Anda di halaman 1dari 7

CLINICAL PRACTICE GUIDELINE

FUROSEMIDE IN POSTPARTUM MANAGEMENT OF SEVERE


PREECLAMPSIA: A RANDOMIZED CONTROLLED TRIAL

Diajukan Oleh:
Bob Irsan
Pembimbing:
Dr. dr. Diah Rumekti Hadiati, Sp.OG(K), MSc

BAGIAN/SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA
RSUP DR SARDJITO YOGYAKARTA
2018
NAMA RESIDEN : Bob Irsan
SEMESTER /ROTASI : V / MFM II-OBS III

Judul Referat Tanggal Nilai Nama & Tanda tangan


Presentasi (dalam Pembimbing
angka 1-
100)
Furosemide In Postpartum
Management Of Severe
Preeclampsia: A
Randomized Controlled
Trial
Dr. dr. Diah Rumekti
Hadiati, Sp.OG(K), MSc

Topik Ujian Tanggal Nilai Nama & Tanda tangan


Ujian (dalam Pembimbing
Ketrampilan angka 1-
100)
Furosemide In Postpartum
Management Of Severe
Preeclampsia: A
Randomized Controlled
Trial
Dr. dr. Diah Rumekti
Hadiati, Sp.OG(K), MSc
REKOMENDASI
Pemberian furosemide dalam jangka waktu pendek bersamaan dengan nifedipin
secara signifikan mengurangi tambahan antihipertensi lain pada pasien preeklampsia berat
dengan hipertensi postpartum dibandingkan wanita yang hanya menerima nifedipin saja.

LATAR BELAKANG
Preeklampsia merupakan gangguan multisistem/multi-organ yang tidak diketahui
pasti etiologinya. Patofisiologi dari preeklampsia terjadi akibat vasospasme difus dan
kerusakan dari sistem endotelial sehingga mengakibatkan terjadinya ekstravasasi plasma
protein dan cairan ke rongga intersisial. Walaupun angka kejadian komplikasi yang
berhubungan dengan preeklampsia pada periode postpartum bermakna (44% kejang
eklampsia dan 10% kematian ibu terjadi pada periode post partum) namun sering sekali
pembahasan hanya difokuskan pada periode antenatal dan intrapartum.
Setelah persalinan, cairan yang berasal dari ekstravaskuler dalam jumlah yang
banyak akan bergerak ke kompartemen intravaskuler secara auto-infusion. Hal ini akan
mengakibatkan peningkatan dari tekanan vena sentral dan tekanan kapiler dari pulmonar
yang menyebabkan terjadinya edema pulmo. Sehingga terapi diperlukan untuk menjaga agar
tekanan vena sentral dan tekanan kapiler dari pulmonar dalam kondisi rendah untuk
mencegah timbulnya komplikasi tersebut. Diuretik merupakan pilihan utama sebagai
antihipertensi pada kasus ini.
Ascarelli et al, dalam studinya mengatakan terapi furosemid dalam jangka waktu pendek
pada pasien postpartum preeklampsia berat meningkatkan pemulihan tekanan darah kembali
ke normal dengan cepat dan mengurangi tambahan terapi antihipertensi yang lain. Dalam
studi yang lain, dari 19 pasien dengan hipertensi postpartum, tidak ditemukan perubahan
yang bermakna pada kebutuhan akan terapi antihipertensi lain walaupun terjadi pernurunan
yang cepat dari MAP (Mean Arterial Pressure) pada pasien yang mendapatkan furosemid
selama 1 minggu paska persalinan. Tujuan dari studi ini untuk mengevaluasi efek dari
pemberian furosemid oral jangka pendek terhadap tekanan darah dan manfaatnya dalam
mengurangi kebutuhan akan antihipertensi yang lain pada pasien postpartum dengan
preeklampsia berat.
CLINICAL QUESTION
Bagaimana perbandingan terapi nifedipin atau furosemid dalam penaganan pasien postpartum
dengan preeklampsia berat?

KOMPONEN foreground question (PICO)


- Patient and the problem: severe preeclampsia
- Intervention: furosemide
- Comparison: nifedipine
- Outcome of interest: postpartum management

SEARCHING STRATEGY
Berdasarkan Evidence Based Medicine dilakukan pencarian pada database jurnal
elektronik yaitu melalui PubMed advanced search builder dengan kata kunci:
Kata Kunci Jumlah Artikel
Severe preeclampsia 2337
Furosemide 15991
Nifedipine 22892
Postpartum Management 85
(((severe preeclampsia) AND furosemide) AND nifedipine) 2
AND postpartum management

Jurnal yang sesuai dengan PICO:


FUROSEMIDE IN POSTPARTUM MANAGEMENT OF SEVERE
PREECLAMPSIA: A RANDOMIZED CONTROLLED TRIAL
P.Venna et al. 2016. Furosemide In Postpartum Management Of Severe Preeclampsia: A
Randomized Controlled Trial, Hypertension in Pregnancy, DOI :
10.1080/10641955.2016.123973

METODE
Total 108 wanita yang didiagnosis dengan preeklampsia berat pada periode
antenatal, dengan 2x pemeriksaan tekanan darah ≥150/100 mmHg pada periode postpartum
dalam 24 jam paska persalinan dimasukkan dalam penelitian ini. Pasien ini secara random
dibagi menjadi 2 grup (Grup A : furosemid 20 mg satu kali sehari + nifedipin dan Grup B :
nifedipin saja). Luaran yang diteliti dalam studi ini menyangkut pengurangan pada sistolik,
diastolik dan MAP, kebutuhan akan tamabahan antihipertensi lain untuk mengontrol tekanan
darah, durasi mondok dan kebutuhan antihipertensi saat pasien pulang.

HASIL
Kedua grup dibandingkan dan didistribusikan menurut usia, paritas dan adanya
tanda eklampsia. Tidak ditemukan perbedaan yang bermakna pada rerata sistolik, diastolik
dan MAP antara kedua grup. Rerata suia kehamilan saat persalinan adalah 36 minggu pada
kedua grup. Keutuhan akan tambahan antihipertensi lain secara bermakna meningkat pada
wanita di grup B (26% vs 8%,p = 0.017). Durasi mondok dan penggunaan antihipertensi saat
pasien pulang adalah sama pada kedua grup.
KESIMPULAN
Hasil dari studi ini menunjukkan bahwa kebutuhan akan antihipertensi lain pada
periode postpartum lebih sedikit pada wanita dengan preeklampsia yang mendapatkan terapi
furosemide dan nifedipin dibandingkan yang hanya mendapatkan terapi nifedipin saja. Studi
ini tidak dapat menemukan perbedaan dalam penurunan tekanan darah pada periode terapi
yang mungkin disebabkan karena peningkatan penggunaan antihipertensi lain pada wanita
yang hanya mendapatkan nifedipin saja (p= 0.017). Walaupun ada wanita yang tidak
memerlukan antihipertensi saat pulang pada grup yang mendapatkan terapi furosemid dan
nifedipin dibandingkan nifedipin saja (26% vs 14.3%), namun perbedaan ini tidak bermakna
secara statistik. Studi yang lebih besara diperlukan untuk mengevaluasi penggunaan
furosemid untuk pencegahan komplikasi dari preeklampsia seperti edema pulmo karena pada
penelitian ini tidak didapatkan data yang mendukung untuk penelitan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai