PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN
Disusun oleh :
Nesi Pinari
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………….2
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………3
LATAR BELAKANG………………………………………………………………..5
RUMUSAN MASALAH……………………………………………………………..5
TUJUAN………………………………………………………………………………6
2
KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………………….50
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………51
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah
PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Dan juga saya berterima kasih pada Dosen mata kuliah pengembangan
kepribadian yang telah memberikan tugas ini.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan, saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah saya buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
4
A. LATAR BELAKANG
sekitanya, yang terlihat dari kebiasaan berfikir, sikap dan minat, serta pandangan hidupnya
mengalami hal-hal yang pahit, gelisah, frustasi dan sebagainya.Ini menunjukan bahwa
Kepribadian sangat mmencerminkan perilaku seseorang. Kita bisa tahu apa yang
sedang diperbuat seseorang dalam situasi tertentu berdasarkan dpengalamn diri kita sendiri.
Hal ini karena dalam banyak segi, setiap orang adalah unik, khas. Oleh karena itu kita
membutuhkan sejenis kerangka acuan untuk memahami dan menjelaskan tingkah laku diri
sendiri dan orang lain. Kita harus memahami definisi kepribadian serta bagaiman kepribadian
itu terbentuk.Untuk itu kita membutuhkan teori-teori tingkah laku, teori kepribadian agar
gangguan-gangguan yang biasa muncul pada kepribadian setiap individu dapat dihindari.
mengenai diri kita sendiri secara otomatis akan bertambah. Hal ini karena hakikatnya
manusia adalah yang ada dan tumbuh berkembang dengan kepribadian yang menyertai setiap
B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian konsep dan teori kepribadian secara umum
5
2. Penjelasan Karakteristik kepribadian
3. Penjelasan Konsep optimisme dan keyakinan diri
4. Penjelasan Aspek spiritual
5. Penjelasan Teori sukses
6. Penjelasan Konsep diri
7. Penjelasan Tata nilai
8. Penjelasan Berfikir positif
9. Penjelasan Managemen waktu
10. Penjelasan Kecerdasan sosial
11. Penjelasan Kesiapan menghadapi tantangan
12. Penjelasan Kecerdasan emosi
13. Penjelasan Kecerdasan spiritual
C. TUJUAN
Memenuhi tugas mata kuliah pengembangan kepribadian
6
BAB I
1. Teori Humanistik
Teori pertama yang dibahas mengenai ini adalah teori humanistik. Teori ini
dikemukakan oleh Abraham Maslow yang berpendapat bahwa manusia memiliki
kebebasan untuk menentukan tindakan atau memilih sendiri nasib yang akan
dijalaninya.
2. Teori Behavioristik
Para ahli yang mengemukakan teori yang satu ini telah melakukan berbagai penelitian
dan menemukan bahwa segala tingkah laku manusia didapatkan dari proses belajar
yang berasal dari lingkungannya. Bukan yang didapat secara instan atau yang dibawa
secara lahir.
3. Teori Psikodinamika
7
Selanjutnya adalah menurut teori psikodinamika yang dikemukakan oleh Sigmun
Freud. Teorinya memiliki pendapat bahwa dalam diri setiap individu terdapat energi
psikis yang dinamis. Energi inilah yang kemudian menentukan kepribadian manusia
karena bersikap kekal atau tak bisa dihilangkan bahkan dihambat sekalipun.
Teori yang satu ini juga dikemukakan oleh beberapa ilmuan sekaligus yakni Dollard,
Miller, Rotter dan Bandura. Teori yang satu ini memiliki pendapat bahwa kepribadian
manusia adalah hasil dari interaksi dengan lingkungan secara terus menerus. Di mana,
setiap individu dan lingkungan saling memberikan pengaruh.
Individu dapat membentuk perilakunya secara langsung dan tidak langsung. Untuk
pembentukan pribadi secara langsung, ini dilakukan dengan mendapatkan
penghargaan dan hukuman dari lingkungan. Sedangkan yang tidak langsung adalah
dengan melakukan pengamatan terhadap lingkungan.
Untuk jenis psikologi ini, dibagi berdasarkan metode dalam penyusunan teori dan
berdasarkan komponen kepribadian yang digunakan. Untuk yang disusun berdasarkan
metode penyusunan teori, jenis psikologi ini terdiri dari yang disusun secara
spekulatif. Maksud ini adalah teori yang disusun oleh para ahli filsafat seperti Plato,
Kant dan lainnya.
Sedangkan jenis yang kedua berdasarkan metode penyusunan teori adalah dari hasil
penyelidikan empiris atau disebut juga dengan eksperimental. Teori ini disusun
berdasarkan teori yang ada pada abad terbaru ini. Sedangkan untuk jenis yang disusun
berdasarkan komponen kepribadian yang digunakan berbeda lagi.
8
Teori pertama adalah teori konstitusional yang mana contohnya adalah mazhab
Perancis, Italia, Kretschmer dan lainnya. Lalu, ada teori temperamen yang contohnya
adalah teori Meumann, Kant, Ewald dan lainnya. Lalu, ada teori ketidaksadaran yang
contohnya adalah teori Jung, Freud dan Adler. Ada teori faktor dan kebudayaan juga
dari jenis psikologi kepribadian ini.
1. Karakteristik Manusia
Ruang lingkup pertama dari ini adalah karakteristik manusia. Maksudnya adalah
psikologi ini mengungkapkan karakteristik manusia dengan cara melakukan
pencatatan mengenai karakter manusia serta mencari tahu tentang hubungan antara
karakter satu dengan yang lain.
2. Penentu Kepribadian
Ruang lingkup lain dari psikologi ini adalah untuk mencari tahu lebih lanjut
mengenai penentu kepribadian manusia. Di kajian ini, dilakukan dengan cara melihat
latar belakang keluarga, pendidikan, sosial, agama dan lainnya.
Kepribadian ini tentunya sangat bergantung pada kondisi lingkungan yang ada di
sekitar. Meski kadang faktor bawaan dari lahir tak dapat dihilangkan, namun
kemudian kepribadian tersebut akan dikembangkan sesuai dengan kondisi lingkungan
tempat tinggalnya.
9
Ruang lingkung lainnya dari psikologi kepribadian ini adalah tentang alasan perilaku
manusia. Perilaku manusia bisanya sangat unik dan berbeda meskipun memiliki
kesamaan dengan perilaku manusia satu dengan manusia lainnya.
Penyebabnya tentu saja banyak. Namun, dari itu bisa diungkap hal apa saja yang jadi
penyebab manusia dapat bertindak, berpikir dan merasakan sesuatu. Melalui ini juga
manusia dapat menjawab pertanyaan mengenai siapa dirinya, apa yang diinginkannya
dan apa yang harus dilakukannya.
Lebih jauh lagi, manusia juga bisa memiliki kemampuan untuk memberikan penilaian
terhadap manusia lain dengan cara berbicara, bertindak dan cara berpikir. Inilah yang
jadi alasan mengapa manusia memiliki perilaku yang berbeda.
Lalu, bagaimana dengan objek kajian pada psikologi ini? Untuk objeknya, terbagi ke
dalam beberapa bagian. Untuk lebih jelasnya, Anda bisa melihat bagian apa saja
dalam objek kajian psikologi kepribadian berikut ini:
Hal pertama yang menjadi objek kajian kepribadian adalah karakter dari seseorang.
Istilah ini digunakan untuk menggambarkan tingkah laku individu yang terkait
dengan nilai implisit dan eksplisit.
Selain itu, objek kajian ini juga bisa dilihat dari wataknya. Watak ini adalah istilah
yang merujuk atau menyebutkan karakter yang dimiliki individu dan tidak berubah
hingga saat ini maupun ke depannya.
10
3. Objek Kajian Trait
Selanjutnya adalah objek kajian melalui trait. Ini merupakan istilah yang
menyebutkan suatu respon yang cenderung sama dalam menghadapi stimulan yang
serupa dalam jangka waktu yang relatif lama.
Sedangkan itulah yang satu ini lebih merujuk pada penyebutan kepribadian yang
terkait dengan determinan fisiologis dan juga biologis. Hal ini seringkali disebut
dengan disposisi hereditas.
Objek kajian terakhir dalam psikologi kepribadian adalah kebiasaan. Istilah ini
merujuk pada respon yang sama pada stimulus yang sama yang mana respon itu
dilakukan secara berulang.
Tentu saja, ada banyak manfaat yang bisa didapatkan dengan mempelajari jenis
psikologi yang satu ini. Beberapa manfaat yang bisa Anda dapatkan dengan
mempelajarinya adalah pertama memudahkan dalam mengenali karakteristik
manusia. Selain itu, Anda juga bisa lebih mudah dalam melakukan adaptasi dengan
orang lain yang punya kepribadian berbeda.
Selain itu, Anda juga bisa lebih mudah dalam memahami dan berinteraksi dengan
orang yang ada di sekitar Anda meskipun kepribadian Anda berbeda dengan orang
tersebut. Tentu saja, hal ini juga bisa meningkatkan kepekaan sosial dan keluarga
Anda di antara lingkungan sehingga bisa saling membantu satu sama lain.
11
BAB II
(KARAKTERISTIK KEPRIBADIAN)
Menurut psikologi dan sosiologi, manusia memiliki beberapa unsur yang berkaitan
dengan terbentuknya karakter. Unsur inilah yang nantinya akan menunjukan
bagaimana karakter seseorang. Unsur-unsur karakter adalah:
1. Sikap
Sikap dari seseorang merupakan bagian dari karakter. Bahkan sikap dianggap sebagai
cerminan karakter orang tersebut. Sikap dari seseorang menunjukkan bagaimana
karakter orang tersebut di suatu lingkungan. Jadi, kalau orang tersebut memiliki
karakter yang baik, maka lingkungannya akan mengatakan orang tersebut memiliki
karakter yang baik. Begitupun sebaliknya.
2. Emosi
Emosi yaitu gejala dinamis dalam situasi yang dirasakan manusia yang disertai
dengan efek pada kesadaran, perilaku, dan ini juga merupakan proses fisiologis.
Emosi ini identik dengan perasaan yang kuat.
3. Kepercayaan
12
4. Kebiasaan dan Kemauan
5. Konsepsi Diri
Konsepsi diri adalah proses totalitas, baik sadar maupun tidak sadar tentang
bagaimana karakter dan diri seseorang terbentuk. Jadi, konsepsi diri adalah
bagaimana kita harus membangun diri, apa yang kita inginkan dan bagaimana kita
menempatkan diri dalam kehidupan.
Munculnya karakter pada diri seseorang, tidak didapatkan saat lahir. Karakter
dibentuk melalui proses pembelajaran yang cukup panjang. Karakter manusia
terbentuk melalui faktor lingkungan dan orang-orang yang ada di sekeliling
lingkungan tersebut.
Selanjutnya, Liputan6.com akan mengulas empat jenis tipe karakter atau kepribadian
manusia yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Selasa (15/1/2019).
1. Sanguinis
Orang dengan karakter sanguinis ini biasanya selalu optimis, riang, antusias dan
memiliki semangat hidup yang tinggi. Selalu menarik perhatian atau butuh orang-
orang yang memperhatikannya. Mereka juga gemar mengambil risiko, maka jangan
13
heran jika karakter sanguinis ini menjadi orang-orang yang suka sekali melakukan
petualangan karena tipe ini juga suka mencari kesenangan. Saking sukanya dengan
tantangan dan hal-hal baru, mereka jadi mudah bosan.
Kekuatan dari si sanguinis adalah suka bicara, antusias, ekspresif, emosional dan
demonstratif, ceria, penuh rasa ingin tahu, hidup di masa sekarang, dan lain
sebagainya. Sedangkan kelemahan dari si sanguinis adalah membesarkan suatu hal
atau kejadian, susah untuk diam, mudah ikut-ikutan atau dikendalikan oleh keadaan
ataupun orang lain, dan lain sebagainya.
2. Plegmatis
Orang tipe plegmatis lebih fokus pada apa yang terjadi dalam dirinya, sehingga ia
membiarkan apa yang ada di luar terjadi sebagaimana mestinya. Tidak heran orang-
orang dengan tipe ini menyukai kedamaian.
Kekuatan dari plegmatis adalah sabar, santai, tenang, dan pendengar yang baik, tidak
banyak bicara, namun cenderung bijaksana, simpatik dan baik hati namun cenderung
menyembunyikan emosi, dan lain sebagainya.
3. Koleris
Oang dengan tipe koleris sangat berorientasi pada target, analitis, dan logis. Tipe-tipe
seorang pemimpin. Karakter koleris ini juga tidak menyukai basa-basi, ia lebih suka
menghabiskan waktu dengan hal bermanfaat.
