Anda di halaman 1dari 51

MAKALAH

PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN

Disusun oleh :

Nesi Pinari

NIM : P07220118 1465

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGPINANG

PRODI DIII KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2019/2020

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………….2

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………3

LATAR BELAKANG………………………………………………………………..5

RUMUSAN MASALAH……………………………………………………………..5

TUJUAN………………………………………………………………………………6

BAB I (konsep dan teori kepribadian secara umum )………………………………7

BAB II (Karakteristik kepribadian )…………………………………………………12

BAB III (Konsep optimisme dan keyakinan diri)……………………………………16

BAB IV (Penjelasan Aspek spirit)………………………………...…………………18

BAB V (Teori sukses)………………………………………………………………21

BAB VI (Konsep diri)……………………………………………………………….23

BAB VII (Penjelasan Tata nilai)……………………………………………………..29

BAB VIII (Penjelasan Berfikir positif)………………………………………………31

BAB IX (Managemen waktu)………………………………………………………33

BAB X (Kecerdasan sosial)………………………………………………………….37

BAB XI (Kesiapan menghadapi tantangan)………………………………………..44

BAB XII (Penjelasan Kecerdasan emosi)…………………………………………..47

BAB XIII (Penjelasan Kecerdasan spiritual)………………………………………48

2
KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………………….50

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………51

3
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah
PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Dan juga saya berterima kasih pada Dosen mata kuliah pengembangan
kepribadian yang telah memberikan tugas ini.

Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan, saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah saya buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

4
A. LATAR BELAKANG

Kepribadian adalah gambaran cara seseorang bertingkah laku terhadap lingkungan

sekitanya, yang terlihat dari kebiasaan berfikir, sikap dan minat, serta pandangan hidupnya

yang khas untuk mempunyai keajegan.

Karena dalam kehidupan manusia sebagai individu ataupun makhluk social,

kepribadian senantiasa mengalami warna-warni kehidupan.Ada kalanya senang, tentram, dan

gembira.Akan tetapi pengalaman hidup membuktikan bahwa manusia juga kadang-kadang

mengalami hal-hal yang pahit, gelisah, frustasi dan sebagainya.Ini menunjukan bahwa

manusia mengalami dinamika kehidupan.

Kepribadian sangat mmencerminkan perilaku seseorang. Kita bisa tahu apa yang

sedang diperbuat seseorang dalam situasi tertentu berdasarkan dpengalamn diri kita sendiri.

Hal ini karena dalam banyak segi, setiap orang adalah unik, khas. Oleh karena itu kita

membutuhkan sejenis kerangka acuan untuk memahami dan menjelaskan tingkah laku diri

sendiri dan orang lain. Kita harus memahami definisi kepribadian serta bagaiman kepribadian

itu terbentuk.Untuk itu kita membutuhkan teori-teori tingkah laku, teori kepribadian agar

gangguan-gangguan yang biasa muncul pada kepribadian setiap individu dapat dihindari.

Mempelajari kepribadian merupakan hal yang menarik karena dinamika pengetahuan

mengenai diri kita sendiri secara otomatis akan bertambah. Hal ini karena hakikatnya

manusia adalah yang ada dan tumbuh berkembang dengan kepribadian yang menyertai setiap

langkah dalam hidupnya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian konsep dan teori kepribadian secara umum

5
2. Penjelasan Karakteristik kepribadian
3. Penjelasan Konsep optimisme dan keyakinan diri
4. Penjelasan Aspek spiritual
5. Penjelasan Teori sukses
6. Penjelasan Konsep diri
7. Penjelasan Tata nilai
8. Penjelasan Berfikir positif
9. Penjelasan Managemen waktu
10. Penjelasan Kecerdasan sosial
11. Penjelasan Kesiapan menghadapi tantangan
12. Penjelasan Kecerdasan emosi
13. Penjelasan Kecerdasan spiritual
C. TUJUAN
Memenuhi tugas mata kuliah pengembangan kepribadian

6
BAB I

(Teori Psikologi Kepribadian)

1. Teori Humanistik

Teori pertama yang dibahas mengenai ini adalah teori humanistik. Teori ini
dikemukakan oleh Abraham Maslow yang berpendapat bahwa manusia memiliki
kebebasan untuk menentukan tindakan atau memilih sendiri nasib yang akan
dijalaninya.

Teori ini sebenarnya berdasarkan pada filsafat eksistensialisme yang menolak


pendapat bahwa manusia merupakan hasil bentukan sejak lahir atau disebut juga
dengan hasil bentukan alam semesta. Para ahli berasumsi bahwa individu memiliki
kebebasan dalam memilih tindakan atau menentukan sendiri nasibnya sebagai
perwujudan dari keberadaannya.

2. Teori Behavioristik

Sedangkan menurut teori behavioristik yang dikemukakan oleh beberapa orang


ilmuan, berpendapat bahwa ini adalah tindak laku manusia yang berdasarkan fungsi
stimulus. Kepribadian ini pada akhirnya diperoleh dari belajar pada lingkungan.
Ilmuan yang mengemukakannya adalah J. B. Watson, B. F. Skinner, E. L, Thorndike
dan Ivan Pavlov.

Para ahli yang mengemukakan teori yang satu ini telah melakukan berbagai penelitian
dan menemukan bahwa segala tingkah laku manusia didapatkan dari proses belajar
yang berasal dari lingkungannya. Bukan yang didapat secara instan atau yang dibawa
secara lahir.

3. Teori Psikodinamika

7
Selanjutnya adalah menurut teori psikodinamika yang dikemukakan oleh Sigmun
Freud. Teorinya memiliki pendapat bahwa dalam diri setiap individu terdapat energi
psikis yang dinamis. Energi inilah yang kemudian menentukan kepribadian manusia
karena bersikap kekal atau tak bisa dihilangkan bahkan dihambat sekalipun.

4. Teori Belajar Sosial

Teori yang satu ini juga dikemukakan oleh beberapa ilmuan sekaligus yakni Dollard,
Miller, Rotter dan Bandura. Teori yang satu ini memiliki pendapat bahwa kepribadian
manusia adalah hasil dari interaksi dengan lingkungan secara terus menerus. Di mana,
setiap individu dan lingkungan saling memberikan pengaruh.

Individu dapat membentuk perilakunya secara langsung dan tidak langsung. Untuk
pembentukan pribadi secara langsung, ini dilakukan dengan mendapatkan
penghargaan dan hukuman dari lingkungan. Sedangkan yang tidak langsung adalah
dengan melakukan pengamatan terhadap lingkungan.

Jenis-jenis Psikologi Kepribadian

Untuk jenis psikologi ini, dibagi berdasarkan metode dalam penyusunan teori dan
berdasarkan komponen kepribadian yang digunakan. Untuk yang disusun berdasarkan
metode penyusunan teori, jenis psikologi ini terdiri dari yang disusun secara
spekulatif. Maksud ini adalah teori yang disusun oleh para ahli filsafat seperti Plato,
Kant dan lainnya.

Sedangkan jenis yang kedua berdasarkan metode penyusunan teori adalah dari hasil
penyelidikan empiris atau disebut juga dengan eksperimental. Teori ini disusun
berdasarkan teori yang ada pada abad terbaru ini. Sedangkan untuk jenis yang disusun
berdasarkan komponen kepribadian yang digunakan berbeda lagi.

8
Teori pertama adalah teori konstitusional yang mana contohnya adalah mazhab
Perancis, Italia, Kretschmer dan lainnya. Lalu, ada teori temperamen yang contohnya
adalah teori Meumann, Kant, Ewald dan lainnya. Lalu, ada teori ketidaksadaran yang
contohnya adalah teori Jung, Freud dan Adler. Ada teori faktor dan kebudayaan juga
dari jenis psikologi kepribadian ini.

Ruang Lingkup Psikologi Kepribadian

1. Karakteristik Manusia

Ruang lingkup pertama dari ini adalah karakteristik manusia. Maksudnya adalah
psikologi ini mengungkapkan karakteristik manusia dengan cara melakukan
pencatatan mengenai karakter manusia serta mencari tahu tentang hubungan antara
karakter satu dengan yang lain.

Pemahaman mengenai perbedaan karakter manusia inilah yang nantinya menjadi


hasil dari penelitian untuk memetakan tentang perbedaan karakter antara manusia
satu dengan manusia yang lainnya.

2. Penentu Kepribadian

Ruang lingkup lain dari psikologi ini adalah untuk mencari tahu lebih lanjut
mengenai penentu kepribadian manusia. Di kajian ini, dilakukan dengan cara melihat
latar belakang keluarga, pendidikan, sosial, agama dan lainnya.

Kepribadian ini tentunya sangat bergantung pada kondisi lingkungan yang ada di
sekitar. Meski kadang faktor bawaan dari lahir tak dapat dihilangkan, namun
kemudian kepribadian tersebut akan dikembangkan sesuai dengan kondisi lingkungan
tempat tinggalnya.

3. Alasan Perilaku Manusia

9
Ruang lingkung lainnya dari psikologi kepribadian ini adalah tentang alasan perilaku
manusia. Perilaku manusia bisanya sangat unik dan berbeda meskipun memiliki
kesamaan dengan perilaku manusia satu dengan manusia lainnya.

Penyebabnya tentu saja banyak. Namun, dari itu bisa diungkap hal apa saja yang jadi
penyebab manusia dapat bertindak, berpikir dan merasakan sesuatu. Melalui ini juga
manusia dapat menjawab pertanyaan mengenai siapa dirinya, apa yang diinginkannya
dan apa yang harus dilakukannya.

Lebih jauh lagi, manusia juga bisa memiliki kemampuan untuk memberikan penilaian
terhadap manusia lain dengan cara berbicara, bertindak dan cara berpikir. Inilah yang
jadi alasan mengapa manusia memiliki perilaku yang berbeda.

Objek Kajian Psikologi Kepribadian

Lalu, bagaimana dengan objek kajian pada psikologi ini? Untuk objeknya, terbagi ke
dalam beberapa bagian. Untuk lebih jelasnya, Anda bisa melihat bagian apa saja
dalam objek kajian psikologi kepribadian berikut ini:

1. Objek Kajian Karakter

Hal pertama yang menjadi objek kajian kepribadian adalah karakter dari seseorang.
Istilah ini digunakan untuk menggambarkan tingkah laku individu yang terkait
dengan nilai implisit dan eksplisit.

2. Objek Kajian Watak

Selain itu, objek kajian ini juga bisa dilihat dari wataknya. Watak ini adalah istilah
yang merujuk atau menyebutkan karakter yang dimiliki individu dan tidak berubah
hingga saat ini maupun ke depannya.

10
3. Objek Kajian Trait

Selanjutnya adalah objek kajian melalui trait. Ini merupakan istilah yang
menyebutkan suatu respon yang cenderung sama dalam menghadapi stimulan yang
serupa dalam jangka waktu yang relatif lama.

4. Objek Kajian Temperamen

Sedangkan itulah yang satu ini lebih merujuk pada penyebutan kepribadian yang
terkait dengan determinan fisiologis dan juga biologis. Hal ini seringkali disebut
dengan disposisi hereditas.

5. Objek Kajian Kebiasaan

Objek kajian terakhir dalam psikologi kepribadian adalah kebiasaan. Istilah ini
merujuk pada respon yang sama pada stimulus yang sama yang mana respon itu
dilakukan secara berulang.

Manfaat Ilmu Psikologi Kepribadian untuk Kehidupan

Tentu saja, ada banyak manfaat yang bisa didapatkan dengan mempelajari jenis
psikologi yang satu ini. Beberapa manfaat yang bisa Anda dapatkan dengan
mempelajarinya adalah pertama memudahkan dalam mengenali karakteristik
manusia. Selain itu, Anda juga bisa lebih mudah dalam melakukan adaptasi dengan
orang lain yang punya kepribadian berbeda.

Selain itu, Anda juga bisa lebih mudah dalam memahami dan berinteraksi dengan
orang yang ada di sekitar Anda meskipun kepribadian Anda berbeda dengan orang
tersebut. Tentu saja, hal ini juga bisa meningkatkan kepekaan sosial dan keluarga
Anda di antara lingkungan sehingga bisa saling membantu satu sama lain.

11
BAB II

(KARAKTERISTIK KEPRIBADIAN)

Unsur Terbentuknya Karakter

Menurut psikologi dan sosiologi, manusia memiliki beberapa unsur yang berkaitan
dengan terbentuknya karakter. Unsur inilah yang nantinya akan menunjukan
bagaimana karakter seseorang. Unsur-unsur karakter adalah:

1. Sikap

Sikap dari seseorang merupakan bagian dari karakter. Bahkan sikap dianggap sebagai
cerminan karakter orang tersebut. Sikap dari seseorang menunjukkan bagaimana
karakter orang tersebut di suatu lingkungan. Jadi, kalau orang tersebut memiliki
karakter yang baik, maka lingkungannya akan mengatakan orang tersebut memiliki
karakter yang baik. Begitupun sebaliknya.

2. Emosi

Emosi yaitu gejala dinamis dalam situasi yang dirasakan manusia yang disertai
dengan efek pada kesadaran, perilaku, dan ini juga merupakan proses fisiologis.
Emosi ini identik dengan perasaan yang kuat.

3. Kepercayaan

Kepercayaan sendiri merupakan komponen kognitif manusia dari faktor sosio


psikologis. Kepercayaan mengenai sesuatu itu benar atau salah atas dasar bukti,
sugesti otoritas, pengalaman dan intuisi sangat penting dalam membangun watak dan
karakter manusia. Jadi, kepercayaan memperkukuh eksistensi diri dan hubungan
dengan orang lain.

12
4. Kebiasaan dan Kemauan

Kebiasaan merupakan aspek perilaku manusia yang menetap, berlangsung secara


otomatis pada waktu yang lama, tidak direncanakan dan diulangi berulang kali.
Sedangkan kemauan adalah kondisi yang mencerminkan karakter seseorang karena
kemauan berkaitan erat dengan tindakan yang mencerminkan perilaku orang tersebut.

5. Konsepsi Diri

Konsepsi diri adalah proses totalitas, baik sadar maupun tidak sadar tentang
bagaimana karakter dan diri seseorang terbentuk. Jadi, konsepsi diri adalah
bagaimana kita harus membangun diri, apa yang kita inginkan dan bagaimana kita
menempatkan diri dalam kehidupan.

Proses Pembentukan Karakter

Munculnya karakter pada diri seseorang, tidak didapatkan saat lahir. Karakter
dibentuk melalui proses pembelajaran yang cukup panjang. Karakter manusia
terbentuk melalui faktor lingkungan dan orang-orang yang ada di sekeliling
lingkungan tersebut.

Selanjutnya, Liputan6.com akan mengulas empat jenis tipe karakter atau kepribadian
manusia yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Selasa (15/1/2019).

Empat jenis tipe karakter adalah:

1. Sanguinis

Orang dengan karakter sanguinis ini biasanya selalu optimis, riang, antusias dan
memiliki semangat hidup yang tinggi. Selalu menarik perhatian atau butuh orang-
orang yang memperhatikannya. Mereka juga gemar mengambil risiko, maka jangan

13
heran jika karakter sanguinis ini menjadi orang-orang yang suka sekali melakukan
petualangan karena tipe ini juga suka mencari kesenangan. Saking sukanya dengan
tantangan dan hal-hal baru, mereka jadi mudah bosan.

Kekuatan dari si sanguinis adalah suka bicara, antusias, ekspresif, emosional dan
demonstratif, ceria, penuh rasa ingin tahu, hidup di masa sekarang, dan lain
sebagainya. Sedangkan kelemahan dari si sanguinis adalah membesarkan suatu hal
atau kejadian, susah untuk diam, mudah ikut-ikutan atau dikendalikan oleh keadaan
ataupun orang lain, dan lain sebagainya.

2. Plegmatis

Orang tipe plegmatis lebih fokus pada apa yang terjadi dalam dirinya, sehingga ia
membiarkan apa yang ada di luar terjadi sebagaimana mestinya. Tidak heran orang-
orang dengan tipe ini menyukai kedamaian.

Kekuatan dari plegmatis adalah sabar, santai, tenang, dan pendengar yang baik, tidak
banyak bicara, namun cenderung bijaksana, simpatik dan baik hati namun cenderung
menyembunyikan emosi, dan lain sebagainya.

Kelemahannya adalah kurang antusias terhadap perubahan lingkungan, mudah takut


dan khawatir, cenderung menghindari konflik dan tanggung jawab.

Tipe Karakter Pemimpin

3. Koleris

Oang dengan tipe koleris sangat berorientasi pada target, analitis, dan logis. Tipe-tipe
seorang pemimpin. Karakter koleris ini juga tidak menyukai basa-basi, ia lebih suka
menghabiskan waktu dengan hal bermanfaat.

14
Kekuatannya adalah senang memimpin, membuat keputusan, dinamis dan aktif,
bebas, mandiri dan berkemauan keras untuk mencapai sasaran, berani menghadapi
tantangan dan masalah, dan lain sebagainya. Sedangkan kelemahannya adalah tidak
sabaran, cepat marah, dan senang memerintah, terlalu bergairah atau susah untuk
santai, menyukai kontroversi dan pertengkaran, dan lain sebagainya.

4. Melankolis

Tipe melankolis sering berkorban untuk orang lain, cenderung sensitif, penyayang,
senang berada di balik layar, namun juga seorang yang pemikir. Ia diibaratkan harus
menjadi penggerak, dan memberi kesempatan pada bagian tubuh lainnya, sehingga ia
akan sensitif dan memikirkan cara untuk menyelesaikan masalah. Ia seorang yang
cukup kreatif karena dapat berpikir dari berbagai sudut pandang. Memikirkan bagian
tubuh lain, membuatnya melihat dari berbagai sudut pandang.

Kekuatan dari melankolis adalah analitis, mendalam, serius dan bertujuan,


berorientasi pada jadwal, artistik, kreatif, sensitif, mau mengorbankan diri dan idealis,
dan lain sebagainya. Sedangkan kelemahannya adalah cenderung melihat masalah
dari sisi negative, pendendam, mudah merasa bersalah, murung dan tertekan, ebih
menekankan pada cara dibanding tercapainya tujuan, dan lain sebagainya.

15
BAB III

(KONSEP OPTIMISME DAN KEYAKINAN DIRI)

Optimisme adalah paham keyakinan atas segala sesuatu dari segi yang baik dan
menyenangkan dan sikap selalu mempunyai harapan baik di segala hal.[1]

Aspek-aspek Optimisme

Untuk mengetahui optimis tidaknya seseorang, dapat diketahui cara berpikir dia
terhadap penyebab terjadinya suatu peristiwa.[2] Seligman menamakan cara atau gaya
yang menjadi kebiasaan individu dalam menjelaskan kepada diri sendiri mengapa
suatu peristiwa terjadi sebagai gaya penjelasan (explanatory style). [2] Gaya penjelasan
yang dipakai merupakan indikator optimis atau pesimisnya seseorang. [2] Gaya
penjelasan tersebut lebih dari sekadar apa yang dikatakan seseorang ketika menemui
kegagalan melainkan juga merupakan kebiasaan berpikir yang dipelajari sejak masa
kanak-kanak dan masa remaja menurut Darmaji.[2] Dasar dari gaya penjelasan
tersebut terbentuk melalui cara pandang- terhadap diri dan lingkungannya apakah
dirinya merasa berharga dan layak atau tidak. [2] Menurut Seligman (1991), gaya
penjelasan seseorang terdiri dari tiga aspek yaitu:[2]

1. Permanensi, merupakan gaya penjelasan masalah yang berkaitan dengan


waktu, yaitu temporer dan permanen.[2] Orang yang pesimis akan menjelaskan
kegagalan atau kejadian yang menekan dengan cara menghadapi peristiwa
yang tidak menyenangkan dengan kata-kata "selalu", dan "tidak pernah",
sebaliknya orang yang optimis akan melihat peristiwa yang tidak
menyenangkan sebagai sesuatu yang terjadi secara temporer, yang terjadi
dengan kata-kata "kadang-kadang", dan melihat sesuatu yang menyenangkan
sebagai sesuatu yang permanen atau tetap.[2]

16
2. Pervasivitas, adalah gaya penjelasan yang berkaitan dengan dimensi ruang
lingkup, dibedakan menjadi spesifik dan universal, orang yang pesimis akan
mengungkap pola pikir dalam menghadapi peristiwa yang tidak
menyenangkan dengan cara universal.[2]
3. Personalisasi, yaitu gaya penjelasan yang berkaitan dengan sumber penyebab,
intenal dan eksternal.

17
BAB IV

(ASPEK SPIRITUAL)

Spiritualitas adalah hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha pencipta,
tergantung dengan kepercayaan yang dianut oleh individu.
Menurut Burkhardt (1993) spiritualitas meliputi aspek-aspek
1)      Berhubungan dengan sesuatau yang tidak diketahui atau ketidakpastian dalam
kehidupan,
2)     Menemukan arti dan tujuan hidup,
3)      Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri
sendiri,
4)      Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan dengan yang maha
tinggi.

Mempunyai kepercayaan atau keyakinan berarti mempercayai atau mempunyai


komitmen terhadap sesuatu atau seseorang. Konsep kepercayaan mempunyai dua
pengertian. Pertama kepercayaan didefinisikan sebagai kultur atau budaya dan
lembaga keagamaan seperti Islam, Kristen, Budha, dan lain-lain. Kedua, kepercayaan
didefinisikan sebagai sesuatu yang berhubungan dengan Ketuhanan, Kekuatan
tertinggi, orang yang mempunyai wewenang atau kuasa, sesuatu perasaan yang
memberikan alasan tentang keyakinan (belief) dan keyakinan sepenuhnya (action),
harapan (hope), harapan merupakan suatu konsep multidimensi, suatu kelanjutan
yang sifatnya berupa kebaikan, dan perkembangan, dan bisa mengurangi sesuatu
yang kurang menyenangkan. Harapan juga merupakan energi yang bisa memberikan
motivasi kepada individu untuk mencapai suatu prestasi dan berorientasi kedepan.
Agama adalah sebagai sistem organisasi kepercayaan dan peribadatan dimana
seseorang bisa mengungkapkan dengan jelas secara lahiriah mengenai
spiritualitasnya. Agama adalah suatu sistem ibadah yang terorganisir atuteratur.

18
Definisi spiritual setiap individu dipengaruhi oleh budaya, perkembangan,
pengalaman hidup, kepercayaan dan ide-ide tentang kehidupan. Spiritualitas juga
memberikan suatu perasaan yang berhubungan dengan intrapersonal (hubungan
antara diri sendiri), interpersonal (hubungan antara orang lain dengan lingkungan)
dan transpersonal (hubungan yang tidak dapat dilihat yaitu suatu hubungan dengan
ketuhanan yang merupakan kekuatan tertinggi). Adapun unsur-unsur spiritualitas
meliputi kesehatan spiritual, kebutuhan spiritual, dan kesadaran spiritual. Dimensi
spiritual merupakan suatu penggabungan yang menjadi satu kesatuan antara unsur
psikologikal, fisiologikal, atau fisik, sosiologikal dan spiritual
.
Kata spiritual sering digunakan dalam percakapan sehari-hari. Untuk memahami
pengertian spiritual dapat dilihat dari berbagai sumber. Menurut Oxford English
Dictionary, untuk memahami makna kata spiritual dapat diketahui dari arti kata-kata
berikut ini : persembahan, dimensi supranatural, berbeda dengan dimensi fisik,
perasaan atu pernyataan jiwa, kekudusan, sesuatu yang suci, pemikiran yang
intelektual dan berkualitas, adanya perkembanga pemikiran danperasaan, adanya
perasaan humor, ada perubahan hidup, dan berhubngan dengan organisasi
keagamaan. Sedangkan berdasarkan etimologinya, spiritual berarti sesuatu yang
mendasar, penting, dan mampu menggerakkan serta memimpin cara berpikir dan
bertingkah laku seseorang.
Berdasarkan konsep keperawatan, makna spiritual dapat dihubungkan dengan kata-
kata : makna, harapan, kerukunan, dan sistemkepercayaan (Dyson, Cobb,
Forman,1997). Dyson mengamati bahwa perawat menemukan aspek spiritual tersebut
dalam hubungan dengan seseorang dengan dirinya sendiri, orang lain dan dengan
Tuhan. Menurut Reed (1992) spiritual mencakup hubungan intra, inter, dan
transpersonal. Spiritual juga diartikan sebagai inti dari manusia yang memasuki dan
mempengaruhi kehidupannya dan dimanifestasikan dalam pemikiran dan perilaku
serta dalam hubungannya dengan diri sendiri, orang lain, alam ,dan Tuhan (Dossey &
Guazetta, 2000).

19
Para ahli keperawatan menyimpilkan bahwa spiritual merupakan sebuah konsep yang
dapat diterapkan pada seluruh manusia. Spiritual juga merupakan aspek yang
menyatu dan universal bagi semua manusia. Setiap orang memiliki dimensi spiritual.
Dimensi ini mengintegrasi, memotivasi, menggerakkan, dan mempengaruhi seluruh
aspek hidup manusia.

20
BAB V

(TEORI SUKSES)

Apa yang anda pikirkan saat pertama kali mendengar kata sukses, anda semua pasti
ingin sukses benar? Kenapa anda ingin sukses? Sebelum itu mari kita simak dulu, apa
itu sukses?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sukses adalah berhasil atau beruntung,
sedangkan kesuksesan adalah keberhasilan atau keberuntungan. Jadi dapat disimpulkan
bahwa arti sukses adalah tercapainya suatu cita-cita atau harapan yang selama ini kita
usahakan dengan kerja keras pantang menyerah, atau lebih simpelnya keberhasilan
seseorang dalam mewujudkan impiannya. Itulah sukses, hal yang menjadi tujuan akhir
dari hidup kita. Lalu bagaimana pendapat orang- orang sukses?
Berikut adalah definisi sukses menurut orang- orang yang terlebih dahulu menuai
sukses.

Miliuner Richard Branson percaya bahwa kesuksesan adalah soal keterlibatan.


Dengan kekayaan sekitar US$ 5 triliun, pendiri Virgin Group ini tetap melibatkan
dirinya dalam aktivitas perusahaan miliknya. Dalam blog Virgin, ia menulis,
“Definisi kesuksesan? Makin sering Anda terlibat secara aktif dan praktis, Anda
semakin merasa sukses".
Guru spiritual Deepak Chopra percaya bahwa sukses adalah tentang perkembangan
yang konstan. Dalam bukunya The Seven Spiritual Laws of Success, ia menuliskan
bahwa kesuksesan dalam hidup bisa didefinisikann sebagai ekspansi kontinyu akan
kebahagiaan dan realisasi yang progresif dari tujuan yang berharga.
Thomas Edison, ilmuwan dan pemilik 1.000 hak paten memiliki etos kerja yang
keras. Ia bekerja 72 jam. Jadi wajar jika definisi sukses sama dengan ambisius.
Menurutnya sukses adalah 1% inspirasi dan 99% keringat.

21
Arianna Huffington, pemimpin Huffington Post, mengatakan bahwa metrik
kesuksesan tak cukup hanya uang dan kekuasaan. Harus ada metrik ketiga, yaitu
kesejahteraan, kebijaksanaan, mimpi, dan berderma. Menurutnya faktor-faktor itulah
yang menjaga psikologi kehidupan kita dan merupakan kesuksesan yang sebenarnya.
Penulis Maya Angelou yang baru saja wafat di usia 86 beberapa hari lalu, pernah
mengatakan bahwa sukses adalah jika seseorang menyukai dirinya, menyukai apa
yang dilakukannya, dan menyukai bagaimana ia melakukan pekerjaannya.
Politikus Inggris, Winston Churcil mengatakan bahwa sukses adalah keras hati.
Karir politik Churchill berlangsung pada masa-masa sulit di era kebangkitan militer
Hitler. Tak heran jika definis sukses menurutnya adalah kegagalan-kegagalan tanpa
kehilangan antusiasme.
CEO Zappos, Tony Hsieh mengatakan bahwa sukses adalah hidup sesuai dengan
nilai-nilai yang diyakininya. Menurutnya nilai dasar personal mendefinisikan siapa
individu tersebut sebenarnya dan nilai dasar perusahaan pada akhirnya yang
menentukan karakter dan merek produknya. “Bagi individu, karakter adalah takdir.
Bagi organisasi, budaya adalah takdir,” ujarnya dalam buku Delivering Happiness.

22
BAB VI
(KONSEP DIRI)

Sef-Concept (Konsep Diri)

Pandangan individu tentang dirinya, meliputi gambara tentang diri dan kepribadian
yang diinginkan yang diperoleh
melalui pengalaman dan interaksi yang mencakup aspek fisik
atau psikologis. 

Dimensi dari Konsep diri

Calhoun dan Acocella (1990) menjelaskan bahwa konsep diri


terdiri atas tiga dimensi yang meliputi:

1. Pengetahuan terhadap diri sendiri (real-self).


Usia, jenis kelamin, kebangsaan, suku pekerjaan dan
lain-lain, yang kemudian menjadi daftar julukan yang
menempatkan seseorang ke dalam kelompok sosial, kelompok
umur, kelompok suku bangsa maupun kelompok-kelompok tertentu
   lainnya.
2. Pengharapan mengenai diri sendiri (ideal-self).
 Pandangan tentang kemungkinan yang diinginkan terjadi pada
  diri seseorang di masa depan. Pengharapan ini merupakan
   diri ideal.
3. Penilaian tentang diri sendiri (social-self).
Penilaian dan evaluasi antara pengharapan mengenai diri
seseorang dengan standar dirinya yang akan menghasilkan
 harga diri yang berarti seberapa besar orang menyukai
 dirinya sendiri.

23
Pembentukan konsep diri

Konsep diri merupakan proses yang berkelanjutan sepanjang hidup


manusia. Konsep diri masih dapat diubah asalkan ada keinginan
dari orang yang bersangkutan.

Symonds (dalam Agustiani, 2006) menyatakan bahwa persepsi


tentang diri tidak langsung muncul ketika individu dilahirkan
akan tetapi berkembang bertahap seiring munculnya kemampuan
untuk memahami sesuatu. Selama periode awal kehidupan,
konsep diri sepenuhnya didasari oleh persepsi diri sendiri.
Akan tetapi, seiring dengan bertambahnya usia, pandangan
mengenai diri sendiri ini mulai dipengaruhi oleh nilai-nilai
yang diperoleh dari interaksi dengan orang lain
(Taylor dalam Agustiani, 2006). Dengan kata lain, konsep diri
juga merupakan hasil belajar melalui hubungan individu dengan
orang lain.

Orang lain yang dapat mempengaruhi konsep diri kita


(Calhoun & Acocella, 1990):

1. Orangtua
Orang tua adalah kontak sosial paling awal dan paling kuat yang
dialami oleh seseorang. Informasi yang diberikan orang tua
pada anak lebih tertanam daripada informasi yang diberikan
oleh orang lain dan berlangsung hingga dewasa. Anak-anak yang
tidak memiliki orang tua, disia-siakan oleh orang tua akan
memperoleh kesukaran dalam mendapatkan informasi tentang dirinya
sehingga menjadi penyebab utama anak berkonsep diri negatif.

24
2.Kawan sebaya    
Kawan sebaya menempati posisi kedua setelah orang tua dalam
mempengaruhi konsep diri. Peran yang diukur oleh kelompok
sebaya sangat berpengaruh pada pandangan individu terhadap
dirinya sendiri.

3.Masyarakat
Masyarakat sangat mementingkan fakta-fakta yang melekat
pada seorang anak, seperti siapa orang tuanya, suku bangsa,
dan lain-lain. Hal ini pun dapat berpengaruh pada konsep
diri individu.  

Faktor lain yang dapat berpengaruh pada konsep diri


•Pola asuh
Pola asuh orang tua menjadi faktor yang signifikan dalam
mempengaruhi konsep diri yang terbentuk. Sikap positif orang
tua akan menumbuhkan konsep dan pemikiran yang positif serta
sikap menghargai diri sendiri. Sikap negatif orang tua akan
mengundang pertanyaan pada anak dan menimbulkan asumsi bahwa
dirinya tidak cukup berharga untuk disayangi dan dihargai. 

•Kegagalan
Kegagalan yang terus menerus dialami seringkali menimbulkan
pertanyaan pada diri sendiri dan berakhir pada kesimpulan

25
bahwa penyebabnya terletak pada kelemahan diri. Kegagalan
membuat orang merasa tidak berguna.

•Kritikdiri
Kadang kritik memang dibutuhkan untuk menyadarkan seseorang
atas perbuatan yang dilakukan. Kritik terhadap diri sendiri
berfungsi sebagai rambu-rambu dalam bertindak dan berperilaku
agar keberadaan kita diterima dan dapat beradaptasi.
Walaupun begitu, kritik diri yang berlebihan dapat
mengakibatkan individu menjadi rendah diri.

Jenis-jeniskonsepdiri
KonsepDiriPositif
Konsep diri positif menunjukkan adanya penerimaan diri dimana
individu dengan konsep diri positif mengenal dirinya dengan
baik sekali. Konsep diri yang positif bersifat stabil dan
bervariasi. Individu yang memiliki konsep diri positif dapat
memahami dan menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam
tentang dirinya sendiri sehingga evaluasi terhadap dirinya
sendiri menjadi positif dan dapat menerima dirinya apa adanya
(Calhoun dan Acocella, 1990).

Orang dengan konsep diri positif ditandai dengan lima hal


yaitu (Sukatma,2004).
•Yakin dengan kemampuannya dalam mengatasi masalah
•Merasa setara dengan orang lain

26
•Menerima pujian tanpa rasa malu
•Menyadari bahwa setiap orang memiliki berbagai perasaan,
  keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui
  oleh masyarakat,
• Mampu memperbaiki dirinya sendiri karena ia sanggup
  mengungkapkan aspek kepribadian yang tidak ia senangi
  dan berusaha mengubahnya.

Konsep diri negatif

Calhoun dan Acocella (1990) membagi konsep diri negatif


menjadi dua tipe, yaitu:

• Pandangan individu tentang dirinya sendiri benar-benar


  tidak teratur, tidak memiliki perasaan, kestabilan dan
  keutuhan diri. Individu tersebut benar-benar tidak tahu
  siapa dirinya, kekuatan dan kelemahannya atau yang dihargai
  dalam kehidupannya.
• Pandangan tentang dirinya sendiri terlalu stabil dan teratur.
  Hal ini bisa terjadi karena individu dididik dengan cara yang
  sangat keras, sehingga menciptakan citra diri yang tidak
  mengizinkan adanya penyimpangan dari seperangkat hukum
  yang dalam pikirannya merupakan cara hidup yang tepat.

Orang dengan konsep diri negatif ditandai dengan lima hal,


yaitu (Brooks dan Emmert dalam Sukatma, 2004):
• Peka terhadap kritik, dalam arti orang tersebut tidak tahan
  terhadap kritik yang diterimanya dan mudah marah.
• Responsif terhadap pujian. Semua embel-embel yang menunjang
  harga diri menjadi pusat perhatiannya.

27
• Bersikap hiperkritis, artinya selalu mengeluh, mencela,
  dan meremehkan apapun dan siapapun. Tidak mampu memberi
  penghargaan pada kelebihan orang lain.
• Merasa tidak disenangi dan tidak diperhatikan. Orang lain
  adalah musuh.
• Bersikap pesimis terhadap kompetisi. Enggan bersaing
  dan merasa tidak berdaya jika berkompetisi dengan
  orang lain.

28
BAB VII
(TATA NILAI)
A.      Tata nilai
Istilah “Values (Tata Nilai)” mengacu kepada prinsip-prinsip tuntunan dan
perilaku yang melekat di dalam cara organisasi dan para tenaga kerjanya beroperasi
seperti yang diharapkan. Values mencerminkan dan memperkuat budaya yang
diinginkan oleh organisasi. Values mendukung dan menuntun pengambilan keputusan
setiap tenaga kerja, membantu organisasi dalam melaksanakan misinya dan mencapai
visinya dengan cara yang memadai. Contoh Values adalah seperti menunjukkan
integritas dan sikap fair dalam seluruh interaksi, melampaui ekspektasi pelanggan,
menghargai tenaga kerja dan keberagaman, memproteksi lingkungan, dan bertekad
untuk  mencapai keunggulan kinerja setiap hari.  

Nilai adalah kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu dapat disukai,
dihargai, diinginkan, berguna atau dapat jadi objek kepentingan. Nilai adalah yang
memberi makna bagi hidup. Nilai itu lebih dari sekedar keyakinan, nilai selalu
menyangkut perbuatan atau tindakan.

Dalam Kamus Sosiologi yang disusun oleh Soerjono Soekanto disebutkan


bahwa nilai (value) adalah konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri manusia,
mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk. Horton dan Hunt
(1987) menyatakan bahwa nilai adalah gagasan mengenai apakah suatu pengalaman
itu berarti apa tidak berarti. Dalam rumusan lain, nilai merupakan anggapan terhadap
sesuatu hal, apakah sesuatu itu pantas atau tidak pantas, penting atau tidak penting,
mulia ataukah hina. Sesuatu itu dapat berupa benda, orang, tindakan, pengalaman,
dan seterusnya.

Nilai ada 3 tiga macam, yaitu: (1) Nilai material, yakni meliputi berbagai
konsepsi mengenai segala sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia, (2)Nilai vital,
yakni meliputi berbagai konsepsi yang berkaitan dengan segala sesuatu yang berguna

29
bagi manusia dalam melaksanakan berbagai aktivitas, dan (3) Nilai kerohanian, yakni
meliputi berbagai konsepsi yang berkaitan dengan segala sesuatu yang berhubungan
dengan kebutuhan rohani manusia: nilai kebenaran, yakni yang bersumber pada akal
manusia (cipta), nilai keindahan, yakni yang bersumber pada unsur perasaan
(estetika), nilai moral, yakni yang bersumber pada unsur kehendak (karsa), dan nilai
keagamaan (religiusitas), yakni nilai yang bersumber pada revelasi (wahyu) dari
Tuhan.

Nilai-nilai tersebut memiliki fungsi umum dalam masyarakat sebagai berikut

1.        mengarahkan pikiran dan tingkah laku masyarakat.


2.        sebagai penentu terakhir bagi manusia dalam memenuhi peranan-peranan sosial.
3.        Nilai sosial dapat memotivasi seseorang untuk mewujudkan harapannya.
Contohnya adalah saat menghadapi konflik, biasanya keputusan akan diambil
berdasarkan pertimbangan nilai sosial yang lebih tinggi.
4.        Nilai sosial juga berfungsi sebagai solidaritas di kalangan
anggota kelompok masyarakat. Dengan nilai tertentu anggota kelompok akan merasa
sebagai satu kesatuan. Nilai sosial juga berfungsi sebagai pengontrol sikap atau
perilaku manusia dengan daya tekan dan daya mengikat tertentu agar orang
berperilaku sesuai dengan nilai yang dianutnya.

30
BAB VIII
(BERPIKIR POSITIF)

Berpikir positif adalah cara berpikir secara logis yang memandang sesuatu dari segi
positifnya baik terhadap dirinya sendiri, orang lain, maupun keadaan lingkungannya .
Sehingga, ia tidak akan putus asa atas masalah yang dihadapinya dan mudah dalam
mencari jalan keluarnya. Berpikir positif merupakan suatu kesatuan yang terdiri dari
tiga komponen, yaitu muatan pikiran, penggunaan pikiran, dan pengawasan pikiran.

1. Muatan Pikiran

Berpikir positif merupakan usaha mengisi pikiran dengan berbagai hal yang positif
atau muatan yang positif. Menurut Ubaedy, muatan positif untuk pikiran adalah
berbagai bentuk pemikiran yang memiliki kriteria:

1. Benar (tak melanggar nilai-nilai kebenaran),


2. Baik ( bagi diri sendiri, orang lain, dan lingkungan), dan
3. Bermanfaat (menghasilkan sesuatu yang berguna).
4. Penggunaan Pikiran

Memasukkan muatan positif pada ruang pikiran merupakan tindakan positif namun,
tindakan tersebut berada pada tingkatan yang masih rendah jika muatan positif
tersebut tidak diwujudkan dalam tindakan nyata. Oleh karena itu, isi muatan yang
positif tersebut perlu diaktualisasikan ke dalam tindakan agar ada dampak yang
ditimbulkan.

1. Pengawasan Pikiran

Dimensi ketiga dari berpikir positif adalah pengawasan pikiran. Aktivitas ini
mencakup usaha untuk mengetahui muatan apa saja yang dimasukkan ke ruang
pikiran dan bagaimana pikiran bekerja. Jika diketahui terdapat hal-hal yang negatif

31
ikut masuk ke ruang pikiran maka perlu dilakukan tindakan berupa mengeluarkan
hal-hal yang negatif tersebut dengan menggantinya dengan yang positif. Demikian
pula jika ternyata teridentifikasi bahwa pikiran bekerja tidak semestinya maka
dilakukan usaha untuk memperbaiki kelemahan atau kesalahan tersebut.

Berpikir positif bukan merupakan tujuan melainkan suatu jalan untuk mencapai
tujuan. Menjadikan berpikir positif sebagai tujuan memang membawa manfaat tetapi
manfaat tersebut belumlah seberapa jika dibandingkan dengan manfaat yang didapat
jika berpikir positif dijadikan sebagai suatu jalan. Bertolak belakang dengan
optimisme, pandangan pesimisme akan menganggap kegagalan dari sisi yang buruk.
Umumnya seorang pesimis sering kali menyalahkan diri sendiri atas
kesengsaraannya. Ia menganggap bahwa kemalangan bersifat permanen dan hal itu
terjadi karena sudah nasib, kebodohan, ketidakmampuan, atau kejelekannya.
Akibatnya, ia pasrah dan tidak mau berupaya.

32
BAB IX
(MANAGEMEN WAKTU)

Pengertian Manajemen Waktu 

Manajemen waktu adalah perencanaan, proses atau tindakan yang telah ditentukan
secara sadar untuk melakukan suatu kegiatan dalam kurun waktu tertentu dengan
menggunakan sumber daya secara efektif, efisien dan produktif. Manajemen Waktu
merupakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan
produktivitas terhadap waktu.

Berikut definisi dan pengertian manajemen waktu dari beberapa sumber buku:

 Menurut Atkinson (1994), manajemen waktu adalah suatu jenis keterampilan


yang berkaitan dengan segala bentuk upaya dan tindakan seseorang yang
dilakukan secara terencana agar individu dapat memanfaatkan waktunya
dengan sebaik-baiknya.
 Menurut Haynes (1994), manajemen waktu adalah suatu proses pribadi
dengan memanfaatkan analisis dan perencanaan dalam menggunakan waktu
untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi. 
 Menurut Forsyth (2009), manajemen waktu adalah cara bagaimana membuat
waktu menjadi terkendali sehingga menjamin terciptanya sebuah efektifitas
dan efisiensi juga produktivitas. 
 Menurut Taylor (1990), manajemen waktu adalah pencapaian sasaran utama
kehidupan sebagai hasil utama kehidupan sebagai hasil dari menyisihkan
kegiatan-kegiatan yang tidak berarti yang sering memakan banyak waktu. 

Aspek-aspek Manajemen Waktu

33
Menurut Atkinson (1994), manajemen waktu terdiri dari beberapa aspek, yaitu
sebagai berikut:

a. Menetapkan Tujuan 

Menetapkan tujuan dapat membantu individu untuk memfokuskan perhatian terhadap


pekerjaan yang akan dijalankan, fokus terhadap tujuan dan sasaran yang hendak dicapai serta
mampu merencanakan suatu pekerjaan dalam batasan waktu yang disediakan.

b. Menyusun Prioritas 

Menyusun prioritas perlu dilakukan mengingat waktu yang tersedia terbatas dan tidak semua
pekerjaan memiliki nilai kepentingan yang sama. Urutan prioritas dibuat berdasarkan
peringkat, yaitu dari prioritas terendah hingga pada prioritas tertinggi. Urutan prioritas ini
dibuat dengan mempertimbangkan hal mana yang dirasa penting, mendesak, maupun vital
yang harus dikerjakan terlebih dahulu.

c. Menyusun Jadwal 

Aspek lainnya dalam manajemen waktu adalah membuat susunan jadwal. Jadwal merupakan
daftar kegiatan yang akan dilaksanakan beserta urutan waktu dalam periode tertentu. Fungsi
pembuatan jadwal adalah menghindari bentrokan kegiatan, menghindari kelupaan, dan
mengurangi ketergesaan.

d. Bersikap Asertif 

Sikap asertif dapat diartikan sebagai sikap tegas untuk berkata "Tidak" atau menolak suatu
permintaan atau tugas dari orang lain dengan cara positif tanpa harus merasa bersalah dan
menjadi agresif.

e. Bersikap Tegas 

Tegas merupakan strategi yang diterapkan guna menghindari pelanggaran hak dan
memastikan bahwa orang lain tidak mengurangi efektivitas penggunaan waktu.

f. Menghindari Penundaan 

Penundaan merupakan penangguhan suatu hal hingga terlambat dikerjakan. Penundaan dalam
pelaksanaan tugas dapat menyebabkan ketidakberhasilan dalam menyelesaikan pekerjaan
tepat waktu, kemudian merusak jadwal kegiatan yang telah disusun secara apik serta
mengganggu tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.

g. Meminimalkan Waktu yang Terbuang 

Pemborosan waktu mencakup segala kegiatan yang menyita waktu dan kurang memberikan
manfaat yang maksimal. Hal tersebut sering menjadi penghalang bagi individu untuk

34
mencapai keberhasilannya karena sering membuat individu menunda melakukan kegiatan
yang penting.

Pengelolaan Manajemen Waktu 

Menurut Haynes (1994), pengelolaan waktu secara efektif dan efisien dapat dilakukan
dengan beberapa langkah sebagai berikut:

a. Perencanaan Waktu 

Perencanaan diartikan sebagai suatu proses untuk menentukan tujuan dan sasaran yang ingin
dicapai dengan mengambil langkah-langkah yang tepat dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Dalam artian ini perencanaan waktu merupakan penentuan waktu yang tepat agar
sesuai dan tepat dengan tujuan yang direncanakan berkaitan dengan waktu, maka rencana
membuat jadwal bisa harian, mingguan, dan bulanan.Rencana dibuat dengan menitikberatkan
prioritas kerja seseorang. Ciri-ciri perencanaan waktu, yaitu:

Jelas, dalam mengidentifikasi pekerjaan yang dilakukan. Jadwal kegiatan harus


didistribusikan secara harian, mingguan, dan bulanan sehingga seseorang dapat mengerjakan
tugas yang diembannya. 

Realistis, dalam arti berdasarkan pemikiran dalam mengatur jadwal, bila Anda baru saja
menyelesaikan tugas, jangan memaksa diri untuk menyelesaikan tugas yang selanjutnya. Jadi,
jangan sampai Anda terkekang dengan jadwal yang anda buat tersebut. 

Fleksibel, dalam artian ini, jadwal kegiatan yang telah dibuat hendaknya dapat diubah sesuai
dengan situasi dan kondisi yang terjadi serta dapat mengantisipasi perubahan yang ada. 

Berkesinambungan, dalam arti perencanaan jadwal kegiatan pimpinan berjalan terus menerus
sehingga stagnan atau berhenti pada periode tertentu.

b. Pengorganisasian Waktu 

Pengorganisasian diartikan sebagai suatu perintah untuk mengalokasikan sumber daya serta
pengaturan kegiatan secara terstruktur kepada setiap individu dan kelompok agar sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan. Dalam hal ini pengorganisasian waktu adalah kegiatan
mengidentifikasi, mengelompokkan, menganalisis kegiatan dan mengelola waktu yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam mengorganisasikan waktu yang dimiliki, yaitu:

Membuat daftar kerja yang dilakukan. 

Menetapkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. 

Mengatur jumlah yang terlibat dalam tugas tersebut.

35
Menetapkan/menentukan skala prioritas pada kegiatan penting dan mendesak, juga terhadap
kegiatan yang tidak mendesak atau dapat ditunda.

c. Pengkoordinasian Waktu 

Pengkoordinasian adalah suatu usaha untuk mengkoordinasikan dan mengarahkan orang lain
atau diri sendiri agar mau bekerja secara efektif dan efisien sesuai dengan rencana dan tujuan
yang diinginkan. Dalam hal ini pengkoordinasian waktu adalah kegiatan untuk
mengkoordinasikan dan menyelaraskan kegiatan agar kegiatan dapat tercapai secara efektif
dan efisien serta sesuai dengan perencanaan waktu yang telah dibuat serta tujuan yang
diinginkan.

d. Pengawasan Waktu 

Pengawasan adalah kegiatan untuk memastikan apakah semua pekerjaan telah berjalan sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan.Dalam hal ini pengawasan waktu adalah kegiatan
untuk menyesuaikan jadwal kegiatan dengan yang telah direncanakan sebelumnya.Tujuannya
adalah untuk mengoreksi jadwal yang tidak sesuai dengan rencana, ketepatan waktu dan
kualitas pekerjaan yang hasilkan pada masing-masing kegiatan.Ini dijadikan sebagai bahan
pertimbangan menyusun jadwal selanjutnya.

Hambatan Manajemen Waktu 

Menurut Herawati (2008), terdapat beberapa hambatan yang sering ditemukan dalam
memanajemen waktu, yaitu:

Mendahulukan pekerjaan yang dicintainya, baru kemudian mengerjakan pekerjaan yang


kurang diminatinya.

Mendahulukan pekerjaan yang mudah sebelum mengerjakan pekerjaan yang sulit. 

Mendahulukan pekerjaan yang cepat penyelesaiannya, sebelum menyelesaikan pekerjaan


yang membutuhkan waktu yang lama.

Mendahulukan pekerjaan darurat/mendesak, sebelum menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan


yang penting. 

Melakukan aktivitas yang mendekatkan mereka pada tujuan atau mendatangkan


kemaslahatan bagi diri mereka. 

Menunggu batas waktu (mepet) untuk menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tanggung-
jawabnya. 

Skala prioritas disusun tidak berdasarkan kepentingannya, tetapi berdasarkan urutan. 

Terperangkap pada tuntutan yang mendesak dan memaksa.

36
BAB X

(KECERDASAN SOSIAL)

Apa itu Kecerdasan Sosial? 

Kecerdasan sosial adalah kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki seseorang dalam
berinteraksi sosial dengan orang di sekitarnya serta menjalin hubungan dengan
kelompok masyarakat, yang dicirikan dengan kematangan diri memahami orang lain,
memberikan motivasi dan mampu bekerja-sama dengan orang lain.

Seseorang yang memiliki kecerdasan sosial yang baik akan mempunyai banyak
teman, pandai berkomunikasi, mudah beradaptasi dalam sebuah lingkungan sosial
dan hidupnya bisa bermanfaat tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga bagi
orang lain.
Berikut ini beberapa pengertian dan definisi kecerdasan sosial dari beberapa sumber
buku:

 Menurut Syamsu (2004), kecerdasan sosial adalah kemampuan untuk


memahami dirinya atau lingkungannya secara optimal dan bereaksi dengan
tepat untuk melakukan keberhasilan perilaku sosial. 
 Menurut Goleman (2006), kecerdasan sosial adalah ukuran kemampuan diri
seseorang dalam pergaulan di masyarakat dan kemampuan berinteraksi sosial
dengan orang-orang di sekeliling atau sekitarnya. 
 Menurut Prawira (2012), kecerdasan sosial adalah kemampuan individu untuk
menghadapi dan mereaksi situasi-situasi sosial atau hidup di masyarakat.
Kecerdasan sosial bukan emosi seseorang terhadap orang lain, melainkan
kemampuan seseorang untuk mengerti kepada orang lain, dapat berbuat
sesuatu dengan tuntutan masyarakat.

37
 Menurut Zuchdi (2011), kecerdasan sosial merupakan keterampilan atau
kecakapan sosial, mencakup kecakapan berkomunikasi dan bekerja-sama. 
 Menurut Khilstrom dan Cantor (Suyono, 2007), kecerdasan sosial adalah
suatu simpanan pengetahuan mengenai dunia sosial, menjalin hubungan
dengan orang lain, dan kemampuan dalam menghadapi orang-orang yang
berbeda latar belakang dengan cara bijaksana.

Aspek Kecerdasan Sosial 

Menurut Goleman (2001), terdapat dua aspek kecerdasan sosial, yaitu kesadaran
sosial dan kecakapan sosial. Penjelasan keduanya adalah sebagai berikut:

a. Kesadaran Sosial 
Kesadaran sosial mengarah pada sebuah spektrum dan yang secara tidak langsung
merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, memahami perasaan dan pikirannya
untuk ikut terlibat dalam situasi yang sulit. Spektrum kesadaran sosial meliputi:

1. Primal Empathy (empati terpenting), yaitu perasaan terhadap seseorang


yang lain, merasakan tanda isyarat emosi.
2. Attuntment (penyesuaian atau adaptasi), yaitu mendengarkan dengan
kemauan penuh, membiasakan diri mendengarkan seseorang. 
3. Empathic accuracy (empati yang tepat), yaitu memahami pikiran gagasan,
perasaan dan kehendak orang lain. 
4. Social cognition (kesadaran sosial), yaitu mengetahui bagaimana kehidupan
bersosialisasi terjadi. 

b. Kecakapan Sosial 
Kecakapan sosial adalah kemampuan merasakan perasaan orang lain, atau sekadar
tahu apa yang mereka pikirkan ataupun inginkan, tidak sama sekali menjamin sebuah
keberhasilan dalam suatu interaksi. Kecakapan sosial terbentuk dalam kesadaran

38
sosial untuk memenuhi sebuah interaksi yang lancar dan efektif. Spektrum kecakapan
sosial meliputi:

1. Synchrony (Sinkroni), yaitu menginteraksikan dengan lancar pada level non


verbal. 
2. Self Presentation (Presentasi Diri Pribadi), yaitu mempresentasikan diri
sendiri dengan efektif.
3. Influence (Pengaruh), yaitu menghadirkan jalan keluar dari interaksi sosial. 
4. Concern (Peduli), yaitu peduli terhadap orang lain sesuai dengan kebutuhan
dan perilaku masing-masing individu.

Cara Meningkatkan Kecerdasan Sosial 

Menurut Goleman (2004), terdapat empat keterampilan dasar yang harus


dikembangkan dalam meningkatkan kecerdasan sosial, yaitu mengorganisasikan
kelompok, merundingkan pemecahan masalah, menjalin hubungan dan menganalisis
sosial.

a. Mengorganisasikan Kelompok 
Setiap pribadi adalah pemimpin, sebagai seorang pemimpin dibutuhkan kemampuan
dalam mengorganisasi, minimal dalam sebuah kelompok kecil di lingkungan
sosialnya, atau paling tidak dalam lingkungan keluarganya. Sebelum menjadi
pemimpin dalam mengorganisasi kelompok, seseorang harus terlebih dahulu mampu
menjadi pemimpin diri sendiri. Seseorang bisa memimpin diri sendiri akan
memunculkan teladan bagi orang lain.

b. Merundingkan Pemecahan Masalah 


Bila ada dua orang atau kelompok yang bersikukuh untuk mempertahankan
pendapatnya masing-masing yang paling benar, maka dibutuhkan seorang mediator
yang baik agar masalah dapat terselesaikan. Di sinilah sesungguhnya bagi setiap
pribadi dibutuhkan sebuah kecerdasan sosial tersendiri. Kegagalan dalam

39
memecahkan problem/masalah masyarakat yang dilatarbelakangi ketidakmampuan
membaca, menganalisis, dan mengelola dinamika sosial yang berkembang di
masyarakat merupakan salah satu ciri dari orang yang memiliki kecerdasan sosial
yang yang tumpul.

c. Menjalin Hubungan 
Untuk menumbuhkan kecerdasan sosial yang baik, diperlukan penanaman pentingnya
sebuah hubungan yang sehat dengan orang lain yakni hubungan sosial yang baik terus
dijalin tanpa melihat apakah kita butuh atau tidak. Salah satu cara yang dilakukan
adalah dengan sering bersilaturrahmi dengan orang lain, dengan begitu seseorang
akan belajar bagaimana membangun suasana keakraban dalam sebuah hubungan
sosial.

d. Menganalisis Sosial 
Kecerdasan ini sangat penting agar seseorang mempunyai kemampuan bisa
memahami pribadi orang lain sehingga mudah pula menjalin sebuah hubungan yang
baik. Kemampuan untuk memahami perasaan atau suasana hati orang lain inilah yang
disebut sebagai kemampuan dalam menganalisis sosial. Pemahaman akan bagaimana
perasaan orang lain ini bisa membawa sebuah hubungan terjalin dengan akrab dan
menyenangkan. Seseorang bisa membawa hubungannya dengan orang lain dalam
suasana kebersamaan yang baik.

Sedangkan menurut Shapiro (Azzet, 2014), terdapat lima keterampilan sosial yang
bisa dilatih pada anak agar memiliki kecerdasan sosial yang baik, yaitu sebagai
berikut:

a. Keterampilan Berkomunikasi 
Kemampuan berkomunikasi pada anak memang perlu dilatih dengan baik sebagai
bekal dalam menjalin hubungan sosial. Keterampilan berkomunikasi bukan sekadar
kemampuan berbicara, melainkan mampu menyampaikan dengan baik kepada orang
lain sekaligus juga mampu memahami dan memberikan respons atas komunikasi

40
yang dijalin oleh orang lain. Selain itu, juga kita latih untuk bisa mendengarkan
dengan baik ketika orang lain menyampaikan sesuatu, kita latih juga memahami
ekspresi dan gerak non verbal orang lain dalam berkomunikasi.

b. Keterampilan dalam Membuat Humor 


Jalinan hubungan sosial akan terasa hampa bila sama sekali tanpa diselingi dengan
humor. Dengan adanya humor seseorang bisa tertawa; atau humor tidak harus
membuat tertawa, tetapi cukup membuat tersenyum sehingga melekatkan hubungan
dan rasa ringan di hati. Kita juga masih ingat dengan pernyataan bahwa orang yang
cerdas adalah orang yang mempunyai selera humor, dan termasuk mempunyai
kecerdasan tingkat tinggi apabila seseorang mampu menertawakan diri sendiri.

c. Keterampilan Menjalin Persahabatan 


Keterampilan yang mendasar dalam keterampilan menjalin persahabatan ini adalah
bisa berbagi dengan orang lain. Satu hal yang perlu digarisbawahi dalam menjalin
persahabatan, yakni persahabatan yang baik bukan bersahabat dengan satu orang saja
dan mengabaikan atau tidak mau menjalin persahabatan dengan teman-teman yang
lainnya. Namun, persahabatan yang baik bisa dijalin dengan banyak teman sehingga
pergaulan pun akan semakin luas.

d. Keterampilan Berperan dalam Kelompok 


Ketika anak-anak sudah mulai mengenal dunia pergaulan biasanya senang bila
mempunyai kelompok. Di sinilah pentingnya orang tua melatih anak-anaknya untuk
mempunyai keterampilan berperan dalam kelompok. Hal penting yang perlu dilatih
adalah keberanian untuk menyampaikan pendapat. Bila anak kita sudah terlatih dalam
menyampaikan pendapat, maka kepercayaan dirinya juga akan terbangun dengan
baik. Sementara kepercayaan diri adalah modal yang penting agar seseorang bisa
berperan dalam kelompok sosialnya.

41
e. Keterampilan Bersopan Santun dalam Pergaulan 
Sopan santun dalam pergaulan sangat diperlukan di kehidupan masyarakat. Bersopan
santun adalah melakukan budi pekerti yang baik atau sesuai dengan tata krama yang
dianut dan berlaku di masyarakat. Sangat penting bagi orangtua untuk bisa
mengajarkan keterampilan bersopan santun dalam pergaulan ini. Dengan
keterampilan bersopan santun yang baik, seseorang akan lebih mudah dan sukses
dalam pergaulannya.

Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Sosial 

Menuurt Goleman (2006), terdapat tiga faktor yang mempengaruhi kecerdasan sosial,
yaitu sebagai berikut:

a. Keluarga
Lingkungan keluarga merupakan pilar utama anak untuk bersosialisasi. Menurut
Goleman, keluarga yang memiliki waktu untuk berkumpul bersama pada malam hari
dan memberikan kasih sayang menyebabkan anak memiliki emosi yang positif
terhadap orangtuanya, sehingga memudahkan anak untuk bersosialiasi dan memiliki
hubungan yang positif dengan orang lain.

b. Ekonomi 
Menurut Goleman, tekanan ekonomi membuat orangtua lebih lama dalam bekerja,
sehingga ketika pulang sekolah anak lebih menghabiskan waktu sendirian di rumah
atau tempat penitipan anak, sehingga waktu tersebut terlewatkan untuk bersama
dengan orangtua. Orangtua yang bekerja harus lebih meluangkan waktu bersama
dengan anak agar anak dapat berinteraksi dengan orangtuanya.

c. Teknologi 
Kemuajuan dalam teknologi memudahkan manusia memperoleh informasi dan
melakukan segala hal. Menurut Goleman anak-anak yang lebih senang menonton

42
tayangan televisi akan menyebabkan anak tersebut melewatkan waktu untuk
berinteraksi dengan orang lain, sehingga anak-anak perlu untuk melakukan interaksi
seperti aktivitas bermain di luar rumah untuk membantu belajar bergaul dengan lebih
baik

43
BAB XI

(KESIAPAN MENGHADAPI TANTANGAN)

Selanjutnya kita akan membahas pengertian dari Adversity Quotient(AQ) itu sendiri.
Adversity berasal dari bahasa inggris yang artinya kesulitan, kesengsaraan, atau
kemalangan. Tetapi jika diartikan menurut Rifameutia (Reni Akbar Hawadi, 2002:
195) istilah adversity dalam kajian psikologi didefinisikan sebagai tantangan dalam
kehidupan. Pengertian secara utuh menurut Nashori (2007: 47) bahwa:

Adversity Quotient adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan


kecerdasannya untuk mengarahkan, mengubah cara berfikir dan tindakannya ketika
menghadapi hambatan dan kesulitan yang bisa menyengsarakan dirinya.

Disimpulkan juga secara singkat oleh ahli lain yang menyatakan:

Adversity Quotient sebagai kemampuan seseorang untuk menghadapi masalah –


Leman (2007: 115).

Ahli yang mengenalkan pertama kali Adversity Quotient ini juga berpendapat:

Adversity Quotient adalah suatu kemampuan untuk mengubah hambatan menjadi


suatu peluang keberhasilan mencapai tujuan –Stoltz (2000).

Hasil dari tercapainya tujuan nantinya akan menjadi kesuksesan bagi individu itu
sendiri. Menurut Stoltz(2000: 12) AdversityQuotient tersebut dapat terwujud dalam
tiga bentuk, yaitu:

44
1. Kerangka kerja konseptual yang baru untuk memahami dan meningkatkan
semua segi kesuksesan.
2. Suatu ukuran untuk mengetahui respon seseorang terhadap kesulitan, dan
3. Serangkaian alat untuk memperbaiki respon seseorang terhadap kesulitan.

         Jadi, dari beberapa pendapat ahli dapat kita simpulkan bahawa Adversity
Quotient merupakan kesiapan setiap individu dalam menghadapi masalah, tantangan,
hambatan, serta kesulitan. Kesiapan tersebut bisa menggunakan kecerdasan yang
dimiliki setiap individu yang nantinya akan mencapai keberhasilan suatu tujuan
berupa kesuksesan.

             Untuk lebih mudah memahami adversity quotient bisa dengan contoh cerita
seperti berikut:

              “Ada dua orang perawat di suatu Rumah Sakit X. Mereka mendapat
tantangan yang sama berupa pasien yang sedang menderita penyakit Y dan tingkah
laku si pasien tersebut sangat menguji kesabaran kedua perawat itu. Dari awal di
hadapkan dengan pasien, sudah terlihat respon yang berbeda dari setiap individu
perawat itu. Perawat pertama merasa tidak sanggup merawat pasien yang ia hadapi
sehingga ia hanya merawat pasien tersebut dengan seadanya dan ia menyerah begitu
saja tanpa ada usaha untuk bisa merawat pasien itu dengan baik. Itu karena dari awal
dipikirannya sudah tertanam “sepertinya aku tidak bisa dan aku tidak mungkin bisa
merawatnya dengan baik”. Sedangkan perawat kedua tidak mengatakan bahwa ia
tidak bisa merawat pasiennya dengan baik, tetapi ia sadar akan kekurangannya
sebagai manusia yang tidak boleh mengatakan tidak bisa sebelum mencoba. Oleh
sebab itu ia berusaha mencari bantuan/bimbingan perawat lain yang lebih senior dan
paham untuk membantunya agar dapat merawat pasien tersebut dengan sangat baik.
Akhirnya ia bisa merawat pasien itu dengan baik hingga pasien sembuh. Karena
mahasiswa kedua itu dari awal sudah mempunyai prinsip bahwa “Jangan pernah

45
menyerah sebelum berusaha. Pasti ada hasil yang memuaskan bagi orang yang ingin
bersungguh-sungguh”.

          Dapat disimpulkan bahwa dari kedua perawat tersebut ada peredaan yang nyata
dari tingkat kesiapan dalam menghadapi tantangan yang ada. Perawat kedua jauh
lebih memiliki kesiapan yang tinggi dibandingkan dengan perawat yang pertama.

DIMENSI – DIMENSI “KESIAPAN MENGHADAPI TANTANGAN


(ADVERSITY QUOTIENT)”

          Menurut Stoltz (2000), Adversity Quotient memiliki empat dimensi yang bisa
disingkat dengan CORE yang dapat meningkatkan kemampuan kesiapan dalam
menghadapi tantang, yaitu:

 Control (C)

Tujuan dari dimensi control ini adalah untuk mengukur seberapa besar kemampuan
seorang individu dalam menghadapi tantangan serta meyelesaikan
kesulitan/hambatan yang dihadapinya. Semakin tinggi tingkat control suatu individu,
maka akan semakin tinggi pula rasa yakin dari individu tersebut untuk tetap teguh dan
tidak akan menyerah terhadap tantangan yang dihadapinya. Individu dengan tingkat
control yang tinggi juga akan selalu berpikir bahwa ia selalu punya cara untuk
menghadapin kesulitan/hambatan/tantangan.

46
BAB XII

(KECERDASAN EMOSIONAL)

Kecerdasan emosional (bahasa Inggris: emotional quotient, disingkat EQ) adalah


kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelola, serta mengontrol emosi
dirinya dan orang lain di sekitarnya.[1] Dalam hal ini, emosi mengacu pada perasaan
terhadap informasi akan suatu hubungan.[2] Sedangkan, kecerdasan (intelijen)
mengacu pada kapasitas untuk memberikan alasan yang valid akan suatu hubungan. [2]
Kecerdasan emosional (EQ) belakangan ini dinilai tidak kalah penting dengan
kecerdasan intelektual (IQ).[1] Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa kecerdasan
emosional dua kali lebih penting daripada kecerdasan intelektual dalam memberikan
kontribusi terhadap kesuksesan seseorang.[1]

Menurut Howard Gardner (1983) terdapat lima pokok utama dari kecerdasan
emosional seseorang, yakni mampu menyadari dan mengelola emosi diri sendiri,
memiliki kepekaan terhadap emosi orang lain, mampu merespon dan bernegosiasi
dengan orang lain secara emosional, serta dapat menggunakan emosi sebagai alat
untuk memotivasi diri

47
BAB XIII

(KECERDASAN SPIRITUAL)

Pengertian Kecerdasan Spiritual (SQ)

Pengertian kecerdasan spiritual (SQ) sendiri adalah kemampuan jiwa yang dimiliki
seseorang untuk membangun dirinya secara utuh melalui berbagai kegiatan positif
sehingga mampu menyelesaikan berbagai persoalan dengan melihat makna yang
terkandung didalamnya. Orang yang memiliki kecerdasan spiritual (SQ) akan mampu
menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya dengan melihat permasalahan itu dari
sisi positifnya sehingga permasalahan dapat diselesaikan dengan baik dan cenderung
melihat suatu masalah dari maknanya.

Orang melakukan berbagai macam cara agar bisa memenuhi kebutuhan spiritualnya.
Banyak orang yang melakukan kegiatan sosial seperti menyantuni anak yatim demi
memuaskan rohani atau spriritualnya. Namun tak jarang juga orang melakukan
meditasi, yoga maupun dengan melakukan introspeksi diri sendiri Agar menemukan
jati diri dan berubah menjadi pribadi yang lebih baik sehingga dapat menemukan
makna hidup sebenarnya.

Kecerdasan spiritual (SQ) nampak pada aktivitas sehari-hari, seperti bagaimana cara
bertindak, memaknai hidup dan menjadi orang yang lebih bijaksana dalam segala hal.
Memiliki kecerdasan spiritual (SQ) berarti memiliki kemampuan untuk bersikap
fleksibel, mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan, mampu mengambil pelajaran
dari setiap kejadian dalam hidupnya sehingga mampu menjadi orang yang bijaksana
dalam hidup.

48
Meningkatkan kecerdasan spiritual (SQ) dengan Terapi Gelombang Otak

Orang yang memiliki kecerdasan spiritual (SQ) akan cenderung menjadi orang yang
bijaksana dengan pembawaan yang tenang, memandang segala sesuatu dari sisi
positif dan mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dengan bijaksana.
Orang yang memiliki kecerdasan spiritual (SQ) cenderung tidak terlalu memikirkan
materi, yang menjadi tujuan hidup mereka adalah bagaimana membuat jiwa dan
rohani bahagia dengan selalu berbuat baik kepada setiap orang.

Untuk menjadi orang yang memiliki kecerdasan spiritual (SQ) yang tinggi diperlukan
niat dan kemauan yang keras untuk benar-benar berubah menjadi orang yang lebih
baik dan mengisi seluruh jiwa dengan kebaikan dan memandang segala sesuatu dari
sisi positif.

Untuk membantu Anda menjadi pribadi yang memiliki kecerdasan spiritual (SQ)
yang tinggi, sekarang ada sebuah terapi yang dirancang khusus untuk membantu
Anda meningkatkan kecerdasan spiritual (SQ) Anda dengan mudah dan praktis.
Terapi yang bisa Anda gunakan adalah Terapi Gelombang Otak EQ and SQ Booster.

Terapi Gelombang Otak EQ and SQ Booster adalah terapi yang dirancang untuk
membantu Anda memiliki kecerdasan spiritual (SQ) yang tinggi dengan mengubah
gelombang otak Anda menuju gelombang tertentu sehingga dengan mudah Terapi
Gelombang Otak memasuki alam bawah sadar Anda dengan melakukan
pemrograman dengan memberikan stimulus yang dapat meningkatkan kecerdasan
spiritual (SQ) Anda. Cukup hanya dengan mendengarkan CD musik Terapi
Gelombang Otak EQ and SQ Booster, Anda sudah dapat merasakan manfaatnya dan
kecerdasan spiritual (SQ) Anda akan meningkat.

49
D. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kepribadian setiap individu berbeda satu sama lain. Untuk mengetahui


kepribadian seseorang kita perlu mempelajari struktur kepribadiannya. Ada beberapa
hal yang mempengaruhi pembentukan kepribadian yaitu pengetahuan umum dan
pengetahuan khusus. Sehingga terbentuklah beberapa jenis kepribadian unik dari
setiap individu. Penggolongan ini ada yang berdasarkan faktor eksternal dan internal.
Individu yang tidak dapat menghadapi masalah pribadi dan sosial yang timbul saat ia
masih kanak-kanak sampai dewasa dapat menimbulkan gangguan kepribadian. Oleh
kerena itu sejak dini kepribadian harus dibentuk dengan baik sehingga tidak
mengalami gangguan kepribadian pada masing-masing individu.

Saran

Diharapkan teman-teman atau pembaca dapat memberikan saran yang


membangun, demi memperbaiki isi dari makalah ini.

50
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Optimisme

https://denniikurniawan.blogspot.com/2016/11/pengertian-sukses-menurut-para-
ahli.html

https://www.psikologikita.com/?q=psikologi/konsep-diri

http://nasutionnursittah.blogspot.com/2017/01/tata-nilai-tata-sosial-dan-tata-
kelakuan.html

https://exactjulife.wordpress.com/2012/02/05/definisi-berpikir-positif/

https://www.kajianpustaka.com/2019/02/manajemen-waktu.html

https://www.kajianpustaka.com/2018/01/pengertian-aspek-dan-cara-meningkatkan-
kecerdasan-sosial.html

https://personalitywarisyamiftah.wordpress.com/2014/12/05/kategori-kategori-
kesiapan-menghadapi-tantangan-adversity-quotient/

https://id.wikipedia.org/wiki/Kecerdasan_emosional

https://www.google.com/search?q=KECERDASAN+SPIRITUAL&ie=utf-8&oe=utf-
8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-beta&channel=nts

51

Anda mungkin juga menyukai