Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEBIDANAN

KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL


Respon Cepat Terhadap Prinsip Dasar Kegawatdaruratan
(Dosen ; Zulaeha A.Amdadi, SST, M.Kes)

DISUSUN OLEH :
RAHMAH NATSIR
PO713211181069
TINGKAT : II B/ DIII

JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR


TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang
Alhamdulillah tepat waktunya yang berjudul “ Prinsip Dasar dalam Penanganan
Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal”. Makalah ini dianjurkan untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Saya
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saya
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis
dan pembacanya. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha Amin.

Makassar, 20 Februari 2020


BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak diduga atau terjadi secara tiba-tiba,
seringkali merupakan kejadian yang berrbahaya (Dorlan,  2011).
Kurang lebih sekitar 160 juta perempuan di seluruh dunia hamil setiap tahunnya. Pada
umumnya kehamilan ini berlangsung dengan aman. Tetapi, sekitar 1554 menderita
komplikasi berat, dengan sepertiganya merupakan komplikasi yang mengancam jiwa ibu.
Komplikasi ini mengakibatkan kematian lebih dari setengah juta ibu setiap tahun. Kematian
ibu atau kematian maternal adalah kematian seorang ibu sewaktu hamil atau dalam waktu 42
hari setelah sesudah berakhirnya kehamilan, tidak bergantung pada tempat atau usia
kehamilan. Indikator yang umum digunakan dalam kematian ibu adalah Angka Kematian Ibu
(Maternal Mortality Ratio) yaitu jumlah kematian ibu dalam 1.000.000 kelahiran hidup.
Angka ini mencerminka risiko obstetri yang dihadapi oleh seorang ibu sewaktu ia hamil. Jika
ibu tersebut hamil beberapa kali, risikonya meningkat dan digambarkan sebagai risiko
kematian ibu sepanjang hidupnya, yaitu pribabilitas menjadi hamil dan probabilitas kematian
karena kehamilan sepanjang masa reproduksi.