14
Kekuatannya adalah senang memimpin, membuat keputusan, dinamis dan aktif,
bebas, mandiri dan berkemauan keras untuk mencapai sasaran, berani menghadapi
tantangan dan masalah, dan lain sebagainya. Sedangkan kelemahannya adalah tidak
sabaran, cepat marah, dan senang memerintah, terlalu bergairah atau susah untuk
santai, menyukai kontroversi dan pertengkaran, dan lain sebagainya.
4. Melankolis
Tipe melankolis sering berkorban untuk orang lain, cenderung sensitif, penyayang,
senang berada di balik layar, namun juga seorang yang pemikir. Ia diibaratkan harus
menjadi penggerak, dan memberi kesempatan pada bagian tubuh lainnya, sehingga ia
akan sensitif dan memikirkan cara untuk menyelesaikan masalah. Ia seorang yang
cukup kreatif karena dapat berpikir dari berbagai sudut pandang. Memikirkan bagian
tubuh lain, membuatnya melihat dari berbagai sudut pandang.
15
BAB III
Optimisme adalah paham keyakinan atas segala sesuatu dari segi yang baik dan
menyenangkan dan sikap selalu mempunyai harapan baik di segala hal.[1]
Aspek-aspek Optimisme
Untuk mengetahui optimis tidaknya seseorang, dapat diketahui cara berpikir dia
terhadap penyebab terjadinya suatu peristiwa.[2] Seligman menamakan cara atau gaya
yang menjadi kebiasaan individu dalam menjelaskan kepada diri sendiri mengapa
suatu peristiwa terjadi sebagai gaya penjelasan (explanatory style). [2] Gaya penjelasan
yang dipakai merupakan indikator optimis atau pesimisnya seseorang. [2] Gaya
penjelasan tersebut lebih dari sekadar apa yang dikatakan seseorang ketika menemui
kegagalan melainkan juga merupakan kebiasaan berpikir yang dipelajari sejak masa
kanak-kanak dan masa remaja menurut Darmaji.[2] Dasar dari gaya penjelasan
tersebut terbentuk melalui cara pandang- terhadap diri dan lingkungannya apakah
dirinya merasa berharga dan layak atau tidak. [2] Menurut Seligman (1991), gaya
penjelasan seseorang terdiri dari tiga aspek yaitu:[2]
16
2. Pervasivitas, adalah gaya penjelasan yang berkaitan dengan dimensi ruang
lingkup, dibedakan menjadi spesifik dan universal, orang yang pesimis akan
mengungkap pola pikir dalam menghadapi peristiwa yang tidak
menyenangkan dengan cara universal.[2]
3. Personalisasi, yaitu gaya penjelasan yang berkaitan dengan sumber penyebab,
intenal dan eksternal.
17
BAB IV
(ASPEK SPIRITUAL)
Spiritualitas adalah hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha pencipta,
tergantung dengan kepercayaan yang dianut oleh individu.
Menurut Burkhardt (1993) spiritualitas meliputi aspek-aspek
1) Berhubungan dengan sesuatau yang tidak diketahui atau ketidakpastian dalam
kehidupan,
2) Menemukan arti dan tujuan hidup,
3) Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri
sendiri,
4) Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan dengan yang maha
tinggi.
18
Definisi spiritual setiap individu dipengaruhi oleh budaya, perkembangan,
pengalaman hidup, kepercayaan dan ide-ide tentang kehidupan. Spiritualitas juga
memberikan suatu perasaan yang berhubungan dengan intrapersonal (hubungan
antara diri sendiri), interpersonal (hubungan antara orang lain dengan lingkungan)
dan transpersonal (hubungan yang tidak dapat dilihat yaitu suatu hubungan dengan
ketuhanan yang merupakan kekuatan tertinggi). Adapun unsur-unsur spiritualitas
meliputi kesehatan spiritual, kebutuhan spiritual, dan kesadaran spiritual. Dimensi
spiritual merupakan suatu penggabungan yang menjadi satu kesatuan antara unsur
psikologikal, fisiologikal, atau fisik, sosiologikal dan spiritual
.
Kata spiritual sering digunakan dalam percakapan sehari-hari. Untuk memahami
pengertian spiritual dapat dilihat dari berbagai sumber. Menurut Oxford English
Dictionary, untuk memahami makna kata spiritual dapat diketahui dari arti kata-kata
berikut ini : persembahan, dimensi supranatural, berbeda dengan dimensi fisik,
perasaan atu pernyataan jiwa, kekudusan, sesuatu yang suci, pemikiran yang
intelektual dan berkualitas, adanya perkembanga pemikiran danperasaan, adanya
perasaan humor, ada perubahan hidup, dan berhubngan dengan organisasi
keagamaan. Sedangkan berdasarkan etimologinya, spiritual berarti sesuatu yang
mendasar, penting, dan mampu menggerakkan serta memimpin cara berpikir dan
bertingkah laku seseorang.
Berdasarkan konsep keperawatan, makna spiritual dapat dihubungkan dengan kata-
kata : makna, harapan, kerukunan, dan sistemkepercayaan (Dyson, Cobb,
Forman,1997). Dyson mengamati bahwa perawat menemukan aspek spiritual tersebut
dalam hubungan dengan seseorang dengan dirinya sendiri, orang lain dan dengan
Tuhan. Menurut Reed (1992) spiritual mencakup hubungan intra, inter, dan
transpersonal. Spiritual juga diartikan sebagai inti dari manusia yang memasuki dan
mempengaruhi kehidupannya dan dimanifestasikan dalam pemikiran dan perilaku
serta dalam hubungannya dengan diri sendiri, orang lain, alam ,dan Tuhan (Dossey &
Guazetta, 2000).
19
Para ahli keperawatan menyimpilkan bahwa spiritual merupakan sebuah konsep yang
dapat diterapkan pada seluruh manusia. Spiritual juga merupakan aspek yang
menyatu dan universal bagi semua manusia. Setiap orang memiliki dimensi spiritual.
Dimensi ini mengintegrasi, memotivasi, menggerakkan, dan mempengaruhi seluruh
aspek hidup manusia.
20
BAB V
(TEORI SUKSES)
Apa yang anda pikirkan saat pertama kali mendengar kata sukses, anda semua pasti
ingin sukses benar? Kenapa anda ingin sukses? Sebelum itu mari kita simak dulu, apa
itu sukses?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sukses adalah berhasil atau beruntung,
sedangkan kesuksesan adalah keberhasilan atau keberuntungan. Jadi dapat disimpulkan
bahwa arti sukses adalah tercapainya suatu cita-cita atau harapan yang selama ini kita
usahakan dengan kerja keras pantang menyerah, atau lebih simpelnya keberhasilan
seseorang dalam mewujudkan impiannya. Itulah sukses, hal yang menjadi tujuan akhir
dari hidup kita. Lalu bagaimana pendapat orang- orang sukses?
