َ ِّ َ ْ َ َ ُ ْ َ ْ ُ ُُ ْ ُ َ َْ َ ُُ َ َ ُ َ ّ َ ْ َ ْ
َّاتِ نَّسيئ َّ نَّشو َّرَّأنف ِسنَّاَّو ِم َّ اللَّ ِم َّ َّ َون ُع،لِلَّن ْح َمد َُّهَّ َون ْست ِع ْين َّهَّ َون ْستغ ِف ُر ُه
َِّ وذَّ ِب َِّ ِ ََّّ ِإنََّّالحم َّد
َُّ ََّّ َأ ْش َه َُّدَّ َأنََّّ ََّلَّإ َل ََّهَّإ َّل.يَّ َل َُّه
ُللاَّ َو ْح َد َّه َ َ ْ ْ ُ ْ َ َ َُ
ََّ لَّ َهاد ُ َ َ ُ
َّ َّنَّ َيه َِّد
ْ َ َ
َّْ َّ َم،َّأ ْع َم ِالنا
ِ ِ ِ َّ لَّف َّ نَّيض ِل َّ لَّم ِضلََّّل َّهَّوم َّ للاَّف
َ ُ ْ َ ُ َ َ ْ َُ َ
ُُ ُ ً
َّكَّل َّهَّ َوأش َه َّدَّأنََّّ ُم َحمدَّاَّ َع ْبد َُّهَّ َو َر ُس ْوله َّ َّلَّشي
َ َ ْ َ َ َ َ َ َ َ َ َ ْ ِّ َ َ ِّ َ ُ ّ َ
لَّ َي ْو ِ َّمَّ مَّ ِب ِإ ْح َسانََّّ ِإَّ ْ نَّت ِب َع ُه َّ لَّ ِآل َِّهَّ َوأ ْص َح ِاب َِّهَّوم َّ لَّن ِب ِّينَّاَّ َو َر ُس ْو ِلنَّاَّ ُم َحم َّدَّ َو َع
َّ مَّع
َّ لَّوسل َّ َّاللهمََّّص
ِّ
َّالد ْين
ً َ ُْ َ َ ا َ ْ َ َ َ َ َ َ َْ ْ ُْ ََ َ ّ ُْ َ ُ ُ َ
َّ قَّ ِمن َهَّاَّز ْو َج َهَّاَّ َو َبثََّّ ِمنهمَّاَّرج
َّالَّك ِث ريا َّ نَّنفسََّّو ِاحدةََّّوخل َّ مَّ ِم
َّ مَّال ِذيَّخلقك َّ واَّربك َّ اسَّاتقَّ َّ َيَّاَّأ ُّي َهَّاَّالن
ً ُ َ َ َ َّ َ َ ُ ََ ّ َّ ُ َ َ ا
َّ ْ انَّ َعل ْيك
َّمَّ َرِقيبا َّ الِلَّك
َّ ََّّامَّ ِإن ََّ ونَّ ِب َِّهَّ َواأل ْر َح
َّ الِلَّال ِذيَّتت َس َاءل َّ اءَّ َواتق
َّ َّوا َّ و ِنس
َ ُ َْ ُ َ ََ َُ ّ ُ ُ َ َ ّ َ ُّ َ َ
َّمَّ ُم ْس ِل ُمون َّ ْ لَّ َوأنت
َّ لَّت ُموتنََّّ ِإ ََّ َّوا
َّ الِلَّ َحقََّّتقا ِت َِّهَّو َّ واَّاتق َّ ينَّآ َمنَّ يَّاَّأيهَّاَّال ِذ
ُ َ ُُ ُْ َ ْ ََْ ُْ َ َ ْ َ ُْ َ ْ ْ ُ ً َ َّ َ ُ ُ َْا ُ ُ َ َ ّ َ ُّ َ َ
َّْ مَّ َو َم
ن َّ ْ وبك مَّذن
َّ مَّويغ ِف َّرَّلك َّ مَّأعمالك َّ حَّلك َّ َّيص ِل،َّلَّس ِديدَّا ََّ واَّقو َّ الِلَّوقول
َّ َّوا َّ واَّاتق َّ ينَّآ َمنَّ َّيَّاَّأيهَّاَّال ِذ
ُ َْ َ ًَْ َ َ ْ ََ َُ ُ ََ َّ
ً
ازَّفوزَّاَّع ِظيمَّاَّأمَّاَّبع َّد َّ الِلَّورسول َّهَّفق َّدَّف َّ ََُّّي ِطع
Kita hadir di masjid ini sebagai laki-laki, sebagai pemimpin, sebagai suami dan
sebagai ayah bagi anak-anak. Maka setiap Jumat, kita senantiasa diingatkan untuk
meningkatkan taqwa sebagai salah satu modal menjadi seorang pemimpin.
Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah
Allah berfirman :
َ ُ َ َ َ َ ْ َ َ َ ْ ُ َ ْ َ ُ ّ َ َ َ ََّّالن َساء ِّ َ َ َ ُ َ ُ َ ِّ
َََّّّم ْنََّّأ ْم َو ِال ِه ْم
ِ ََّّبماََّّفضلََّّالِلََّّبعضهمََّّع ىلََّّبعضََّّو ِبماَََّّّأنفقوا
ِ ِ الرجالََّّقوامونََّّعل
"Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah
melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita), dan
karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.
Ayat di atas, mengandung makna bahwa, laki-laki memiliki tanggung jawab untuk
berusaha memenuhi kebutuhan istri dan mewujudkan kemaslahatan keluarga.
Dalam wujud sakinah, mawadah dan rahmah, melalui proses yang terus menerus
penuh tantangan dan melelahkan.
Makna "qawwâm" itu sendiri adalah bersungguh-sungguh dan serius dalam
melaksanakan sesuatu. Sehingga Allah SWT menggunakan kata ini untuk
menunjukkan tugas suami dengan unsur kesulitan, berat dan melelahkan untuk
mewujudkan kemaslahatan dan kebahagiaan keluarga.
Sebagai seorang pemimpin tentu kita akan diminta pertanggungjawaban,
sebagaimana hadist Rasulullah :
"Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian bertanggung jawab atas
kepemimpinannya. Seorang Imam adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas
kepemimpinannya, laki-laki adalah pemimpin di dalam keluarganya dan
bertanggung jawab atas kepemimpinannya, wanita adalah pemimpin di rumah
suaminya dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya, seorang pembantu
adalah penjaga harta tuannya dan bertanggung jawab atas apa yang dijaganya.
Setiap kalian adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas
kepemimpinannya". Hadist Muttafaqun ‘alaihi
Teks Khutbah Jum’at
Korps Mubaligh Hidayatullah
Edisi 22 Shafar 1445 H / 08 September 2023 M
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.”
Tugas atau misi berat dari seorang suami, bukan mencari nafkah, membangun
rumah, membeli kendaraan mewah tapi tugas yang paling berat adalah
menyelamatkan anggota keluarga dari api neraka. Sebab harus bersabar dalam
menghadapi berbagai permasalahan keluarga. Bertarung dengan godaan syetan,
tarikan nafsu, tantangan zaman yang sarat dengan materilisme, kapitalisme,
liberalisme dan sekulerisme dalam aspek kehidupan manusia di akhir zaman ini.
Sering kali dan banyak para suami yang merasa cukup sebagai pemimpin
keluarga dengan hanya mencari nafkah. Padahal tidak cukup seorang suami
hanya bekerja dari pagi hingga pulang sore untuk mencari nafkah, meski itu juga
penting sebagai bagian dari kewajiban seorang suami.
Apalagi jika tidak memenuhi nafkah dan tidak menyelamatkan keluarga dari api
neraka. Istri dan anak bisa menggugat balik kepada suami atau ayahnya di
hadapan Allah kelak dari hari kiamat jika dimasukkan ke neraka. Karena merasa
Teks Khutbah Jum’at
Korps Mubaligh Hidayatullah
Edisi 22 Shafar 1445 H / 08 September 2023 M
tidak pernah diajari, dibimbing, diajak untuk beragama yang baik. Na ‘udzu billahi
min dzalik
Kreteria presiden atau pemimpin keluarga yang terbaik dalam hal ini, bukan yang
paling gagah perkasa, ganteng, cakep, romantis, terkenal, kaya dengan
memberikan nafkah yang banyak ataupun pintar. Tapi yang bertanggungjawab
untuk menyelamatkan anggota keluarga dari api neraka dan senantiasa berbuat
baik (makruf) kepada keluarganya.
Tidak membiarkan istri dan anak-anaknya dalam pergaulan yang tidak baik, baik
dalam kemaksiatan ataupun kemusyrikan. Namun mengkondiskan agar rumah
kita menjadi surga bagi istri dan anak-anak karena kebaikan-kebaikan yang ada
dalam rumah tangga kita.
“Dan bergaullah dengan mereka menurut cara yang patut. Jika kamu tidak
menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena boleh jadi kamu tidak menyukai
sesuatu, padahal Allah menjadikan kebaikan yang banyak padanya.” (QS. An-Nisa
[4]: ayat 19).
Oleh karena itu, tidak dibenarkan apa pun alasannya bagi seorang suami
melakukan segala bentuk kekerasan dan penindasan, baik fisik maupun psikis.
Istri kita bukan bidadari yang sempurna. Istri adalah manusia biasa yang memiliki
kekurangan sebagaimana kita sebagai suami juga memiliki kekurangan. Suami
juga bukan malaikat yang suci dari cacat atau kekurangan.
Dalam ayat di atas, jika istri memiliki kekurangan fisik atau karakter yang
kita/suami tidak senang, Allah menjanjikan bahwa di sana ada kebaikan yang
sangat banyak. Maka bersabar dan bersyukurlah karena sabar dan syukur akan
menjadi sayap yang akan menerbangkan keluarga ke pintu surga.
Sekali lagi, tidak mudah menjadi presiden, meski presiden rumah tangga bagi istri
dan anak-anak. Maka libatkan Allah dengan senantiasa menjaga ibadah dan
munajat untuk meminta pertolongan Allah dalam mewujudkan baiti jannati.
Disempurnakan dengan belajar dan berlatih menjadi pemimpin yang baik di
keluarga.
ْ ْ ِّ َ َّن ُ ََ ْ ُْْ َُ ْ ُ َ َ َ
َّاتَّ َوالذك َّرَّال َح ِك ْي ِم َّ ِ اآلي ََّ مَّ ِب َمَّاَّ ِف ْي َِّهَّ ِم
َّْ نَّ َو ِإياك
َّْ ِ َّ َونف َع,م َّ ِ آنَّال َع ِظ ْيَّ ِ فَّالقر َّْ لَّ َولك
َّ ِ َّم َّ ِ َّللا
َّ َّك َّ بار,َّ
ْ َ
ْ َ ْ َ َ ْ ْ ُ ْ .ُ ْ َ ُ ْ َ ُ َ ْ ُ ُ ُ َ َ ْ ْ َ ْ ِّ َ َ َ َُ
َّْ ِ َّم
ل ََّ َّاستغ ِف َُّر
ََّ للاَّال َع ِظ ْي لَّهذَّاَّو َّ ِ لَّقو َّ م َّأقو َّ مَّ ِتل َوت َّهَّ ِإن َّهَّه ََّوَّالس ِمي َّعَّالع ِلي َّ نَّو ِمنك َّ لَّ ِم َّ َّوتقب
ُ َ ْ ُ ُ ْ َ ْ ََُْ
َ
َّ ِإن َّهَّه ََّوَّالغف ْو َُّرَّالر ِح ْي َُّم،استغ ِف ُر ْو ُه مَّف َّ ولك