Anda di halaman 1dari 13

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MEMBACA KRITIS

BERBASIS INTERVENSI RESPONSIF

Endah Tri Priyatni


Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
email: endahtri18@yahoo.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan (1) mengembangkan program kegiatan membaca kritis yang
terintegrasi dengan program intervensi responsif untuk meningkatkan kemampuan
membaca kritis mahasiswa S1 jurusan/prodi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia
dalam paket multimedia, dan (2) mengkaji efektivitas produk dalam meningkatkan
keterampilan membaca kritis mahasiswa. Penelitian ini menggunakan desain penelitian
pengembangan yang diadap­tasi dari model Recursive, Reflective Design and Development
(R2D2). Pengem­bangan ini menghasilkan produk berupa program kegiatan membaca
kritis yang terintegrasi dengan program intervensi responsif dan dikemas dalam paket
multimedia. Hasil uji efektivitas produk menunjukkan bahwa penggunaan bahan ajar
membaca kritis berbasis intervensi responsif dengan multimedia mampu meningkatkan
kemampuan membaca kritis mahasiswa.

Kata kunci: pengembangan, membaca kritis, intervensi responsif, multimedia

DEVELOPING RESPONSIVE-INTERVENTION-BASED
CRITICAL READING LEARNING MATERIALS

Abstract
This study aims to: (1) develop a critical reading activity program integrated into a
responsive intervention program in a multimedia package to improve the critical reading
skill of undergraduate students of the department/study program of the Indonesian
language and literature, and (2) investigate the effectiveness of the product to improve
their critical reading skill. The study employed a research and development model
adapted from the model of Recursive, Reflective Design and Development (R2D2). The
development produced a critical reading program integrated into a responsive intervention
program in a multimedia package. The results of the effectiveness test showed that the
use of responsive-intervention-based critical reading learning materials with multimedia
was capable of improving students’ critical reading skill.

Keywords: development, critical reading, responsive intervention, multimedia

PENDAHULUAN dinyatakan secara tegas oleh King, dkk.


Membaca kritis adalah kegiatan mem- sejak tahun 1967 dan pendapat-pendapat
baca yang melibatkan proses analisis dan mutakhir pun menyatakan hal yang sama
evaluasi serta menuntut pembelajar mem- (King, 1967:v). Paul dan Elder (2006:3),
berikan pertimbangan-pertimbangan Reed (2009:1), dan Wheeler (2009:1) me-
terhadap kualitas isi dan style teks yang nyatakan bahwa membaca kritis adalah
dibaca berdasarkan kriteria yang dapat kegiatan membaca untuk mengevaluasi
dipertanggungjawabkan. Pendapat ini kualitas tulisan, baik dari segi isi maupun

1
2

gaya penulisannya berdasarkan kriteria kakan Kurland (2000:5) adalah (1) melihat
yang dapat dipertanggungjawabkan. apa yang dikatakan teks, ini berarti me-
Kegiatan mengevaluasi kualitas tu- ngungkapkan kembali isi teks yang dibaca,
lisan adalah kegiatan yang kompleks. Hal (2) melihat apa yang bisa diungkapkan oleh
ini karena evaluasi menuntut pembaca teks, ini berarti mendeskripsikan, mem-
untuk membaca secara teliti, aktif, anali- berikan contoh, membuat perbandingan
tik, dan reflektif (Wheeler, 2009:1; Kur- untuk memperjelas apa yang dikemukan
land, 2000:1). Wheeler (2009:1) yang me- dalam teks, dan (3) melihat teks mengung-
nyebut membaca kritis dengan membaca kapkan makna apa, ini berarti melakukan
aktif menyatakan bahwa keaktifan dalam interpretasi, menganalisis teks, dan me-
membaca kritis ditandai oleh kesiapan nentukan makna teks secara keseluruhan.
pembaca untuk berpikir terbuka dengan Berdasarkan hasil analisis inilah pembaca
terlebih dahulu meragukan kebenaran dapat menentukan kualitas teks. Oleh
informasi dalam teks, kemudian membaca karena itu, hasil evaluasi sangat bergan-
isi teks secara teliti, menganalisis teks tung pada kualitas hasil analisis, sehingga
menjadi bagian-bagian untuk menemu- analisis dikategorikan sebagai inti dari
kan logika teks, mengungkapkan kembali membaca kritis.
argumen-argumen dalam teks, memper- Dilihat dari level membaca, membaca
tanyakan argumen, dan akhirnya menilai kritis dikategorikan sebagai level mem-
kualitas argumen atau kualitas teks secara baca di atas membaca literal (Kurland,
keseluruhan. 2000:2; Nurhadi, 2009:v). Tingkatan mem-
Kurland (2000:1) yang menyinonim- baca, secara sederhana dapat dipilah men-
kan membaca kritis dengan close reading jadi tiga, yaitu membaca literal atau tersu-
menyatakan bahwa proses evaluasi dalam rat (reading on the lines), membaca tersirat
membaca kritis dimulai dari membaca se- (reading in the lines), dan membaca tersorot
cara teliti, mengamati dengan cermat, dan (reading beyond the lines). Pada tingkatan
saksama, setiap ide, informasi, pernyataan pertama, pembaca memahami apa yang
atau argumen yang dikemukakan dalam tersurat pada teks, tidak melibatkan re-
teks. Dalam membaca kritis, pembaca produksi kritis terhadap teks yang dibaca.
aktif mengenali apa yang dikatakan oleh Pada tingkatan kedua, pembaca dituntut
teks, kemudian menganalisis apa yang berpikir kritis untuk menganalisis apa
terdapat dalam teks untuk mendapat- yang dimaksudkan penulis di balik infor-
kan pemahaman yang utuh, dilanjutkan masi yang tersurat, misalnya untuk me-
dengan merefleksikan apa yang terdapat narik simpulan atau menemukan implika-
dalam teks dengan memberikan contoh, si. Pada tingkatan ketiga, pembaca ditun-
argumentasi, menarik simpati, membuat tut untuk mengevaluasi dan memberikan
kontras untuk memperjelas suatu perso- pertimbangan terhadap teks yang dibaca
alan, dan akhirnya menarik simpulan dari dan mengaplikasikan kesesuaian teks
keseluruhan teks didasarkan pada hasil yang dibaca pada aspek-aspek tertentu.
analisis yang telah dilakukan (Kurland, Dalam membaca kritis, ketiga level
2000:1). membaca tersebut sebenarnya suatu kesa-
Kurland (2000:5) melihat analisis se- tuan yang tidak dapat dipisahkan karena
bagai kegiatan inti dalam membaca kritis. membaca kritis adalah sebuah proses yang
Analisis teks berarti menguraikan, men- continuum (Adler dan Doren, 1972:16; Al-
jabarkan teks atas bagian-bagiannya untuk derson, 2001:8; dan Hudson, 2007:79-80).
mendapatkan pemahaman terhadap isi Ini artinya, kegiatan membaca pada level
keseluruhan teks. Jika dirinci, proses ana- pertama merupakan prasyarat untuk da-
lisis dalam membaca kritis yang dikemu- pat melaksanakan kegiatan pada level

LITERA, Volume 13, Nomor 1, April 2014


3

berikutnya. Implikasinya, seorang pem- memasukkan keterampilan dekoding


baca kritis tidak akan dapat memberikan dalam tahapan membaca kritis karena
penilaian secara objektif apabila ia gagal dekoding dikategorikan sebagai tahapan
menemukan apa yang tersurat dan tersirat belajar membaca.
di balik teks yang dibaca. Meskipun berbeda dalam pemilahan
Ada beberapa pandangan yang ber- tahapan membaca kritis, namun kedua
beda terkait dengan tahapan dalam mem- ahli tersebut menempatkan kegiatan eva-
baca kritis. Hudson (2007:79-80) memilah luasi untuk menentukan kualitas tulisan
tahapan membaca kritis menjadi empat sebagai muara akhir membaca kritis. Un-
tahap secara berkelanjutan. Tahap per- tuk menentukan kualitas tulisan, seorang
tama, seorang pembaca kritis harus dapat pembaca kritis dituntut menggunakan
mengenali dan memberikan makna ter- seperangkat keterampilan berpikir dan
hadap unit bahasa pada teks yang dibaca, pemilikan pengetahuan/pengalaman yang
mulai dari fonem, suku kata, dan kata. selaras dengan isi teks yang dibaca yang
Keterampilan tahap pertama ini disebut dikenal dengan skemata. Tanpa skemata
dengan tahap menaklukkan kata (word isi dan skemata formal terkait dengan teks
attack skills) atau keterampilan dekoding. yang dibaca, pembaca kritis tidak akan
Tahap kedua, pembaca kritis harus dapat mampu memberikan penilaian secara
menggunakan kompetensinya mulai dari optimal terhadap teks yang dibaca.
kompetensi linguistik, gramatikal, dan Terkait dengan keterampilan berpikir,
sosial untuk memberikan makna terhadap Marzano, dkk. (1988:69) mengelompok-
teks yang dibaca atau disebut dengan kan keterampilan berpikir menjadi delapan,
tahap comprehension skills. Tahap ketiga, yaitu (1) keterampilan memfokuskan, (2)
pembaca kritis juga harus dapat mema- keterampilan mengumpulkan informasi,
hami teks dengan kecepatan tinggi yang (3) keterampilan mengingat, (4) keteram-
oleh Hudson (2007:79-80) disebut tahap pilan mengorganisasi, (5) keterampilan
kelancaran membaca. Tahap keempat, menganalisis, (6) keterampilan menggene-
pembaca kritis harus dapat menganalisis, ralisasi, (7) keterampilan mengintegrasi-
menyintesis, dan mengevaluasi teks yang kan, dan (8) keterampilan mengevaluasi.
dibaca (Hudson, 2007:80). Kedelapan kelompok keterampilan
Berbeda dengan Hudson (2007:79-80), tersebut oleh Marzano, dkk. disebut de-
Simmons (1994:3) memilah tahapan untuk ngan keterampilan-keterampilan berpikir
menjadi pembaca kritis menjadi dua tahap inti (Marzano, dkk., 1988:69). Keterampil-
secara berkelanjutan, yaitu tahapan mem- an-keterampilan berpikir inti tersebut da-
baca pemahaman dasar dan pemahaman pat digunakan untuk layanan metakog-
kritis. Keterampilan membaca pemaham- nisi, proses kognitif, atau berpikir kritis
an dasar adalah keterampilan untuk me- dan kreatif, dan sebagai alat untuk melak-
nemukan fakta atau rincian data dalam sanakan tugas-tugas khusus, misalnya
teks, yaitu ide, konsep, isu-isu, dan propo- melakukan analisis kritis suatu argumen.
sisi yang terdapat dalam teks. Sedangkan Lebih lanjut dinyatakan oleh Marzano,
keterampilan kritis adalah keterampilan dkk. (1988:70) bahwa kedelapan keteram-
membuat simpulan dari hasil analisis dan pilan berpikir inti tersebut bukanlah kete-
membuat penilaian mencakup: keteram- rampilan yang terpisah-pisah tetapi suatu
pilan membedakan fakta dari opini atau kesatuan untuk mencapai satu tujuan.
propaganda, membedakan fakta yang rele- Sebuah keterampilan kemungkinan di-
van dan tidak relevan, membuat perban- bangun dari beberapa keterampilan yang
dingan/mengontraskan, serta melakukan lain, misalnya keterampilan menyimpul-
hipotesis testing. Simmons (1994:4) tidak kan melibatkan keterampilan mengingat,

Pengembangan Bahan Ajar Membaca Kritis Berbasis Intervensi Responsif dengan Multimedia
4

membandingkan, dan mengidentifikasi untuk memperoleh dan mengintegrasikan


hubungan (Marzano, dkk., 1988:68). Kom- pengetahuan (acquiring and integrating
pleksitas sebuah keterampilan juga ber- knowledge), memperluas dan memperda-
gantung pada area isi (bidang kajiannya). lam pengetahuan (extending and refining
Sebagai contoh, membuat ringkasan dapat knowledge), menganalisis dan mengevalu-
dianggap keterampilan yang sederhana asi pengetahuan yang telah diperoleh,
karena hanya menemukan ide pokok yang mencakup evaluasi semantik, logika tulis-
tersurat, tetapi membuat ringkasan juga an, reliabilitas teks, keotentikan teks,
melibatkan kombinasi keterampilan kom- dan menerapkan keterampilan membaca
pleks tingkat tinggi untuk menyeleksi dan kritis dalam tugas yang bermakna (using
mengurutkan informasi dari teks verbal knowledge meaningfully), misalnya untuk
yang padat dan grafik (Marzano, dkk., memecahkan masalah atau menemukan
1988:68). Menyadari fakta-fakta tersebut, hal-hal baru/inovatif (Marzano, dkk., 1995:
Marzano, dkk. (1988:69), memperjelas 1-3). Bagi mahasiswa jurusan atau pro-
sosok dari tiap-tiap keterampilan dengan gram studi (prodi) pendidikan bahasa dan
menunjukkan kegiatan yang terlibat pada sastra Indonesia, pemilikan keterampilan
tiap-tiap keterampilan. membaca kritis berperan ganda, selain ber-
Marzano, dkk. (1988:69) juga meng- manfaat bagi dirinya sendiri agar menjadi
ingatkan untuk tidak mengajarkan suatu pembaca kritis, juga menjadi bekal untuk
keterampilan yang tujuan akhirnya hanya menjadi calon pembina keterampilan
untuk menguasai keterampilan itu sen- membaca kritis.
diri. Oleh karena itu, pada pengembangan Melihat pentingnya pemilikan kete-
ini kedelapan kelompok keterampilan rampilan membaca kritis dan melihat kom-
berpikir inti tersebut diadopsi dengan pleksitas keterampilan membaca kritis,
beberapa penyesuaian untuk meningkat- Simmons (1994:3) menyarankan untuk
kan keterampilan membaca kritis maha- mengembangkan keterampilan membaca
siswa. kritis secara lebih intensif. Secara tegas
Keterampilan berpikir yang merupa- ia menyatakan bahwa pengajaran mem-
kan jantung/inti dari keterampilan ber- baca tidak boleh hanya difokuskan pada
pikir kritis adalah keterampilan mengana- pemahaman pengetahuan faktual karena
lisis dan mengevaluasi (Marzano, dkk., pada hakikatnya muara dari semua ke-
1988:91). Demikian juga dalam membaca giatan membaca adalah membaca kritis
kritis, keterampilan berpikir yang merupa- (all reading is inevitably critical in nature).
kan inti dari membaca kritis adalah kete- Oleh karena itu, ia menyarankan kete-
rampilan menganalisis dan mengevaluasi. rampilan membaca kritis harus ditempat-
Oleh karena itu, keterampilan membaca kan sebagai kurikulum inti (the core of any
kritis disinonimkan dengan keterampilan curriculum) mulai dari sekolah dasar kelas
berpikir kritis. Kurland (2000:5) menyata- tinggi sampai dengan pendidikan tinggi
kan bahwa membaca kritis dan berpikir (Simmons, 1994:3). Yang menjadi masalah
kritis adalah satu kesatuan, membaca adalah apakah membaca kritis sudah
kritis pasti berpikir kritis dan berpikir dikembangkan secara intensif, khususnya
kritis pasti membaca kritis. di lembaga pendidikan tinggi yang akan
Membaca kritis yang mengedepankan menyiapkan calon pembina keterampilan
penggunaan keterampilan berpikir kritis membaca kritis?
merupakan keterampilan esensial bagi Dari penelusuran terhadap lima sila-
mahasiswa. Mahasiswa sebagai manusia bus matakuliah membaca jenjang S1 di
terdidik yang sedang dalam proses belajar Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan
memerlukan keterampilan membaca kritis (LPTK) yang memiliki jurusan atau prodi

LITERA, Volume 13, Nomor 1, April 2014


5

pendidikan bahasa dan sastra Indonesia Selaras dengan uraian di atas, pengem-
(Universitas Negeri Malang, Universitas bangan ini dilaksanakan untuk memenuhi
Negeri Surabaya, Universitas Negeri salah satu kebutuhan lapangan yang men-
Gorontalo, Universitas Negeri Yogya- desak, yaitu mengembangkan produk beru-
karta, dan Universitas Negeri Bandung) pa bahan ajar membaca kritis sekaligus
ditemukan (1) hanya ada satu LPTK yang melihat efektivitas produk. Bahan ajar
secara eksplisit mencantumkan membaca membaca kritis yang dikembangkan da-
kritis sebagai matakuliah, yaitu Univer- lam penelitian ini diharapkan dapat digu-
sitas Negeri Yogyakarta (UNY) dengan nakan untuk meningkatkan keterampilan
nama matakuliah Membaca Kritis, Kreatif, membaca kritis mahasiswa S1 jurusan/
dan Sintopis, (2) empat LPTK yang lain program studi pendidikan bahasa dan
tidak menempatkan membaca kritis se- sastra Indonesia. Pemilihan mahasiswa ju-
bagai matakuliah dan juga tidak mencan- rusan/prodi pendidikan bahasa dan sastra
tumkan membaca kritis secara eksplisit Indonesia dilandasi alasan berikut (1) agar
sebagai salah satu pokok bahasan/area para mahasiswa calon guru bahasa dan
isi dalam silabus matakuliah membaca, sastra Indonesia memiliki keterampilan
dan (3) tidak tercantum buku referensi membaca kritis dan mampu mengajarkan
dan bahan ajar tentang membaca kritis keterampilan membaca kritis dan (2) agar
baik yang berbahasa Indonesia maupun kontribusi pengajaran bahasa Indonesia
yang berbahasa Inggris pada kelima sila- tampak nyata dan terasa manfaatnya bagi
bus (termasuk dalam silabus matakuliah penguasaan disiplin atau bidang studi
Membaca Kritis Kreatif, dan Sintopis yang lainnya karena keterampilan membaca
dikembangkan oleh UNY). kritis adalah alat untuk dapat menyele-
Kondisi tersebut disebabkan oleh ter- saikan tugas-tugas akademik yang kom-
batasnya buku-buku referensi tentang pleks.
membaca kritis. Pentingnya pemilikan ke- Bahan ajar membaca kritis yang di-
terampilan membaca kritis memang sudah kembangkan ini berbasis intervensi res-
sering disinggung dalam artikel-artikel ponsif, artinya desain intervensi responsif
tentang pengajaran membaca. Namun, digunakan sebagai acuan dalam pengem-
buku-buku referensi tentang membaca bangan produk. Intervensi adalah pro-
kritis masih langka. Kelangkaan buku gram yang didesain untuk mengintensif-
referensi tentang membaca kritis inilah kan pembelajaran (Allington, 2002:271).
kemungkinan salah satu faktor penyebab Dalam desain intervensi responsif,
belum banyak dosen pembina matakuliah bahan ajar membaca kritis disusun dalam
membaca yang memiliki pemahaman bentuk kegiatan berkelanjutan dan setiap
yang memadai tentang membaca kritis kegiatan disisipkan program intervensi
sehingga tidak mencantumkan membaca responsif yang berfungsi sebagai program
kritis dalam area isi pembelajaran mem- remedial bagi pembaca/pembelajar yang
baca. belum menguasai keterampilan membaca
Pengembangan bahan ajar membaca kritis secara optimal.
kritis yang benar-benar dapat digunakan Bahan ajar membaca kritis berbasis in-
untuk mengembangkan keterampilan tervensi responsif yang dikembangkan ini
membaca kritis sesuai dengan jenjang dikemas dalam paket multimedia. Multi-
kemampuan dan bidang ilmu yang dige- media adalah beragam media (teks, gam-
luti mahasiswa adalah salah satu solusi bar, suara, dan animasi) yang digabung-
mendesak yang diperlukan untuk mem- kan menjadi satu dengan menggunakan
perbaiki kondisi pembelajaran membaca perangkat komputer, alat bantu, dan konek-
kritis yang masih diabaikan tersebut. si sehingga pengguna dapat bernavigasi

Pengembangan Bahan Ajar Membaca Kritis Berbasis Intervensi Responsif dengan Multimedia
6

dan berinteraksi dengan program (Hoft- Selain fokus pengembangan, adaptasi


steter, 2001:5). Paket multimedia dipilih juga berkaitan dengan uji efektivitas pro-
karena selaras dengan tuntutan program duk. Uji efektivitas produk bukan meru-
yang dikembangkan ini, yaitu mampu pakan bagian dari model R2D2. Hal ini
mendeteksi dengan cepat pembaca yang karena pendekatan dalam pengembangan
mengalami kesulitan pada setiap tahap R2D2 bersifat constructivist-interpretivist
kegiatan membaca kritis. (Willis, 1995:1), yang berurusan dengan
Pada pengembangan ini, jenis teks data-data kualitatif, sedangkan uji efek-
yang dipilih untuk mengembangkan tivitas produk dalam pengembangan ini
bahan ajar membaca kritis adalah teks berkaitan dengan data-data kuantitatif.
nonsastra, khususnya teks argumentatif Uji efektivitas produk dilakukan karena
yang tingkat keterbacaannya sesuai un- penelitian ini tidak hanya bertujuan me-
tuk jenjang mahasiswa S1. Ukuran untuk ngembangkan produk tetapi juga menguji
menentukan tingkat keterbacaan teks efektivitas produk.
pada penelitian ini adalah kompleksitas Ada dua fokus dalam pengembangan
struktur argumen, yaitu banyaknya unsur ini, yaitu fokus penetapan dan fokus pe-
argumen yang digunakan dan hubungan nentuan desain dan pengembangan. Pada
antarunsur argumen (Dawud, 2010:10). fokus penetapan, dilakukan penetapan
Jenis teks argumentatif dengan struktur spesifikasi produk dan penetapan tim
argumen kompleks dipilih dalam peneli- partisipatif. Pada fokus penentuan desain
tian ini dengan pertimbangan kesesuaian- dan pengembangan, dilakukan (1) penen-
nya untuk pengguna produk dan tujuan tuan desain dan pengembangan program
membaca kritis. kegiatan membaca kritis, (2) penentuan
desain dan pengembangan program in-
METODE tervensi responsif, (3) uji coba produk, (4)
Untuk mencapai tujuan penelitian telaah ahli dan praktisi, dan 5) uji efek-
ini, digunakan desain penelitian pengem- tivitas produk. Uji efektivitas produk di-
bangan yang diadaptasi dari model lakukan untuk melihat efektivitas produk
Recursive, Reflective Design and Develop- dalam peningkatan kemampuan membaca
ment atau disingkat R2D2 (Willis, 1995:1; kritis mahasiswa, menggunakan rancang-
Colon, dkk., 2000:19). Diadaptasi artinya an praeksperimen dengan pretes-postes
ada beberapa aspek dari model R2D2 kelompok tunggal (tanpa kelompok kon-
yang dikurangi, ditambah, atau dimodi- trol). Data uji coba produk dan telaah ahli
fikasi untuk disesuaikan dengan tujuan dan praktisi berupa data kualitatif sedang-
pengembangan (Tomlinson, 2004:11). kan data uji efektivitas produk berupa
Adaptasi terkait dengan fokus pe- data kuantitatif. Analisis data kualitatif
ngembangan dan uji efektivitas produk. dilakukan dengan teknik analisis domain
Dalam model R2D2, ada tiga fokus pe- dengan prinsip kritis dan reflektif, sedang-
ngembangan, yaitu (1) fokus penetapan kan data kuantitatif dianalisis dengan
(define focus), (2) fokus penentuan desain SPSS 16,0 for windows.
dan pengembangan (design and develop-
ment focus), dan (3) fokus penyebarluasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBA-
(dissemination focus) (Willis, 1995:3). Dalam HASAN
pengembangan ini dipusatkan pada dua Program kegiatan membaca kritis ber-
fokus, yaitu fokus penetapan dan fokus basis intervensi responsif dengan multime-
penentuan desain dan pengembangan, dia adalah produk yang telah dihasilkan
karena fokus penyebarluasan lebih ba- dalam pengembangan ini. Program ke-
nyak terkait dengan kegiatan penerbitan. giatan membaca kritis dikembangkan un-

LITERA, Volume 13, Nomor 1, April 2014


7

tuk meningkatkan delapan keterampilan yang ditingkatkan, yaitu (1) membanding-


berpikir inti, yaitu: (1) keterampilan mem- kan, (2) mengklasifikasi, (3) mengurutkan,
fokuskan, (2) keterampilan mengumpul- dan (4) merepresentasikan. Keterampilan
kan informasi, (3) keterampilan mengi- mengorganisasi diperlukan oleh seorang
ngat, (4) keterampilan mengorganisasi, pembaca kritis agar ia dapat mengolah in-
(5) keterampilan menganalisis, (6) kete- formasi secara kritis untuk mendapatkan
rampilan menggeneralisasi, (7) keterampil- pemahaman menyeluruh atas isi bacaan.
an mengintegrasi, dan (8) keterampilan Pada kegiatan 5, keterampilan meng-
mengevaluasi. analisis, ada empat keterampilan pokok
Pada kegiatan 1, keterampilan mem- yang ditingkatkan, yaitu (1) mengidenti-
fokuskan, ada dua keterampilan pokok fikasi atribut dan komponen, (2) mengi-
yang ditingkatkan, yaitu (1) keterampilan dentifikasi pola-pola dan hubungannya,
menentukan isu pokok dan (2) keterampil- (3) mengidentifikasi ide pokok, dan (4)
an menentukan tujuan. Keterampilan mem- mengidentifikasi kesalahan. Keterampilan
fokuskan diperlukan oleh seorang pem- menganalisis diperlukan oleh seorang
baca kritis agar ia dapat menentukan isi/ pembaca kritis agar ia dapat mengklari-
informasi umum dari teks yang dibaca fikasi informasi dengan mengkaji bagian-
dan sebagai jembatan awal untuk melang- bagian dan hubungannya.
kah pada proses berpikir berikutnya. Pada kegiatan 6, keterampilan meng-
Pada kegiatan 2, keterampilan me- generalisasi, ada tiga keterampilan pokok
ngumpulkan informasi, ada dua keteram- yang ditingkatkan, yaitu (1) menyimpul-
pilan pokok yang ditingkatkan, yaitu kan, (2) memprediksi, dan (3) menge-
(1) menentukan substansi/isi teks yang laborasi. Keterampilan menggeneralisasi
dibaca dan (2) mengintegrasikan sub- diperlukan oleh seorang pembaca kritis
stansi/isi esensial teks yang telah ditemu- agar ia dapat mengaitkan ide baru de-
kan. Dalam membaca kritis, keterampilan ngan ide/ pengetahuan yang telah dimiliki
mengumpulkan informasi digunakan un- (prior knowledge).
tuk menumbuhkan kesadaran terhadap Pada kegiatan 7, keterampilan meng-
substansi atau isi yang akan digunakan integrasi, ada dua keterampilan yang di-
untuk melaksanakan proses kognitif beri- tingkatkan, yaitu (1) membuat ringkasan
kutnya. dan (2) merekonstruksi. Keterampilan me-
Pada kegiatan 3, keterampilan meng- ngintegrasi diperlukan oleh seorang pem-
ingat, ada dua keterampilan pokok yang baca kritis agar ia dapat meletakkan secara
ditingkatkan, yaitu (1) mengaitkan butir- bersama-sama bagian-bagian atau aspek-
butir informasi esensial yang telah ditemu- aspek yang relevan dari suatu solusi, pe-
kan agar bermakna dan mudah disimpan mahaman, prinsip, atau komposisi untuk
dalam ingatan jangka panjang dan (2) menghasilkan informasi baru serta mem-
menambahkan informasi pada informasi bangun hubungan antara informasi baru
esensial yang telah ditemukan agar mu- dengan informasi yang telah dimiliki.
dah dipanggil kembali. Keterampilan Pada kegiatan 8, keterampilan meng-
mengingat diperlukan oleh pembaca kritis evaluasi, ada dua keterampilan yang di-
agar ia dapat merekonstruksi ulang butir- tingkatkan, yaitu (1) menetapkan kriteria
butir informasi yang telah ditemukan agar dan (2) memverifikasi. Dalam membaca
informasi tersebut menjadi bermakna kritis, keterampilan mengevaluasi dikate-
dan tahan lama disimpan dalam ingatan gorikan sebagai jenjang keterampilan
jangka panjang. yang paling tinggi. Ini karena muara akhir
Pada kegiatan 4, keterampilan mengor- dari membaca kritis adalah memberikan
ganisasi, ada empat keterampilan pokok penilaian terhadap kualitas tulisan. Ke-

