THAHARAH
Dosen :
SULAIMAN, S.AG,
SISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
1. DICKY SETIAWAN
2. MUHAMMAD HASAN
3. MUHAMMAD ZAINI
4. NUR FATIMAH
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 Latar belakang ...................................................................................... 1
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2Tujuan Penulisan
Penyusunan makalah ini bertujuan
1.3Manfaat Penulisan
1.4Rumusan Masalah
1
BAB II
PEMBAHASAN
Thaharah terbagi menjadi dua, secara batin dan lahir, keduanya termasuk di antara
cabang keimanan: Thaharah bathiniyah: ialah menyucikan diri dari kotoran kesyirikan
dan kemaksiatan dari diri dengan cara menegakkan tauhid dan beramal saleh.
Thaharah lahiriyah: ialah menyucikan diri menghilangkan hadats dan najis.
Namun thaharah sendiri mengandung nilai ibadah bagi yang menjalankannnya. Nilai
ibadah inilah yang kemudian menjadikan thaharah sebagai nilai lebih yang dimiliki umat
Islam.
Adapun menurut syara’, thaharah adalah sesuatu yang dihitung sunnah untuk
melaksanakan sholat seperti wudhu, mandi, tayammum dan menghilangkan najis.
Thaharah atau bersuci dalam pandangan Islam tidak hanya menyangkut masalah
bersih atau kotor, namun lebih kepada tujuan sahnya sebuah ibadah.
2
Tanpa adanya ritual bersuci yang sesuai, mustahil akan terwujud ibadah yang sah.
Karena salah satu syarat sahnya semua ibadah adalah kondisi suci yang apabila tidak
terpenuhi maka akan berakhir dengan kesia-siaan.
Beberapa macam thaharah yang akan dibahas dalam makalah ini diantaranya
yaitu wudhu, mandi dan tayammum. Untuk perinciannya akan kami bahas lebih lanjut
sebagai bertikut:
1. Wudhu
Wudhu menurut bahasaya itu sebutan untuk pembersihan sebagian anggota badan .
Adapun menurut syara’, wudhu adalah sebutan untuk pembersihan bagian-bagian
tertentu dengan niat yang tertentu . Hukum wudhu ada dua, wajib bagi orang yang
hadats dan sunnah bagi orang yang memperbarui wudhu baik setelah shalat ataupun
setelah mandi wajib, serta ketika orang yang junub hendak melakukan makan, tidur
atau wathi dan lain sebagainya . Beberapa komponen wudhu antara lain:
a. Fardu wudhu
Fardhu wudhu ada 6 yaitu:
1. Niat
2. Membasuh wajah
3. Membasuh kedua tangan beserta dua siku
4. Mengusap sebagian kepala
5. Membasuh dua kaki sampai mata kaki
6. Tertib .
b. Syarat wudhu
Syarat wudhu yaitu hal-hal yang harus terpenuhi sebelum melaksanakan wudhu.
Sayyid Ahmad telah mengemukakan beberapa syarat wudhu seperti:
3
(1) Islam
(2) Cerdas; tidak bodoh atau gila
(3) Suci dari haid dan nifas
(4) Bersih dari hal-hal yang menghalangi atau mencegah mengalirnya air sampai
kekulit
(5) Anggota wudhu tidak mengandung hal yang dapat merubah sifat air
(6) Mengerti kefardhuan wudhu
(7) Tidak meyakini bahwa fardhu wudhu adalah sunnah
(8) Air yang suci
(9) Menghilangkan najis yang terlihat
(10) Mengalirkan air di seluruh anggota wudhu .
c. Sunnah wudhu
Sunnah wudhu merupakan hal yang ketika dilakukan pada saat wudhu dan mendapat
pahala serta tidak berdosa jika ditinggalkan. Diantaranya yaitu:
(a) Bersiwak
(b) Membaca Basmalah
(c) Membasuh kedua telapak tangan
(d) Berkumur
(e) Menghisap dan menyemprotkan air dari lubang hidung
(f) Mengulangi rukun sebanyak tiga kali;
(g) Mengusap seluruh kepala
4
2. Mandi (Al Ghusl)
Mandi secara bahasa adalah mengalirkan air ke segala sesuatu baik badan, pakaian
dan sebagainya tanpa diiringi dengan niat. Sedangkan menurut syara’ mandi yaitu
mengalirkan air ke seluruh anggota badan denagn niat tertentu.
Dalam islam, mandi atau Al Ghusl memiliki posisi yang cukup urgen. Hal ini mengingat
mandi bertujuan untuk menghilangkan hadats atau kotoran yang tidak bisa dihilangkan
hanya dengan wudlu. Namun mandi yang dimaksud disini tentunya memiliki
karakteristik serta aturan yang berbeda dari mandi yang hanya untuk membersihkan
badan dari kotoran yang melekat di tubuh. Berikut beberapa hal yang menyangkut
mandi dalam Islam:
b. Fardhu mandi
Fardhu mandi ada tiga yaitu niat, membersihkan najis yang ada di seluruh tubuh serta
mengalirkan air hingga mengenai seluruh anggota tubuh.
c. Sunnah mandi
Beberapa sunnah mandi yang dianjurkan adalah lima perkara, yaitu:
1. Membaca basmalah
2. Berwudlu sebelum melakukan mandi
3. Menggosok-gosokkan tangan pada tubuh
4. Berturut-turut
5. Mendahulukan anggota sebelah kanan
5
d. Syarat mandi (Al Ghusl)
3. Tayammum
Menurut bahasa, tayammum adalah menyengaja ()القصد. Sedangkan menurut ishtilah
yaitu mengusapkan debu pada wajah dan kedua tangan dengan niat tertentu.
Tayammum yaitu sebuah ritual penyucian diri dari hadats dengan menggunakan debu
sebagai pengganti air dikarenakan beberapa sebab atau hal tertentu.
Sebab-sebab tayammum terbagi menjadi dua kategori. Pertama yaitu tayammum yang
wajib mengulangi sholat yang telah dilakukan seperti tayammum karena tidak adanya
air di tempat yang biasanya terdapat air melimpah, lupa meletakkan air, hilangnya air
dari tempatnya dan sebagainya . Kedua yaitu dimana tidak diwajibkan untuk
mengulangi sholat yang telah dilakuakan seperti tayammum karena tidak ada air di
tempat yang sudah biasa tidak ada airnya dan kebutuhan akan air tersebut untuk
diminum atau dijual untuk memenuhi kebutuhan, tidak adanya air kecuali dengan harga
tertentu dan tidak ada uang untuk membeli atau akan dipergunakan untuk kebutuhan
lain .
Fardhu tayammum ada lima yaitu memindahkan debu dari tanah atau udara kebagian
yang diusap, niat, mengusap wajah, mengusap dua tangan hingga kedua siku dan
tertib. Beberapa Sunnah tayammum yaitu bersiwak, membaca basmalah,
mendahulukan anggota kanan, berturut-turut, menipiskan debu pada telapak tangan.
Hal hal yang membatalkan tayammum diantaranya yaitu hadats, murtad, mengira telah
ada air di luar sholat, mengerti tentang keberadaan air, mampu untuk membeli air dan
sebagainya.
6
2.3 Pembagian Thaharah
Thaharah itu terbagi menjadi dua :
1. Thaharah ma’nawiyah atau thaharah qalbu (hati), yaitu bersuci dari syirik dan
maksiat dengan cara bertauhid dan beramal sholeh, dan thaharah ini lebih penting dan
lebih utama daripada thaharah badan. Karena thaharah badan tidak mungkin akan
terlaksana apabila terdapat syirik. Dalilnya adalah sebagai berikut :
َ إِ َّن َما ْال ُم ْش ِر ُك
ون َن َجس
“Sesungguhnya orang-orang musyrik itu najis” (QS. At-Taubah : 28)
ِين لَ ْم ي ُِر ِد هللاُ أَن ُي َطه َِّر قُلُو َب ُه ْم لَ ُه ْم فِي ال ُّد ْن َيا خ ِْزي َولَ ُه ْم فِي ْاألَخ َِر ِة َع َذابٌ َعظِ ي ُم َ أ ُ ْوالَ ِئ
َ ك الَّذ
“Mereka itu adalah orang-orang yang Allah tidak hendak mensucikan hati mereka.
Mereka beroleh kehinaan didunia dan diakhirat mereka beroleh siksaan yang besar.”
(QS. Al-Maaidah: 41)
Maka wajib bagi seorang muslim yang berakal untuk mensucikan dirinya dari syirik dan
keraguan dengan cara ikhlas, bertauhid, dan yakin. Dan juga wajib atasnya untuk
mensucikan diri dan hatinya dari kotoran-kotoran maksiat, dengki, benci, dendam,
penipuan, kesombongan, ‘ujub, riya‘, dan sum’ah.
2. Thaharah hissiyah atau thaharah badan, yaitu mensucikan diri dari hadats dan
najis, dan ini adalah bagian dari iman yang kedua. Allah mensyariatkan thaharah badan
ini dengan wudhu dan mandi, atau pengganti keduanya yaitu tayammum (bersuci
dengan debu). Penghilangan najis dan kotoran ini meliputi pembersihan pakaian,
badan, dan juga tempat shalat. Dalilnya adalah sebagai berikut :
الطهور شطر اإليمان
“Sesungguhnya kebersihan itu sebagian dari iman”
ِ اغسِ لُوا وُ جُو َه ُك ْم َوأَ ْي ِد َي ُك ْم إِلَى ْال َم َراف ِِق َوا ْم َسحُوا ِب ُرءُوسِ ُك ْم َوأَرْ ُجلِ ُك ْم إِلَى ْال َكعْ َبي
ْن َوإِن ْ صالَ ِة َف َ َياأَ ُّي َها الَّذ
َّ ِين َءا َم ُنوا إِ َذا قُ ْم ُت ْم إِلَى ال
ً صع
ِيدا َ ْ َ َ
َ ضى أ ْو َعلَى َس َف ٍر أ ْو َجآ َء أ َح ٌد مِّن ُكم م َِّن ال َغآئِطِ أ ْو الَ َمسْ ُت ُم ال ِّن َسآ َء َفلَ ْم َت ِج ُدوا َمآ ًء َف َت َي َّممُوا َ َّ
َ ُْكن ُت ْم جُ ُنبًا َفاط َّهرُوا َوإِن ُكن ُتم مَّر
َّ َ َ
ُون
َ ر ُ
ك شْ َ
ت م كُ ل عَ ل م ُ
ك
ْ َ ْ َ َ َّ َ ْ َ ْ
ي َ ل ع ه
ُ َ
ت م ِْع
ن م ت
ِ ي
ُ ِ ل و م ُ
ك ِّر
ه ُط يِ ل ُ
د ي ُر
ِ ي ِن
ك َ لو ج ر ح
َ ٍ َ َ ِّْن
م م ك ُ ْ
ي َ ل ع ل ع ْج
َ َ َ َ ُ يِ ل هللا ُ
د ي ِ َ َط ِّيبًا َفا ْم َسحُوا ِبوُ جُو ِه ُك ْم َوأ ْيدِي ُكم ِّم
ُريا م ه
ُ ْ
ن
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai siku, dan sapulah (usaplah) kepalamu dan
(basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah,
dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau salah seorang dari kamu kembali dari
tempat buang air (wc/kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh
air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan
tanganmu dengan tanah itu, Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak
membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmAt-Nya bagimu, supaya kamu
bersyukur.” (QS. Al-Maaidah: 6)
7
Sedangkan menurut Imam Ibnu Rusyd, thaharah itu terbagi menjadi dua, yaitu :
1. Thaharah dari hadats, yaitu membersihkan diri dari hadats kecil (sesuatu yang
diminta -bersucinya dengan- wudhu) dan dari hadats besar (sesuatu yang diminta
-bersucinya dengan – mandi).
2. Thaharah dari khubts atau najis, yaitu membersihkan diri, pakaian, dan tempat
ibadah dari sesuatu yang najis dengan air.
1. Untuk membersihkan badan, pakaian, dan tempat dari hadas dan najis ketika hendak
melaksanakan suatu ibadah. Dengan bersih badan dan pakaiannya, seseorang tampak
cerah dan enak dilihat oleh orang lain karena Allah Swt, juga mencintai kesucian dan
kebersihan serta memenuhi syarat sah ibadah.
8
3. Menjaga Kebersihan Lingkungan Tempat Ibadah. Kita mengetahui bahwa tempat
ibadah seperti masjid, mushalla, atau langgar adalah tempat yang suci. Oleh karena itu,
Islam mengajarkan untuk merawatnya supaya orang yang melakukan ibadah
mendapatkan ketenang-an, dan tidak terganggu dengan pemandangan yang kotor atau
bau di sekelilingnya. Umat Islam akan mendapatkan kekhusyu-an dalam beribadah
kalau tempatnya terawat dengan baik, dan orang yang merawatnya akan mendapatkan
pahala di sisi Allah. Dengan demikian, kita akan terpanggil untuk selalu menjaga
kebersihan lingkungan tempat ibadah di sekitar kita. Apabila orang Islam sendiri
mengabaikan kebersihan, khususnya di tempat-tempat ibadah, ini berarti tingkat
keimanan mereka belum seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Thaharah (bersuci) menurut bahasa berarti bersih dan membersihkan diri dari
kotoran yang bersifat hissiy (indrawi) seperti najis serta kotoran yang ma’nawi seperti
cacat atau aib. Sedangkan menurut syara’, thaharah adalah sesuatu yang dihitung
sunnah untuk melaksanakan sholat seperti wudhu, mandi, tayammum dan
menghilangkan najis.
Beberapa macam thaharah yaitu wudhu untuk menghilangkan hadats kecil, mandi
untuk menghilangkan hadats besar serta tayammum untukj menggantikan wudlu dalam
keadaan tertentu. Thaharah pada dasarnya adalah sebuah ibadah yang mencakup
seluruh ibadah lainnya. Tanpa adanya thaharah mustahil akan terwujud ibadah yang
sah karena ibadah yang dilakukan seorang hamba haruslah dalam keadaan yang suci
untuk mencapai kesempurnaan.
10
DAFTAR PUSTAKA
http://alimpolos.blogspot.com/
https://fiqihwanita.com/pengertian-thaharah-bersuci-dan-pembagiannya /
https://www.bacaanmadani.com/2016/11/4-hikmah-dan-manfaat-thaharah-dalam.html /
11