DISUSUN OLEH :
RAHMAH NATSIR
PO713211181069
TINGKAT : II B/ DIII
B. RUMUSAN MASALAH
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Prinsip dasar penanganan kegawatdaruratan
2. Mengetahui respon cepat terhadap suatu kegawatdaruratan
3. Mengetahui cara merujuk secara cepat, tepat, dan aman
BAB II
PEMBAHASAN
A. Prinsip Dasar Penanganan Kegawatdaruratan
a. Prinsip Dasar
1. Menghormati hak pasien
Setiap pasien harus diperlakukan dengan rasa hormat, tanpa memandang
status sosial dan ekonominya. Dalam hal ini petugas harus memahami dan peka
bahwa dalam situasi dan kondisi gawatdarurat perasaan cemas, ketakutan, dan
keprihatinan adalah wajar bagi setiap manusia dan kelurga yang mengalaminya.
2. Gentleness
Dalam melakukan pemeriksaan ataupun memberikan pengobatan setiap
langkah harus dilakukan dengan penuh kelembutan, termasuk menjelaskan
kepada pasien bahwa rasa sakit atau kurang enak tidak dapat dihindari sewaktu
melakukan pemeriksaan atau memerikan pengobatan, tetapo prosedur akan
dilakukan selembut mungkin sehingga perasaan kurang enak itu diupayakan
sesedikit mungkin.
3. Komunikatif
Petugas kesehatan harus berkomunikasi dengan pasien dalam bahasa dan
kalimat yang tepat, mudah dipahami, dan memperhatikan nilai norma kultur
setempat. Dalam melakukan pemeriksaan, petugas kesehatan harus menjelaskan
kepada pasien apa yang akan diperikssssa dan apa yang diharapkan. Apabila hasil
pemeriksaan normal atau kondisi pasien sudah stabil,upaya untuk memastikan hal
itu harus dilakukan. Menjelaskan kondisi yang sebenarnya kepada pasien
sangatlah penting.
4. Hak Pasien
Hak-hak pasien harus dihormati seperti penjelasan informed consent, hak
pasien untuk menolak pengobatan yang akan diberikan dan kerahasiaan status
medik pasien.
5. Dukungan Keluarga (Family Support)
Dukungan keluarga bagi pasien sangat dibutuhkan. Oleh karena itu,
petugas kesehatan harus mengupayakan hal itu antara lain dengan senantiasa
memberikan penjelasan kepada keluarga pasien tentang kondisi pasien, peka
akan masalah kelurga yang berkaitan dengan keterbatasan keuangan,
keterbatasan transportasi, dan sebagainya.
b. Penanganan Dasar Dan Awal Kegawatdaruratan
Dalam menatalaksanakan kegawatdaruratan hal yang harus dilakukan :
1. Tetap tenang, berpikir secara logis dan fokuskan pada kebutuhan ibu
2. Jangan meninggalkan ibu sendirian.
3. Laksanakan tanggung jawab hindari kebingungan dengan menunjuk orang lain
untuk bertanggung jawab.
4. Berteriak minta bantuan. Minta satu orang untuk mencari bantuan dan satu
orang lainnya untuk mendapatkan peralatan dan kesediaan barang
kegawatdaruratan (misal:tabung oksigen, dan alat kegawatdaruratan lainnya).
5. Jika ibu tidak sadar. Kaji jalan napas, pernapasan dan sirkulasinya.
6. Jika dicurigai terjadi syok, segera mulai terapi walaupun tidak ada tanda syok,
tetap kirkan tentang syok saat mengevaluasi ibu lebih lanjut karna statusnya
dapat memburuk dengan cepat.
7. Atur posisi ibu berbaring miring kiri dengan meninggikan kakinya.
Longgarkan pakaian yang ketat.
8. Bicara pada ibu dan bantu agar tetap tenang. Tanyakan tentang apa yang
terjadi dan gejala yang dialami.
9. Lakukan pemeriksaan dengan cepat yang meliputi pemeriksaan TTV dan
warna kulit.
c. Prinsip Pencegahan, Penentuan Dan Penanganan Syok
Syok adalah kondisi hilangnya volume darah sirkulasi efektif.Kemudian
diikuti perfusi jaringan dan organ yang tidak adekuat, yang akibat akhirnya gangguan
metabolik selular.Pada beberapa situasi kedaruratan adalah bijaksana untuk
mengantisipasi kemungkinan syok.Seseorang dengan cidera harus dikaji segera untuk
menentukan adanya syok. Penyebab syok harus ditentukan (hipovolemik,
kardiogenik, neurogenik, atau septik syok).(Bruner & Suddarth,2002).
1. Pencegahan syok.
Pencegahan syok dilakukan agar kondisi pasien tidak menjadi dalam keadaan
yang lebih parah lagi. Sebelum melakukan pertolongan harus diingat bahwa tidak
jarang anda memasuki keadaan yang berbahaya. Selain resiko dari infeksi anda juga
dapat menjadi korban jika tidak memperhatikan kondisi sekitar pada saat melakukan
pertolongan. Ingatlah prioritas keamanan pada saat memasuki daerah tugas :
a. Keamanan anda
Nampaknya egoistis, namun kenyataan adalah bahwa keamanan diri sendiri
merupakan prioritas utama. Mengapa ? Karena bagaimana kita akan dapat
melakukan pertolongan jika kondisi kita sendiri berada dalam bahaya. Akan
merupakan hal yang ironis seandainya kita bermaksud menolong tetapi karena
tidak memperhatikan situasi kita sendiri yang terjerumus dalam bahaya.
b. Keamanan lingkungan
Ingat rumus do no further harm karena ini meliputi juga lingkungan
sekitar penderita yang belum terkena cidera. Sebagai contoh adalah saat
mendekati mobil yang sudah mengalami kecelakaan, dan keluar asap. Ingatkan
dengan segera para penonton untuk cepat-cepat menyingkir karena ada bahaya
ledakan/api
c. Keamanan penderita
Betapapun ironisnya, tetapi prioritas terakhir adalah penderita sendiri, karena
penderita ini sudah cidera sejak awal. Apapun yang dilakukan pada penderita
ingatlah untuk do no further harm
Curigai atau antisipasi kejadian syok jika terdapat kondisi berikut ini:
Perdarahan pada kehamilan muda
Perdarahan pada kehamilan lanjut atau pada saat persalinan
Perdarahan pascasalin
Infeksi berat (seperti pada abortus septik, korioamnionitis,
metritis)
Kejadian trauma
Gagal jantung
2. Penentuan Syok.
Kondisi berikut dapat menyebabkan terjadiya syok :
o Dehidrasi (syok hipovolemik)
o Serangan jantung (syok kardiogenik)
o Gagal jantung (syok kardiogenik)
o Trauma atau cedera berat
o Infeksi (syok septik)
o Reaksi alergi (syok anafilaktik)
o Cedera tulang belakang (syok neurogenik)
o Sindroma syok toksik.
3. Penanganan Syok.
Penanggulangan syok dimulai dengan tindakan umum yang bertujuan untuk
memperbaiki perfusi jaringan; memperbaiki oksigenasi tubuh; dan mempertahankan
suhu tubuh. Tindakan ini tidak bergantung pada penyebab syok. Diagnosis harus
segera ditegakkan sehingga dapat diberikan pengobatan kausal. Segera berikan
pertolongan pertama sesuai dengan prinsip resusitasi ABC. Jalan nafas (A = air way)
harus bebas kalau perlu dengan pemasangan pipa endotrakeal. Pernafasan (B =
breathing) harus terjamin, kalau perlu dengan memberikan ventilasi buatan dan
pemberian oksigen 100%. Defisit volume peredaran darah (C = circulation) pada syok
hipovolemik sejati atau hipovolemia relatif (syok septik, syok neurogenik, dan syok
anafilaktik) harus diatasi dengan pemberian cairan intravena dan bila perlu pemberian
obat-obatan inotropik untuk mempertahankan fungsi jantung atau obat
vasokonstriktor untuk mengatasi vasodilatasi perifer. Segera menghentikan
perdarahan yang terlihat dan mengatasi nyeri yang hebat, yang juga bisa merupakan
penyebab syok. Pada syok septik, sumber sepsis harus dicari dan ditanggulangi.
Penanganannya meliputi:
a. Tatalaksana Umum
Carilah bantuan tenaga kesehatan lain.
Pastikan jalan napas bebas dan berikan oksigen.
Miringkan ibu ke kiri.
Hangatkan ibu.
Pasang infus intravena (2 jalur bila mungkin) dengan menggunakan
jarum terbesar (no. 16 atau 18 atau ukuran terbesar yang tersedia).
Berikan cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau Ringer Laktat) sebanyak 1
liter dengan cepat (15-20 menit).
Pasang kateter urin (kateter Folley) untuk memantau jumlah urin yang
keluar.
Lanjutkan pemberian cairan sampai 2 liter dalam 1 jam pertama, atau
hingga 3 liter dalam 2-3 jam (pantau kondisi ibu dan tanda vital).
Cari penyebab syok dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang lebih
lengkap secara simultan, kemudian beri tatalaksana yang tepat sesuai
penyebab.
Harus diyakini bahwa jalan napas tidak tersumbat. Jangan memberikan cairan atau
makanan ke dalam mulut karena pasien sewaktu-waktu dapat muntah dan cairan
muntahan dapat terisap masuk ke dalam paru-paru.
Putarlah kepala pasien dan jika perlu putar badannya kesamping dengan demikian bila
ia muntah tidak sampai terjadi aspirasi.
2. PEMBERIAN OKSIGEN
Cairan intra vena diberikan pada tahap awal untuk persiapan mengantisipasi jika
dibutuhkan penambahan cairan
Pemberian cairan infus intravena selanjutnya baik jenis cairan banyaknya cairan yang
diberikan dan kecepatan pemberian cairan harus sesuai dengan diagnosis kasus.
4. PEMBERIAN TRANSFUSI DARAH
Pada kasus perdarahan yang banyak disertai syok transfuse sangat diperlukan untuk
menyelamatkan jiwa penderita.
Walaupun demikian, transfusi darah bukan tanpa resiko dan bahkan dapat berakibat
komplikasi yang berbahaya.
Untuk itu keputusan pemberian transfuse darah harus dilakukan dengan sangat hati-
hati.
Kateter kandung kemih dipasang untuk mengukur banyaknya urin yang keluar guna
menilai fungsi ginjal dan keseimbangan pemasukan dan pengeluaran cairan tubuh.
Disarankan menggunakan kateter foley. Jika kateterisasi tidak mungkin dilkukan, urin
ditampung dan dicatat kemungkinan terdapat peningkatan konsentrasi urin ( urin
berwarna gelap) atau produksi urin berkurang sampai tidak ada urin sama sekali.
Diharapkan produksi urin paling sedikit 100ml/4 jam atau 30ml/jam.
6.PEMBERIAN ANTIBIOTIK
Antibiotika harus diberikan apabila terdapat infeksi, misalnya pada kasus sepsi, syok
septik, cidera.
Penyebab utama kasus kegawatdaruratan kasus harus ditentukan diagnosisnya dan ditangani
sampai tuntas secepatnya setelah kondisi pasien memungkinkan untuk segera ditindak.
Kalau tidak, kondisi kegawatdaruratan dapat timmbul lagi dan bahkan mungkin dalam
kondisi yang lebih buruk.
9. RUJUK
Apabila fasilitas medik di tempat kasus diterima tidak memadai untuk meyelesaikan kasus
dengan tindakan klinik yang adekuat, maka kasus harus dirujuk ke fasilitas kesehatan lain
yang lebih lengkap.
SKEMA :
1.PASTIKAN
JALAN NAFAS
BEBAS
2. PEMBERIAN
OKSIGEN
3. PEMBERIAN
CAIRAN
INTRAVENA
4. PEMBERIAN
TRANSFUSI
DARAH
6.PEMBERIAN
ANTIBIOTIK 5. PASANG
KATETER
KANDUNG
KEMIH
7.OBAT
PENGURANG
RASA NYERI
8.PENANGANA
N MASALAH
UTAMA
9.RUJUK
C. Cara Merujuk Cepat, Tepat Dan Aman
Rujukan adalah sistem yang dikelola secara strategis, proaktif, pragmatif, dan
koordinatif untuk menjamin pemerataan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal
yang paripurna dari komprehensif bagi masyarakat yang membutuhkan terutama ibu
dan bayi baru lahir, dimanapun mereka berada dan berasal dari golongan ekonomi
manapun agar dapat dicapai peningkatan derajat kesehatan dan neonatal di wilayah
mereka berada (Depkes RI. 2006)
Kondisi bagaimana pasien harus dirujuk ? dirujuk jika fasilitas kesehatan
setempat tidak memadai dan jika penangan tidak mengalami perubahan atau kondisi
pasien menjadi semakin buruk. Maka, korban dirujuk segera. sebelum merujuk maka
yang yarus dilakukan adalah mempersiapkan Penderita yang biasa disingkat
BAKSOKUDA yang diartikan sebgai berikut :
1. BIDAN, Pastikan bahwa ibu dan/atau bayi baru lahir didampingi oleh penolong
persalinan yang kompeten dan memiliki kemampuan untuk menatalaksana
kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir untuk dibawa ke fasilitas rujukan
2. ALAT, Bawa perlengkapan dan bahan-bahan untuk asuhan persalinan, masa nifas dan
bayi baru lahir (tabung suntik, selang IV, dll) bersama ibu ke tempat
rujukan.Perlengkapan dan bahan-bahan tersebut mungkin diperlukan jika ibu
melahirkan sedang dalam perjalanan.
3. KELUARGA, Beri tahu ibu dan keluarga mengenai kondisi terakhir ibu dan/atau bayi
dan mengapa ibu dan/atau bayi perlu dirujuk.Jelaskan pada mereka alasan dan
keperluan upaya rujukan tersebut. Suami atau anggota keluarga yang lain harus
menemani ibu dan/atau bayi baru lahir ke tempat rujukan.
4. SURAT, Berikan surat ke tempat rujukan. Surat ini harus memberikan identifikasi
mengenai ibu dan/atau bayi baru lahir, cantumkan alasan rujukan dan uraikan hasil
pemeriksaan, asuhan atau obat-obatan yang diterima ibu dan/atau bayi baru
lahir.Lampirkan partograf kemajuan persalinan ibu pada saat rujukan.
5. OBAT, Bawa obat-obatan esensial pada saat mengantar ibu ke tempat rujukan. Obat-
obatan mungkin akan diperlukan selama perjalanan.
6. KENDARAAN, Siapkan kendaraan yang paling memungkinkan untuk merujuk ibu
dalam kondisi yang cukup nyaman.Selain itu pastikan bahwa kondisi kendaraan itu
cukup baik untuk.mencapai tempat rujukan dalam waktu yang tepat.
7. UANG, Ingatkan pada keluarga agar membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk
membeli obat-obatan yang diperiukan dan bahan-bahan kesehatan lain yang
diperiukan selama ibu dan/atau bayi baru lahir tinggal di fesilitas rujukan.
8. DARAH, Siapkan darah untuk sewaktu-waktu membantu transfusi darah apabila
terjadi perdarahan.
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN