Abstrak
Penelitian ini bertujuan (1) mengembangkan program kegiatan membaca kritis yang
terintegrasi dengan program intervensi responsif untuk meningkatkan kemampuan
membaca kritis mahasiswa S1 jurusan/prodi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia
dalam paket multimedia, dan (2) mengkaji efektivitas produk dalam meningkatkan
keterampilan membaca kritis mahasiswa. Penelitian ini menggunakan desain penelitian
pengembangan yang diadaptasi dari model Recursive, Reflective Design and Development
(R2D2). Pengembangan ini menghasilkan produk berupa program kegiatan membaca
kritis yang terintegrasi dengan program intervensi responsif dan dikemas dalam paket
multimedia. Hasil uji efektivitas produk menunjukkan bahwa penggunaan bahan ajar
membaca kritis berbasis intervensi responsif dengan multimedia mampu meningkatkan
kemampuan membaca kritis mahasiswa.
DEVELOPING RESPONSIVE-INTERVENTION-BASED
CRITICAL READING LEARNING MATERIALS
Abstract
This study aims to: (1) develop a critical reading activity program integrated into a
responsive intervention program in a multimedia package to improve the critical reading
skill of undergraduate students of the department/study program of the Indonesian
language and literature, and (2) investigate the effectiveness of the product to improve
their critical reading skill. The study employed a research and development model
adapted from the model of Recursive, Reflective Design and Development (R2D2). The
development produced a critical reading program integrated into a responsive intervention
program in a multimedia package. The results of the effectiveness test showed that the
use of responsive-intervention-based critical reading learning materials with multimedia
was capable of improving students’ critical reading skill.
1
2
gaya penulisannya berdasarkan kriteria kakan Kurland (2000:5) adalah (1) melihat
yang dapat dipertanggungjawabkan. apa yang dikatakan teks, ini berarti me-
Kegiatan mengevaluasi kualitas tu- ngungkapkan kembali isi teks yang dibaca,
lisan adalah kegiatan yang kompleks. Hal (2) melihat apa yang bisa diungkapkan oleh
ini karena evaluasi menuntut pembaca teks, ini berarti mendeskripsikan, mem-
untuk membaca secara teliti, aktif, anali- berikan contoh, membuat perbandingan
tik, dan reflektif (Wheeler, 2009:1; Kur- untuk memperjelas apa yang dikemukan
land, 2000:1). Wheeler (2009:1) yang me- dalam teks, dan (3) melihat teks mengung-
nyebut membaca kritis dengan membaca kapkan makna apa, ini berarti melakukan
aktif menyatakan bahwa keaktifan dalam interpretasi, menganalisis teks, dan me-
membaca kritis ditandai oleh kesiapan nentukan makna teks secara keseluruhan.
pembaca untuk berpikir terbuka dengan Berdasarkan hasil analisis inilah pembaca
terlebih dahulu meragukan kebenaran dapat menentukan kualitas teks. Oleh
informasi dalam teks, kemudian membaca karena itu, hasil evaluasi sangat bergan-
isi teks secara teliti, menganalisis teks tung pada kualitas hasil analisis, sehingga
menjadi bagian-bagian untuk menemu- analisis dikategorikan sebagai inti dari
kan logika teks, mengungkapkan kembali membaca kritis.
argumen-argumen dalam teks, memper- Dilihat dari level membaca, membaca
tanyakan argumen, dan akhirnya menilai kritis dikategorikan sebagai level mem-
kualitas argumen atau kualitas teks secara baca di atas membaca literal (Kurland,
keseluruhan. 2000:2; Nurhadi, 2009:v). Tingkatan mem-
Kurland (2000:1) yang menyinonim- baca, secara sederhana dapat dipilah men-
kan membaca kritis dengan close reading jadi tiga, yaitu membaca literal atau tersu-
menyatakan bahwa proses evaluasi dalam rat (reading on the lines), membaca tersirat
membaca kritis dimulai dari membaca se- (reading in the lines), dan membaca tersorot
cara teliti, mengamati dengan cermat, dan (reading beyond the lines). Pada tingkatan
saksama, setiap ide, informasi, pernyataan pertama, pembaca memahami apa yang
atau argumen yang dikemukakan dalam tersurat pada teks, tidak melibatkan re-
teks. Dalam membaca kritis, pembaca produksi kritis terhadap teks yang dibaca.