Berikut adalah definisi sukses menurut orang- orang yang terlebih dahulu menuai
sukses.
21
Arianna Huffington, pemimpin Huffington Post, mengatakan bahwa metrik
kesuksesan tak cukup hanya uang dan kekuasaan. Harus ada metrik ketiga, yaitu
kesejahteraan, kebijaksanaan, mimpi, dan berderma. Menurutnya faktor-faktor itulah
yang menjaga psikologi kehidupan kita dan merupakan kesuksesan yang sebenarnya.
Penulis Maya Angelou yang baru saja wafat di usia 86 beberapa hari lalu, pernah
mengatakan bahwa sukses adalah jika seseorang menyukai dirinya, menyukai apa
yang dilakukannya, dan menyukai bagaimana ia melakukan pekerjaannya.
Politikus Inggris, Winston Churcil mengatakan bahwa sukses adalah keras hati.
Karir politik Churchill berlangsung pada masa-masa sulit di era kebangkitan militer
Hitler. Tak heran jika definis sukses menurutnya adalah kegagalan-kegagalan tanpa
kehilangan antusiasme.
CEO Zappos, Tony Hsieh mengatakan bahwa sukses adalah hidup sesuai dengan
nilai-nilai yang diyakininya. Menurutnya nilai dasar personal mendefinisikan siapa
individu tersebut sebenarnya dan nilai dasar perusahaan pada akhirnya yang
menentukan karakter dan merek produknya. “Bagi individu, karakter adalah takdir.
Bagi organisasi, budaya adalah takdir,” ujarnya dalam buku Delivering Happiness.
22
BAB VI
(KONSEP DIRI)
Pandangan individu tentang dirinya, meliputi gambara tentang diri dan kepribadian
yang diinginkan yang diperoleh
melalui pengalaman dan interaksi yang mencakup aspek fisik
atau psikologis.
23
Pembentukan konsep diri
1. Orangtua
Orang tua adalah kontak sosial paling awal dan paling kuat yang
dialami oleh seseorang. Informasi yang diberikan orang tua
pada anak lebih tertanam daripada informasi yang diberikan
oleh orang lain dan berlangsung hingga dewasa. Anak-anak yang
tidak memiliki orang tua, disia-siakan oleh orang tua akan
memperoleh kesukaran dalam mendapatkan informasi tentang dirinya
sehingga menjadi penyebab utama anak berkonsep diri negatif.
24
2.Kawan sebaya
Kawan sebaya menempati posisi kedua setelah orang tua dalam
mempengaruhi konsep diri. Peran yang diukur oleh kelompok
sebaya sangat berpengaruh pada pandangan individu terhadap
dirinya sendiri.
3.Masyarakat
Masyarakat sangat mementingkan fakta-fakta yang melekat
pada seorang anak, seperti siapa orang tuanya, suku bangsa,
dan lain-lain. Hal ini pun dapat berpengaruh pada konsep
diri individu.
•Kegagalan
Kegagalan yang terus menerus dialami seringkali menimbulkan
pertanyaan pada diri sendiri dan berakhir pada kesimpulan
25
bahwa penyebabnya terletak pada kelemahan diri. Kegagalan
membuat orang merasa tidak berguna.
•Kritikdiri
Kadang kritik memang dibutuhkan untuk menyadarkan seseorang
atas perbuatan yang dilakukan. Kritik terhadap diri sendiri
berfungsi sebagai rambu-rambu dalam bertindak dan berperilaku
agar keberadaan kita diterima dan dapat beradaptasi.
Walaupun begitu, kritik diri yang berlebihan dapat
mengakibatkan individu menjadi rendah diri.
Jenis-jeniskonsepdiri
KonsepDiriPositif
Konsep diri positif menunjukkan adanya penerimaan diri dimana
individu dengan konsep diri positif mengenal dirinya dengan
baik sekali. Konsep diri yang positif bersifat stabil dan
bervariasi. Individu yang memiliki konsep diri positif dapat
memahami dan menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam
tentang dirinya sendiri sehingga evaluasi terhadap dirinya
sendiri menjadi positif dan dapat menerima dirinya apa adanya
(Calhoun dan Acocella, 1990).
26
•Menerima pujian tanpa rasa malu
•Menyadari bahwa setiap orang memiliki berbagai perasaan,
keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui
oleh masyarakat,
• Mampu memperbaiki dirinya sendiri karena ia sanggup
mengungkapkan aspek kepribadian yang tidak ia senangi
dan berusaha mengubahnya.
27
• Bersikap hiperkritis, artinya selalu mengeluh, mencela,
dan meremehkan apapun dan siapapun. Tidak mampu memberi
penghargaan pada kelebihan orang lain.
• Merasa tidak disenangi dan tidak diperhatikan. Orang lain
adalah musuh.
• Bersikap pesimis terhadap kompetisi. Enggan bersaing
dan merasa tidak berdaya jika berkompetisi dengan
orang lain.
28
BAB VII
(TATA NILAI)
A. Tata nilai
Istilah “Values (Tata Nilai)” mengacu kepada prinsip-prinsip tuntunan dan
perilaku yang melekat di dalam cara organisasi dan para tenaga kerjanya beroperasi
seperti yang diharapkan. Values mencerminkan dan memperkuat budaya yang
diinginkan oleh organisasi. Values mendukung dan menuntun pengambilan keputusan
setiap tenaga kerja, membantu organisasi dalam melaksanakan misinya dan mencapai
visinya dengan cara yang memadai. Contoh Values adalah seperti menunjukkan
integritas dan sikap fair dalam seluruh interaksi, melampaui ekspektasi pelanggan,
menghargai tenaga kerja dan keberagaman, memproteksi lingkungan, dan bertekad
untuk mencapai keunggulan kinerja setiap hari.
Nilai adalah kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu dapat disukai,
dihargai, diinginkan, berguna atau dapat jadi objek kepentingan. Nilai adalah yang
memberi makna bagi hidup. Nilai itu lebih dari sekedar keyakinan, nilai selalu
menyangkut perbuatan atau tindakan.
Nilai ada 3 tiga macam, yaitu: (1) Nilai material, yakni meliputi berbagai
konsepsi mengenai segala sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia, (2)Nilai vital,
yakni meliputi berbagai konsepsi yang berkaitan dengan segala sesuatu yang berguna
29
bagi manusia dalam melaksanakan berbagai aktivitas, dan (3) Nilai kerohanian, yakni
meliputi berbagai konsepsi yang berkaitan dengan segala sesuatu yang berhubungan
dengan kebutuhan rohani manusia: nilai kebenaran, yakni yang bersumber pada akal
manusia (cipta), nilai keindahan, yakni yang bersumber pada unsur perasaan
(estetika), nilai moral, yakni yang bersumber pada unsur kehendak (karsa), dan nilai
keagamaan (religiusitas), yakni nilai yang bersumber pada revelasi (wahyu) dari
Tuhan.
30
BAB VIII
(BERPIKIR POSITIF)
Berpikir positif adalah cara berpikir secara logis yang memandang sesuatu dari segi
positifnya baik terhadap dirinya sendiri, orang lain, maupun keadaan lingkungannya .
Sehingga, ia tidak akan putus asa atas masalah yang dihadapinya dan mudah dalam
mencari jalan keluarnya. Berpikir positif merupakan suatu kesatuan yang terdiri dari
tiga komponen, yaitu muatan pikiran, penggunaan pikiran, dan pengawasan pikiran.
1. Muatan Pikiran
Berpikir positif merupakan usaha mengisi pikiran dengan berbagai hal yang positif
atau muatan yang positif. Menurut Ubaedy, muatan positif untuk pikiran adalah
berbagai bentuk pemikiran yang memiliki kriteria:
Memasukkan muatan positif pada ruang pikiran merupakan tindakan positif namun,
tindakan tersebut berada pada tingkatan yang masih rendah jika muatan positif
tersebut tidak diwujudkan dalam tindakan nyata. Oleh karena itu, isi muatan yang
positif tersebut perlu diaktualisasikan ke dalam tindakan agar ada dampak yang
ditimbulkan.
1. Pengawasan Pikiran
Dimensi ketiga dari berpikir positif adalah pengawasan pikiran. Aktivitas ini
mencakup usaha untuk mengetahui muatan apa saja yang dimasukkan ke ruang
pikiran dan bagaimana pikiran bekerja. Jika diketahui terdapat hal-hal yang negatif
31
ikut masuk ke ruang pikiran maka perlu dilakukan tindakan berupa mengeluarkan
hal-hal yang negatif tersebut dengan menggantinya dengan yang positif. Demikian
pula jika ternyata teridentifikasi bahwa pikiran bekerja tidak semestinya maka
dilakukan usaha untuk memperbaiki kelemahan atau kesalahan tersebut.
Berpikir positif bukan merupakan tujuan melainkan suatu jalan untuk mencapai
tujuan. Menjadikan berpikir positif sebagai tujuan memang membawa manfaat tetapi
manfaat tersebut belumlah seberapa jika dibandingkan dengan manfaat yang didapat
jika berpikir positif dijadikan sebagai suatu jalan. Bertolak belakang dengan
optimisme, pandangan pesimisme akan menganggap kegagalan dari sisi yang buruk.
Umumnya seorang pesimis sering kali menyalahkan diri sendiri atas
kesengsaraannya. Ia menganggap bahwa kemalangan bersifat permanen dan hal itu
terjadi karena sudah nasib, kebodohan, ketidakmampuan, atau kejelekannya.
Akibatnya, ia pasrah dan tidak mau berupaya.
32
BAB IX
(MANAGEMEN WAKTU)
Manajemen waktu adalah perencanaan, proses atau tindakan yang telah ditentukan
secara sadar untuk melakukan suatu kegiatan dalam kurun waktu tertentu dengan
menggunakan sumber daya secara efektif, efisien dan produktif. Manajemen Waktu
merupakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan
produktivitas terhadap waktu.
Berikut definisi dan pengertian manajemen waktu dari beberapa sumber buku:
33
Menurut Atkinson (1994), manajemen waktu terdiri dari beberapa aspek, yaitu
sebagai berikut:
a. Menetapkan Tujuan
b. Menyusun Prioritas
Menyusun prioritas perlu dilakukan mengingat waktu yang tersedia terbatas dan tidak semua
pekerjaan memiliki nilai kepentingan yang sama. Urutan prioritas dibuat berdasarkan
peringkat, yaitu dari prioritas terendah hingga pada prioritas tertinggi. Urutan prioritas ini
dibuat dengan mempertimbangkan hal mana yang dirasa penting, mendesak, maupun vital
yang harus dikerjakan terlebih dahulu.
c. Menyusun Jadwal
Aspek lainnya dalam manajemen waktu adalah membuat susunan jadwal. Jadwal merupakan
daftar kegiatan yang akan dilaksanakan beserta urutan waktu dalam periode tertentu. Fungsi
pembuatan jadwal adalah menghindari bentrokan kegiatan, menghindari kelupaan, dan
mengurangi ketergesaan.
d. Bersikap Asertif
Sikap asertif dapat diartikan sebagai sikap tegas untuk berkata "Tidak" atau menolak suatu
permintaan atau tugas dari orang lain dengan cara positif tanpa harus merasa bersalah dan
menjadi agresif.
e. Bersikap Tegas
Tegas merupakan strategi yang diterapkan guna menghindari pelanggaran hak dan
memastikan bahwa orang lain tidak mengurangi efektivitas penggunaan waktu.
f. Menghindari Penundaan
Penundaan merupakan penangguhan suatu hal hingga terlambat dikerjakan. Penundaan dalam
pelaksanaan tugas dapat menyebabkan ketidakberhasilan dalam menyelesaikan pekerjaan
tepat waktu, kemudian merusak jadwal kegiatan yang telah disusun secara apik serta
mengganggu tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
Pemborosan waktu mencakup segala kegiatan yang menyita waktu dan kurang memberikan
manfaat yang maksimal. Hal tersebut sering menjadi penghalang bagi individu untuk
34
mencapai keberhasilannya karena sering membuat individu menunda melakukan kegiatan
yang penting.
Menurut Haynes (1994), pengelolaan waktu secara efektif dan efisien dapat dilakukan
dengan beberapa langkah sebagai berikut:
a. Perencanaan Waktu
Perencanaan diartikan sebagai suatu proses untuk menentukan tujuan dan sasaran yang ingin
dicapai dengan mengambil langkah-langkah yang tepat dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Dalam artian ini perencanaan waktu merupakan penentuan waktu yang tepat agar
sesuai dan tepat dengan tujuan yang direncanakan berkaitan dengan waktu, maka rencana
membuat jadwal bisa harian, mingguan, dan bulanan.Rencana dibuat dengan menitikberatkan
prioritas kerja seseorang. Ciri-ciri perencanaan waktu, yaitu:
Realistis, dalam arti berdasarkan pemikiran dalam mengatur jadwal, bila Anda baru saja
menyelesaikan tugas, jangan memaksa diri untuk menyelesaikan tugas yang selanjutnya. Jadi,
jangan sampai Anda terkekang dengan jadwal yang anda buat tersebut.
Fleksibel, dalam artian ini, jadwal kegiatan yang telah dibuat hendaknya dapat diubah sesuai
dengan situasi dan kondisi yang terjadi serta dapat mengantisipasi perubahan yang ada.
Berkesinambungan, dalam arti perencanaan jadwal kegiatan pimpinan berjalan terus menerus
sehingga stagnan atau berhenti pada periode tertentu.
b. Pengorganisasian Waktu
Pengorganisasian diartikan sebagai suatu perintah untuk mengalokasikan sumber daya serta
pengaturan kegiatan secara terstruktur kepada setiap individu dan kelompok agar sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan. Dalam hal ini pengorganisasian waktu adalah kegiatan
mengidentifikasi, mengelompokkan, menganalisis kegiatan dan mengelola waktu yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam mengorganisasikan waktu yang dimiliki, yaitu:
35
Menetapkan/menentukan skala prioritas pada kegiatan penting dan mendesak, juga terhadap
kegiatan yang tidak mendesak atau dapat ditunda.
c. Pengkoordinasian Waktu
Pengkoordinasian adalah suatu usaha untuk mengkoordinasikan dan mengarahkan orang lain
atau diri sendiri agar mau bekerja secara efektif dan efisien sesuai dengan rencana dan tujuan
yang diinginkan. Dalam hal ini pengkoordinasian waktu adalah kegiatan untuk
mengkoordinasikan dan menyelaraskan kegiatan agar kegiatan dapat tercapai secara efektif
dan efisien serta sesuai dengan perencanaan waktu yang telah dibuat serta tujuan yang
diinginkan.
d. Pengawasan Waktu
Pengawasan adalah kegiatan untuk memastikan apakah semua pekerjaan telah berjalan sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan.Dalam hal ini pengawasan waktu adalah kegiatan
untuk menyesuaikan jadwal kegiatan dengan yang telah direncanakan sebelumnya.Tujuannya
adalah untuk mengoreksi jadwal yang tidak sesuai dengan rencana, ketepatan waktu dan
kualitas pekerjaan yang hasilkan pada masing-masing kegiatan.Ini dijadikan sebagai bahan
pertimbangan menyusun jadwal selanjutnya.
Menurut Herawati (2008), terdapat beberapa hambatan yang sering ditemukan dalam
memanajemen waktu, yaitu:
Menunggu batas waktu (mepet) untuk menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tanggung-
jawabnya.
36
BAB X
(KECERDASAN SOSIAL)
Kecerdasan sosial adalah kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki seseorang dalam
berinteraksi sosial dengan orang di sekitarnya serta menjalin hubungan dengan
kelompok masyarakat, yang dicirikan dengan kematangan diri memahami orang lain,
memberikan motivasi dan mampu bekerja-sama dengan orang lain.
Seseorang yang memiliki kecerdasan sosial yang baik akan mempunyai banyak
teman, pandai berkomunikasi, mudah beradaptasi dalam sebuah lingkungan sosial
dan hidupnya bisa bermanfaat tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga bagi
orang lain.
Berikut ini beberapa pengertian dan definisi kecerdasan sosial dari beberapa sumber
buku:
37
Menurut Zuchdi (2011), kecerdasan sosial merupakan keterampilan atau
kecakapan sosial, mencakup kecakapan berkomunikasi dan bekerja-sama.
Menurut Khilstrom dan Cantor (Suyono, 2007), kecerdasan sosial adalah
suatu simpanan pengetahuan mengenai dunia sosial, menjalin hubungan
dengan orang lain, dan kemampuan dalam menghadapi orang-orang yang
berbeda latar belakang dengan cara bijaksana.
Menurut Goleman (2001), terdapat dua aspek kecerdasan sosial, yaitu kesadaran
sosial dan kecakapan sosial. Penjelasan keduanya adalah sebagai berikut:
a. Kesadaran Sosial
Kesadaran sosial mengarah pada sebuah spektrum dan yang secara tidak langsung
merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, memahami perasaan dan pikirannya
untuk ikut terlibat dalam situasi yang sulit. Spektrum kesadaran sosial meliputi:
b. Kecakapan Sosial
Kecakapan sosial adalah kemampuan merasakan perasaan orang lain, atau sekadar
tahu apa yang mereka pikirkan ataupun inginkan, tidak sama sekali menjamin sebuah
keberhasilan dalam suatu interaksi. Kecakapan sosial terbentuk dalam kesadaran
38
sosial untuk memenuhi sebuah interaksi yang lancar dan efektif. Spektrum kecakapan
sosial meliputi:
a. Mengorganisasikan Kelompok
Setiap pribadi adalah pemimpin, sebagai seorang pemimpin dibutuhkan kemampuan
dalam mengorganisasi, minimal dalam sebuah kelompok kecil di lingkungan
sosialnya, atau paling tidak dalam lingkungan keluarganya. Sebelum menjadi
pemimpin dalam mengorganisasi kelompok, seseorang harus terlebih dahulu mampu
menjadi pemimpin diri sendiri. Seseorang bisa memimpin diri sendiri akan
memunculkan teladan bagi orang lain.
39
memecahkan problem/masalah masyarakat yang dilatarbelakangi ketidakmampuan
membaca, menganalisis, dan mengelola dinamika sosial yang berkembang di
masyarakat merupakan salah satu ciri dari orang yang memiliki kecerdasan sosial
yang yang tumpul.
c. Menjalin Hubungan
Untuk menumbuhkan kecerdasan sosial yang baik, diperlukan penanaman pentingnya
sebuah hubungan yang sehat dengan orang lain yakni hubungan sosial yang baik terus
dijalin tanpa melihat apakah kita butuh atau tidak. Salah satu cara yang dilakukan
adalah dengan sering bersilaturrahmi dengan orang lain, dengan begitu seseorang
akan belajar bagaimana membangun suasana keakraban dalam sebuah hubungan
sosial.
d. Menganalisis Sosial
Kecerdasan ini sangat penting agar seseorang mempunyai kemampuan bisa
memahami pribadi orang lain sehingga mudah pula menjalin sebuah hubungan yang
baik. Kemampuan untuk memahami perasaan atau suasana hati orang lain inilah yang
disebut sebagai kemampuan dalam menganalisis sosial. Pemahaman akan bagaimana
perasaan orang lain ini bisa membawa sebuah hubungan terjalin dengan akrab dan
menyenangkan. Seseorang bisa membawa hubungannya dengan orang lain dalam
suasana kebersamaan yang baik.
Sedangkan menurut Shapiro (Azzet, 2014), terdapat lima keterampilan sosial yang
bisa dilatih pada anak agar memiliki kecerdasan sosial yang baik, yaitu sebagai
berikut:
a. Keterampilan Berkomunikasi
Kemampuan berkomunikasi pada anak memang perlu dilatih dengan baik sebagai
bekal dalam menjalin hubungan sosial. Keterampilan berkomunikasi bukan sekadar
kemampuan berbicara, melainkan mampu menyampaikan dengan baik kepada orang
lain sekaligus juga mampu memahami dan memberikan respons atas komunikasi
40
yang dijalin oleh orang lain. Selain itu, juga kita latih untuk bisa mendengarkan
dengan baik ketika orang lain menyampaikan sesuatu, kita latih juga memahami
ekspresi dan gerak non verbal orang lain dalam berkomunikasi.
41
e. Keterampilan Bersopan Santun dalam Pergaulan
Sopan santun dalam pergaulan sangat diperlukan di kehidupan masyarakat. Bersopan
santun adalah melakukan budi pekerti yang baik atau sesuai dengan tata krama yang
dianut dan berlaku di masyarakat. Sangat penting bagi orangtua untuk bisa
mengajarkan keterampilan bersopan santun dalam pergaulan ini. Dengan
keterampilan bersopan santun yang baik, seseorang akan lebih mudah dan sukses
dalam pergaulannya.
Menuurt Goleman (2006), terdapat tiga faktor yang mempengaruhi kecerdasan sosial,
yaitu sebagai berikut:
a. Keluarga
Lingkungan keluarga merupakan pilar utama anak untuk bersosialisasi. Menurut
Goleman, keluarga yang memiliki waktu untuk berkumpul bersama pada malam hari
dan memberikan kasih sayang menyebabkan anak memiliki emosi yang positif
terhadap orangtuanya, sehingga memudahkan anak untuk bersosialiasi dan memiliki
hubungan yang positif dengan orang lain.
b. Ekonomi
Menurut Goleman, tekanan ekonomi membuat orangtua lebih lama dalam bekerja,
sehingga ketika pulang sekolah anak lebih menghabiskan waktu sendirian di rumah
atau tempat penitipan anak, sehingga waktu tersebut terlewatkan untuk bersama
dengan orangtua. Orangtua yang bekerja harus lebih meluangkan waktu bersama
dengan anak agar anak dapat berinteraksi dengan orangtuanya.
c. Teknologi
Kemuajuan dalam teknologi memudahkan manusia memperoleh informasi dan
melakukan segala hal. Menurut Goleman anak-anak yang lebih senang menonton
42
tayangan televisi akan menyebabkan anak tersebut melewatkan waktu untuk
berinteraksi dengan orang lain, sehingga anak-anak perlu untuk melakukan interaksi
seperti aktivitas bermain di luar rumah untuk membantu belajar bergaul dengan lebih
baik
43
BAB XI
Selanjutnya kita akan membahas pengertian dari Adversity Quotient(AQ) itu sendiri.
Adversity berasal dari bahasa inggris yang artinya kesulitan, kesengsaraan, atau
kemalangan. Tetapi jika diartikan menurut Rifameutia (Reni Akbar Hawadi, 2002:
195) istilah adversity dalam kajian psikologi didefinisikan sebagai tantangan dalam
kehidupan. Pengertian secara utuh menurut Nashori (2007: 47) bahwa:
Ahli yang mengenalkan pertama kali Adversity Quotient ini juga berpendapat:
Hasil dari tercapainya tujuan nantinya akan menjadi kesuksesan bagi individu itu
sendiri. Menurut Stoltz(2000: 12) AdversityQuotient tersebut dapat terwujud dalam
tiga bentuk, yaitu:
44
1. Kerangka kerja konseptual yang baru untuk memahami dan meningkatkan
semua segi kesuksesan.
2. Suatu ukuran untuk mengetahui respon seseorang terhadap kesulitan, dan
3. Serangkaian alat untuk memperbaiki respon seseorang terhadap kesulitan.
Jadi, dari beberapa pendapat ahli dapat kita simpulkan bahawa Adversity
Quotient merupakan kesiapan setiap individu dalam menghadapi masalah, tantangan,
hambatan, serta kesulitan. Kesiapan tersebut bisa menggunakan kecerdasan yang
dimiliki setiap individu yang nantinya akan mencapai keberhasilan suatu tujuan
berupa kesuksesan.
Untuk lebih mudah memahami adversity quotient bisa dengan contoh cerita
seperti berikut:
“Ada dua orang perawat di suatu Rumah Sakit X. Mereka mendapat
tantangan yang sama berupa pasien yang sedang menderita penyakit Y dan tingkah
laku si pasien tersebut sangat menguji kesabaran kedua perawat itu. Dari awal di
hadapkan dengan pasien, sudah terlihat respon yang berbeda dari setiap individu
perawat itu. Perawat pertama merasa tidak sanggup merawat pasien yang ia hadapi
sehingga ia hanya merawat pasien tersebut dengan seadanya dan ia menyerah begitu
saja tanpa ada usaha untuk bisa merawat pasien itu dengan baik. Itu karena dari awal
dipikirannya sudah tertanam “sepertinya aku tidak bisa dan aku tidak mungkin bisa
merawatnya dengan baik”. Sedangkan perawat kedua tidak mengatakan bahwa ia
tidak bisa merawat pasiennya dengan baik, tetapi ia sadar akan kekurangannya
sebagai manusia yang tidak boleh mengatakan tidak bisa sebelum mencoba. Oleh
sebab itu ia berusaha mencari bantuan/bimbingan perawat lain yang lebih senior dan
paham untuk membantunya agar dapat merawat pasien tersebut dengan sangat baik.
