Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PERDARAHAN AKUT GASTROENTESTINAL

Kelompok :

Ageng Andi A F H (0117002)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA

MOJOKERTO

2020
PERNYATAAN

Dengan ini kami menyatakan bahwa:

Kami mempunyai copy dari makalah ini yang bisa kami reproduksi jika makalah yang
dikumpulkan hilang atau rusak

Makalah ini adalah hasil karya kami sendiri dan bukan merupakan karya orang lain kecuali
yang telah ditulis kan dalam referensi, serta tidak ada seorangpun yang membuatkan makalah
ini untuk kami.

Jika dikemudian hari terbukti adanya ketidakjujuran akademik, kami bersedia mendapatkan
sangsi sesuai peraturan yang berlaku.

....,...,....

Nama Nim Tanda Tangan Mahasiswa


Ageng Andi A F H 0117002

FORMAT PENILAIAN MAKALAH:


No Aspek yang dinilai Bobot Nilai – Kriteriapenilaian
Maks
1. Pendahuluan 2% 2 Menjelaskan topik, tujuan, dan
deskripsi singkat makalah
Supervisial, tidak spesifik
Sangat spesifik dan relevan
2 Laporan analisis 5% 5 Laporan lugas dan ringkas serta
masalah lengkap
Intervensi 16% 16 Penjelasan teori konsep dasar
keperawatan yang keperawatan/fisiologi/patofisiologi
diusulkan terkait
Analisis peran perawat dalam
intervensi serta kaitan intervensi
dengan proses keperawatan
Pengalaman atau realita di klinik
dan gap
Literature review
Ide logis dan rasional
Analisa kritis rencana aplikasi ide
atau hasil pembahasan
Literatur yang digunakan terkini
dan berkualitas serta extensif
Kesimpulan 2% 2 Menyimpulkan makalah dan
menuliskan refleksi atas kritik
jurnal
Pengurangan nilai -7,5% -7,5 Nilai akan mendapatkan
pengurangan jika kriteria berikut
masuk tidak terpenuhi:
Jumlah halaman< 10 atau lebih
dari 20 halaman (batas toleransi
5%)
Tidak mengikuti aturan penulisan
referensi dengan benar
Penulisan bahasa Indonesia yang
baik dan benar, termasuk tanda
baca
NILAI MAKSIMAL 25

Komentar Fasilitator:

......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
.................................................................

Presentasi Kelompok (5%)


No ASPEK YANG DINILAI PROSENTASE
1 Kemampuan mengemukakan intirasi makalah 1
2 Kemampuan menggunakan media & IT 1
3 Kontribusi yang bermanfaat bagi kelompok 1
4 Kemampuan berdiskusi (responsive, analitis) 2

Soft skill yang dinilai selama diskusi: team work, berpikir kritis, komunikasi

Komentar Fasilitator:

......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
...................................................................................

Penilaian mahasiswa lain: (nilai maksimum 10)

No POINT PENILAIAN ASPEK YANG DINILAI PROSENTASE


Aktif bertanya 10%
Aktif memberikan 10%
ide/pendapat
Inovatif dan kreatif dalam
1 Selama proses
memberikan pendapat.
diskusi
Kemampuan analitik dalam 30%
(50%)
mengajukan pertanyaan dan
memberikan solusi
Ringkas dan padat 20%
Isi resume 20%
2 Resume (50%)
Simpulan & saran 10%
TOTAL NILAI MAKSIMUM 10

KATA PENGANTAR

Puji syukur, penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-
nya penyusun dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Keritis yang berjudul
“Pankreatitis Akut” dalam makalah ini, penyusun tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,
untuk itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dosen pembimbing yang telah sabar dan telaten membimbing kami.
2. Orang tua yang selalu mendukung dan memotivasi kami dalam belajar.
3. Teman-teman yang selalu memberikan kritik dan sarannya.
Penyusun menyadari, makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi
sempurnanya makalah. Semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi penyusun maupun
bagi pembaca.

