Anda di halaman 1dari 4

Pembangunan Pura Ditentang, Hingga Kini Tak Ada

Satu Pun Pura di Bekasi


16/05/2019
Sasmito Madrim

Lahan seluas 1 hektar di areal persawahan yang akan dibangun menjadi pura di Desa
Sukahurip, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. (Foto: Sasmito Madrim)
Teruskan

Sekitar 7 ribu umat Hindu di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat tidak


memiliki tempat ibadah atau pura di wilayahnya.

BEKASI, JAWA BARAT (VOA) —


Suyono, warga Desa Sukahurip, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat harus menempuh
perjalanan hingga 2 jam untuk beribadah di Pura Agung Tirta Bhuana yang berada di
kawasan Jakasampura, Kota Bekasi. Menurutnya, perjalanan tersebut bisa menjadi
lebih lama yakni hingga 5 jam jika jalan raya dalam keadaan macet. Suyono terpaksa
melakukan hal tersebut karena tidak ada satupun rumah ibadah bagi umat Hindu
atau pura di di Kabupaten Bekasi.

Atas dasar itulah, Suyono bersama pemeluk Hindu lainnya di Kabupaten Bekasi
berencana membangun pura di Desa Sukahurip di lahan seluas 1 hektar.

"Ya mudah-mudahan warga memahami kebutuhan umat kami yang sedikit di sini.
Kalau dikumpulkan ya banyak. Kita tidak bakalan mengajak umat agama lain
bergabung ke agama kami, tidak ada," tutur Suyono kepada VOA sepulang bekerja
dari sawah di Bekasi, Rabu (15/5).

Lelaki kelahiran Gunung Kidul, Yogyakarta yang sudah 21 tahun tinggal di Desa
Sukahurip menambahkan ada 2 keluarga yang beragama Hindu di desanya. Namun,
jumlah umat Hindu secara keseluruhan di Kabupaten Bekasi, menurut Parisada
Hindu Dharma Indonesia (PHDI), berjumlah sekitar 7 ribu orang.
Karena itu, kata Suyono, keberadaan pura di Desa Sukahurip nantinya juga dapat
menambah penghasilan bagi masyarakat sekitar seperti dari parkir dan sebagainya.

Petani Wahidin saat bekerja di lahan yang akan dibangun pura, Rabu (15/5/2019).
Foto: Sasmito
Ketua PHDI Kabupaten Bekasi, I Made Pande Cakra menambahkan, ketiadaan pura
di wilayahnya juga membuat siswa-siswi sekolah dasar hingga menengah atas harus
menempuh puluhan kilometer ke Kota Bekasi untuk belajar ke Pura Agung Tirta
Bhuana.

"Jadi desakan dari warga (umat) kita, karena mereka setiap Minggu pagi harus
mengantar anak yang tidak mendapat pelajaran agama di sekolah ke pura
Kalimalang itu. Sementara itu ada yang dari Setu, Cibarusa, Tambelang itu cukup
jauh. Kalau yang punya mobil mungkin bisa. Kalau yang tidak bisa naik angkot 3-4
kali itu," jelasnya kepada VOA.

Made menambahkan panitia pembangunan pura di Desa Sukahurip telah dibentuk


sejak 1 April 2017. Panitia tersebut telah mengirim surat audiensi ke pemerintah
kabupaten Bekasi dan berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait tentang rencana
pendirian pura.

Panitia juga telah mendapatkan dukungan dari 60 warga sekitar dan memiliki daftar
nama 90 umat yang akan menggunakan tempat ibadah sesuai amanat Peraturan
Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2006.
Menurutnya, kantor kementerian agama dan pemerintah setempat tidak keberatan
dengan rencana pendirian pura. Hanya, saat ini mereka masih menunggu
rekomendasi dari Forum Kerukunan Umat Beragama Bekasi.

Sekelompok Warga Tolak Pembangunan Pura

Pada awal Mei 2019, sekelompok orang menolak rencana pendirian pura dengan
memasang spanduk. Namun, spanduk tersebut akhirnya diturunkan beberapa hari
kemudian.
Dua warga yang ditemui VOA di lokasi yang akan dibangun pura yakni di sebuah
lahan yang dikelilingi sawah mengatakan tidak keberatan dengan rencana pendirian
pura. Salah satunya yaitu Wahidin yang bertani di lahan yang akan dibangun pura.
Menurutnya, semua agama memiliki tujuan yang sama yaitu saling membantu dan
bergotong royong.

"Kalau saya sebagai masyarakat, agama mau Hindu, Budha, Kristen sama tujuannya.
Kalau saya tergantung ulama saja. Kalau ulama para kyai sudah menyetujui saya
ikut-ikutan sebagai masyarakat. Mendukunglah, sama tujuannya," kata Wahidin.

Wahidin berharap makam yang dianggap keramat yang berada di samping lahan
pura agar tidak digusur jika pura nantinya dibangun. Jika merujuk informasi dari
Suyono, makam tersebut nantinya memang tidak akan digusur, sebaliknya akan
diperbaiki menjadi lebih bagus.

Di lain tempat, salah satu warga yang tidak mau disebut namanya mengaku ikut
memberikan tanda tangan dukungan pendirian pura. Namun, ia diminta mencabut
kembali tanda tangan tersebut oleh pemuka agama setempat. Ia juga mengaku
mendapat ancaman jika tidak mencabut tanda tangan dukungan tersebut. Hanya, ia
tidak menyebut jenis ancaman apa yang dilayangkan kepadanya.

Makam yang dianggap keramat, yang berada di sebelah lahan yang akan dibangun
menjadi pura, tampak dari luar. (Foto: Sasmito)
Tokoh agama Desa Sukahurip, Ahmad Sarifudin juga menuturkan kekhawatiran jika
pura tersebut berdiri di desanya. Salah satunya yaitu kekhawatiran akan ada
pendirian umat agama Kristen di wilayahnya jika pendirian pura ini terwujud. Di
samping itu, ia juga mengisyaratkan ada sedikit kekhawatiran agama Hindu semakin
berkembang di wilayahnya.

Kendati demikian, Ahmad tetap mempersilakan pura dibangun di Desa Sukahurip


selama mememuhi persyaratan yang ditentukan pemerintah atau peraturan bersama
2 menteri.

"Yang dari desa setempat kan harus 60 KK. Kalau dari sana (umat Hindu) harus 90
orang. Juga kalau memang itu umat berada di lokasi, karena di sana kan ada
rumahnya sama sekali," tuturnya.
Ketua FKUB Kabupaten Bekasi Athoillah Mursjid mengatakan lembaganya akan
terus mengupayakan dialog antara umat Hindu dengan masyarakat yang menolak.
FKUB juga akan menangguhkan rekomendasi lembaganya selama masih ada
penolakan dari warga. Sebab, kata dia, pembangunan pura tidak akan berjalan
mulus selama ada penolakan dari warga, meski sudah mengantongi rekomendasi
FKUB.

"Bukan kita tolak, kita tangguhkan dulu. Kita minta kepada panitia yang akan
membangun rumah ibadah, supaya melakukan pendekatan kepada mereka yang
menolak sehingga paham dan mengerti.

Mursjid menambahkan FKUB Bekasi saat ini masih memverifikasi surat dukungan
dari 60 warga sekitar. Ia tidak dapat memastikan kapan verifikasi tersebut akan
selesai dan rekomendasi lembaganya akan diberikan.

Namun, Mursjid tetap memahami keluhan dari umat Hindu yang belum memiliki
rumah ibadah di Kabupaten Bekasi. Kata dia, kondisi tersebut tidak hanya dialami
umat Hindu, namun juga dialami umat Katolik di Kabupaten Bekasi yang belum
memiliki gereja hingga kini.BED SHARE

Anda mungkin juga menyukai