Anda di halaman 1dari 4

JUDUL

“Kebudayaan Suku Sasak Melapisi Lantai Rumah Dengan Kotoran Kerbau”

BAB III

PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi
Pulau Lombok merupakan wilayah yang didiami suku sasak, mereka telah
mendiami pulau Lombok selama berabad-abad. Ada pendapat yang mengatakan bahwa
orang Sasak berasal dari percampuran antara penduduk asli Lombok dengan para pendatang
dari Jawa. Ada pula yang mengatakan leluhur orang Sasak adalah orang Jawa. Secara
etimologi sejarah nama Sasak sendiri berasal dari kata sak-sak yang dapat diartikan sebagai
sampan, pengertian ini dihubungkan dengan kedatangan nenek moyang orang Sasak dengan
menggunakan sampan dari arah barat, dapat diartikan dari pulau Jawa. Adapun sumber lain
yang menyebutkan yakni di dalam kitab Negara kertagama kata Sasak disebut menjadi satu
dangan pulau Lombok. Yakni tepatnya dalam konteks Lombok Sasak mirah adhi bahwa
didalam pengucapan secara lisan warga setempat kata Sasak dipercaya berasal dari kata
Sa’saq yang memiliki makna satu. Sedangkan kata Lombok itu sendiri berasal dari kata
Lomboq yang mengandung makna lurus. Oleh karenanya jika kita gabungkan makna dari
kedua kata Sa’Saq Lomboq berarti “sesuatu yang lurus”. Namun banyak juga yang
mengartikan “sesuatu jalan yang lurus atau jalan yang lurus”. Didalam salah satu kutipan
kitab Negarakertagama (Desawarnana) yakni kata Lombok Mirah Sasak Adhi . yang mana
jika kita uraikan satu persatu dari kata tersebut akan kita dapatkan, kata “Lombok”dalam
bahasa kawi berarti lurus atau jujur, “Mirah” yang memiliki arti permata, “Sasak” berarti
kenyataan dan kata “Adhi” yang memiliki makna yang baik atau bisa juga yang utama.
Oleh karenanya makna dari keseluruhan kata Lombok Mirah Sasak Adhi yakni “Kejujuran
adalah bagaikan permata kenyataan yang baik dan utama”.

B. Pembahasan
Suku sasak adalah suku bangsa yang mendiami pulau Lombok dan menggunakan
bahasa sasak. Sebagian besar suku sasak beragama islam. Orang sasak terkenal pintar

1
dengan cara menenun, dahulu setiap perempuan akan dikatakan dewasa dan siap berumah
tangga jika sudah pandai menenun. Parawisata biasanya berkeliling menyusuri lorong kecil
dari rumah ke rumah untuk melihat hasil tenun sambil melihat rumah adat suku sasak yang
di sebut bale tani.
Keunikan dari rumah adat suku sasak adalah lantai yang dibuat dari tanah liat,
kotoran kerbau dan kulit padi. Menurut mereka, campuran tersebut lebih kokoh disbanding
semen biasa dan memiliki arti tersendiri. Tanah menggambarkan dari mana manusia berasal
sedangkan kotoran kerbau menggambarkan kehidupan mereka sebagai petani yang sangat
memerlukan kerbau untuk membajak sawah.
Terkait kebudayaan suku sasak yang melapisi rumah mereka dengan kotoran sapi
atau kerbau, maka secara tidak langsung penyakit yang mungkin timbul dari kebiasaan ini
antara lain, diare, cacingan, gatal-gatal, sesak nafas, keracunan, yang di akibatkan dari gas
metana yang dihasilkan oleh kotoran sapi dan kerbau. Seperti yang kita ketahui, kotoran
hewan khususnya kotoran kerbau dan sapi mengandung cacing pita (taenia solium dan
taenia saginata) sehingga tidak menutup kemungkinan masyarakat tersebut menderita
penyakit cacingan.

C. Pembahasan Proses Keperawatan Tranculture Nursing


Teori yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan keperawatan
dalam konteks budaya menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh perawat
sebagai landasan berfikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew and
Boyle, 1995). Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian,
diagnose keperawatan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data dan untuk mengidentifikasi masalah
kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien. Pengkajian dirancang
berdasarkan 7 komponen yang ada yaitu:
a. Factor agama dan falsafah hidup (religios and philosophical factors). Agama
adalah symbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi para
pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan
kebenaran di atas segalanya, bahkan diatas kehidupan sendiri. Factor agama yang

2
harus dikaji oleh perawat adalah agama yang di anut, status pernikahan, cara
pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama
yang berdampak positif terhadap kesehatan.
b. Factor social dan keterikatan keluarga (kinship and social factors). Perawat pada
tahap ini harus mengkaji factor-factor: nama lengkap, nama panggilan, umur dan
tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan
dalam keluarga, dan hubungan klien dengan keluarga.
c. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways). Nilai-nilai budaya
adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya yang di
angap
2. Diagnose
Menurut kelompok kami diagnosa yang dapat muncul dari kebudayaan ini adalah
gangguan interaksi karena disorientasi sosio kultural. Disorientasi sosio cultural adalah
pandangan yang timbul akibat adanya kesenjangan antara organisasi social dan sistem
nilai budaya yang dianut di masing-masing pihak.
Alasan kelompok kami mengangkat diagnose ini adalah karena dapat terjadi
gangguan interaksi antara masyarakat yang masih melaksanakan budaya tersebut
dengan tim kesehatan yang ada. Karena kita telah mengetahui kebudayaan suku sasak
yang melapisi lantai dengan kotoran kerbau tampak bertentangan dengan ilmu
kesehatan yang dimana kebudayaan ini secara tidak langsung dapat menimbulkan
penyakit, contohnya penyakit diare, cacingan, gatal gatal dan masih banyak lagi.

3. Intervensi
Cultural care repartening/reconstruction
a. Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan
melaksanakannya.
b. Tentukan tingkat perbedaan klien melihat dirinya dari budaya kelompok.
c. Gunakan pihak ketiga bila perlu.
d. Terjemahkan terminologi gejala klien kedalam bahasa kesehatan yang dapat
dipahami oleh masyarakat.

3
4. Implementasi
Pelaksanaan yang dapat diambil dalam mengatasi masalah tersebut adalah:
Mengubah/mengganti kebudayaan klien memberi penjelasan bahwa ada baiknya
kebudyaan melapisi lantai dengan kotoran kerbau diganti dengan ubin atau semen,
kayu, dan tanah karena ubin, kayu dan tanah adalah salah satu syarat dari rumah sehat,
serta kebudayaan ini juga merugikan klien dan dapat menimbulkan berbagai penykit.

5. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultur dilakukan terhadap keberhasilan klien
tentang mempertahankan kebudayaan yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi
kebudayaan klien yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya
baru yag mungkin sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien.

Anda mungkin juga menyukai