Nama kelompok :
Dila saphira (1816017)
Ella sintia sari (1816018)
Indah wahyuni sy (1816019)
Jesica fadila putri (1816020)
Linda santika wati (1816021)
Linda vionanda (1816022)
Maudy aulya fatayany (1816023)
Melisda fitria efendi (1816024)
BANDAR LAMPUNG
T.A 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas kehadiran Allah SWT , atas segala limpahan rahmat dan
karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul konsep dasar kelainan
posisi dan presentas “oksipito posterior “.
Sholawat beriring salam juga tak lupa kami sampaikan kepada nabi Muhammad SAW yang
telah mengantarkan kehidupan ini menjadi lebih beradab. Dalam penyusunan makalah ini banyak
mengalami hambatan, namun berkat arahan dan bimbingan dari berbagai pihak maka kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Oleh sebab itu pada kesempatan ini kami mengucapakan
terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan semua masukan dan arahan sehingga
makalah ini dapat diselesikan.
Kami sangat menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan
kekeliruan dan masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu saran dan kritik kami harapkan demi
kesempurnaan dimasa yang akan datang. Semoga makalah ini bermanfaat terutama kami sebagai
penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata pengantar...................................................................................
Daftar isi.............................................................................................
BAB. I. PENDAHULUAN
B. Tujuan .......................................................................................
A. Defenisi ......................................................................................
1. Etiologi .................................................................................
2. Mekanisme persalinan............................................................
3. Prognosis.................................................................................
4. Diagnosa.................................................................................
5. Penanganan............................................................................
A. Kesimpulan ............................................................................
B. Saran .........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini tidak ada metode yang akurat untuk meramalkan secara pasti tentang
adanya Disproporsi Fetopelvik baik secara klinis maupun menggunakan alat radiologis oleh
sebab itu tenaga kesehatan sangat perlu mengetahui bagaimana mendeteksi secara dini
penyulit- penyulit yang akan terjadi pada ibu hamil, ibu bersalin, dan janin. Terutama kasus
malposisi dan malpesentasi, agar tenaga kesehatan khususnya tenaga bidan dapat
melakukan penanganan yang tepat.
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Pada persalinan dalam presentasi belakang kepala, biasanya kepala janin masuk
kedalam pintu atas panggul dengan sutura sagitalis melintang atau miring dengan ubun-
ubun kecil bisa dikiri depan, kanan depan, kiri belakang, kanan belakang. Dalam persalinan
selanjutnya, maka ubun-ubun kecil ini akan memutar kedepan. Ada kalanya oleh suatu
sebab, misalnya pada bentuk panggul tertentu ubun-ubun kecil ini tidak memutar kedepan,
tetapi tetap dibelakang, Keadaan ini disebut posisi oksipitalis posterior persistens.
Pada 10% kehamilan, kepala masuk PAP dengan oksiput berada pada segmen
posterior panggul. Sebagian besar keadaan ini terjadi pada arsitektur panggul yang normal,
sebagian kecil terjadi pada bentuk android. Diagnosa ditegakkan melalui palpasi abdomen
dimana punggung janin teraba disatu sisi pinggang ibu dan dilokasi tersebut DJJ terdengar
paling keras.
1. 65% kasus, kepala melakukan PPD sejauh 1350 sehingga occiput berada dibelakang
simfisis (rotasi panjang) → persalinan spontan pervaginam normal.
2. 20% kasus, kepala tidak dapat melalukan PPD secara lengkap sehingga ubun-ubun kecil
berada dikiri atau dikanan (“deep tranverse arrest”).
3. 15% kasus, terjadi PPD 450 kearah posterior (rotasi pendek) →positio occipitalis
posterior persisten.
1)Etiologi
Salah satu sebab terjadinya posisi oksipitalis oksiput posterior persisten ialah :
1. otot-otot dasar panggul yang sudah lembek pada multipara atau kepala janin yang kecil
dan bulat, sehingga tidak ada paksaan pada belakang kepala janin untuk memutar kedepan.
7. Inersia uteri
2) Mekanisme persalinan
Bila hubungan antara panggul dengan kepala janin cukup longgar persalianan pada
posisi oksipitalis posterior persisten dapat berlangsung secara spontan tetapi pada
umumnya lebih lama. Kepala janin akan lahir dalam keadaan muka di bawah simpisis
dengan mekanisme sebagai berikut.
Setelah kepala mencapai dasar panggul dan ubun-ubun besar berada di bawah
shimpisis dengan ubun-ubun besar tersebut sebagai hipomoklion, oksiput akan lahir melalui
perineum diikuti bagian kepala yang lain. Kelahiran janin dengan ubun-ubun kecil di
belakang menyebabkan regangan yang besar pada vagina dan perineum, hal ini disebabkan
karena kepala yang sudah dalam keadaan fleksi maksimal tidak dapat menambah fleksinya
lagi. Selain itu seringkali fleksi kepala tidak dapat maksimal, sehingga kepala lahir melalui
pintu bawah panggul dengan sirkumferensia frontooksipitalis yang lebih besar dibandingkan
dengan sirkumferensia sub oksipitooksipitalis, kedua keadaan tersebut dapat menimbulkan
kerusakan pada vagina dan perineum yang luas.
3) Prognosis
Jalannya pada proses persalinan posisi oksiput posterior sulit diramalkan hal ini
disebabkan karena kemungkinan timbulnya kesulitan selalu ada. Persalinan pada pada
umumnya berlangsung lebih lama, kemungkinan kerusakan jalan lahir lebih besar.
Sedangkan kematian peeinatal perinatal lebih tinggi bila dibandingkan dengan keadaan
dimana ubun-ubun kecil berada di depan.
4) Diagnosa
Diagnosa posisi oksiput posterior persistens dapat ditegakkan dengan penemuan hasil
pemeriksaan :
· Bagianbawahperutmendatar
· Ekstremitasjaninteraba anterior
· Presentasikepala
5) Penanganan
1. Persalinan spontan
Jika pintu bawah panggul luas dan muara vagina serta perineum cukup longgar
akibat persalinan pervaginam sebelumnya. Persalinan yang cepat kerap kali terjadi. Bila
muara vagina sulit meregang dan perineumnya kaku, akhir persalinan kala I atau kala II, atau
keduanya, dapat memanjang cukup lama. Pada setiap upaya ekspulsi, kepala bayi dengan
oksiput posterior akan lebih terdorong ke perineum dibandingkan pada oksiput anterior.
Oleh karena itu, pelahiran dengan forseps sering kali diperlukan. Biasanya dibutuhkan
episiotomi luas.
Kebutuhan melakukan traksi yang lebih kuat dibandingkan pada pelahiran dengan
forseps pada posisi oksiput anterior dapat dikurangi dengan memperlebar episiotomi.
Penggunaan forseps dan episiotomi yang lebar memerlukan analgesia yang lebih sempurna
daripada blok pudendal dan infiltrasi lokal perineum saja. Forseps dipasang bilateral
sepanjang diameter oksipintomentalis.
Kasus dengan penonjolan (protrusio) kulit kepala bayi melalui introsius vagina yang
jarang dijumpai, dan merupakan konsekuensi pemanjangan kepala bayi akibat molase dan
ditambah lagi dengan pembentukan kaput yang besar. Dalam keadaan ini, kepala bahkan
tidak akan mengalami angagement-yaitu diameter bipariental tidak dapat melewati pintu
atas panggul. Secara khas, persalinan menjadi lebih lama dan penurunan kepala menjadi
lambat. Palpasi yang teliti diatas simfisis dapat mendektesi kepala janin yang berada diatas
pintu atas panggul. Seksio sesarea segera merupakan cara pelahiran yang tepat pada kasus-
kasus seperti ini.
3. Lakukan pengawasan dengan seksama dengan harapan dapat lahir sontan pervaginam
4. Tindakan baru dilakukan jika kalla II terlalu lama/ada tanda-tanda bahaya terhadap
janin
5. Pada persalinan dapat terjadi robekan perenium yang teratur atau extensi dari
episiotomi
7. Bila pesisi kepala > 3/5 diatas PAP atau diatas 2 maka SC
8. Bila pembukaan serviks belum lengkap dan tidak ada tanda obstruksi, beri oksitosin
drip
9. Bila pembukaan lengkap dan tidak ada kemajuan pada fase pengeluaran, ulangi apakah
ada obstruksi. Bila tidak ada tanda obstruksi oksitosin drip
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. Saran
Sekiranya para pembaca makalah ini dapat mengerti tentang apa yang telah dipaparkan
penulis khususnya tenaga bidan, dan mengaplikasikannya.
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba. 1998. “Ilmu Kebidanan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan”.Buku
Penerbit Kedokteran EGC: Jakarta.
Rukiah, Ai. 2010. “Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan)”. Buku Kesehatan: Jakarta.