… (at-Taubah/9:72).;Hal-hal tersebut di atas merupakan kebahagiaan
dunia dan akhirat yang sangat kami harapkan dan jangan sekali-kali Engkau hinakan kami pada hari
kiamat sesuai dengan firman Engkau:

َ ‫ٰ ه َّ َّ َ َّ ْ َ ٰ ه‬ ْ ‫َ ه‬
ّۤ‫ذّۤا َمج ْياّۤ َمػه‬ ّۤ ّۤ‫َي ْي َّۤمّۤلاّۤيخ ِؾى‬
ّۤ ‫اّللّۤالنب ّۤيّۤوال ِذد‬
ِ

… Pada hari ketika Allah tidak mengecewakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengannya…
(at-Ta¥r³m/66:8).;Semua ini kami mohon dengan segala kerendahan hati, untuk memantapkan pengamalan
kami atas segala perintah-Mu, karena dengan demikian kami akan memperoleh kebahagiaan dunia dan
akhirat, dan bukan sekali-kali tidak ragu atas segala janji-Mu, karena kami percaya dengan penuh
keyakinan bahwa Engkau tidak akan menyalahi janji sedikit pun.

‫هْ ه‬ َ َ َ ْ َّ َ ْ ْ ْ ‫ْ ه ْ ْ َ َ َ ْ هْ ٰ َ ْ ه ه‬ َ َ َ َ ‫َ ْ َ َ َ َه ْ َ ه ْ َ ْ َ ه ْه‬
ّۤ ْ ‫ذ ّۤواس هؽ ْوا ّۤ َواع ِؽس ْيا ّۤ ِم‬
ّۤ‫ن ّۤ ِد َي ِار ِو ّْۤم‬ ّۤ ‫ن ّۤ َةػضّۤ ّۤ ّۤـال ِذد‬
ٌۢ ‫ن ّۤذكؽّۤ ّۤا ّۤو ّۤانثى ّۤ ّۤةػضك ّۤم ّۤ ِم‬
ّۤ ‫ل ّۤع ِاملّۤ ّۤ ِمنك ّۤم ّۤ ِم‬
ّۤ ‫اب ّۤلى ّۤم ّۤربه ّۤم ّۤ ِان ّۤي ّۤلاّۤ ّۤا ِضي ّۤع ّۤغم‬
ّۤ ‫ـاسخش‬
َ ْ ‫ٰ َ ٰه‬ ْ ْ ً َ َ ‫َ ه ْ ه ْ ْ َ ْ ْ َ ٰ َ ه ْ َ ه ه ْ َ ه َ َ َّ َ ْ ه ْ َ ٰ ْ َ َ ه ْ ََّ ه ْ َ ٰ َ ْ ْ ْ َ ْ َ ْ َ ْ ٰ ه‬
ّّۤۤ‫اّلل ّۤ ِغنػه‬
ّۤ ‫اّلل ّۤ ّۤو‬
ِّۤ ّۤ ‫ػ‬
ِّۤ ‫ن ّۤ ِغن‬
ّۤ ‫ؽ ّۤذياةا ّۤ ِم‬
ّۤ ‫ن ّۤتح ِخىا ّۤالانى‬
ّۤ ‫ي ّۤ ِم‬
ّۤ ‫ن ّۤغنى ّۤم ّۤس ِيا ِت ِه ّۤم ّۤولاد ِخلنى ّۤم ّۤسججّۤ ّۤتج ِؽ‬
ّۤ ‫ي ّۤوكخليا ّۤوك ِخليا ّۤلاك ِفؽ‬
ّۤ ‫واوذوا ّۤ ِف ّۤي ّۤس ِبي ِل‬
َّ ‫ه ْ ه‬
ّۤ ِ ‫نّۤالر َي‬
ّۤ ّۤ١٠‫ابّۤڿ‬ ّۤ ‫ضس‬

195. (195) Ummi Salamah pernah berkata, “Ya Rasulullah! Saya tidak mendengar Allah menyebut-nyebut
perempuan sedikit pun yang berkenaan dengan hijrah.” Maka turunlah ayat ini. Atas ketekunan mereka
beramal baik, penuh dengan keikhlasan yang dibarengi doa yang sungguh-sungguh, maka Allah
memperkenankan permohonan mereka.

100
Dijelaskan bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan amal seseorang yang taat dan tidak akan membeda-
bedakan antara laki-laki dan perempuan dalam memberi pahala dan balasan, karena kedua jenis ini satu
sama lain turun menurunkan, perempuan berasal dari laki-laki dan begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu
barang siapa hijrah, baik laki-laki maupun perempuan, diusir dari kampung halamannya, disiksa karena ia
tekun di jalan Allah, memerangi musuh-musuh Allah yang akhirnya mati syahid, tewas di medan perang,
pasti Allah akan menghapuskan segala kesalahannya, mengampuni dosanya dan pasti pula akan masukkan
ke dalam surga, merupakan pahala dan balasan dari Dia, sebagai perwujudan doa dari permohonan yang
diperkenankan-Nya. Alangkah berbahagia mereka, memperoleh pahala dan balasan dari Allah, karena
memang pahala dan balasan yang sebaik-baiknya ialah yang datang dari Allah swt.
َ ْ َ َ َ ْ َّ ‫َ َ ه َّ َّ َ َ َ ه‬
ِّۤ ‫ذّۤكف هؽ ْواّۤ ِفىّۤال ِبل‬
ّۤ ّۤ١٠‫ادّۤۀ‬ ّۤ ‫بّۤال ِذد‬
ّۤ ‫كّۤحلل‬
ّۤ ‫لاّۤيؾؽن‬

196. (196) Meskipun ayat ini ditujukan kepada Nabi Muhammad saw namun dimaksudkan pula untuk
umatnya, sebagaimana kita lihat banyak ayat yang menurut bunyinya ditujukan kepada Nabi saw, tetapi
pada hakikatnya ditujukan pula kepada semua pengikutnya. Nabi Muhammad saw selama hidupnya tidak
pernah teperdaya oleh bujukan dan tipuan siapa pun, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Qatadah, ia
berkata, “Demi Allah mereka tidak pernah berhasil memperdayakan Nabi saw sampai beliau wafat.”

Dari ayat ini dapat dipahami bahwa kaum Muslimin tidak boleh teperdaya oleh kehidupan mewah orang-
orang kafir yang tujuan hidupnya hanyalah mencari kekayaan dunia semata.

Kaum Muslimin hendaklah tabah dan sabar menghadapi hal yang seperti ini dan tetap berjuang untuk
kebahagiaan di dunia dan di akhirat, sebagaimana firman Allah:
َ َ ٰ َّ َْ َ َْ َ َ َ َْ ‫ْ َ َ َ ْ ْ َ َ َ ْ َ َ ٰ ه‬ َ ْ َ َ ْ َ َ َ َ َ ٰ ْ َ َّ ‫َ ْ َ ْ َ ٰ ٰ َ ٰ ه‬
ّۤ‫اّلل ّۤلا‬
ّۤ ّۤ ‫ن‬ ّۤ ِ ‫اد ّۤ ِفى ّۤالا ْر‬
ّۤ ‫ضّۤ ِا‬ ّۤ ‫ك ّۤ َولا ّۤح ْت ِ ّۤؼ ّۤالف َس‬
ّۤ ‫اّلل ّۤ ِالح‬
ّۤ ّۤ ‫ن‬
ّۤ ‫ن ّۤكما ّۤاضس‬ ّۤ َ ‫ك ّۤ ِم‬
ّۤ ‫ن ّۤالدنيا ّۤواض ِس‬ ّۤ ‫س ّۤن ِصح َت‬
ّۤ ‫ار ّۤالا ِعؽ ّۤة ّۤولا ّۤحج‬
ّۤ ‫اّلل ّۤالد‬
ّۤ ّۤ ‫ىك‬
ّۤ ‫واةخ ِ ّۤؼ ّۤ ِـيما ّۤاح‬
ْ ْ ‫ه‬
ّۤ َ ‫يحبّۤ ال همف ِس ِػ ْي‬
‫نّّۤۤڭ‬ ِ

Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi
janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah
telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak
menyukai orang yang berbuat kerusakan. (al-Qa¡a¡/28:77).;

‫َ َ ٌ َ ْ ٌ هَّ َ ْ ٰ ه ْ َ َ َّ ه َ ْ َ ْ َ ه‬
ّۤ ّۤ١٠‫ادّۤہ‬
ّۤ ‫سّۤال ِمى‬
ّۤ ‫لّّۤۤذ ّۤمّۤمأوىه ّۤمّۤسىن ّۤمّۤو ِةخ‬ ّۤ ‫مت‬
ّۤ ‫اعّۤك ِلي‬

197. (197) Orang mukmin tidak perlu cemas, tidak perlu berkecil hati melihat kemewahan yang diperoleh
orang kafir, musuh Tuhan itu, karena yang demikian adalah kesenangan yang tidak banyak berarti
dibanding dengan pahala dan kesenangan yang disediakan untuk orang mukmin di akhirat nanti. Nabi
Muhammad bersabda:
ْ ‫ْ ٰ َ َّ ْ ه َ َ ْ َ ه َ َ ه ه ه ْ َ ه‬ َْ
‫ك ّْۤهمّۤاص هتػ ّۤهّۤ ِفىّۤال َي ِّۤمّۤ(رواهّۤمسلم‬
ّۤ ‫لّۤاحػ‬
ّۤ ‫لّۤماّۤيجػ‬ ّۤ ‫) َماّۤالدنياّۤ ِفىّۤالا ِعؽ ِّۤةّۤ ِا‬
ّۤ ‫لاّۤ ِمر‬

“Perbandingan hidup di dunia dengan hidup di akhirat hanyalah seperti jari tangan seseorang yang
dimasukkan di dalam laut.” (Riwayat Muslim).

101
Air yang menempel di jari, itulah dunia, dan air laut itulah akhirat. Hidup di dunia hanya sementara,
karena mereka bersenang-senang hanya selama hidup saja, kemudian setelah meninggal, mereka akan
ditempatkan di tempat yang seburuk-buruknya.
َ ْ َ ٰ َ ْ ٰ ْ ْ ً ‫ٰ َّ ْ َ َّ َ ْ ََّ ه ْ َ ه ْ َ ٰ ٌ َ ْ ْ ْ َ ْ َ ْ َ ْ ٰ ه ٰ ْ َ ْ َ ه ه‬
ِّۤ ‫اّللّۤخ ْح ٌّۤدّۤ ِللا ْة َؽ‬
ّۤ ّۤ١٠‫ارّۤۂ‬ ّۤ ‫اّللّّۤۤ َو َماّۤ ِغن‬
ِّۤ ّۤ‫ػ‬ ِّۤ ّۤ‫ػ‬
ِّۤ ‫نّۤ ِغن‬
ّۤ ‫ذّۤ ِـيىاّۤنؾلاّۤ ِم‬
ّۤ ‫ؽّۤخ ِل ِدد‬
ّۤ ‫نّۤتح ِخىاّۤالانى‬
ّۤ ‫يّۤ ِم‬
ّۤ ‫جّۤتج ِؽ‬
ّۤ ‫ذّۤاحلياّۤربه ّۤمّۤلى ّۤمّۤسج‬
ّۤ ‫نّۤال ِذد‬
ّۤ ِ ‫ل ِك‬

198. (198) Berbeda dengan kaum kafir yang akan ditempatkan di dalam neraka, maka di akhirat nanti
orang-orang yang bertakwa, yaitu orang-orang yang mengamalkan perintah-perintah Allah, meninggalkan
segala larangan-Nya, akan ditempatkan di dalam surga, kekal untuk selama-lamanya.

Alangkah bahagianya mereka, karena apa yang di sisi Allah itu adalah yang sebaik-baiknya bagi orang
yang berbakti. Jauh lebih baik daripada kesenangan dan kemewahan yang dirasakan orang-orang kafir di
dunia, karena sifatnya terbatas, yaitu selama hidup di dunia saja. Rasulullah memberi contoh nyata seperti
yang disampaikan Umar bin al-Kha¯¯±b r.a. berkata:
ْ
َ ‫َ ٌَ ْ هْ َ ْ ه‬ َ َْ َ ‫َْ ه َْ ه‬ َ َ َ َ ‫َّ ه‬ ْ ‫َّ َ َ ه‬ ََ َّ َ َ ‫ْ ه‬
ّۤ‫نّۤادمّّۤۤضشيوا‬ ّۤ ‫ّۤ َوتح‬.‫اّللّۤصلىّۤاّللهّۤعل ْح ِّۤهّۤ َو َسل َّۤمّۤـ ِاذاّۤو َّۤيّۤ ِف ّْۤيّۤ َمض َه َةثّّۤۤ َواِ ن ّۤهّۤلػلىّۤض ِص ْحدّّۤۤ َماّۤ َةحن ّۤهّۤ َّۤوّۤ َةحن ّۤهّّۤۤش ْي ٌّۤء‬
ّۤ ‫جّۤ َرأ ِس ِّۤهّۤ ِوساد ّۤةّۤ ِم‬ ّۤ ‫جّۤ َر هس ْي‬
ِّۤ ّۤ‫ل‬ ّۤ ‫ِسخ‬
َ ْ
َ ْ ‫َ َْ ْ َ َ َْ ه َ َ َ َ هْ ْ َ ه ْ ه َ َ ه‬ ْ َ ْ َ َ َ ‫ه َ ٌ ه َ َّ َ ٌ َ َ ْ ه‬ َ ْ ْ ٌ َ َ ْ َ ْ َ ٌْ
ّۤ ‫ّۤياّۤرسي‬:‫ج‬
‫ل‬ ّۤ ‫ّۤماّۤيت ِكيك؟ّۤكل‬:‫ال‬ ّۤ ‫جّۤـل‬ ْ
ّۤ ‫ؽّۤالح ِصح ِّۤدّۤ ِف ّۤيّۤسجتي ِّۤهّۤـتكح‬ ّۤ ‫جّۤاذ‬
ّۤ ‫ّۤـؽأي‬.‫بّۤمػلل ّۤث‬ ّۤ ‫ػّۤ َرأ ِس ِّۤهّۤاو‬ ّۤ ‫طّۤ َمص هت ْي ٌّۤرّۤ َو ِغن‬ ّۤ ‫ػّۤ ِرجل ْي ِّۤهّۤـ ْؽ‬ّۤ ‫ؿّۤو ِغن‬ ّۤ ‫ِلي‬

‫َْ َََ ْ ٰ َ ه‬ ‫ه‬ َ َ ْ ‫َ َ َ ََ َ َ َ ْ َ ه‬ ‫ََْ َ َ ه ْ ه‬ ‫َ ه‬ َ َ ْ َّ


ّۤ‫ن ّۤلى ّۤم ّۤالدنيا ّۤولجا ّۤالا ِعؽة؟ ّۤ(رواه ّۤالبغاري‬ ‫ه‬ ّۤ ‫ن ّۤحكي‬ ْ
ّۤ ‫ ّۤاما ّۤحؽضى ّۤا‬:‫ال‬ ّۤ ‫ ّۤـل‬، ِ‫ل ّۤاّلل‬ ّۤ ‫ج ّۤرسي‬ ّۤ ‫ ّۤوأن‬،‫ط َّۤه ّۤ ِـ ْيما ّۤو ّْۤم ّۤ ِـ ْح ِه‬
ّۤ ‫ن ّۤ ِكص َهى ّۤ َوك ْي‬ ّۤ ‫ ّۤ ِا‬، ِ‫اّلل‬

)‫ومسلم‬

“Saya berkunjung kepada Rasulullah saw, waktu itu beliau berada dalam sebuah ruangan, tidur di atas
tikar yang tidak beralas. Di bawah kepalanya bantal dari kulit kambing yang diisi dengan sabut. Pada
kedua kakinya daun penyamak terkumpul. Di alas kepalanya, kulit kambing tergantung. Saya melihat bekas
tikar pada dua lambungnya, maka saya menangis. Beliau berkata, “Apa yang menyebabkan engkau
menangis?” Saya menjawab, “Wahai Rasulullah, Kisra dan Kaisar selalu di dalam kesenangan,
kemewahan dan serba cukup dan Engkau adalah Rasulullah dan dalam keadaan begini?” Rasulullah
menjawab, “Apakah Engkau tidak senang, bahwa dunia ini bagi mereka dan akhirat bagi kita” (Riwayat
al-Bukh±r³ dan Muslim).
َ َ ٰۤ ‫ٰ َ ً َ ً ه‬ ٰ َ ْ‫َْ ٰ َ َْ َه‬ ٰ َ َ ْ‫َ ه‬ ‫ٰ َ هْ َ َ ه‬ ْ ْ ََ ٰ ْ ْ َ ْ َّ َ
ّۤ‫ك ّۤل هى ّْۤم‬
ّۤ ‫اّلل ّۤذ َمنا ّۤك ِل ْيلا ّۤ ّۤاول ِٕى‬ ّۤ ِ ‫ن ّۤ ِةا ٰي‬
ِّۤ ّۤ ‫ج‬ ّۤ ‫ّلل ّۤ ّۤلا ّۤيشتد ّۤو‬
ِّۤ ِّۤ ‫ن‬ ّۤ ‫ل ّۤ ِال ْحك ّْۤم ّۤ َوما ّۤان ِؾ‬
ّۤ ‫ل ّۤ ِال ْي ِى ّْۤم ّۤع ِش ِػح‬ ّۤ ‫اّلل ّۤ َوما ّۤان ِؾ‬ ّۤ ‫ن ّۤيؤ ِم ه‬
ِّۤ ‫ن ّۤ ِة‬ ّۤ ‫ب ّۤلم‬
ّۤ ِ ‫ل ّۤال ِكت‬
ّۤ ِ ‫ن ّۤاو‬
ّۤ ‫ن ّۤ ِم‬
ّۤ ِ‫وا‬
ْ ‫َ ْ ه‬
ّۤ ِ ‫الح َس‬ ‫نّۤ ٰ َّۤ َ ه‬ َّ َ ْ
ّۤ ّۤ١٠‫ابّۤۃ‬ ِ ّۤ‫اّللّۤس ِه ْي ّۤع‬ ّۤ ‫ػّۤ َر ِب ِه ّْۤمّّۤۤ ِا‬
ّۤ ‫اس هؽو ّْۤمّۤ ِغن‬

199. (199) J±bir bin Abdull±h, Anas, Ibnu Abbas, Qat±dah dan al-¦asan berkata bahwa ayat ini
diturunkan tentang an-Najasyi, raja bangsa Habasyi yang telah masuk Islam ketika meninggal. Malaikat
Jibril memberitahu Nabi saw, maka Nabi berkata kepada sahabatnya, “Marilah kita (salat gaib) untuk an-
Najasyi itu.” Sebagian sahabat dengan penuh keheranan bertanya, “Kenapa kami disuruh salat untuk
orang kafir di negeri Habsyi?” Maka turunlah ayat ini.

Tidaklah semua Ahli Kitab itu menyimpang dari ajaran Allah, berkhianat, mengingkari kebenaran yang
dibawa oleh Nabi Muhammad saw, tetapi ada sebagian dari mereka seperti an-Najasyi, Abdullah bin Salam
dan lain-lain, mempunyai sejarah gemilang dalam hidupnya. Mereka benar-benar beriman kepada Allah,
percaya kepada Al-Qur’ an yang diturunkan kepada Rasulullah saw, begitu pula kitab-kitab samawi yang

102
diturunkan kepada nabi-nabi, mereka taat dan rendah diri kepada Allah, tidak menukar ayat-ayat Allah
dengan harga yang sedikit, maksudnya tidak menyembunyikan apa yang mereka ketahui tentang kedatangan
Nabi Muhammad saw sebagai Rasul. Mereka adalah Ahli Kitab yang baik dan lurus, baik ia Yahudi
maupun ia Nasrani. Mereka akan memperoleh pahala di sisi Tuhan sebagaimana yang telah dijanjikan
dengan firman-Nya:

َ َ َ ْ َ َّ َّ ْ ‫ه ٰۤ ِٕ َ ه ْ َ ْ َ َ ْ َ ه‬
ّۤ‫نّۤ ِةماّۤصب هد ْو‬
ِّۤ ‫نّۤاسؽو ّۤمّۤمؽحح‬
ّۤ ‫كّۤيؤّۤحي‬
ّۤ ‫اولى‬

Mereka itu diberi pahala dua kali (karena beriman kepada Taurat dan Al-Qur'an) disebabkan kesabaran
mereka, …. (al-Qa¡a¡/28:54);Sesungguhnya Allah amat cepat perhitungan-Nya karena segala sesuatunya
diketahui-Nya dengan jelas, baik pahala yang akan diberikan-Nya maupun orang yang berhak
menerimanya.

َ ْ ‫ٰ َ َ َ َّ ه ْ ه ْ ه‬ ‫ْ ه ْ َ َ ه ْ َ َ ه ْ َ َّ ه‬ ‫ٰٓ َ َ َّ ْ َ ٰ َ ه‬
ّۤ ّۤ١٠‫نّّۤࣖۤۄ‬ ّۤ ّۤ‫ذّۤامجياّۤاص ِبدواّۤوص ِاةؽواّۤور ِاةعياّّۤۤواحليا‬
ّۤ ‫اّللّۤلػلك ّۤمّۤحف ِلطي‬ ّۤ ‫يايىاّۤال ِذد‬

200. (200) Setelah membicarakan berbagai macam hikmah dan hukum sejak awal surah ini, maka untuk
menjaga dan memantapkan pelaksanaan hal-hal tersebut, surah ini (²li ‘ Imr±n) ditutup dengan anjuran
agar orang beriman, sabar dan tabah melakukan segala macam perintah Allah, mengatasi semua gangguan
dan cobaan, menghindari segala larangan-Nya, terutama bersabar dan tabah menghadapi lawan-lawan
dan musuh agama. Jangan sampai musuh-musuh agama itu lebih sabar dan tabah dari kita sehingga
kemenangan berada di pihak mereka. Hendaklah orang mukmin selalu bersiap siaga dengan segala macam
cara dan upaya, berjihad, menghadapi kemungkinan-kemungkinan yang akan mengurangi kewibawaan dan
kemurnian serta keagungan agama Islam. Dan sebagai sari patinya orang mukmin dianjurkan agar benar-
benar bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benar takwa di mana saja mereka berada, karena dengan
bekal takwa itulah segala sesuatu dapat dilaksanakan dengan baik, diberkahi, dan diridai oleh Allah swt.

Demikianlah, barang siapa di antara orang-orang yang beriman melaksanakan 4 macam anjuran tersebut,
pasti akan mendapat kemenangan dan kebahagiaan, di dunia dan di akhirat.

103

Anda mungkin juga menyukai