B. RUMUSAN MASALAH

1.  Bagaimana Prinsip dasar penanganan kegawatdaruratan


2. Bagaimana respon cepat terhadap suatu kegawatdaruratan
3.   Bagaimana cara merujuk secara cepat, tepat, dan aman

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Prinsip dasar penanganan kegawatdaruratan
2. Mengetahui respon cepat terhadap suatu kegawatdaruratan
3. Mengetahui cara merujuk secara cepat, tepat, dan aman
BAB II
PEMBAHASAN
A. Prinsip Dasar Penanganan Kegawatdaruratan
a. Prinsip Dasar
1.         Menghormati hak pasien
Setiap pasien harus diperlakukan dengan rasa hormat, tanpa memandang
status sosial dan ekonominya. Dalam hal ini petugas harus memahami dan peka
bahwa dalam situasi dan kondisi gawatdarurat perasaan cemas, ketakutan, dan
keprihatinan adalah wajar bagi setiap manusia dan kelurga yang mengalaminya.
2.         Gentleness
Dalam melakukan pemeriksaan ataupun memberikan pengobatan setiap
langkah harus dilakukan dengan penuh kelembutan, termasuk menjelaskan
kepada pasien bahwa rasa sakit atau kurang enak tidak dapat dihindari sewaktu
melakukan pemeriksaan atau memerikan pengobatan, tetapo prosedur akan
dilakukan selembut mungkin sehingga perasaan kurang enak itu diupayakan
sesedikit mungkin.
3.         Komunikatif
Petugas kesehatan harus berkomunikasi dengan pasien dalam bahasa dan
kalimat yang tepat, mudah dipahami, dan memperhatikan nilai norma kultur
setempat. Dalam melakukan pemeriksaan, petugas kesehatan harus menjelaskan
kepada pasien apa yang akan diperikssssa dan apa yang diharapkan. Apabila hasil
pemeriksaan normal atau kondisi pasien sudah stabil,upaya untuk memastikan hal
itu harus dilakukan. Menjelaskan kondisi yang sebenarnya kepada pasien
sangatlah penting.
4.         Hak Pasien
Hak-hak pasien harus dihormati seperti penjelasan informed consent,  hak
pasien untuk menolak pengobatan yang akan diberikan dan kerahasiaan status
medik pasien.
5.         Dukungan Keluarga (Family Support)
Dukungan keluarga bagi pasien sangat dibutuhkan. Oleh karena itu,
petugas kesehatan harus mengupayakan hal itu antara lain dengan senantiasa
memberikan penjelasan kepada keluarga pasien tentang kondisi pasien, peka
akan masalah kelurga yang berkaitan dengan keterbatasan keuangan,
keterbatasan transportasi, dan sebagainya.
b. Penanganan Dasar Dan Awal Kegawatdaruratan
Dalam menatalaksanakan kegawatdaruratan hal yang harus dilakukan :
1. Tetap tenang, berpikir secara logis dan fokuskan pada kebutuhan ibu
2. Jangan meninggalkan ibu sendirian.
3. Laksanakan tanggung jawab hindari kebingungan dengan menunjuk orang lain
untuk bertanggung jawab.
4. Berteriak minta bantuan. Minta satu orang untuk mencari bantuan dan satu
orang lainnya untuk mendapatkan peralatan dan kesediaan barang
kegawatdaruratan (misal:tabung oksigen, dan alat kegawatdaruratan lainnya).
5. Jika ibu tidak sadar. Kaji jalan napas, pernapasan dan sirkulasinya.
6. Jika dicurigai terjadi syok, segera mulai terapi walaupun tidak ada tanda syok,
tetap kirkan tentang syok saat mengevaluasi ibu lebih lanjut karna statusnya
dapat memburuk dengan cepat.
7. Atur posisi ibu berbaring miring kiri dengan meninggikan kakinya.
Longgarkan pakaian yang ketat.
8. Bicara pada ibu dan bantu agar tetap tenang. Tanyakan tentang apa yang
terjadi dan gejala yang dialami.
9. Lakukan pemeriksaan dengan cepat yang meliputi pemeriksaan TTV dan
warna kulit.
c. Prinsip Pencegahan, Penentuan Dan Penanganan Syok
Syok adalah kondisi hilangnya volume darah sirkulasi efektif.Kemudian
diikuti perfusi jaringan dan organ yang tidak adekuat, yang akibat akhirnya gangguan
metabolik selular.Pada beberapa situasi kedaruratan adalah bijaksana untuk
mengantisipasi kemungkinan syok.Seseorang dengan cidera harus dikaji segera untuk
menentukan adanya syok. Penyebab syok harus ditentukan (hipovolemik,
kardiogenik, neurogenik, atau septik syok).(Bruner & Suddarth,2002).
1. Pencegahan syok.
Pencegahan syok dilakukan agar kondisi pasien tidak menjadi dalam keadaan
yang lebih parah lagi. Sebelum melakukan pertolongan harus diingat bahwa tidak
jarang anda memasuki keadaan yang berbahaya. Selain resiko dari infeksi anda juga
dapat menjadi korban jika tidak memperhatikan kondisi sekitar pada saat melakukan
pertolongan. Ingatlah prioritas keamanan pada saat memasuki daerah tugas :
a. Keamanan anda
Nampaknya egoistis, namun kenyataan adalah bahwa keamanan diri sendiri
merupakan prioritas utama. Mengapa ? Karena bagaimana kita akan dapat
melakukan pertolongan jika kondisi kita sendiri berada dalam bahaya. Akan
merupakan hal yang ironis seandainya kita bermaksud menolong tetapi karena
tidak memperhatikan situasi kita sendiri yang terjerumus dalam bahaya.
b.        Keamanan lingkungan
Ingat rumus do no further harm karena ini meliputi juga lingkungan
sekitar penderita yang belum terkena cidera. Sebagai contoh adalah saat
mendekati mobil yang sudah mengalami kecelakaan, dan keluar asap. Ingatkan
dengan segera para penonton untuk cepat-cepat menyingkir karena ada bahaya
ledakan/api
c.         Keamanan penderita
Betapapun ironisnya, tetapi prioritas terakhir adalah penderita sendiri, karena
penderita ini sudah cidera sejak awal. Apapun yang dilakukan pada penderita
ingatlah untuk do no further harm
Curigai atau antisipasi kejadian syok jika terdapat kondisi berikut ini:
 Perdarahan pada kehamilan muda
 Perdarahan pada kehamilan lanjut atau pada saat persalinan
 Perdarahan pascasalin
 Infeksi berat (seperti pada abortus septik, korioamnionitis,
metritis)
 Kejadian trauma
 Gagal jantung

2. Penentuan Syok.
Kondisi berikut dapat menyebabkan terjadiya syok :
o Dehidrasi (syok hipovolemik)
o Serangan jantung (syok kardiogenik)
o Gagal jantung (syok kardiogenik)
o Trauma atau cedera berat
o Infeksi (syok septik)
o Reaksi alergi (syok anafilaktik)
o Cedera tulang belakang (syok neurogenik)
o Sindroma syok toksik.

3. Penanganan Syok.
Penanggulangan syok dimulai dengan tindakan umum yang bertujuan untuk
memperbaiki perfusi jaringan; memperbaiki oksigenasi tubuh; dan mempertahankan
suhu tubuh. Tindakan ini tidak bergantung pada penyebab syok. Diagnosis harus
segera ditegakkan sehingga dapat diberikan pengobatan kausal. Segera berikan
pertolongan pertama sesuai dengan prinsip resusitasi ABC. Jalan nafas (A = air way)
harus bebas kalau perlu dengan pemasangan pipa endotrakeal. Pernafasan (B =
breathing) harus terjamin, kalau perlu dengan memberikan ventilasi buatan dan
pemberian oksigen 100%. Defisit volume peredaran darah (C = circulation) pada syok
hipovolemik sejati atau hipovolemia relatif (syok septik, syok neurogenik, dan syok
anafilaktik) harus diatasi dengan pemberian cairan intravena dan bila perlu pemberian
obat-obatan inotropik untuk mempertahankan fungsi jantung atau obat
vasokonstriktor untuk mengatasi vasodilatasi perifer. Segera menghentikan
perdarahan yang terlihat dan mengatasi nyeri yang hebat, yang juga bisa merupakan
penyebab syok. Pada syok septik, sumber sepsis harus dicari dan ditanggulangi.
Penanganannya meliputi:
a.    Tatalaksana Umum
 Carilah bantuan tenaga kesehatan lain.
 Pastikan jalan napas bebas dan berikan oksigen.
 Miringkan ibu ke kiri.
 Hangatkan ibu.
 Pasang infus intravena (2 jalur bila mungkin) dengan menggunakan
jarum terbesar (no. 16 atau 18 atau ukuran terbesar yang tersedia).
 Berikan cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau Ringer Laktat) sebanyak 1
liter dengan cepat (15-20 menit).
 Pasang kateter urin (kateter Folley) untuk memantau jumlah urin yang
keluar.
 Lanjutkan pemberian cairan sampai 2 liter dalam 1 jam pertama, atau
hingga 3 liter dalam 2-3 jam (pantau kondisi ibu dan tanda vital).
 Cari penyebab syok dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang lebih
lengkap secara simultan, kemudian beri tatalaksana yang tepat sesuai
penyebab.

TIPE SYOK PENYEBAB RESPON TERHADAP


Tipe Syok Penyebab Respon Terhadap
Pemberian Cairan
Hipovolemik - Perdarahan Berespon
- Muntah
- Diare
- Dehidrasi
Kardiogenik - Penyakit jantung iskemik Tidak berespon
- Gangguan irama jantung atau kondisi
berat memburuk
- Kelainan katup jantung
Distributif - Syok sepsis Berespon
- Syok anafilaktik
- Syok neurogenic
Obstruktif - Tamponade jantung Dapat berespon
- Pneumotoraks tension atau tidak
berespon

 Pantau tanda vital dan kondisi ibu setiap 15 menit.


 Bila ibu sesak dan pipi membengkak, turunkan kecepatan infus menjadi 0,5
ml/menit (8-14. Tetes/menit), pantau keseimbangan cairan.

4. Penanganan Lanjut Kegawatdaruratan


Penanganan kegawatdaruratan obstetrik ada tidak hanya membutuhkan sebuat
tim medis yang menangani kegawatdaruratan tetapi lebih pada membutuhkan petugas
kesehatan yang terlatih untuk setiap kasus-kasus kegawatdaruratan.
Prinsip penanganan kasus kegawatdaruratan
a. Pastikan jalan napas bebas
b. Pemberian oksigen
c. Pemberian cairan intravena
d. Pemberian tranfusi darah
e. Pasang kateter kandung kemih
f. Pemberian antibiotika
g. Obat pengurang rasa nyeri
h. Penanganan masalah utama
i. Rujukan    

5. Tanda Dan Gejala Kegawatdaruratan


Jika terdapat keadaan kondisi seperti berikut maka dapat mengindikasikan
adanya kegawat daruratan :
a. Gelisah, bingung, penurunan kesadaran
b. Nadi >100 kali/menit, lemah
c. Tekanan darah sistolik <90 mmHg
d. Pucat
e. Kulit dingin dan lembab
f. Pernapasan >30 kali/menit
g. Pembentukan air kemih berkurang atau sama sekali tidak terbentuk air
kemih. Jumlah urin <30 ml/jam
h. Bibir dan kuku jari tangan tampak kebiruan
i. Nyeri dada
j. Linglung
k. Pusing
l. Pingsan

B. Respon Cepat Terhadap Suatu Kegawatdaruratan


Jika seorang ibu usia subur mengeluhkan masalahnya, kaji secara cepat
kondisinya untuk menetapkan derajat kesakitannya.
1.PASTIKAN JALAN NAFAS BEBAS

 Harus diyakini bahwa jalan napas tidak tersumbat. Jangan memberikan cairan atau
makanan ke dalam mulut karena pasien sewaktu-waktu dapat muntah dan cairan
muntahan dapat terisap masuk ke dalam paru-paru.
 Putarlah kepala pasien dan jika perlu putar badannya kesamping dengan demikian bila
ia muntah tidak sampai terjadi aspirasi.
2. PEMBERIAN OKSIGEN

 Oksugen diberikan dengan kecepatan 6-8 liter/menit. Intubasi maupun ventilasi


tekanan positif hanya dilakukan jika ada indikasi yang jelas.

3. PEMBERIAN CAIRAN INTRAVENA

 Cairan intra vena diberikan pada tahap awal untuk persiapan mengantisipasi jika
dibutuhkan penambahan cairan
 Pemberian cairan infus intravena selanjutnya baik jenis cairan banyaknya cairan yang
diberikan dan kecepatan pemberian cairan harus sesuai dengan diagnosis kasus.
4. PEMBERIAN TRANSFUSI DARAH
 Pada kasus perdarahan yang banyak disertai syok transfuse sangat diperlukan untuk
menyelamatkan jiwa penderita.
 Walaupun demikian, transfusi darah bukan tanpa resiko dan bahkan dapat berakibat
komplikasi yang berbahaya.
 Untuk itu keputusan pemberian transfuse darah harus dilakukan dengan sangat hati-
hati.

5. PASANG KATETER KANDUNG KEMIH

 Kateter kandung kemih dipasang untuk mengukur banyaknya urin yang keluar guna
menilai fungsi ginjal dan keseimbangan pemasukan dan pengeluaran cairan tubuh.
 Disarankan menggunakan kateter foley. Jika kateterisasi tidak mungkin dilkukan, urin
ditampung dan dicatat kemungkinan terdapat peningkatan konsentrasi urin ( urin
berwarna gelap) atau produksi urin berkurang sampai tidak ada urin sama sekali.
 Diharapkan produksi urin paling sedikit 100ml/4 jam atau 30ml/jam.

6.PEMBERIAN ANTIBIOTIK

 Antibiotika harus diberikan apabila terdapat infeksi, misalnya pada kasus sepsi, syok
septik, cidera.

7.OBAT PENGURANG RASA NYERI

 Pada beberapa kasus kegawatdaruratan obstetric, penderita dapat mengalami rasa


nyeri yang membutuhkan pengobatan segera.
 Pemberian obat pengurang rasa nyeri jangan sampai menyembunyikan gejala yang
sangat penting untuk menentukan diagnosis.

8.PENANGANAN MASALAH UTAMA

 Penyebab utama kasus kegawatdaruratan kasus harus ditentukan diagnosisnya dan ditangani
sampai tuntas secepatnya setelah kondisi pasien memungkinkan untuk segera ditindak.
 Kalau tidak, kondisi kegawatdaruratan dapat timmbul lagi dan bahkan mungkin dalam
kondisi yang lebih buruk.

9. RUJUK
 Apabila fasilitas medik di tempat kasus diterima tidak memadai untuk meyelesaikan kasus
dengan tindakan klinik yang adekuat, maka kasus harus dirujuk ke fasilitas kesehatan lain
yang lebih lengkap.

SKEMA :

1.PASTIKAN
JALAN NAFAS
BEBAS

2. PEMBERIAN
OKSIGEN
3. PEMBERIAN
CAIRAN
INTRAVENA

4. PEMBERIAN
TRANSFUSI
DARAH
6.PEMBERIAN
ANTIBIOTIK 5. PASANG
KATETER
KANDUNG
KEMIH

7.OBAT
PENGURANG
RASA NYERI

8.PENANGANA
N MASALAH
UTAMA
9.RUJUK
C. Cara Merujuk Cepat, Tepat Dan Aman
Rujukan adalah sistem yang dikelola secara strategis, proaktif, pragmatif, dan
koordinatif untuk menjamin pemerataan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal
yang paripurna dari komprehensif bagi masyarakat yang membutuhkan terutama ibu
dan bayi baru lahir, dimanapun mereka berada dan berasal dari golongan ekonomi
manapun agar dapat dicapai peningkatan derajat kesehatan dan neonatal di wilayah
mereka berada (Depkes RI. 2006)
Kondisi bagaimana pasien harus dirujuk ? dirujuk jika fasilitas kesehatan
setempat tidak memadai dan jika penangan tidak mengalami perubahan atau kondisi
pasien menjadi semakin buruk. Maka, korban dirujuk segera. sebelum merujuk maka
yang yarus dilakukan adalah mempersiapkan Penderita yang biasa disingkat
BAKSOKUDA yang diartikan sebgai berikut :
1. BIDAN, Pastikan bahwa ibu dan/atau bayi baru lahir didampingi oleh penolong
persalinan yang kompeten dan memiliki kemampuan untuk menatalaksana
kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir untuk dibawa ke fasilitas rujukan
2. ALAT, Bawa perlengkapan dan bahan-bahan untuk asuhan persalinan, masa nifas dan
bayi baru lahir (tabung suntik, selang IV, dll) bersama ibu ke tempat
rujukan.Perlengkapan dan bahan-bahan tersebut mungkin diperlukan jika ibu
melahirkan sedang dalam perjalanan.
3. KELUARGA, Beri tahu ibu dan keluarga mengenai kondisi terakhir ibu dan/atau bayi
dan mengapa ibu dan/atau bayi perlu dirujuk.Jelaskan pada mereka alasan dan
keperluan upaya rujukan tersebut. Suami atau anggota keluarga yang lain harus
menemani ibu dan/atau bayi baru lahir ke tempat rujukan.
4. SURAT, Berikan surat ke tempat rujukan. Surat ini harus memberikan identifikasi
mengenai ibu dan/atau bayi baru lahir, cantumkan alasan rujukan dan uraikan hasil
pemeriksaan, asuhan atau obat-obatan yang diterima ibu dan/atau bayi baru
lahir.Lampirkan partograf kemajuan persalinan ibu pada saat rujukan.
5. OBAT, Bawa obat-obatan esensial pada saat mengantar ibu ke tempat rujukan. Obat-
obatan mungkin akan diperlukan selama perjalanan.
6. KENDARAAN, Siapkan kendaraan yang paling memungkinkan untuk merujuk ibu
dalam kondisi yang cukup nyaman.Selain itu pastikan bahwa kondisi kendaraan itu
cukup baik untuk.mencapai tempat rujukan dalam waktu yang tepat.
7. UANG, Ingatkan pada keluarga agar membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk
membeli obat-obatan yang diperiukan dan bahan-bahan kesehatan lain yang
diperiukan selama ibu dan/atau bayi baru lahir tinggal di fesilitas rujukan.
8. DARAH, Siapkan darah untuk sewaktu-waktu membantu transfusi darah apabila
terjadi perdarahan.
BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULAN

Kegawatdaruratan dapat didefinisikan sebagai situasi serius dan kadang kala


berbahaya yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga dan membutuhkan tindakan segera
guna menyelamtkan jiwa/ nyawa (Campbell S, Lee C, 2000).
Penanganan kegawatdaruratan obstetrik ada tidak hanya membutuhkan sebuat tim
medis yang menangani kegawatdaruratan tetapi lebih pada membutuhkan petugas kesehatan
yang terlatih untuk setiap kasus-kasus kegawatdaruratan.
Prinsip umum penanganan kasus kegawatdaruratan
a.       Pastikan jalan napas bebas
b.      Pemberian oksigen
c.       Pemberian cairan intravena
d.      Pemberian tranfusi darah
e.       Pasang kateter kandung kemih
f.       Pemberian antibiotika
g.      Obat pengurang rasa nyeri
h.      Penanganan masalah utama
i.        Rujukan          
2. SARAN
Bidan seharusnya tetap tenang, jangan panik, jangan membiarkan ibu sendirian tanpa
penjaga/penunggu. Bila tidak ada petugas lain, berteriaklah untuk meminta bantuan. Jika ibu
tidak sadar, lakukan pengkajian jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi dengan cepat. Jika
dicurigai adanya syok, mulai segera tindakan membaringan ibu miring ke kiri dengan bagian
kaki ditinggikan, longgarkan pakaian yang ketat seperti BH/Bra. Ajak bicara ibu/klien dan
bantu ibu/klien untuk tetap tenang. Lakukan pemeriksaan dengan cepat meliputi tanda tanda
vital, warna kulit dan perdarahan yang keluar.
Bidan mempunyai peranan penting dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu
melalui kemampuannya untuk melakukan pengawasan, pertolongan pada ibu, pengawasan
bayi baru lahir (neonatus) dan pada persalinan, ibu post partum serta mampu
mengidentifikasi penyimpangan dari kehamilan dan persalinan normal dan melakukan
penanganan yang tepat termasuk merujuk ke fasilitas pelayanan yang tepat.
Pengenalan dan penanganan kasus kasus yang gawat seharusnya mendapat prioritas
utama dalam usaha menurunkan angka kesakitan lebih lebih lagi angka kematian ibu,
walaupun tentu saja pencegahan lebih baik dari pada pengobatan. Dalam kegawatdaruratan,
peran anda sebagai bidan antara lain:
1.      Melakukan pengenalan segera kondisi gawat darurat
2.      Stabilisasi klien (ibu), dengan oksigen, terapi cairan, dan medikamentosa dengan :
a.         Menjamin kelancaran jalan nafas, memperbaiki fungsi system respirasi dan sirkulasi
b.         Menghentikan perdarahan
c.         Mengganti cairan tubuh yang hilang
d.        Mengatasi nyeri dan kegelisahan
3.      Ditempat kerja, menyiapkan sarana dan prasarana di kamar bersalin, yaitu:
a.         Menyiapkan radiant warmer/lampu pemanas untuk mencegah kehilangan panas pada bayi
b.         Menyiapkan alat resusitasi kit untuk ibu dan bayi
c.         Menyiapkan alat pelindung diri
d.        Menyiapkan obat obatan emergensi
4.      Memiliki ketrampilan klinik
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan
judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman untuk memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah
di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada
khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
 Prof. dr. Abdul Bari Saifuddin, SpOG., MPH, Prof. Dr.dr. Gulardi Hanifa
Wiknjosastro, SpOG., Prof. Dr. dr. Biran Affandi, SpOG., dr. Djoko Waspodo,
SpOG. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
PT BINA PUSTAKA SARWONO PRAWIROHARDJO : Jakarta.
 https://www.slideshare.net/mobile/martaagustinasirait/1prinsip-penanganan-
kegawatdaruratan-maternal-neonatal.
 https://ayuseptianingsihariyani.blogspot.com/2018/03/respon-cepat-terhadap-
suatu.html
 Dr. Ida Ayu Chandranita Manuaba, SpOG., dr. Ida Bagus Gde Fajar Manuaba,
SpOG., Prof. dr. Ida Bagus Gde Manuaba, SpOGK. 2010. Buku Ajar Patologi
Obstetri Untuk Mahasiswa Kebidanan.EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai