Anda di halaman 1dari 11

REKAYASA IDE

TERKAIT PERMASALAHAN DI SD
(Kemalasan Belajar Siswa Dalam Proses Belajar)

DISUSUN OLEH :

SOFIYAN
(8196181003)

MATA KULIAH TEORI BELAJAR DAN


PERMASALAHAN DI SD
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR
PASCASARJANA UNIMED
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan RahmatNya sehingga penulis dapat menyelaesaikan tugas makalah mata
kuliah Teori belajar dan permasalahan di SD. Penulis berterima kasih kepada Bapak
Dosen Dr. Aman Simare-mare, MS. yang sudah memberikan bimbingannya.
Penulis juga menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan oleh karena itu
penulis meminta maaf jika terdapat kesalahan dalam penulisan dan penulis juga
mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan tugas ini.
            Akhir kata penulis ucapkan terima kasih semoga dapat bermanfaat dan bisa
menambah pengetahuan bagi pembaca.

Medan, 30 Maret
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dunia pendidikan mengartikan diagnosis kesulitan belajar sebagai segala usaha
yang dilakukan untuk memahami dan menetapkan jenis dan sifat kesulitan
belajar. Masalah belajar yang terjadi dikalangan murid sering kali terjadi dan
menghambat kelancaran proses belajar siswa.
Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa
kelemahan-kelemahan dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak
menguntungkan bagi dirinya. Masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami oleh
murid-murid yang lambat saja dalam belajarnya, tetapi juga dapat menimpa murid-murid
yang pandai atau cerdas.
Mengajar adalah suatu seni. Guru yang cakap mengajar dapat merasakan bahwa
mengajar di mana saja adalah suatu hal yang menggembirakan, yang membuatnya
melupakan kelelahan. Selain itu guru juga dapat mempengaruhi muridnya melalui
kepribadiannya. Guru yang ingin murid-muridnya mengalami kemajuan, perlu
mengadakan pengamatan dan penelitian terhadap teori dan praktek mengajar sehingga ia
dapat terus-menerus meningkatkan cara mengajar
B. Rumusan Masalah
1. Apakah penyebab siswa malas belajar ?
2. Bagaimana peran guru sebagai media motivasi ?
3. Bagaimana cara mengajar yang efektif ?
4. Apa saja metode pembelajaran yang digunakan guru ?
5. Bagamana cara mengatasi kemalasan belajar siswa ?
C.    Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui cara guru dalam mengatasi kemalasan belajar pada diri siswa
dalam proses belajar mengajar
D.    Manfaat Penulisan
Agar dapat menambah wawasan para guru maupun calon guru dalam mengatasi
kemalasan belajar siswa dalam proses belajar.
BAB II
PEMBAHASAN

A.  Penyebab Siswa Malas Belajar


Pada dasarnya keadaan siswa mampu memahami materi pelajaran dengan baik,
asalkan mereka bisa diperhatikan situasi dan kondisi sewaktu belajarnya. Dengan strategi
dan metode pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan siswa, maka proses dan hasil
pembelajaran akan tercapai dengan baik. Yang harus diperhatikan oleh guru dalam
hubungannya dengan kegiatan pembelajaran adalah kondisi dan lingkungan belajar di
mana siswa itu berada. Ini sangat menentukan sekali, maka dalam hal ini bagi guru harus
menjadi fokus perhatian sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran dilaksanakan.
Hal yang membuat siswa malas belajar :
1. Gurunya lebih sering marah-marah dibanding mengajar
2. Sebutan guru killer membuat sebagian siswa tidak senang dengan gurunya sehingga
malas belajar pada mata pelajaran tersebut
3. Guru tidak ramah
4. Guru jarang memperhatikan siswanya
5. Siswa tidak memahami makna dari suatu mata pelajaran
Sebagai guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya tidak hanya mengajar
untuk menyampaikan materi pelajaran saja. Menyampaikan materi sesuai dengan
program tanpa memperhatikan kondisi siswa pada saat mereka menerima pelajaran
tersebut. Bisa saja dengan materi yang sama disampaikan dengan kondisi siswa yang
berbeda akan diterima dengan hasil yang berbeda. Pada saat siswa sakit atau sedang
jengkel atau marah, pelajaran diterimanya dengan malas. Sebelum guru menghadapi
siswa, dia harus memperhatikan kondisi siswa tersebut. Tidak asal tersampaikannya
materi pelajaran sesuai target yang ingin dicapainya.

B.  Guru Sebagai Media Motivasi


Guru tidak hanya mengajarkan kita tentang pelajaran-pelajaran di sekolah, guru
juga mendidik dan membina siswa dalam membangun kepribadian siswa. Coba
bayangkan, apabila seorang guru seperti sang motivator terkenal “Mario Teguh” maka
pasti tidak ada yang malas belajar apalagi meninggalkan kelas. Pada umumnya siswa
senang belajar karena guru mata pelajaran tersebut yang disenangi sehingga mata
pelajarannya pun juga ikut disenangi. Apabila gurunya selalu murah senyum, penuh
canda tawa, dan juga membuktikan dirinya bahwa ia bisa jadi panutan, maka siswa akan
meresponnya dengan baik sehingga siswa percaya dengan guru tersebut dan siap
mengikuti mata pelajaran yang ia bawakan.
Guru sebagai media motivasi para siswa  harus lebih kreatif dalam proses
pembelaran. Contohnya sang guru harus menghubungkan materi yang ia bawakan
dengan kehidupan tokoh-tokoh yang berhasil dalam suatu bidang agar siswa dapat lebih
baik mencerna pelajaran dengan bukti yang konkrit seperti yang dipaparkan sang guru.
Guru juga perlu memaparkan bahwa dasar dari kesuksesan itu adalah belajar.
C. Cara Mengajar Efektif
Mengajar adalah suatu seni. Guru yang cakap mengajar dapat merasakan bahwa
mengajar di mana saja adalah suatu hal yang menggembirakan, yang membuatnya
melupakan kelelahan. Selain itu guru juga dapat mempengaruhi muridnya melalui
kepribadiannya. Guru yang ingin murid-muridnya mengalami kemajuan, perlu
mengadakan pengamatan dan penelitian terhadap teori dan praktek mengajar sehingga ia
dapat terus-menerus meningkatkan cara mengajar. Sepuluh jenis prinsip dasar dalam cara
mengajar yang disajikan di bawah ini, dapat dipakai sebagai petunjuk oleh para pengajar
guna meningkatkan cara mengajar mereka. Diantaranya yaitu:
1. Menguasai Isi Pengajaran.
Hukum yang pertama dalam teori “Tujuh Hukum Mengajar” dari John Milton
Gregory berbunyi: “Guru harus mengetahui apa yang diajarkan.” Jika guru sendiri
mengetahui dengan jelas inti pelajaran yang akan disampaikan, ia dapat meyakinkan
murid dengan wibawanya, sehingga murid percaya apa yang dikatakan guru, bahkan
merasa tertarik terhadap pelajaran.
2. Mengetahui dengan Jelas Sasaran Pengajaran.
Pengajaran yang jelas sasarannya membuat murid melihat dengan jelas inti dari
pokok pelajaran itu. Mereka dapat menangkap seluruh liputan pelajaran, bahkan
mengalami kemajuan dalam proses belajar. Empat macam ciri khas yang harus
diperhatikan pada saat memilih dan menuliskan sasaran pengajaran: 1) Inti dari
sasaran harus disebutkan dengan jelas. 2) Ungkapan penting dari sasaran harus
bertitik tolak dari konsep murid. 3) Sasaran harus meliputi hasil belajar. 4) Hasil
sasaran yang dapat dicapai. Contoh: Contoh-contoh di atas telah menjelaskan empat
macam hasil belajar yang berbeda: pengetahuan, pengertian, sikap, dan ketrampilan.
3. Utamakan Susunan yang Sistematis.
Pengajaran yang tidak bersistem bagaikan sebuah lukisan yang semrawut, tidak
memberikan kesan yang jelas bagi orang lain. Tidak adanya inti, tidak tersusun, tidak
sistematis, akan sulit dipahami dan sulit diingat. Oleh sebab itu inti pengajaran harus
disusun dengan teratur dan sistematis.
4. Banyak Gunakan Contoh Kehidupan
Pada saat mengajar, seringlah menggunakan contoh atau perumpamaan kehidupan
sehari-hari atau yang pernah dialami misalnya dalam perdagangan, rental, nilai uts /
uas, dan lain sebagainya. Contoh kehidupan adalah jembatan antara kebenaran ilmu
dan dunia nyata.
5. Cakap Menggunakan Bentuk Cerita
Bentuk cerita tidak hanya diutarakan dengan kata-kata, namun juga boleh dicoba
dengan menambahkan gerakan-gerakan, yang memperdalam kesan murid. Bentuk
yang paling lazim adalah menggunakan perumpamaan untuk menjelaskan kebenaran.
6. Menggunakan Panca Indera Murid
Penggunaan bahan pengajaran yang berbentuk audio visual berarti menggunakan
panca indera murid. Bahan pengajaran audio visual bukan saja cocok untuk Sekolah
Minggu anak-anak, juga untuk Sekolah Minggu pelbagai usia. Ensiklopedia adalah
buku yang sering dipakai oleh para ilmuwan, namun di dalamnya terdapat banyak
penjelasan yang menggunakan gambar-gambar. Itu berarti bahwa para ilmuwan pun
perlu bantuan gambar untuk mengadakan penelitian. Para ahli pernah mengadakan
catatan statistik selama 15 bulan, sebagai hasilnya mereka mendapatkan persentase
dari isi pelajaran yang masih dapat diingat oleh murid: bagi murid yang hanya
tergantung pada indera pendengaran saja masih dapat mengingat 28%, sedangkan
bagi murid yang menggunakan indera pendengaran ditambah dengan indra
penglihatan dapat mengingat 78%.
7. Melibatkan Murid dalam Pelajaran
Melibatkan murid dalam pelajaran dapat menambah ingatan mereka, juga motivasi
dan kegemaran mereka. Cara itu dapat menghilangkan kesalahpahaman yang
mungkin terjadi ditengah pertukaran pikiran antara guru dan murid, selain
mengurangi tingkah laku yang mengacau. Misalnya: biarkan murid menggunakan
kata-katanya sendiri untuk menjelaskan argumentasi atau pendapatnya; biarlah murid
menggali dan menemukan hubungan antar konsep yang berbeda, biarlah murid
bergerak sebentar. Jika murid sibuk melibatkan diri dengan pelajaran, maka tidak ada
peluang lagi untuk mengacau atau membuat ulah. 
8. Menguasai Kejiwaan Murid
Guru yang ingin memberikan pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan murid, tentu
harus memahami perkembangan jiwa murid pada setiap usia. Ia juga harus
mengetahui dengan jelas kebutuhan dan masalah pribadi mereka. Pengertian antara
guru dan murid adalah syarat utama untuk komunikasi timbal balik. Komunikasi
yang baik dapat membuat penyaluran pengetahuan menjadi lebih efektif. 
9. Gunakanlah Cara Mengajar yang Hidup
Sekalipun memiliki cara mengajar yang paling baik, namun jika terus digunakan
dengan tidak pernah diubah, maka cara itu akan hilang kegunaannya dan membuat
murid merasa jemu. Cara yang terbaik adalah menggunakan cara mengajar yang
bervariasi dan fleksibel, untuk menambah kesegaran. 
10. Menjadikan Diri Sendiri Sebagai Teladan
Masalah umum para guru adalah dapat berbicara, namun tidak dapat melaksanakan.
Pengajarannya ketat sekali, namun kehidupannya sendiri banyak cacat cela. Cara
mengajar yang efektif adalah guru sendiri menjadikan diri sebagai teladan hidup
untuk menyampaikan kebenaran, dan itu merupakan cara yang paling berpengaruh.
Kewibawaan seseorang terletak pada keselarasan antara teori dan praktek. Jikalau
guru dapat menerapkan kebenaran yang diajarkan pada kehidupan pribadinya, maka
ia pun memiliki wibawa untuk mengajar.

D. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran atau strategi mengajar adalah suatu cara menyampaikan
pesan yang terkandung dalam kurikulum. Metode harus sesuai dengan materi yang akan
disampaikan. Metode pembelajaran ini, menjawab pertanyaan “how” yaitu bagaimana
menyampaikan materi atau isi kurikulum kepada siswa secara efektif. Oleh karenanya,
walaupun metode pembelajaran adalah komponen yang kecil dari perencanaan
pengajaran (instructional plan), tetapi memiliki peran dan fungsi yang sangat penting
dalam proses belajar itu sendiri. Karena dengan ini, memperkecil peluang siswa untuk
malas belajar. Metode yang digunakan guru dalam mengajar disekolah :
1. Metode Ceramah
2. Metode Tanya Jawab
3. Metode Diskusi
4. Metode Pemberian Tugas
5. Metode Eksperimen
6. Metode Simulasi, Bermain Peran, dan Sosiodrama/Psikodrama
7. Metode Karyawisata / Widyawisata
8. Metode Pengajaran Unit
9. Metode Penemuan ( Discovery-inquiry )
10. Metode Panel
11. Metode Simposium
12. Metode Seminar
13. Metode Forum
E. Mengatasi Kemalasan Belajar Siswa
Siswa yang sedang malas belajar biasanya mereka berpikir bahwa untuk apa saya
belajar hal ini. Maka dari itu  guru perlu memberikan arahan yang baik seperti :
1. Memberi sentuhan pada titik peka anak. Pada kondisi anak malas belajar, sebagai
orangtua sekaligus sebagai pendidik bagi anak harus memiliki kesabaran untuk
memulai menyentuh titik peka anak dengan memberi perhatian khusus pada hal-hal
yang amat menarik perhatian anak. Hal ini perlu  dilakukan untuk memperoleh
tanggapan dan perhatian anak. Dengan demikian anak tentunya akan terbuka
menerima pendapat dengan perasaan senang dan gembira, bebas dari perasaan
tertekan, takut dan terpaksa. Pada akhirnya anak akan menerima pemahaman, betapa
penting dan dibutuhkan proses belajar untuk mencapai tujuan (memperoleh
keperkasaan menurut daya nalarnya). Dalam hatinya pun tergerak untuk melakukan
dan merencanakan kegiatan belajarnya. Hanya saja di sini dibutuhkan kesabaran kita
untuk melakukan pendekatan kepada anak.
2. Anak malas belajar harus dibangkitkan nilai plus anak. Satu pengharapan orangtua
tentunya menginginkan anak itu terpacu semangatnya untuk belajar. Anak belajar
atas inisiatif, kesadaran sendiri dan proses belajar itu sudah menjadi suatu kesadaran
kebutuhannya untuk mencapai suatu kecakapan khusus serta ingin menonjolkan
kelebihan-kelebihannya lebih dari yang lainnya. Untuk menyentuh perasaan atau
keinginan bawah sadar anak agar dirinya merasa “tertantang” untuk melakukan
sesuatu yang positif, kita dapat mengambil contoh dari tokoh film herois dan tokoh
dunia yang sukses. Kita dapat mengungkapkan, bahwa untuk menjadi orang yang
sukses dibutuhkan perencanaan belajar, cara-cara belajar yang baik, tahu apa yang
hendak dipelajari dan tahu menerapkan apa yang dipelajari, sehingga tertanam
pemahaman belajar yang bukan asal belajar.
3. Mengembangkan cita-cita anak. Anak malas belajar harus di dorong agar memiliki
cita-cita hidup sesuai dengan taraf perkembangan daya nalarnya dan usianya untuk
itu kita harus aktif berperan dalam proses ini. Cita-cita anak selalu berubah sesuai
dengan perkembangan usia dan daya nalar anak. Kita dapat memberi contoh agar
anak mau mengembangkan imajinasi dirinya atau mengidentifikasikan dirinya jika
sudah dewasa ingin menjadi apa dirinya. Dengan terpatrinya sebuah cita-cita hidup
dalam hati nurani anak, akan menumbuhkan motivasi instrinsik pada diri anak untuk
lebih giat belajar dan lebih terbuka untuk mengembangkan perencanaan belajarnya.
4. Menentukan waktu belajar anak yang tepat. Jika anak telah sadar dan tergerak
hatinya untuk melakukan kegiatan belajar kesempatan yang baik ini jangan kita sia-
siakan. Anak malas belajar harus kita arahkan untuk menentukan kapan waktu
belajarya. Hal-hal yang perlu diperhitungkan dalam menentukan waktu belajar anak
di rumah, antara lain: sesuai dengan keinginan anak, jangan berbenturan dengan
waktu keinginan-keinginan lain yang dominan pada anak, seperti ingin menonton
film kartun favoritnya, dan sebagainya. Kondisi fisik dan psikis anak dalam keadaan
fresh (segar) bebas dari rasa lelah, mengantuk, gangguan penyakit, rasa marah dan
sebagainya.
5. Mengembangkan tujuan belajar. Anak malas belajar agar tahu manfaat dan arah apa
yang dipelajarinya, biasakan belajar dengan bertujuan. Dengan adanya tujuan belajar
akan lebih bermakna, karena anak mengetahui dengan jelas apa yang hendak
dipelajari dan apa yang dikuasainya. Anak pun akan mudah memusatkan perhatian
pada pelajarannya.
6. Mengembangkan cara-cara belajar yang baik pada anak. Anak malas belajar harus
ditumbuhkan gairah  belajarnya, gairah belajar itu akan tumbuh jika dirinya
mengetahui bagaimana cara belajar yang efektif dan efesien. Untuk mencapai tujuan
belajar anak, Anda perlu membekali anak bagaimana cara-cara belajar yang efektif
dan efesien. Kita dapat mananamkan pengertian pada anak bahwa dalam belajar juga
sangat dibutuhkan teknik belajar yang baik, agar belajar itu lebih bermakna dan
memudahkan pencapaian tujuan belajar.
7. Anak malas belajar harus dikembangkan rasa percaya dirinya. Sudah tentu menjadi
suatu keharusan bagi kita untuk bisa membangkitkan dan memupuk rasa percaya diri
anak sedini mungkin. Rasa percaya diri adalah sumber motivasi yang besar bagi anak
untuk memusatkan perhatian pada pelajarannya. Dengan adanya percaya diri pada
anak, akan tumbuh semangat “dia mampu berbuat atau melakukan”. Sesuatu yang
sulit dalam pelajaran menjadi tantangan untuk ditaklukkan dan untuk dikuasai. Anak
punya keyakinan mampu melakukan tidak akan gampang menyerah dalam
menghadapi kesulitan atau hambatan dalam belajar. Kreativitas dan imajinasi
berpikir akan berkembang untuk mencari cara-cara mengatasi kesulitan. Agar guru
lebih efektif, maka jalan yang harus dilakukan adalah :
1) Guru melakukan pendekatan persuasif dan edukatif kepada siswa, memposisikan
siswa sebagai teman bicara dan bukan sebagai terdakwa
2) Guru memberikan teladan yang baik kepada siswa, jangan sampai siswa
terlambat dihukum sedangkan guru yang sering terlambat dibiarkan saja.
3) Guru selalu berkreasi, berinovasi agar suasana kelas tercipta ceria menyenangkan
dan hidup.
4) Guru hendaknya merefleksi dan mengevaluasi diri apakah siswa dapat menerima
dan memahami yang telah diajarkan guru.
5) Guru harus memberikan penilaian kepada siswa dengan adil, transparan, jujur
dan tidak merekayasa.
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pada dasarnya keadaan siswa mampu memahami materi pelajaran dengan baik,
asalkan mereka bisa diperhatikan situasi dan kondisi sewaktu belajarnya. Dengan strategi
dan metode pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan siswa, maka proses dan hasil
pembelajaran akan tercapai dengan baik.
Sebagai guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya tidak hanya mengajar
untuk menyampaikan materi pelajaran saja. Menyampaikan materi sesuai dengan
program tanpa memperhatikan kondisi siswa pada saat mereka menerima pelajaran
tersebut. Bisa saja dengan materi yang sama disampaikan dengan kondisi siswa yang
berbeda akan diterima dengan hasil yang berbeda. Pada saat siswa sakit atau sedang
jengkel atau marah, pelajaran diterimanya dengan malas. Sebelum guru menghadapi
siswa, dia harus memperhatikan kondisi siswa tersebut. Tidak asal tersampaikannya
materi pelajaran sesuai target yang ingin dicapainya.
Guru sebagai media motivasi para siswa  harus lebih kreatif dalam proses
pembelaran. Contohnya sang guru harus menghubungkan materi yang ia bawakan
dengan kehidupan tokoh-tokoh yang berhasil dalam suatu bidang agar siswa dapat lebih
baik mencerna pelajaran dengan bukti yang konkrit seperti yang dipaparkan sang guru.
Guru juga perlu memaparkan bahwa dasar dari kesuksesan itu adalah belajar.
B.     Saran
Guru harus memberi lebih perhatian khusus dengan metode yang tepat, agar siswa
dapat belajar dengan maksimal.

Anda mungkin juga menyukai