Pengembangan Bahan Ajar Membaca Kritis Berbasis Intervensi Responsif dengan Multimedia
8

terampilan mengevaluasi baru bisa dilak- kemampuan membaca kritis sebelum dan
sanakan secara optimal setelah seluruh setelah pemberian perlakuan karena P< α
kegiatan, mulai dari kegiatan 1 sampai 0,05. Jadi, pembelajaran dengan menggu-
dengan 7 dikerjakan. nakan bahan ajar membaca kritis berbasis
Bahan ajar membaca kritis yang di- intervensi responsif dengan multimedia
kembangkan ini berbasis intervensi res- ini terbukti efektif meningkatkan kemam-
ponsif, Ada tiga hal yang dikembangkan puan membaca kritis.
dalam program intervensi responsif, yaitu Berdasarkan deskripsi program ke-
(1) konsep-konsep teoretis tentang dela- giatan membaca kritis yang diuraikan di
pan keterampilan berpikir yang ditingkat- atas, tampak jelas bahwa produk yang di-
kan dalam bahan ajar membaca kritis, (2) kembangkan dalam penelitian ini berben-
praktik membaca kritis, dan (3) penjelasan tuk kegiatan. Artinya, titik fokus pengem-
istilah-istilah teknis. bangan adalah pada kegiatan membaca
Hasil telaah ahli dan praktisi menun- kritis bukan pada teori-teori membaca
jukkan bahwa kedua produk tersebut (pro- kritis. Kegiatan merupakan aktivitas prak-
gram membaca kritis dan program inter- tik yang dilakukan sebagai hasil dari
vensi responsif) layak dari sisi multimedia pemrosesan atau pemahaman bahasa
dan benar dan tepat dari segi isi. Hasil (Richards, 1989:28).
angket menunjukkan ≥ 70% pengguna Kegiatan yang dikembangkan dalam
produk merasakan sangat terbantu dalam penelitian ini adalah kegiatan berkelan-
(1) menguasai kedelapan keterampilan jutan. Kegiatan berkelanjutan dipilih dalam
berpikir inti, (2) memahami konsep mem- pengembangan ini karena keterampilan
baca kritis beserta penerapannya, (3) men- yang akan ditingkatkan adalah keterampil-
dapatkan model tentang cara menemukan an berbahasa kompleks yang mengharus-
isu pokok, tujuan penulisan, mengor- kan praktik berkelanjutan untuk men-
ganisasi, menganalisis, menggeralisasi, capai keterampilan utuh secara optimal.
mengintegrasi, dan menilai teks melalui Kegiatan berkelanjutan diharapkan dapat
soal-soal objektif dan esai, (4) senang menjadi tangga pedagogis, sehingga se-
dengan adanya kunci jawaban dan pen- tiap kegiatan mewakili pijakan tangga,
jelasan, (5) senang dengan adanya bahan untuk melatih pembelajar mencapai
ajar membaca kritis yang dikemas dalam tingkat keterampilan yang lebih tinggi
paket multimedia, dan (6) suasana kelas (Nunan, 1999:24).
menjadi menyenangkan dengan pembela- Bahan ajar berbasis kegiatan ini mem-
jaran yang menggunakan bahan ajar yang berikan kesempatan kepada pembelajar
dikemas dalam paket multimedia. untuk mengerjakan tugas-tugas yang ber-
Produk hasil pengembangan ini telah makna. Pembelajaran dilaksanakan de-
diuji efektivitasnya untuk mengetahui efek- ngan memberikan pengalaman bermakna
tivitas penggunaan bahan ajar membaca kepada pembelajar melalui proses me-
kritis berbasis intervensi responsif ter- ngalami. Melalui bahan ajar berbentuk
hadap peningkatan kemampuan mem- kegiatan, pembelajar diajak melaksanakan
baca kritis mahasiswa. Uji efektivitas di- praktik membaca kritis, bukan hanya
lakukan melalui uji beda dengan uji t sam- belajar teori tentang membaca kritis. Ini
pel berpasangan. Dari hasil statistik uji selaras dengan pendekatan komunikatif
beda terhadap seluruh aspek keterampil- dalam pembelajaran bahasa yang menya-
an membaca kritis sebelum perlakuan takan bahwa belajar bahasa berarti belajar
dan setelah perlakuan diketahui t= -5.826 menggunakan bahasa bukan sekedar
dan P= 0.000. Dengan demikian terdapat belajar tentang bahasa (Hymes, 1972:78).
perbedaan yang signifikan antara skor Pembelajaran bahasa dengan pendekatan

LITERA, Volume 13, Nomor 1, April 2014


9

komunikatif ini sudah disuarakan oleh reka adalah tipe pembelajar yang senang
Dell Hymes sejak tahun 1970 dan pen- dengan pembelajaran tatap muka, yakni
dekatan ini juga digunakan sebagai acuan pengajar menjelaskan konsep-konsep
dalam pengembangan kurikulum mata teoretis dan pembelajar mendengarkan,
pelajaran bahasa Indonesia sejak tahun mereka belum terbiasa belajar dengan
1980-an sampai dengan sekarang. mengonstruk informasi yang diperoleh
Pengembangan bahan ajar berbasis menjadi pengetahuan baru.
kegiatan ini juga dimaksudkan untuk me- Produk yang berupa kegiatan memba-
minimalkan dampak dari pembelajaran ca kritis, memuat delapan jenis kegiatan,
bahasa yang terlalu banyak mengkaji teori yaitu kegiatan untuk meningkatkan ke-
yang menyebabkan pembelajar kurang terampilan memfokuskan, keterampilan
terampil menggunakan bahasa. Hal ini mengumpulkan informasi, keterampilan
karena penguasaan teori tidak secara oto- mengingat, keterampilan mengorganisasi,
matis berdampak pada penguasaan ke- keterampilan menganalisis, keterampilan
terampilan yang terkait dengan teori. Ke- menggeneralisasi, keterampilan menginte-
terampilan harus dilatih, dimodelkan, dan grasi, dan keterampilan mengevaluasi.
dipraktikkan secara riil. Seseorang yang Kedelapan jenis kegiatan tersebut di-
terampil biasanya memiliki penguasaan adaptasi dari keterampilan-keterampilan
yang baik terkait dengan teori, namun berpikir inti (Marzano, dkk., 1988:69).
seseorang yang pandai berteori belum Kedelapan kegiatan tersebut adalah ke-
tentu terampil dalam praktik. giatan berkelanjutan yang diperlukan
Mengingat pentingnya penguasaan oleh seorang pembaca kritis agar ia dapat
aspek keterampilan dalam pembelajaran menentukan isi/informasi umum dari teks
bahasa, khususnya pembelajaran mem- yang dibaca, mengumpulkan dan meng-
baca, maka pengembangan bahan ajar integrasikan informasi, kemudian mengo-
berbasis kegiatan ini sangat tepat. Hal lah informasi secara kritis untuk menda-
ini didukung oleh hasil angket yang me- patkan pemahaman menyeluruh atas isi
nyatakan bahwa 97% para calon peng- bacaan, dan diikuti analisis, sintesis, dan
guna produk terbantu dalam memahami penyikapan atas gagasan penulisnya
delapan keterampilan berpikir inti yang (evaluatif).
dikemas dalam program kegiatan ini. Mengajarkan keterampilan berpikir
Melalui program kegiatan membaca kritis secara utuh dan terpadu untuk tujuan
mereka mendapatkan model bagaimana yang lebih bermakna adalah pembeda
memahami, mengorganisasi, menganali- antara produk ini dengan produk-produk
sis, sampai dengan mengevaluasi teks. lain yang pada umumnya hanya melatih-
Hasil angket juga menunjukkan bah- kan keterampilan berpikir secara terpisah.
wa setelah melaksanakan kegiatan mem- Mengajarkan keterampilan berpikir untuk
baca kritis, 74% para calon pengguna tujuan yang lebih bermakna ini selaras
produk menyatakan memahami konsep dengan peran esensial dari keterampilan
membaca kritis beserta penerapannya, berpikir inti, yang dikembangkan oleh
namun 14% menyatakan belum mema- Marzano, dkk. (1988:69). Keterampilan-
hami konsep membaca kritis beserta pe- keterampilan berpikir inti, dapat digu-
nerapannya, dan 11% menyatakan masih nakan untuk layanan metakognisi, proses
harus berlatih banyak untuk memahami kognitif, atau berpikir kritis dan kreatif
konsep membaca kritis beserta penera- dan sebagai alat untuk melaksanakan
pannya. Hasil tanya jawab dengan para tugas-tugas khusus, misalnya melakukan
calon pengguna produk yang belum me- analisis kritis suatu argumen (Marzano,
mahami konsep membaca kritis beserta dkk., 1988:68).
penerapannya menunjukkan bahwa me-

Pengembangan Bahan Ajar Membaca Kritis Berbasis Intervensi Responsif dengan Multimedia
10

Pertanyaan dalam program kegiatan pembaca merasa diberi model bagaimana


membaca kritis yang dikembangkan ini menemukan masalah pokok, menemu-
berbentuk objektif pilihan ganda dan esai. kan tujuan, menemukan isi unsur-unsur
Banyak pakar bidang pembelajaran ba- esensial teks, mengorganisasi (melihat per-
hasa yang mereaksi keras terhadap peng- samaan/perbedaan unsur-unsur esensial
gunaan pertanyaan objektif pilihan ganda teks yang dibaca), menganalisis (menen-
yang dianggap tidak menumbuhkan da- tukan hubungan antara atribut dan kom-
ya kritis dan daya kreatif pembelajar ponennya, menentukan pola dan hubung-
(Tierney, dkk., 1990:16). Namun, penda- annya, menentukan ide pokok, dan meng-
pat tersebut tidak sepenuhnya benar. identifikasi beragam kesalahan pada teks
Pertanyaan-pertanyaan objektif pilihan yang dibaca), menggeneralisasi (menentu-
ganda yang dikembangkan dengan baik, kan isi umum, simpulan, dan elaborasi
dapat diberdayakan untuk mempermu- yang paling tepat terkait pernyataan-per-
dah pembelajar dalam meningkatkan nyataan pada teks yang dibaca), meng-
kemahiran berbahasa, mengajarkan ke- integrasi (menentukan ringkasan dan
pekaan pembaca terhadap kekhasan ba- representasi yang paling tepat dari isi teks
hasa yang digunakan oleh penulis dan yang dibaca), dan mengevaluasi teks (me-
menuntun pembaca untuk menemukan nilai kualitas, isi/ide, kualitas argumen,
pesan-pesan di balik pilihan bahasa yang kualitas pengorganisasian ide, kualitas
digunakan penulis. Pertanyaan objektif tatabahasa/struktur, kualitas pilihan kata,
pilihan ganda dapat digunakan untuk dan kualitas penerapan ejaan dan tanda
program kegiatan kemahiran berbahasa, baca) secara rinci, sistematis, dan sak-
jika pertanyaan-pertanyaan itu disusun sama.
dengan baik. Pemodelan adalah salah satu prinsip
Pertanyaan objektif yang dikembang- penting dalam pengajaran dan pembe-
kan dalam program kegiatan membaca lajaran. Pemodelan diartikan oleh Oka
kritis ini menggunakan teks otentik, teks (2002:8) sebagai kegiatan guru dalam
yang diambil apa adanya tanpa perubah- memberikan contoh, memeragakan, atau
an. Seluruh pertanyaan hanya dapat di- mendemontrasikan. Tujuan pemodelan
jawab dengan membaca teks terlebih adalah agar pembelajar mengetahui, me-
dahulu, artinya untuk menjawab perta- lihat, dan dapat melakukan dengan baik
nyaan ini pembaca wajib berinteraksi de- hal yang dicontohkan oleh si pemodel
ngan teks. Pembaca harus mencermati (Oka, 2002:8). Tujuan pemodelan juga
teks secara saksama kemudian menemu- untuk membahasakan gagasan yang kita
kan isi/informasi umum dari teks yang pikirkan, mendemonstrasikan bagaimana
dibaca, mengumpulkan dan menginte- kita menginginkan para pembelajar seha-
grasikan informasi, kemudian mengolah rusnya belajar, atau melakukan apa yang
informasi secara kritis untuk mendapat- kita inginkan agar siswa melakukannya.
kan pemahaman menyeluruh atas isi baca- Pertanyaan dalam kegiatan membaca
an, dan diikuti dengan penyikapan atas kritis yang berbentuk objektif pilihan ganda
gagasan penulisnya (evaluatif). adalah salah satu model yang mendemons-
Hasil angket menunjukkan bahwa 80% trasikan tahapan yang harus dilalui untuk
para calon pengguna produk menyatakan dapat menilai teks dengan kriteria yang
senang melaksanakan kegiatan membaca dapat dipertanggungjawabkan dan de-
kritis dengan pertanyaan berbentuk ob- ngan hasil yang optimal. Pertanyaan ob-
jektif pilihan ganda. Dari hasil angket jektif pilihan ganda yang dikembangkan
diketahui bahwa melalui pertanyaan ini dapat digunakan untuk menumbuh-
beserta pilihan jawaban yang disediakan, kan daya kritis pembelajar. Hal tersebut

LITERA, Volume 13, Nomor 1, April 2014


11

dapat dibuktikan dengan peningkatan pertama kali melaksanakan kegiatan


kemampuan membaca kritis mahasiswa membaca dengan menggunakan teks
secara signifikan berdasarkan hasil uji otentik yang panjang dan teks tersebut
efektivitas produk. ditelaah dari berbagai aspek. Mereka
Keotentikan teks adalah kriteria per- tebiasa mengerjakan kegiatan membaca
tama yang tidak boleh ditawar dalam dengan teks nonotentik yang pendek, bi-
pemilihan teks membaca kritis. Hal ini asanya hanya satu paragraf yang memuat
karena tujuan akhir dari membaca kritis 4-5 kalimat.
adalah menilai kualitas teks dari aspek isi Dari hasil uji coba, pembelajar sangat
maupun gaya penulisannya, sehingga ke- antusias dengan menghabiskan banyak
otentikan teks adalah prasyarat mutlak. waktu untuk berinteraksi dengan produk
Nunan (1999:79) menjelaskan bahwa yang dikemas dalam paket multimedia.
teks otentik dalam pengajaran bahasa ada- Mereka tidak hanya mengoperasikannya di
lah teks yang digunakan dalam konteks laboratorium komputer tetapi juga meng-
komunikasi yang sesungguhnya, bukan gandakan untuk dipelajari secara mandiri
teks yang direka oleh pengajar yang ter- di rumah. Ini berarti produk ini sudah ber-
pisah dari konteks pemakaiannya. Per- hasil membangkitkan minat pembelajar.
bedaan teks otentik dan teks nonotentik Produk yang berupa bahan ajar membaca
perlu dicermati dalam menyusun suatu kritis berbasis intervensi responsif dengan
tugas/kegiatan. multimedia ini sangat menarik perhatian
Teks otentik adalah teks yang belum pembelajar dan menumbuhkan gairah/
diubah untuk tujuan pengajaran tertentu antusiasme pembelajar untuk mengikuti
(Nunan, 1999:79). Dalam penjelasannya, perkuliahan. Berdasarkan hasil angket
Nunan (1999:79) menyatakan bahwa yang diberikan kepada calon pengguna
ketika seseorang mengekstraksi sebuah produk, 89% calon pengguna produk me-
bentuk bahasa di dalam konteks komu- nyatakan senang belajar dengan meng-
nikasi di tempat peristiwa itu terjadi, lalu gunakan produk berbasis multimedia
membawanya ke dalam kelas, ia dinilai ini. Temuan ini selaras dengan hasil-hasil
sedang “menurunkan keotentikan” teks penelitian tentang penggunaan multi-
tersebut pada suatu derajat tertentu. media pendidikan dan sistem informasi
Penggunaan teks otentik untuk di- elektronik oleh siswa yang dilakukan oleh
pahami, dianalisis, dan dievaluasi inilah para peneliti dari Edith Cowan University
yang membedakan program kegiatan (Oliver, 2002:22). Temuan penelitian terse-
membaca kritis dengan program kegiatan but menyatakan bahwa bentuk interaksi
membaca yang lain, yang pada umumnya yang digunakan dalam desain bahan mul-
menggunakan teks yang sudah dimodi- timedia mampu membangkitkan gairah
fikasi atau teks nonotentik. belajar dan ingatan siswa.
Penggunaan teks otentik dalam pro- Pengampu matakuliah membaca yang
gram kegiatan membaca ini tampaknya dilibatkan sebagai tim partisipan dalam
mendapatkan reaksi yang berbeda-beda pengembangan ini menyatakan banyak
dari para calon pengguna produk. Hasil belajar dari program ini. Bahan ajar mem-
angket menunjukkan bahwa 23% calon baca kritis multimedia ini selain menarik
pengguna produk menanyakan, menge- juga kaya informasi.
luhkan, dan memberikan catatan terkait Antusiasme pembelajar juga ditun-
penggunaan teks otentik yang panjang, jang oleh kemampuan pembelajar yang
meskipun menurut mereka isinya sangat sebagian besar terampil mengoperasikan
menarik. Masukan para pengguna produk komputer. Berbagai penelitian juga me-
ini dapat dimaklumi karena mereka baru nyatakan bahwa salah satu keberhasilan

Pengembangan Bahan Ajar Membaca Kritis Berbasis Intervensi Responsif dengan Multimedia
12

penggunaan perangkat berbasis multi- isi informasi, mengintegrasikan informasi,


media pada umumnya bergantung pada dan diikuti dengan memberikan penilaian
pengetahuan dan keterampilan yang atas gagasan penulisnya.
dimiliki pembelajar dalam mengoperasi- Desain intervensi responsif digunakan
kan komputer (Oliver, 2002:22). sebagai acuan untuk mengembangkan
Produk yang berbasis intervensi res- program kegiatan membaca kritis dan se-
ponsif dengan multimedia ini ternyata luruh program intervensi responsif yang
juga memiliki beberapa kelemahan. Jawab- dikembangkan difungsikan sebagai pro-
an esai hasil angket persepsi mahasiswa gram remedial untuk mengoptimalkan
menunjukkan bahwa 17% calon peng- penguasaan keterampilan membaca kritis.
guna produk menyatakan ‘jenuh’ apabila Produk hasil pengembangan ini layak
pembelajaran dilaksanakan mengguna- dari segi isi dan multimedia dan juga
kan multimedia secara terus-menerus. telah diuji efektivitasnya untuk melihat
Mereka menginginkan interaksi multi- efektivitas produk dalam meningkatkan
arah. Kelemahan ini sebenarnya bersifat kemampuan membaca kritis mahasiswa.
bawaan. Hal ini karena tiap-tiap media Hasil uji efektivitas menunjukkan bahwa
memiliki kontribusi yang berbeda-beda bahwa pembelajaran membaca kritis de-
dalam memfasilitasi pengembangan kog- ngan menggunakan bahan ajar membaca
nitif pembelajar. Pembelajaran yang me- kritis berbasis intervensi responsif dengan
manfaatkan produk multimedia bersifat multimedia mampu meningkatkan ke-
searah. Oleh karena itu, media harus di- mampuan membaca kritis mahasiswa.
gunakan secara komplementer dalam
proses pembelajaran. Ini artinya, pembela- UCAPAN TERIMA KASIH
jaran harus dilaksanakan secara bervariasi Artikel ini disarikan dari hasil peneli-
antara pembelajaran dengan multimedia tian disertasi pada Program Pascasarjana
dan pembelajaran yang bersifat multi- Universitas Negeri Malang Tahun 2011.
arah. Ucapan terima kasih penulis sampaikan
kepada Prof. Dr. H. Imam Syafi’ie (Pro-
SIMPULAN motor), Prof. Dr. H. Dawud, M.Pd (Ko-
Penelitian pengembangan ini telah promotor, dan Prof. Dr. H. A. Syukur
menghasilkan produk berupa program Ghazali (Kopromotor) yang telah mem-
kegiatan membaca kritis berbasis inter- berikan masukan-masukan secara kritis
vensi responsif dengan multimedia. dan telah membimbing dalam seluruh
Program kegiatan membaca kritis dikem- proses tahapan penelitian disertasi ini.
bangkan untuk meningkatkan delapan
keterampilan berpikir inti. Kedelapan DAFTAR PUSTAKA
jenis kegiatan yang dikembangkan dalam Adler, M. J. dan Doren, Charles Van. 1972.
program kegiatan membaca kritis bersifat How to Read a Book. New York: Simon
continuum (rangkaian yang merupakan and Schuster.
kesatuan dan berkelanjutan), dan kede- Alderson, J. C. 2000. Assessing Reading.
lapan jenis kegiatan tersebut diperlukan Cambridge: Cambridge University
oleh seorang pembaca kritis agar dapat Press.
menentukan isi/informasi umum dari Allington, R. L. 2002. “Research on Read-
teks yang dibaca, mengumpulkan dan ing/Learning Disability Interven-
mengintegrasikan informasi, kemudian tions”. Dalam What Research Has to Say
mengolah informasi secara kritis untuk About Reading Instruction. Farstrup,
mendapatkan pemahaman menyeluruh Allan E. dan Samuels, S.Jay. (Eds.).
atas isi bacaan, mengklarifikasi kebenaran

LITERA, Volume 13, Nomor 1, April 2014


13

Newark, Delaware: International Meningkatkan Kualitas Pembelajaran


Reading Association. Membaca Intensif Jurusan Sastra In-
Colon, Brandie, Taylor, Kay Ann dan donesia Universitas Negeri Malang.
Willis, Jerry. 2000. “Constructivist Laporan Penelitian. Tidak Diterbitkan.
Instructional Design: Creating a Mul- Malang: Universitas Negeri Malang.
timedia Package for Teaching Critical Oka, D. D. 2002. Modeling. Kumpulan
Qualitative Research”. The Qualitative Materi TOT CTL Mata Pelajaran Ba-
Report, Volume 5, Number 1 & 2, May, hasa Inggris. Departemen Pendidikan
2000. (http://www.nova.edu/ssss/QR/ Nasional. Direktorat Jendral Pendidi-
QR5-1/colon.html). kan Dasar dan Menengah. Direktorat
Dawud. 2010. Pembelajaran Berargumenta- Pendidikan Lanjutan Pertama.
si Tulis Bahasa Indonesia. Makalah Pida- Oliver, R. 2002. Interactions in Multimedia
to Pengukuhan Guru Besar. Tidak Diter- Learning Materials:The Things that
bitkan. Malang: Universitas Negeri Matter. http://www.aset.org.au/confs/
Malang. iims/1996/lp/oliver.html
Hoftsteter. 2001. Pengertian Multime- Paul, R. dan Elder, L. 2006. The Internation-
dia. www.blank91. wordpress.com/ al Critical Thinking Reading and Writing
2008/02/21. Test. How to Assess Close Reading and
Hudson, T. 2007. Teaching Second Language Substantive Writing. Edisi kedua.The
Reading. Oxford: Oxford University Foundation for Critical Thinking.
Press. www.criticalthinking.org.
Hymes, D. 1972. “On Communicative Reed, Becky. 2009. Critical Reading Ques-
Competence,” dalam J.B. Pride dan tions. University of Washington, Both-
J. Holmes (Ed.) Sociolinguistics. Har- ell | 18225 Campus Way NE | Bothell,
smondswort: Penguin. WA 98011-8245 | (425) 352-5340.
King, M. L, Ellinger, B. D., Wolf, W. 1967. Richards, J.C. 1989. The Language Teach-
Critical Reading. Philadelphia and New ing Matrix. Cambridge: Cambridge
York: J.B. Lippincot Company University Press.
Kurland, D. J. 2000. What Is Critical Read- Simmons, J. S. Censorship. A Treath to Read-
ing? Dan Kurland’s. www.critical- ing, Learning, Thinking. 1994. Newark,
reading.com. Diakses 12-2-2009. Delaware USA: International Reading
Marzano, R. J., Brandt, R. S., Hughes, Association.
Carolyn Sue, Jones, Beau Fly, Press- Tierney, R J.; Readence, J E; dan Dishner,
esen, Barbara Z, Rankin, Stuart C, dan E. K. 1990. Reading Strategies and Prac-
Suhor, Charles. 1988. Dimensions of tices A Compedium. Boston: Allyn and
Thinking: A Framework for Curriculum Bacon.
and Instruction. Virginia: ASCD. Tomlinson, B dan Masuhara, H. 2004.
Marzano, R J., Pickering, Debra J, Arre- Developing Language Course Materials.
dondo, Daisy E., Blackburn, Guy J., Singapore: SEAMEO Regional Lan-
Brandt, Ronald S., Mofett, Cerylle. guage Centre.
1995. Dimensions of Learning. Alexan- Wheeler, L.Kip. 2009. Critical Reading
dria: ASCD. of An Essay’s Argument. kip@hwaet.
Nunan, D. 1999. Second Language Teaching org.
and Learning. Boston: Heinle & Heinle Willis, J. 1995. A Recursive, Reflective
Publishers. Instructional Design Model Based on
Nurhadi dan Martutik. 2009. Pengemba- Constructivist-Interpretivist Theory.
ngan Buku Ajar Membaca Kritis untuk Educational Technology, 35 (6), 5-23.

Pengembangan Bahan Ajar Membaca Kritis Berbasis Intervensi Responsif dengan Multimedia

Anda mungkin juga menyukai