Mojokerto, 10 September 2020

Penyusun
Daftar Isi

Lembar Pernyataan...................................................................................................2
Format Penilaian......................................................................................................3
Kata Pengantar.........................................................................................................5
Daftar Isi...................................................................................................................6
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................7
B. Rumusan Masalah........................................................................................7
C. Tujuan Masalah............................................................................................8
BAB II. PEMBAHASAN
A. Definisi.........................................................................................................9
B. Etiologi.........................................................................................................9
C. Patofisiologi...............................................................................................10
D. Manifestasiklinis........................................................................................13
E. Diagnostik..................................................................................................15
F. Penatalaksanaan medis...............................................................................17
G. Asuhan keperawatan..................................................................................23
BAB III. PENUTUP
A. Simpulan....................................................................................................28
B. Saran...........................................................................................................28
Daftar Pustaka........................................................................................................29
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pankreatitis akut adalah peradangan akut, non-bakterial pada organ pankreas.


Pankreatitis terjadi akibat autodigesti enzim pankreas yang teraktivasi. Hal ini mengakibatkan
terjadinya edema, kerusakan vaskuler, perdarahan, dan nekrosis organ pankreas. Ekspresi
yang berlebihan dari sitokin inflamasi seperti interleukin (IL)-1,IL-6, IL-8, dan tumor
necrosis factor (TNF)-α dapat dengan serius merusak sistem mikrosirkulasi endotelium dan
meningkatkan permeabilitas kapiler. Inflamasi yang persisten dapat menyebabkan hipoksia
dan systemic inflammatory response syndrome (SIRS) yang dapat meningkatkan mortalitas
dan menjadi pankreatitis akut berat.

Sekitar 75-85% penyebab pankreatitis akut dapat diidentifikasi. Obstruksi batu di


duktus koledukus (38%) dan alkohol (36%), serta penyebab lainnya. Etiologi pankreatitis
akut oleh karena penyakit biliari (43,8%) dan kecanduan alkohol (26,5%). Pankreatitis akut
lebih banyak berkembang menjadi pankreatitis derajat ringan dan sedang. Sedikit yang
berkembang menjadi bentuk pankreatitis berat. Pankreatitis akut dapat menyebabkan masuk
rumah sakit tiba-tiba untuk adanya gangguan pada gastrointestinal.

Biaya untuk sekali pengobatan, pemeriksaan, dan intervensi mencapai ± 4,6 juta
rupiah berdasarkan Badan Kebijakan Fisikal Republik Indonesia, 2016 untuk derajat ringan
pankreatitis akut dan mencapai ± 80,6 juta rupiah untuk derajat berat pankreatitis akut. Oleh
karena itu, sangat perlu untuk mengetahui derajat pankreatitis yang ada.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari pankreatitis akut ?
2. Apa penyebab dari pankreatitis akut ?
3. Apa masalah keperawatan yang mungkin terjadi pada pasien pankreatitis akut ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi dari pankreatitis akut.
2. Untuk mengetahui penyebab dari pankreatitis akut atas.
3. Untuk mengetahui masalah yang mungkin terjadi pada pasien pankreatitis akut
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Pankreatitis akut adalah kondisi inflamasi yang menimbulkan nyeri dimana enzim
pankreas diaktivasi secara prematur dan mengakibatkan autodigestif pankreas. Pankreatitis
mungkin bersifat akut atau kronis, dengan gejala ringan sampai berat. Pankreatitis merupakan
penyakit yang serius pada pankreas dengan intensitas yang dapat berkisar mulai dari kelainan
yang relatif ringan dan sembuh sendiri hingga penyakit yang berjalan dengan cepat dan fatal
yang tidak bereaksi terhadap berbagai pengobatan.

Secara klinis pankreatitis akut ditandai oleh nyeri perut yang akut disertai dengan
kenaikan enzim dalam darah dan urin. Berdasarkan definisi, pada pankreatitis akut bersifat
reversibel jika stimulus pemicunya dihilangkan; pankreatitis kronik diartikan sebagai
desktruksi parenkim eksokrin pankreas yang bersifat ireversibel.