Akhirnya ia bisa merawat pasien itu dengan baik hingga pasien sembuh. Karena
mahasiswa kedua itu dari awal sudah mempunyai prinsip bahwa “Jangan pernah
45
menyerah sebelum berusaha. Pasti ada hasil yang memuaskan bagi orang yang ingin
bersungguh-sungguh”.
Dapat disimpulkan bahwa dari kedua perawat tersebut ada peredaan yang nyata
dari tingkat kesiapan dalam menghadapi tantangan yang ada. Perawat kedua jauh
lebih memiliki kesiapan yang tinggi dibandingkan dengan perawat yang pertama.
Menurut Stoltz (2000), Adversity Quotient memiliki empat dimensi yang bisa
disingkat dengan CORE yang dapat meningkatkan kemampuan kesiapan dalam
menghadapi tantang, yaitu:
Control (C)
Tujuan dari dimensi control ini adalah untuk mengukur seberapa besar kemampuan
seorang individu dalam menghadapi tantangan serta meyelesaikan
kesulitan/hambatan yang dihadapinya. Semakin tinggi tingkat control suatu individu,
maka akan semakin tinggi pula rasa yakin dari individu tersebut untuk tetap teguh dan
tidak akan menyerah terhadap tantangan yang dihadapinya. Individu dengan tingkat
control yang tinggi juga akan selalu berpikir bahwa ia selalu punya cara untuk
menghadapin kesulitan/hambatan/tantangan.
46
BAB XII
(KECERDASAN EMOSIONAL)
Menurut Howard Gardner (1983) terdapat lima pokok utama dari kecerdasan
emosional seseorang, yakni mampu menyadari dan mengelola emosi diri sendiri,
memiliki kepekaan terhadap emosi orang lain, mampu merespon dan bernegosiasi
dengan orang lain secara emosional, serta dapat menggunakan emosi sebagai alat
untuk memotivasi diri
47
BAB XIII
(KECERDASAN SPIRITUAL)
Pengertian kecerdasan spiritual (SQ) sendiri adalah kemampuan jiwa yang dimiliki
seseorang untuk membangun dirinya secara utuh melalui berbagai kegiatan positif
sehingga mampu menyelesaikan berbagai persoalan dengan melihat makna yang
terkandung didalamnya. Orang yang memiliki kecerdasan spiritual (SQ) akan mampu
menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya dengan melihat permasalahan itu dari
sisi positifnya sehingga permasalahan dapat diselesaikan dengan baik dan cenderung
melihat suatu masalah dari maknanya.
Orang melakukan berbagai macam cara agar bisa memenuhi kebutuhan spiritualnya.
Banyak orang yang melakukan kegiatan sosial seperti menyantuni anak yatim demi
memuaskan rohani atau spriritualnya. Namun tak jarang juga orang melakukan
meditasi, yoga maupun dengan melakukan introspeksi diri sendiri Agar menemukan
jati diri dan berubah menjadi pribadi yang lebih baik sehingga dapat menemukan
makna hidup sebenarnya.
Kecerdasan spiritual (SQ) nampak pada aktivitas sehari-hari, seperti bagaimana cara
bertindak, memaknai hidup dan menjadi orang yang lebih bijaksana dalam segala hal.
Memiliki kecerdasan spiritual (SQ) berarti memiliki kemampuan untuk bersikap
fleksibel, mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan, mampu mengambil pelajaran
dari setiap kejadian dalam hidupnya sehingga mampu menjadi orang yang bijaksana
dalam hidup.
48
Meningkatkan kecerdasan spiritual (SQ) dengan Terapi Gelombang Otak
Orang yang memiliki kecerdasan spiritual (SQ) akan cenderung menjadi orang yang
bijaksana dengan pembawaan yang tenang, memandang segala sesuatu dari sisi
positif dan mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dengan bijaksana.
Orang yang memiliki kecerdasan spiritual (SQ) cenderung tidak terlalu memikirkan
materi, yang menjadi tujuan hidup mereka adalah bagaimana membuat jiwa dan
rohani bahagia dengan selalu berbuat baik kepada setiap orang.
Untuk menjadi orang yang memiliki kecerdasan spiritual (SQ) yang tinggi diperlukan
niat dan kemauan yang keras untuk benar-benar berubah menjadi orang yang lebih
baik dan mengisi seluruh jiwa dengan kebaikan dan memandang segala sesuatu dari
sisi positif.
Untuk membantu Anda menjadi pribadi yang memiliki kecerdasan spiritual (SQ)
yang tinggi, sekarang ada sebuah terapi yang dirancang khusus untuk membantu
Anda meningkatkan kecerdasan spiritual (SQ) Anda dengan mudah dan praktis.
Terapi yang bisa Anda gunakan adalah Terapi Gelombang Otak EQ and SQ Booster.
Terapi Gelombang Otak EQ and SQ Booster adalah terapi yang dirancang untuk
membantu Anda memiliki kecerdasan spiritual (SQ) yang tinggi dengan mengubah
gelombang otak Anda menuju gelombang tertentu sehingga dengan mudah Terapi
Gelombang Otak memasuki alam bawah sadar Anda dengan melakukan
pemrograman dengan memberikan stimulus yang dapat meningkatkan kecerdasan
spiritual (SQ) Anda. Cukup hanya dengan mendengarkan CD musik Terapi
Gelombang Otak EQ and SQ Booster, Anda sudah dapat merasakan manfaatnya dan
kecerdasan spiritual (SQ) Anda akan meningkat.
49
D. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
50
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Optimisme
https://denniikurniawan.blogspot.com/2016/11/pengertian-sukses-menurut-para-
ahli.html
https://www.psikologikita.com/?q=psikologi/konsep-diri
http://nasutionnursittah.blogspot.com/2017/01/tata-nilai-tata-sosial-dan-tata-
kelakuan.html
https://exactjulife.wordpress.com/2012/02/05/definisi-berpikir-positif/
https://www.kajianpustaka.com/2019/02/manajemen-waktu.html
https://www.kajianpustaka.com/2018/01/pengertian-aspek-dan-cara-meningkatkan-
kecerdasan-sosial.html
https://personalitywarisyamiftah.wordpress.com/2014/12/05/kategori-kategori-
kesiapan-menghadapi-tantangan-adversity-quotient/
https://id.wikipedia.org/wiki/Kecerdasan_emosional
https://www.google.com/search?q=KECERDASAN+SPIRITUAL&ie=utf-8&oe=utf-
8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-beta&channel=nts
51