aktif mengenali apa yang dikatakan oleh Pada tingkatan kedua, pembaca dituntut
teks, kemudian menganalisis apa yang berpikir kritis untuk menganalisis apa
terdapat dalam teks untuk mendapat- yang dimaksudkan penulis di balik infor-
kan pemahaman yang utuh, dilanjutkan masi yang tersurat, misalnya untuk me-
dengan merefleksikan apa yang terdapat narik simpulan atau menemukan implika-
dalam teks dengan memberikan contoh, si. Pada tingkatan ketiga, pembaca ditun-
argumentasi, menarik simpati, membuat tut untuk mengevaluasi dan memberikan
kontras untuk memperjelas suatu perso- pertimbangan terhadap teks yang dibaca
alan, dan akhirnya menarik simpulan dari dan mengaplikasikan kesesuaian teks
keseluruhan teks didasarkan pada hasil yang dibaca pada aspek-aspek tertentu.
analisis yang telah dilakukan (Kurland, Dalam membaca kritis, ketiga level
2000:1). membaca tersebut sebenarnya suatu kesa-
Kurland (2000:5) melihat analisis se- tuan yang tidak dapat dipisahkan karena
bagai kegiatan inti dalam membaca kritis. membaca kritis adalah sebuah proses yang
Analisis teks berarti menguraikan, men- continuum (Adler dan Doren, 1972:16; Al-
jabarkan teks atas bagian-bagiannya untuk derson, 2001:8; dan Hudson, 2007:79-80).
mendapatkan pemahaman terhadap isi Ini artinya, kegiatan membaca pada level
keseluruhan teks. Jika dirinci, proses ana- pertama merupakan prasyarat untuk da-
lisis dalam membaca kritis yang dikemu- pat melaksanakan kegiatan pada level
Pengembangan Bahan Ajar Membaca Kritis Berbasis Intervensi Responsif dengan Multimedia
4
pendidikan bahasa dan sastra Indonesia Selaras dengan uraian di atas, pengem-
(Universitas Negeri Malang, Universitas bangan ini dilaksanakan untuk memenuhi
Negeri Surabaya, Universitas Negeri salah satu kebutuhan lapangan yang men-
Gorontalo, Universitas Negeri Yogya- desak, yaitu mengembangkan produk beru-
karta, dan Universitas Negeri Bandung) pa bahan ajar membaca kritis sekaligus
ditemukan (1) hanya ada satu LPTK yang melihat efektivitas produk. Bahan ajar
secara eksplisit mencantumkan membaca membaca kritis yang dikembangkan da-
kritis sebagai matakuliah, yaitu Univer- lam penelitian ini diharapkan dapat digu-
sitas Negeri Yogyakarta (UNY) dengan nakan untuk meningkatkan keterampilan
nama matakuliah Membaca Kritis, Kreatif, membaca kritis mahasiswa S1 jurusan/
dan Sintopis, (2) empat LPTK yang lain program studi pendidikan bahasa dan
tidak menempatkan membaca kritis se- sastra Indonesia. Pemilihan mahasiswa ju-
bagai matakuliah dan juga tidak mencan- rusan/prodi pendidikan bahasa dan sastra
tumkan membaca kritis secara eksplisit Indonesia dilandasi alasan berikut (1) agar
sebagai salah satu pokok bahasan/area para mahasiswa calon guru bahasa dan
isi dalam silabus matakuliah membaca, sastra Indonesia memiliki keterampilan
dan (3) tidak tercantum buku referensi membaca kritis dan mampu mengajarkan
dan bahan ajar tentang membaca kritis keterampilan membaca kritis dan (2) agar
baik yang berbahasa Indonesia maupun kontribusi pengajaran bahasa Indonesia
yang berbahasa Inggris pada kelima sila- tampak nyata dan terasa manfaatnya bagi
bus (termasuk dalam silabus matakuliah penguasaan disiplin atau bidang studi
Membaca Kritis Kreatif, dan Sintopis yang lainnya karena keterampilan membaca
dikembangkan oleh UNY). kritis adalah alat untuk dapat menyele-
Kondisi tersebut disebabkan oleh ter- saikan tugas-tugas akademik yang kom-
batasnya buku-buku referensi tentang pleks.
membaca kritis. Pentingnya pemilikan ke- Bahan ajar membaca kritis yang di-
terampilan membaca kritis memang sudah kembangkan ini berbasis intervensi res-
sering disinggung dalam artikel-artikel ponsif, artinya desain intervensi responsif
tentang pengajaran membaca. Namun, digunakan sebagai acuan dalam pengem-
buku-buku referensi tentang membaca bangan produk. Intervensi adalah pro-
kritis masih langka. Kelangkaan buku gram yang didesain untuk mengintensif-
referensi tentang membaca kritis inilah kan pembelajaran (Allington, 2002:271).
kemungkinan salah satu faktor penyebab Dalam desain intervensi responsif,
belum banyak dosen pembina matakuliah bahan ajar membaca kritis disusun dalam
membaca yang memiliki pemahaman bentuk kegiatan berkelanjutan dan setiap
yang memadai tentang membaca kritis kegiatan disisipkan program intervensi
sehingga tidak mencantumkan membaca responsif yang berfungsi sebagai program
kritis dalam area isi pembelajaran mem- remedial bagi pembaca/pembelajar yang
baca. belum menguasai keterampilan membaca
Pengembangan bahan ajar membaca kritis secara optimal.
kritis yang benar-benar dapat digunakan Bahan ajar membaca kritis berbasis in-
untuk mengembangkan keterampilan tervensi responsif yang dikembangkan ini
membaca kritis sesuai dengan jenjang dikemas dalam paket multimedia. Multi-
kemampuan dan bidang ilmu yang dige- media adalah beragam media (teks, gam-
luti mahasiswa adalah salah satu solusi bar, suara, dan animasi) yang digabung-
mendesak yang diperlukan untuk mem- kan menjadi satu dengan menggunakan
perbaiki kondisi pembelajaran membaca perangkat komputer, alat bantu, dan konek-
kritis yang masih diabaikan tersebut. si sehingga pengguna dapat bernavigasi
Pengembangan Bahan Ajar Membaca Kritis Berbasis Intervensi Responsif dengan Multimedia
6
Pengembangan Bahan Ajar Membaca Kritis Berbasis Intervensi Responsif dengan Multimedia
8
terampilan mengevaluasi baru bisa dilak- kemampuan membaca kritis sebelum dan
sanakan secara optimal setelah seluruh setelah pemberian perlakuan karena P< α
kegiatan, mulai dari kegiatan 1 sampai 0,05. Jadi, pembelajaran dengan menggu-
dengan 7 dikerjakan. nakan bahan ajar membaca kritis berbasis
Bahan ajar membaca kritis yang di- intervensi responsif dengan multimedia
kembangkan ini berbasis intervensi res- ini terbukti efektif meningkatkan kemam-
ponsif, Ada tiga hal yang dikembangkan puan membaca kritis.
dalam program intervensi responsif, yaitu Berdasarkan deskripsi program ke-
(1) konsep-konsep teoretis tentang dela- giatan membaca kritis yang diuraikan di
pan keterampilan berpikir yang ditingkat- atas, tampak jelas bahwa produk yang di-
kan dalam bahan ajar membaca kritis, (2) kembangkan dalam penelitian ini berben-
praktik membaca kritis, dan (3) penjelasan tuk kegiatan. Artinya, titik fokus pengem-
istilah-istilah teknis. bangan adalah pada kegiatan membaca
Hasil telaah ahli dan praktisi menun- kritis bukan pada teori-teori membaca
jukkan bahwa kedua produk tersebut (pro- kritis. Kegiatan merupakan aktivitas prak-
gram membaca kritis dan program inter- tik yang dilakukan sebagai hasil dari
vensi responsif) layak dari sisi multimedia pemrosesan atau pemahaman bahasa
dan benar dan tepat dari segi isi. Hasil (Richards, 1989:28).
angket menunjukkan ≥ 70% pengguna Kegiatan yang dikembangkan dalam
produk merasakan sangat terbantu dalam penelitian ini adalah kegiatan berkelan-
(1) menguasai kedelapan keterampilan jutan. Kegiatan berkelanjutan dipilih dalam
berpikir inti, (2) memahami konsep mem- pengembangan ini karena keterampilan
baca kritis beserta penerapannya, (3) men- yang akan ditingkatkan adalah keterampil-
dapatkan model tentang cara menemukan an berbahasa kompleks yang mengharus-
isu pokok, tujuan penulisan, mengor- kan praktik berkelanjutan untuk men-
ganisasi, menganalisis, menggeralisasi, capai keterampilan utuh secara optimal.
mengintegrasi, dan menilai teks melalui Kegiatan berkelanjutan diharapkan dapat
soal-soal objektif dan esai, (4) senang menjadi tangga pedagogis, sehingga se-
dengan adanya kunci jawaban dan pen- tiap kegiatan mewakili pijakan tangga,
jelasan, (5) senang dengan adanya bahan untuk melatih pembelajar mencapai
ajar membaca kritis yang dikemas dalam tingkat keterampilan yang lebih tinggi
paket multimedia, dan (6) suasana kelas (Nunan, 1999:24).
menjadi menyenangkan dengan pembela- Bahan ajar berbasis kegiatan ini mem-
jaran yang menggunakan bahan ajar yang berikan kesempatan kepada pembelajar
dikemas dalam paket multimedia. untuk mengerjakan tugas-tugas yang ber-
Produk hasil pengembangan ini telah makna. Pembelajaran dilaksanakan de-
diuji efektivitasnya untuk mengetahui efek- ngan memberikan pengalaman bermakna
tivitas penggunaan bahan ajar membaca kepada pembelajar melalui proses me-
kritis berbasis intervensi responsif ter- ngalami. Melalui bahan ajar berbentuk
hadap peningkatan kemampuan mem- kegiatan, pembelajar diajak melaksanakan
baca kritis mahasiswa. Uji efektivitas di- praktik membaca kritis, bukan hanya
lakukan melalui uji beda dengan uji t sam- belajar teori tentang membaca kritis. Ini
pel berpasangan. Dari hasil statistik uji selaras dengan pendekatan komunikatif
beda terhadap seluruh aspek keterampil- dalam pembelajaran bahasa yang menya-
an membaca kritis sebelum perlakuan takan bahwa belajar bahasa berarti belajar
dan setelah perlakuan diketahui t= -5.826 menggunakan bahasa bukan sekedar
dan P= 0.000. Dengan demikian terdapat belajar tentang bahasa (Hymes, 1972:78).
perbedaan yang signifikan antara skor Pembelajaran bahasa dengan pendekatan
komunikatif ini sudah disuarakan oleh reka adalah tipe pembelajar yang senang
Dell Hymes sejak tahun 1970 dan pen- dengan pembelajaran tatap muka, yakni
dekatan ini juga digunakan sebagai acuan pengajar menjelaskan konsep-konsep
dalam pengembangan kurikulum mata teoretis dan pembelajar mendengarkan,
pelajaran bahasa Indonesia sejak tahun mereka belum terbiasa belajar dengan
1980-an sampai dengan sekarang. mengonstruk informasi yang diperoleh
Pengembangan bahan ajar berbasis menjadi pengetahuan baru.
kegiatan ini juga dimaksudkan untuk me- Produk yang berupa kegiatan memba-
minimalkan dampak dari pembelajaran ca kritis, memuat delapan jenis kegiatan,
bahasa yang terlalu banyak mengkaji teori yaitu kegiatan untuk meningkatkan ke-
yang menyebabkan pembelajar kurang terampilan memfokuskan, keterampilan
terampil menggunakan bahasa. Hal ini mengumpulkan informasi, keterampilan
karena penguasaan teori tidak secara oto- mengingat, keterampilan mengorganisasi,
matis berdampak pada penguasaan ke- keterampilan menganalisis, keterampilan
terampilan yang terkait dengan teori. Ke- menggeneralisasi, keterampilan menginte-
terampilan harus dilatih, dimodelkan, dan grasi, dan keterampilan mengevaluasi.
dipraktikkan secara riil. Seseorang yang Kedelapan jenis kegiatan tersebut di-
terampil biasanya memiliki penguasaan adaptasi dari keterampilan-keterampilan
yang baik terkait dengan teori, namun berpikir inti (Marzano, dkk., 1988:69).
seseorang yang pandai berteori belum Kedelapan kegiatan tersebut adalah ke-
tentu terampil dalam praktik. giatan berkelanjutan yang diperlukan
Mengingat pentingnya penguasaan oleh seorang pembaca kritis agar ia dapat
aspek keterampilan dalam pembelajaran menentukan isi/informasi umum dari teks
bahasa, khususnya pembelajaran mem- yang dibaca, mengumpulkan dan meng-
baca, maka pengembangan bahan ajar integrasikan informasi, kemudian mengo-
berbasis kegiatan ini sangat tepat. Hal lah informasi secara kritis untuk menda-
ini didukung oleh hasil angket yang me- patkan pemahaman menyeluruh atas isi
nyatakan bahwa 97% para calon peng- bacaan, dan diikuti analisis, sintesis, dan
guna produk terbantu dalam memahami penyikapan atas gagasan penulisnya
delapan keterampilan berpikir inti yang (evaluatif).
dikemas dalam program kegiatan ini. Mengajarkan keterampilan berpikir
Melalui program kegiatan membaca kritis secara utuh dan terpadu untuk tujuan
mereka mendapatkan model bagaimana yang lebih bermakna adalah pembeda
memahami, mengorganisasi, menganali- antara produk ini dengan produk-produk
sis, sampai dengan mengevaluasi teks. lain yang pada umumnya hanya melatih-
Hasil angket juga menunjukkan bah- kan keterampilan berpikir secara terpisah.
wa setelah melaksanakan kegiatan mem- Mengajarkan keterampilan berpikir untuk
baca kritis, 74% para calon pengguna tujuan yang lebih bermakna ini selaras
produk menyatakan memahami konsep dengan peran esensial dari keterampilan
membaca kritis beserta penerapannya, berpikir inti, yang dikembangkan oleh
namun 14% menyatakan belum mema- Marzano, dkk. (1988:69). Keterampilan-
hami konsep membaca kritis beserta pe- keterampilan berpikir inti, dapat digu-
nerapannya, dan 11% menyatakan masih nakan untuk layanan metakognisi, proses
harus berlatih banyak untuk memahami kognitif, atau berpikir kritis dan kreatif
konsep membaca kritis beserta penera- dan sebagai alat untuk melaksanakan
pannya. Hasil tanya jawab dengan para tugas-tugas khusus, misalnya melakukan
calon pengguna produk yang belum me- analisis kritis suatu argumen (Marzano,
mahami konsep membaca kritis beserta dkk., 1988:68).
penerapannya menunjukkan bahwa me-
Pengembangan Bahan Ajar Membaca Kritis Berbasis Intervensi Responsif dengan Multimedia
10
Pengembangan Bahan Ajar Membaca Kritis Berbasis Intervensi Responsif dengan Multimedia
12
Pengembangan Bahan Ajar Membaca Kritis Berbasis Intervensi Responsif dengan Multimedia