B. Etiologi

Patogenesis pankreatitis tidak seluruhnya dimengerti, namun hal yang mungkin


penting adalah terhalangnya aliran getah pankreas dan/atau refluks cairan empedu ke dalam
duktus pankreatikus. Beratnya kerusakan pada pankreas bervariasi mulai dari peradangan
ringan dengan edema hingga nekrosis. Pada pankreatitis kronik, peradangan yang terus
berlangsung menyebabkan fibrosis yang mula-mula terjadi di sekitar duktus asinus namun
kemudian di dalam sel-sel asinar. Faktor-faktor etiologi :

Metabolik Mekanis Vaskuler Infeksi


Alkoholisme Trauma Syok Parotitis
Hiperlipoproteinemia Batu empedu Atheroembolisme Coxsackievirus
Jejas
Hiperkalsemia Poliarteritis nodosa Mycoplasma pneumoiniae
iatrogenik
Obat-obatan Pasca ERCP
Genetik
C. Patofisiologis

Pankreas adalah kelenjar yang terletak di perut bagian belakang atas. Hal ini
bertanggung jawab untuk produksi insulin (pankreas endokrin) dan pembuatan dan sekresi
enzim pencernaan (eksokrin pankreas) yang menyebabkan karbohidrat, lemak, dan
metabolisme protein. Sekitar 80% dari berat kotor pankreas mendukung fungsi eksokrin, dan
sisanya 20% yang terlibat dengan fungsi endokrin. Fokus dari artikel ini adalah pada fungsi
eksokrin pankreas.

Pankreatitis akut dimulai sebagai suatu proses autodigesti di dalam kelenjar akibat
aktivasi prematur zimogen (prekursor dari enzim digestif) dalam sel-sel asinar pankreas1.
Enzim ini dikeluarkan melalui duktus pankreas. Gangguan sel asinar pankreas dapat terjadi
karena beberapa sebab:

1. Obstruksi duktus pankreatikus.

Penyebab tersering obstruksi adalah batu empedu kecil (microlithiasis) yang terjebak dalam
duktus. Sebab lain adalah karena plug protein (stone protein) dan spasme sfingter Oddi pada
kasus pankreatitis akibat konsumsi alkohol.

2. Stimulasi hormon Cholecystokinin (CCK) sehingga akan mengaktivasi enzim pankreas.


Hormon CCK terstimulasi akibat diet tinggi protein dan lemak (hipertrigliseridemia) dapat
juga karena alkohol.

3. Iskemia sesaat dapat meningkatkan degradasi enzim pankreas. Keadaan ini dapat terjadi
pada prosedur operatif atau karena aterosklerosis pada arteri di pankreas.

Gangguan di sel asinar pankreas akan diikuti dengan pelepasan enzim pankreas, yang
selanjutnya akan merangsang sel-sel peradangan (makrofag, neutrofil, sel-sel endotel) untuk
mengeluarkan mediator inflamasi (bradikinin, platelet activating factor (PAF) dan sitokin
proinflamasi (TNF- , IL-1 beta, IL-6, IL-8 dan intercellular adhesive molecules (ICAM 1)
serta vascular adhesive molecules (VCAM) sehingga menyebabkan permeabilitas vaskular
meningkat, teraktivasinya sistem komplemen, dan ketidakseimbangan sistem
trombofibrinolitik (perdarahan). Neutrofil mempermudah pelepasan superoksida dan enzim
proteolitik (Cathepsins B, D, dan G; kolagenase; serta elastase). Kondisi tersebut akhirnya
memicu terjadinya gangguan mikrosirkulasi, stasis mikrosirkulasi, iskemia dan nekrosis sel-
sel pankreas. Kejadian di atas tidak saja terjadi lokal di pankreas tetapi dapat pula terjadi di
jaringan/organ vital lainnya sehingga dapat menyebabkan komplikasi lokal maupun sistemik.

Secara ringkas progresi pankreatitis akut dapat dibagi menjadi 3 fase berurutan, yaitu:
1. inflamasi lokal pankreas,
2. peradangan sistemik atau systemic inflammatory response syndrome (SIRS),
3. disfungsi multi organ atau multiorgan dysfunctions (MODS).
Berat ringannya pankreatitis akut tergantung dari respons inflamasi sistemik yang
diperantarai oleh keseimbangan sitokin proinflamasi dan antiinflamasi, dan ada tidaknya
infeksi baik lokal maupun sistemik. Pada keadaan dimana sitokin proinflamasi lebih dominan
daripada sitokin antiinflamasi (IL-10, IL-1 receptor antagonist (IL- 1ra)) dan soluble TNF
receptor (sTNFR) keadaan yang terjadi adalah pankreatitis akut berat.

D. Manifestasi klinis

Pada kebanyakan kasus yang ditemukan keluhan yang mencolok adalah rasa nyeri di daerah
epigastrium, kebanyakan intens, terus menerus , dan makin lama makin bertambah. Rasa
nyeri kadang-kadang agak ke kiri atau agak ke kanan,dapat menjalar ke punggung, kadang-
kadang nyeri menjalar ke abdomen bagian bawah. Nyeri berlangsung beberapa hari, selain
rasa nyeri juga sebagian kasus didapatkan gejala mual dan muntah serta demam. Kadang-
kadang didapat tanda-tanda kolaps kardiovaskular, renjatan dan gangguan pernapasan.
E. Diagnostik

Diagnosis pankreatitis akut dapat dilakukan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.

1. Anamnesis

Berdasarkan anamnesis biasanya pasien datang ke tempat pelayanan kesehatan dengan


keluhan berupa nyeri perut tiba-tiba pada kuadran kiri atas, regio periumbilikal, dan atau
epigastrium. Nyeri dirasakan sangat sakit kemudian dirasakan semakin konstan. Nyeri
menjalar melalui perut ke dada atau punggung tengah. Nyeri memberat setelah makan atau
minum seperti makanan berlemak. Membaik saat posisi duduk. Keluhan lainnya seperti mual
dan muntah memberat saat posisi terlentang. Sering juga merasa perut penuh, distensi, feses
berwarna pucat, penurunan pengeluaran urin, dan mengalami cegukan. Selain itu bisa juga
mengalami sinkop atau demam.

2. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik pada pasien dengan akut pankreatitis dapat normal atau demam, hipotensi,
takikardi, takipnea, atau diaphoresis. Pemeriksaan perut secara tipikal mengalami nyeri tekan
pada saat palpasi, kemungkinan adanya tanda iritasi peritoneal, distensi, atau keras. Suara
usus menurun, ikterik bisa juga terjadi. Pada keadaan yang berat dapat terjadi gangguan
kesadaran. Dua tanda fisik ditemukan berhubungan dengan pankreatitis yaitu Cullen sign
(ekimosis dan edema pada jaringan subkutan sekitar umbilikal) dan Grey Turner sign
(ekimosis di badan). Tanda ini menunjukkan adanya pankreatitis akut berat dengan tingkat
mortalitas yang tinggi.

3. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang dapat membantu diagnosis, hal ini dapat mengklasifikasikan beratnya
penyakit dan memprediksi prognosisnya.
a. Pemeriksaan Laboratorium
 Kadar Lipase dan Amilase
 Pemeriksaan C-reactive protein (CRP)
b. Pemeriksaan Radiologi
F. Penatalaksanaan medis

1. Penatalaksanaan Pankreatitis Akut Ringan

Penatalaksanaan pada pasien pankreatitis akut meliputi non-operasi dan operasi. Pada tiga
hari pertama penting untuk menentukan tingkat keparahan pankreatitis, memberikan terapi
suportif dan evaluasi respons terapi. Pasien dengan skor APACHE > 8, komorbid berat dan
gagal organ perlu dirawat di ruang perawatan intensif. Hidrasi intravena agresif sedini
mungkin, kontrol nyeri, dan bowel rest merupakan salah satu penatalaksanaan non-operasi.
Pankreatitis akut ringan dapat dirawat di rumah tapi kebanyakan memerlukan perawatan di
rumah sakit. Nutrisi dan hidrasi dapat diberikan melalui cairan yang jernih dan kontrol
nyerinya dengan narkotik oral. Hal ini perlu dilakukan karena kehilangan cairan sering akibat
muntah, penurunan intake oral, cairan pada ruang ketiga, peningkatan kehilangan cairan
melalui respirasi, dan diaphoresis.

Hidrasi akan mencegah komplikasi serius dari nekrosis pankreatik. Hidrasi yang agresif
dilakukan dalam 12-24 jam perawatan dengan monitoring hematokrit, BUN, dan kreatinin.
Pemberian cairan dengan cairan Ringer Laktat lebih baik dibandingkan dengan Normal salin
0,9% oleh karena dapat lebih merusak sel asinar pankreas dan menimbulkan gap non-anion,
serta hiperkloremia asidosis metabolik. Awalnya diberikan 20 ml per kg dalam waktu 60
sampai 90 menit. Lalu diikuti 250-500 ml per jam untuk 48 jam selanjutnya untuk
mempertahankan urine output 0,5 ml per kg/jam dan menurunkan kadar BUN. Hati-hati
apabila ada komorbid penyakit jantung dan ginjal.

2. Penatalaksanaan Pankreatitis Akut Berat

Pada saat ini terapi pankreatitis akut berat telah bergeser dari tindakan pembedahan awal ke
perawatan intensif agresif. Seiring dengan berkembangnya radiologi dan endoskopi
intervensi, tindakan bedah dapat diminimalisasi. Intervensi untuk mengatasi komplikasi lokal
pankreatitis akut berat adalah: (1) ERCP dan sfingterotomi untuk menghilangkan sumbatan
dan evakuasi batu di duktus koledokus, (2) kolesistektomi laparoskopi ditujukan untuk
mengangkatbatu empedu, (3) drainase cairan menggunakan kateter perkutan baik dengan
panduan USG maupun CT scan atau transluminal endoskopik, (3) nekrosektomi melalui
transluminal endoskopik, nekrosektomi transabdomen laparoskopi, atau debridement
retroperitoneal yang dipandu dengan video (video-assisted retroperitoneal debridement), (4)
laparotomi terbuka direkomendasikan untuk mengevakuasi timbunan cairan yang sudah
dibungkus dengan kapsul yang tebal (walled–off).

Tindakan bedah terbuka menjadi pilihan utama apabila rumah sakit tidak mempunyai
fasilitas, peralatan dan keterbatasan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi metode
invasif minimal. Indikasi intervensi pankreatitis akut adalah (1) pankreatitis nekrosis
terinfeksi, (2) pankreatitis nekrosis steril dengan penyulit (misalnya adanya obstruksi duktus
koledokus, gastric outlet obstruction), (3) gagal organ multipel yang tidak membaik dengan
terapi yang diberikan selama di ICCU, (4) pseudokista pankreas simptomatik, (5) pankreatitis
biliar akut dengan kolangitis, (6) pankreatitis akut dengan batu empedu.

G. Asuhan keperawatan

1. Pengakajian keperawatan

a. Anamnesa
1) Nama:
2) Jenis kelamin:
3) Umur :
4) Usia:
Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologi secara drastis menurun
dengan cepat setelah usia 40 tahun. Pankreatitis sering muncul pada pasien
yang pecandu alkohol yang berumur lebih dari 40 tahun. Tetapi dapat pula
muncul pada usia muda sebagai pecandu berat alkohol.
5) Pendidikan dan pekerjaan
Pada orang dengan pendapatan tinggi dan rentan stress. cenderung untuk
mengkonsumsi makanan cepat saji dan minum minuman yang banyak
6) Keluhan utama
Penderita biasanya datang dengan keluhan perut terasa sakit dan panas
terbakar pada abdomen sampai tembus ke punggung terutama daerah
epigastrik.
7) Riwayat penyakit
Riwayat perjalanan penyakit ini biasanya mulai dari rasa tidak enak di perut,
rasa perih sehingga kadang orang awam menganggapnya sebagai gangguan
lambung. Rasa perih itu kemudian berubah cepat menjadi rasa terbakar dan
sakit pada abdomen terutama epigastrik.
8) Pengkajian pola kebutuhan:
a. Kebutuhan nutrisi
Penderita pankreatitis sering mengeluh tidak nafsu makan bahkan dapat
juga terjadi keluhan muntah.
b. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Pasien dengan pankreatitis akut mengalami gangguan rasa nyeri panas pada
abdomen dengan tingkat (skala nyeri rata-rata di atas 6 ) yang rata-rata
hebat. Pada ekspresi pasien terlihat menahan nyeri hebat pada abdomen,
kadang ada yang sampai berteriak kesakitan. Rasa aman yang mungkin
tidak terpenuhi mungkin aman dari rasa sakit yang mengganggu
kehidupannya. Untuk lebih lengkapnya perlu pengkajian nyeri dengan
unsur P (palliative), Q (quality), R (region), S (scale), T (time) dan
memakai alat bantu skala nyeri yang ditulis dalam kertas lengkap dengan
penjelasan nyeri skala 0 sampai 10.

b. Pemeriksaan fisik
 B1: Inspeksi frekuensi : irama, kedalaman dan upaya bernafas antara lain :
dispnea, takipnea, hipernea pada pernafasan (karena tedapat distensi
abdomen).
 B2:
 Pada TTV: Frekuensi nadi dan tekanan darah: takikardi (karena terjadi
kompensasi terhadap nyeri.
 B3: adanya nyeri pada abdomen, pada punggung dan nyeri tekan pada
epigastrium.
 B5: adanya mual muntah, anoreksia,dehidrasi karena penurunan intake cairan
 Inspeksi: adanya mual muntah, anoreksia
 Auskultasi : bising usus dan gaster mungkin meningkat sebagai respon
mekanik terhadap peradangan pankreas.
 Perkusi: bunyi usus masih normal ( tympani)
 Palpasi:Nyeri tekan pada epigastrik.
 B6: penurunan kekuatan musculoskeletal, kelemahan, turgor kulit menurun
karena dehidarasi.
2. Diagnosa keperawatan

1) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan nyeri


 DS: Mengeluh sesak napas, klien mengeluh nyeri
 DO: Dypsnea, takikardi
2) Hypertermi berhubungan dengan penyakit
 DS: Klien mengeluh badan panas
 DO: Suhu tubuh > 37,5
3) Nyeri akut b.d agen cedera (biologi)
 DS: Klien mengeluh sangat lemah, mengatakan nyeri hebat di punggung
abdomen.
 DO: Perubahan tanda-tanda vital, wajah menahan nyeri, pucat, perilaku
berlindung, perilaku distraksi: menangis, meringis dan gelisah.
4) Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif.
 DS : Klien mengatakan rasa haus.
 DO: Perubahan status mental, penurunan tekanan darah, penurunan tekanan
nadi, penurunan volume nadi, penurunan turgor kulit, penurunan turgor lidah,
penurunan haluaran urine, penurunan pengisian vena, membran mukosa
kering, kulit kering.
5) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah
 DS : Klien mengeluh adanya gangguan sensasi pengecap, pemasukan makanan
tidak adekuat.
 DO : Tidak menghabiskan porsi makan, penurunan berat badan, tonus otot
buruk.
6) Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum
 DS: klien mengeluh penurunan toleransi terhadap aktivitas, mengeluh lemah
dan lelah.
 DO: palpitasi, takikardia, peningkatan TD, respon pernapasan dan kerja
jaringan meningkat.
3. Perencanaan Keperawatan

a. Nyeri akut b.d agen cedera (biologi)


Goal : Klien akan terbebas dari nyeri akut selama dalam perawatan
Objective : Klien tidak akan mengalami agen cedera (biologi) selama dalam
perawatan.
Outcomes : selama perawatan, klien :
 Melaporkan nyeri hilang/terkontrol
 menunjukkan postur rileks
 menunjukkan tanda-tanda vital normal.

Intervensi:
 Berikan lingkungan yang tenang, ruangan agak gelap sesuai indikasi
R/ Menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar atau sensitivitas pada
cahaya dan meningkatkan istirahat/relaksasi.
 Berikan latihan rentan gerak aktif/pasif secara tepat dan masase otot daerah
leher/bahu.
R/ Dapat membantu merelaksasikan ketegangan otot yang meningkatkan
reduksi nyeri atau rasa tidak nyaman tersebut.
 Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan diri yang penting.
R/ Menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri.
 Berikan analgetik, seperti asetaminofen, kodein.
R/ Mungkin diperlukan untuk menghilangkan nyeri yang berat.
b. Hypertermi berhubungan dengan penyakit
Goal: Klien tidak akan mengalami hypertermi selama dalam perawatan
Objektif: klien akan terbebas dari penyakit selama dalam perawatan
Outcomes:selama perawatan, klien:
 Tidak mengeluh badan panas
 Suhu kembali normal
Intervensi :
 Berikan kompres mandi hangat, hindari penggunaan alkohol.
R/ dengan membantu mengurangi demam. Catatan : penggunaan air
es/alkohol mungkin menyebabkan kedinginan, peningkatan suhu secara
aktual. Selain itu, alkohol dapat mengeringkan kulit.
 Observasi suhu pasien (derajat dan pola), perhatikan mengigil/diaphoresis.
R/ 38,9-41,1˚ C menunjukkan proses penyakit infeksius akut. Pola demam
dapat membantu dalam diagnosis.
 Observasi suhu lingkungan, batasi/tambahkan linen tempat tidur, sesuai
indikasi
R/ Suhu ruangan/jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu
mendekati normal.
c. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan nyeri
Goal : Klien menunjukkan pola nafas yang efektif
Objektif : Klien tidak mengalami nyeri
Outcomes : selama perawatan, klien :
 Tidak mengeluh sesak napas
 Frekuensi nafas normal
 Nadi kembali normal
Intervensi:
 Ajarkan pasien laithan napas dalam efektif
R/ membantu mengurangi rasa nyeri
 Bantu untuk berada dalam posisi yang nyaman yang memungkinkan ekspansi
dada maksimal.
R/untuk memudahkan bernapas.
 Berikan obat nyeri bila diinstrusikan
R/ untuk memungkinkan ekspansi dada yang maksimal.
 Observasi dan catat status pernapasan setiap 4 jam
R/ mendeteksi tanda-tanda awal gangguan
 Observasi nyeri setiap 3 jam
R/nyeri dapat menurunkan usaha bernapas dan ventilasi.
d. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif.
Goal : Klien akan meningkatkan volume cairan yang adekuat selama dalam
perawatan.
Objektif : Klien tidak akan mengalami kehilangan cairan aktif selama dalam
perawatan.
Outcomes : selama perawatan, klien memperlihatkan :
 Heluaran urine dalam batas normal
 Konsentrasi urine dalam batas normal
 BB normal
 Turgor kulit normal
 TD normal
 Kulit/membrane mukosa lembab
 Tidak adanya tanda dan gejala dehidrasi
Intervensi :.
 Jelaskan alasan kehilangan cairan dan ajarkan kepada pasien cara memantau
volume cairan. (contohnya dengan mencatat berat badan setiap hari dan
mengatur asupan serta haluaran).
R/ tindakan ini mendorong keterlibatan pasien dalam perawatan personal.
 Selimuti pasien hanya dengan kain yang tipis. Hindari terlalu panas.
R/ untuk mencegah vasodilatasi dan berkurangnya volume darah sirkulasi.
 Periksa berat jenis urine tiap 8 jam.
R/ peningkatan berat jenis urine dapat mengindikasikan dehidrasi.
 Kaji turgor kulit dan membrane mukosa mulut setiap 8 jam.
R/ memeriksa dehidrasi. Berikan perawatan mulut dengan cermat setiap 4
jam.menghindari dehidrasi membrane mukosa merupakan indikator yang
baik untuk status cairan.
 Pantau dan catat tanda-tanda vital setiap 2 jam atau sesering mungkin sesuai
keperluan sampai stabil. Kemudian pantau dan catat tanda-tanda vital setiap
4 jam.
R/ takikardia, dispnea, atau hipotensi dapat mengindikasikan kekurangan
volume cairan atau ketidakseimbangan elektrolit.
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah
Goal : klien akan meningkatkan asupan nutrisi secara adekuat selama dalam
perawatan
Objektif : klien akan terbebas dari mual, muntah selama dalam perawatan
Outcomes : selama perawatan klien :
 Mengatakan tidak ada gangguan sensasi pada indera pengecap
 Mengatakan dapat memasukkan makanan secara adekuat
 Menghabiskan porsi makan
 Menunjukkan peningkatan berat badan
 Menunjukkan tonus otot baik
Intervensi:
 Berikan perawatan oral
R/ Menurunkan rangsangan muntah dan inflamasi/ iritasi membran mukosa
kering sehubungan dengan dehidrasi dan bernapas dengan mulut bila NGT
dipasang
 Berikan obat sesuai indikasi :
(vitamin A, D, E, K)
R/ kebutuhan penggantian seperti metabolisme lemak terganggu, penurunan
absorpsi atau penyimpangan vitamin larut dalam lemak
 Kaji abdomen, catat adanya karakter bising usus, distensi abdomen dan
keluhan mual
R/ distensi abdomen dan atoni usus sering terjadi, mengakibatkan penurunan/
tak ada bising usus. Kembalinya bisisng usus dan hilangnya gejala
menunjukan kesiapan untuk penghentian aspirasi gaster (selang NG)
 Observasi warna/ konsistensi/ jumlah feses. Catat konsistensi; lembek atau bau
busuk
R/ steatorea terjadi karena pencernaan lemak tak sempurna
f. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum
Goal : Klien akan meningkatkan toleransi aktivitas selama dalam perawatan
Objektif: Klien akan terbebas dari kelemahan selama dalam perawatan
Outcomes : selama perawatan, klien :
 Menunjukkan toleransi terhadap aktivitas
 mengatakan tidak lemah dan lelah
 tidak adanya palpitasi dan takikardia,
 tekanan darah dan pernapasan serta kerja jaringan kembali normal..
Intervensi :
 Anjurkan pasien untuk menghentikan aktivitas bila palpitasi, nyeri dada, napas
pendek, kelemahan atau pusing terjadi.
R/ regangan/ stres kardiopulmonal berlebihan/ stres dapat menimbulkan
dekompensasi/ kegagalan.
 Berikan lingkungan tenang. Pertahankan tirah baring bila diindikasikan. Batasi
pengunjung, telepon, dan gangguan berulang tindakan yang tidak direncanakan.
R/ meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan
menurunkan regangan jantung dan paru.
 Kaji kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas normal. Catat laporan
kelemahan, keletihan, dan kesulitan menyelesaikan tugas.
R/ mempengaruhi pilihan intervensi atau bantuan.

4. Implementasi keperawatan

Tindakan keperawatan dilakukan dengan mengacu pada rencana


tindakan/intervensi keperawatan yang telah ditetapkan/dibuat.
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai apakah masalah keperawatan telah
teratasi, tidak teratasi atau teratasi sebagian dengan mengacu pada kriteria hasil
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Pankreatitis adalah inflamasi yang mengenai pankreas yang bersifat serius dengan intensitas
yang ringan sampai berat dan berakibat fatal. Pankreatitis juga didefinisikan sebagai
peradangan pada pankreas yang menggangu fungsi eksokrin dalam membantu menjalankan
metabilisme dalam tubuh.

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes E.Marilyn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

Dorland. 1998. Kamus Saku Kedokteran. Jakarta: EGC.

Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.


Jakarta: EGC

PriceS.A., Wilson L. M. 2006. Buku Ajar Ilmu. Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta :
EGC.

Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah edisi 3 volume 8.


Jakarta: EGC.

Sylvia A. Price. 2006. Patofosiologi Konsep Penyakit. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai