Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN TEORI
1. Konsep Dasar Penyakit
A. Pengertian Hemofilia
Hemofilia merupakan gangguan koagulasi herediter atau didapat
yang paling sering dijumpai, bermanifestasi sebagai episode perdarahan
intermiten (Price & Wilson, 2005). Oleh karena itu, semua anak
perempuan dari laki-laki (Ayah) yang menderita hemofilia adalah karier
penyakit, dan anak laki-laki tidak terkena. Anak laki-laki dari perempuan
yang karier memiliki kemungkinan 50% untuk menderita penyakit
hemofilia. Dapat terjadi wanita homozigot dengan hemofilia (ayah
hemofilia, ibu karier), tetapi keadaan ini sangat jarang terjadi. Kira-kira
33% pasien tidak memiliki riwayat keluarga dan mungkin akibat mutasi
spontan (Hoffbrand, Pettit, 1993).
Hemofilia adalah penyakit perdarahan akibat kekurangan faktor
pembekuan darah yang diturunkan (herediter) secara sex-linked recessive
pada kromosom X (Xh). Meskipun hemofilia merupakan penyakit
herediter tetapi sekitar 20-30% pasien tidak memiliki riwayat keluarga
dengan gangguan pembekuan darah, sehingga diduga terjadi mutasi
spontan akibat lingkungan endogen maupun eksogen (Aru et al, 2010).
Dengan demikian hemofilia adalah penyakit koagulasi terutama
kekurangan factor VII, IX, XI, yang bersifat herediter.
B. Klasifikasi
Hemofilia terbagi atas dua jenis, yaitu :
1) Hemofilia A yang dikenal juga dengan nama :
a. Hemofilia klasik : karena jenis hemofilia ini adalah yang paling
banyak kekurangan faktor pembekuan pada darah.
b. Hemofilia kekurangan faktor VIII : terjadi karena kekurangan
faktor 8 (Faktor VIII) protein pada darah yang menyebabkan
masalah pada proses pembekuan darah.
2) Hemofilia B yang dikenal juga dengan nama :

5
a. Christmas disease : karena ditemukan untuk pertama kalinya pada
seorang yang bernama Steven Christmas asal Kanada.
b. Hemofilia kekurangan faktor IX : Terjadi karena kekurangan faktor
9 (Faktor IX) protein pada darah yang menyebabkan masalah pada
prosese pembekuan darah.
Klasifikasi Hemofili menurut berat ringannya penyakit:
1) Defisiensi berat: Kadar faktor VIII 0-2% dari normal, terjadi hemartros
dan perdarahan berat berulang
2) Defisiensi sedang: Kadar faktor VIII 2-5 % dari normal, jarang
menyebabkan kelainan ortopedik, jarang terjadi hemartros dan
perdarahan spontan.
3) Defisiensi ringan: Kadar faktor VIII 5-25 % dari normal, mungkin
tidak  terjadi hemartros dan perdarahan spontan lain, tetapi dapat
menyebabkan perdarahan serius bila terjadi trauma / luka yg tidak
berat / proses pembedahan.
4) Subhemofilia: Kadar factor 25-50% dari normal, Tidak
mengakibatkaan perdarahan, kecuali bila penderita mengalami trauma
hebat dan pembedahan yang luas.
C. Penyebab
1) Faktor kongenital
Bersifat resesif autosomal herediter. Kelainan timbul akibat sintesis
faktor pembekuan darah menurun. Gejalanya berupa mudahnya timbul
kebiruan pada kulit atau perdarahan spontan atau perdarahan yang
berlebihan setelah suatu trauma.
2) Faktor didapat
Biasanya disebabkan oleh defisiensi faktor II protombin yang terdapat
pada keadaan berikut : Neonatus, karena fungsi hati belum sempurna
sehingga pembekuan faktor darah khususnya faktor II mengalami
gangguan.

6
D. Anatomi dan Fisiologi Darah
Menurut Handayani & Sulistyo (2008) darah adalah organ
khusus yang berbeda dengan organ lain karena berbentuk cairan.
Darah merupakan organ utama tranformasi, distribusi dan sirkulasi
dalam tubuh. Volume darah manusia sekitar 7% dan 10% berat
normal dan berjumlah sekitar 5 liter. Keadaan jumlah darah pada
tiap-tiap orang tidsk sama, tergantung pada usia, pekerjaan, serta
keadaan jantung dan pembuluh darah)
Darah adalah cairan di dalam pembuluh darah yang
mempunyai fungsi sangat penting dalam tubuh yaitu fungsi
transportasi (membawa nutrisi ke seluruh tubuh dan oksigen ke paru-
paru kemudian diedarkan ke seluruh tubuh).
Darah mempunyai 2 komponen yaitu padat dan cair.
Bagian padat terdiri dari eritrosit, leukosit dan trombosit.
Komponen padat merupakan 45% dari seluruh volume darah dan
55 % adalah plasma yang termasuk komponen cair.
1) Eritrosit
Eritrosit dibuat di sumsum tulang yang masih berinti, dalam
pembentukannya dibutuhkan zat besi, Vit B12, asam folat, dan
rantai globulin yang merupakan senyawa protein.Pematangan
eritrosit diperlukan hormon eritropoetin yang diproduksi oleh
ginjal. Umur peredarannya 105-120 hari. Eritrosit dihancurkan di
limfa. Jumlah normalnya pada laki-laki 5,5 juta sel/mm3 pada
perempuan 4,8 juta sel/mm3.
2) Leukosit
Leukosit fungsi utamanya adalah sebagai pertahanan tubuh
dengan cara menghancurkan antigen (kuman, virus, toksin)
yang masuk. Ada 5 jenis leukosit yaitu: neutrofil, eosinofil,
basofil, limfosit, dan monosit. Jumlah normal leukosit 5000-9000
/mm3.
3) Trombosit
Trombosit merupakan keping-keping darah yang dibuat di

7
sumsum tulang, paru-paru, limfa. Umur peredarannya hanya 10
hari. Trombosit mempunyai kemampuan untuk melakukan:
a) Daya aglutinasi (membeku dan menggumpal)
b) Daya adesi (saling melekat)
c) Daya agregasi berkelompok)

Trombosit berfungsi sebagai pembekuan darah dan


penghentian perdarahan, begitu pula kerusakan dinding
pembuluh darah trombosit akan berkumpul di situ, dan menutup
lubang kebocoran dengan saling melekat, berkelompok
menggumpal dan kemudian dilanjutkan dengan proses
pembekuan darah, jumlah trombosit 150.000-450.000
keping/mm3.
4) Plasma darah
Plasma merupakan bagian yang encer tanpa sel-sel
darah, berwarna kekuningan hampir 40% terdiri dari air.
Struktur dinding kapiler tersusun atas 1 lapisan uniseluler sel-
sel endotelial dan di sebelah luarnya dikelilingi membran dasar
ada 2 jalan penghubung yaitu celah intraseluler yang
merupakan celah tipis diantara sel-sel endotelial. Tiap celah ini
diselingi sekelompok protein yang mengikat sel endotelial agar
bersama-sama. Celah tersebut berada di tepi endotelial, pada
sel endotelial terdapat juga banyak gelombang plasmalemal
untuk menghambat paket plasma kecil/cairan ekstraselular.
Proses pemindahan dan cairan melalui difusi, zat-zat
yang larut dalam lemak dapat berdifusi secara langsung melewati
dinding endotelial kapiler, zat yang larut dalam lemak terutama O2
dan CO2. Zat yang larut dalam air hanya dapat berdifusi melalui
pori-pori interseluler pada membran kapiler. Zat tersebut misalnya
natrium, klorida dan ari itu sendiri.
Tekanan dalam kapiler cenderung mendorong cairan
dan zat terlarutnya melewati pori-pori kapiler ke dalam ruang
interstisial, sebaliknya tekanan osmotik yang ditimbulkan oleh

8
protein plasma cenderung menimbulkan gerakan cairan osmosis
dari ruang interstisial ke dalam darah. Tekanan osmotik ini
mencegah hilangnya volume cairan yang cukup bermakna dari
darah ke dalam ruang interstisial.
E. Patofisiologi
Perdarahan karena gangguan pada pembekuan biasanya terjadi
pada jaringan yang letaknya dalam seperti otot, sendi, dan lainya
yang dapat terjadi kerena gangguan pada tahap pertama, kedua dan
ketiga, disini hanya akan di bahas gangguan pada tahap pertama,
dimana tahap pertama tersebutlah yang merupakan gangguan
mekanisme pembekuan yang terdapat pada hemofili A dan B.
Perdarahan mudah terjadi pada hemofilia, dikarenakan adanya
gangguan pembekuan, di awali ketika seseorang berusia ± 3 bulan
atau saat – saat akan mulai merangkak maka akan terjadi
perdarahan awal akibat cedera ringan, dilanjutkan dengan keluhan-
keluhan berikutnya. Hemofilia juga dapat menyebabkan
perdarahan serebral, dan berakibat fatal. Rasionalnya adalah ketika
mengalami perdarahan, berarti terjadi luka pada pembuluh darah
(yaitu saluran tempat darah mengalir keseluruh tubuh) → darah
keluar dari pembuluh. Pembuluh darah mengerut/ mengecil →
Keping darah (trombosit) akan menutup luka pada
pembuluh→Kekurangan jumlah factor pembeku darah tertentu,
mengakibatkan anyaman penutup luka tidak terbentuk
sempurna→darah tidak berhenti mengalir keluar pembuluh →
perdarahan (normalnya: Faktor-faktor pembeku darah bekerja
membuat anyaman (benang - benang fibrin) yang akan menutup
luka sehingga darah berhenti mengalir keluar pembuluh).

9
F. Patoflowdiagram

DNA

X→Mutasi Y

Kekurangan faktor VIII dan IX

Apabila mengalami trauma (tajam, tumpul)

Pembuluh darah mengkerut

Kekurangan jumlah faktor pembeku darah

Benang fibrin penutup luka tidak terbentuk sempurna

Darah tidak berhenti mengalir ke pembuluh darah

Perdarahan lama Gangguan perfusi jaringan

Perdarahan pada sendi dan otot Nyeri

Kekurangan volume cairan


kelumpuhan

Resiko injuri Kerusakan mobilitas fisik

10
G. Manifestasi Klinis
1) Masa bayi (untuk diagnosis)  
a. Perdarahan berkepanjangan setelah sirkumsisi.
b. Ekimosis subkutan diatas tonjolan – tonjolan tulang (saat
berumur 3 – 4 bulan).
c. Hematoma besar setelah infeksi.
d. Perdarahan dari mukosa oral.
e. Perdarahan jaringan lunak.
2) Episode perdarahan selama rentang hidup.
a. Gejala awal, yaitu nyeri.
b. Setelah nyeri, yaitu bengkak, hangat dan penurunan
mobilitas.
3) Sekuela jangka panjang.
Perdarahan berkepanjangan dalam otot dapat menyebabkan
kompresi saraf dan fibrosis otot.
H. Pemeriksaan Penunjang
1) Uji skining untuk koagulasi darah.
a. Jumlah trombosi normal 150.000 – 450.000 per mm3 darah.
b. Masa protombin normal memerlukan waktu 11 – 13 detik.
c. Masa tromboplastin parsial (meningkat, mengukut keadekuatan
faktor koagulasi intrinsik).
d. Fungsional terhadap faktor VII dan IX memastikan diagnosis
e. Masa pembekuan trombin normalnya 10 – 13 detik.
2) Biopsi hati : digunakan untuk memperoleh jaringan untuk pemeriksaan
patologi dan kultur.
3) Uji fungsi feal hati : digunakan untuk mendeteksi adanya penyakit hati
(misalnya, serum glutamic – piruvic trasaminase [SPGT], serum
glutamic–oxaloacetic transaminase [SGOT], fosfatase alkali,
bilirubin).

11
I. Penatalaksanaan
1) Terapi Suportif
a. Melakukan pencegahan baik menghindari luka atau benturan
b. Merencanakan suatu tindakan operasi serta mempertahankan kadar
aktivitas faktor pembekuan sekitar 30-50%
c. Lakukan Rest, Ice, Compression, Elevation (RICE) pada lokasi
perdarahan untuk mengatasi perdarahan akut yang terjadi.
d. Kortikosteroid, untuk menghilangkan proses inflamasi pada
sinovitis akut yang terjadi setelah serangan akut hemartrosis
e. Analgetik, diindikasikan pada pasien hemartrosis dengan nyeri
hebat, hindari analgetik yang mengganggu agregasi trombosit
f. Rehabilitasi medik, sebaiknya dilakukan sedini mungkin secara
komprehensif dan holistic dalam sebuah tim karena keterlambatan
pengelolaan akan menyebabkan kecacatan dan ketidakmampuan
baik fisik, okupasi maupun psikososial dan edukasi. Rehabilitasi
medic atritis hemofilia meliputi : latihan pasif/aktif, terapi dingin
dan panas, penggunaan ortosis, terapi psikososial dan terapi
rekreasi serta edukasi.
2) Terapi Pengganti Faktor Pembekuan
Dilakukan dengan memberikan F VIII atau F IX baik rekombinan,
kosentrat maupun komponen darah yang mengandung cukup banyak
factor pembekuan tersebut. Hal ini berfungsi untuk profilaktif/untuk
mengatasi episode perdarahan. Jumlah yang diberikan bergantung pada
factor yang kurang.
3) Terapi lainnya
a. Pemberian DDAVP (desmopresin) pada pasien dengan hemofili A
ringan sampai sedang. DDAVP meningkatkan pelepasan factor
VIII.
b. Pemberian prednisone 0.5-1 mg/kg/bb/hari selama 5-7 hari
mencegah terjadinya gejala sisa berupa kaku sendi (atrosis) yang

12
mengganggu aktivitas harian serta menurunkan kualitas hidup
pasien Hemofilia (Aru et al, 2010)
c. Transfusi periodik dari plasma beku segar (PBS)
d. Hindari pemberian aspirin atau suntikan secara IM
e. Membersihkan mulut sebagai upaya pencegahan
f. Bidai dan alat orthopedic bagi pasien yang mengalami perdarahan
otak dan sendi (Hadayani, Wiwik, 2008)
J. Komplikasi
1) Timbulnya inhibitor.
Inhibitor adalah cara tubuh untuk melawan apa yang dilihatnya
sebagai benda asing yang masuk. Hal ini berarti segera setelah
konsetrat faktor diberikan tubuh akan melawan dan akan
menghilangnya. Suatu inhibitor terjadi jika sistem kekebalan tubuh
melihat konsetrat faktor VIII atau faktor IX sebagai benda asing dan
menghancurkanya. Pada penderita hemofilia dengan inhibitor terhadap
konsetrat faktor, reaksi penolakkan mulai terjadi segera setelah darah
diinfuskan. Ini berarti konsetrat faktor dihancurkan sebelum ia dapat
menghentikan pendarahan.
2) Kerusakan sendi akibat pendarahan berulang.
Kerusakan sendi adalah kerusakan yang disebabkan oleh
perdarahan berulang didalam dan disekitar rongga sendi. Kerusakan
yang menetap dapat di sebabkan oleh satu kali pendarahan yang berat
(Hemarthrosis).
3) Infeksi yang ditularkan oleh darah.
Komplikasi hemofilia yang paling serius adalah infeksi yang
ditularkan oleh darah.

13
2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Pada pengkajian anak dengan hemophilia dapat ditemukan adanya
pendarahan kambuhan yang dapat timbul setelah trauma baik ringan
maupun berat. Pada umumnya pendarahan di daerah persendian lutut, siku,
pergelangan kaki, bahu, dan pangkal paha ; sedangkan otot yang paling
sering terkena adalah flrksor lengan bawah. Khususnya pasa bayi dapat
terlihat adanya perdarahan yang berkepanjangan setelah bayi dilakukan
sirkumsisi, adanya hematoma setelah terjadinya infeksi , sering
pendarahan pada mukosa oral dan jaringan lunak, sering awalnya disertai
dengan nyeri kemudian setelah nyeri akan menjadi bengkak, hangat, dan
menurunnya mobilitas. Pada pemeriksaan laboratorium dapat dijumpai
jumlah trombositnya normal, masa protombinnya normal, masa
tromboplastin parsialnya meningkat.
1) Aktivitas
Gejala : Kelelahan, malaise, ketidakmampuan untuk melakukan
aktivitas.
Tanda : Kelemahan otot, somnolen
2) Sirkulasi
Gejala : Palpitasi
Tanda : Kulit, membran mukosa pucat, defisit saraf serebral/ tanda
perdarahan serebra
3) Eliminasi
Gejala : Hematuria
4) Integritas ego
Gejala : Perasaan tak ada harapan, tak berdaya
Tanda : Depresi, menarik diri, ansietas, marah
5) Nutrisi
Gajala : Anoreksia, penurunan berat badan

14
6) Nyeri
Gejala : Nyeri tulang, sendi, nyeri tekan sentral, kram otot
Tanda : Perilaku berhati-hati, gelisah, rewel
7) Keamanan
Gejala : Riwayat trauma ringan, perdarahan spontan.
Tanda : Hematoma
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan akibat
perdarahan ditandai dengan mukosa mulut kering, turgor kulit lambat
kembali.
2. Nyeri b.d perdarahan dalam jaringan dan sendi
3. Resiko tinggi injuri berhubungan dengan kelemahan pertahanan
sekunder akibat hemofilia ditandai dengan seringnya terjadi cedera
4. Risiko kerusakan mobilitas fisik b.d efek perdarahan pada sendi dan
jaringan lain.

C. Intervensi Keperawatan
N Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
o
1 Kekurangan Setelah dilakukan 1. Monitoring 1. Penurunan
volume tindakan tanda-tanda sirkulasi darah
cairan keperawatan, vital dapat terjadi
berhubungan diharapkan peningkatan
dengan kebutuhan cairan kehilangan cairan
kehilangan pasien terpenuhi mengakibatkan
akibat dengan kriteria hipotensi dan
perdarahan hasil: takikardi
ditandai – Menunjukan 2. Perlu untuk
dengan perbaikan 2. Awasi intake menentukan
mukosa keseimbangan dan output fungsi ginjal,
mulut cairan cairan kebutuhan
kering,turgor – mukosa mulut penggantian
kulit lambat lembab cairan dan
kembali. – turgor kulit membantu
cepat kembali mengevaluasi
kurang dari 2 status cairan
detik 3. Memberikan
– Tekanan darah, 3. Perkirakan informasi
nadi, suhu drainase luka tentang derajat
tubuh dalam hipovolemi dan

15
batas normal dan kehilangan membantu
untuk usia. yang tampak menentukan
– Tidak ada intervensi
tanda-tanda 4. Mempertahankan
dehidrasi keseimbangan
– tidak ada rasa 4. Kolaborasi cairan akibat
haus yang dengan tim perdarahan
berlebihan. medis dalam
pemberian
cairan
adekuat/transfus
i darah bila ada
indikasi

2 Nyeri b.d Setelah dilakukan 1) Observasi 1) Untuk


perdarahan tindakan tingkat nyeri mengetahui
dalam keperawatan, pasien (skala, tingkat nyeri,
jaringan dan diharapkan nyeri frekuensi, dan untuk
sendi pasien dapat durasi) memantau ststus
berkurang sampai perdarahan,
hilang. karena nyeri
Dengan Kriteria yang konsisten
hasil: atau meningkat,
– Pasien dapat
mengatakan mengindikasikan
nyerinya perdarahan yang
hilang berlanjut
– nyeri berada 2) Berikan 2) Lingkungan
pada skala 0-3 lingkungan yang nyaman
– ekspresi wajah yang tenang dan akan membantu
relaks nyaman proses relaksasi.
– ekspresi rasa 3) Ajarkan teknik 3) Teknik relaksasi
nyaman relaksasi (tarik mampu
– mampu napas dalam) mengurangi rasa
tertidur sering pakai nyeri.
– tidak ada distraksi kalau 4) Informasi yang
kebutuhan obat anak kecil adekuat akan
anlgesik dapat
– tekanan darah 4) Berikan meningkatkan
120/80 mmHg penjelasan pada pengetahuan
– nadi 60-100 keluarga dan klien
x/mnt atau anak
– respirasi 14-22 bahwa penyakit
x/mnt ini belum dapat
disembuhkan
dan tujuan
terapi adalah

16
mencegah 5) Membantu
munculnya dalam penurunan
gejala. nyeri. Aspirin
5) Kolaborasi dapat
dengan dokter mengganggu pH
untuk dan dapat
pemberian obat membuat
analgetik perdarahan
(hindari aspirin) mudah terjadi
bisa disarankan
menggunakan
asetaminofen

3 Resiko Setelah dilakukan 1. Pertahankan 1. Jaringan rapuh


tinggi injuri tindakan keamanan dan gangguan
berhubungan keperawatan, tempat tidur mekanisme
dengan diharapkan Injuri klien, pasang pembekuan
kelemahan dan komplikasi pengaman pada menigkatkan
pertahanan dapat tempat tidur resiko
sekunder dihindari/tidak perdarahan
akibat terjadi dengan meskipun
hemofilia kriteria hasil: cidera /trauma
ditandai – Klien terbebas 2. Ciptakan ringan
dengan dari cidera lingkungan 2. Kontak fisik
seringnya – Klien mampu yang aman dengan benda
terjadi seperti tajam dapat
menjelaskan
cedera menyingkirkan menyebabkan
cara atau benda-benda perdarahan
metode untuk tajam
mencegah 3. Anjurkan pada
injuri/cidera orangtua untuk 3. Pasien hemofilia
– Mampu mengawasi mempunyai
memodifikasi setiap gerakan resiko perdarhan
gaya hidup yang spontan tak
memungkinkan terkontrol
untuk
terjadinya sehingga
mencegah cedera diperlukan
injuri pengawasan
– Menggunakan setiap gerakan
fasilitas yang
kesehatan yang memungkinkan
ada 4. Jelaskan pada terjadinya cidera
orang tua 4. Orang tua dapat
pentingnya mengetahui
menghindari mamfaat dari
cedera. pencegahan
cidera/ resiko

17
perdarahan dan
menghindari
injuri dan
5. Kolaborasi komplikasi
pemberian 5. Aspirin dapat
analgesik mengganggu pH
(hindari darah dan dapat
aspirin), bisa ketidakcukupan
disarankan mudah terjadi
menggunakan
asetaminofen

4 Risiko Setelah dilakukan 1. Kaji kebutuhan 1. Mengindikasi


kerusakan tindakan untuk kebutuhan untuk
mobilitas keperawatan, manajemen intervensi dan
fisik b.d efek diharapkan dapat nyeri juga tanda-tanda
perdarahan menurunkan perkembangan/
pada sendi resiko kerusakan resolusi
dan jaringan mobilitas fisik terjadinya
lain. dengan kriteria perdarahan
hasil: 2. Ajarkan untuk 2. Meningkatkan
– Tanda vital melakukan kepercayaan diri
tetap normal. latihan rentang pada klien.
– Peningkatan gerak aktif pada
anggota gerak
rentang gerak
yang sehat
sendi 3. Ajarkan untuk 3. Melatih
– tidak ada tanda latihan rentang persendian dan
inflamasi gerak pasif pada menurunkan
anggota gerak resiko perlukaan.
yang sakit.
4. Kolaborasi/ 4. Sangat
konsultasi membantu dalam
dengan ahli membuat
terapi fisik/ program latihan /
okupasi, aktivitas individu
spesialisasi, dan menentukan
rehabilitas. alat bantu yang
sesuai.

D. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan merupakan aplikasi dari perencanaan keperawatan oleh
perawat bersama klien. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan

18
implementasi adalah intervensi yang dilakukan sesuai dengan rencana.
Setelah dilakuka validasi, dan penguasaan keterampilan interpoersonal,
intelektual, dan teknik intervensi harus dilakukan dengan cermat dan
efisien. Pada situasi yang tepat, kemanan fisik dan psikologis dilindungi
dan didokumentasikan berupa pencatatan dan pelaporan (Nursalam,2001).

E. Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah suatu yang direncanakan dan perbandingan yang
sistematis pada status kesehatan klien. Evaluasi terdiri dari 2 jenis yaitu
evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif adalah evaluasi
terhadap respon yang segera timbul setelah intervensi dilakukan,
sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi respon jangka panjang
terhadap tujuan atau hasil akhir yang diharapkan setelah pemberian asuhan
keperawatan. Bentuk evaluasi ini lazimnya menggunakan format “SOAP”.
Tujuan evaluasi adalah untuk mendapatkan umpan balik rencana
keperawatan, nilai serta meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui
hasil perbandingan standar yang telah dilakukan sebelumnya.

F. Dokumentasi keperawatan
Dokumentasi keperawatan merupakan suatu catatan lengkap dan akurat
dari tindakan yang telah dilaksanakan dan pencatatan dan pelaporan
dokumentasi dibuat berdasarkan 5 proses keperawatan yaitu pengkajian,
diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi (Nursalam 2001).

G. Perencanaan pulang
Informasi yang diberikan kepada klien dibuat sesuai kebutuhan. perawat
harus mengkaji kesimpulan fisik untuk menjalankan keperawatan diri
klien. Adapun informasi yang diberikan pada klien meliputi :
1. Anjurkan keluarga untuk menyingkirkan benda-benda tajam dari
jangkauan anak
2. Anjurkan keluarga untuk mengawasi anak ketika sedang bermain
untuk menghindari luka atau benturan

19
3. Jika terjadi perdarahan lama yang tidak berhenti segera bawa anak ke
puskesmas atau rumah sakit terdekat

20

Anda mungkin juga menyukai