Anda di halaman 1dari 27

PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN RUAS YETTI-

MAMBERAMMO
PROVINSI PAPUA

LAPORAN
MEKANIKA TANAH

1.1 PENDAHULUAN

Penyelidikan tanah dimaksudkan untuk mendapatkan data teknis tanah


yang ditujukan untuk merencanakan suatu jenis pondasi, jenis perkerasan,
perkuatan tebing yang aman dengan dimensi seekonomis mungkin. Data teknis ini
umumnya dihasilkan oleh test lapangan dan test laboratorium. Test lapangan dalam
hal ini ditujukan untuk mendapatkan data kekuatan tanah sedangkan test
laboratorium yang dilakukan terhadap contoh tanah yang diambil pada kedalaman
tertentu di lapangan ditujukan untuk mengetahui sifat fisik tanah, sifat deformasi
dan sebagainya.
Ketelitian dari hasil yang diperoleh dari penyelidikan tanah tergantung dari banyak
faktor yang dimulai pada saat pertama kali proses penyelidikan dilakukan sampai
dengan cara penyelidikan di laboratorium dilaksanakan. Suatu penyelidikan tanah
dikatakan berhasil bila contoh tanah yang diambil terganggu sesedikit mungkin
sehingga sesuai dengan keadaannya dilapangan serta diselidiki di laboratorium
sesuai dengan rencana menurut standar prosedur yang berlaku.
Penyelidikan baik di lapangan maupun di laboratorium sebenarnya direncanakan
untuk meniru keadaan yang dialami sesungguhnya oleh tanah di lapangan terutama
untuk mempelajari perubahan sifat teknisnya akibat beban yang sedang dan akan
dialami di lapangan.
Kegagalan atau kesalahan dalam penyelidikan tanah umumnya dapat dikategorikan
sebagai berikut:

LAPORAN MEKANIKA TANAH Hal 1 - 1


PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN RUAS YETTI-
MAMBERAMMO
PROVINSI PAPUA

 Kegagalan dalam mendapatkan contoh tanah tak terganggu (undisturb).


 Kegagalan dalam pembuatan program penyelidikan tanah.
 Kegagalan oleh karena kelalaian petugas yang melakukan penyelidikan.

1.2 LINGKUP PEKERJAAN


Adapun pekerjaan ini dibagi dalam:
1. Pekerjaan di lapangan mencakup pekerjaan Sondir dan Boring. Kedalaman
titik sondir sampai tekanan konus > 250 kg/cm2.
2. Pekerjaan di laboratorium, yaitu pemeriksaan sampel tanah asli untuk
mendapatkan indeks dan engineering properties.
3. Pekerjaan penyusunan laporan penyelidikan tanah.

1.3 PEKERJAAN LAPANGAN


Pekerjaan di lapangan mencakup pekerjaan Sondir dan Boring ditambah
pengambilan contoh tanah lewat boring.

1.3.1 Sondir
Sondir (Cone Penetrometer Test) adalah penetrometer yang lazim
digunakan di indonesia dan merupakan test penetrasi yang statis. Sondir ini
dikembangkan di Belanda dan karenanya dinamai pula Sondir Belanda.
Konsep dari sondir adalah:
 Sebuah konus baja dimasukkan kedalam tanah dengan kecepatan konstan.
 Gaya yang diperlukan untuk penetrasi ini diukur, dan dibagi dengan luas
penampang konus untuk memberikan tahanan konus qc.
 qc ini merupakan indicator daya dukung atau kekuatan dari tanah
Pada perkembangan berikutnya oleh Begemann, konus sondir dilengkapi
dengan sebuah selubung gesek diatasnya. Perlengkapan ini popular dengan
sebuatan bi-konus. Selubung gesek ini memungkinkan pengukuran hambatan
pelekat fs yang berupa gesekan setempat atau adhesi antara selubung tersebut
dengan tanah. Data fs ini sering dipakai untuk perhitungan daya dukung tiang
gesek (friction piles)

LAPORAN MEKANIKA TANAH Hal 1 - 2


PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN RUAS YETTI-
MAMBERAMMO
PROVINSI PAPUA

1.3.2 Keunggulan sondir

Pelaksanaan mudah, murah dan cepat karena berat alat relative ringan dan biaya
operasi murah karena cepat dalam satu hari dapat dilakukan dua sondir masing-
masing 30 m, tidak membutuhkan kecermatan dan ketelitian tinggi, tidak
membutuhkan test laboratorium untuk penunjang. Begitu test lapangan selesai,
langsung grafik sondir dapat digambar.
Test ini dapat secara tepat dan ekonomis digunakan untuk menentukan
keseragaman kondisi tanah du suatu lokasi serta dapat menetapkan batas lapisan-
lapisan tanah yang berbeda disamping tentunya untuk mengukur kekuatannya.
Dengan membandingkan grafik hasil sondir dari bebarapa lokasi dapat diketahui
apakah kondisi tanah tersebut seragam seluas areal penyelidikan. Bila kondisi
tanah seragam, maka grafik sondir, dalam hal ini hubungan qc versus kedalaman,
akan menunjukan bentuk kurva yang kurang lebuh sama.
Dari grafik sondir juga dapat dideteksi adanya heterogenitas dalam lapisan berupa
misalnya kantong-kantong pasir dan lensa.kedalaman tanah keras juga dengan
mudah diketahui dari besarnya qc. Umumnya lapisan ynag homogeny akan
memberikan nilai qc yang hampir konstan, perubahan nlai qc dan fs menandakan
perubahan jenis tanah. Dengan demikian batas-batas lapisan tanah dapat
diperkirakan dengan hampir pasti.
Begemann (1965) telah menemukan bahwa unutk sesuatu jenis tanah terdapat
hubungan yang linier antara qc dan fs. Jenis tanah dalam hal ini diartikann

LAPORAN MEKANIKA TANAH Hal 1 - 3


PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN RUAS YETTI-
MAMBERAMMO
PROVINSI PAPUA

(a)
(b)

Gambar 1.1 Soil Classification Chart Used For Interpreting Begemann Con Data

Sebagai persentase berat butir yang lebih kecil dari 16v (lihat gambar
1.1.a). untuk mudahnya gambar ini kemudian dipetakan

Gambar 1.2 The Schmertmann Profiling Chart

LAPORAN MEKANIKA TANAH Hal 1 - 4


PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN RUAS YETTI-
MAMBERAMMO
PROVINSI PAPUA

Berdasarkan qc dan FR, seperti terlihat pada gambar 3.1.b. pada perkembangan
berikutnya SChmertmann (1969) membuat pula sebuah peta untuk klasifikasi
tanah seperti terlihat pada gambar 3.2.
Pada hakekatnya, penetrasi konus menimbulkan keruntuhan daya dukung dalam
tanah, dengan qc sebagai daya dukungnya. Atas dasar ini sebenarnya Ø dapat
dihitung dengan persamaan daya dukung.

1.3.4 Kelemahan sondir


Mekanisme sondir dapat dikatakan statis, dan karenanya amat berbeda dengan
mekanisme pemancangan (dinamik). Ada jenis tanah tertentu yang memberikan
tahanan penetrasi yang besar selama penyondiran, namun tahan ini akan
rusak/hilang pada proses pemancangan. Tanah jenis ini umumnya termasuk lanau
atau pasir halus dengan sementasi lemah. Proses pemancangan akan merusak
ikatan sementasi ini, sedangkan penetrasi sondir secara statis tak dapat
menembusnya atau memberikan nilai qc yang sangat tinggi.
Skala ujung sondir terhadap tinag pondasi rencana cukup besar. Dalam penenuan
daya dukung tiang hal ini dipertimbangkan, namun yang harus diperhatikan ialah
bila penetrasi sondir terhenti oleh suatu stratum yang keras (qc > 250 kg/cm 2). Dari
sondir saja tidak dapt diketahui tebalnya lapisan keras ini. Pemakaian qc secara
langsung dari hasil sondir ini akan berakibat fatal bila ternyata lapisan ini hanyalah
lapisan yang sangat tipis atau sondir membentur batu yang agak keras sehingga
sering terjadi kesalah pahaman dalam menginterpretasikan lapisan tanah keras.
Pemakian sondir pada daerah ynag belum dikenal karakteristik tanah dasarnya,
sebaiknya disertai dengan pengeboran untuk mendaptkan contoh tanahnya.
Hasil sondir tidak realistis mengingat batang yang sangat langsing (d ≈ 3,0
cm) disbanding dengan panjangnya (sampai 35,0 m) sehingga kekakuan batang
kecil sekali yang mengakibatkan defleksi besar hampir selalu terjadi. Pembacaan
tidak selalu menunjukan kondisi lapisan tanah arah vertikal yang sebenarnya,
tetapi lapisan arah ke samping. Adanya defleksi ke samping menimbulkan
hambatan dari bergeraknya pipa tekan di sebelah dalam pipa sondir, akibatnya
pembacaan manometer = pembacaan bikonus + hambatan sepanjang pipa.

LAPORAN MEKANIKA TANAH Hal 1 - 5


PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN RUAS YETTI-
MAMBERAMMO
PROVINSI PAPUA

1.3.5 Prosedur Sondir


Prosedur Sondir mengacu kepada SNI 2827 : 2008 “Cara Uji Penetrasi
Lapangan dengan Alat Sondir”

Gambar 1.3 Rangkaian Alat Penetrasi Konus (Sondir Belanda)

LAPORAN MEKANIKA TANAH Hal 1 - 6


PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN RUAS YETTI-
MAMBERAMMO
PROVINSI PAPUA

Gambar 1.4 Rincian Konus Ganda

Gambar 1.5 Rincian Penekan Hidrolik

LAPORAN MEKANIKA TANAH Hal 1 - 7


PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN RUAS YETTI-
MAMBERAMMO
PROVINSI PAPUA

Gambar 1.6 Kedudukan Pergerakan Konus pada waktu Pengujian Sondir

Interpretasi Hasil Sondir


Interpretasi hasil sondir ditunjukan pada Tabel 1.1

Tabel 4.1 Interpretasi Hasil Sondir


Tekanan Konus Interpretasi

< 10 kg/cm2 Lapisan tanah sangat lunak s/d lunak

10 - 20 kg/cm2 Lapisan tanah teguh

20 - 40 kg/cm2 Lapisan tanah kenyal

20 - 80 kg/cm2 Lapisan tanah sangat kenyal

100 - 200 kg/cm2 Lapisan tanah keras

LAPORAN MEKANIKA TANAH Hal 1 - 8


PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN RUAS YETTI-
MAMBERAMMO
PROVINSI PAPUA

1.3.6 Bor Tangan (Hand Bor)


Bor tangan mempergunakan berbagai macam auger pada ujung bagian bawah dari
serangkaian stang-stang bor. Bagian atas dari rangkaian stang bor ini mempunyai
tangkai yang dipakai untuk memutar alat tersebut. Dalam beberapa hal sering
dipakai tripod dengan katrol dan tali yang dipakai untuk mencabut kembali stang-
stang dan augernya dari lubang bor tersebut.

Gambar 1.7 Beberapa Macam Alat Bor Tangan

Dengan tripod pemboran tangan mungkin dapat mencapai kedalaman


sampai 15 meter. Tanpa menggunakan tripod biasanya pemboran tangan hanya
mencapai kedalaman 6 sampai 10 meter. Bor tangan hanya dapat dilakukan dalam
bahan-bahan yang cukup lunak, terutama dalam lempung lunak sampai teguh.
Gambar 3.8 menunjukan bermacam-macam auger yang dipakai unutk
melakukanpemboran tangan. Tipe auger iwan adalah yang paling umum dipakai.

LAPORAN MEKANIKA TANAH Hal 1 - 9


PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN RUAS YETTI-
MAMBERAMMO
PROVINSI PAPUA

1.3.7 Bor Mesin


Penyelidikan ini dilakukan untuk mengetahui deskripsi dari lapisan tanah dan
muka air tanah, secara visual di lapangan.
Contoh tanah asli dan tidak asli diambil dari setiap lapisan atau setiap terjadinya
perbedaan lapisan tanah guna pemeriksaan selanjutnya di laboratorium. Sejalan
dengan kegiatan ini dilakukan peneliian SPT untuk mengetahui parameter
kekuatan setiap lapisan secara langsung di lapangan, pelaksanaan pengambilan
sampel asli dan tidak asli serta penelitian SPT dari satu titik bor, penelitian sebagai
berikut:
1. Sampel Tidak Asli (Disturbed Sample)
 Prodsedur pengambilan sampel berdasarkan metode ASTM D.2133-70.
 Pengambilan sampel dimulai dari permukaan lapisan tanah dan seterusnya
pada setiap perubahan lapisan tanah.
2. Sampel Asli (Undisturbed Sample)
 Prosedur pengambilan sampel berdasarkan metode ASTM D.1587-67.
 Interval pengambilan sampel kedalaman 2 meter atau pada setiap
perubahan lapisan tanah.
3. Standard Penetration Test (SPT)
 Prosedur pelaksanaan berdasarkan metode ASTM D.1586-67
 Interval penelitian dilakukan pada setiap kedalaman 2 meter.

1.3.8 Pengambilan Contoh Tanah


Contoh tanah diperlukan untuk identifikasi dan penentuan soil properties yang
diperlukan dalam teknik pondasi. Setiap penyelidikan tanah hampir selalu
memerlukan contoh tanah. Contoh tanah dapat berupa yang asli (undisturb) atau
juga yang sekadar mewakili jenis tanahnya (representative atau disturb).
Contoh tanah asli sangat diperlukan untuk mendapatkan parameter kekuatan, sifat
deformasi, ataupun sifat permeabilitas dari tanah. Parameter desain seperti tersebut
di atas harus benar benar didapat dari contoh tanah yang mempunyai kadar air,
kerapatan ataupun struktur yang sama dengan yang asli di lapangan. Contoh tanah
terganggu masih dapat digunakan untuk penentuan jenis, klasifikasi serta test
kimia yang diperlukan.

LAPORAN MEKANIKA TANAH Hal 1 - 10


PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN RUAS YETTI-
MAMBERAMMO
PROVINSI PAPUA

Teknik pengambilan harus dibedakan antara pengambilan tanah yang kohesif dan
tanah yang non-kohesif. Pada tanah yang kohesif (kelempungan) atau cemented,
contoh tanah asli masih dapat diperoleh dengan mudah. Banyak teknik
pengambilan yang dapat diterapkan dengan sukses dalam pengambilan contoh
tanah kelembungan yang asli.
Dalam tanah yang kepasiran jarang sekali dapat diperoleh contoh yang benar-benar
asli. Kesulitan dalam pengambilan contoh tanah kepasiran adalah antara lain:
Karena tanah sejenis ini mudah mengalami perubahan volume, yakni mungkin
terjadi sewaktu proses pengeboran, penanganan pengambilan itu sendiri, dan
bahkan dari getaran selama transportasi ke laboratorium
Tanah sejenis ini berbutir lepas, dan karenanya mudah longsor bila tak ada yang
menahan
Kasarnya butir menimbulkan gesekan yang besar sewaktu memasuki tabung, dan
hal ini akan merubah kerapatan tanah tersebut, sedangkan sifat teknis dari tanah
kepasiran sangan tergantung dari kerapatannya.
Sifat teknik dari tanah kepasiran umumnya didapat dari pelaksanaan test langsung
atau tak langsung di lapangan. Para praktisi dalam teknik pondasi menganggap
tanah yang kepasiran sebagai tanah yang predictable dan mudah untuk dihadapi
karena sifat sifatnya yang mudah meluluskan air serta mudah dipadatkan, tak
tergantung dari fungsi waktu. Sehingga keinginan untuk mendapatkan contoh
tanah kepasiran yang asli dapat diredam. Contoh pasir yang benar benar asli hanya
diperlukan bila timbul masalah liquefaction sewaktu terjadi gempa atau pengaruh
seismic lainnya.

1.4 PEKERJAAN LABORATORIUM


Penelitian laboratorium dilakukan pada contoh tanah yang diambil di lapangan untuk
mendapatkan parameter-parameter tanah yang meliputi :
 Analisa gradasi butiran tanah
 Batas batas atterberg
 Berat jenis dan berat volume tanah
 Permeabilitas
 Kekuatan dan daya dukung tanah

LAPORAN MEKANIKA TANAH Hal 1 - 11


PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN RUAS YETTI-
MAMBERAMMO
PROVINSI PAPUA

 Nilai nilai  dan c.

1.4.1 Analisa Gradasi Butiran Tanah


Analisa ukuran butiran ditujukan untuk mengetahui prosentase masing masing
ukuran butiran yang ada didalam tanah. Hasil dari test ini sangat berguna untuk
klasifikasi tanah. Ada dua cara yang umum digunakan untuk mendapatkan
distribusi ukuran ukuran butiran tanah, yaitu:
 Analisa ayakan – untuk ukuran partikel partikel berdiameter > 0,075 mm
 Analisa hydrometer – untuk ukuran partikel partikel berdiameter < 0,075 mm

1.4.2 Analisa Ayakan


Analisa ayakan adalah mengayak dan menggetarkan contoh tanah melalui satu set
ayakan dimana lubang lubang ayakan tersebut makin kecil secara berurutan. Mula
mula contoh tanah dikeringkan lebih dahulu, kemudian semua gumpalan gumpalan
dipecah menjadi partikel partikel yang lebih kecil baru diayak dalam percobaan di
laboratorium. Setelah cukup waktu untuk mengayak dengan cara getaran, massa
tanah yang tertahan pada setiap ayakan ditimbang. Untuk menganalisis tanah tanah
kohesif, barangkali agak sukar untuk memecah gumpalan gumpalan tanahnya
menjadi partikel partikel lepas yang berdiri sendiri. Untuk itu tanah tersebut perlu
dicampur dengan air sampai menjadi lumpur encer dan kemudian dibasuh
seluruhnya melewati ayakan ayakan tersebut. Bagian padat yang tertahan pada
setiap ayakan dikumpulkan sendiri sendiri. Kemudian masing masing ayakan
beserta tanahnya dikeringkan dalam oven, dan kemudian berat tangah kering
tersebut ditimbang. Hasil dari analisa ayakan biasanya dinyatakan dalam
persentase dari berat total.

1.4.3 Analisa Hydrometer


Analisa hydrometer didasarkan pada prinsip sedimentasi (pengendapan) butir butir
tanah dalam air. Bila suatu contoh tanah dilarutkan dalam air, partikel partikel
tanah akan mengendap dengan kecepatan yang berbeda-beda tergantung pada
bentuk, ukuran, dan beratnya. Untuk mudahnya, dapat dianggap bahwa semua
partikel tanah itu berbentuk bola (bulat) dan kecepatan mengendap dari partikel

LAPORAN MEKANIKA TANAH Hal 1 - 12


PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN RUAS YETTI-
MAMBERAMMO
PROVINSI PAPUA

partikel tersebut dapat dinyatakan dalam hukum Stokes. Di dalam laboratorium,


pengujian hydrometer dilakukan dalam silinder pengendap yang terbuat dari gelas.
1.4.4 Batas-batas Atterberg
Batas batas Atterber (Atterberg Limit) atau Test Konsistensi terdiri dari
batas cair(liquid limit/LL), batas plastis (plastic limit/PL), dan batas susut
(shrinkage limit/SL). Dari parameter-parameter tersebut dapat ditentukan indek
plastis (IP) yang besarnya merupakan selisih antara batas cair dan batas plastis.
Indek plastis merupakan rentang kadar air dimana tanah dalam keadaan plastis.
Parameter parameter LL dan PL sangat berguna untuk klasifikasi tanah.
Pada umumnya, tanah yang batas cairnya tinggi merupakan tanah lempung dengan
sifat teknis yang jelek. Indek plastis rendah menunjukkan tanah berbutir kasar
dengan sedikit atau tanpa kohesi dan plastisitas. Batas cair dan indek plastis
biasanya dipakai sebagai alat dalam menentukan kualitas material yang akan
dipakai sebagai lapisan perkerasan suatu jalan. Prosedur cara pengetesannya dapat
dilihat didalam ASTM dan AASHTO.

1.4.5 Berat Jenis dan Berat Volume Tanah


Berat jenis suatu tanah merupakah perbandingan antara berat butiran
dengan berat air yang dipindahkan oleh butiran yang bersangkutan. Harga berat
jenis seringkali digunakan untuk menghitung berat volume tanah (). Parameter
tanah  sangat diperlukan untuk menghitung tegangan, penurunan dan stabilitas.
Urutan cara melakukan test ini dapat dibaca dalam ASTM no. D854 dan
AASHTO no.T100. Dalam melakukan pengetesan, perlu diperhatikan adanya
udara yang tertinggal diantara butiran karena hal ini akan menyebabkan kesalahan
pada hasil pengetesan.

1.4.6 Permeabilitas
Test ini berguna untuk mendapatkan koefisien permeabilitas (k) atau
koefisien rembesan. Koefisien rembesan mempunyai satuan yang sama seperti
kecepatan. Koefisien rembesan tanah adalah tergantung pada beberapa faktor,
yaitu: kekentalan cairan, distribusi ukuran pori, distribusi ukuran butir, angka pori
kekasaran permukaan butiran tanah, dan derajat kejenuhan tanah. Pada tanah

LAPORAN MEKANIKA TANAH Hal 1 - 13


PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN RUAS YETTI-
MAMBERAMMO
PROVINSI PAPUA

berlempung, struktur tanah memegang peranan penting dalam menentukan


koefisien rembesan. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi sifat rembesan tanah
lempung adalah konsentrasi ion dan ketebalan lapisan air yang menempel pada
butiran lempung. Koefisien rembesan tanah yang tidak jenuh air adalah rendah;
harga tersebut akan bertambah dengan bertambahnya derajat kejenuhan tanah yang
bersangkutan.
Ada dua macam uji standar dilaboratorium yang digunakan untuk
menentukan harga k suatu tanah, yaitu: uji tinggi konstan dan uji tinggi jatuh. Uji
tinggi konstan adalah lebih cocok untuk tanah berbutir dengan koefisien rembesan
yang cukup besar, sedangkan uji tinggi jatuh sangat cocok untuk tanah berbutir
halus dengan koefisien rembesan kecil.

1.4.7 Kekuatan dan Daya Dukung Tanah


Pengukuran mengenai kekuatan geser tanah diperlukan untuk berbagai
macam soal praktis, terutama untuk menghitung daya dukung tanah, tegangan
tanah terhadap dinding penahan dan kestabilan lereng.
Pada umumnya cara mengukur kekuatan geser dilaboratorium harus
sedemikian rupa sehingga nilai kekuatan geser (S) dan tegangan total pada bidang
geser () dan tegangan air pori (u) dapat diketahui selama percobaan dilakukan.
Penentuan S dan  tidaklah sulit dan nilainya dapat diukur secara langsung.
Percobaan kekuatan geser biasanya dilakukan dalam dua tingkat yaitu
tingkat pertama, pemberian tegangan normal, dan tingkat kedua, pemberian
tegangan geser sampai terjadi keruntuhan, yaitu sampai tercapai tegangan geser
maksimum. Percobaan ini dapat dibagi dalam tiga macam, yaitu Percobaan
tertutup, consolidated undrained test, dan Percobaan terbuka. Cara melakukan
percobaan adalah dengan percobaan langsung (Direct Shear) dan percobaan
triaxial.

LAPORAN MEKANIKA TANAH Hal 1 - 14


PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN RUAS YETTI-
MAMBERAMMO
PROVINSI PAPUA

PETA LOKASI PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN RUAS YETTI-


MAMBERAMMO

Titik Lokasi Perencanaan Teknis


Jembatan di ruas Yetti-Mamberamo
1.jembatan Nambla KM 185+690
2.Jembatan Tekay KM 194+599
3.Jembatan Usku II KM 203+179
4.Jembatan Shinta 213+810
5.Jembatan Fob KM 215+554
6.Jembatan Aple KM 222+624
7.Jembatan Joruin KM 236+894

LAPORAN MEKANIKA TANAH Hal 1 - 15


PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN RUAS YETTI-
MAMBERAMMO
PROVINSI PAPUA

LAMPIRAN

DATA MEKTAN
Perencanaan Teknis
Jembatan di ruas Yetti-Mamberamo
1.jembatan Nambla KM 185+690
2.Jembatan Tekay KM 194+599
3.Jembatan Usku II KM 203+179
4.Jembatan Shinta 213+810
5.Jembatan Fob KM 215+554
6.Jembatan Aple KM 222+624
7.Jembatan Joruin KM 236+894

LAPORAN MEKANIKA TANAH Hal 1 - 16


PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN RUAS YETTI-
MAMBERAMMO
PROVINSI PAPUA

PEMBORAN INTI
1.JEMBATAN APLE KM 222+624
2.JEMBATAN KM 194+599
3.JEMBATAN SHINTA KM 213+810
RUAS YETTI-MAMBERAMMO
KABUPATEN KERROM JAYAPURA

1. PENDAHULUAN
Dengan pesatnya pembangunan daerah ke daerah khususnya Dinas Bina
Marga Provinsi Papua bekerja sama dengan pihak swasta melaksanakan
penyelidikan geologi teknik ruas Yetti– Mamberammo tepatnya pada jembatan
Aple Km 222+624 dan jembatan Tekay Km 194+599 yang saat ini masih jembatan
kayu yang rencananya akan di tingkatkan menjadi jembatan permanen. Untuk
peningkatan jembatan permanen tersebut diperlukan penyelidikan tanah pada
rencana abudmen jembatan,mengingat aspek geologi teknik adalah menjadi syarat
mutlak untuk pengambilan keputusan dalam menentukan jenis pondasi di mana
bangunan direncanakan. Sebagai syarat dimaksud, maka pada tahap perencanaan
suatu bangunan dibutuhkan uji kebumian yang berupa geologi teknik dengan cara
melakukan pemboran inti yang disertai pengujian Standart Penetrasi Tes
( SPT ) dengan interval kedalaman 2.00 meter atau pada lapisan batuan yang
berbeda. Pemboran inti pada hakekatnya untuk mengetahui suatu litologi batuan
serta untuk mendapatkan nilai dari standart penetrasion test (SPT), dan kemudian
dijadikan sebagai dasar di dalam setiap pengambilan keputusan untuk menentukan
jenis pondasi yang sesuai dengan kondisi karakteristik dari kulit bumi. Untuk
mengetahui sifat - sifat keteknikan dari kulit bumi dengan tepat dibutuhkan
sejumlah pengujian yang antara lain adalah berupa :
1. Pemboran inti yang berguna untuk mengetahui susunan lapisan dari kulit
bumi mulai dari permukaan hingga pada kedalaman yang mampu sebagai
tumpuan pondasi.
2. Pengujian Standart Penetration Test (SPT) yang berguna sebagai dasar
perhitungan daya dukung konstruksi.
Adapun untuk pemboran inti dan pengujian tersebut dipergunakan peralatan sebagai
berikut :

LAPORAN MEKANIKA TANAH Hal 1 - 17


PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN RUAS YETTI-
MAMBERAMMO
PROVINSI PAPUA

a. Mesin bor merk YBM 3 kapasitas 200 meter beserta perlengkapannya.


b. Pompa pembilas merk TOHO jenis MG-5 dan pompa sentrifugal
c. Core Barrel 73 mm single dan, panjang 1.5 meter, casing 89 mm.
d. Hammer SPT dengan beban 63,5 kg, dan perlengkapan eksplorasi lainnya.
Penulis merasa bersyukur kehadirat Allah SWT atas petunjuk dan rahmat Nya,
sehingga pekerjaan pemboran inti terlaksana dengan baik dan lancar tanpa adanya
hambatan yang berarti. Kesempatan ini pula diucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dan memperlancar pekerjaan penyelidikan tanah
tersebut.
2. KONDISI GEOLOGI
Kondisi geologi di daerah yang menjadi target utama pekerjaan merupakan hal
mendasar yang harus dikaji terlebih dahulu guna mendukung identifikasi –
identifikasi selanjutnya yaitu dengan melakukan pemboran inti.
Kondisi geologi mencakup 3 bagian penting
diantaranya adalah :
- Kondisi Geomorfologi
- Susunan Stratigrafi
- Struktur Geologi
2.1. Kondisi Geomorfologi
Kondisi geomorfologi pada ruas Yetti – Mamberammo tepatnya pada jembatan
Aple Km 222+624 dan jembatan Tekay Km 194+599 dengan litologi penyusun
satuan perbukitan ini berupa satuan batuan lempung pasiran. Kondisi vegetasi
daerah ini cenderung heterogen.
2.2. Susunan Stratigrafi
Susunan stratigrafi pada lokasi secara khusus tempat dimana jalan ini berada
tersusun atas satuan batuan lempung pasiran yang diperkirakan merupakan batuan
dasar dilokasi ini. Komposisi mineral berupa lempungan (<256 mm) dengan sisipan
pasir halus (1/16 mm), berwarna abu-abu kecoklatan, kurang terkompaksi, mudah
lepas, batuannya lunak, porositas kecil dari kehadiran pasir dalam lapisan.
Kehadiran sisipan-sisipan material pasir dalam batulempung menyebabkan ikatan
antar partikel butiran menjadi sangat tidak baik, karena jika terjadi hujan serta air
hujan terinfiltrasi ke dalam lapisan batuan, maka akan terjadi rombakan secara

LAPORAN MEKANIKA TANAH Hal 1 - 18


PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN RUAS YETTI-
MAMBERAMMO
PROVINSI PAPUA

perlahan-lahan dalam partikel butiran tersebut dan menyebabkan rusaknya lapisan


batuan ini sehingga berdampak pada bangunan yang berdiri di atas material batuan
tersebut dan terbukti badan jalan sepanjang ruas tersebut mudah sekali mengalami
kerusakan akibat proses gerakan tanah yang berlangsung terus - menerus.

Foto sebagian singkapan batuan lempung yang tampak pada


daerah penyelidikan

LAPORAN MEKANIKA TANAH Hal 1 - 19


PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN RUAS YETTI-
MAMBERAMMO
PROVINSI PAPUA

3. Struktur Geologi

Struktur geologi yang berkembang di sepanjang ruas Yetti-Mamberammo


didominasi oleh adanya satuan batuan sedimen berupa batu lempung pasiran dengan
tingkat kepadatan beragam. Adapun pada daerah penyelidikan didominasi oleh
material lempung hingga lempung pasiran berwarna abu – abu hingga abu – abu
kecoklatan bersifat lekat hingga sangat lekat, liat, dan palstisitas sedang dengan
kepadatan berkisar antara lunak hingga sangat padat,akan tetapi cenderung melunak
apabila tersentuh oleh air dan mempunyai ukuran butir lempung hingga pasir sangat
halus.

JEMBATAN TEKAY 194+599

Kedalaman 4,50 – 9.50 meter

Tersusun oleh material pasir lempung berwarna coklat, lunak hingga agak padat dan
mempunyai ukuran butir lempung hingga pasir sedang.

Kedalaman 9,50 – 30.00 meter


Tersusun oleh material batu lempung pasiran berwarna abu – abu tua, lekat – liat, kurang
begitu plastis, padat hingga sangat padat.

JEMBATAN APLE 222+624

Kedalaman 0.00 – 1.50 meter

Tersusun oleh material batuan quory beraneka ragam berwarna putih kecoklatan.

Kedalaman 1.50 – 6.50 meter

Tersusun oleh material lempung pasiran berwarna coklat abu - abu, lekat, liat, plastisitas
baik dan tidak padat.

Kedalaman ( 6,50 – 30,00 ) meter


Tersusun oleh material lempung berwarna abu – abu gelap, lekat liat, plastis, ukuran butir
lempung hingga pasir sangat halus dan agak padat hingga sangat padat.

LAPORAN MEKANIKA TANAH Hal 1 - 20


PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN RUAS YETTI-
MAMBERAMMO
PROVINSI PAPUA

PROYEK : PERENC. JEMBATAN TEKAY NO BH :


LOKASI : RUAS YETTI-MAMBERAMMO JURU BOR : SARWIYANTO
DIKERJAKAN : SEPTEMBER 2012 PENGAWAS : TUGIRI
M.A.T : METER

KEDA LOG DISKRIPSI NILAI SPT JUMLA GRAFIK SPT


LAMAN BOR H NILAI
SPT

N1 N2 N3 N 10 20 30 40 50
0.00 N2 + N3
Kedalaman 0.00 – 0.50 meter
Tersusun oleh material penutup berupa
2.00 quory beraneka ragam, berwarna putih 3 5 5 10
kecoklatan

4.00 11 13 12 25

Kedalaman 0.50 – 4.50 meter


Tersusun oleh material lempung 9 14 14
6.00 28
pasiran berwarna coklat, tdk lekat, tdk
liat, tdk plastis sangat lunak.

8.00 13 14 23 37

10.00 12 16 16 32

12.00 15 19 19 38

14.00 20 >30 ?

16.00 23 21 24 45

18.00 Kedalaman 4,50 – 9.50 meter 19 20 22 42


Tersusun oleh material pasir lempung
berwarna coklat, lunak hingga agak padat
dan mempunyai ukuran butir lempung 23 23 25
20.00 hingga pasir sedang. 48

22.00 23 21 21 42

24.00 20 25 22 47

22 22 22 44
26.00
Kedalaman 9,50 – 30.00 meter
Tersusun oleh material batu lempung
pasiran berwarna abu – abu tua, lekat –
28.00 liat, kurang begitu plastis, padat hingga
sangat padat.

30.00

LAPORAN MEKANIKA TANAH Hal 1 - 21


PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN RUAS YETTI-
MAMBERAMMO
PROVINSI PAPUA

PROYEK : PERENC. JEMBATAN APLE NO BH :


LOKASI : RUAS YETTI-MAMBERAMMO JURU BOR : SARWIYANTO
DIKERJAKAN : SEPTEMBER 2012 PENGAWAS : TUGIRI
M.A.T : METER

KEDA LOG DISKRIPSI NILAI SPT JUMLAH GRAFIK SPT


LAMAN BOR NILAI
SPT

N1 N2 N3 N 10 20 30 40 50
0.00 N2 + N3

Kedalaman 0.00 – 1.50 meter


2.00 2 1 1 2
Tersusun oleh material quory warna
putih kecoklatan.
4.00 13 15 12 27

6.00 19 18 18 36
Kedalaman 1.50 – 6.50 meter

8.00 12 14 16 30
Tersusun oleh material lempung pasiran
berwarna coklat abu - abu, lekat, liat,
10.00 plastisitas baik dan tidak padat. 17 19 19 38

12.00 21 22 22 44

Kedalaman ( 6,50 – 30,00 ) meter


14.00 19 20 23 43
Tersusun oleh material batu lempung
berwarna abu – abu gelap, lekat liat,
16.00 plastis, ukuran butir lempung hingga 17 16 18 34
pasir sangat halus dan agak padat.

18.00 24 25 24 49

20.00 23 22 22 44

22.00 >35 ? ? >35

24.00

23 24 26 50
26.00

28.00
23 20 24 44

30.00

LAPORAN MEKANIKA TANAH Hal 1 - 22


PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN RUAS YETTI-
MAMBERAMMO
PROVINSI PAPUA

4. KESIMPULAN DAN SARAN


Atas dasar pengamatan litologi pemboran pada daerah penyelidikan pada
ke 2 (dua) titik bor jembatan Tibual Cs dan jembatan Kalisum 1 ruas Nimbokrang –
Bonggo - Sarmi dari kedalaman 0,00 meter sampai dengan kedalaman 30.00 meter dapat
disimpulkan bahwa pada ke 2 titik bor tersebut di jumpai 2 litologi batuan dominan.
Litologi batuan tersebut adalah :

1. Jembatan APLE
- Tanah penutup berupa lempung pasiran antara kedalaman ( 0,00 – 9,50 )
meter. Pengujian SPT pada kedalaman antara ( 0,00 – 9,50 ) meter dengan
jumlah pukulan 10 – 37 pukulan, jadi pada kedalaman ini masih
dikategorikan batuan sangat lunak hingga agak padat.
- Batuan lempung dijumpai pada kedalaman antara ( 9,50 – 30,00 ) meter.
Pengujian SPT pada kedalaman tersebut di dapat antara 30 - > 50 pukulan.
Batuan lempung pasiran bersifat lekat, liat, plastis dan tergolong padat
hingga sangat keras, namun kepadatan dan kekerasan batuan tersebut kurang
terkompaksi dengan baik.

2. Jembatan TEKAY
- Tanah penutup berupa lempung pasiran antara kedalaman ( 0,00 – 6,50 )
meter. Pengujian SPT pada kedalaman antara ( 0,00 – 6,50 ) meter dengan
jumlah pukulan 2 – 36 pukulan, jadi pada kedalaman ini masih dikategorikan
batuan sangat lunak hingga padat.
- Batuan lempung dijumpai pada kedalaman antara ( 6,50 – 30,00 ) meter.
Pengujian SPT pada kedalaman tersebut di dapat antara 32 - > 50 pukulan.
Batuan lempung bersifat lekat, liat, plastis dan tergolong padat hingga sangat
keras, namun kepadatan dan kekerasan batuan tersebut tidak terkompaksi
dengan baik karena kurang seragam.

Dari kesimpulan di atas, maka penulis sarankan agar dalam merencanakan pondasi pada
ke 2 ( dua ) jembatan tersebut sebaiknya menggunakan pondasi yang sesuai yaitu pondasi

LAPORAN MEKANIKA TANAH Hal 1 - 23


PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN RUAS YETTI-
MAMBERAMMO
PROVINSI PAPUA

langsung ( tiang ), dan hendaknya memperhatikan factor kegempaan yang ada karena
wilayah Jayapura dan sekitarnya adalah rawan akan gempa.

Demikian laporan penyelidikan tanah pada perencanaan Jembatan APLE dan Jembatan
TEKAY semoga laporan singkat ini kiranya dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam
merencakan pada ke 2 ( dua ) jembatan tersebut.

Photo sebagian contoh tanah pada titik bor Jembatan APLE

LAPORAN MEKANIKA TANAH Hal 1 - 24


PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN RUAS YETTI-
MAMBERAMMO
PROVINSI PAPUA

BOR MESIN

SONDIR

LAPORAN MEKANIKA TANAH Hal 1 - 25


PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN RUAS YETTI-
MAMBERAMMO
PROVINSI PAPUA

Photo sebagian contoh tanah pada titik bor pada Jembatan TEKAY

BOR MESIN

LAPORAN MEKANIKA TANAH Hal 1 - 26


PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN RUAS YETTI-
MAMBERAMMO
PROVINSI PAPUA

LAPORAN MEKANIKA TANAH Hal 1 - 27

Anda mungkin juga menyukai